SISTEM MEDIA DI INDONESIA DALAM PERSPEKT

SISTEM MEDIA DI INDONESIA
DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA KOMUNIKASI
ABSTRAC
Media penyiaran mengalami pasang surut yang cukup panjang. Media penyiaran
di Indonesia, juga tidak akan jauh dari sejarah TVRI. Dimana TVRI memegang peran
yang sangat banyak dalam sejarah media penyiaran di Indonesia. Bermunculan banyak
stasiun TV juga menambah sejarah dari penyiaran Indonesia yang sangat beragam.
Perselisihan di antara para stasiun TV pun sudah menjadi rahasia umum. Beberapa tidak
menunjukkan secara langsung, namun beberapa berani dengan terbukanya menyatakan
perang. Masyarakat disini, selain menjadi konsumen, juga menjadi korban dari mediamedia jahat yang dengan sengaja hanya meraup keuntungan dari masyarakat. Tak
sedikit pula yang juga terpengaruh oleh media dan menimbulkan konflik yang sukar
untuk kembali diluruskan.
PENDAHULUAN
Pada sekarang ini media sangatlah memegang pengaruh yang sangat besar
terhadap pola pikir masyarakat luas. Media sudah dapat dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat. Entah itu kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas hingga kaum
elit sekalipun. Tidak ada batasan dalam masyarakat untuk menghindar dari pengaruh
media. Siapapun bisa saja terpengaruh oleh pemberitaan media. Namun tergantung dari
masing-masing orang, dampak atau efek yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung
tingkat permasalahan yang dialami.
DASAR PEMIKIRAN

Media massa menjadi perantara komunikasi yang selalu dibutuhkan.
Kehadirannya memberikan informasi kepada semua kalangan. Kerja keras para
pemburu berita untuk menyampaikan peristiwa yang sedang terjadi menjadi pekerjaan
yang sangat penuh dengan resiko. Sedang saat ini, para pemburu berita lebih memiliki
kebebasan dalam menyampaikan pendapat, memberikan informasi, serta menerbitkan
berita. Sebagai mahasiswa komunikasi, kami juga berperan penting dalam system media
yang ada di Indonesia. Setiap orang dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan melakukan

kegiatan sosial. Namun tidak semua orang faham dan mengerti system-sistem
komunikasi yang sebenarnya juga perlu diperhatikan. Untuk media sendiri, sebenarnya
media berperan dalam memberitakan atau memberikan informasi kepada khalayak
umum tentang berbagai hal yang perlu masyarakat ketahui. Namun pada sekarang ini
fungsi utama media sudah hampir tergantikan oleh berbagai permasalahan.
PEMBAHASAN
Pada dasarnya media berperan sebagai penyalur informasi atau memberikan
informasi kepada masyarakat luas tentang berbagai hal. Namun pada kenyataannya,
media-di Indonesia khususnya- lebih memprioritaskan dan menempatkan diri mereka
sebagai alat komunikasi persuasif. Dimana media disini sangat dapat mempengaruhi
masyarakat luas. Bukti jika media dan pers sangat berpengaruh terhadap pola pikir
masyarakat luas diantaranya yang terjadi di masa-masa lampau. Dimana media dan pers

juga bisa digunakan sebagai alat propaganda kepada pemerintah. Para kaum borjouis
menggunakan media untuk mempengaruhi pemikiran kaum proletar. Dan pemikiran jika
kaum proletar tidak punya senjata lain untuk berjuang selain organisasi itu benar.
Dengan media, kaum proletar bisa dipengaruhi dan akan menjadi dominan jika kesatuan
intelektual yang diciptakan diperkuat dengan kesatuan material organisasi. Yang
menggabungkan jutaan pekerja ke dalam satu tentara kelas pekerja. Dan di era sekarang
ini, hal atau teori semacam ini juga sering digunakan para pemilik media. Agenda
setting public, yang sering digunakan untuk mempengaruhi masyarakat. Masyarakat
akan dengan

mudahnya mendapat informasi dan jug adengan mudahnya akan

terpengaruh oleh informasi yang telah mereka dapatkan.
Tidak hanya itu, meskipun media sama-sama memiliki sifat komunikasi
persuasif, namun media satu dengan media lainnya seperti memiliki perbedaan dari apa
yang mereka sampaikan. Hal itu seperti rahasia umum dari dulu hingga sekarang ini.
Para pemilik media seperti memiliki pemikiran masing-masing tentang hak siar yang
mereka miliki. Para pemilik media seperti sudah lupa tentang konsistensi mereka untuk
menjadikan media penyiaran sebagai alat kebebasan bicara masyarakat umum, bukan
golongan. Mereka seperti melupakan jika posisi mereka sebenarnya hanya seorang wali

dari khalayak umum. Meskipun mereka pemilik dari media penyiaran yang mereka
kelola dan memiliki kewenangan atau hak untuk membuat isi siaran.

Media penyiaran tidak akan lepas dari pengaruh politik dan kekuasaan. Terlebih
siaran televisi. Dimana sangatlah mudah untuk dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat yang menjadikan media ini sangat dilirik oleh para petinggi politik untuk
menyebarluaskan aspek-aspek yang perlu diketahui oleh masyarakat tentang politik
mereka. Membahas tentang politik di media, Indonesia sendiri sudah memiliki media
penyiaran yang resmi. Ada Radio Republik Indonesia serta TV nasional TVRI. Namun
bukan hanya dua media tersebut, di Indonesia masih banyak lagi bermunculan mediamedia yang juga sangat berpengaruh bahkan hingga saat ini.
Selain sebagai alat penyalur informasi, media atau pers juga digunakan oleh
pemerintahan sebagai pelayan Negara. Media dan pers bersifat dari atas kebawah.
Dimana media menyalurkan informasi-informasi dari pemerintah kepada masyarakat
tentang apa saja yang perlu diketahui oleh masyarakat. Masyarakat harus tunduk dan
mematuhi segala apa yang dikatakan oleh pemerintah. Ini terjadi para masa orde baru.
Dengan tujuan utama TV :
1. Memajukan sesatuan dan persatuan nasional
2. Memajukan stabilitas nasional
3. Memajukan sabilitas politik
Di era masa reformasi, keberadaan pers dan media tidak lagi sepenuhnya sebagai

pelayan dari pemerintahan. Walaupun tidak bisa sepenuhnya lepas dari pemerintahan,
namun era ini media dan pers hanya menunjukkan sisi yang mendukung demokrasi
yang dilakukan oleh pemerintah dan berperan serta sebagai penerang untuk masyarakat
dari kinerja para pemerintahnya.
Pada awalnya TVRI memiliki tujuan utama yaitu menjadi sumber terpercaya
dari segala informasi strategis untuk meningkatkan intelektual masyarakat, serta
menjaga dan melindungi kebudayaan nasional. Karena banyak anggapan yang
menyatakan jika media dan sumber informasi yang akurat akan menimbulkan efek
tertentu kepada seluruh aspek masyarakat.
Sebelum seperti sekarang ini, bermunculan paradigma jika TVRI dianggap
sebagai media dari corong pemerintahan. Karena sifatnya yang lebih dekat dengan
pemerintahan daripada dengan rakyatnya. Namun sekarang ini, TVRI lebih
memposisikan diri mereka sebagai media yang independen, netral dan otonom. Serta
yang berfokus kepada kebutuhan masyarakat.

Siaran pertama TV Indonesia terjadi pada agustus 1962. Dimana siaran TV
menyajikan siaran langsung kemerdekaan Indonesia serta liputan khusus dari Asian
Games. Selama bertahun-tahun TVRI menjadi TV kebanggaan Indonesia. Bahkan
hingga saat ini. Meskipun menjadi stasiun TV yang dikelola pemerintah Negara, namun
tidak sepenuhnya TVRI juga menjadi stasiun TV yang paling diminati oleh

masyarakatnya. Sampai tahun 1981, meskipun televise Indonesia telah didanai secara
komersional, namun televise Indonesia tetap saja dpegang dan dimonopoli oleh
pemerintah Negara.
Lepas dari rezim orde baru yang dimana pemerintah sangat memegang kendali
dari media, di era 2000an, media tidak lagi dipegang oleh pemerintah Negara. Media
dan juga pers sudah memiliki kebebasan yang sama dengan masyarakat pada umumnya.
Dan siaran-siaran televisi swasta tidak lagi harus berisikan hal-hal yang berkaitan
dengan kenegaraan.
RCTI-stasiun TV swasta- yang sampai saat ini masih tetap mengudara. Memiliki
cerita panjang hingga bisa seperti saat ini. Bukan hanya RCTI, ada pula SCTV, Indosiar,
hingga TPI. Banyak bermunculan stasiun TV kepemilikan swasta. Namun tidak sedikit
pula yang terancam pailid dan harus gulung tikar.
TVRI setelah lepas dari pengaruh orde baru, mengudara dengan bebas
memberikan siaran-siaran untuk masyarakat. Seperti serial-serial TV yang bertemakan
keluarga, edukasi dan kehidupan sosial. Muncul pula RCTI yang pertama kali
mengudara pada tahun 1990 dengan siaran perdana berupa siaran piala dunia. Memang
pada masa itu siaran TV masih dibawah pengaruh pemerintah Negara. Dan siaran
dengan isi olahraga merupakan siaran yang paling banyak diminati. Kemudian RCTI
berkembang dengan memunculkan serial-serial TV yang berasal dari luar negeri.
Namun serial seperti ini yang justru banyak digemari dan mendapat banyak perhatian

serta simpati publik.
Setelah muncul berbagai stasiunn televisi baru di Indonesia, para stasiun TV
tersebut juga memiliki acara-acara masing-masing hingga menjadi ciri khas bahkan icon
dari stasiun TV tersebut. Seperti Indosiar yang pada mulanya menayangkan serial
mandarin di jam-jam penayangannya. RCTI dengan serial Si Doel Anak Sekolahan yang
sangat digandrungi masyarakat pada masa itu. Dan dengan melihat respon masyarakat

yang juga menggemari serial mandarin, RCTI juga mengikuti jejak Indosiar dengan
menayangkan beberapa serial mandarin di jam-jam tayang acaranya.
Serial-serial dan acara televisi yang pernah ditayangkan oleh stasiun televisi,
menjadi bahan lirikan stasiun televisi lain. Terlebih lagi jika acara yang mereka
tayangkan menjadi daya tarik masyarakat dan banyak digemari masyarakat. Para stasiun
TV seolah berlomba-lomba untuk mendapatkan simpati masyarakat meskipun dengan
melakukan cara yang sama. Latah dalam menayangkan acara-acara.
Setelah dengan berbagai macam serial televisi yang bermunculan di stasiun TV,
para pemilik stasiun TV mulai melirikkan mata kearah keberagaman yang ada di
Indonesia. Mulai bermunculan acara hasil jurnalistik yang dilakukan di daerah-daerah
yang ada di Indonesia.
Semakin majunya media penyiaran yang ada di Indonesia, semakin banyak
masyarakat yang menghabiskan waktunya didepan layar kaca. Hal ini menimbulkan

persepsi jika media penyiaran- stasiun TV khususnya- dapat memunculkan banyak
kegunaan. Media memang hanya memiliki tujuan utama sebagai penyalur informasi.
Namun semakin berjalannya waktu, informasi yang diberitakan semakin beragam dan
semakin berkembang. Diantaranya informasi yang bersifat komersional. Stasiun TV
dilirik menjadi lahan komersial yang sangat menguntungkan bagi para konsumen.
Terlebih lagi untuk mengedarkan dan memasarkan produk-produknya. Seperti yang
telah terjadi di era 90-an. Dimana para produsen dari banyak perusahaan memangkas
anggaran iklan mereka yang ada di media cetak. Dan mengalihkan modal iklan mereka
kepada stasiun TV yang semakin banyak digandrungi. Dengan alasan, media penyiaran
bisa menjamgkau lebih banyak daerah yang bahkan belum bisa terjamah oleh media
cetak.
Disisi lain, jatuhnya orde baru juga membuka peluang besar akan munculnya
organisasi masyarakat. Hingga lahirnya partai politik. Stasiun TV swasta juga tidak
luput dari pengaruh partai politik yang sudah ada. Terutama disaat menjelang pemilu
yang kebanyakan para stasiun TV swasta akan turut andil dalam agenda kampanye
partai politik. Memang tanpa adanya dana secara komersil, para stasiun TV swasta
mungkin tidak akan bisa terus melakukan produksi pada acara-acara dan siaran yang
mereka sajikan. Pembiayaan secara komersial dapat membantu mereka untuk
pembiayaan saat produksi. Dan partai politik juga melakukan hal yang sama. Stasiun


TV menggandeng partai politik untuk terus menghidupkan acaranya agar terus dapat
berproduksi. Karena minat masyarakat muncul dari produksi acara yang disajikan
stasiun TV. Dan dengan itu pula, para pesohor partai politik akan dengan mudah pula
mendapat simpati masyarakat.
Media juga menjadi saksi atas kinerja dari aparat pemerintahan dalam roda
demokrasi di Indonesia. Disaat kinerja pemerintah banyak yang ditangguhkan oleh
masyarakat, dan masyarakat begitu membenci kebijakan-kebijakan yang menurut
mereka sangat merugikan, stasiun TV swasta sudah tidak begitu berpihak kepada partai
politik tertentu. Meski nyatanya saat ini juga masih ada stasiun TV swasta yang berdiri
dibawah bayang-bayang partai politik. Namun tidak begitu menonjolkan kinerja partai
politik tesebut. Namun keberadaaan partai politik disini lebih kepada kepemilikan
stasiun TV swasta. Banyak diantara stasiun TV swasta yang kepemilikannya atas nama
petinggi suatu partai politik tertentu. Sehingga tak jarang jika keberadaan partai politik
dari pemilik stasiun TV tersebut selalu diidentikkan dengan stasiun TV yang
dimilikinya.
Memang jika membicarakan tentang stasiun TV di Indonesia, semua memiliki
hubungan denga stasiun TV utamanya, TVRI. Yang sejak mulai munculnya stasiun TV
swasta, sudah banyak dikatakan jika stasiun TV selalu bersaing. Seperti halnya saat
RCTI mulai mengudara. Masyarakat lebih menempatkan simpatinya kepada acara RCTI
yang menayangkan sinetron asing daripada TVRI dengan acara lokalnya.


RCTI

diidentikkan dengan serial televisi yang menayangkan hiburan asing. Untuk mengejar
ketertinggalannya, tak kalah TVRI juga mencoba untuk menyiarkan serial asing. Namun
bukan hanya simpati dari masyarakat yang diperoleh, tapi juga cibiran kurang sedap
dari para netizen. Dimana TVRI yang dianggap sebagai stasiun TV milik pemerintah
Indonesia, tidak sepantasnya menayangkan serial asing demi mengejar ketertinggalan
dan berusaha mendapat simpatisme masyarakat. TVRI sudah sepantasnya lebih
memprioritaskan acaranya kepada acara-acara yang berbau nusantara.
Disaat lain, saat mulai mengudaranya SCTV, TVRI dikatakan kembali lagi
mendapat pesaing baru. Dimana SCTV berasal dari wilayah Surabaya, dan dapat
menyaingi TVRI Surabaya.
Keberadaan TVRI sebagai TV nomor wahid di Indonesia tidak hanya sampai
disitu. TVRI terus berjuang agar masyarakat menerima acara-acara yang disajikan oleh

stasiun TV tersebut. Namun seperti semakin memojokkan, para stasiun TV justru
berlomba mendapat simpati masyarakat dan justru meninggalkan TVRI jauh di
belakang. Acara-acara stasiun TV yang disuguhkan juga beragam.
Pada era sekarang ini, sangatlah disayangkan jika banyak stasiun TV yang justru

hamper melupakan tujuan awal dari adanya media penyiaaran untuk masyarakat.
Stasiun TV stasiun TV tersebut seolah berlomba untuk mendapat banyak perhatian dan
mengejar popularitas semata. Tak jarang yang menggunakan settingan public demi
meraih banyak simpati. Settingan yang disajikan membuat masyarakat percaya jika
informasi yang mereka dapat benar adanya. Hingga masyarakat berbondong-bondong
menyaksikan hal tersebut di layar kaca dengan pengulangan-pengulangan yang sama.
Hal ini yang menarik para investor iklan juga melakukan hal yang sama. Semakin
banyak suatu stasiun TV diminati masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan suatu produk yang dijajakan di stasiun TV tersebut. Sangat disayangkan
pula ketika lembaga sensor Indonesia, justru melarang adanya tayangan anak yang
bersifat animasi bergerak. Justru selama seharian anak disuguhkan dengan acara-acara
yang sebenarnya sangat tidak cocok bila dibandingkan dengan pola pikir anak-anak.
Sinetron-sinetron yang ditampilkan cenderung menuntut akan suatu kemewahan,
popularitas, yang sebenarnya tidak semua bisa mendapatkan atau mengalami hal yang
serupa. Anak-anak cenderung sebagai komunikan yang pasif. Yang hanya menerima apa
yang mereka dapat, tanpa mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi dari
pemikiran yang mereka dapat.
Bukan hanya sinetron yang mempengaruhi pola pikir anak-anak saja. Namun
juga penayangan sinetron terus-menerus sepanjang hari juga dapat menimbulkan pola
pikir masyarakat yang kurang produktif. Dimana masyarakat cenderung akan terus

berada di depan layar monitor TV, daripada melakukan kegiatan produktif. Bahkan tak
ayal, pegawai pemerintahan atau pegawai negeri yang di jam kerjanya justru
menyaksikan tayangan televisi dibandikan mereka berproduksi di tempat kerja. Selain
sinetron, acara yang juga banyak digandrungi diantaranya seperti acara talk show
maupun reality show. Disana banyak bermunculan-atau dengan sengaja disajikanadegan-adegan yang sebenarnya tidak perlu ditayangkan di depan khalayak umum.
Apalagi di siaran TV yang cenderung tidak ada batasan kepada siapa yang
menyaksikan. Seperti kejahatan-kejahatan yang diperbuat, hingga pembullyan yang

dianggap sangat biasa. Sebenarnya hal tersebut yang akan mendorong rasa
keingintahuan pada anak-anak dan mendorong anak-anak untuk melakukan hal yang
sama seperti ynag tengah dilakukan oleh objek atau orang yang mereka tonton.

PENUTUP
Media sangatlah berperan penting dalam proses komunikasi yang ada di
masyarakat. Khususnya media penyiaran. Media penyiaran, memiliki banyak kegunaan.
Mulai dari kegunaan yang bersifat positif sampai hal-hal yang mengakibatkan hal-hal
yang kurang bermanfaat atau kurang baik dilakukan. Sebagai mahasiswa komunikasi,
kami juga berperan dalam proses mengubah pola pikir masyarakat. Karena pada
dasarnya, media juga memiliki fungsi sebagai alat komunikasi yang persuasif. Media
sekarang ini sudah memiliki kebebasan untuk menyiarkan tayangan-tayangan atas
kehendak pribadi masing-masing. Atau sesuai dengan keinginan tertentu. Namun sangat
disayangkan, media sekarang bukan hanya sebagai alat mengetahui informasi yang
akurat, namun juga menjadi media pendorong dari berbagai tindak kejahatan maupun
tindak kriminal. Sebagai mahasiswa komunikasi, sangat diharapkan kedepannya media
penyiaran di Indonesia akan mengalami pembaharuan dan semakin berkembang kearah
yang lebih baik. Bukan hanya mengejar popularitas maupun keuntungan semata. Tetapi
juga lebih menonjolkan sisi jusnalisme yang baik, acara-acara yang mendidik penuh
dengan edukasi, dal lain sebagainya.

REFERENSI
Fred S. Siebert – Theodore Peterson – Wilbur Sehramm. 1986. Four Theories of The
Press, PT Intermasa
Kitley, Philip. 2000. Television, Nation, and Culture in Indonesia, Athens, Ohio: Ohio
University Press
Hill, David T. 2011. Pers di Masa Orde Baru, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia