MODAL DAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS
Nama : Chita Arifa Hazna
NPM : 1406536221
Kelompok 4
Hukum Organisasi Perusahaan (B)
MODAL DAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS
Hal-hal yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas secara lengkap telah diatur di dalam Undang-undang
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), termasuk di dalamnya membahas Modal dan
Saham Perseroan Terbatas yang diatur dalam BAB III Pasal 31-62.
Di dalam UU PT, pengaturan tentang modal dan saham meliputi hal-hal berikut ini: Modal,
Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan, Penambahan Modal, Pengurangan Modal, dan Saham.
A. MODAL
Modal Perseroan terdiri atas saham-saham. Hal ini sesuai dengan pengertian PT pada Pasal 1
angka 1 UU PT. Dalam UUPT, kita akan menjumpai beberapa terma modal, yang disebut
dengan:
1. Modal dasar
2. Modal ditempatkan
3. Modal disetor
Ad. 1 Modal dasar
Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Dalam terma global, modal dasar biasa
disebut nominal capital atau authorized capital. Pengertiannya adalah sebagai berikut:
“...is the total amount of capital which company is allowed to issue. The initial amount on
registration, which is set out in the memorandum, can be increased or reduced.”1
Jadi, modal dasar adalah jumlah seluruh modal yang dijadikan syarat pendirian PT yang harus
dicantumkan dalam anggaran dasarnya. Di dalam UUPT, modal dasar Perseroan paling sedikit adalah
Rp 50.000.000,00. Jumlah ini dapat diubah, tentu saja harus melalui perubahan anggaran dasar pula.
Mengenai jumlah minimun Rp 50.000.000,00, dapat diubah dan perubahannya ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.2
Ad. 2 Modal ditempatkan
Modal ditempatkan memiliki pengertian sebagai berikut:
“...is that part of the company’s nominal capital which has been actually allotted to the
shareholders. A company is not bound to allot all its capital at once.”3
Denis Keenan dan Josephine Bisacre, Smith and Keenan’s Company Law, (Edinburgh: Pearson
Longman, 2002), hlm. 126.
2
Indonesia (1), Undang-undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106
Tahun 2007, TLN. No. 4756, Ps. 32.
3
Keenan, loc.cit.
1
Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.4
Selain itu, pengertian dari modal ditempatkan dalam UU PT ini juga bisa disamakan dengan pengertian
called-up capital, yaitu:
“...the total amount called up by the company on the shares allotted.”5
Jika diartikan, maka modal ditempatkan adalah modal yang telah disetujui untuk ditempatkan atau
dibeli sahamnya oleh pendiri, dengan jumlah minimum 25% dari modal dasar. Misalnya, jika modal
dasarnya Rp 50.000.000,00 maka modal ditempatkannya sebesar Rp 12.500.000,00.
Ad. 3 Modal disetor
Modal disetor adalah modal ditempatkan yang telah dibayarkan. Modal disetor dikenal juga dengan
istilah paid-up capital, yang pengertiannya:
“...is that part of the called-up capital which has been paid up by the shareholders.”6
Jadi, modal ditempatkan adalah jumlah yang disetujui untuk dibayarkan (belum dibayar, dan tidak harus
dibayarkan semua di awal) dan yang dibayar atau disetorkan di awal pendirian adalah modal disetor,
jumlahnya harus sesuai dengan modal ditempatkan atau kurang dari itu tetapi harus mencapai 25% dari
modal dasar.
Berkenaan dengan penyetoran atas modal saham, dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/ atau dalam
bentuk lainnya yang nilainya ditentukan berdasarkan nilai wajar sesuai harga pasar atau oleh ahli.
Sedangkan, untuk saham dalam bentuk benda bergerak harus diumumkan melalui setidaknya satu Surat
Kabar dalam jangka waktu 14 hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran saham tersebut.7
Pemegang saham dan kreditor lainnya yang memiliki tagihan terhadap Perseroan tidak dapat
menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya,
kecuali disetujui RUPS. Hak-hak tagih yang dimaksud adalah yang timbul karena:
a. Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan uang;
b. Pihak yang menajdi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang
Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin; atau
c. Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah
menerima manfaat berupa uang atau barang yang dapay dinilai dengan uang yang langsung
atau tidak langsung secara nyata telah diterima Perseroan.8
Perseroan juga dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun orang lain yang
sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.9 Artinya, saham tidak
boleh dibeli sendiri oleh Perseroan, karena ini menyalahi maksud dari mengeluarkan saham, yaitu
dalam rangka mengumpulkan modal. Jika saham yang dikeluarkan dibeli sendiri maka tidak akan
terkumpul modal yang diharapkan didapat dari pihak luar. Namun demikian terdapat pengecualian
apabila saham yang dikeluarkan tadi diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, tau hibah
wasiat.10
4
Indonesia (1), op.cit., Ps. 33 ayat (1).
Keenan, loc.cit.
6
Ibid.
7
Indonesia (1), op.cit., Ps. 34.
8
Ibid., Ps. 35.
9
Ibid., Ps. 36.
10
Ibid.
5
B. PERLINDUNGAN MODAL DAN KEKAYAAN PERSEROAN
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan, dengan ketentuan:
1. Tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal
ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan.
2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali dan gadai saham atau jaminan
fidusia atas saham yang dipegang tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal
yang ditempatkan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal.
Saham yang dibeli kembali ini hanya boleh dikuasai paling lama tiga tahun. Pembelian kembali
atau pengalihannya hanya dapat dilakukan berdasar persetujuan RUPS. Saham yang dibeli
kembali, didapat dari peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasit tidak dapat digunakan
untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah
kuorum yang harus dicapai.11
C. PENAMBAHAN MODAL
Penambahan modal dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. Hal ini disebabkan perubahan
modal memerlukan adanya perubahan juga dalam anggaran dasar. Penambahan modal yang
dimaksud adalah terhadap modal dasar, modal ditempatkan, maupun modal disetor.
Kuorum RUPS dalam rangka penambahan modal dasar adalah sesuai dengan kuorum
perubahan anggaran dasar, sedangkan kuorum untuk penambahan modal ditempatkan dan
modal disetor adalah ½ bagian dari seluruh saham dengan disetujui ½ bagian dari jumlah suara
yang dikeluarkan. Kemudian, penambahan modal ini harus diberitahukan kepada Menteri untuk
dicatat dalam daftar Perseroan.12
Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus ditawarkan pertam kali
kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham
yang sama. Misalnya, jika saham yang dikeluarkan adalah termasuk klasifikasi saham preferen,
maka harus ditawarkan dulu pada pemegang saham preferen. Namun, bila saham yang
dikeluarkan berbeda dengan klasifikasi saham yang pernah dikeluarkan, maka harus ditawarkan
pada seluruh pemegang saham sesuai perimbangan. Jika kemudian terdapat sisa, dalam kata
lain tidak semua saham yang baru dikeluarkan diambil oleh pemegang saham, maka saham
tersebut dapat ditawarkan pada pihak ketiga. Hal ini (penawaran terlebih dahulu) tidak berlaku
apabila:
1. ditujukan pada karyawan Perseroan,
2. ditujukan pada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham,
atau
3. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/ atau restrukturisasi yang disetujui RUPS.13
D. PENGURANGAN MODAL
Pengurangan modal, serupa dengan penambahan modal juga dapat dilakukan terhadap modal
dasar, modal ditempatkan, maupun modal disetor. Terhadap pengurangan modal dasar, artinya
harus ada perubahan terhadap anggaran dasar dengan memperoleh persetujuan dari Menteri.
11
Ibid., Ps. 37-39.
Ibid., Ps. 41-42.
13
Ibid., Ps. 43.
12
Sedangkan mengenai pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor cukup dengan cara
penarikan kembali saham atau penurunan nilai nominal saham.
1. Penarikan kembali saham
Penarikan kembali saham hanya dapat dilakukan tehadap saham yang telah dibeli kembali
oleh Perseroan atau terhadap saham dengan klasifikasi dapat ditarik kembali.
2. Penurunan nilai nominal saham tanpa pembayaran kembali
Dilakukan secara seimbang terhadap seluruh saham dari setiap klasifikasi saham dengan
persetujuan seluruh pemegang saham yang nilai nominalnya dikurangi.14
Terhadap pengurangan modal, Direksi wajib melakukan tindakan uyang bersifat publisitas,
yaitu: memberitahukannya kepada seluruh Kreditor dalam bentuk pengumuman melaui surat
kabar paling lama tujuh hari sejak diputuskan RUPS. Dengan memberitahukan kepada
Kreditor, maka apabila Kreditor keberatan dapat melakukan beberapa upaya, seperti:
1. mengajukan keberatan secara tertulis dan
2. mengajukan gugatan apabila keberatan ditolak oleh Perseroan.
Mungkin terdapat pertanyaan, mengapa sebuah Perseroan memutuskan untuk mengurangi
modalnya, sedangkan banyak Perseroan yang ingin menambah modalnya untuk
mengembangkan usaha. Alasan dimungkinkan terjadinya pengurangan modal dari suatu
Perseroan dapat dipahami dari hal-hal berikut ini:
1.
2.
3.
4.
Modal yang berlebih
Saham yang telah dikeluarkan tidak dibayarkan seluruhnya
Aset yang dimiliki mengalami penyusutan nilai.
Dalam rangka menaati peraturan perundang-undangan tentang distribusi, dll.15
E. SAHAM
Pengertian saham Perseroan adalah:
“...the interest of a shareholder in the company measured by a sum of money, for the
purpose of liability in the first place, and of interest in the second, but also consisting
of a series of mutual covenants entered into by all the shareholders...”16
Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya dengan persyaratan yang diatur dalam
anggaran dasar, instansi yang berwenang, dan peraturan perundang-undangan. Jika tidak
memenuhi persyaratan, maka pemegang ssaham tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang
saham dan tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS sesuai UU PT dan/ atau anggaran dasar.17
Sebagaimana dalam pengertian saham di atas, nilai saham harus dapat diukur dengan jumlah
uang, yang artinya harus dicantumkan nominal uang berdasar mata uang rupiah. Tanpa ada nilai
nominal, maka saham tidak dapat dikeluarkan. Namun demikian, terdapat peraturan perundangundangan di bidang pasar modal yang memungkinkan dikeluarkannya saham tanpa nominal.18
1. Daftar Pemegang Saham
Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang berisi
sekurang-kurangnya:
14
Ibid., Ps. 44-47.
Keenan, op.cit., hlm. 143-144.
16
Ibid., hlm. 200.
17
Indonesia (1), op.cit., Ps. 48.
18
Ibid., Ps. 49.
15
a. nama dan alamat pemegang saham;
b. jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan
klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;
c. jumlah yang disetor atas setiap saham;
d. nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak
gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal
perolehannya;
e. keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain (selain uang).
Selain itu, Direksi juga wajib membuat Daftar Khusus yang berisi keterangan tentang saha
yang dimiliki oleh Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan
maupun Perseroan lain serta tanggal diperolehnya. Di dalam daftar-daftar yang wajib
dibuat oleh Direksi ini juga perlu dicatat perubahan kepemilikan sahamnya.19
2. Bukti Kepemilikan dan Hak Pemegang Saham
Berdasarkan Pasal 51 UU PT, setiap pemegang saham diberi bukti pemilikan saham atas
saham yang dimilikinya. Hal ini diperlukan sebagai dasar untuk dapat mengeksekusi hak
dari pemegang saham. Mengenai bentuk dari bukti kepemilikan ini dapat ditetapkan dalam
anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Dengan memegang bukti kepemilikan saham, setiap pemegang saham akan memperoleh
hak-hak sebagai berikut, yang diatur oleh undang-undang:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasar UU PT.
Hak pemegang saham dapat mulai berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang
saham atas nama pemiliknya. Untuk hak pemegang saham yang dibutkan dalam poin a dan
poin c di atas tidak berlaku untuk klasifikasi saham tertentu berdasar UU PT.
Hak yang didapatkan atas kepemilikan saham adalah hak yang tidak dapat dibagi. Artinya,
pemegang saham tidak dapat membagi hak atas satu saham menurut kehendaknya sendiri.
Jika satu saham dimiliki oleh lebih dari satu orang maka pelaksanaan hak dilakukan dengan
menunjuk satu orang sebagai wakil bersama.
3. Klasifikasi Saham
Anggaran dasar dapat menetapkan satu klasifikasi saham atau lebih. Setiap saham dari
klasifikasi yang sama memberikan hak yang sama kepada pemiliknya. Jika terdapat lebih
dari satu klasifikasi saham, maka salah satunya ditetapkan sebagai saham biasa.
Saham biasa (common/ ordinary shares)20, sesuai yang dimaksud dalam UU PT adalah
saham yang memiliki hak suara, hak untuk menerima dividen, dan hak menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi. Sementara, klasifikasi saham lainnya sebagaimana ditentukan
oleh UU PT Pasal 53 antara lain:
a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
19
Ibid., Ps. 50.
“...the nature of an ordinary share is perhaps best understood by comparing it with preference share.
In this way we can ascertain the distinguishing features, and the advantages and disadvatages which arise from
the holding of ordinary shares....the ordibary shareholders is entitled to a dividend only after the preference
dividence have been paid....that the voting power of the ordinary shareholders in general meetings is such as to
allow them to control the resolutions at such meetings. In fact this means that the direstorate relly represents, or
can be made to represents, the ordinary shareholders.... ” (Denis Keenan dan Josephine Bisacre, 2002: 133-134.)
20
b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/ atau anggota
Dewan Komisaris;
c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan
klasifikasi saham lain;
d. Saham yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian secara kumulatif atau
nonkumulatif;
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam
likuidasi.
Ad. a Saham dengan atau tanpa hak suara
Saham dengan hak suara merupakan saham klasifikasi biasa, karena hak yang dimilikinya diatur oleh
undang-undang. Sedangkan saham tanpa hak suara (non-voting shares) maksudnya adalah pemegang
saham tidak memiliki hak untuk mengikuti RUPS karena pun suaranya tidak dipakai dalam
pengambilan keputusan.
Ad. b Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan Direksi dan/ atau anggota Dewan
Komisaris
Klasifikasi ini dapat disebut juga sebagai saham prioritas, yaitu adanya hak berbicara khusus. Hak
berbicara khusus yang dimaksud tentunya berkenaan dengan pencalonan Direksi dan/ atau anggota
Dewan Komisaris yang dalam anggaran dasar dimuat klausulnya.
Ad.c Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi
saham lain
Saham yang dapat ditarik kembali (redeemable shares) hanya dapat dikeluarkan apabila anggaran
dasarnya mengatur demikian. Saham yang dapat ditarik kembali tidak dapat diberlakukan untuk semua
saham, hanya sebagian saham saja. Apabila seluruh saham redeemable, maka seluruhnya dapat ditarik
kembali dan akhirnya Perseroan hanya terdiri atas board of Directors with no members.21
Untuk saham yang dapat ditukar dengan klasifikasi lain (convertible shares) artinya ia dapat berubah
menjadi klasifikasi lain yang diatur dalam anggaran dasar. Misal klasifikasi dalam anggaran dasar
adalah saham biasa dan saham prioritas, maka apabila Mr. X pemegang saham biasa pada suatu saat
tertentu dapat menukar sahamnya menjadi klasifikasi saham biasa.
Ad. d Saham yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian secara kumulatif atau non-kumulatif
Saham klasifikasi ini artinya memberi hak terlebih dahulu atau preferensi kepada pemegangnya atas
dividen yang dibagikan, sehingga disebut dengan preference shares.22
1. Pembagian secara kumulatif
“... a right to preferential dividend without more is deemed a right to a cumulative
dividend, i.e. if no dividend is declared on the preference shares in any year, the arrears
are carried forward and must be paid before any dividend can be declared on ordinary
shares. Thus if 10 per cent preference shares mentioned above received dividends of 5
per cets in 1999; 5 per cent in 2000; and nothing in 2001’ they would be entitled at the
21
Keenan, op.cit., hlm. 130.
“These shares are entitled to preferential treatment when dividens are declared. Thus a 10 per cent
preference share must receive a dividend of 10 per cent out of profits before anything can be paid to the ordinary
shares. Since there may be several classes of preference shares ranking one after the other, it is essential to refer
to the company’s article.” (Denis Keenan dan Josephine Bisacre, 2002: 128.)
22
end of 2002 to 5 + 5 + 10 + 10, or 30 per cent before the ordinary shareholders could
have...”23
Maksudnya adalah hak lebih dahulu untuk memperoleh hak atas dividen tunggakan (yang tidak
terbayar di tahun sebelumnya) yang jumlahnya diakumulasi.
2. Pembagian secara non-kumulatif
Pembagian non-kumulatif tampaknya sudah jarang ditemui, namun demikian masih dapat
dijumpai dengan non-cumulative by implications.24
Ad. e Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi
Saham jenis ini disebut juga dengan liquidation preference. Meskipun pada dasarnya setiap pemegang
saham memiliki hak untuk berpartisipasi dalam perolehan harta kekayaan Perseroan atas likuidasi,
namun dalam perkembangannya diadakan juga pembedaan atas hak partisipasi dan tidak berpartisipasi.
Kemudian, untuk hak berpartisipasi, dibedakan juga mana yang memiliki hak utama (preferensi) untuk
menerima sisa kekayaan Perseroan dan mana yang mendapat belakangan.
Klasifikasi atas saham menurut UU PT ini tidak berarti bahwa mereka berdiri sendirisendiri, akan tetapi dapat merupakan gabungan dari beberapa macam klasifikasi.25
4. Pemindahan Hak atas Saham
Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak26 yang salinannya
disampaikan secara tertulis kepada Perseroan. Pemindahan hak atas saham wajib dicatat
oleh Direksi ke dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus dan
memberithaukannya kepada Menteri untuk dicatat paling lambat 30 hari sejak pencatatan
pemindahan hak. Untuk saham yang diperdagangkan melalui pasar modal maka diatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.27
Persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham dapat diatur dalam anggaran dasar, yang
memuat:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi
tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan; dan/ atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jika pemindahan hak atas saham disebabkan oleh peralihan hak karena hukum, maka tidak
berlaku persyaratan seperti disebut diatas; namun untuk poin c berlaku jika berkenaan
dengan kewarisan.
Ad. a Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi
tertentu atau pemegang saham lainnya
23
Keenan, op.cit., hlm. 128.
Ibid.
25
Indonesia (2), Penjelasan atas Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, TLN
No. 4756, Ps. 53 Ayat (4).
26
Akta pemindahan hak yang dimaksud adalah dalam bentuk Akta Notaris atau yang dibuat di hadapan
Notaris, atau akta bawah tangan.
27
Indonesia (1), op.cit., Ps. 56.
24
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penawaran ternyata pemegang saham yidak
membeli, maka pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjualnya kepada pihak ketiga.
Ad. b Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan
Pemberian persetujuan atau penolakan harus dilakukan secara tertulis dalam waktu 90 (sembilan puluh)
hari sejak diminta persetujuan. Jika tidak ada respon setelah 90 hari, maka dianggap disetujui.
Ad. c Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Syarat ini tidak selamanya harus dilaksanakan sebab hanya dapat berlaku jika ada undang-undang yang
mengatur demikian, seperti dalam hal peralihan hak karena kewarisan dan Penggabungan, Peleburan,
dan Pemisahan.
5. Pengagunan Saham
Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepada pemiliknya. Hak tersebut
juga meliputi, bahwa saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang
tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar.28 Saham yang diagunkan masih dilekati hak
suara bagi pemegang sahamnya.
6. Hak Mengajukan Gugatan
Pemegang saham memiliki hak untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil
dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/ atau Dewan
Komisaris.29 Gugatan diajukan ke pengadilan negeri tempat kedudukan Perseroan.
Ketentuannya pengajuan gugatan sesuai dengan Hukum Acara Perdata, yaitu:
a. Gugatan sifatnya partai atau inter-partai; bukan permohonan.
b. Legal standing, yaitu setiap pemegang saham baik perseorangan ataupun lebih dari
seorang.
c. Pengajuan gugatan dilayangkan ke pengadilan negeri yang yurisdiksinya meliputi
tempat kedudukan Perseroan.30
d. Tergugat adalah Perseroan, bukan Direksi dan/ atau Dewan Komisaris.
e. Fundamentum petendi sesuai dengan Pasal l61 UU PT, yaitu tindakan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan wajar.
f. Petitum terdiri atas: menuntut atau memohon ke Pengadilan agar Perseroan
menghentikan tindakan yang merugikan dan menuntut agar Perseroan mengambil
langkah tertentu untuk mengatasi akibat yang timbul ataupun mencegah tindakan
serupa di kemudian hari.
7. Hak Meminta Sahamnya Dibeli Kembali oleh Perseroan
Berdasarkan Pasal 62 UU PT, setiap pemegang saham berhak meminta Perseroan untuk
membeli sahamnya dengan harga yang wajar apabila ia tidak menyetujui tindakan
Perseroan yang merugikan pemegang saham maupun Perseroan dalam bentuk:
a. Perubahan anggaran dasar;
b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dati 50%
(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.
28
Ibid., Ps. 60.
Ibid., Ps. 61.
30
Asas actor sequitor forum rei (Ps. 118 Ayat (1) HIR).
29
Jumlah saham yang dapat dibeli kembali atas Perseroan tetap mengikuti Pasal 37 Ayat (1)
huruf b UU PT,31 dan apabila yang dimintakan oleh pemegang saham melebihi batas
tersebut maka Perseroan wajib mebgusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.
Referensi
Indonesia. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN No. 106 Tahun
2007. TLN No. 4756.
Keenan, Denis dan Josephine Bisacre. Smith and Keenan’s Company Law. Edinburgh: Pearson
Longman, 2002.
31
“...tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan,
kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.”
NPM : 1406536221
Kelompok 4
Hukum Organisasi Perusahaan (B)
MODAL DAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS
Hal-hal yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas secara lengkap telah diatur di dalam Undang-undang
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), termasuk di dalamnya membahas Modal dan
Saham Perseroan Terbatas yang diatur dalam BAB III Pasal 31-62.
Di dalam UU PT, pengaturan tentang modal dan saham meliputi hal-hal berikut ini: Modal,
Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan, Penambahan Modal, Pengurangan Modal, dan Saham.
A. MODAL
Modal Perseroan terdiri atas saham-saham. Hal ini sesuai dengan pengertian PT pada Pasal 1
angka 1 UU PT. Dalam UUPT, kita akan menjumpai beberapa terma modal, yang disebut
dengan:
1. Modal dasar
2. Modal ditempatkan
3. Modal disetor
Ad. 1 Modal dasar
Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Dalam terma global, modal dasar biasa
disebut nominal capital atau authorized capital. Pengertiannya adalah sebagai berikut:
“...is the total amount of capital which company is allowed to issue. The initial amount on
registration, which is set out in the memorandum, can be increased or reduced.”1
Jadi, modal dasar adalah jumlah seluruh modal yang dijadikan syarat pendirian PT yang harus
dicantumkan dalam anggaran dasarnya. Di dalam UUPT, modal dasar Perseroan paling sedikit adalah
Rp 50.000.000,00. Jumlah ini dapat diubah, tentu saja harus melalui perubahan anggaran dasar pula.
Mengenai jumlah minimun Rp 50.000.000,00, dapat diubah dan perubahannya ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.2
Ad. 2 Modal ditempatkan
Modal ditempatkan memiliki pengertian sebagai berikut:
“...is that part of the company’s nominal capital which has been actually allotted to the
shareholders. A company is not bound to allot all its capital at once.”3
Denis Keenan dan Josephine Bisacre, Smith and Keenan’s Company Law, (Edinburgh: Pearson
Longman, 2002), hlm. 126.
2
Indonesia (1), Undang-undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106
Tahun 2007, TLN. No. 4756, Ps. 32.
3
Keenan, loc.cit.
1
Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.4
Selain itu, pengertian dari modal ditempatkan dalam UU PT ini juga bisa disamakan dengan pengertian
called-up capital, yaitu:
“...the total amount called up by the company on the shares allotted.”5
Jika diartikan, maka modal ditempatkan adalah modal yang telah disetujui untuk ditempatkan atau
dibeli sahamnya oleh pendiri, dengan jumlah minimum 25% dari modal dasar. Misalnya, jika modal
dasarnya Rp 50.000.000,00 maka modal ditempatkannya sebesar Rp 12.500.000,00.
Ad. 3 Modal disetor
Modal disetor adalah modal ditempatkan yang telah dibayarkan. Modal disetor dikenal juga dengan
istilah paid-up capital, yang pengertiannya:
“...is that part of the called-up capital which has been paid up by the shareholders.”6
Jadi, modal ditempatkan adalah jumlah yang disetujui untuk dibayarkan (belum dibayar, dan tidak harus
dibayarkan semua di awal) dan yang dibayar atau disetorkan di awal pendirian adalah modal disetor,
jumlahnya harus sesuai dengan modal ditempatkan atau kurang dari itu tetapi harus mencapai 25% dari
modal dasar.
Berkenaan dengan penyetoran atas modal saham, dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/ atau dalam
bentuk lainnya yang nilainya ditentukan berdasarkan nilai wajar sesuai harga pasar atau oleh ahli.
Sedangkan, untuk saham dalam bentuk benda bergerak harus diumumkan melalui setidaknya satu Surat
Kabar dalam jangka waktu 14 hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran saham tersebut.7
Pemegang saham dan kreditor lainnya yang memiliki tagihan terhadap Perseroan tidak dapat
menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya,
kecuali disetujui RUPS. Hak-hak tagih yang dimaksud adalah yang timbul karena:
a. Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan uang;
b. Pihak yang menajdi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang
Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin; atau
c. Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah
menerima manfaat berupa uang atau barang yang dapay dinilai dengan uang yang langsung
atau tidak langsung secara nyata telah diterima Perseroan.8
Perseroan juga dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun orang lain yang
sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.9 Artinya, saham tidak
boleh dibeli sendiri oleh Perseroan, karena ini menyalahi maksud dari mengeluarkan saham, yaitu
dalam rangka mengumpulkan modal. Jika saham yang dikeluarkan dibeli sendiri maka tidak akan
terkumpul modal yang diharapkan didapat dari pihak luar. Namun demikian terdapat pengecualian
apabila saham yang dikeluarkan tadi diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah, tau hibah
wasiat.10
4
Indonesia (1), op.cit., Ps. 33 ayat (1).
Keenan, loc.cit.
6
Ibid.
7
Indonesia (1), op.cit., Ps. 34.
8
Ibid., Ps. 35.
9
Ibid., Ps. 36.
10
Ibid.
5
B. PERLINDUNGAN MODAL DAN KEKAYAAN PERSEROAN
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan, dengan ketentuan:
1. Tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal
ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan.
2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali dan gadai saham atau jaminan
fidusia atas saham yang dipegang tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal
yang ditempatkan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal.
Saham yang dibeli kembali ini hanya boleh dikuasai paling lama tiga tahun. Pembelian kembali
atau pengalihannya hanya dapat dilakukan berdasar persetujuan RUPS. Saham yang dibeli
kembali, didapat dari peralihan karena hukum, hibah, atau hibah wasit tidak dapat digunakan
untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah
kuorum yang harus dicapai.11
C. PENAMBAHAN MODAL
Penambahan modal dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. Hal ini disebabkan perubahan
modal memerlukan adanya perubahan juga dalam anggaran dasar. Penambahan modal yang
dimaksud adalah terhadap modal dasar, modal ditempatkan, maupun modal disetor.
Kuorum RUPS dalam rangka penambahan modal dasar adalah sesuai dengan kuorum
perubahan anggaran dasar, sedangkan kuorum untuk penambahan modal ditempatkan dan
modal disetor adalah ½ bagian dari seluruh saham dengan disetujui ½ bagian dari jumlah suara
yang dikeluarkan. Kemudian, penambahan modal ini harus diberitahukan kepada Menteri untuk
dicatat dalam daftar Perseroan.12
Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus ditawarkan pertam kali
kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham
yang sama. Misalnya, jika saham yang dikeluarkan adalah termasuk klasifikasi saham preferen,
maka harus ditawarkan dulu pada pemegang saham preferen. Namun, bila saham yang
dikeluarkan berbeda dengan klasifikasi saham yang pernah dikeluarkan, maka harus ditawarkan
pada seluruh pemegang saham sesuai perimbangan. Jika kemudian terdapat sisa, dalam kata
lain tidak semua saham yang baru dikeluarkan diambil oleh pemegang saham, maka saham
tersebut dapat ditawarkan pada pihak ketiga. Hal ini (penawaran terlebih dahulu) tidak berlaku
apabila:
1. ditujukan pada karyawan Perseroan,
2. ditujukan pada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham,
atau
3. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/ atau restrukturisasi yang disetujui RUPS.13
D. PENGURANGAN MODAL
Pengurangan modal, serupa dengan penambahan modal juga dapat dilakukan terhadap modal
dasar, modal ditempatkan, maupun modal disetor. Terhadap pengurangan modal dasar, artinya
harus ada perubahan terhadap anggaran dasar dengan memperoleh persetujuan dari Menteri.
11
Ibid., Ps. 37-39.
Ibid., Ps. 41-42.
13
Ibid., Ps. 43.
12
Sedangkan mengenai pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor cukup dengan cara
penarikan kembali saham atau penurunan nilai nominal saham.
1. Penarikan kembali saham
Penarikan kembali saham hanya dapat dilakukan tehadap saham yang telah dibeli kembali
oleh Perseroan atau terhadap saham dengan klasifikasi dapat ditarik kembali.
2. Penurunan nilai nominal saham tanpa pembayaran kembali
Dilakukan secara seimbang terhadap seluruh saham dari setiap klasifikasi saham dengan
persetujuan seluruh pemegang saham yang nilai nominalnya dikurangi.14
Terhadap pengurangan modal, Direksi wajib melakukan tindakan uyang bersifat publisitas,
yaitu: memberitahukannya kepada seluruh Kreditor dalam bentuk pengumuman melaui surat
kabar paling lama tujuh hari sejak diputuskan RUPS. Dengan memberitahukan kepada
Kreditor, maka apabila Kreditor keberatan dapat melakukan beberapa upaya, seperti:
1. mengajukan keberatan secara tertulis dan
2. mengajukan gugatan apabila keberatan ditolak oleh Perseroan.
Mungkin terdapat pertanyaan, mengapa sebuah Perseroan memutuskan untuk mengurangi
modalnya, sedangkan banyak Perseroan yang ingin menambah modalnya untuk
mengembangkan usaha. Alasan dimungkinkan terjadinya pengurangan modal dari suatu
Perseroan dapat dipahami dari hal-hal berikut ini:
1.
2.
3.
4.
Modal yang berlebih
Saham yang telah dikeluarkan tidak dibayarkan seluruhnya
Aset yang dimiliki mengalami penyusutan nilai.
Dalam rangka menaati peraturan perundang-undangan tentang distribusi, dll.15
E. SAHAM
Pengertian saham Perseroan adalah:
“...the interest of a shareholder in the company measured by a sum of money, for the
purpose of liability in the first place, and of interest in the second, but also consisting
of a series of mutual covenants entered into by all the shareholders...”16
Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya dengan persyaratan yang diatur dalam
anggaran dasar, instansi yang berwenang, dan peraturan perundang-undangan. Jika tidak
memenuhi persyaratan, maka pemegang ssaham tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang
saham dan tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS sesuai UU PT dan/ atau anggaran dasar.17
Sebagaimana dalam pengertian saham di atas, nilai saham harus dapat diukur dengan jumlah
uang, yang artinya harus dicantumkan nominal uang berdasar mata uang rupiah. Tanpa ada nilai
nominal, maka saham tidak dapat dikeluarkan. Namun demikian, terdapat peraturan perundangundangan di bidang pasar modal yang memungkinkan dikeluarkannya saham tanpa nominal.18
1. Daftar Pemegang Saham
Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang berisi
sekurang-kurangnya:
14
Ibid., Ps. 44-47.
Keenan, op.cit., hlm. 143-144.
16
Ibid., hlm. 200.
17
Indonesia (1), op.cit., Ps. 48.
18
Ibid., Ps. 49.
15
a. nama dan alamat pemegang saham;
b. jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan
klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;
c. jumlah yang disetor atas setiap saham;
d. nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak
gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal
perolehannya;
e. keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain (selain uang).
Selain itu, Direksi juga wajib membuat Daftar Khusus yang berisi keterangan tentang saha
yang dimiliki oleh Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan
maupun Perseroan lain serta tanggal diperolehnya. Di dalam daftar-daftar yang wajib
dibuat oleh Direksi ini juga perlu dicatat perubahan kepemilikan sahamnya.19
2. Bukti Kepemilikan dan Hak Pemegang Saham
Berdasarkan Pasal 51 UU PT, setiap pemegang saham diberi bukti pemilikan saham atas
saham yang dimilikinya. Hal ini diperlukan sebagai dasar untuk dapat mengeksekusi hak
dari pemegang saham. Mengenai bentuk dari bukti kepemilikan ini dapat ditetapkan dalam
anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Dengan memegang bukti kepemilikan saham, setiap pemegang saham akan memperoleh
hak-hak sebagai berikut, yang diatur oleh undang-undang:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasar UU PT.
Hak pemegang saham dapat mulai berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang
saham atas nama pemiliknya. Untuk hak pemegang saham yang dibutkan dalam poin a dan
poin c di atas tidak berlaku untuk klasifikasi saham tertentu berdasar UU PT.
Hak yang didapatkan atas kepemilikan saham adalah hak yang tidak dapat dibagi. Artinya,
pemegang saham tidak dapat membagi hak atas satu saham menurut kehendaknya sendiri.
Jika satu saham dimiliki oleh lebih dari satu orang maka pelaksanaan hak dilakukan dengan
menunjuk satu orang sebagai wakil bersama.
3. Klasifikasi Saham
Anggaran dasar dapat menetapkan satu klasifikasi saham atau lebih. Setiap saham dari
klasifikasi yang sama memberikan hak yang sama kepada pemiliknya. Jika terdapat lebih
dari satu klasifikasi saham, maka salah satunya ditetapkan sebagai saham biasa.
Saham biasa (common/ ordinary shares)20, sesuai yang dimaksud dalam UU PT adalah
saham yang memiliki hak suara, hak untuk menerima dividen, dan hak menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi. Sementara, klasifikasi saham lainnya sebagaimana ditentukan
oleh UU PT Pasal 53 antara lain:
a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
19
Ibid., Ps. 50.
“...the nature of an ordinary share is perhaps best understood by comparing it with preference share.
In this way we can ascertain the distinguishing features, and the advantages and disadvatages which arise from
the holding of ordinary shares....the ordibary shareholders is entitled to a dividend only after the preference
dividence have been paid....that the voting power of the ordinary shareholders in general meetings is such as to
allow them to control the resolutions at such meetings. In fact this means that the direstorate relly represents, or
can be made to represents, the ordinary shareholders.... ” (Denis Keenan dan Josephine Bisacre, 2002: 133-134.)
20
b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/ atau anggota
Dewan Komisaris;
c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan
klasifikasi saham lain;
d. Saham yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian secara kumulatif atau
nonkumulatif;
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam
likuidasi.
Ad. a Saham dengan atau tanpa hak suara
Saham dengan hak suara merupakan saham klasifikasi biasa, karena hak yang dimilikinya diatur oleh
undang-undang. Sedangkan saham tanpa hak suara (non-voting shares) maksudnya adalah pemegang
saham tidak memiliki hak untuk mengikuti RUPS karena pun suaranya tidak dipakai dalam
pengambilan keputusan.
Ad. b Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan Direksi dan/ atau anggota Dewan
Komisaris
Klasifikasi ini dapat disebut juga sebagai saham prioritas, yaitu adanya hak berbicara khusus. Hak
berbicara khusus yang dimaksud tentunya berkenaan dengan pencalonan Direksi dan/ atau anggota
Dewan Komisaris yang dalam anggaran dasar dimuat klausulnya.
Ad.c Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi
saham lain
Saham yang dapat ditarik kembali (redeemable shares) hanya dapat dikeluarkan apabila anggaran
dasarnya mengatur demikian. Saham yang dapat ditarik kembali tidak dapat diberlakukan untuk semua
saham, hanya sebagian saham saja. Apabila seluruh saham redeemable, maka seluruhnya dapat ditarik
kembali dan akhirnya Perseroan hanya terdiri atas board of Directors with no members.21
Untuk saham yang dapat ditukar dengan klasifikasi lain (convertible shares) artinya ia dapat berubah
menjadi klasifikasi lain yang diatur dalam anggaran dasar. Misal klasifikasi dalam anggaran dasar
adalah saham biasa dan saham prioritas, maka apabila Mr. X pemegang saham biasa pada suatu saat
tertentu dapat menukar sahamnya menjadi klasifikasi saham biasa.
Ad. d Saham yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian secara kumulatif atau non-kumulatif
Saham klasifikasi ini artinya memberi hak terlebih dahulu atau preferensi kepada pemegangnya atas
dividen yang dibagikan, sehingga disebut dengan preference shares.22
1. Pembagian secara kumulatif
“... a right to preferential dividend without more is deemed a right to a cumulative
dividend, i.e. if no dividend is declared on the preference shares in any year, the arrears
are carried forward and must be paid before any dividend can be declared on ordinary
shares. Thus if 10 per cent preference shares mentioned above received dividends of 5
per cets in 1999; 5 per cent in 2000; and nothing in 2001’ they would be entitled at the
21
Keenan, op.cit., hlm. 130.
“These shares are entitled to preferential treatment when dividens are declared. Thus a 10 per cent
preference share must receive a dividend of 10 per cent out of profits before anything can be paid to the ordinary
shares. Since there may be several classes of preference shares ranking one after the other, it is essential to refer
to the company’s article.” (Denis Keenan dan Josephine Bisacre, 2002: 128.)
22
end of 2002 to 5 + 5 + 10 + 10, or 30 per cent before the ordinary shareholders could
have...”23
Maksudnya adalah hak lebih dahulu untuk memperoleh hak atas dividen tunggakan (yang tidak
terbayar di tahun sebelumnya) yang jumlahnya diakumulasi.
2. Pembagian secara non-kumulatif
Pembagian non-kumulatif tampaknya sudah jarang ditemui, namun demikian masih dapat
dijumpai dengan non-cumulative by implications.24
Ad. e Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi
Saham jenis ini disebut juga dengan liquidation preference. Meskipun pada dasarnya setiap pemegang
saham memiliki hak untuk berpartisipasi dalam perolehan harta kekayaan Perseroan atas likuidasi,
namun dalam perkembangannya diadakan juga pembedaan atas hak partisipasi dan tidak berpartisipasi.
Kemudian, untuk hak berpartisipasi, dibedakan juga mana yang memiliki hak utama (preferensi) untuk
menerima sisa kekayaan Perseroan dan mana yang mendapat belakangan.
Klasifikasi atas saham menurut UU PT ini tidak berarti bahwa mereka berdiri sendirisendiri, akan tetapi dapat merupakan gabungan dari beberapa macam klasifikasi.25
4. Pemindahan Hak atas Saham
Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak26 yang salinannya
disampaikan secara tertulis kepada Perseroan. Pemindahan hak atas saham wajib dicatat
oleh Direksi ke dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus dan
memberithaukannya kepada Menteri untuk dicatat paling lambat 30 hari sejak pencatatan
pemindahan hak. Untuk saham yang diperdagangkan melalui pasar modal maka diatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.27
Persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham dapat diatur dalam anggaran dasar, yang
memuat:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi
tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan; dan/ atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jika pemindahan hak atas saham disebabkan oleh peralihan hak karena hukum, maka tidak
berlaku persyaratan seperti disebut diatas; namun untuk poin c berlaku jika berkenaan
dengan kewarisan.
Ad. a Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi
tertentu atau pemegang saham lainnya
23
Keenan, op.cit., hlm. 128.
Ibid.
25
Indonesia (2), Penjelasan atas Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, TLN
No. 4756, Ps. 53 Ayat (4).
26
Akta pemindahan hak yang dimaksud adalah dalam bentuk Akta Notaris atau yang dibuat di hadapan
Notaris, atau akta bawah tangan.
27
Indonesia (1), op.cit., Ps. 56.
24
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penawaran ternyata pemegang saham yidak
membeli, maka pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjualnya kepada pihak ketiga.
Ad. b Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan
Pemberian persetujuan atau penolakan harus dilakukan secara tertulis dalam waktu 90 (sembilan puluh)
hari sejak diminta persetujuan. Jika tidak ada respon setelah 90 hari, maka dianggap disetujui.
Ad. c Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Syarat ini tidak selamanya harus dilaksanakan sebab hanya dapat berlaku jika ada undang-undang yang
mengatur demikian, seperti dalam hal peralihan hak karena kewarisan dan Penggabungan, Peleburan,
dan Pemisahan.
5. Pengagunan Saham
Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepada pemiliknya. Hak tersebut
juga meliputi, bahwa saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang
tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar.28 Saham yang diagunkan masih dilekati hak
suara bagi pemegang sahamnya.
6. Hak Mengajukan Gugatan
Pemegang saham memiliki hak untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil
dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/ atau Dewan
Komisaris.29 Gugatan diajukan ke pengadilan negeri tempat kedudukan Perseroan.
Ketentuannya pengajuan gugatan sesuai dengan Hukum Acara Perdata, yaitu:
a. Gugatan sifatnya partai atau inter-partai; bukan permohonan.
b. Legal standing, yaitu setiap pemegang saham baik perseorangan ataupun lebih dari
seorang.
c. Pengajuan gugatan dilayangkan ke pengadilan negeri yang yurisdiksinya meliputi
tempat kedudukan Perseroan.30
d. Tergugat adalah Perseroan, bukan Direksi dan/ atau Dewan Komisaris.
e. Fundamentum petendi sesuai dengan Pasal l61 UU PT, yaitu tindakan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan wajar.
f. Petitum terdiri atas: menuntut atau memohon ke Pengadilan agar Perseroan
menghentikan tindakan yang merugikan dan menuntut agar Perseroan mengambil
langkah tertentu untuk mengatasi akibat yang timbul ataupun mencegah tindakan
serupa di kemudian hari.
7. Hak Meminta Sahamnya Dibeli Kembali oleh Perseroan
Berdasarkan Pasal 62 UU PT, setiap pemegang saham berhak meminta Perseroan untuk
membeli sahamnya dengan harga yang wajar apabila ia tidak menyetujui tindakan
Perseroan yang merugikan pemegang saham maupun Perseroan dalam bentuk:
a. Perubahan anggaran dasar;
b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dati 50%
(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.
28
Ibid., Ps. 60.
Ibid., Ps. 61.
30
Asas actor sequitor forum rei (Ps. 118 Ayat (1) HIR).
29
Jumlah saham yang dapat dibeli kembali atas Perseroan tetap mengikuti Pasal 37 Ayat (1)
huruf b UU PT,31 dan apabila yang dimintakan oleh pemegang saham melebihi batas
tersebut maka Perseroan wajib mebgusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.
Referensi
Indonesia. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN No. 106 Tahun
2007. TLN No. 4756.
Keenan, Denis dan Josephine Bisacre. Smith and Keenan’s Company Law. Edinburgh: Pearson
Longman, 2002.
31
“...tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan,
kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.”