NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKAN
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM ADAT
RITUAL KEAGAMAAN DESA TULEHU KECAMATAN SALAHUTU
KEBUPATEN MELUKU TENGAH
Wa Ode Intan
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ambon
Email: [email protected]
A. Latar Belakang.
Pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, behkan dalam proses
pembentukan masyarakat ikut adil untuk menyumbangkan proses-proses perwujudal
pilar-pilar penyangga masyarakat. Dalam hal ini, kita bisah mengingat salah satu
ungkapan parah tokoh antropologi seperti Goodenough, Spredley dan Geertz
mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem
pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap
dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada. Sejak
manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul ggagasan
untuk melakukan pengalihan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan melalui
pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyaraka, pendidikan
senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi
sejalan dengan tuntutan masyarakat.1
1
hlm. 1.
Arif, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI ; Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014),
Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa
menghasilkan manusiaberbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tsnggung jawab. Dalam
masyarakat yang dinami, pendidikan memegang peranan yang menentukan terhadap
eksitensi dan perkembangan masyarakat, hal ini karena pendidikan merupakan proses
usaha melestarikan, mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan
dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai
kultural-relegius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam
masyarakat dari waktu kewaktu.2
Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah social sekaligus ranah
individual. Pada ranah social, budaya lahir ketika manusia ketemu dengan manusia
lainnya dan membangun kehidupan yang bersama dan lebih dari sekedar pertemuanpertemuan insidental. Dari sana muncul aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan
sampai pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh dan
sekaligus menjadi karangka perilaku dari individual-individual yang masuk dalam
kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku dan kepercayaan yang dimiliki
sekelompok individu itulah yang di sebut adat.3
Pada hakekatnya, budaya tidak hanya membatasi masyarakat, tetapi juga
eksistensi biologisnya, tidak hanya bagian dari kemanusiaan, tetapi struktur
instingtifnya sendiri. Namun demikian, batasan tersebut merupakan prasyarat dari
sebuah kemajuan dan secara nyata adatmembari pengaruh pada perkembangan
kepribadian seseorang. Disinilah kepribadian manusia yang merupakan konsep dasar
psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi
dan menjadi kerangka acuan dan pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak
2
Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 7-8.
3
Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan, (Cet. I ; Jakarta : PT Asadi Mahasatya Rineka Cipta, 2000),
hlm. 33-34.
sebagai aspek fundamental dari setiap individu yang tidak lepas dari konsep
kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruk sosial. Nilai-nilai
konstruksi sosial secara tidak langsung akan menjiwai eksitensi pemikiran keagamaan
secara kokoh dengan bersumber pada inti ajaran agamanya. Misalnya adat ab’daud
pada Desa Tulehu yang senantiasa dilakukan guna mempererat siraturahmi keluarga
dikalangan masyarakat Desa Tulehu.4
Biasanya dalam melihat eksitensi tradisi dan nilai agama dalam kehidupan
masyarakat, dimana akan terjadi proses pembauran, maka terdapat tiga tipologi
hubungan Agama dengan budaya Lokal (tradisi) tersebut. Tipologi tersebut bisa
dimaknai sebagai tipe sinkretis, akulturasi, dan sinkretis-akultiirasi. Tipe sinkresi
umumnya terlihat diwilayah pedesaan yang cenderung agak tertutup. Tradisi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan, tumbuh dan berkembang
secara historis pada masyarakat pendukungnya, yang berfungsi mengukuhkannormanorma sosial dan nilai-nilai luhur.
Adat Ab’daud merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Tulehu dengan berkumpul dalam beberapa marga yang memiliki tali persaudaraan
baik secara garis keturunan maupun karena faktor perkawinan dan persahaban antar
sesama. Pertanyaan yang muncul adalah apakah adat ini mangandung nilai-nilai
pendidikan islam kepada masyarakat dan generasi penerus lainnya.
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian.
Adapun judul penelitian yang penulis angkat yaitu : NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM ADAT RITUAL KEAGAMAAN DESA
TULEHU KECAMATAN SALAHUTU KEBUPATEN MELUKU TENGAH.
B. Rumusan Masalah.
1.
Rumusan Masalah.
4
Gunawan, Sosiologi Pendidikan Satuan Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan,. hlm. 4.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
penulis angkat dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaiman proses pelaksanaan adat Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah?
b. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandungang dalam adat Ab’daud
Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah?
2. Batasan Masalah.
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak menyimpang, maka
pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang analisa
nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam adat Ab’daud Desa
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
C. Tujuan Penelitian.
a. Tujuan Penelitian.
adapun tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai dalam
penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan adat Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
2. Untuk mengetahui tujuan adat Ab’daud bagi kehidupan masyarakat Desa
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam adat
Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
b. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapakan setidaknya berguna pada dua aspek
yaitu sebagai berikut:
1. Kontribusi di bidang akademik. Sebagai bahan referensi bagi para
intelektual selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan tentang
budaya daerah.
2. Kontribusi praktis. Menjdai masukan bagi pihak-pihak terkait yakni
menyangkut peran budaya dalam pembentukan kepribadian
masyarakat.
D. Landasan Teori.
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai Secara Umum
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak sehingga sulit untuk dirumuskan ke
dalam suatu pengertian yang memuaskan. Beberapa ahli merumuskan pengertian nilai
dari beberapa perspektif seperti menurut Chabib Thoha bahwa nilai merupakan sifat
yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan
subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).5
Maupun perilaku Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu
perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan.6
5
Chabib. H.M. Tahoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm 18.
6
Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984),
hlm. 260
Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan
tingkah laku.
2. Pengertian Pendidikan Islam.
Dr. Muhammad Fadhli Al- Jamali memberikan pengertian pendidikan islam
sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih
maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan, maupun perbuatan.7
3.
Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Islam.
Dunia pendidikan akhir-akhir ini tidak terlepas dari kemajuan di berbagai
bidang, baik sains, teknologi, komunikasi maupun bidang lainnya. Kemajuankemajuan tersebut tidak semuanya memberikan nilai manfaat pada generasi muda,
namun tentu saja banyak sisi negatif yang diakibatkan oleh seiring dengan kemajuan
zaman. Kalau setiap orang tidak waspada terhadap ekses negatif kemajuan zaman,
maka secara langsung kemajuan zaman itu berpengaruh juga terhadap nilai-nilai, adat
budaya, maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
S.Trimo dalam Chalijah Hasan mengatakan: “Kemajuan dan perkembangan
teknologi yang telah berhasil membuat dunia semakin kecil, membawa pengaruh
7
Drs.
Muhaimin,MA.
Drs.
Abdul
mujib,
islam,(Bandung: PT Trigenda Karya 1993 ) hlm.135.
pemikiran
pendidikan
yang besar pada norma-norma dan system nilai masyarakat, perilaku manusia
organisasi, struktur keluarga, mobilitas masyarakat, kebijakan pemerintah, dan
sebagainya.8
Mencermati beberapa gejala-gejala yang terjadi pada akhir-akhir ini maka
tugas guru sebagai pendidik adalah menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
kepada anak dengan kokoh agar nilai-nilai yang diajarkan kepadanya menjadi sebuah
keyakinan yang dapat membentengi diri dari berbagai ekses-ekses negatif. Ada tiga
tanggung jawab guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
1. Nilai Aqidah
Kata aqidah berasal dari Bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu, aqdan yang artinya
mengumpulkan atau mengokohkan. Dari kata tersebut dibentuk kata Aqidah.
Kemudian Endang Syafruddin Anshari mengemukakan aqidah ialah keyakinan hidup
dalam arti khas yaitu pengikraran yang bertolak dari hati.9
Aqidah adalah sesuatu yang perlu dipercayai terlebih dahulu sebelum yang
8
Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),
h. 201.
9
Endang Syafruddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Pemikiran
Tentang Islam, (Jakarta, Raja Wali, 1990), cet-2, h. 24
lainnya. Kepercayaan tersebut hendaklah bulat dan penuh, tidak tercampur dengan
syak, ragu dan kesamaran.
Jadi aqidah adalah sebuah konsep yang mengimani manusia seluruh perbuatan
dan prilakunya dan bersumber pada konsepsi tersebut. Aqidah islam dijabarkan
melalui rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan
diri dari perbuatan syirik, aqidah islam berkaitan pada keimanan. Anak pada usia 6
sampai 12 tahun harus mendapatkan pembinaan aqidah yang kuat, sebab apabila anak
telah dewasa mereka tidak terombang-ambing oleh lingkungan mereka. Penanaman
aqidah yang mantap pada diri anak akan membawa anak kepada pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
Sesudahnya, guru memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk,
membimbing dan membina anak, apapun yang diberikan dan ditanamkan dalam jiwa
anak akan bisa tumbuh dengan subur, sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat
bagi orang tua kelak. Di dalam al-Quran ada ayat yang menyatakan tentang beriman,
diantara ayat tersebut adalah:
۱۰ ا݁ګݓ ن ګܒܿ ع݂ݒ سݐ݁ه ݏاܾ݁ت۱۰ّ ݏسݐ݁ه ݏاܾ݁ت۰ ا݁ګين آمنݐا آمنݐا ب۰ أيڬݎ۰ي
݀ه ݏس݂ه ݏا݁يݐ݃ اآخܐ فقد ض ګ۴ّ ݏمائܾته ݏكت۰݀ ݏمن يܾفܐ ب۴ا݁ګݓ أنܒ݁من ق
)٦٣١ :ء۰ضااً بعيدا ً (ا݁نس
artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah Swt dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah Swt turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang Allah Swt turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah Swt,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya 10. (QS an-Nisaa’:136)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap orang mukmin mesti beriman
kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Keyakinan kepada hal-hal yang
ditetapkan oleh Allah tersebut disebut sebagai aqidah. Dalam Islam keyakinan
terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah Swt dikenal dengan rukun iman yang
terdiri dari beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan
Qadhar dari Allah.
Dalam menanamkan kepercayaan seperti yang telah disebutkan di atas maka
orang tua sebagai pendidik di dalam rumah tangga memiliki tanggungjawab yang
berat agar membimbing dan mengarahkan anak melalui berbagai upaya dan
pendekatan agar sejak dini anak sudah memiliki keyakinan yang jelas terhadap
agamanya. Penanaman keyakinan terhadap akidah agama Islam terhadap anak tidak
hanya menjadi pengetahuan semata, akan tetapi nilai-nilai akidah tersebut dapat
diimplementasikan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari.
1. Nilai Ibadah
Abdurrahman An-Nahlawi mengungkapkan bahwa “keimanan merupakan
landasan aqidah yang dijadikan sebagai guru, ulama untuk membangun pendidikan
agama islam”.10 Masa terpenting dalam pembinaan aqidah anak adalah masa kanakkanak dimana pada usia ini Mereka memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
pada masa 10Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 131
a). Arti dan Penghayatan Ibadah
“Ibadah berasal darikata Abd yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat
ibadah adalah penghambaan. Sedangkan dalam arti terminologinya ibadah adalah
usaha mengikuti hukum dan aturan- aturan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan
sesuai dengan perintahnya, mulai dari akil balig sampai meninggal dunia”.11
Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran islam yang tidak dapat
dipisahkan dari keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari
keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh
kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah yang dimiliki akan semangkin
tinggipula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau bukti nyata dari
aqidah. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an.
)٦٣١: ݂݁تګقݐݑ (طه۶۴ق۰ ً نګحن نܐܑقك ݏا݁ع۰ ا نسأ݁ك ܑق۰ܐ ع݂يݎ۴ ݏاصط۵݁صګا۰ݏأمܐ أه݂ك ب
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah
kamu
mengerjakannya.
Kami
tidak meminta
rizki
kepadamu, kamilah yang memberikan rizki kepadamu. Dan akibat (yang
baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa 12 (QS Thaha: 132).
Dalam pembinaan ibadah ini.Seluruh tugas manusia dalam kehidupan ini
berakumulasi pada tanggung jawabnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Pada usia
11
Abdul A’ala al-Maududi, Dasar-dasar Islam, (Bandung, Pustaka, 1994), h.
12
Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 131
107
anak 6 sampai 12 tahun bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban,
tetapi merupakan masa persiapan latihan dan pembiasaan, sehingga ketika anak
memasuki usia dewasa, pada saat mereka mendapatkan kewajiban kesadaran dalam
beribadah, segala jenis ibadah yang Allah Swt wajibkan dapat mereka lakukan
dengan penuh dan keikhlasan, sebab sebelumnya ia terbiasa dalam melaksanakan
ibadah tersebut.
2. Nilai Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
agama, karena yang baik menurut akhlak , baikpula menurut agama, dan yang buruk
menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Akhlak merupakan realisasi dari
keimanan yang dimiliki oleh seseorang.
Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari khuluqun, yang secara bahasa
berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian ini dapat
dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan aktivitas manusia dalam hubungan
dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Ahmad Amin
merumuskan “akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.13
Dengan demikian akhlak menurut Ahmad Amin adalah deskripsi baik, buruk
sebagai opsi bagi manusia untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukannya.
Akhlak merupakan suatu sifat mental manusia dimana hubungan dengan Allah Swt
13
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV, Diponegoro, 1996), h. 11
dan dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Secara umum ahlak
dapat dibagi kepada tiga ruang lingkup yaitu akhlak kepada Allah Swt, Akhlak
kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.
3. Nilai Masyarakat
Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan hidup manusia di
atas bumi, misalnya pengaturan tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar
Negara , hubungan antar manusia dalam dimensi sosial , dan lain sebagainya. Dengan
kata lain, dapat dikatakan sebagai kaidah muamalah.14
B. Islam dan Kebudayaan
1. Islam
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri dalam kedamaian.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsurunsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral adat
istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batil (akal
budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha)
batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasi
kebudayaan.15
14
15
Ibid.hlm.159
Nata,
Abuddin.
Grafindo,1998).hlm.43.
Metedologi
Study
Islam.
(Jakarta
:
PT.
Raja
C. Hubungan antara Islam dan Kebudayaan
Dari pengertian penjelasan di atas kata Islam dekat dengan arti agama begitu
juga hubungan agama dan kebudayaan dalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi
tidak dapat di pisahkan. Agam bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan
waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di dasarkan
pada agama, tidak pernah sebaliknya.
Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya
bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, dengan demikian, kita dapat mengetahui
bahwa pada tingakat praktis, Agam Islam merupakan produk budaya karena ia
tumbuh dan berkembang melalui pemikiran ulama’ dengan cara ijtihad, Disamping
itu, Ia tumbuh dan berkembang karena terjadi interaksi social masyarakat.16
D.
Pendidikan dalam Lingkungan Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang
lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan basil peroleban manusia Selama
menjalin interaksi kebidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses
bubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu
rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akbimya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan basil karya manusia. Disini kebudayaan
dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah
16
Hakim,Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. Metodologi Study Islam (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2010). hlm.55.
mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk
mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupanya.17
Dalam konteks hidupnya demi
membentuk ketuhanan hasil buah budi
tersebut manusia melanjutkan dalam suatu tatanan simbol yang memberi arah bagi
kehidupan. Sistem simbol ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat pendukung
dalam berpikir maupun bertindak. Proses selanjutnya yang terjadi adalah hubungan
transformatif dan penguatan sistem simbol agar dapat diteruskan kepada anggota
berikutnya.Selain itu selama kehidupan berjalan unsur-unsur kebudayaan selalu
berubah menyesuaikan perkembangan jaman.
Dalam hal ini sistem
untuk
simbol
dengan
sendirinya
melakukan
reaksi
mengintegrasikan perubahan atas unsur kebudayaan. Agen yang berfungsi
sebagai transmitor produk budaya kepada anggota (khususnya generasi muda)
adalah pendidikan.Hal ini mengingat pendidikan itu tiada lain adalah wahana
pembelajaran segala bentuk kemampuan bagi sang pembelajar agar menjadi
manusia dewasa. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang
sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilainilai. Dalam konteks kebudayan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen
pengajaran nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa pada
dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas
manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
17
Djamarah , Agama Dalam P erspektif Sosiologi, (Jakarta : Direktoral
Pendidikan dan Kebudayaan,1998), him. 89.
Afinitas mengenai pendidikan dan kebudayaan terlihat dalam ciri khas
manusia sebagai makhluk simbolik.Hanya manusialah
yang mengenal dan
memanfaatkan simbol-simbol didalam kelanjutan kehidupannya. Simbol-simbol itu
dapat kita lihat didalam kebudayaan manusia. Mengingat kebudayaan dilestarikan
dan dikembangkan melalui simbol-simbol maka semua tingkah laku manusia
terdiri dari, dan tergantung pada simbol-simbol tersebut. Sebaliknya kebudayaan
bisa lestari apabila memiliki daya kerja yang kuat dalam memberikan arahan para
pendukungnya.Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya
lewat
proses
belajar
tentang
tata
cara
bertingkah laku.Sehingga
secara
wujudnya,substansi kebudayaan itu telah mendarah daging dalam kepribadian
anggota-anggotanya.18
E. Manusia dan Kebudayaan
Ekstensi manusia didunia ini ditandai dengan upaya tiadahenti hentinya
untuk menjadi manusia. Upaya ini berlanggsung dalam dunia ciptaannya sendiri,
yang berbeda dengan dunia alamah yakni kebudayaan.Kebudayaan menempati
posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia, tak ada manusia yang dapat
hidup diluar ruang lingkup kebudayaan, kebudayaanlah yang memeberi nilai dan
makna pada hidup manusia, seluruh banggunan hidup manusia dan masyarakat
berdiri atas landasan kebudayaan. karena itu penting sekali artinya bagi kita untuk
memehami hakekat kebudayaan.
Kebudayaan adalah
suatu fenomena universal. Setiap
masyarakat –
bangsa di dunia ini memiliki kebudayaan, meskipun bentukdan coraknya berbedabeda dari masyaraka–bangsa yang satu kemasayarakat bangsa yang lainya,
kebudayaan secara jelas menampakan kesamaan kodrat manusiadari berbagai
suku, bangsa, dan ras. Orang bias mendefenisikan manusia dengan caranya
masing-masing, namun manusia sebagai cultural being , mahluk budaya
merupakan suatu fakta historis yang tak terbantahkan olehsiapapun juga,sebagai
cultural being, manusia adalah pencipta kebudayaan.Dan sebagai ciptaan
manusia,kebudayaan adalah ekspresi eksitensi manusia didunia.Pada kebudayaan,
manusia menampakan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah.
Manusia dan kebudayaan memang saling mengandaikan, adanya manusia
mengandaikan adanya kebudayaan, begitu pula sebaliknya, tanpa manusia tak aka
nada kebudayaan, manusia tak dapat melangsungkan hidupnya secara manusiawi.
Tanpa kebudayaan manusia tetap terjerat dalam determenisme absolute alam primer,
dan terkurung dalam“ kerajaan“ hewan. Tanpa kebudayaan, hidupdan prilaku
manusia tak berbeda dngan hidup dan prilaku hewan. padahal manusia dilahirkan
untuk merelisasikan diri menjadi manusia yang bermartabat luhur, dan bukan untuk
menjadi setaraf dengan hewan.
Demi perealisasian diri inilah manusia harus menciptakan suatu duniayang
khas baginya, yakni kebudayaan ; suatu dunia yang pada dasarnya di tandai dengan
dinamika kebebasan dan kreaktivitas.
E. Metode penelitian
A. Tipe Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini maka tipe penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian
Kualitatif, dengan srategi pendekatan deskripsi analisis. Strategi pendekatan ini
diharapakan dapat mengungkap fakta dari berbagai pendapat guna mendapat
pengertian yang jelas tentang makna dari fakta dan pendapat yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yakni sejak tanggal 23 mei – 18
juni.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mamala Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Tengah.
C. Sumber Data
Sumber yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer yaitu sumber yang diperoleh dari sumber-sumber Asli. Untuk
mendapatkan data tersebut, maka peneliti akan memperoleh sumber data
secara langsung di masyarakat melalu informan yang bisa dijadikan sebagai
sumber data.
2. Data Sekunder yaitu data yang di peroleh bukan dari sumber asli. Data
tersebut disusun sesuai dengan katagori atau klasifikasi menurut keperluan
tertentu. Data tersebut di peroleh dari sumber bahan bacaan atau dokumentasi
seperti surat kabar, serta dokumen resmi dari istansi pemerintah, dan beberapa
hasil penelitian.19
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif terhadap para informan lebih
bersifat selektif. Pengambilan subyek dalam penelitian ini diangkat berdasarkan
kondisi pada masyarakat yang mengalami dan mengetahui tentang budaya Lumatau
dalam kehidupan sehari-hari. Subyek yang diangkat antara lain para tokoh adat dan
masyarakat setempat yang mengalami secara langsung proses pelaksanaan adat
ab’dau.20
E. Teknik Pengumpulan Data
19
Lexy. J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2004.). hlm. 24.
20
Endraswara Suwardi, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Gadjah Mada Univesity Press. 2003.). hlm. 239.
Oleh karena bentuk penelitian ini adalah kualitatif bersama dengan sumber
data yang ditetapkan maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Observasi partisipatif: Dimana teknik ini dilakukan secara langsung oleh
peneliti saat memperoleh kedalaman data, nampak adanya kondisi
interaktif antara peneliti dan informan.
2. Wawancara mendalam, teknik ini dilaksanakan dengan struktur yang ketat
dan formal dengan maksud agar informasi yang dikumpulkan memiliki
kedalaman yang cukup. Teknik ini akan dipandu dengan daftar pertanyaan
yang ditujukan kepada para informan.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara menganalisis data-data tertulis dalam dokumen-dokumen seperti
catatan harian, transkip, surat kabar, buku, dan media cetak lainya.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini peneliti perlu menjelaskan mekanisme kerja model
analisis interaktif dalam penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh miles dan
huberman bahwa yang nantinya akan dimanfaatkan dalam penyajian data. Untuk
mempermudah pemahaman peneliti terhadap teknik analisa data tersebut di atas
Maka. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data : Dalam penelitian kualitatif data yang terkumpul
dirumuskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat yang terekam ke
dalam catatan-catatan lapangan yang disebut fieldnotes. Rekaman inilah yang
selanjutnya diolah sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
permasalahan penelitian terjawab melalui bukti-bukti empiris yang diperoleh
di lapangan.
2. Reduksi data adalah: Proses mengubah rekaman kedalam pola, Fokus
katagori, atau pokok permasalahan tertentu. Pada tahap ini data yang
terkumpul dan terekam dalam catatan-catatan lapangan dirangkum dan
diseleksi. Kegiatan ini juga menyangkut proses penyusunan data dalam
berbagai fokus kategori, atau pokok permasalahan yang sesuai.
3. Pengambilan kesimpulan atau Verfikasi: dari proses reduksi data, penyajian
data, peneliti menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam
tentang keseluruhan data yang diolah. Pada tahap ini dicari kesimpulan dari
data yang telah direduksi dan disajikan.21
21
Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode
baru. Diterjemahkan oleh T.R. Rohidi. (Jakarta: Universitas Indonesia. 1992). hlm.
82.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maududi, Abdul A’ala Dasar-dasar Islam, (Bandung, Pustaka, 1994), h. 107.
Djamarah , Agama Dalam P erspektif Sosiologi, (Jakarta : Direktoral Pendidikan
dan Kebudayaan,1998), him. 89.
Endang Syafruddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Pemikiran Tentang Islam,
(Jakarta, Raja Wali, 1990), cet-2, h. 24.
Chabib, Tahoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm 18.
Hakim, Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. Metodologi Study Islam (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2010). hlm.55.
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV, Diponegoro, 1996), h. 11.
Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo,1998).hlm.43.
.
Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), hlm. 260
RITUAL KEAGAMAAN DESA TULEHU KECAMATAN SALAHUTU
KEBUPATEN MELUKU TENGAH
Wa Ode Intan
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ambon
Email: [email protected]
A. Latar Belakang.
Pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, behkan dalam proses
pembentukan masyarakat ikut adil untuk menyumbangkan proses-proses perwujudal
pilar-pilar penyangga masyarakat. Dalam hal ini, kita bisah mengingat salah satu
ungkapan parah tokoh antropologi seperti Goodenough, Spredley dan Geertz
mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem
pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap
dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada. Sejak
manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul ggagasan
untuk melakukan pengalihan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan melalui
pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyaraka, pendidikan
senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi
sejalan dengan tuntutan masyarakat.1
1
hlm. 1.
Arif, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI ; Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014),
Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa
menghasilkan manusiaberbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tsnggung jawab. Dalam
masyarakat yang dinami, pendidikan memegang peranan yang menentukan terhadap
eksitensi dan perkembangan masyarakat, hal ini karena pendidikan merupakan proses
usaha melestarikan, mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan
dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai
kultural-relegius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam
masyarakat dari waktu kewaktu.2
Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah social sekaligus ranah
individual. Pada ranah social, budaya lahir ketika manusia ketemu dengan manusia
lainnya dan membangun kehidupan yang bersama dan lebih dari sekedar pertemuanpertemuan insidental. Dari sana muncul aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan
sampai pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh dan
sekaligus menjadi karangka perilaku dari individual-individual yang masuk dalam
kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku dan kepercayaan yang dimiliki
sekelompok individu itulah yang di sebut adat.3
Pada hakekatnya, budaya tidak hanya membatasi masyarakat, tetapi juga
eksistensi biologisnya, tidak hanya bagian dari kemanusiaan, tetapi struktur
instingtifnya sendiri. Namun demikian, batasan tersebut merupakan prasyarat dari
sebuah kemajuan dan secara nyata adatmembari pengaruh pada perkembangan
kepribadian seseorang. Disinilah kepribadian manusia yang merupakan konsep dasar
psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi
dan menjadi kerangka acuan dan pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak
2
Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 7-8.
3
Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan, (Cet. I ; Jakarta : PT Asadi Mahasatya Rineka Cipta, 2000),
hlm. 33-34.
sebagai aspek fundamental dari setiap individu yang tidak lepas dari konsep
kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruk sosial. Nilai-nilai
konstruksi sosial secara tidak langsung akan menjiwai eksitensi pemikiran keagamaan
secara kokoh dengan bersumber pada inti ajaran agamanya. Misalnya adat ab’daud
pada Desa Tulehu yang senantiasa dilakukan guna mempererat siraturahmi keluarga
dikalangan masyarakat Desa Tulehu.4
Biasanya dalam melihat eksitensi tradisi dan nilai agama dalam kehidupan
masyarakat, dimana akan terjadi proses pembauran, maka terdapat tiga tipologi
hubungan Agama dengan budaya Lokal (tradisi) tersebut. Tipologi tersebut bisa
dimaknai sebagai tipe sinkretis, akulturasi, dan sinkretis-akultiirasi. Tipe sinkresi
umumnya terlihat diwilayah pedesaan yang cenderung agak tertutup. Tradisi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan, tumbuh dan berkembang
secara historis pada masyarakat pendukungnya, yang berfungsi mengukuhkannormanorma sosial dan nilai-nilai luhur.
Adat Ab’daud merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Tulehu dengan berkumpul dalam beberapa marga yang memiliki tali persaudaraan
baik secara garis keturunan maupun karena faktor perkawinan dan persahaban antar
sesama. Pertanyaan yang muncul adalah apakah adat ini mangandung nilai-nilai
pendidikan islam kepada masyarakat dan generasi penerus lainnya.
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian.
Adapun judul penelitian yang penulis angkat yaitu : NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM ADAT RITUAL KEAGAMAAN DESA
TULEHU KECAMATAN SALAHUTU KEBUPATEN MELUKU TENGAH.
B. Rumusan Masalah.
1.
Rumusan Masalah.
4
Gunawan, Sosiologi Pendidikan Satuan Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan,. hlm. 4.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
penulis angkat dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaiman proses pelaksanaan adat Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah?
b. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandungang dalam adat Ab’daud
Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah?
2. Batasan Masalah.
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak menyimpang, maka
pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang analisa
nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam adat Ab’daud Desa
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
C. Tujuan Penelitian.
a. Tujuan Penelitian.
adapun tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai dalam
penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan adat Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
2. Untuk mengetahui tujuan adat Ab’daud bagi kehidupan masyarakat Desa
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam adat
Ab’daud Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
b. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapakan setidaknya berguna pada dua aspek
yaitu sebagai berikut:
1. Kontribusi di bidang akademik. Sebagai bahan referensi bagi para
intelektual selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan tentang
budaya daerah.
2. Kontribusi praktis. Menjdai masukan bagi pihak-pihak terkait yakni
menyangkut peran budaya dalam pembentukan kepribadian
masyarakat.
D. Landasan Teori.
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai Secara Umum
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak sehingga sulit untuk dirumuskan ke
dalam suatu pengertian yang memuaskan. Beberapa ahli merumuskan pengertian nilai
dari beberapa perspektif seperti menurut Chabib Thoha bahwa nilai merupakan sifat
yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan
subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).5
Maupun perilaku Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu
perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan.6
5
Chabib. H.M. Tahoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm 18.
6
Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984),
hlm. 260
Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan
tingkah laku.
2. Pengertian Pendidikan Islam.
Dr. Muhammad Fadhli Al- Jamali memberikan pengertian pendidikan islam
sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih
maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan, maupun perbuatan.7
3.
Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Islam.
Dunia pendidikan akhir-akhir ini tidak terlepas dari kemajuan di berbagai
bidang, baik sains, teknologi, komunikasi maupun bidang lainnya. Kemajuankemajuan tersebut tidak semuanya memberikan nilai manfaat pada generasi muda,
namun tentu saja banyak sisi negatif yang diakibatkan oleh seiring dengan kemajuan
zaman. Kalau setiap orang tidak waspada terhadap ekses negatif kemajuan zaman,
maka secara langsung kemajuan zaman itu berpengaruh juga terhadap nilai-nilai, adat
budaya, maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
S.Trimo dalam Chalijah Hasan mengatakan: “Kemajuan dan perkembangan
teknologi yang telah berhasil membuat dunia semakin kecil, membawa pengaruh
7
Drs.
Muhaimin,MA.
Drs.
Abdul
mujib,
islam,(Bandung: PT Trigenda Karya 1993 ) hlm.135.
pemikiran
pendidikan
yang besar pada norma-norma dan system nilai masyarakat, perilaku manusia
organisasi, struktur keluarga, mobilitas masyarakat, kebijakan pemerintah, dan
sebagainya.8
Mencermati beberapa gejala-gejala yang terjadi pada akhir-akhir ini maka
tugas guru sebagai pendidik adalah menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
kepada anak dengan kokoh agar nilai-nilai yang diajarkan kepadanya menjadi sebuah
keyakinan yang dapat membentengi diri dari berbagai ekses-ekses negatif. Ada tiga
tanggung jawab guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
1. Nilai Aqidah
Kata aqidah berasal dari Bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu, aqdan yang artinya
mengumpulkan atau mengokohkan. Dari kata tersebut dibentuk kata Aqidah.
Kemudian Endang Syafruddin Anshari mengemukakan aqidah ialah keyakinan hidup
dalam arti khas yaitu pengikraran yang bertolak dari hati.9
Aqidah adalah sesuatu yang perlu dipercayai terlebih dahulu sebelum yang
8
Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),
h. 201.
9
Endang Syafruddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Pemikiran
Tentang Islam, (Jakarta, Raja Wali, 1990), cet-2, h. 24
lainnya. Kepercayaan tersebut hendaklah bulat dan penuh, tidak tercampur dengan
syak, ragu dan kesamaran.
Jadi aqidah adalah sebuah konsep yang mengimani manusia seluruh perbuatan
dan prilakunya dan bersumber pada konsepsi tersebut. Aqidah islam dijabarkan
melalui rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan
diri dari perbuatan syirik, aqidah islam berkaitan pada keimanan. Anak pada usia 6
sampai 12 tahun harus mendapatkan pembinaan aqidah yang kuat, sebab apabila anak
telah dewasa mereka tidak terombang-ambing oleh lingkungan mereka. Penanaman
aqidah yang mantap pada diri anak akan membawa anak kepada pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
Sesudahnya, guru memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk,
membimbing dan membina anak, apapun yang diberikan dan ditanamkan dalam jiwa
anak akan bisa tumbuh dengan subur, sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat
bagi orang tua kelak. Di dalam al-Quran ada ayat yang menyatakan tentang beriman,
diantara ayat tersebut adalah:
۱۰ ا݁ګݓ ن ګܒܿ ع݂ݒ سݐ݁ه ݏاܾ݁ت۱۰ّ ݏسݐ݁ه ݏاܾ݁ت۰ ا݁ګين آمنݐا آمنݐا ب۰ أيڬݎ۰ي
݀ه ݏس݂ه ݏا݁يݐ݃ اآخܐ فقد ض ګ۴ّ ݏمائܾته ݏكت۰݀ ݏمن يܾفܐ ب۴ا݁ګݓ أنܒ݁من ق
)٦٣١ :ء۰ضااً بعيدا ً (ا݁نس
artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah Swt dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah Swt turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang Allah Swt turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah Swt,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya 10. (QS an-Nisaa’:136)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap orang mukmin mesti beriman
kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Keyakinan kepada hal-hal yang
ditetapkan oleh Allah tersebut disebut sebagai aqidah. Dalam Islam keyakinan
terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah Swt dikenal dengan rukun iman yang
terdiri dari beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan
Qadhar dari Allah.
Dalam menanamkan kepercayaan seperti yang telah disebutkan di atas maka
orang tua sebagai pendidik di dalam rumah tangga memiliki tanggungjawab yang
berat agar membimbing dan mengarahkan anak melalui berbagai upaya dan
pendekatan agar sejak dini anak sudah memiliki keyakinan yang jelas terhadap
agamanya. Penanaman keyakinan terhadap akidah agama Islam terhadap anak tidak
hanya menjadi pengetahuan semata, akan tetapi nilai-nilai akidah tersebut dapat
diimplementasikan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari.
1. Nilai Ibadah
Abdurrahman An-Nahlawi mengungkapkan bahwa “keimanan merupakan
landasan aqidah yang dijadikan sebagai guru, ulama untuk membangun pendidikan
agama islam”.10 Masa terpenting dalam pembinaan aqidah anak adalah masa kanakkanak dimana pada usia ini Mereka memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
pada masa 10Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 131
a). Arti dan Penghayatan Ibadah
“Ibadah berasal darikata Abd yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat
ibadah adalah penghambaan. Sedangkan dalam arti terminologinya ibadah adalah
usaha mengikuti hukum dan aturan- aturan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan
sesuai dengan perintahnya, mulai dari akil balig sampai meninggal dunia”.11
Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran islam yang tidak dapat
dipisahkan dari keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari
keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh
kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah yang dimiliki akan semangkin
tinggipula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau bukti nyata dari
aqidah. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an.
)٦٣١: ݂݁تګقݐݑ (طه۶۴ق۰ ً نګحن نܐܑقك ݏا݁ع۰ ا نسأ݁ك ܑق۰ܐ ع݂يݎ۴ ݏاصط۵݁صګا۰ݏأمܐ أه݂ك ب
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah
kamu
mengerjakannya.
Kami
tidak meminta
rizki
kepadamu, kamilah yang memberikan rizki kepadamu. Dan akibat (yang
baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa 12 (QS Thaha: 132).
Dalam pembinaan ibadah ini.Seluruh tugas manusia dalam kehidupan ini
berakumulasi pada tanggung jawabnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Pada usia
11
Abdul A’ala al-Maududi, Dasar-dasar Islam, (Bandung, Pustaka, 1994), h.
12
Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, hlm. 131
107
anak 6 sampai 12 tahun bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban,
tetapi merupakan masa persiapan latihan dan pembiasaan, sehingga ketika anak
memasuki usia dewasa, pada saat mereka mendapatkan kewajiban kesadaran dalam
beribadah, segala jenis ibadah yang Allah Swt wajibkan dapat mereka lakukan
dengan penuh dan keikhlasan, sebab sebelumnya ia terbiasa dalam melaksanakan
ibadah tersebut.
2. Nilai Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
agama, karena yang baik menurut akhlak , baikpula menurut agama, dan yang buruk
menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Akhlak merupakan realisasi dari
keimanan yang dimiliki oleh seseorang.
Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari khuluqun, yang secara bahasa
berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian ini dapat
dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan aktivitas manusia dalam hubungan
dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Ahmad Amin
merumuskan “akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.13
Dengan demikian akhlak menurut Ahmad Amin adalah deskripsi baik, buruk
sebagai opsi bagi manusia untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukannya.
Akhlak merupakan suatu sifat mental manusia dimana hubungan dengan Allah Swt
13
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV, Diponegoro, 1996), h. 11
dan dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Secara umum ahlak
dapat dibagi kepada tiga ruang lingkup yaitu akhlak kepada Allah Swt, Akhlak
kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.
3. Nilai Masyarakat
Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan hidup manusia di
atas bumi, misalnya pengaturan tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar
Negara , hubungan antar manusia dalam dimensi sosial , dan lain sebagainya. Dengan
kata lain, dapat dikatakan sebagai kaidah muamalah.14
B. Islam dan Kebudayaan
1. Islam
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri dalam kedamaian.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsurunsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral adat
istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batil (akal
budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha)
batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasi
kebudayaan.15
14
15
Ibid.hlm.159
Nata,
Abuddin.
Grafindo,1998).hlm.43.
Metedologi
Study
Islam.
(Jakarta
:
PT.
Raja
C. Hubungan antara Islam dan Kebudayaan
Dari pengertian penjelasan di atas kata Islam dekat dengan arti agama begitu
juga hubungan agama dan kebudayaan dalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi
tidak dapat di pisahkan. Agam bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan
waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di dasarkan
pada agama, tidak pernah sebaliknya.
Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya
bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, dengan demikian, kita dapat mengetahui
bahwa pada tingakat praktis, Agam Islam merupakan produk budaya karena ia
tumbuh dan berkembang melalui pemikiran ulama’ dengan cara ijtihad, Disamping
itu, Ia tumbuh dan berkembang karena terjadi interaksi social masyarakat.16
D.
Pendidikan dalam Lingkungan Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang
lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan basil peroleban manusia Selama
menjalin interaksi kebidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses
bubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu
rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akbimya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan basil karya manusia. Disini kebudayaan
dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah
16
Hakim,Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. Metodologi Study Islam (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2010). hlm.55.
mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk
mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupanya.17
Dalam konteks hidupnya demi
membentuk ketuhanan hasil buah budi
tersebut manusia melanjutkan dalam suatu tatanan simbol yang memberi arah bagi
kehidupan. Sistem simbol ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat pendukung
dalam berpikir maupun bertindak. Proses selanjutnya yang terjadi adalah hubungan
transformatif dan penguatan sistem simbol agar dapat diteruskan kepada anggota
berikutnya.Selain itu selama kehidupan berjalan unsur-unsur kebudayaan selalu
berubah menyesuaikan perkembangan jaman.
Dalam hal ini sistem
untuk
simbol
dengan
sendirinya
melakukan
reaksi
mengintegrasikan perubahan atas unsur kebudayaan. Agen yang berfungsi
sebagai transmitor produk budaya kepada anggota (khususnya generasi muda)
adalah pendidikan.Hal ini mengingat pendidikan itu tiada lain adalah wahana
pembelajaran segala bentuk kemampuan bagi sang pembelajar agar menjadi
manusia dewasa. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang
sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilainilai. Dalam konteks kebudayan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen
pengajaran nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa pada
dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas
manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
17
Djamarah , Agama Dalam P erspektif Sosiologi, (Jakarta : Direktoral
Pendidikan dan Kebudayaan,1998), him. 89.
Afinitas mengenai pendidikan dan kebudayaan terlihat dalam ciri khas
manusia sebagai makhluk simbolik.Hanya manusialah
yang mengenal dan
memanfaatkan simbol-simbol didalam kelanjutan kehidupannya. Simbol-simbol itu
dapat kita lihat didalam kebudayaan manusia. Mengingat kebudayaan dilestarikan
dan dikembangkan melalui simbol-simbol maka semua tingkah laku manusia
terdiri dari, dan tergantung pada simbol-simbol tersebut. Sebaliknya kebudayaan
bisa lestari apabila memiliki daya kerja yang kuat dalam memberikan arahan para
pendukungnya.Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya
lewat
proses
belajar
tentang
tata
cara
bertingkah laku.Sehingga
secara
wujudnya,substansi kebudayaan itu telah mendarah daging dalam kepribadian
anggota-anggotanya.18
E. Manusia dan Kebudayaan
Ekstensi manusia didunia ini ditandai dengan upaya tiadahenti hentinya
untuk menjadi manusia. Upaya ini berlanggsung dalam dunia ciptaannya sendiri,
yang berbeda dengan dunia alamah yakni kebudayaan.Kebudayaan menempati
posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia, tak ada manusia yang dapat
hidup diluar ruang lingkup kebudayaan, kebudayaanlah yang memeberi nilai dan
makna pada hidup manusia, seluruh banggunan hidup manusia dan masyarakat
berdiri atas landasan kebudayaan. karena itu penting sekali artinya bagi kita untuk
memehami hakekat kebudayaan.
Kebudayaan adalah
suatu fenomena universal. Setiap
masyarakat –
bangsa di dunia ini memiliki kebudayaan, meskipun bentukdan coraknya berbedabeda dari masyaraka–bangsa yang satu kemasayarakat bangsa yang lainya,
kebudayaan secara jelas menampakan kesamaan kodrat manusiadari berbagai
suku, bangsa, dan ras. Orang bias mendefenisikan manusia dengan caranya
masing-masing, namun manusia sebagai cultural being , mahluk budaya
merupakan suatu fakta historis yang tak terbantahkan olehsiapapun juga,sebagai
cultural being, manusia adalah pencipta kebudayaan.Dan sebagai ciptaan
manusia,kebudayaan adalah ekspresi eksitensi manusia didunia.Pada kebudayaan,
manusia menampakan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah.
Manusia dan kebudayaan memang saling mengandaikan, adanya manusia
mengandaikan adanya kebudayaan, begitu pula sebaliknya, tanpa manusia tak aka
nada kebudayaan, manusia tak dapat melangsungkan hidupnya secara manusiawi.
Tanpa kebudayaan manusia tetap terjerat dalam determenisme absolute alam primer,
dan terkurung dalam“ kerajaan“ hewan. Tanpa kebudayaan, hidupdan prilaku
manusia tak berbeda dngan hidup dan prilaku hewan. padahal manusia dilahirkan
untuk merelisasikan diri menjadi manusia yang bermartabat luhur, dan bukan untuk
menjadi setaraf dengan hewan.
Demi perealisasian diri inilah manusia harus menciptakan suatu duniayang
khas baginya, yakni kebudayaan ; suatu dunia yang pada dasarnya di tandai dengan
dinamika kebebasan dan kreaktivitas.
E. Metode penelitian
A. Tipe Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini maka tipe penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian
Kualitatif, dengan srategi pendekatan deskripsi analisis. Strategi pendekatan ini
diharapakan dapat mengungkap fakta dari berbagai pendapat guna mendapat
pengertian yang jelas tentang makna dari fakta dan pendapat yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yakni sejak tanggal 23 mei – 18
juni.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mamala Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Tengah.
C. Sumber Data
Sumber yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer yaitu sumber yang diperoleh dari sumber-sumber Asli. Untuk
mendapatkan data tersebut, maka peneliti akan memperoleh sumber data
secara langsung di masyarakat melalu informan yang bisa dijadikan sebagai
sumber data.
2. Data Sekunder yaitu data yang di peroleh bukan dari sumber asli. Data
tersebut disusun sesuai dengan katagori atau klasifikasi menurut keperluan
tertentu. Data tersebut di peroleh dari sumber bahan bacaan atau dokumentasi
seperti surat kabar, serta dokumen resmi dari istansi pemerintah, dan beberapa
hasil penelitian.19
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif terhadap para informan lebih
bersifat selektif. Pengambilan subyek dalam penelitian ini diangkat berdasarkan
kondisi pada masyarakat yang mengalami dan mengetahui tentang budaya Lumatau
dalam kehidupan sehari-hari. Subyek yang diangkat antara lain para tokoh adat dan
masyarakat setempat yang mengalami secara langsung proses pelaksanaan adat
ab’dau.20
E. Teknik Pengumpulan Data
19
Lexy. J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2004.). hlm. 24.
20
Endraswara Suwardi, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Gadjah Mada Univesity Press. 2003.). hlm. 239.
Oleh karena bentuk penelitian ini adalah kualitatif bersama dengan sumber
data yang ditetapkan maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Observasi partisipatif: Dimana teknik ini dilakukan secara langsung oleh
peneliti saat memperoleh kedalaman data, nampak adanya kondisi
interaktif antara peneliti dan informan.
2. Wawancara mendalam, teknik ini dilaksanakan dengan struktur yang ketat
dan formal dengan maksud agar informasi yang dikumpulkan memiliki
kedalaman yang cukup. Teknik ini akan dipandu dengan daftar pertanyaan
yang ditujukan kepada para informan.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara menganalisis data-data tertulis dalam dokumen-dokumen seperti
catatan harian, transkip, surat kabar, buku, dan media cetak lainya.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini peneliti perlu menjelaskan mekanisme kerja model
analisis interaktif dalam penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh miles dan
huberman bahwa yang nantinya akan dimanfaatkan dalam penyajian data. Untuk
mempermudah pemahaman peneliti terhadap teknik analisa data tersebut di atas
Maka. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data : Dalam penelitian kualitatif data yang terkumpul
dirumuskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat yang terekam ke
dalam catatan-catatan lapangan yang disebut fieldnotes. Rekaman inilah yang
selanjutnya diolah sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
permasalahan penelitian terjawab melalui bukti-bukti empiris yang diperoleh
di lapangan.
2. Reduksi data adalah: Proses mengubah rekaman kedalam pola, Fokus
katagori, atau pokok permasalahan tertentu. Pada tahap ini data yang
terkumpul dan terekam dalam catatan-catatan lapangan dirangkum dan
diseleksi. Kegiatan ini juga menyangkut proses penyusunan data dalam
berbagai fokus kategori, atau pokok permasalahan yang sesuai.
3. Pengambilan kesimpulan atau Verfikasi: dari proses reduksi data, penyajian
data, peneliti menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam
tentang keseluruhan data yang diolah. Pada tahap ini dicari kesimpulan dari
data yang telah direduksi dan disajikan.21
21
Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode
baru. Diterjemahkan oleh T.R. Rohidi. (Jakarta: Universitas Indonesia. 1992). hlm.
82.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maududi, Abdul A’ala Dasar-dasar Islam, (Bandung, Pustaka, 1994), h. 107.
Djamarah , Agama Dalam P erspektif Sosiologi, (Jakarta : Direktoral Pendidikan
dan Kebudayaan,1998), him. 89.
Endang Syafruddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Pemikiran Tentang Islam,
(Jakarta, Raja Wali, 1990), cet-2, h. 24.
Chabib, Tahoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm 18.
Hakim, Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. Metodologi Study Islam (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2010). hlm.55.
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV, Diponegoro, 1996), h. 11.
Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo,1998).hlm.43.
.
Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), hlm. 260