PELUANG TANTANGAN DAN RISIKO BAGI INDONE
NAMA
NIM
Mata Kuliah
: Yulian Shofiandi Rochmat
: 11 12 00405
: Perdagangan Internasional
PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap
menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di
wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan
akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat
dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan
Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan
terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa,
investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan
dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang
tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer
protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian,
dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari
agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan
jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double
Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM).
Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses
mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam
hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.
Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negaranegara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada
negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi
peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk
terintegrasi secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk
memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan
perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA
dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan
menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan
eksportir dan importir non-ASEAN.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan
perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.
Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas
komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,
tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang
akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh
lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi
Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi
melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya
manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu,
kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat
regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala
besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan
negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan
perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang
ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan
sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari
kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian
yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari
pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga
menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia
masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan
Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada
peringkat keempat di ASEAN (Republika Online, 2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan
keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun
demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul
bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat
lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang
muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku
usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu
dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan
perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri
di tahun 2015 mendatang.
Tantangan dari MEA 2015
Tantangan yang mungkin dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, antara
lain:
1. Daya Saing Masyarakat
Indonesia yang mayoritas penduduknya 60% bekerja di sektor pertanian serta sebagian
lainnya berprofesi sebagai buruh manufaktur membuat Indonesia harus menghadapi
tantangan berat ketika MEA ini diterapkan. Ada beberapa hal penting dalam penerapan MEA
yang perlu dikaji lebih jauh yaitu adanya pasar tenaga kerja bebas yang mengindentifikasi
terjadinya liberalisasi bukan hanya pada bidang perdagangan namun terjadi juga pada transfer
tenaga lintas negara di ASEAN. Hal ini didukung oleh pemberlakuan sertifikasi atau
identitas pekerja ASEAN, sehingga seluruh orang memiliki kesempatan yang sama
untuk bekerja di seluruh negara anggota ASEAN.
MEA merupakan suatu gagasan yang sangat baik dalam mendorong
terciptanya regionalism development dikawasan ASEAN. Namun, beberapa tantangan seperti
jumlah lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia hanya akan menaikan angka pengangguran
itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia,
khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang
didatangkan dari China, bahkan Vietnam yang tidak lebih baik tingkat
kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Akibatnya secara struktural Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang tidak dipersiapkan secara matang justru akan menjadi tantangan berat
bagi pengambil kebijakan maupun bagi tenaga kerja Indonesia. Pada akhirnya, lowongan
tenaga kerja yang tersedia hanyalah buruh kontrak tanpa kejelasan jenjang karir dan jaminan
sosial.
Untuk itu diperlukan tindakan proaktif dari masyarakat juga pemerintah dalam
meningkatkan kualitas serta profesionalisme masyarakat Indonesia agar menjadi masyarakat
yang berdaya saing tinggi, misalnya melalui kursus bahasa asing atau ketrampilan khusus
tertentu. Masyarakat Indonesia harus optimis dengan segala sumber daya yang dimiliki oleh
Indonesia, negara Indonesia akan bisa menjadi negara paling produktif di ASEAN dan bukan
lagi menjadi negara konsumtif yang hanya dijadikan pasar oleh negara-negara ASEAN yang
lain.
2. Kualitas Produk dalam Negeri
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang
memiliki hasil produksi terbaik bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh dunia. Hanya saja
daya beli masyarakat dalam negeri masih sangat kurang. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih percaya diri bila memakai produk dari luar negeri, yang secara tidak langsung telah
merugikan produsen dalam negeri. Berbagai kebijakan seperti pembebasan pajak ekspor
sedikit tidaknya telah membantu para pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
bangkit dan bersaing dengan produk internasional. Dengan adanya MEA ini diharapkan
persaingan produk-produk Indonesia akan lebih mudah untuk dipasarkan khusunya di negaranegara ASEAN. Sertifikasi dan persamaan standar dengan produk-produk ASEAN lainnya
niscaya juga akan mempermudah produk dalam negeri untuk bersaing di kancah
internasional.
3. Pemerintah Sebagai Pengambil Keputusan
Dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mendorong banyaknya investor
asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia merupakan
lahan investasi yang paling potensial di Asia Tenggara dan disusul oleh Singapore di urutan
kedua. Berdasarkan data World Economic Forum, Indonesia masih menjadi negara yang
diminati investor asing untuk berinvestasi namun, Singapura selalu berada di posisi kedua,
dari data 2010 dan 2011, porsi investasi asing yang masuk ke Indonesia tahun 2010 dan 2011
adalah 15,2% dan 16,3% sedangkan porsi investasi asing yang masuk ke Singapura tahun
2010 dan 2011 adalah 10,1% dan 7,01%.
Meskipun demikian pemerintah Indonesia tidak boleh begitu saja menerima setiap
bentuk investasi dari negara lain, harus diperhitungkan dampak jangka panjangnya agar tidak
merugikan bangsa dan negara itu sendiri. Kebebasan menanamkan modal juga harus bisa
dinikmati oleh masyarakat Indonesia, akan lebih baik kalau Indonesia bisa menguasai pasar
modal ASEAN apalagi bila dilihat belakangan ini tingkat perekonomian Indonesia relatif
stabil. Hal tersebut hanya akan terwujud dengan pemerintahan yang proaktif dalam
mendukung gerakan pro-job dan pro-poor untuk kesejahteraan bersama.
Solusi dari Semua Tantangan MEA 2015
Beberapa solusi yang dapat dikemukakan untuk mensiasati semua tatangan dari dibukanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, antara lain:
1. Membuat Standar Ketenagakerjaan
Sebagai salah satu stakeholder dalam ketatanegaraan, pemerintah memegang peran
penting dalam menentukan setiap kebijakan demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang akan membuka peluang sebesar-besarnya
bagi negara lain di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi negara Indonesia, namun
kesempatan yang sama juga dimiliki bangsa Indonesia. Maka dari itu, peran serta pemerintah
utamanya dalam memberikan dukungan dalam hal permodalan dan pendidikan juga sangat
penting. Bebas juga bukan berarti tanpa syarat, pemerintah juga harus membuat proteksi
untuk melindungi masyarakatnya, jangan sampai masyarakat Indonesia justru menjadi
“penonton” di ngaranya sendiri.
Salah satu cara untuk memproteksi kemungkinan tersebut adalah dengan membuat
sebuah standar ketenagakerjaan bagi warga negara asing. Masyarakat Indonesia pasti sudah
tidak asing lagi dengan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yaitu test bahasa
Inggris sebagai bahasa asing bagi warga negara lain yang ingin melanjutkan pendidikan
ataupun berkerja di luar negeri khususnya Eropa, Australia atau Amerika. Bila pemerintah
mmenerapkan standar yang serupa untuk warga negara asing yang hendak berkerja di
Indonesia, tentu akan mempermudah komunikasi dengan masyarakat umum selain untuk
proteksi diri. Persamaan standar ketenagakerjaan di kawasan ASEAN juga perlu dipikirkan
agar masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahan dari dibukanya Masyarakat
Ekonomi ASEAN ini, bukan malah merasa terbebani.
2. Mendorong Semangat Berwirausaha
Yang tidak kalah menarik sekaligus sangat efektif dan efisien adalah dengan
menumbuhkembangkan jiwa wirausahawan para generasi muda Indonesia. Dengan
berwirausaha, masyarakat indoonesia tidak perlu takut lagi akan kalah saing dengan
masyarakat ASEAN lainnya, yang terpenting bagaimana untuk selalu mengupayakan produk
yang berkualitas, kreatif dan inovatif.
Dengan pangsa pasar yang lebih luas (ASEAN) tentu akan menjadi motivasi dan
peluang tersendiri. Prosedur bea dan cukai yang lebih sederhana juga merupakan kesempatan
emas bagi pengusaha-pengusaha muda Indonesia yang ingin mencoba pasar global. Bukan
tidak mungkin Indonesia kedepannya akan mengalahkan produk China yang selama ini telah
merajai pasar dalam negeri.
3. Meningkatkan Geliat Pariwisata
Salah satu kegiatan ekonomi yang multidimensi dan multisektoral adalah pariwisata.
Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan potensi wisata, baik itu potensi wisata alam,
wisata budaya maupun wisata buatan manusia. Indonesia dianugrahi pemandangan alam yang
cantik dari Sabang sampai Merauke, bahkan dua dari keajaiban dunia ada di Indonesia.
Budaya hospitality yang kental juga menjadi daya tarik yang ampuh untuk menarik minat
wisatawan. Tinggal bagaimana merubah citra daerah-daerah terpencil di Indonesia bukan lagi
sebagai daerah tertinggal tetapi daerah wisata minat khusus yang layak untuk dikunjungi.
Tren wisatawan yang semakin berubah membuat wisata ke tempat-tempat ekstrim dan
menantang (adventure) menjadibooming. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa industri
pariwisata merupakan industri yang tidak akan pernah mati. Selama manusia masih ingin
bersenang-senang, selama rutinitas keseharian melahirkan kebosanan maka disanalah “nafas”
pariwisata akan terus berhembus dan peluang Indonesia di sektor pariwisata sangat amat
besar.
NIM
Mata Kuliah
: Yulian Shofiandi Rochmat
: 11 12 00405
: Perdagangan Internasional
PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap
menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di
wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan
akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat
dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan
Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan
terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa,
investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan
dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang
tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer
protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian,
dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari
agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan
jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double
Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM).
Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses
mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam
hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.
Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negaranegara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada
negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi
peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk
terintegrasi secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk
memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan
perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA
dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan
menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan
eksportir dan importir non-ASEAN.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan
perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.
Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas
komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,
tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang
akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh
lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi
Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi
melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya
manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu,
kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat
regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala
besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan
negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan
perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang
ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan
sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari
kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian
yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari
pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga
menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia
masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan
Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada
peringkat keempat di ASEAN (Republika Online, 2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan
keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun
demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul
bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat
lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang
muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku
usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu
dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan
perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri
di tahun 2015 mendatang.
Tantangan dari MEA 2015
Tantangan yang mungkin dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, antara
lain:
1. Daya Saing Masyarakat
Indonesia yang mayoritas penduduknya 60% bekerja di sektor pertanian serta sebagian
lainnya berprofesi sebagai buruh manufaktur membuat Indonesia harus menghadapi
tantangan berat ketika MEA ini diterapkan. Ada beberapa hal penting dalam penerapan MEA
yang perlu dikaji lebih jauh yaitu adanya pasar tenaga kerja bebas yang mengindentifikasi
terjadinya liberalisasi bukan hanya pada bidang perdagangan namun terjadi juga pada transfer
tenaga lintas negara di ASEAN. Hal ini didukung oleh pemberlakuan sertifikasi atau
identitas pekerja ASEAN, sehingga seluruh orang memiliki kesempatan yang sama
untuk bekerja di seluruh negara anggota ASEAN.
MEA merupakan suatu gagasan yang sangat baik dalam mendorong
terciptanya regionalism development dikawasan ASEAN. Namun, beberapa tantangan seperti
jumlah lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia hanya akan menaikan angka pengangguran
itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia,
khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang
didatangkan dari China, bahkan Vietnam yang tidak lebih baik tingkat
kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Akibatnya secara struktural Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang tidak dipersiapkan secara matang justru akan menjadi tantangan berat
bagi pengambil kebijakan maupun bagi tenaga kerja Indonesia. Pada akhirnya, lowongan
tenaga kerja yang tersedia hanyalah buruh kontrak tanpa kejelasan jenjang karir dan jaminan
sosial.
Untuk itu diperlukan tindakan proaktif dari masyarakat juga pemerintah dalam
meningkatkan kualitas serta profesionalisme masyarakat Indonesia agar menjadi masyarakat
yang berdaya saing tinggi, misalnya melalui kursus bahasa asing atau ketrampilan khusus
tertentu. Masyarakat Indonesia harus optimis dengan segala sumber daya yang dimiliki oleh
Indonesia, negara Indonesia akan bisa menjadi negara paling produktif di ASEAN dan bukan
lagi menjadi negara konsumtif yang hanya dijadikan pasar oleh negara-negara ASEAN yang
lain.
2. Kualitas Produk dalam Negeri
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang
memiliki hasil produksi terbaik bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh dunia. Hanya saja
daya beli masyarakat dalam negeri masih sangat kurang. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih percaya diri bila memakai produk dari luar negeri, yang secara tidak langsung telah
merugikan produsen dalam negeri. Berbagai kebijakan seperti pembebasan pajak ekspor
sedikit tidaknya telah membantu para pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
bangkit dan bersaing dengan produk internasional. Dengan adanya MEA ini diharapkan
persaingan produk-produk Indonesia akan lebih mudah untuk dipasarkan khusunya di negaranegara ASEAN. Sertifikasi dan persamaan standar dengan produk-produk ASEAN lainnya
niscaya juga akan mempermudah produk dalam negeri untuk bersaing di kancah
internasional.
3. Pemerintah Sebagai Pengambil Keputusan
Dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mendorong banyaknya investor
asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia merupakan
lahan investasi yang paling potensial di Asia Tenggara dan disusul oleh Singapore di urutan
kedua. Berdasarkan data World Economic Forum, Indonesia masih menjadi negara yang
diminati investor asing untuk berinvestasi namun, Singapura selalu berada di posisi kedua,
dari data 2010 dan 2011, porsi investasi asing yang masuk ke Indonesia tahun 2010 dan 2011
adalah 15,2% dan 16,3% sedangkan porsi investasi asing yang masuk ke Singapura tahun
2010 dan 2011 adalah 10,1% dan 7,01%.
Meskipun demikian pemerintah Indonesia tidak boleh begitu saja menerima setiap
bentuk investasi dari negara lain, harus diperhitungkan dampak jangka panjangnya agar tidak
merugikan bangsa dan negara itu sendiri. Kebebasan menanamkan modal juga harus bisa
dinikmati oleh masyarakat Indonesia, akan lebih baik kalau Indonesia bisa menguasai pasar
modal ASEAN apalagi bila dilihat belakangan ini tingkat perekonomian Indonesia relatif
stabil. Hal tersebut hanya akan terwujud dengan pemerintahan yang proaktif dalam
mendukung gerakan pro-job dan pro-poor untuk kesejahteraan bersama.
Solusi dari Semua Tantangan MEA 2015
Beberapa solusi yang dapat dikemukakan untuk mensiasati semua tatangan dari dibukanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, antara lain:
1. Membuat Standar Ketenagakerjaan
Sebagai salah satu stakeholder dalam ketatanegaraan, pemerintah memegang peran
penting dalam menentukan setiap kebijakan demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang akan membuka peluang sebesar-besarnya
bagi negara lain di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi negara Indonesia, namun
kesempatan yang sama juga dimiliki bangsa Indonesia. Maka dari itu, peran serta pemerintah
utamanya dalam memberikan dukungan dalam hal permodalan dan pendidikan juga sangat
penting. Bebas juga bukan berarti tanpa syarat, pemerintah juga harus membuat proteksi
untuk melindungi masyarakatnya, jangan sampai masyarakat Indonesia justru menjadi
“penonton” di ngaranya sendiri.
Salah satu cara untuk memproteksi kemungkinan tersebut adalah dengan membuat
sebuah standar ketenagakerjaan bagi warga negara asing. Masyarakat Indonesia pasti sudah
tidak asing lagi dengan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yaitu test bahasa
Inggris sebagai bahasa asing bagi warga negara lain yang ingin melanjutkan pendidikan
ataupun berkerja di luar negeri khususnya Eropa, Australia atau Amerika. Bila pemerintah
mmenerapkan standar yang serupa untuk warga negara asing yang hendak berkerja di
Indonesia, tentu akan mempermudah komunikasi dengan masyarakat umum selain untuk
proteksi diri. Persamaan standar ketenagakerjaan di kawasan ASEAN juga perlu dipikirkan
agar masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahan dari dibukanya Masyarakat
Ekonomi ASEAN ini, bukan malah merasa terbebani.
2. Mendorong Semangat Berwirausaha
Yang tidak kalah menarik sekaligus sangat efektif dan efisien adalah dengan
menumbuhkembangkan jiwa wirausahawan para generasi muda Indonesia. Dengan
berwirausaha, masyarakat indoonesia tidak perlu takut lagi akan kalah saing dengan
masyarakat ASEAN lainnya, yang terpenting bagaimana untuk selalu mengupayakan produk
yang berkualitas, kreatif dan inovatif.
Dengan pangsa pasar yang lebih luas (ASEAN) tentu akan menjadi motivasi dan
peluang tersendiri. Prosedur bea dan cukai yang lebih sederhana juga merupakan kesempatan
emas bagi pengusaha-pengusaha muda Indonesia yang ingin mencoba pasar global. Bukan
tidak mungkin Indonesia kedepannya akan mengalahkan produk China yang selama ini telah
merajai pasar dalam negeri.
3. Meningkatkan Geliat Pariwisata
Salah satu kegiatan ekonomi yang multidimensi dan multisektoral adalah pariwisata.
Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan potensi wisata, baik itu potensi wisata alam,
wisata budaya maupun wisata buatan manusia. Indonesia dianugrahi pemandangan alam yang
cantik dari Sabang sampai Merauke, bahkan dua dari keajaiban dunia ada di Indonesia.
Budaya hospitality yang kental juga menjadi daya tarik yang ampuh untuk menarik minat
wisatawan. Tinggal bagaimana merubah citra daerah-daerah terpencil di Indonesia bukan lagi
sebagai daerah tertinggal tetapi daerah wisata minat khusus yang layak untuk dikunjungi.
Tren wisatawan yang semakin berubah membuat wisata ke tempat-tempat ekstrim dan
menantang (adventure) menjadibooming. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa industri
pariwisata merupakan industri yang tidak akan pernah mati. Selama manusia masih ingin
bersenang-senang, selama rutinitas keseharian melahirkan kebosanan maka disanalah “nafas”
pariwisata akan terus berhembus dan peluang Indonesia di sektor pariwisata sangat amat
besar.