DINAMIKA TATA NIAGA KOPRA DI MINAHASA (1946-1958)

DINAMIKA TATA NIAGA KOPRA DI MINAHASA (1946-1958) THE DYNAMICS OF TRADE SYSTEM COPRA IN MINAHASA (1946-1958)

Hasanuddin

Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara Jalan Katamso, Bumi Beringin Lingkungan Manado e-mail: anwar_hasanuddin@yahoo.com

Naskah Diterima: 5 Mei 2018

Naskah Direvisi: 26 Juli 2018

Naskah Disetujui: 10 September 2018

Abstrak

Telah menjadi ingatan kolektif masyarakat Minahasa bahwa tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi. Dalam konteks ini, pengolahan kelapa menjadikan kopra merupakan produk penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan di daerah Minahasa. Setelah Indonesia merdeka, terjadi perebutan monopoli tata niaga kopra baik melalui Pemerintah Pusat (Jakarta), Pemerintah Daerah (Minahasa), maupun militer (Teritorium VII Wirabuana). Hal ini menyebabkan tata niaga kopra semakin tidak terkendali. Ekspor kopra yang diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi berubah menjadi masalah politik setelah munculnya peristiwa Permesta. Mengacu pada masalah tersebut, artikel ini bertujuan mendeskripsikan kondisi historis tata niaga kopra di Minahasa tahun 1946-1958. Secara metodologis, artikel ini merupakan studi yang bertumpu pada penelitian pustaka dan arsip. Akhirnya artikel ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan Pemerintah Pusat dalam mengatur tata niaga kopra menimbulkan kekecewaan dan diskriminasi bagi masyarakat Minahasa. Timbulnya kekecewaan masyarakat Minahasa menyebabkan tata niaga kopra sebagai kekuatan ekonomi berubah menjadi gerakan politik anti Pemerintah Pusat.

Kata Kunci: Kopra, Tata Niaga, Yayasan Kopra, Minahasa, Pelabuhan Bitung.

Abstract

It has become a collective memory of the Minahasa community that coconut plants (Cocos nucifera L.) are strategic commodities that have a social, cultural, and economic role in their lives. In this context, coconut processing makes copra an important product in improving the welfare of farmers and regional development. After Indonesian independence, the copra trading system being monopolized by Copra Foundation, which controlled by central government (Jakarta), local government (Minahasa), and military (Teritorium VII Wirabuana. This causes the copra trade system to become increasingly out of control and dissatisfaction of the Minahasa community. Copra as an economic power turns into an anti-Central Government political movement. There was a takeover of a number of CopraFoundation assets in Manado, and established the Minahasa Coconut Foundation. Then came the demands of regional autonomy by forming the Province of North Sulawesi. The Port of Bitung as an in-out gateway for goods, was only used for barter trade and smuggling of copra abroad, especially Singapore which involved a number of Minahasa civilian officials and military officers. Copra exports are expected to contribute economically has turned into a political problem.

Keywords: Copra, commerce, Kopra Foundation, Minahasa, Bitung port.

236 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250

menyebabkan harga kopra merosot di Kajian sejarah tentang tata niaga pasaran dunia. Hal ini mengakibatkan kopra hingga kini belum banyak mendapat sejumlah petani Minahasa menggadaikan perhatian, meskipun disadari bahwa kebun-kebun kelapanya kepada para komoditas kopra menjadi penting bagi pedagang Cina (wawancara dengan perkembangan ekonomi Indonesia dalam Lengkong, 16 Agustus 2017). dunia

A. PENDAHULUAN

Jatuhnya harga kopra menarik internasional. Masyarakat daerah Minahasa Pemerintah Hindia Belanda kembali telah memahami bahwa kelapa (Cocos memperbaiki tata niaga kopra, namun tidak nucifera L .) yang dikeringkan menjadi banyak mendatangkan hasil akibat masalah kopra sejak tahun 1870-an hingga 1970-an, timbulnya perang. Pada 13 September merupakan

bagi 1940, Pemerintah Hindia Belanda berusaha kesejahteraan dan kemajuan pembangunan mengatasi

komoditas

utama

masalah kopra dengan daerah Minahasa. Hal ini terlihat dari membentuk

Coprafonds . Lembaga penyebaran budidaya tanaman kelapa Coprafonds bertujuan untuk mengatur hampir di seluruh daerah Minahasa.

pembelian dan penjualan kopra, sehingga Budidaya tanaman kelapa mulai harga kopra dapat kembali stabil (Asba, dikembangkan pada akhir abad ke-19, 2007: 189-190). setelah tingginya permintaan kopra di

Pada masa pendudukan Jepang, pasaran dunia membawa dampak bagi perdagangan kopra mengalami kemacetan, masyarakat

Minahasa. Masyarakat akibat lebih banyak perhatian pada Minahasa mulai bergairah menanam pohon kebutuhan pokok untuk perang, seperti kelapa yang membawa perubahan bagi beras.

awal Kemerdekaan daerah-daerah pesisir pantai yang diubah Republik Indonesia, daerah Minahasa menjadi daerah penanaman pohon kelapa. dimasukkan dalam kekuasaan Negara Minahasa kemudian berkembang menjadi Indonesia Timur (NIT). Coprafonds daerah pemasok kopra. Sejak tahun 1896, kembali diaktifkan dengan sejumlah Minahasa dan wilayah Karesidenan masalah dalam pengolaan kopra. Persoalan Manado lainnya, seperti Gorontalo dan utama adalah kurang bergairahnya petani Sangir merupakan pengekspor kopra kelapa

Periode

kopra, pedagang keempat terbesar setelah Jawa, Padang, perantara mengalami kesulitan dalam dan Makassar. Munculnya daerah-daerah pengumpulan kopra, dan harga pembelian produsen kopra menempatkan Hindia kopra ditentukan oleh Coprafonds . Belanda sebagai pengekspor kopra terbesar Coprafonds sebagai lembaga tata niaga di dunia (Wahyono, 1996: 19).

mengolah

kopra yang dibentuk pada masa kolonial Pada tahun 1930 terdapat sekitar 10 Belanda mengalami program nasionalisasi juta pohon kelapa produktif, dan tahun ke Yayasan Kopra. Pada 29 Desember 1939 meningkat dengan jumlah sekitar 21 1954, Coprafonds secara resmi dialihkan juta pohon kelapa di Sulawesi Utara. menjadi Yayasan Kopra berpusat di Statistik ekspor kopra tahun 1928-1939 Jakarta (Asba, 2007: 216). menunjukkan bahwa rata-rata 103.000 ton

Pemusatan tata niaga kopra yang kopra diekspor dari Sulawesi Utara dikendalikan oleh Yayasan Kopra di (Henley, 2005: 548). Hal ini menunjukkan Jakarta mengalami banyak persoalan bagi bahwa Minahasa menjadi daerah produsen daerah

kopra. Hal ini kopra yang cukup diperhitungkan untuk menyebabkan wilayah-wilayah penghasil ekspor kopra ke Makassar dan Singapura kopra mulai kehilangan haknya dalam sebagai pusat pemasaran kopra.

produsen

menentukan tata niaga kopra, dan ekspor Sejak krisis ekonomi tahun 1929 kopra dari Minahasa harus mendapat izin hingga 1940 telah membawa dampak bagi dari Pusat. Muncul kekecewaan dan perdagangan

komoditas kopra dan ketidakadilan bagi masyarakat Minahasa.

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 237

Kebijakan Yayasan Kopra mendapat protes B. METODE PENELITIAN

dari para petani kelapa, pedagang kopra, Penelitian ini menggunakan metode dan veteran di Manado. (De nieuwsgier, 19 sejarah yang terdiri atas beberapa tahap, Oktober 1954: 2). Kemudian mereka yaitu mengumpulkan data-data sejarah membentuk Yayasan Kelapa Minahasa (heuristik) yaitu dilakukan dengan proses yang otonom (De nieuwsgier, 1 Februari menemukan sumber-sumber sejarah. Oleh 1955: 2), sebagai bentuk persaingan karena periode penelitian ini mencakup masa dengan Yayasan Kopra yang dikelola Kemerdekaan, sumber primer berupa arsip- Pemerintah Pusat.

arsip dari Badan Perpustakaan dan Arsip Permasalahan semakin bertambah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, seperti setelah dibentuknya organisasi tata niaga Arsip Propinsi Sulawesi dan arsip-arsip kopra yang dikendalikan oleh militer pribadi. Selain arsip juga terdapat surat kabar melalui Opsir Pekerja Istimewa Teritorium yang terbit pada masanya yang berhubungan

VII Wirabuana. Munculnya integrasi topik masalah. Adapun sumber sekunder Minahasa dalam pasaran kopra dunia telah berupa buku-buku hasil kajian yang menjadi perebutan antara pemerintah berhubungan tentang kajian tata niaga kopra pusat, daerah, dan militer untuk monopoli yang didapatkan di perpustakaan. tata niaga kopra. Akibat persaingan

Sumber-sumber primer yang telah tersebut muncul penyelundupan dan sistem dikumpulkan harus dikoreksi ulang, sebab barter

atas nama kepentingan titik tolak semua karya sejarah adalah pembangunan daerah.

mengenal penggunaan sumber primer Dick dalam artikelnya tentang maupun sekunder (Gottshalk, 1986: 35- dinamika ekonomi Indonesia tahun 1950- 40). Selain itu, landasan utama metode an menjelaskan bahwa konflik regional sejarah adalah bagaimana menangani bukti- merupakan akibat dari persaingan daerah bukti sejarah yang sesuai dengan pokok dengan pusat dalam menguasai sumber- permasalahan. Bukti-bukti ini dipelajari sumber ekonomi yang melimpah di luar kemudian dipertimbangkan, mana yang Jawa, seperti kopra, karet, dan minyak. sesuai dengan pokok masalah (Frederick & Begitupula para komandan militer di Soeroto, 1984: 13-14). Langkah ini daerah yang terlibat dalam pemanfaatan dilakukan

mengingat bahwa setiap ekonomi selama masa revolusi masih ingin keterangan tidak luput dari arti subjektif. berusaha melanjutkan aktivitas mereka

Selanjutnya dilakukan kritik sumber pasca pengakuan kedaulatan (Bemmelan & baik otentitas atau keabsahan sumber sebagai Howard, 2011: 4-5). Tidak mengherankan kritik ekstern maupun kredibilitas sumber setelah periode Kemerdekaan, terjadi tersebut sebagai kritik intern (Kuntowijoyo, perebutan monopoli tata niaga kopra baik 1995: 100). Kemudian dilakukan interpretasi oleh pemerintah pusat, daerah, maupun dengan merangkai, menghubungkan, dan militer berusaha menguasai tata niaga menerangkan data-data yang ada kaitannya sumber-sumber

ekonomi terutama dengan permasalahan yang dikaji agar dapat komoditas kopra di Minahasa.

menjadi sebuah historiografi (Kartodirdjo, Kajian tentang tata niaga kopra di 2014: 1-2). Minahasa dari perspektif sejarah penting

untuk mendapatkan nuansa baru dalam C. HASIL DAN BAHASAN pemahaman sejarah ekonomi di Indonesia 1. Pemerintah Pusat: Monopoli Tata

secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu

Niaga Kopra

mendapat kajian khusus untuk memahami

Kemerdekaan Republik Minahasa sebagai salah satu daerah Indonesia, dibentuk pemerintahan Negara produsen kopra terbesar di Indonesia.

Setelah

Indonesia Timur (NIT). Daerah Minahasa dimasukkan dalam sistem ketatanegaraan “federal” NIT, dan menjadi daerah otonom

238 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250 1946, pemerintahan NIT menaruh perhatian dalam usaha meningkatkan keuntungan

utama terhadap tata niaga kopra dengan dari ekspor kopra. Pemerintah Pusat mengaktifkan kembali Coprafonds sebagai mendirikan Koperasi

Kelapa guna lembaga yang berpusat di Makassar. Pada mendorong

pengusaha lokal bulan Mei 1946, dibentuk panitia pemantau melakukan perdagangan kopra dan kopra dan sejumlah pejabat Coprafonds meningkatkan kesejahteraan petani kelapa diutus ke daerah-daerah produsen kopra di (Asba, 2007: 208-210). Indonesia

menyelidiki situasi kopra dan mengajak para petani kelapa kembali mengembangkan kopra sebagai komoditas ekspor (Asba,

2007: 191-192). Para petani kelapa di

Minahasa mulai kembali bergairah mengurus

kebun-kebun kelapanya yang selama masa

krisis ekonomi telah diterlantarkan. Jumlah

produksi kopra tahun 1948-1949 mulai

mengalami peningkatan (wawancara dengan

Lengkong, 16 Agustus 2017). Gambar 1. Kopra (kelapa kering) Untuk menarik gairah daerah

Sumber: Hasanuddin, 2017. produsen kopra agar lebih serius

mengembangkan kopra, maka Badan Dalam usaha monopoli pembelian Perwakilan Sementara NIT menerapkan kopra, Coprafonds bersaing dengan para

Undang-Undang Pajak Kopra yang pedagang perantara (tengkulak) dan bertujuan memberikan tunjangan intensif pedagang asing. Keunggulan Coprafonds per tahun (sesuai banyaknya jumlah dalam pembelian kopra karena mematok ekspor) bagi setiap daerah produsen kopra. harga kopra lebih tinggi dibandingkan Pada tahun 1948, daerah Minahasa harga pedagang perantara yang harganya mendapat tunjangan sejumlah f. 1.878.775, lebih rendah sekitar 60 persen dari harga Sangihe dan Talaud f. 599.500, Maluku resmi Coprafonds. Kemudian Coprafonds Utara f. 930.750, Maluku Selatan f. berhasil menguasai pembelian kopra. 311.450, Sulawesi Utara f. 643.500, (Kementerian Penerangan, 1953: 455-456). Sulawesi Tengah f. 2.171.500, Flores f.

Jumlah kopra dari hasil pembelian 199.325, dan Sulawesi Selatan f. 225.000 Coprafonds tahun 1950 sejumlah 88.676 (Najamuddin, 2012: 101).

ton, tahun 1951 meningkat sebesar Setelah pembubaran NIT, dan 125.354 ton, dan tahun 1952 mengalami

pengakuan kedaulatan Republik Indonesia penurunan dengan jumlah 97.123. ton tanggal 29 Desember 1949 ditandai dengan (Kementerian Penerangan, 1953: 378). terbentuknya Republik Indonesia Serikat Turunnya pembelian kopra tahun 1952 (RIS). Kedudukan administratif Minahasa disebabkan sejumlah pedagang asing berubah status karesidenan menjadi membeli kopra dengan harga lebih tinggi kabupaten dengan ibukota Manado, dan dibandingkan harga dipatok Coprafonds. menjadi bagian pemerintahan Propinsi Faktor ini disebabkan meningkatnya Sulawesi (Kementerian Penerangan, 1953: jumlah permintaan kopra di pasar dunia, 25).

sedangkan jumlah kopra di Jawa Peralihan sistem ketatanegaraan mengalami penurunan akibat kurang

mendorong Pemerintah Pusat mencari berkualitas. sumber-sumber pendapatan keuangan bagi

Meningkatnya jumlah produk kopra negara. Ekspor komoditas kopra menjadi Minahasa menarik para pengusaha lokal

salah satu sumber utama pendapatan dan asing mendirikan pabrik-pabrik negara. Berbagai kebijakan dikeluarkan pengolahan minyak kelapa dan tepung

kelapa (dessicated coconut) di sekitar

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 239 daerah Tonsea. Di Manado dibangun dua kopra Minahasa yang dihargai lebih

pabrik pengolahan minyak kelapa, yakni murah. Walaupun kopra Minahasa Suco Intra di Paal 2, dan sebuah pabrik mempunyai

kualitas lebih tinggi milik Kong Bae Pae dan Tan Bun Kan di dibandingkan kopra dari Jawa dan Kampung Islam (wawancara dengan Sumatera. Dalam pertemuan tersebut, Lengkong, 15 Agustus 2017).

delegasi Minahasa mengusulkan agar Pada tahun 1952, dibangun pabrik membubarkan lembaga Coprafonds (Java- tepung kelapa “Sudesco” akronim Sukur bode: nieuws, handels- en advertentieblad

Dessicated Coconut di Sukur (Airmadidi). voor Nederlandsch-Indie , 23 Nopember Sudesco merupakan pabrik tepung kelapa 1954: 2; Harvey, 1984: 52). terbesar di Minahasa. Awalnya pabrik ini

Setelah mengetahui usul dan saran milik perusahaan Amerika Serikat. Pada delegasi Minahasa, DPRS bagian ekonomi tahun 1953, kemilikan pabrik Sudesco membentuk sebuah komisi terdiri dari Mr. beralih kepada Pemerintah Pusat melalui Tjung Tin Jan (ketua), Djoko Sudjono, Kementerian Perekonomian . Sebagian Andi Gappa, dan Ngurah Rai. Komisi besar produksi tepung kelapa di ekspor ke tersebut bertugas membuat laporan hasil Amerika

Serikat ( Kementerian penyelidikan, sehingga pemerintah dan Penerangan, 1953: 455; De nieuwsgier , 6 DPRS bagian ekonomi dapat menarik Februari 1953:2 & 6 Agustus 1956: 2 ).

simpulan apakah Coprafonds harus Setelah Coprafonds menguasai tata dipertahankan atau diganti dengan badan niaga kopra, kemudian Pemerintah Pusat lain? Ketua komisi Tjung Tin Jan melalui

bahwa komisi segera mengeluarkan

Kementerian

Perekonomian menyatakan

kebijakan untuk melakukan perjalanan observasi ke mengambil-alih

Coprafonds yang Makassar, Manado, Maumere (Flores), dipusatkan di Jakarta. Perubahan ini Endeh, dan Kupang. Jika diperlukan mendapat penolakan dari petani kelapa dan anggota komisi mengunjungi Kalimantan. pedagang kopra. Pada 9 Oktober 1954, Selain itu, menyelidiki sampai sejauh mana terjadi demonstrasi besar di Manado. likuidasi Dana Kopra. Jika Dana Kopra Mereka

tangan harus dicabut, maka dibentuk badan baru, Pemerintah Pusat dalam monopoli tata sehingga memberi manfaat bagi petani niaga kopra. Selain itu, menolak Dana kelapa, daerah produksi kelapa, dan Kopra dari pusat dan menuntut hasil negara. Anggota komisi mengadakan keuntungan

menolak

campur

dengan manajemen pembangunan daerah Minahasa (De Coprafonds , Federasi Eksportir Kopra di nieuwsgier , 19 Oktober 1954: 2) .

kopra

dibagi

untuk pertemuan

Sulawesi, Komite Aksi untuk Pembubaran Akibat peristiwa aksi demonstrasi, Coprafonds , serikat buruh, dan ikatan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara produsen minyak kelapa. Hasil pertemuan (DPRS)

tokoh dan penyelidikan dilaporkan kepada masyarakat

mengundang

para

bulan Sekretaris Jenderal Kementerian, Sumarno November 1954, perwakilan Minahasa dan Kepala Direktorat Perdagangan dan memenuhi panggilan DPRS bagian Industri, Sardju Ismunandar. Setelah ekonomi. Anggota delegasi Minahasa melalui berbagai penyelidikan dan terdiri dari A. Ratulangi, Pastor M. rekomendasi dari komisi,

Minahasa.

Pada

akhirnya Sondaks, Z. Najoan, S Boolung, dr. disepakati Coprafonds harus dibubarkan Rampen , S. Moningka, H. Warouw, O. sesuai dengan rancangan Kementerian Rindo, dan Unsinlangi. Dalam pertemuan Perekonomian

(Java-bode: nieuws, tersebut, pihak delegasi Minahasa memberi handels-

advertentieblad voor alasan tentang tuntutan aksi demonstrasi Nederlandsch-Indie , 25 Nopember 1954: bahwa petani kelapa merasa dirugikan oleh 2). sistem pembelian kopra , terutama harga

en

240 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250 Pada

29 Desember 1954, daerah, berubah menjadi masalah politik Coprafonds sebagai lembaga tata niaga akibat perebutan monopoli tata niaga kopra kopra secara resmi diganti oleh Yayasan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kopra yang dipusatkan di Jakarta. Sejak Minahasa, dan militer. Kemudian muncul terpusatnya lembaga Yayasan Kopra tuntutan dari Permesta agar penghasilan dari mengakibatkan

daerah Minahasa perdagangan kopra dibagi 70 persen untuk kehilangan haknya dalam menentukan tata daerah produsen kopra, dan 30 persen untuk niaga kopra. Masyarakat Minahasa Pemerintah Pusat (Arsip pribadi M. Saleh menganggap bahwa keuntungan ekspor Lahade. No Reg. 325). kopra dari Minahasa seharusnya diberikan

untuk pembangunan daerah Minahasa, dan 2. Yayasan Kelapa Minahasa

bukan lebih banyak dinikmati daerah- Setelah dibentuk Yayasan Kopra daerah yang bukan produsen kopra atau yang diikuti peralihan Kantor besar membiayai proyek-proyek besar di Jakarta. Yayasan Kopra di Makassar pindahkan ke Masyarakat Minahasa menuntut agar diberi Jakarta. Muncul berbagai persoalan dalam otonomi ekonomi yang luas dan 100 pelaksanaan kegiatan Yayasan Kopra persen hasil ekspor kopra Minahasa harus diantaranya, para petani kelapa merasa dialokasikan ke daerah Minahasa. Ketidak- kecewa atas penjualan kopra Minahasa puasan kebijakan Pemerintah Pusat harus memiliki izin ekspor, sedangkan di menyebabkan daerah Minahasa secara Jawa, Bali, Sumatra, dan sebagian terang-terangan mengekspor kopra dengan Kalimantan diperdagangkan secara bebas menyelundup dan sistem barter tanpa (De nieuwsgier, 25 Mei 1956: 2; Djenaan, diketahui Pemerintah Pusat (Arsip pribadi 2005: 44-45). M. Saleh Lahade. No Reg. 325; De

kekecewaan dan nieuwsgier, 28 Januari 1955: 2).

Selain

itu,

ketidakpuasan para petani dan pedagang Persoalan-persoalan Yayasan Kopra kecil terhadap pemasaran kopra kepada menarik pula perhatian Kabinet Ali agen lokal Yayasan Kopra hanya Sastroamidjojo.

dengan bukti kwitansi Dalam sidang Kabinet pada 29 Mei 1956, pembelian (bon) yang nantinya akan hasil

Mereka

mengadakan dibayarkan

keputusan sidang menyetujui dilunasi. Sering pembelian kopra berlarut- penyelesaian masalah Yayasan Kopra larut pembayarannya, sehingga sejumlah menurut konsepsi dari Menteri Muda petani

menjual kwitansi Perekonomian untuk melikuidasi Yayasan pembeliannya

kelapa

lebih murah kepada Kopra dan diganti menjadi Koperasi pedagang perantara untuk memenuhi Kopra. Persetujuan tersebut berdasarkan kebutuhan hidupnya. Walaupun Yayasan pada berbagai pertimbangan untuk lebih Kopra menetapkan harga Rp. 130-140 per memperhatikan daerah dan berdasarkan kuintal, kemudian di ekspor keluar negeri hasil keputusan Konferensi Kopra pada 25 dengan harga Rp. 210-225 per kuintal. Mei 1956. Peralihan lembaga Yayasan Namun, sebagian petani lebih tertarik Kopra kepada Koperasi Kopra berlangsung menjual kopra kepada pedagang perantara pada 12 Juli 1956, bertepatan dengan Hari yang hanya dihargai Rp. 70 –80 per kuintal Koperasi (Simpo, 30 Mei 1956: 1).

tetapi dibayar kontan. Sejumlah petani Persoalan tata niaga kopra semakin menjual kopra kepada kapal-kapal asing rumit setelah dibentuknya OPIK TT VII lebih menguntungkan, selain mendapatkan Wirabuana sebagai organisasi tata niaga uang juga mendapatkan barang-barang ekspor kopra yang dikuasai militer. Kondisi import dari kapal asing (Algemeen Indisch ini mengakibatkan meningkatnya kegiatan dagblad: de Preangerbode , 17 Mei 1956: penyelundupan dan sistem barter kopra. 2; Leirissa, 1991: 15-16; Djenaan, 2005:

Ekspor tata niaga kopra yang sebelumnya 45 ).

memberikan kontribusi ekonomi bagi

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 241 Munculnya berbagai persoalan dan memberi hak otonomi luas kepada daerah-

diskriminasi tata niaga kopra yang daerah produsen kopra; daerah Minahasa disebabkan kebijakan Pemerintah Pusat telah menghasilkan keuntungan ekspor dan Yayasan Kopra atas ketidakadilan kopra sekitar f. 45 juta setahun, dan hasil keuntungan ekspor kopra bagi seharusnya mendapat f. 30 juta untuk daerah-daerah produsen kopra. Walaupun membiayai

pembangunan daerah Menteri Ekonomi RI Iskaq mengharapkan Minahasa; dan apabila masalah tersebut agar Yayasan Kopra dapat mengurangi tidak dapat diselesaikan sebelum tanggal monopolinya terhadap penjualan kopra,

14 Februari 1955, maka secara resmi sehingga eksportir nasional lainnya dapat mendirikan Yayasan Kelapa Minahasa. juga membeli dan menjual kopra. Iskaq Delegasi Minahasa juga mengundang mengusulkan agar eksportir nasional bisa Menteri Roosseno pada 7 Februari 1955 diberikan jatah secara khusus minimal untuk melakukan pertemuan dengan petani 15.000 ton perbulan. Dari hasi penjualan kelapa, pedagang kopra, dan tokoh itu pemerintah berharap dapat memperoleh masyarakat Minahasa di Manado (Java- komisi sebesar dua persen. Dari hasil dana bode: nieuws, handels- en advertentieblad itu pemerintah bisa mensubsidi petani voor Nederlandsch-Indie , 1 Februari 1955: kelapa minimal Rp. 3 000.000. per tahun 2). (Arsip Saleh Lahade, Reg. No. 325).

Menteri Roosseno kemudian ke Namun kebijakan itu tidak berhasil karena Manado untuk menyelidiki aset Yayasan pihak Yayasan Kopra tetap bertahan Kopra dan membahas masalah Yayasan sebagai

yang Kelapa Minahasa. Roosseno melakukan memonopoli kopra.

lembaga

ekonomi

pertemuan dengan para pejabat sipil, tokoh Pemerintah

Daerah Minahasa masyarakat, dan militer. Kemudian menuntut keuntungan ekspor kopra mengunjungi beberapa tempat untuk sebagian besar diserahkan kepada daerah mengetahui keadaan kopra di Minahasa. produsen kopra untuk pembangunan Dukungan dari para pejabat sipil dan daerah. Kemudian bulan Januari 1955 perwira militer di Manado, akhirnya pada terjadi unjuk rasa dan protes dari para

14 Februari 1955 Pemerintah Pusat petani kelapa, pedagang kopra, dan menetapkan dan mengakui pendirian veteran. Mereka menguasai kantor dan Yayasan Kelapa Minahasa. fasilitas lain Yayasan Kopra di Manado,

Kemudian dibentuk suatu komite dan mereka sepakat mendirikan Yayasan yang bertugas untuk mengurus pengalihan Kelapa Minahasa (Harvey, 1984: 54).

seluruh usaha dan aset Yayasan Kopra Pendirian Yayasan Kelapa Minahasa diserahkan kepada Yayasan Kelapa telah membawa pengaruh bagi daerah- Minahasa. Ketua komite dijabat Residen daerah produsen kopra lainnya, seperti Koordinator Wilayah Utara Propinsi Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangir Sulawesi, dan anggotanya terdiri dari Talaud, dan Makassar mendirikan yayasan Kepala Daerah Minahasa, Walikota kelapa daerah.

Manado, dan Anggota Dewan Direksi Peristiwa

Setelah melalui pengambilalihan

unjuk

rasa

dan Yayasan

Kopra.

berbagai fasilitas musyawarah, komite memutuskan antara Yayasan Kopra menimbulkan kekecewaan lain penyerahan aset Yayasan Kopra Menteri Perekonomian, Prof. Ir. Roosseno. kepada Yayasan Kelapa Minahasa berupa Kemudian

Roosseno mengundang keuangan, administrasi, dan aset yang perwakilan Minahasa untuk membahas diperlukan untuk daerah (tidak termasuk masalah pengambil-alihan aset Yayasan pabrik Sudesco), tanah, dan bangunan di Kopra dan pembentukan Yayasan Kelapa Bitung dan Manado digunakan untuk Minahasa. Dalam pertemuan, delegasi kepentingan

umum. Seluruh hasil Minahasa menuntut Pemerintah Pusat keuntungan

dari

Yayasan Kelapa

242 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250 Minahasa,

dana daerah. Demikian pula, Kementerian cadangan untuk menstabilkan harga kopra, Perekonomian

setelah

dikurangi

memanggil pejabat digunakan

untuk kepentingan Pemerintah Daerah Minahasa untuk pembangunan daerah; dan pembelian harga dimintai pertanggungjawabannya. Menurut kopra ditentukan oleh pemerintah daerah pihak

pemerintah daerah bahwa dan Yayasan Kelapa Minahasa (De pengambilan keputusan adalah langkah locomotief: Samarangsch handels- en darurat untuk menyelesaikan persoalan- advertentie-blad , 15 Februari-02-1955: 2).

persoalan kopra di Minahasa (Java-bode: Pendirian Yayasan Kelapa Minahasa nieuws, handels- en advertentieblad voor secara langsung memberi dampak kerugian Nederlandsch-Indie , 8 Oktober 1956: 2). besar bagi Yayasan Kopra, karena

Pada bulan Nopember 1956, sebelumnya perdagangan kopra Minahasa polemik persoalan kopra dibahas oleh merupakan

yang Dewan Daerah Minahasa. Karel Supit menguntungkan Yayasan Kopra (Harvey, (anggota komite penyelidik Yayasan 1984: 54-55).

sumber

ekonomi

Kelapa Minahasa) mengecam tindakan Yayasan Kelapa Minahasa berada Yayasan Kelapa Minahasa yang dianggap dalam kekuatan ekonomi yang memadai boros membayar 13 orang direkturnya dengan

lebih dengan gaji yang tinggi, sehingga menguntungkan daerah. Sekitar 20.000- mempunyai

pendapatan

yang

utang sejumlah Rp. 25.000 ton kopra setiap bulan diekspor, di 20.000.000 dari para produsen kopra. antaranya 8.000-9.000 ton dari Minahasa Pihak

Kelapa Minahasa diekspor ke Singapura (Harvey, 1984: menanggapi

Yayasan

pernyataan Supit dan 102). Hasil keuntungan ekspor dari menyesalkan sistem kerja dewan dalam Yayasan Kelapa Minahasa digunakan penyelesaian persoalan kopra. Tunggakan untuk memberi bantuan kepada petani utang hanya sejumlah Rp. 3.000.000, dan kelapa, dan mendanai sejumlah proyek menyalahkan Pemerintah Pusat menutup pembangunan di daerah, seperti pembuatan Pelabuhan Bitung yang berdampak pada jalan, jembatan, dan sekolah (De dihentikannya ekspor kopra ke luar negeri nieuwsgier , 6 Agustus 1956: 2).

(Harvey, 1984: 56).

Setelah Pelabuhan Bitung ditutup Pada tahun 1957, Yayasan Kelapa untuk perdagangan luar negeri oleh Minahasa kembali

bangkit sebagai Pemerintah Pusat akibat penyelundupan kekuatan ekonomi daerah Minahasa. dan perdagangan barter. Kondisi ini Ekspor kopra mengalami perkembangan memberi dampak bagi Yayasan Kelapa pesat setelah meningkatnya permintaan Minahasa untuk menghentikan ekspor kopra di Singapura. Keuntungan kopra kopra.

Yayasan Kelapa Minahasa terbesar berasal dari perdagangan ekspor mengalami kesulitan dalam keuangan, kopra ke luar negeri yang diatur oleh Prof. akibat pembelian kopra dari pedagang Soemitro

Djojohadikusumo, Boetje kopra dan petani kelapa belum dapat Wantania, Mayor Jan Walandouw, dan dibayarkan, dan menumpuknya kopra di Nun Pantouw. Dana hasil keuntungan gudang-gudang pelabuhan. Pada bulan Juli kopra kemudian didistribusikan kepada 1956, Pemerintah Daerah Minahasa setiap pemerintahan di daerah Minahasa mengambil keputusan dengan mengizinkan untuk pembangunan berbagai proyek Yayasan Kelapa Minahasa mengekspor kepentingan

umum, di antaranya kopra 20.000 ton ke Singapura tanpa pembuatan dan pemeliharaan jalan, sepengetahuan

irigasi, sekolah, dan Perekonomian . Setelah diketahui k ebijakan pembentukan universitas. tersebut dianggap ilegal, maka Kepala Jaksa melakukan penyelidikan tentang otorisasi yang dikeluarkan pemerintah

dari

Kementerian jembatan,

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 243

3. Kegiatan Militer dalam

Pada bulan Agustus 1954, kapal

Penyelundupan dan Perdagangan

berbendera Republik Rakyat Cina dengan

Barter

muatan senjata dari Morotai menuju Masuknya militer ke dalam bisnis Pelabuhan Amurang untuk melakukan

telah lama dilaksanakan sampai pada masa barter dengan kopra milik Lourens Saerang revolusi, sejumlah komandan militer di (Letnan Satu TNI). Ketika kapal tersebut daerah melakukan penyelundupan untuk meninggalkan pelabuhan berhasil dicegat membiayai anggaran militer yang tidak oleh polisi dan petugas pengawas mencukupi. Akibatnya, komandan militer pelabuhan atas tuduhan penyelundupan mencari tambahan dana melalui kegiatan (De locomotief Samarangsch handels- en penyelundupan kopra, karet, kopi dan advertentie-blad , 28 Agustus 1954: 1). komoditas lainnya terus terjadi sepanjang

Keterlibatan pihak militer dalam dekade 1950-an.

penyelundupan kopra terutama kasus Kegagalan pembangunan ekonomi Warouw menjadi berita utama di beberapa sejak akhir tahun 1956, bukan hanya media. Warouw bersama perwira militer dirasakan berbagai lapisan dan golongan lainnya diperiksa Jaksa Agung, Abdul masyarakat,

tetapi juga mengalami Mutalib Moro dan pihak Angkatan Darat. kesulitan adalah para prajurit militer. Beberapa perwira militer yang terlibat Kalangan komandan militer kecewa, penyelundupan

dimutasikan atau karena alokasi keuangan bagi operasi- diberhentikan dari anggota militer, operasi militer dan kesejahteraan prajurit sedangkan Warouw bebas dari tuntutan tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

dan tetap menjabat sebagai panglima Mereka mencari sumber dana militer Indonesia Timur (Leirissa, 1991: dengan cara mengekspor sendiri hasil 15). produksi pertanian tanpa melalui prosedur

Warouw menyatakan atas persetujuan dari Pemerintah Pusat. bahwa kegiatan penyelundupan telah Pemerintah Pusat menamakan kegiatan dilaporkan kepada Kepala Staf Angkatan para

Kolonel

Menteri Pertahanan. penyelundupan dan barter (Leirissa, 1991: Keterlibatan militer dalam perdagangan 12-13). Kegiatan penyelundupan dan barter

panglima

tersebut

sebagai Darat

dan

penyelundupan kopra perdagangan barter kopra memberi disebabkan adanya target dari Markas peluang besar kepada para panglima Besar Angkatan Darat (MBAD) kepada teritorial untuk mencari dukungan logistik Teritorium

dan

Wirabuana untuk pada sektor pertahanan dan keamanan.

VII

melakukan operasi militer pada bulan Kolonel J.F Warouw sebagai Desember 1954. Hasil keuntungan

Panglima Wilayah Militer Indonesia Timur penyelundupan dibagi untuk pelaksana mencari dana tambahan untuk membiayai langsung diberikan 5 persen, 45 persen operasi

militer dan kesejahteraan untuk pembangunan daerah, dan 50 persen prajuritnya. Warouw melindungi ekspor untuk biaya operasi militer. Semua hasil kopra melalui berbagai penyelundupan dan penyelundupan di bawah pengawasan dan barter kopra (Sutiono, 2000: 777). Pada tanggung jawab Panglima Teritorium VII akhir bulan Agustus 1954, kapal Cheiplan Wirabuana (Asba, 2007: 230-231). dan Maung Bama menyelundupkan kopra

Tindakan Warouw atas keterlibatan dari Pelabuhan Bitung ke Kalimantan dalam penyelundupan mendapat dukungan Utara setelah mendapat izin dari Warouw. dari masyarakat Minahasa. Mereka Namun dalam pelayarannya, kedua kapal memahami

keuntungan dari tersebut ditangkap oleh kapal Angkatan penyelundupan dan barter kopra sebagian Laut RI yang berpangkalan di Makassar diperuntukkan membiayai proyek-proyek (Harvey, 1984: 22; Asba, 2007: 230).

hasil

pembangunan di Minahasa.

244 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250 Pada 9 Oktober 1954 terjadi unjuk pasca Permesta (wawancara dengan

rasa dan demonstrasi di Manado, salah satu Lengkong 16 Agustus 2017). tuntutannya adalah mendukung tindakan

Sementara itu ketegangan antara Warouw atas penyelundupan kopra. pusat dan daerah mulai meningkat, baik di Bahkan para demonstran menuntut Kepala kalangan sipil maupun militer. Hubungan Daerah Minahasa, komandan militer di antara komandan militer di pusat, Nasution Manado, dan Walikota Manado bersama- dengan para komandan militer di daerah sama bertanggung jawab atas hasil telah

mengalami ketegangan. keuntungan dari penyelundupan digunakan Penyelundupan dan barter kopra menjadi untuk kesejahteraan masyarakat daerah sumber pendapatan para perwira militer di Minahasa (De nieuwsgier , 19 Oktober daerah Minahasa, sehingga dengan 1954: 2) .

pendapatan sumber hasil keuntungan Setelah Pemerintah Pusat melarang penyelundupan kopra menuntut otonom kegiatan penyelundupan dan perdagangan tanpa campur tangan pusat. barter yang dikendalikan oleh TT

Aktivitas penyelundupan dan barter VII/Wirabuana,

kemudian Panglima kopra menarik Jaksa Agung, Suprapto Warouw menyusun sebuah organisasi melakukan penyelidikan di Pelabuhan untuk

Agung menyelidiki ekonomi dengan melegalkan kegiatan keterlibatan komandan militer dan para barter. Pada 12 Februari 1955, Kolonel perwira militer di daerah, terutama peran Warouw mengangkat Mayor M. Saleh Kolonel Warouw dan Letkol. H.V Worang Lahade sebagai perwira yang menangani (Komandan Infanteri Resimen 24). Setelah Opsir Pekerjaan Istimewa X TT VII (OPI melakukan penyelidikan di Bitung dan

menyelenggarakan

kegiatan Bitung.

Jaksa

X TT VII). Tugas utama Saleh Lahade Manado, Suprapto mengadakan pertemuan adalah mengkoordinasi ekspor kopra di dengan Kepala Staf Angkatan Darat, Pelabuhan Bitung dan Morotai untuk Mayor

Nasution untuk ekspor besi tua. Kemudian Saleh Lahade melaporkan hasil penyelidikan, dan menghapus kegiatan perjudian kasino di membahas keterlibatan militer dalam kota-kota besar sebagai pendapatan dana penyelundupan kopra (De nieuwsgier, 21 tambahan (Leirissa, 1991: 16). Pendapatan Juli 1956: 2). yang diperoleh OPI X TT VII digunakan

Jenderal

Pada tahun 1956, sejumlah perwira untuk membiayai operasi-operasi militer militer yang dituduh terlibat dalam dan kegiatan sosial ekonomi.

penyelundupan dan perdagangan barter Pada bulan Mei 1956, Kolonel mendapat sanksi dimutasi dan dinon- Warouw memerintahkan Mayor J.M.J aktifkan sementara atau dipecat dari (Nun)

agen kesatuan militer. Beberapa perwira militer perdagangan bernama Eastern Produce yang dinon-aktifkan adalah Mayor J.M.J Agency di Singapura. Pendirian agen (Nun)

Pantouw

membuka

I TT- dimaksudkan

Pantouw

(Asisten

untuk memudahkan VII/Wirabuana), Letnan Boetje Wantania penjualan kopra di Singapura (Harvey, (MBAD

diperbantukan pada 1984: 55). Selain itu, Nun Pantouw TT/III/Siliwangi, Jawa Barat), Lapian, mempunyai jaringan perdagangan dengan Saraun, dan Rumengan. Menurut laporan

dan

Andi Selle (Komandan Batalyon 710) juga dari Infanteri Resimen 24 bahwa menerapkan sistem monopoli perdagangan sehubungan Nun Pantouw menjabat kopra di Pare-Pare hingga Majene, sebagai Direktur Dewan Yayasan Kelapa (Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Minahasa, maka untuk sementara dialihkan Barat sekarang). Kedua perwira militer kepada perwira militer lainnya (Java-bode: juga melakukan ekspor kopra ke nieuws, handels- en advertentieblad voor

Singapura, Tawao, dan Taiwan sampai Nederlandsch-Indie , 23 Juni1956: 2;

Harvey, 1984: 53).

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 245

H.V Worang

mengeluarkan 4. Pelabuhan Bitung:

pernyataan pembelaan atas tuduhan

Jalur Penyelundupan dan

keterlibatan para perwira militer. Isi

Perdagangan Barter

pembelaannya dimuat dalam surat kabar Jaringan geografi sangat mendukung “Pedoman Rakjat” tanggal 22 Mei 1956. terbentuknya

perdagangan antar- Menurut Worang bahwa kegiatan kapal- pelabuhan, pulau, dan lintas benua. kapal asing dalam pengangkutan kopra Pelabuhan Bitung terletak di tepian Pasifik adalah legal. Namun telegram dari Menteri (Pacific Rim) mempunyai akses yang lebih Perhubungan tanggal 17 Mei 1956, No. luas dan jarak yang lebih pendek dengan 139 menyatakan bahwa percateran kapal- kawasan Asia

Pasifik. Dari sisi kapal asing, seperti kapal Mina oleh N.V geostrategis, Pelabuhan Bitung dapat Indora dinyatakan ilegal (Arsip Propinsi melayani arus perdagangan regional dan Sulawesi (Rhs), No. Reg. 641). Perusahaan internasional di kawasan Asia Pasifik. NV. Indora milik Laurens Saerang Dalam

jalur perdagangan ditunjuk sebagai salah satu perusahaan internasional, jarak dari Singapura atau ekspor kopra oleh Yayasan Kelapa Hongkong dengan Bitung hampir sama Minahasa. Hasil keuntungan ekspor jaraknya. Para pemilik kapal, makelar, dan sebagian disetor kepada Yayasan Kelapa pengusaha yang berbasis di Singapura dan Minahasa untuk bantuan kepada petani Hongkong meningkat dalam percateran kelapa dan pembangunan daerah Minahasa kapal untuk memuat kopra di Sulawesi

kaitan

(De nieuwsgier, 6 Agustus 1956: 2). (Dick, 2011: 52)

Pada 13 Agustus 1956, Kolonel Sebelum Pelabuhan Bitung (pantai Warouw melakukan konferensi pers di timur Minahasa) diresmikan, terdapat tiga Makassar. Warouw mengakui bertanggung pelabuhan yang cukup besar di Minahasa jawab atas seluruh kegiatan penyelundupan yaitu Pelabuhan Manado, Amurang, dan dan barter kopra di Pelabuhan Bitung. Kema. Selain Pelabuhan Manado, Kema Pokok persoalan dalam penyelundupan juga banyak dikunjungi kapal pengangkut kopra adalah manifestasi dari bentuk kopra dari Maluku Utara seperti Ternate, perjuangan daerah, sedangkan pandangan Tidore, Halmahera, dan Bacan. Tingginya di pusat menganggap sebagai daerah- harga kopra di Manado menarik para daerah penyelundup kopra. Menurut pedagang

Maluku Utara Warouw bahwa orang-orang dipusatlah memasarkan

kopra

kopranya. Faktor ini yang melakukan penyelundupan bukan didukung karena letak Manado dan Kema rakyat di daerah. Hasil produksi kopra berdekatan dengan Pelabuhan Ternate dimanfaatkan Pemerintah Pusat untuk (wawancara dengan Pettananai Besse, 3 kepentingan lain, bukan untuk kepentingan Agustus 2017). Kemajuan perdagangan daerah produsen kopra (Harvey, 1984: 56).

kopra di Minahasa juga didukung oleh Pada 22 Agustus 1956, Kolonel sejumlah maskapai p elayaran kapal rakyat. Warouw secara resmi menyerahkan Salah satunya adalah maskapai NV. jabatannya kepada Letkol H.N.V Sumual Nocemo berkantor pusat di Manado. sebelumnya sebagai Kepala Staf Warouw Masakapai NV. Nocemo melayari jalur di Brigade XVI. Warouw mendapat tugas daerah-daerah produsen kopra, seperti jalur baru sebagai atase militer di Peking. Manado – pantai utara Sulawesi – Toli- Begitu pula pada bulan Desember 1956, Toli; Manado – Teluk Tomini; Manado –

H.V Worang menyerahkan jabatannya Sangihe Talaud; dan Manado – Maluku kepada Mayor D.J Somba. H.V. Worang Utara (Kementerian Penerangan, 1953: menempati

Komandan Resimen 6 Tanjungkarang, Pada bulan Februari 1953, Presiden Sumatera Selatan (Harvey, 1984: 48).

Soekarno

meresmikan pembangunan Pelabuhan Bitung dengan fasilitas dermaga

246 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250 dan gudang yang cukup besar. Pelabuhan

barter semakin Bitung dapat melayani tiga kapal meningkat setelah masyarakat Minahasa melakukan

Perdagangan

bongkar-muat barang. menentang kegiatan monopoli Yayasan Posisinya secara ekonomis cukup strategis Kopra. Pelabuhan Bitung menjadi pintu karena terletak di daerah-daerah produsen gerbang

perdagangan barter dan kopra (Minahasa, Sangir Talaud, dan penyelundupan kopra oleh kapal-kapal sepanjang Teluk Tomini). Pelabuhan asing ke Kalimantan Utara, Singapura, Bitung dapat mengekspor sekitar 250.000 Taiwan, dan Eropa. Para pedagang Cina ton kopra per tahun, dan 50.000 ton dan Inggris di Kalimantan Utara produksi

lainnya. melakukan barter kopra dengan peralatan Dibandingkan Pelabuhan Manado hanya militer dan alat-alat pertanian (Asba, 2007: memiliki kapasitas kecil (80.000 ton), dan 230). sulit dikembangkan akibat angin dan

hasil

hutan

Setelah diakuinya Yayasan Kelapa ombak yang besar (De nieuwsgier, 6 Minahasa oleh Pemerintah Pusat, kegiatan Februari 1953: 2).

penyelundupan di Pelabuhan Bitung Pelabuhan Bitung berada di teluk mengalami peningkatan. Antara bulan yang terlindung dan merupakan salah satu Februari sampai April 1956 paling sedikit pelabuhan paling modern di Indonesia (De enam kapal asing mengangkut 25.000 ton nieuwsgier , 11 Agustus 1956: 1). Setelah kopra tanpa izin dari Pemerintah Pusat, Pelabuhan Bitung diresmikan, Pelabuhan tetapi mendapat persetujuan dari kesatuan- Manado dan Kema berangsur-angsur kesatuan militer daerah dengan imbalan mengalami

penurunan ekspor-impor. menerima sejumlah barang import berupa Pelayaran lebih banyak beralih ke beras, tekstil, mesin, dan kendaraan Pelabuhan Bitung karena lebih refresentatif (Harvey, 1984: 54). Salah satu dampak dan

strategis (wawancara dengan dari penyelundupan dan barter kopra Lengkong, 16 Agustus 2017).

adalah harga beras lebih murah, dan Sejak kapal -kapal asing merapat di banyaknya mobil sedan dan jeep melintasi Pelabuhan Bitung dengan menurunkan jalan-jalan di Manado (wawancara dengan muatan barang-barang luar negeri dan Lengkong, 16 Agustus 2017). mengangkut kopra, dirasakan masyarakat

Menurut catatan resmi di Manado, sebagai keuntungan perdagangan bebas, jumlah kopra yang diangkut oleh kapal- dan mengakui bahwa perdagangan legal kapal asing dari Pelabuhan Bitung yaitu atau

ilegal semuanya mendapat pada 7 Pebruari 1956, kapal Easterntrade perlindungan dari militer.

sejumlah 2.300 ton; 23 Maret, kapal Dorus sejumlah 1.929,9 ton; 29 Maret, kapal Mina sejumlah 2.075 ton; 2 April, kapal Monica sejumlah 850 ton; 25 April, kapal Lotte Skow sejumlah 5.000 ton; dan pada 3 Mei terdapat dua kapal mengangkut kopra yakni kapal Lotte Skow sebanyak 5.000 ton dan kapal Monica sebanyak 850 ton. Pengangkutan kopra oleh kapal-kapal asing belum termasuk yang tercatat melalui Pelabuhan Manado, Amurang,

Belang, dan pelabuhan lainnya di Gambar 2. Kegiatan bongkar muat barang di

Minahasa (Simpo, 31 Mei 1956: 11) Pelabuhan Bitung, 1950-an

Sumber: PT. Pelindo IV (Persero) Cabang Meningkatnya penyelundupan dan

Bitung, 2017. barter kopra oleh kapal-kapal asing di Pelabuhan Bitung menyebabkan Andi

Boerhanoeddin

(Acting Gubernur

Dinamika Tata Niaga Kopra... (Hasanuddin Anwar) 247 Sulawesi) menyurati Menteri Dalam advertentieblad voor Nederlandsch-Indie ,

Negeri bagian Biro Politik di Jakarta pada

7 Juni 1956 ; 2).

22 Mei 1956. Dalam isi suratnya Pertengahan bulan Juni 1956, kapal dilaporkan tentang sejumlah kapal asing Dussedorf berbendera Jerman merapat di melakukan penyelundupan kopra di Pelabuhan Bitung dalam masa penutupan Pelabuhan Bitung yaitu Muang Bama, Sout pelabuhan. Kapal Dussedorf dicarter oleh Breeze, Dorus, Lotte Skow, Sun On, Yayasan Kopra Pusat dan memegang izin Eastern Trader, Ambouili, Monica, dan de khusus dari otoritas terkait Pemerintah Rozelle Breeze. Andi Boerhanoeddin Pusat. Setelah menurunkan muatan mengharapkan agar Pemerintah Pusat barangnya berupa kendaraan, beras, dan segera mengambil tindakan tegas kepada tekstil, dan kemudian mengangkut 6.000 kapal asing tersebut dengan proses hukum karung tepung kelapa dari pabrik Sudesco. melalui Jaksa Agung dan Mahkamah Pada saat proses pengangkutan tepung Agung (Arsip Propinsi Sulawesi (Rhs), kelapa, terjadi demonstrasi dari para No. Reg. 641).

pejabat Pemerintah Daerah Minahasa, Semakin

tingginya kegiatan partai politik, tokoh masyarakat, dan penyelundupan dan barter kopra melalui organisasi massa. Para demonstran Pelabuhan

Bitung menyebabkan menuntut agar seluruh muatan kapal Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan kembali dimasukkan ke gudang pelabuhan, tegas untuk menutup Pelabuhan Bitung sehingga k apal Dusseldorf meninggalkan bagi pelayaran samudra, pada 1 Juni 1956 Pelabuhan Bitung tanpa muatan barang. (Harvey,

1984: 54-55). Keputusan Para demonstran kemudian mengeluarkan Pemerintah Pusat membawa dampak buruk ultimatum kepada Pemerintah Pusat agar bagi ekspor kopra Minahasa, sehingga membuka kembali Pelabuhan Bitung kopra banyak menumpuk di gudang- dalam waktu seminggu, tuntutan itu gudang Pelabuhan Bitung.

kemudian disetujui oleh Pemerintah Pusat Penutupan kegiatan

Pelabuhan (De nieuwsgier, 16 Juni 1956: 2; Bitung juga menjadi pembahasan utama Nieuwsblad van het Noorden , 18 Juni Wakil Presiden, Moh. Hatta di Manado. 1956: 2; Ricklefs, 2009: 525). Pada awal Juni 1956, Moh. Hatta

dikeluarkannya Surat didampingi para menteri yaitu Soenarjo, Perintah KSAD No. 1043/KI/56, tanggal Sudibjo,

Setelah

24 Mei 1956 melalui Radiogram; Surat melakukan kunjungan ke Manado untuk Perintah Panglima/Tentara Territorial VII menyelesaikan dua isu penting di No. SP. 0158/6-1956 ditandatangani Minahasa, yaitu penyelundupan kopra dan Let.Kol. H.N.V Sumual tentang pelarangan pengangkatan

dan Roesli

Abdulwahid

Residen Koordinator penyelundupan dalam wilayah Territorial Wilayah Utara Propinsi Sulawesi .

VII (Arsip Propinsi Sulawesi (Rhs), No. Kedatangan

rombongan Wakil Reg. 641); dan sejumlah tuntutan dari Presiden disambut sejumlah poster dari masyarakat Minahasa akhirnya Pelabuhan para demonstran yang menuntut dibukanya Bitung dibuka kembali sebagai pelabuhan kembali Pelabuhan Bitung bagi kapal- perdagangan luar negeri berdasarkan kapal asing. Salah satu poster bertuliskan Peraturan Pemerintah, PP No. 17/1956 (De “Penutupan Pelabuhan Bitung memaksa nieuwsgier , 11 Agustus 1956: 1) kita untuk melakukan tindakan ilegal ”,

Sekalipun Pelabuhan Bitung dibuka menarik perhatian Hatta. Bahkan ketika kembali, namun beberapa kapal asing tetap menemui Worang, Hatta menunjukkan melakukan kegiatan ekspor-impor barang poster tersebut. Menurut Hatta bahwa isi secara ilegal. Pada 7 Agustus 1956, kapal dari poster segera diajukan untuk Susanne Skow berbendera Denmark dipertimbangkan oleh Pemerintah Pusat dicarter oleh N.V Kema milik Wantania (Java-bode:

nieuws,

handels-

en merapat di Pelabuhan Bitung. Kapal ini

248 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 235 - 250

memuat barang, seperti beras, tekstil, 5. Pembentukan Propinsi Sulawesi

bahan-bahan pabrik, dan jenis kendaraan

Utara

berupa jeep, pickup, dan ambulance. Kekecewaan masyarakat Minahasa Menurut laporan Kepala Bea Cukai, terhadap diskriminasi dan ketidakadilan Pontoh bahwa muatan barang dikirim oleh dari berbagai kebijakan Pemerintah Pusat Wantania Morgan Corporation kepada menyebabkan timbulnya sejumlah aksi Yayasan Kopra Minahasa. Kapal Susanne protes dan tuntutan melalui perjuangan Skow sering merapat di Pelabuhan Bitung Permesta. Berbagai bentuk ketidakadilan dan mengakut kopra milik Yayasan Kopra yang dirasakan masyarakat Minahasa Minahasa. Pada 11 Agustus 1956 memuat mendorong pemikiran atas tuntutan 4.600 ton kopra; 31 Agustus memuat