KEPEMIMPINAN ISLAMI KEPALA MADRASAH SEKO (1)

KEPEMIMPINAN ISLAMI KEPALA
MADRASAH/ SEKOLAH
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Manajemen Lembaga Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun oleh :
Dwi Vida Ardiani

14111902

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
JULI 2018

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo Bapak H. Sulton, M.Si
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini
Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di
mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif sehingga bisa diperbaiki
seperlunya. Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan
kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
YaaRobbal 'Alamin.

(PENYUSUN)


DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Islam Kepala Sekolah/ Madrasah ................................3
1. Definisi Kepemimpinan...................................................................3
2. Definisi Pendidikan Islam................................................................5
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah atau Madrasah....................................5
C. Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan ....7

1. Kepala Madrasah Sebagai Administrator.........................................8
2. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor..............................................10
D. Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam...................12
1. Memiliki karakter shidiq (jujur).......................................................14
2. Memiliki karakter amanah (terpercaya)...........................................15
3. Memiliki karakter tabligh (menyampaikan).....................................15
4. Memiliki karakter fathanah (cerdas)................................................15
5. Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian)...............16
6. Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang).........................16
7. Memiliki karakter shaleh/ma'ruf (baik, arif, bijak)..........................16

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Menjadi seorang pemimpin pendidikan, tidak saja dituntut untuk
menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus terampil dalam menerapkan situasi
praktis di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk membawa lembaga pendidikan
yang dipimpinnya. Besar kecilnya peranan yang dilakukan seorang pemimpin banyak
ditentukan kepada apa dan siapa dia, dan apa yang dipimpinnya, kekuasaan (otoritas) apa
yang dimiliki dan perangkat mana yang ia perankan sebagai pemimpin baik itu formal
maupun non formal. Akan tetapi kesemuanya berperan dalam membimbing, menuntun,
mendorong, dan memberikan motivasi kepada mereka yang dipimpin untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan.
Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah kepala madrasah sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan,
harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja personal.
Seorang pemimpin juga harus mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman,
nyaman, tentram, menyenangkan, dan penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan
para pelajar. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan
lancar dalam mencapai tujuan yang diharapkan.1
Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh, ia berusaha agar nasehat, saran dan

jika perlu perintahnya di ikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan
perubahan-perubahan dalam cara berfikir, sikap, tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan
kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan pengetahuan dan pengalaman, ia membantu guruguru berkembang menjadi guru yang profesional.
Pada sistem organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan pemimpin bagi masyarakat
sekolah lainnya baik guru, karyawan, dan siswa. Sebagai pemimpin, maka perilaku kepala
sekolah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat sekolah lainnya. Perilaku positif dari
kepala sekolah akan memacu guru dan karyawan memberikan perilaku yang positif dalam
1 Hendyat Soetopo, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal.
271.

mencapai tujuan pendidikan. Sebaliknya, perilaku kepala sekolah yang negatif merupakan
awal dari gagalnya penyelenggaran pendidikan di sekolah tersebut.
Sehingga kepemimpinan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kualitas
baik-buruknya suatu sekolah. Maka dari itu penulis tertarik menelaah dalam sebuah makalah
yang berjudul “ Kepemimpinan Islami Kepala Madrasah/ Sekolah”.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.


Bagaimana Pengertian Kepemimpinan?
Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah/ Madrasah?
Bagaimana Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan?
Bagaimana Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Kepala Sekolah/ Madrasah
3. Untuk mengetahui Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan
4. Untuk mengetahui Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam

BAB II

PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN ISLAMI KEPALA SEKOLAH ATAU MADRASAH
A. Pengertian Kepemimpinan Islam Kepala Sekolah Atau Madrasah
1.


Definisi Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa
Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin
dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan. 2
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga
kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Pada
dasarnya kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain
agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau
gagasannya. Fondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi
organisasi, mendefinisikan, dan menegakkannya secara jelas dan nyata. Pemimpin
menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar.
Selain itu, ada definisi yang lain, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan
kesiapan seseorang untuk memengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan
orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Hadits tentang Pemimpin Pelayan Masyarakat (١٢٠٠:‫)اللؤلؤ والمرجان‬


‫عاسد سمبعفقسل ببسن ي سسسارر ففي‬
‫ أ س ن سن ع‬,‫حسسفن‬
‫عبسي بسداللفه افببسن فزسيارد س‬
‫~ سمبعفقفل ببفن ي سسسارر س‬١٢٠٠
‫عفن ال س‬
,
‫حفندث عسك سحافدثثا سسفمبعتععه فمبن سرعسبوفل اللفه‬
‫سماسرفضفه ال ن سفذي سما س‬
‫ فإفنني عم س‬: ‫ سفسقاسل ل سعه سمبعفقلل‬,‫ت ففي بفه‬
‫حرة فإل ن س ل سبم ي سفجبد‬
‫عاعه اللعه سرفعي سثة سفل سبم ي س ع‬
‫عببرد ابستسبر س‬
‫ سما فمبن س‬: ‫ ي سعقوعل‬,
‫حبطسها فبن سفصي ب س‬
‫جن نسفة‬
‫حسة ال س‬
‫سرافئ س‬

‫ت الن نسفب ن سي‬
‫سسفمبع ع‬


(‫ باب من استرعى رعية فلم ينصح رقيق‬٨: ‫ كتاب الحكام‬٣٩ : ‫)أخرجه البخري في‬
Terjemah:
2 Wahyu Wijaswanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 769.

Ma’qil bin Yasar, dari Al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad menjenguk
Ma’qil bin Yasar ketika dia sakit sebelum dia meninggal. Maka Ma’qil berkata kepada
Ubaidillah bin Ziyad: aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah aku
dengar dari Rasulullah, aku telah mendengar beliau bersabda: “ Tiada seorang hamba
yang diberi amanah rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik,
melainkan hamba itu tidak akan mencium bau surga.”
(Al-bukhari meletakkan hadits ini di: 93 Kitab Hukum: 8. Bab orang yang diberi amanah
lalu tidak memeliharanya)
Penjelasan:
Al Karmani berkata, “Pengertian hadits ini menunjukkan bahwa dia mendapatkan
aromanya, padahal ini bertentangan dengan yang dimaksudkan hadits. Oleh karena itu,
mesti disisipkan illa (melainkan), yakni melainkan dia tidak mendapatkan. Lalu kalimat
pelengkapnya tidak disebutkan. Perkiraannya adalah, tidaklah seorang hamba melakukan
seperti ini melainkan Allah mengharamkan surga baginya.
Ibnu Bathal berkata, “ini adalah anamah keras terhadap para pemimpin zalim yang

menyia-nyiakan amanah yang dititipkan Allah kepada mereka, atau mengkhianati rakyat,
atau menzalimi mereka, sehingga dia dituntut karena menzalimi para hamba pada hari
kiamat. Bagaimana dia mampu berlepas dari kezaliman umat yang demikian banyak.
Ibnu At-Tin menukil dari Addawudi sama sepertinya, dia berkata, “mungkin ini
juga berkenaan dengan orang kafir. Karena orang mukmin akan menggunakan
wewenangnya dengan baik.”3
2.

Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani
menurut ajaran islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dalam pengertian ini dapat diartikan
bahwa di dalam proses pendidikan islam terdapat usaha mempengaruhi jiwa anak didik
melalui suatu proses yang setingat demi setingkat akan menuju pada tujuan yang telah di
tetapkan, yaitu menanamkan akhlak dan takwa serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur dengan ajaran islam.
Jadi definisi pendidikan Islam adalah pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur di tanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah


3 Ibnu Hajar Al Asqalani. Fathul Baari. Kitab Al-Ahkam. (Jakarta: Pustaka Azam, 2009) hal. 440-444

pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian.

B. Kepemimpinan Kepala Madrasah atau Sekolah
Kepala Madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena
kepala madrasah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala
madrasah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala madrasah
merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas
mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru- guru dalam mendidik
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping diatur oleh pemerintah,
sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas kepala madrasahnya. Menurut Pidarta,
kepala madrasah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan. 4
Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran di
sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala madrasah itu sendiri. Pidarta menyatakan
bahwa kepala madrasah memiliki peran dan tanggungjawab sebagai manajer pendidikan,
pemimpin pendidikan, supervisor pendidikan dan administrator pendidikan.5
Kepala sekolah adalah orang yang memiliki kekuasaan serta pengaruh dalam
menentukan kegiatan belajar mengajar disekolah itu, kehidupan di sekolah diatur dengan
sedemikiaan rupa melalui kepemimpinan seorang kepala sekolah. Kepemimpinan kepala
sekolah akan berhasil apabila mereka memahami keadaan sekolah sebagai organisasi yanng
kompleks dan unik serta mampu melaksanakan peraanan kepala sekolah sebagai seorang
yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin sekolah.
Peran kepala sekolah sebagai sentral kepemimpinan disekolah sangat menentukan
arah sekolah tersebut, maju atau mundurnya sekolah tersebut tergantung bagaimana kepala
sekolah memainkan perannya senagai pemimpin. Seorang pemimpin diuntut untuk dapat
mengorganisasikan lembaga maupun institusinya. Pemimpin harus mampu menciptakan
suasana kerja yang sehat seperti memupuk dan memelihara kesediaan masing-masing bahwa
mereka termasuk dalam kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usahausahanya dan sifat yang ramah-tamah.
4 Made Pidarta, Cara belajar di Universiti Negara Maju: Suatu studi kasus, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hal.
75.
5 Made Pidarta, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Bandung : Rineka,
1997), hal. 68.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
adalah upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai leader mempengaruhi banyak orang
(guru, tenaga administrasi, siswa, stakeholders) melalui komunikasi untuk mencapai tujuan
sekolah. Indikatornya adalah kepala sekolah mampu menggerakkan semua warga sekolah
untuk untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
C. Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Kepala madrasah sebagai yang bertanggung jawab di madrasah mempunyai
kewajiban menjalankan madrasahnya. Ia selalu berusaha agar segala sesuatu di madrasahnya
dapat berjalan lancar. Dengan kata lain kepala madrasah harus berusaha agar semua potensi
yang ada di madrasahnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan agar tujuan madrasah dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya pula.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program
yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya
sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan
kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan,
pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.6
Dengan demikian dapat dipahami bahwa peran kepala sekolah sebagai leader, harus
memiliki beberapa kemampuan yang meliputi kemampuan baik dari segi kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi.7 Administrasi material adalah administrasi yang
menyacup bidang-bidang material sekolah seperti ketatausahaan sekolah, keuangan,
pergedungan, perlengkapan, dan lain-lain. Administrasi personel adalah administrasi yang
mencakup administrasi keguruan, kemuridan, dan pegawai sekolah lainnya. Administrasi
kurikulum adalah administrasi yang mencakup penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum
dan pelaksanaan kurikulum. Kepemimpinan dan administratif pendidikan yang berhasil bagi
kepala sekolah adalah diarahkan pada pengembangan aktifitas pengajaran dan belajar siswa.
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas dari peran kepala
madrasah sebagai pengelola dalam lembaga pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan
peran kepala madrasah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sini adalah usaha-usaha
6 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasinya, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2003), Hal. 182.
7 Wijono, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan, 1989),
Hal. 18.

yang dilakukan kepala madrasah untuk mencapai kemajuan dan kesempurnaan pendidikan
yang dipercayakan kepadanya.
Berikut ini peran kepala madrasah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, yang
meliputi:
1.

Kepala Madrasah Sebagai Administrator
Kepala madrasah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap
kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di madrasahnya. Oleh karena itu,
untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala madrasah hendaknya
memahami, menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan
dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.
Adapun dalam setiap kegiatan administrasi ini, di dalamnya mengandung fungsifungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasi-an, pengawasan, kepegawaiaan
dan pembiayaan. Oleh karena itu, kepala madrasah sebagai administrator hendaknya
mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pengelolaan madrasah yang
dipimpinnya.8
Sehubungan dengan hal di atas, maka tugas kepala madrasah dalam bidang
administrasi ini dapat digolongkan menjadi 6 bidang manajemen yang meliputi:
a. Pengelolaan pengajaran
Pengelolaan pengajaran ini merupakan titik sentral dari kegiatan Pengelolaan
yang lain. Pengelolaan ini merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan tugas
pokok. Untuk itu, Pengelolaan pengajaran ini harus direncanakan dengan sebaikbaiknya. Adapun kegiatan ini meliputi kebutuhan tenaga guru sehubungan dengan
kepindahan dan lain-lain.
b. Pengelolaan Kepegawaian
Pengelolaan kepegawaian mencakup di dalamnya penerimaan dan penempatan
guru dan atau pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai
sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi dan atau promosi
guru dan pegawai sekolah, dan sebagainya.
c. Pengelolaan Kemuridan
Murid atau anak didik dalam pengertian pendidikan pada umumnya adalah
tiap orang atau kelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.

8 Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan, 1989),
Hal. 106.

Dalam bidang ini kegiatan yang nampak ialah masalah perencanaan dan
penyelenggaraan penerimaan murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat,
kelas-kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan, dan keluar masuknya
murid-murid (mutasi), Penyelenggaraan pelayanan khusus (special servis) bagi
murid-murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pelajaran, penyelenggaraan
testing dan kegiatan evaluasi lainnya, mengatur “records” dan mempersiapkan
laporan tentang kemajuan mereka, masalah disiplin murid-murid, masalah absensi
dan sebagainya.
d. Pengelolaan Gedung dan Halaman
Kegiatan ini melputi perbaikan dan rehabilitasi gedung sekolah, penambahan
ruang kelas,perbaikan atau pembuatan pagar pekarangan sekolah, pembuatan
lapangan olah raga, perbaikan atau pengadaan bangku dan sebagainya.
e. Pengelolaan Keuangan
Kegiatan ini berhubungan dengan usaha-usaha penyediaan, penyelenggaraan
pengaturan dan ketatausahaan keuangan bagi pembiayaan fasilitas materiil dan
tenaga-tenaga personil sekolah serta aktivitas-aktivitas pengajaran dan kegiatankegiatan sekolah lainnya.
f. Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Untuk menciptakan kerjasama antara sekolah-rumah-masyarakat dan lembagalembaga sosial lainnya dalam usaha-usaha penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran, maka diperlukan adanya pelaksanaan program “public relation” sekolah
yang baik. Yang mana program tersebut dapat dilakukan dengan usaha-usaha
pemberian penerangan-penerangan, informasi-informasi tentang kehidupan dan
kemajuan pendidikan dan pengajaran disekolah yang luas, intensif, kontineu dan
efektif.
Hubungan antara sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya adalah suatu
sarana yang cukup mempunyai peranan untuk menentukan usaha pembinaan,
pertumbuhan dan perkembangan murid-murid di sekolah.
Berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, partisipasi warga
masyarakat sudah besar, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam
melakukan kontrol. Sebab mereka yakin sekali bahwa pendidikan adalah modal
utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka.
Perlu kita ketahui juga bahwa kecenderungan yang terjadi di negara maju
sekarang ini adalah kriteria sekolah yang baik ialah sekolah yang memiliki

hubungan baik dengan orang tua siswa, tidak terbatas pada hubungan penyandang
dana saja akan tetapi kebersamaannya terhadap keberhasilan pendidikan anaknya.
Kecenderungan ini dapat dikatakan sebagai tanda-tanda bahwa sekolah sebagai
institusi pendidikan semakin tidak terisolasi dari masyarakat.
2.

Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Kepala Madrasah sebagai orang yang bertanggungjawab di madrasah mempunyai
kewajiban untuk menjalankan madrasahnya, terutama membantu perkembangan
anggota-anggota stafnya dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan di madrasahnya.
Untuk mengetahui tanggungjawab tersebut, sebelumnya perlu diketahui lebih
dahulu pengertian supervisi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Daryanto
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan
menjamin tercapainya tujuan pendidikan.9
Melihat definisi di atas, dapat dikatakan bahwasanya kepala madrasah sebagai
supervisor harus dapat meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana yang telah
ada dan mencukupi mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan
dan dipenuhi. Disamping itu, kepala madrasah juga harus berusaha agar semua potensi
yang ada di madrasahnya, baik potensi yang ada pada unsur manusia maupun yang ada
pada alat, perlengkapan, keuangan dan sebagainya dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya.10 Adapun rumusan-rumusan tentang tugas-tugas kepala madrasah sebagai
supervisor, sebagaimana yang di kemukakan oleh M. Rifai adalah sebagai berikut :
a. Membantu stafnya menyusun program
Dalam hal ini, kepala madrasah membantu para guru dalam memilih program
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan muridnya, membantu mengembangkan
kesanggupan mengobservasi untuk memperoleh data dari murid, membantu para guru
untuk menyadari bahwa murid belajar disebabkan adanya kebutuhan dan pelajaran
yang diberikan kepadanya tidak akan diterima dengan baik jika tidak sesuai dengan
kebutuhan itu. Selain itu juga, kepala madrasah bisa membantu para guru untuk
mengembangkan kecakapannya untuk bisa mengetahui kebutuhan murid-muridnya
tersebut.
b. Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajar
Dalam usaha untuk mempertinggi kecakapan dan ketrampilan mengajarkan para
stafnya, hal inibisa dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan-kunjungan kelas

9 H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,) Hal. 84.
10 Ahmad Rohani, et.al., Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), Hal. 74.

secara teratur dan berencana, menyarankan kepada para guru untuk menggunakan
metode dan alat pelajaran yang lebih progresif dan produktif, atau bisa juga dengan
mencarikan bantuan ahli (konsultan atau nara sumber) untuk hal-hal yang sekiranya
kurang dikuasai para gurunya.
c. Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan stafnya dan tentang
kemajuan program pendidikan pada umumnya
Hal ini bisa dilakukan kepala madrasah dengan mengadakan evaluasi data
mengenai kunjungan kelas, menyusun rencana evaluasi untuk tiap masa tahun ajaran,
mengadakan pertemuan dengan stafnya baik secara perorangan atau dengan seluruh
staf untuk membicarakan bersama hasil-hasil pengumpulan data secara evaluatif, atau
bisa juga dengan membantu para anggota stafnya untuk mengadakan “selfevaluation” yaitu usaha mengevaluasi diri sendiri.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kualitas pendidikan di madrasah itu
terletak pada kualitas yang dimiliki oleh seorang kepala madrasah dalam membawa
staf-stafnya dalam mengkoordinir dan bertanggung jawab secara penuh terhadap
tugas-tugas yang telah ditetapkan. Peran kepala madrasah, baik itu sebagai
administrator ataupun supervisor akan selalu menjadi ukuran terhadap upaya
peningkatan kualitas pendidikan di madrasah yang dipimpinnya.
D. Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana kata
pendidikan menerangkan di lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan
sekaligus menjelaskan pula sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan
membimbing. Sebagaimana kata pendidikan yang menunjukkan arti yang dapat dilihat dari
dua segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti yang dikenal
sehari-hari.
b. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang
hakikat dan kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas
prinsip-prinsip dan pratik-praktik mendidik dan mengajar dengan segala cabangcabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dua hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan pada
dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik
dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha

pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu
pembantu lainnya.
Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta
komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses
pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan
demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik,
yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat
memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah
bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi
antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh
sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan
yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kekuasaaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Semakin banyak jumlah sumber
kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka makin besar potensi kepemimpinan yang
efektif.
Dengan menyebutkan “ kepemimpinan pendidikan”, maka disamping menjelaskan
dimana kepemimpinan itu berada dan berperan, tambahan kata “pendidikan” dibelakang kata
“kepemimpinan”

hendaknya

menampakkan

pula

sifat-sifat

atau

ciri-ciri

khusus

kepemimpinan yang bersifat mendidik, membimbing, dan mengemong tetapi bukan memaksa
dan menekan dalam bentuk apapun. Adapun Ciri-ciri dari seorang pemimpin dalam
kepemimpinan pendidikan islam itu sendiri antara lain:
1) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga
atau organisasinya
2) Memfungsikan keistimewaannya yang lebih di banding orang lain
3) Memahami kebisaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya

4) Mempunyai karisma atau wibawa dihadapan manusia atau orang lain
5) Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang
lain simpatik kepadanya
6) Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman
mereka
7) Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena
seorang pemimpin harus melakukan control pengawasan atas pekerjaan anggota,
meluruskan keliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan
mencengah kemungkaran
8) Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong, karena nasehat dari orang yang
ikhlas jarang sekali kita peroleh.11
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pegawasan,
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemempuan mengambil keputusan dan kemempuan berkomunikasi. Kepribadian
kepala sekolah sebagai leader tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggungjawab,
berani mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan. Memiliki
kepribadian yang kuat, Memahami semua personalnya yang memiliki kondisi yang berbeda,
begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lainnya, Memiliki upaya untuk
peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya.
Sehingga untuk mencapai tujuan yang akan di capai oleh seorang pemimpin dan
anggotanya seorang pemimpin setidaknya memiliki tujuh karakteristik kepemimpinan
profetik yang bisa saya uraikan pada tulisan ini, yaitu antara lain :
a) Memiliki karakter shidiq (jujur). Kepemimpinan profetik mengedepankan
integritas moral (akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran, sikap dan perilaku
etis. Sifat jujur merupakan nilai-nilai transedental yang mencintai dan mengacu
kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT (Shiddiq) dalam berpikir,
bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang "shiddiq" (shadiqun) selalu
mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta
menghormati kebenaran yang diyakini pihak lain yang mungkin berbeda dengan
keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.

11 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 277.

b) Memiliki karakter amanah (terpercaya). Kepemimpinan profetik mengahadirkan
nilai-nilai bertanggungjawab, dapat dipercaya, dapat diandalkan, jaminan kepastian
dan rasa aman, cakap, profesional dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.
Karakter tanggungjawab, terpercaya atau trustworthy (amanah) adalah sifat
pemimpin yang senantiasa menjaga kepercayaan (trust) yang diberikan orang lain.
Karakter amanah dapat menajamkan kepekaan bathin seorang pemimpin untuk bisa
memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik/organisasi.
c) Memiliki karakter tabligh (menyampaikan). Kepemimpinan profetik menggunakan
kemampuan komunikasi secara efektif, memiliki visi, inspirasi dan motivasi yang
jauh ke depan. Seorang pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi dan
diplomasi dengan bahasa yang mudah dipahami, diamalkan, dan dialami orang lain
(tabligh). Sosok pemimpin (seperti karakter nabi dan rasul) bahasanya sangat
berbobot, penuh visi dan menginspirasi orang lain.
d) Memiliki karakter fathanah (cerdas). Kepemimpinan profetik itu mempunyai
kecerdasan, baik intelektual, emosional maupun spiritual, kreativitas, peka
terhadap kondisi yang ada dan menciptakan peluang untuk kemajuan. Sosok
pemimpin itu harus cerdas, kompeten, dan profesional (fathanah). Pemimpin yang
mengacu sifat fathonah nabi adalah pemimpin pembelajar, mampu mengambil
pelajaran/hikmah dari pengalaman, percaya diri, cermat, inovatif tetapi tepat azas,
tepat sasaran, berkomitmen pada keunggulan, bertindak dengan motivasi tinggi,
serta sadar bahwa yang dijalankan adalah untuk mewujudkan suatu cita-cita
bersama yang akan dicapai dengan cara-cara yang etis.
e) Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian). Kepemimpinan profetik
mengutamakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement (Istiqamah).
Pemimpin yang istiqamah adalah pemimpin yang taat azas (peraturan), tekun,
disiplin, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, dan terbuka terhadap perubahan
dan pengembangan.
f) Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang). Kepemimpinan profetik
mengutamakan ajaran cinta (mahabbah) bukan kebencian dan pemaksaan. Karakter
pemimpin profetik selalu peduli (care) terhadap moral dan kemanusiaan, mudah
memahami orang lain/berempati, suka memberi tanpa pamrih (altruistik),
mencintai semua makhluk karena Allah, dan dicintai para pengikutnya dengan
loyalitas sangat tinggi.

g) Memiliki karakter shaleh/ma'ruf (baik, arif, bijak). Kepemimpinan profetik adalah
wujud sebuah ketaatan kepada Allah dan mendarmabaktikan dirinya untuk
kesalehan, kearifan dan kebajikan bagi masyarakatnya. Ketaatan dan keshalehan
para nabi atau rasul berpedoman pada wahyu dan mu'jizat dari Allah. Karakter
shaleh/arif dapat melahirkan pesona kharismatik yang merupakan ilham dari ilahi,
yang terpancar pada permukaan kulit, tutur kata, pancaran mata, sikap, tindakan,
dan penampilan. Seorang pemimpin yang shaleh mempunyai kualitas kepribadian
individu yang utuh sehingga menyebabkan orang lain menaruh simpati, percaya
dan menganut apa yang diinginkannya. Pemimpin shaleh berarti pemimpin yang
dirinya diakui pengikut, karena ketaatannya kepada Allah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. pendidikan Islam adalah,

pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur di tanamkan ke dalam diri
manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk
manusia saja.
2.

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai
leader mempengaruhi banyak orang (guru, tenaga administrasi, siswa, stakeholders)
melalui komunikasi untuk mencapai tujuan sekolah. Indikatornya adalah kepala sekolah
mampu menggerakkan semua warga sekolah untuk untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan.

3.

Peran Kepala Sekolah sebagai leader, harus memiliki beberapa kemampuan yang
meliputi kemampuan baik dari segi kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
berkomunikasi. Peran kepala madrasah atau sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di sini adalah usaha-usaha yang dilakukan kepala madrasah untuk mencapai
kemajuan dan kesempurnaan pendidikan yang dipercayakan kepadanya.

4.

Dasar dan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam bahwa kepemimpinan
pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan
dengan proses mendidik dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan
dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabangcabangnya dan ilmu-ilmu pembantu lainnya. Seorang pemimpin setidaknya memiliki
tujuh karakteristik kepemimpinan profetik yang bisa saya uraikan pada tulisan ini, yaitu
antara lain :
a) Memiliki karakter jujur.
b) Memiliki karakter dapat dipercaya.
c) Memiliki karakter menyampaikan bahasa yang mudah dipahami dan menginspirasi
orang lain.
d) Memiliki karakter cerdas.
e) Memiliki karekter konsisten/teguh pendirian.
f) Memiliki karakter kasih-sayang.
g) Memiliki karakter baik, arif, bijak.

DAFTAR PUSTAKA
Fathul Baari dan Ibnu Hajar Al Asqalani, 2009, Kitab Al-Ahkam. Jakarta: Pustaka Azam.
H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasinya,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Pidarta Made, 1990, Cara belajar di Universiti Negara Maju: Suatu studi kasus, Jakarta:
Bumi Aksara.

......................, 1997, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Bandung : Rineka.
Purwanto, 1989, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Departeman Pendidikan
Dan Kebudayaan.
Qomar, Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.
Rohani, Ahmad, et.al., 1991, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di
Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
Soetopo, Hendyat, 1982, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional.
Wijaswanto, Wahyu, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.
Wijono, 1989, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Departeman Pendidikan Dan
Kebudayaan.