PDF ini BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA SKPD DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI | Maria | 1 PB

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: BUDAYA
ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
PADA SKPD DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

ARTIKEL

SERMALINA MARIA
NIM : 1010018212118

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2016

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL: BUDAYA
ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
PADA SKPD DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
1

1


Sermalina Maria, 1Zaitul, 1Listiana Sri Mulatsih
Postgraduate Program of Management Science, Bung Hatta University
email: sermalinamaria@ymail.com

ABSTRACT
The important of managerial performance in organization has been attracting the practitioners and
academicians. Many studies have documented that there are several factors affecting it. However,
study using the public sector organization is still limited. Therefore, this study is proposed to
investigate the effect of the budged participation (BP) and management control system (MCS) on the
managerial performance. Besides, this study also determine the role of organization culture (OC)
whether strengthen or weaken the relationship between BP and MCS with managerial performance.
In this study, we use the contigency theory as underpinning theory. By using 133 middle managers
working in Kabupaten Mentawai and Moderated regression analysis (MRA), we found that there is a
significant effect of BP and MCS on managerial performance. Besides, this study also conclude that
OC has a role of moderating variables. In this case, organization culture strenghten the relationship
between budget participation & management control system and managerial performance. Finally th
is study is contributing to the contigency theory in the sense that variation in managerial performance
in public sector could also be explainned by budget participation and management control system.


Keywords: Budgeting Participation, Management Control Systems, Managerial Performance:
Organizational Culture.
Menurut Deddi (2010: 80) kinerja

PENDAHULUAN
ini

menajerial pada instansi pemerintah akan

dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

ditentukan oleh tingkat partisipasi manajer

segi internal, yaitu peningkatan kinerja yang

dalam penganggaran. Partisipasi anggaran

optimal dan segi eksternal yaitu adanya

pada sektor publik terjadi ketika antara pihak


tuntutan masyarakat yang menghendaki agar

eksekutif yaitu pemerintah daerah legislatif

pemerintah daerah mampu menciptakan tujuan

yaitu DPRD dan masyarakat bekerja sama

masyarakat daerah yang sejahtera sebagai

dalam

suatu implikasi dari penerapan otonomi daerah

partisipasi aktif dari pihak eksekutif dalam

yang mengedepankan akuntabilitas kinerja dan

proses anggaran akan mendukung kinerja


peningkatan pelayanan publik.

aparatur pemerintah itu sendiri.

Pemerintah

Daerah

sekarang

penyusunan

anggaran.

Adanya

Namun realitas yang terjadi di lapangan

Fenomena tersebut memperkuat dugaan


terlihat bahwa masih rendahnya kinerja manajerial

bahwa kinerja manajerial pemerintah daerah

pemerintah daerah dalam menjalankan roda

Kabupaten Kepulauan Mentawai masih relatif

pemerintahan yang diperlihatkan oleh kemampuan

rendah. Hal ini terbukti bahwa pihak yang

menyerap anggaran yang masih jauh dari yang

memiliki kuasa dalam penyusunan dan pengelola

diharapkan. Tabel berikut memperlihatkan kinerja

anggaran pada masing-masing SKPD masih


pengelolaan

kurang mampu menyerap angagaran yang sudah

keuangan

daerah

Kabupaten

Kepulauan seperti tabel berikut ini:

disediakan, sehingga pada akhir tahun menjadi

Tabel Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai 2012-2014

SILPA.

Menurut
manajerial

No

Tahun

Anggaran (Rp)

Realisasi (Rp)

Persen

1

3

4

5


6

1

2012

2
3

Belanja

654.166.746.578,81

509.349.957.119,52

77,86%

2013 Belanja
2014 Belanja

Rata-rata Belanja

760.281.484.858,35
932.495.328.688,06
782.314.520.041,74

568.830.081.224,72
658.502.559.409,43
578.894.199.251,22

74,82%
70,62%
74,43%

Deddi

(2010:

pada isntansi


80)

pemerintah

kinerja
akan

ditentukam oleh tingkat partisipasi menejerial
dalam

penyusunan

anggaran.

Partisipasi

Penyusuna pada sektor publik terjadi ketika antara
pihak eksekutif yaitu pemerintah daerah, legislatif

Pada Tabel 1 terlihat bahwa masih rendahnya


yaitu DPRD, dan masyarakat bekerjasama dalam

kinerja manajerial pemerintah daerah Kabupaten

pembuatan anggaran. Adanya partisipasi aktif

Kepulauan Mentawai dalam mengelola keuangan

dari pihak eksekutif dalam penyusunan anggaran

daerah

akan mendukung peningkatan kinerja manajerial

yang

diperlihatkan

oleh

adanya

ketimpangan dari besarnya anggaran dengan
realisasinya. Data di atas memperlihatkan realisasi

aparatur pemerintah itu sendiri.
Menurut

Mardiasmo

(2009:

61)

belanja tidak pernah mencapai angka 100% atau

penganggaran sektor publik terkait dengan proses

80% target minimal dalam ketentuan target

penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

anggaran yang menunukan terealisasinya dari

program dan aktivitas dalam satuan moneter. Pada

anggaran belanja, sehingga hal ini menyebabkan

organisasi sektor publik, anggaran dapat digunakan

terjadinya

sisa

(SILPA).

Rendahanya

lebih

perhitungan

anggaran

untuk menilai kinerja para pimpina

serapan

anggaran

sehingga

anggaran

mampuh

SKPD,

mempengaruhi

menunjukkan, kalau kinerja SKPD masih belum

perilaku dan kinerja manajerial yang telah

tepat penggunaan anggaran, banyaknya

dianggarkan secara perodik.

SKPD

yang tidak menjalankan programnya. Kalau

Namun dalam penelitian ini, penulis lebih

banyak program yang tidak jalan, sudah dapat

mempokuskan pada partisipasi yang dilakukan

dipastikan kinerja SKPD perlu dipertanyakan.

oleh pemerintah daerah

dan pengaruhnya

terhadap kinerja manajerial aparatur pemerintah itu

menunjukkan bahwa penelitian yang telah

sendiri.

dilakukan juga tidak konsisten.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

Faktor berikutnya yang mempengaruhi

kinerja manajerial SKPD antara lain partisipasi

kinerja manejerial adalah budaya organisasi.

dalam penyusunan anggaran, sistem pengendalian

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna

dan budaya organisasi.

bersama yang dianut oleh para anggota yang

Partisipasi penyusunan anggaran merupakan

membedakan suatu organisasi dari organisasi-

proses di mana satuan kerja baik itu atasan maupun

organisasi lainnya. Hofstede (dalam Poerwati

bawahan yang terlibat dan mempunyai pengaruh

2002;37),

dalam menentukan target anggaran.

Partisipasi

budaya organisasi mempunyai kaitan erat dengan

dalam proses penyusunan anggaran merupakan

praktek-praktek pembuatan keputusan partisipasi

elemen penting dalam sistem pengendalian

penyusunan anggaran, yaitu employee oriented

manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat

(orientasi pd orang) dan job oriented (orientasi

perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat

pada pekerjaan).

mengemukakan

dimensi

praktek

pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi

Beberapa penelitian juga telah dilakukan

kinerja dan motivasi (Antony dan Govindarajan,

dengan menempatkan budaya organisasi sebagai

2008;57).

variabel

Menurut peneliti yang dilakukan SKPD

hubungan

moderating
partisipasi

yang

mempengaruhi

penganggaran

dengan

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat beberapa

kinerja manajer. Penelitian Tsui (2001; 101)

kepala SKPD yang masih kurang memaksimalkan

menunjukkan

pengawasan kontrol pelaksanaan sesuai aturan

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.

yang berlaku untuk tercapainya satu kegiatan di

Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku

SKPD tersebut.

dan sikap dari manajer Cina dan Barat untuk

Penelitian

antara

budaya

manajer

pengendalian

partisipasi penyusunan anggaran akan berbeda

manajemen dengan kinerja manajerial juga

karena perbedaan budaya. Selanjutnya Supomo

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Daniel

dan Indriantoro (2004;74) dalam penelitiannnya

(2012; 57) dalam penelitiannya menyimpulkan

menyimpulkan bahwa budaya organisasional

bahwa

manajemen

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

terhadap partisipasi dengan kinerja manajerial.

SKPD. Tekavcic, et al. (2008;78). Berbeda dengan

Holmes dan Marsden (dalam Sardjito dan

penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy

Muthaher,

(2012:81), sistem pengendalian manajemen tidak

menyimpulkan

berpengaruh

mempunyai pengaruh terhadap perilaku dalam

sistem

sistem

bahwa

pengendalian

terhadap

kinerja.

Hal

ini

2007;67)
bahwa

hasil
budaya

penelitiannya
organisasi

cara kerja para manajer dan bawahannya untuk

H1

Partisipasi Penyusunan
Anggaran (X1)

mencapai kinerja organisasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
penulis

melakukan

penelitian

tentang

Kinerja Manajerial
SKPD
(Y)

kinerja

manajerial pada pemerintah daerah Kabupaten

Sistem Pengendalian
Manajemen (X2)

H2

Kepulauan Mentawai yang diberi judul“Pengaruh

H3

Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sistem
Pengendalian

Manajemen

Terhadap

H4

Budaya Organisasi
(Z)

Kinerja

Manajerial: Budaya Organisasi Sebagai Variabel

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Pemoderasi pada SKPD Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menguji

METODE PENELITIAN

dan memberi bukti empiris tentang pengaruh

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi

partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja

adalah

sekelompok

orang,

manajerial SKPD di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai

(2) Menguji dan memberi bukti empiris tentang

karakteristik tertentu. (Sugiono, 2010; 115).

pengaruh pengendalian manajemen terhadap kinerja

Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang

manajerial SKPD di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran

(3) Menguji dan memberi bukti empiris tentang

dan yang bertanggung jawab langsung serta

pengaruh

memiliki garis komando langsung terhadap

budaya

organisasi

terhadap

kinerja

manajerial SKPD di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

SKPD

(4) Menguji dan memberi bukti empiris apakah

(berdasarkan tupoksi dan struktur organisasi) di

budaya organisasi dapat memperkuat/memperlemah

35 SKPD Kabupaten Kepulauan Mentawai.

pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap

Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah

kinerja manajerial SKPD di Kabupaten Kepulauan

populasi dalam penelitian ini sebanyak 133 orang.

Mentawai, (5) Menguji dan memberi bukti empiris

sebagai

penanggung

Mengingat

jumlah

jawab

populasi

utama

masih

dapat

dianggap kecil yaitu sebanyak 133 orang

sistem

Pengguna Anggaran (PA) dan Kuasa Pengguna

pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial

Anggaran (KPA) yaitu kepala bidang, sekertaris

SKPD di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

dan kepala SKPD selaku pengguna dan kuasa

apakah

budaya

memperkuat/memperlemah

organisasi
pengaruh

Berdasarkan uraian di atas maka secara
skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

pengguna anggaran pada SKPD di Pemerintahan
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Metode

pengambilan

sampel

penelitian ini yaitu metode sensus.

dalam

(Supranto,

2008;47). Berdasarkan pendapat tersebut maka

dan variabel bebas (Sekaran, 2006; 47). Dalam

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah

penelitian ini terdapat satu variabel pemoderasi,

133 orang PA dan KPA yaitu kepala bidang,

yaitu Budaya organisasi (Z). Indikator yang

sekertaris dan kepala SKPD selaku pengguna dan

digunakan untuk mengukur budaya organisasi

kuasa

dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Al-

pengguna

anggaran

pada

SKPD

di

Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Aiban, Khalid M dan John L.Peace (1993),

Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan

(dalam Mas’ud, 2004; 251) yaitu : Ketaatan

Metode Pengukuran

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
bebas/independen, yaitu: partisipasi anggaran (X1).
Indikator partisipasi anggaran dalam penelitian ini
mengacu pada pendapat Milani (1975) (dalam
Herminingsih, 2009; 119) yaitu : Keterlibatan dalam
penyusunan anggaran, Sikap percaya dari pimpinan
terhadap bawahan, Komunikasi yang terbuka untuk
menerima usulan atau saran dari bawahan
Kesesuaian antara tujuan individu dan instansi.
Variabel sistem pengendalian manajemen
(X2). Indikator yang digunakan untuk mengukur
sistem pengendalian manajemen dalam penelitian
ini mengacu pada pendapat Ouchi,et.all (dalam
Jantje, dkk, 2012:15) terdiri dari: Perencanaan
Strategi,

Penyusunan Anggaran,

Pelaksanaan

Evaluasi Kinerja.
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
kinerja manajerial SKPD (Y). Indikator kinerja
manajerial dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Mahoney et.al, 1963 (dalam Deki, 2013;
73) yaitu : Perencanaan, Investigasi, Koordinasi,
Evaluasi, Supervisi, Staffing, Negoisasi, Representasi.
Variabel pemoderasi adalah variabel yang
mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent
effect) yang kuat dengan hubungan variabel terikat

peraturan, Kejelasan tujuan
Variabel bebas, terikat dan moderasi
diperoleh melalui kuesioner. Skala pengukuran
menggunakan skala Likert antara 1 sampai
dengan 5.
Jenis dan sumber data
Data

Primer,

merupakan

data

yang

diperoleh secara langsung dari responden melalui
kuesioner yang disebarkan kepadanya yang
mencakup data tentang pertisipasi anggaran,
sistem pengendalian manajemen dan kinerja
SKPD di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Data Sekunder, data yang diperoleh dari
studi kepustakaan dan studi dokumentasi lainnya,
yaitu dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian
seperti data tentang data kepegawaian, data
keuangan daerah dan data dokumentasi lainnya di
Kabupaten Kepulauan Mentawai,
Sumber data dalam penelitian ini ialah Satuan
kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di
Kebupaten Kepulauan Mentawai masing-masing
unit kerja sebanyak 3 (tiga) orang diantaranya 1
orang Kepala Dinas/Badan/Kantor ditambah 2
orang Kepala Bidang atau Kepala Seksi masingmasing unit kerja. Dengan demikian sumber data

yang menjadi sampel penelitian ini ialah sebanyak

regresi

133 orang yang terdiri dari 35 SKPD.

dilakukan dengan rumus persentase (Sugiono,

Teknik Pengumpulan Data

P

mendatangi secara langsung ke seluruh kantor SKPD

kuesioner, kepada responden, yaitu kepala bidang di
seluruh SKPD Kabupaten Kapulauan Mentawai.

lebih besar dari rtabel korelasi pada derajat bebas
(db) n-2 atau pada tingkat probability < 0,05. Jika

f
x100%
n

menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiono,
2010: 174) :
TCR 

Rs
x100%
N

Uji Persyaratan Analisis (Uji Asumsi Klasik)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui

Pernyataan dinyatakan valid apabila nilai rhitung

Deskriptif

jawaban dari variabel, maka dapat dilihat dengan

yang sesuai dengan opininya.

tingkat ketepatan atau kevalidan instrumen.

Analisis

Untuk mengetahui masing-masing kategori

Responden lalu memilih salah satu alternatif jawaban

Pengujian Instrumen Penelitian

RMA.

2010:265) :

Metode pengumpulan data dengan cara

Kabupaten Kapulauan Mentawai dan memberikan

model

Model regresi harus bebas dari asumsi klasik
yaitu, bebas normalitas, heteroskedastisitas dan
multikolinearitas

(Ghozali,

2009;

142).

(Uji

Persyaratan Analisis dengan menggunakan SPSS
P.19)

(Sugiono, 2010: 236):
rhitung
r hitung

 rtabel, maka butir pernyataan dikatakan
valid.
≤ rtabel maka butir pernyataan dikatakan tidak
valid.
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur

keandalan suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2009; 112). Kuesioner dikatakan reliabel handal
bila nila probability > 0,05.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis deskriptif, dan analisis

Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda dilakukan
dengan Moderated Regresion Analysis (MRA)
disebut juga dengan uji interaksi yang merupakan
aplikasi khusus dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
variabel independen) (Ghozali : 2009), dalam bentuk
model persamaan sebagai berikut :
Persamaan 1
KM = a + b1PA + b2SPM + 
Persamaan 2
KM = a + b1PA + b2SPM + b3BO + 
Persamaan 3
KM = a + b1PA + b2SPM + b3BO + b4PA.BO +
b5SPM.BO + 

Koefisien Determinasi (R2)

secara partial maupun serentak tidak berpengaruh
2

Koefisien determinasi (R ) digunakan untuk
mengukur

kemampuan

model

dalam

terhadap variabel terikat, jika lebih kecil dari 0,05
maka variabel bebas secara partial maupun

menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai

serentak berpengaruh terhadap variaberl terikat.

koefisien determinasi adalah antara nol sampai

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dengan satu. Apabila nilai R2 semakin kecil,

Profil responden

maka kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen rendah.
Apabila nilai R2 mendekati satu, maka variabel
independen

memberikan

hampir

semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

Responden yang dominan adalah 72.18%
berjenis kelamin laki-laki, 62.41% mempunyai
tingkat pendidikan S1, 59.40% berumur antara 35
sampai dengan 40 tahun, 44.36% mempunyai
lama dinas < 5 tahun.

variasi variabel dependen (Ghozali : 2009; 94).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian Hipotesis

Nilai cut-off yang digunakan untuk uji

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
Parameter Individual (Uji Statistik t) dimaksudkan

validitas adalah corrected item-total correlation >
0.3061 (Malhotra, 2010), dan uji reliabilitas adalah

untuk melihat apakah variabel bebas secara individu

cronbach’s alpha > 0,70 (Sekaran, 2006).

mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat

Ringkasan hasil uji validitas dan reliabilitas dapat

dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

dilihat sebagai berikut:

Pengujian

hipotesis

secara

simultan

(keseluruhan) menunjukkan apakah variabel bebas
secara keseluruhan atau bersama-sama mempunyai

Tabel Ringkasan hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No.
1
2

pengaruh terhadap variabel terikat. Kriteria pengujian
sebagai berikut (Ghozali : 2009; 97): yaitu dengan
membandingkan antara t hitung dan F hitung dengan

3

4

Jumlah
Butir

Variabel
Kinerja Manajerial (Y
Partisipasi
Penuyusunan
Anggaran (X1)
Sistem
Pengendalian
Manajemen(X2)
Budaya
Organisasi (Z)

Koefisie
n Alpha

Nilai Kritis
(α = 0,05)

Ket

8

0.745

0.3061

Valid dan
Reliabel

4

0.756

0.3061

Valid dan
Reliabel

22

0.902

0.3061

Valid dan
Reliabel

7

0.821

0.3061

Valid dan
Reliabel

F tabel. Bila t atau f hitung < t atau f tabel, variabel
bebas secara serentak tidak berpengaruh terhadap

Hasil Analisis Deskriptif
Variabel kinerja manajerial diperoleh skor

variabel terikat.
Bila t atau f hitung > t atau f tabel, variabel

rata-rata 4.25 dengan tingkat capaian (TCR)

bebas secara serentak berpengaruh terhadap

sebesar 84.94%. berada pada kategori baik. Hal

variabel

ini

terikat.

Kemudian

berdasarkan

menunjukkan

bahwa

variabel

kinerja

probabilitas, Jika probabilitas signifikansi lebih

manajerial aparatur pemerintah di Kabupaten

besar dari 0,05 (α ), maka variabel bebas baik

Kepulauan

Mentawai

dalam

perencanaan,

investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf,

residual

telah

terdistribusi

secara

negoisasi, evaluasi dan representasi sudah baik.

sehingga uji normalitas terpenuhi.

normal,

Variabel partisipasi penyusunan anggaran

Hasil Uji heteroskedastisitas dengan uji

diperoleh skor rata-rata 4,31 dengan tingkat capaian

Park diperoleh nilai signifikansinya semua

(TCR) sebesar 86,24%. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel < 0,05 atau nilai thitung berada diantara

variabel partisipasi penyusunan anggaran berada pada

nilai –ttabel < thitung < ttabel, (ttabel pada df = n -2 (133-

kategori baik. Artinya partisipasi penyusunan anggaran

2) pada  = 0.05 yaitu 1.97824. Artinya nilai

yang dilakukan oleh aparatur pemerintah di Kabupaten

thitung berada di antara nilai ttabel, dengan demikian

Kepulauan Menatawai sudah maksimal.

berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada gejala

Variabel sistem pengendalian manajemen

heteroskedastisitas pada model regresi.

dipeoleh skor rata-rata 4,33 dengan tingkat capaian

Tabel Hasil Uji Park .
Coefficientsa

(TCR) sebesar 86,64%. Hal ini menunjukkan bahwa

Unstandardized
Coefficients

variabel sistem pengendalian manajemen berada

Model

pada kategori baik. Artinya sistem atau cara yang

1

B

(Constant)
X1

dilakukan manajer dalam mempengaruhi aparatur
pemerintah di Kabupaten Kepulauan Menatawai

Standardized
Coefficients

Std. Error

T

Beta

Sig.

18.521

28.185

.657

.001

2.028

1.294

.422

1.568

.132

X2

.121

.567

.074

.201

.833

Z

1.208

2.284

.140

.529

.602

a. Dependent Variable: Res

untuk melaksanakan strategi organisasi, seperti
perencanaan strategi,

penyusunan anggaran,

pelaksanaan dan evaluasi kinerja sudah maksimal.
Variabel budaya organisasi dipeoleh skor

Hasil uji multikolinieritas ternyata kedua
variable bebas yang digunakan dalam penelitian
ini

memenuhi

syarat

dan

terbebas

dari

rata-rata 4,09 dengan tingkat capaian responden

multikolinieritas dimana variabel–variabel bebas

(TCR) sebesar 81,82%. Hal ini menunjukkan bahwa

tersebut tidak berhubungan secara berarti, sebab

variabel budaya organisasi berada pada kategori

nilai toleransinya lebih besar (> 0,10) dan nilai

baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

VIF-nya lebih kecil (< dari 10). Dengan demikian

budaya organisasi yang ada di SKPD Kabupaten

semua variabel bebas yang diteliti dapat

Kepulauan

memenuhi syarat untuk pemakaian model regresi

Mentawai

seperti

ketaatan

pada

peraturan dan kejelasan tujuan organisasi dianut

berganda.

dengan baik oleh aparatur pemerintah di SKPD

Tabel Hasil Uji Multikolinieritas

Kabupaten Kepulauan Mentawai.

a

Coefficients

Collinearity Statistics

Uji Asumsi Klasik
Hasil

uji

Model

Normalitas

diperoleh

nilai

Asymp.Sig. dari semua variabel lebih besar dari
alpha ( =0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai

1

Tolerance

VIF

Partisipasi Anggaran (X1)

.802

1.247

Sistem Pengendalian (X2)

.747

1.339

Budaya Organisasi (Z)

.923

1.084

persamaan

Hasil Uji Hipotesis

regresinya

mengandung

unsur

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam

interaksi (perkalian dua atau lebih variabel

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

independen). Hasil pengujian hipotesis untuk

regresi

persamaan regresi 1, 2, 3 dapat dilihat pada tabel

linier

berganda

model

Moderated

berikut ini:

Regresion Analysis (MRA) atau uji interaksi yang
merupakan

aplikasi

khusus

dimana

dalam

Tabel Hasil Analisis Model Moderated Regresion Analysis (MRA)
Persamaan Regresi I
Variaberl
terikat

Variabel Bebas dan
Moderasi

Kinerja
Manajerial (Y)

Partisipasi
Penyusunan
Anggaran (X1)
Sistem
Pengendalian
Manajemen (X2)
Budaya Organisasi (Z)
Moderasi 1 (X1*Z)
Moderasi 2 (X2*Z)

Koef.
Regresi

thitung

Persamaan Regresi II
Sig.

Koef.
Regresi

thitung

Persamaan Regresi III
Koef.
Regresi

Sig.

thitung

Sig.

0.285

6.009

0.000

0.307

7.332

0.000

0.159

0.504

0.615

0.602

9.289

0.000

0.500

8.436

0.000

-1.219

-3.437

0.001

-

-

-

0.223
-

6.233
-

0.000
-

-1.690
0.306
0.407

-4.768
7.167
4.969

0.000
0.004
0.000

Persamaan Regresi I

Persamaan Regresi II

a. Pada model I/persamaan regresi I nilai

a. Pada model II/persamaan regresi II nilai

koefisien

regresi

variabel

penyusunan anggaran

partisipasi

(X1) sebesar 0,285

koefisien

regresi

variabel

penyusunan anggaran

partisipasi

(X1) sebesar 0,307

dengan arah positif (+) berarti partisipasi

dengan arah positif (+) berarti partisipasi

penyusunan anggaran

memiliki pengaruh

penyusunan anggaran memiliki pengaruh yang

yang positif terhadap kinerja manajerial. Hal

positif terhadap kinerja manajerial. Hal ini

ini menunjukkan jika partisipasi penyusunan

menunjukkan jika partisipasi penyusunan

anggaran ditingkatkan maka kinerja manajerial

anggaran ditingkatkan maka kinerja manajerial

akan

akan

meningkat

sebesar

0,285

dengan

anggapan variabel bebas lainnya tetap.

meningkat

sebesar

0,307

dengan

anggapan variabel bebas lainnya tetap.

b. Nilai koefisien regresi sistem pengendalian

b. Nilai koefisien regresi sistem pengendalian

manajemen (X2) sebesar 0,602 dengan arah

manajemen (X2) sebesar 0,500 dengan arah

positif

positif

(+)

berarti

sistem

pengendalian

(+)

berarti

sistem

pengendalian

manajemen memiliki pengaruh yang positif

manajemen memiliki pengaruh yang positif

terhadap kinerja manajerial. Hal ini menunjukkan

terhadap

jika

menunjukkan

sistem

pengendalian

manajemen

kinerja
jika

manajerial.
sistem

ditingkatkan

Hal

ini

pengendalian

ditingkatkan maka Kinerja manajerial akan

manajemen

maka

Kinerja

meningkat sebesar 0,602 dengan anggapan

manajerial akan meningkat sebesar 0,500

variabel bebas lainnya tetap.

dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap.

c. Nilai koefisien regresi budaya organisasi (Z)
sebesar 0,223 dengan arah positif (+) berarti
budaya organisasi memiliki pengaruh yang
positif

dalam

memoderasi

partisipasi

penyusunan anggaran dan sistem pengendalian
manajemen terhadap kinerja manajerial. Hal
ini menunjukkan jika budaya organisasi
ditingkatkan maka partisipasi penyusunan
anggaran dan sistem pengendalian manajemen
akan lebih baik dan kinerja manajerial akan
meningkat sebesar 0,223.

(X1*Z) sebesar 0.306 dengan arah positif (+)
berarti budaya organisasi memiliki pengaruh
yang positif dalam memoderasi partisipasi
terhadap

kinerja

manajerial. Hal ini menunjukkan jika budaya
organisasi

ditingkatkan

maka

partisipasi

penyusunan anggaran dan sistem pengendalian
manajemen akan lebih baik dan kinerja
manajerial akan meningkat sebesar 0.306.
b. Nilai koefisien regresi variabel moderasi 2
(X2*Z) sebesar 0.407 dengan arah positif (+)
berarti budaya organisasi memiliki pengaruh
yang positif dalam sistem pengendalian
manajemen terhadap kinerja manajerial. Hal ini
menunjukkan

jika

pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai
proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat
diukur oleh nilai Rsquare atau Adjusted R-Square.
R-Square digunakan pada saat variabel bebas
hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi Linier
Sederhana),

sedangkan

Adjusted

R-Square

Dalam penelitian ini koefisien determinasi

a. Nilai koefisien regresi variabel moderasi 1

anggaran

Koefisien determinasi menjelaskan variasi

digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu.

Persamaan Regresi III

penyusunan

Koefisien Determinasi

budaya

organisasi

digunakan untuk mengetahui : a) besarnya
pengaruh variabel partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial, b) besarnya pengaruh
variabel sistem pengendalian manajemen terhadap
kinerja manajerial, c) besarnya pengaruh variabel
budaya organisasi terhadap kinerja manajerial, d)
besarnya pengaruh variabel moderasi1 (X1*Z)
terhadap kinerja manajerial, e) besarnya pengaruh
variabel moderasi2 (X2*Z) terhadap kinerja
manajerial.
Hasil koefisien determinasi Moderated
Regresion Analysis (MRA)

yang ditampilkan

pada Tabel berikut :
Tabel Koefisien Determinasi
Keterangan
Adjusted R
Square

Tingkat I
0.614

Tingkat II

Tingkat III

0.701

0.759

ditingkatkan maka partisipasi penyusunan
anggaran dan sistem pengendalian manajemen

Tabel 4.19 hasil koefisien determinasi

akan lebih baik dan kinerja manajerial akan

Moderated Regresion Analysis (MRA)

meningkat sebesar 0.407.

diinterpretasikan sebagai berikut :

dapat

1. Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R Square)

positif terhadap Kinerja Manajerial (Y). Secara

pada model I/tingkat I sebesar 0.614. Hal ini

partial thitung (6,009) > ttabel (1,97838) dan nilai

berarti 61,4% bahwa variasi kinerja manajerial

probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (0,000 ttabel (1,97838) dan nilai

pihak eksekutif, legislatif dan masyarakat bekerja

probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (0,000 ttabel
(1,97838) dan nilai probabilitasnya lebih kecil dari
0,05 (0,000 ttabel (1,97838) dan nilai probabilitasnya

aparat jika disertai dengan budaya organisasiyang

lebih kecil dari 0,05 (0,004 ttabel (1,97838) dan nilai probabilitasnya

sistem pengendalian manajemen dapat meningkatkan

lebih kecil dari 0,05 (0,000

kinerja aparat pemerintah daerah budaya organisasi

Ftabel (3,91), dan nilai sig. lebih kecil dari nilai

dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.

probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat yang

secara bersama-sama (simultan) partisipasi

lebih tinggi dari kesesuaian antara partisipasi anggaran

penyusunan anggaran (X1), dan sistem

dan orang-orang budaya organisasi yang berorientasi

pengendalian manajemen (X2) berpengaruh

kinerja manajerial yang lebih tinggi.

signifikan terhadap kinerja manajerail (Y).

Dengan demikian temuan ini memberikan

1 (X1*Z) dan moderasi 2 (X2*Z) berpengaruh

makna bahwa model

penelitian tentang

signifikan terhadap kinerja manajerail (Y).

partisipasi penyusunan anggaran (X1), dan

Dengan demikian temuan ini memberikan

sistem pengendalian manajemen (X2) terhadap

makna bahwa model

kinerja manajerail (Y) dinyatakan layak untuk

partisipasi penyusunan anggaran (X1), sistem

diteliti.

pengendalian manajemen (X2) variabel moderasi

penelitian tentang

2) Pada tingkat II diperoleh nilai Fhitung sebesar

1 (X1*Z) dan moderasi 2 (X2*Z) terhadap

104.236 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000.

kinerja manajerail (Y) dinyatakan layak untuk

Nilai Ftabel pada df1 = k - 1 ( 3 – 1 = 2) dan df2 =

diteliti.

n – k (133 – 2 = 131), maka nilai Ftabel yaitu pada
titik (2,131) sebesar (3,07). Dengan demikian
Nilai Fhitung (106.054) > Ftabel (3,07), dan nilai sig.

PENUTUP
Kesimpulan

lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 <

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

0,05). Artinya secara bersama-sama (simultan)

dilakukan tentang pengaruh partisipasi penyusunan

partisipasi penyusunan anggaran (X1), sistem

anggaran dan sistem pengendalian manajemen

pengendalian manajemen (X2) dan budaya

terhadap kinerja majerial dengan budaya organisasi

organisasi (Z) berpengaruh signifikan terhadap

sebagai variabel moderasi pada SKPD Kabupaten

kinerja manajerail (Y). Dengan demikian temuan

Kepulauan

ini memberikan makna bahwa model penelitian

kesimpulan sebagai berikut :

tentang partisipasi penyusunan anggaran (X1),

1. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh

sistem pengendalian manajemen (X2) dan dan

positif dan signifikan terhadap kinerja

budaya organisasi (Z) terhadap kinerja manajerail

manajerial aparatur pemerintah di Kabupaten

(Y) dinyatakan layak untuk diteliti.

Kepulauan Mentawai. Semakin tinggi tingkat

Mentawai,

maka

dapat

ditarik

3) Pada tingkat III diperoleh nilai Fhitung sebesar

partisipasi penyusunan anggaran (keterlibatan

84.366. dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000.

dalam penyusunan anggaran, sikap percaya

Nilai Ftabel pada df1 = k - 1 ( 3 – 1 = 2) dan df2 =

dari pimpinan terhadap bawahan, komunikasi

n – k (133 – 2 = 131), maka nilai Ftabel yaitu pada

yang terbuka untuk menerima usulan atau

titik (2,131) sebesar (3,07). Dengan demikian

saran-saran dari bawahan, adanya kesesuaian

Nilai Fhitung (84.366) > Ftabel (3,07), dan nilai sig.

antara tujan individu dan tujuan instansi) pada

lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 <

masing-masing

0,05). Artinya secara bersama-sama (simultan)

mendorong terjadinya peningkatan kinerja

partisipasi penyusunan anggaran (X1), sistem

manajerial aparatur pemerintah di Kabupaten

pengendalian manajemen (X2), variabel moderasi

Kepulauan Mentawai.

SKPD

tentunya

akan

2. Pengendalian manajemen berpengaruh positif dan

tinggi

kinerja

aparat

signifikan terhadap kinerja manajerial aparatur

Sebaliknya

pemerintah di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

kesesuaian antara partisipasi penyusunan

Semakin baik seorang manajer mempengaruhi

anggaran dan budaya organisasi yang

anggota organisasi lainnya untuk melaksanakan

berorientasi pada pekerjaan, maka akan

strategi organisasi, ikut partisipasi dalam penyusunan

semakin

anggaran, terlibat dalam pelaksanaan penyusunan

(kabag/kasubag).

anggaran dan melakukan evaluasi pada masing-

5. Budaya

semakin

(kabag/kasubag).

rendah

organisasi

rendah

tingkat

kinerja

aparat

memperkuat

sistem

masing SKPD tentunya akan mendorong

pengendalian manajemen terhadap kinerja

terjadinya peningkatan kinerja manajerial aparatur

manajerial aparatur pemerintah di Kabupaten

pemerintah di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Kepulauan Mentawai. Semakin baik seorang

3. Budaya organisasi berpengaruh positif dan

manajer mempengaruhi anggota organisasi

signifikan terhadap kinerja manajerial aparatur

lainnya untuk melaksanakan strategi organisasi

pemerintah di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

pada masing-masing SKPD tentunya akan

Semakin baik budaya organisasi pada masing-

mendorong terjadinya peningkatan kinerja

masing SKPD tetntunya akan mendorong

manajerial aparatur pemerintah di Kabupaten

terjadinya

manajerial

Kepulauan Mentawai dan didukung budaya

aparatur pemerintah di Kabupaten Kepulauan

organisasi yang baik pada masing-masing

Mentawai.

SKPD

peningkatan

kinerja

4. Budaya organisasi memper