PENDUGAAN POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATA
Pendugaan
Potensi13,1
dan(2008)
Tingkat
Pemanfaatan Ikan
Jurnal PERIKANAN dan
KELAUTAN
: 30-40
PENDUGAAN POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN
LAYUR (Trichiurus sp.) YANG DIDARATKAN DI PPN PELABUHAN
RATU SUKABUMI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL SURPLUS PRODUKSI
Alit Hindri Yani1), M. Fauzi1) dan Dewi Ratih Trihapsari2)
1) Staf Pengajar Faperika UNRI
2) Alumni Faperika UNRI
Diterima: 3 Maret 2008
Disetujui: 14 Mei 2008
ABSTRACT
This research was conducted from 9 until 20 October 2006 at Pelabuhanratu
port. The research goal is to know the various fishing gear, trip, production,
sustainable yield, utilization level of ribbon fish that were landed at Pelabuhanratu
port and to know amount of fishing instrument at Pelabuhanratu. Statistic data
were obtained from the port and analyzed by a surplus production models
(Schaefer). Fishing gear of ribbon fish were hand line, seine net, and lift net.
Maximum sustainable yield (MSY) with three fishing gear are 318.7 tons and
maximum effort (fopt) are 1,023,322 trips. Ribbon fish utilization level about
5.75% - 88.46% with average/year is 50.23% (growth). Effort level about 24.61%
- 201.48% with average/year is 50.68% .
Key words : Sustainable yield, Utilization level, Surplus production models, Trichiurus sp,
PENDAHULUAN
Wilayah
laut
Indonesia
memiliki
sumberdaya
yang
melimpah meliputi sumberdaya ikan
dan non ikan. Dahuri et al. (2001)
menyatakan bahwa potensi lestari
(MSY) sumberdaya ikan di perairan
laut Indonesia diperkirakan mencapai
6,4 juta ton/ tahun. Salah satu jenis
ikan permukaan dasar (demersal)
adalah ikan Layur (Trichiurus sp).
Secara umum sebaran ikan layur
meliputi perairan laut (marine),
muara
(estuarine),
kawasan
mangrove,
rawa-rawa
(marsh)
sampai perairan payau (brackish
water ). Secara geografis sebaran ikan
layur meliputi perairan tropis sampai
perairan sub tropis antara lintang 60o
LU-45o LS (Badrudin dan Wudianto,
2004).
Sebaran ikan Layur (Trichiurus
sp) di pantai selatan Jawa yaitu di
Teluk Pelabuhanratu, Binuangeun,
dan Cilacap, ikan tersebut tertangkap
pada perairan pantai di sekitar
muara-muara sungai yang relatif
dangkal (FAO, 1974). Banyak
tidaknya hasil tangkapan tergantung
dari pemakaian alat tangkap yang
tepat. Jenis alat tangkap yang
digunakan
nelayan
di
PPN
Pelabuhanratu
adalah
pancing,
payang, bagan tancap, gill net, rawai,
tuna long line dan purse seine.
Penggunaan alat tangkap yang tidak
berlandaskan pelestarian sumberdaya
akan membawa dampak terhadap
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
hasil tangkapan berupa menurunnya
hasil tangkapan para nelayan. Oleh
karena itu, diperlukan strategi
pengelolaan dan kebijakan agar
sumberdaya ikan layur tetap lestari
dan tetap dapat ditangkap. Hal ini
yang menyebabkan penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
judul Pendugaan Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Layur (Trichiurus
sp.) yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat
dengan Menggunakan Model Surplus
Produksi.
Manfaat Penelitian
Perumusan Masalah
Sumberdaya
ikan
layur
merupakan sumberdaya dapat pulih
yang mengalami keterbatasan dalam
memulihkan
dirinya.
Adanya
penangkapan
yang
berlebihan
terhadap sumberdaya ikan Layur
(Trichiurus sp) dapat menyebabkan
penurunan populasi bahkan dapat
menyebabkan
kepunahan
dari
sumberdaya ikan
tersebut. Oleh
karena itu diperlukan pengetahuan
tentang potensi lestari dan tingkat
pemanfatannya dalam menentukan
suatu
kebijakan
dan
strategi
pengelolaan sehingga sumberdaya
ikan layur tetap lestari dan tetap
dapat ditangkap. Langkah awal
dalam pengelolaan perikanan layur
di perairan Pelabuhanratu adalah
dengan mengetahui seberapa besar
nilai MSY.
METODE PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis alat tangkap,
potensi lestari dan menduga tingkat
pemanfaatan
serta
tingkat
pengusahaan ikan layur (Trichiurus
sp.)
31
Hasil penelitian diharapkan
dapat menambah khasanah ilmiah di
bidang
perikanan
Layur
dan
memberikan informasi bagi stake
holder agar pemanfaatan dan
pengembangan perikanan layur
menjadi bagian dalam penentuan
kebijakan dan strategi pengelolaan
sumberdaya ikan layur di Sukabumi
Jawa Barat, khususnya di PPN
Pelabuhanratu di masa yang akan
datang.
Penelitian dilaksanakan pada
tanggal
9 Oktober hingga 20
Oktober 2006 di Pelabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah data statistik perikanan. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuisioner, kamera dan
komputer untuk mengolah data.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei
dan studi literatur.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam
penelitian adalah :
1. Persiapan bahan dan alat yang
akan di pergunakan dalam
penelitian
2. Pengambilan data primer melalui
pengamatan
langsung,
melakukan wawancara,
dan
penyebaran kuisioner kepada
para nelayan pemilik alat
tangkap payang, pancing dan
bagan tancap, sampel yang
digunakan 20% dari jumlah
masing-masing alat tangkap yang
ada.
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
3. Pengambilan data sekunder di
kantor Pelabuhan Perikanan
Pelabuhanratu Sukabumi Jawa
Barat, berupa data 10 tahun
(1994-2004)
produksi
hasil
tangkapan ikan layur dan jumlah
alat tangkapnya yakni payang,
pancing dan bagan tancap serta
data-data penunjang meliputi
sejarah dan keadaan umum PPN
Pelabuhanratu.
4. Pengolahan
data
dengan
menggunakan metode surplus
produksi
Metode Pengumpulan Data
Data dalam
penelitian ini
berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di daerah
penelitian mengenai fasilitas-fasilitas
serta aktivitasnya yang ada di PPN
Pelabuhanratu, wawancara serta
penyebaran kuisioner yang ditujukan
kepada para nelayan pancing,
payang, dan bagan tancap dengan
sumberdaya ikannya berupa ikan
layur. Unit Penangkapan yang
digunakan adalah pancing, payang,
dan bagan tancap.
Data sekunder diperoleh dari
dinas perikanan dan kelautan
Provinsi Jawa Barat, meliputi :
a. Data tahunan produksi hasil
tangkapan ikan layur yang
didaratkan
di
Pelabuhan
Perikanan Pelabuhanratu Jawa
Barat selama 10 tahun (19942004)
b. Data tentang deskripsi, tipe,
jumlah unit penangkapan ikan
layur
yang
ada
dan
perkembangannya dalam kurun
waktu 10 tahun (1994-2004).
c Deskripsi tentang upaya (effort)
dan kapasitas tangkap (ukuran
32
alat, kapal, durasi trip operasi
penangkapan ikan dan daerah
penangkapan).
Pengolahan Data
Produksi Perikanan
Produksi
perikanan
menggunakan data tahunan mulai
tahun 1994-2004 dengan alat
tangkapnya berupa pancing, payang
dan bagan tancap. Data 10 tahun
tersebut di tabulasi serta di lihat
perkembangannya (fluktuasi).
Upaya Penangkapan (Effort)
Upaya penangkapan dapat
ditentukan sebagai jumlah seluruh
kemampuan penangkapan dari setiap
unit, waktu penangkapan yang
dipergunakan dan jumlah unit
operasi (DKP dan LIPI, 2001). Unit
penangkapan ikan layur ada tiga
yaitu payang, pancing dan bagan.
Dalam penelitian ini upaya yang
digunakan adalah jumlah aktif
melaut nelayan dalam satu tahun
dikalikan jumlah setting alat tangkap
dalam sekali melaut, dikalikan
jumlah alat tangkap dalam satu
tahun.
Payang (hari aktif melaut x setting
hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut nelayan PPN
Pelabuhanratu enam hari dalam satu
minggu, setiap hari Jum’at libur.
Setting hauling dalam setiap operasi
penangkapan sebanyak empat kali,
karena menggunakan data tahunan
maka hari aktif melaut dikali satu
tahun dikali banyak setting hauling
dikali jumlah alat tangkap per tahun,
dimana satu tahun adalah dua belas
bulan. Sehingga didapatkan 26 hari x
12x4x jumlah alat tangkap per tahun.
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Pancing (hari aktif melaut x
setting hauling x jumlah alat
tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu
bulan adalah dua puluh enam hari
dengan setting-hauling sebanyak
empat kali. Dalam satu tahun
menjadi 26 harix12x4xjumlah alat
tangkap.
Bagan (hari aktif melaut x setting
hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu
bulan adalah dua puluh enam hari
dengan setting-hauling sebanyak dua
kali. Dalam satu tahun menjadi 26
hari x 12 x 2 x jumlah alat tangkap.
Hasil Tangkapan Per Upaya
Penangkapan (CPUE )
Data hasil tangkapan dan
upaya penangkapan yang diperoleh
dibuat dalam bentuk tabel, lalu
dihitung nilai hasil tangkapan per
upaya penangkapannya (Catch per
Unit Effort). Upaya penangkapan
(fishing power indeks) berupa
banyaknya trip penangkapan. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui
nilai CPUE adalah sebagai berikut
(Gulland, 1983):
catch i
CPUE i
i = 1,2,n…..…(1)
effort i
dimana :
CPUEi = hasil tangkapan per upaya
penangkapan dalam tahun
i (kg/trip)
Catchi = hasil tangkapan dalam
tahun i (kg)
Efforti = upaya penangkapan dalam
tahun i (trip)
Standarisasi Upaya Penangkapan
Menghitung Fishing Power
Index (FPI)
FPI i
33
CPUE i
.......................(2)
CPUE s
dimana :
FPIi = Fishing Power Index jenis
alat tangkap lain
CPUEi= CPUE alat tangkap yang
akan distandarisasi (kg/trip)
CPUEs = CPUE alat tangkap standar
(kg/trip)
fs FPI i xf i ….........…(3)
Menghitung Upaya Standar
n
i 1
dimana :
fs = upaya penangkapan (effort)
hasil standarisasi (trip)
fi = upaya penangkapan yang akan
distandarisasi (trip)
Analisis CPUE
Nilai CPUE dihitung kembali
dengan nilai upaya penangkapan
yang baru, yaitu nilai upaya
penangkapan
setelah
dilakukan
standarisasi
upaya
penangkapan.
Adapun nilai hasil tangkapan
tetap sama.
catch s
CPUE s
effort s
i = 1,2,n.........................................(4 )
dimana :
CPUEs = hasil tangkapan per upaya
penangkapan yang telah
distandarisasi (kg/trip)
Catchs = hasil tangkapan yang
sudah distandardisasi (kg)
Efforts = upaya penangkapan alat
tangkap
yang
telah
distandarisasi (trip)
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Model Surplus Produksi
Rumus-rumus untuk mencari
potensi lestari (MSY) hanya berlaku
bila parameter b bernilai negatif,
artinya untuk penambahan akan
menyebabkan penurunan CPUE.
Bila dalam perhitungan diperoleh
nilai b positif, maka perhitungan
potensi dan upaya penangkapan
optimum tidak dilanjutkan, tetapi
hanya dapat disimpulkan bahwa
penambahan upaya penangkapan
masih
memungkinkan
untuk
meningkatkan
hasil
tangkapan.
Besarnya parameter a dan b secara
matematik dapat dicari dengan
menggunakan persamaan regresi
sederhana dengan rumus
Y = a + bx .....................(5)
Dimana:
parameter a : intersep
parameter b : slope.
Selanjutnya, parameter a dan b dapat
dicari dengan rumus :
yi b xi ;
a
n
n xi yi xi yi
b
…...... (6)
2
n x 2 i xi
Keterangan :
x : Upaya penangkapan pada
periode –i
y : Hasil tangkapan per satuan
upaya pada periode –i
Setelah diketahui nilai a dan b,
selanjutnya
dapat
ditentukan
beberapa
persamaan
yang
diperlukan, antara lain (Sparre and
Venema, 1992) :
(a) Hubungan antara CPUE dengan
upaya penangkapan (f)
CPUE = a + bf …………..(7)
34
(b) Hubungan antara hasil tangkapan
(c) dengan upaya penangkapan (f) :
c = CPUE x f
c = af + b(f)2 .....................(8)
Metode surplus produksi yang
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah model Schaefer. Perhitungan
nilai potensi lestari (MSY) dan upaya
optimum (fopt) dengan menggunakan
rumus dan Schaefer adalah sebagai
berikut :
(c) Nilai potensi lestari (MSY)
diperoleh
dengan
mensubtitusikan nilai upaya
penangkapan optimum (fopt) ke
dalam persamaan pada poin (b)
di atas :
c
= af + bf2
copt
= axfopt + bxfopt2
= a(-a/2b) + b(-a/2b)2
CMSY = -a 2 / 4b ......................(9)
(d) Nilai
upaya
penangkapan
optimum (fopt) diperoleh dengan
cara
menyamakan
turunan
pertama hasil tangkapan (c)
terhadap upaya penangkapan (f))
dengan nol:
c
= af + bf2
c’
= a + 2bf
a + 2bf = 0
a
= -2bf
fopt
= -a / 2b………..….(10)
Langkah-langkah Pengolahan
Data Dengan Metode Surplus
Produksi
Langkah-langkah pengolahan
data dengan metode surplus produksi
adalah sebagai berikut :
a. Membuat
tabulasi
hasil
tangkapan (catch = C ) beserta
upaya penangkapan (effort = f),
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
b.
c.
d.
e.
kemudian dihitung nilai hasil
tangkapan per satuan upaya
penangkapan (CPUE = Catch
Per Unit Effort).
Jika terdapat berbagai macam
alat tangkap yang digunakan,
maka dilakukan standardisasi alat
tangkap. Alat tangkap dominan
dijadikan standar, sedangkan alat
tangkap
lain
dikonversikan
dalam alat tangkap standar.
Untuk model Schaefer langkah
yang
dilakukan
adalah
memplotkan nilai f terhadap nilai
c / f dan menduga nilai intercept
(a) dan slope (b) dengan regresi
linear .
Menghitung pendugaan potensi
lestari (Maximum Sustainable
Yield = MSY)
dan upaya
optimum (effort optimum = fopt)
Menentukan tingkat pemanfaatan
dan tingkat pengusahaan ikan
Layur (Trichiurus sp).
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan
Tingkat pemanfaatan berguna
untuk
mengetahui
status
pemanfaatan suatu sumberdaya atau
untuk mengetahui berapa persen dari
sumberdaya
yang
telah
dimanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan
dihitung
dengan
cara
memprosentasikan jumlah hasil
tangkapan pada tahun tertentu
terhadap nilai MSY (Pauly, 1983).
Adapun rumus tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan adalah sebagai
berikut :
C
TP = i x 100%……. (11)
MSY
Dimana :
TP
= Tingkat Pemanfaatan
Ci
35
= hasil tangkapan pada tahun
ke-i
MSY = potensi lestari (Maximum
Sustainable Yield)
Tingkat Pengusahaan Sumberdaya
Ikan
Tingkat
pengupayaan
sumberdaya ikan dapat dicari dengan
mempergunakan rumus sebagai
berikut :
fi
x 100% …......(12)
Tpu =
f opt
Dimana :
Tpu = tingkat pengupayaan
fi = upaya penangkapan tahun ke-i
fopt = upaya penangkapan optimum
tahun ke-i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan Layur
(Trichiurus sp.)
1. Pancing
Pancing
yang
digunakan
terbuat dari bahan senar, dengan
panjang 5-7 m, dan dilengkapi
dengan 4 buah mata pancing. Umpan
yang dipergunakan adalah ikan,
termasuk ikan layur itu sendiri yang
dipotong-potong.
Pancing
dioperasikan di daerah penangkapan
pada kedalaman 40-100 m.
Pengoperasian
pancing
dilakukan pada pukul 16.00 WIB dan
kembali pada pukul 08.00 WIB
keesokan harinya. Dengan waktu
aktif melaut 6 hari dalam 1 minggu.
Jumlah penurunan (setting) sebanyak
1-2 kali. Lama waktu dalam 1 kali
setting 1 jam, dan lama waktu
pengangkatan pancing tergantung
dari banyaknya ikan hasil tangkapan.
2. Payang
Kapal atau perahu yang biasa
digunakan dalam unit penangkapan
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
payang adalah perahu kayu bungur.
Ukuran kapal yang digunakan
memiliki kisaran panjang (L) 12 m;
lebar (B) 2,80 m; dalam (D) 1,75 m.
Tenaga penggerak yang digunakan
adalah motor tempel dengan merk
Yamaha (40 PK).
Alat tangkap payang terbuat
dari benang gill net No.18, biasanya
berwarna hijau. Payang adalah alat
tangkap yang berbentuk seperti
kantong yang dilengkapi dengan dua
buah sayap. Pada bagian bawah
kantong terdapat bibir yang berguna
untuk menahan ikan agar tidak dapat
melarikan diri ke arah bawah.
Payang dioperasikan pada
pukul 05.00 WIB dan kembali
pulang pada pukul 19.00 WIB.
Waktu aktif melaut 6 hari. Jumlah
setting adalah 3-4 kali. Lama waktu
dalam 1 kali setting 2-3 jam dan
lama waktu hauling sekitar 1 jam
dan tergantung dari banyaknya ikan
hasil tangkapan.
3. Bagan Tancap
Bagan tancap berbentuk segi
empat terbuat dari bambu, jaring
yang berbentuk segi empat diikatkan
pada bingkai yang terbuat dari
bambu.
Untuk
memperkuat
36
berdirinya bagan, pada keempat
sisinya
terdapat
bambu-bambu
menyilang
dan
melintang.
Pengoperasian bagan tancap dimulai
pukul 19.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB.
Standarisasi Alat Tangkap
Standarisasi
alat
tangkap
dengan metode standarisasi Fishing
Power Indeks. Alat tangkap standar
adalah alat tangkap dimana Catch
Per Unit Effort (CPUE) merupakan
rata-rata terbesar, dalam perhitungan
ini CPUE Pancing merupakan ratarata yang tertinggi.
Produksi tertinggi didapatkan
pada tahun 1999 sebesar 281,916 ton
dan produksi terendah didapatkan
pada tahun 2001 sebesar 96.744 ton.
Sedangkan effort tertinggi di
dapatkan pada tahun 1999 sebesar
641.592 trip dan effort terendah
didapatkan pada tahun 1998 sebesar
251.819 trip.
Nilai MSY dan Upaya Penangkapan Optimum (fopt)
Pendugaan
nilai
hasil
tangkapan maksimum lestari dan
upaya
penangkapan
optimum
diperoleh dari memasukkan nilai
Tabel 1. Hasil standarisasi alat tangkap
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Effort (trip)
260.984
253.639
287.415
251.819
641.592
297.260
263.186
259.842
274.606
333.740
3.124.083
312.408
Produksi (ton)
71,494
210,033
204,921
279,102
281,916
29,256
96,744
190,396
73490
145,291
1.582.643
158,264
CPUE
0,0002739
0,0008281
0,0007130
0,0011083
0,0004394
0,0000984
0,0003676
0,0007327
0,0002676
00004353
0,005264
0,000526
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
intersept (a) dan nilai slope (b) ke
dalam rumus MSY dan fopt. Setelah
didapatkan hubungan antara effort
dan CPUE maka selanjutnya adalah
dapat membuat grafik persamaan
regresi
yang didapatkan dari
hubungan effort dengan produksi
standar seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 menghasilkan garis
regresi linear sederhana, yaitu
0,0006x – 3 x 10-10 dan diperoleh
nilai dugaan parameter intersept (a)
sebesar 0,0006 dan slope (b) sebesar
-3 x 10-10. Setelah nilai intersept (a)
dan nilai slope (b) diperoleh maka
dapat dilakukan perhitungan nilai
potensi maksimum lestari (MSY)
dan nilai upaya penangkapan
optimum untuk ikan layur yang
didaratkan di PPN Pelabuhan Ratu.
Nilai
effort
optimum
adalah
1.023.322 trip/tahun dan nilai MSY
318,70 ton.
37
Tingkat
Pemanfaatan
dan
Pengusahaan Ikan Layur
Tingkat pemanfaatan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu dalam kurun waktu
1995-2004 berkisar 9,18-88,46%
dengan rata-rata 50,23%. Hal ini
termasuk kategori tahap berkembang
(Tabel 2). Sedangkan tingkat
pengusahaan dari tahun 1995-2004
berkisar 24,61-62,70% dengan ratarata 30,53% (Tabel 3). Uktoselja
(1989) membagi klasifikasi tingkat
pengusahaan atas empat tingkatan
yaitu: tahap rendah (0–33,3%),
berkembang (33,4–66,7%), padat
tangkap (66,8 – 100%), dan lebih
tangkap (> 100%). Dengan demikian
rata-rata tingkat pengusahaan ikan
Layur di PPN Pelabuhanratu dari
tahun 1994–2004 termasuk pada
kategori rendah. Hal ini berbeda
dengan perikanan demersal dan
udang di perairan Selat Malaka yang
tingkat
pemanfaatan
dan
pengusahaan sudah melebihi 100%
(Fauzi, Bustari dan Efrizal, 2005).
Produksi (ton)
Persamaan Regresi Linier Antara Produksi dan
Effort
300
250
200
150
100
50
0
y = -3E-10x +0,0006x
R2 = 0.3231
0
500000
1000000
1500000
Effort (trip)
Gambar 1. Hubungan effort dengan produksi ikan layur
2000000
2500000
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
38
Tabel 2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu Tahun 1994-2004
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Jumlah
Rata-rata
Produksi (ton)
71,494
210,033
204,921
279,102
281,916
29,256
96,744
190,396
73490
145,291
1.582.643
158,264
Tingkat Pemanfaatan
(%)
22,43
65,90
64,30
87,57
88,46
9,18
30,36
59,74
23,06
45,59
502,34
50,23
Keterangan
tahap rendah
berkembang
berkembang
padat tangkap
padat tangkap
tahap rendah
tahap rendah
berkembang
tahap rendah
berkembang
Tabel 3. Tingkat pengusahaan ikan layur yang di daratkan di PPN Pelabuhanratu
tahun 1994-2004
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Jumlah
Rata-rata
Effort gabungan
(trip)
260.984
253.639
287.415
251.819
641.592
297.260
263.186
259.842
274.606
333.740
3.124.083
312.408
Perairan Teluk Pabuhanratu
dipengaruhi oleh adanya arus di
sepanjang pantai, pasang surut
bersifat campuran dominasi pasang
surut ganda. Arus menyusur pantai
yang diakibatkan oleh gelombang
berkisar 0,5 per detik. Arah arus
berubah sesuai dengan perubahan
arah gelombang datang. Gelombang
yang datang dari arah Barat
menyebabkan arah arus yang
menyusur pantai bergerak ke Utara
dan arah gelombang dari Barat daya
menyebabkan arah arus pantai
bergerak ke Selatan dengan curah
Tingkat
Pengusahaan (%)
25,50
24,79
28,09
24,61
62,70
29,05
25,72
25,39
26,83
32,61
305,29
30,53
Keterangan
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
berkembang
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
hujan rata-rata di Pelabuhanratu
sebesar 251,44 mm (Purnama, 2006).
Musim penangkapan ikan di
perairan Teluk Pelabuhanratu dibagi
menjadi dua musim yaitu musim
Timur (Maret-Agustus) yakni musim
banyak ikan yang ditandai dengan
laut tenang, angin lemah, serta curah
hujan dengan frekuensi kecil dan
musim Barat (September-Februari)
yakni musim sedikit ikan ditandai
dengan laut yang bergolak karena
gelombang yang besar, angin
kencang serta curah hujan dengan
frekuensi besar. Khusus untuk ikan
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Layur
di
perairan
Teluk
Pelabuhanratu pada dasarnya dapat
ditangkap sepanjang tahun dengan
puncak musim pada akhir tahun
menjelang tahun berikutnya yakni
pada bulan November-Maret (PPN
Pelabuhanratu, 2005).
Berdasarkan kurva lestari
terlihat bahwa nilai CPUE akan
mengalami
penurunan
apabila
adanya
penambahan
upaya
penangkapan. Untuk mengusahakan
supaya
sumberdaya ikan bisa
dimanfaatkan terus-menerus secara
maksimal dalam waktu yang tidak
terbatas, maka laju kematian karena
penangkapan (tingkat pemanfaatan)
perlu dibatasi pada suatu tingkat
tertentu. Induk-induk ikan dalam
jumlah tertentu harus disesuaikan
dan diberi kesempatan untuk
berkembang biak, sehingga mampu
menghasilkan anak ikan dalam
jumlah cukup untuk kelestarian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan layur
(Trichiurus sp.) yang bertempat di
PPN Pelabuhanratu adalah pancing,
payang, dan bagan tancap. Dengan
menggunakan model Schaefer maka
didapatkan untuk nilai potensi lestari
(MSY) sebesar 318,70 ton/tahun
dengan upaya penangkapan optimum
(fopt) sebesar 1.023.322 trip/tahun.
Tingkat pemanfaatan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu selama tahun 19952004 dikategorikan berkembang,
sedangkan tingkat pengusahaan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu selama tahun 19942004 dikategorikan rendah.
39
Saran
Hasil
penelitian
dapat
disarankan bahwa para nelayan PPN
Pelabuhanratu dapat diharapkan
memaksimalkan tingkat pemanfaatan
dan tingkat pengusahaan ikan Layur
karena masih berpeluang cukup
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, B.S. dan Wudianto., 2004.
Laju tangkap dan komposisi
hasil tangkapan fish net di
perairan Laut Arafura. Laporan
Teknis Intern. Balai Riset
Perikanan Laut. Jakarta.
Dahuri, R., J. Rias, S.P. Ginting, dan
M.J.Sitepu. 2001. Pengelo-laan
Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu.
Pradya Paramitha, Jakarta.
FAO.
1974.
FAO
species
identification sheets for fishery
purposes. Eastern Indian Ocean
and Western Central Pacifik.
(Edited by Fischer, W. and
P.J.P Whitehead). FAO-UN.
Rome
Fauzi, M., Bustari, T. Efrizal. 2005.
Potensi perikanan demersal
dan udang untuk penentuan
jumlah
tangkapan
yang
diperbolehkan
(JTB)
di
perairan
Selat
Malaka
Kabupaten
Bengkalis.
J.
Perikanan dan Kelautan. 10
(2): 102-109.
Gulland, J. A. 1983. Fish stock
assesment. A manual of basic
methods. Wiley & Sons.
Chichester. 223 p.
Uktoselja. 1989. Hasil tangkapan
total upaya penangkapan baru
dan factor efisiensi kapal-kapal
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
uhate cakalang di perairan laut
sekitar Sorong, hal. 59-76.
Balai Perikanan Laut dan
Pengembangan
Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Pauly, D. 1983. Some simple
methods for the assesment of
tropical fish stock. FAO Fish.
Tech. pap. Rome.134 p.
Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuanratu, 2005. Laporan
Tahunan PPN Pelabuhanratu.
Sukabumi. Jawa Barat.
40
Purnama, H.R. 2006. Hasil Tangkapan dari bubu kawat dan bubu
lipat di perairan Pelabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat.
Program
Studi
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 65
hal.
Potensi13,1
dan(2008)
Tingkat
Pemanfaatan Ikan
Jurnal PERIKANAN dan
KELAUTAN
: 30-40
PENDUGAAN POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN
LAYUR (Trichiurus sp.) YANG DIDARATKAN DI PPN PELABUHAN
RATU SUKABUMI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL SURPLUS PRODUKSI
Alit Hindri Yani1), M. Fauzi1) dan Dewi Ratih Trihapsari2)
1) Staf Pengajar Faperika UNRI
2) Alumni Faperika UNRI
Diterima: 3 Maret 2008
Disetujui: 14 Mei 2008
ABSTRACT
This research was conducted from 9 until 20 October 2006 at Pelabuhanratu
port. The research goal is to know the various fishing gear, trip, production,
sustainable yield, utilization level of ribbon fish that were landed at Pelabuhanratu
port and to know amount of fishing instrument at Pelabuhanratu. Statistic data
were obtained from the port and analyzed by a surplus production models
(Schaefer). Fishing gear of ribbon fish were hand line, seine net, and lift net.
Maximum sustainable yield (MSY) with three fishing gear are 318.7 tons and
maximum effort (fopt) are 1,023,322 trips. Ribbon fish utilization level about
5.75% - 88.46% with average/year is 50.23% (growth). Effort level about 24.61%
- 201.48% with average/year is 50.68% .
Key words : Sustainable yield, Utilization level, Surplus production models, Trichiurus sp,
PENDAHULUAN
Wilayah
laut
Indonesia
memiliki
sumberdaya
yang
melimpah meliputi sumberdaya ikan
dan non ikan. Dahuri et al. (2001)
menyatakan bahwa potensi lestari
(MSY) sumberdaya ikan di perairan
laut Indonesia diperkirakan mencapai
6,4 juta ton/ tahun. Salah satu jenis
ikan permukaan dasar (demersal)
adalah ikan Layur (Trichiurus sp).
Secara umum sebaran ikan layur
meliputi perairan laut (marine),
muara
(estuarine),
kawasan
mangrove,
rawa-rawa
(marsh)
sampai perairan payau (brackish
water ). Secara geografis sebaran ikan
layur meliputi perairan tropis sampai
perairan sub tropis antara lintang 60o
LU-45o LS (Badrudin dan Wudianto,
2004).
Sebaran ikan Layur (Trichiurus
sp) di pantai selatan Jawa yaitu di
Teluk Pelabuhanratu, Binuangeun,
dan Cilacap, ikan tersebut tertangkap
pada perairan pantai di sekitar
muara-muara sungai yang relatif
dangkal (FAO, 1974). Banyak
tidaknya hasil tangkapan tergantung
dari pemakaian alat tangkap yang
tepat. Jenis alat tangkap yang
digunakan
nelayan
di
PPN
Pelabuhanratu
adalah
pancing,
payang, bagan tancap, gill net, rawai,
tuna long line dan purse seine.
Penggunaan alat tangkap yang tidak
berlandaskan pelestarian sumberdaya
akan membawa dampak terhadap
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
hasil tangkapan berupa menurunnya
hasil tangkapan para nelayan. Oleh
karena itu, diperlukan strategi
pengelolaan dan kebijakan agar
sumberdaya ikan layur tetap lestari
dan tetap dapat ditangkap. Hal ini
yang menyebabkan penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
judul Pendugaan Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Layur (Trichiurus
sp.) yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat
dengan Menggunakan Model Surplus
Produksi.
Manfaat Penelitian
Perumusan Masalah
Sumberdaya
ikan
layur
merupakan sumberdaya dapat pulih
yang mengalami keterbatasan dalam
memulihkan
dirinya.
Adanya
penangkapan
yang
berlebihan
terhadap sumberdaya ikan Layur
(Trichiurus sp) dapat menyebabkan
penurunan populasi bahkan dapat
menyebabkan
kepunahan
dari
sumberdaya ikan
tersebut. Oleh
karena itu diperlukan pengetahuan
tentang potensi lestari dan tingkat
pemanfatannya dalam menentukan
suatu
kebijakan
dan
strategi
pengelolaan sehingga sumberdaya
ikan layur tetap lestari dan tetap
dapat ditangkap. Langkah awal
dalam pengelolaan perikanan layur
di perairan Pelabuhanratu adalah
dengan mengetahui seberapa besar
nilai MSY.
METODE PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis alat tangkap,
potensi lestari dan menduga tingkat
pemanfaatan
serta
tingkat
pengusahaan ikan layur (Trichiurus
sp.)
31
Hasil penelitian diharapkan
dapat menambah khasanah ilmiah di
bidang
perikanan
Layur
dan
memberikan informasi bagi stake
holder agar pemanfaatan dan
pengembangan perikanan layur
menjadi bagian dalam penentuan
kebijakan dan strategi pengelolaan
sumberdaya ikan layur di Sukabumi
Jawa Barat, khususnya di PPN
Pelabuhanratu di masa yang akan
datang.
Penelitian dilaksanakan pada
tanggal
9 Oktober hingga 20
Oktober 2006 di Pelabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah data statistik perikanan. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuisioner, kamera dan
komputer untuk mengolah data.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei
dan studi literatur.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam
penelitian adalah :
1. Persiapan bahan dan alat yang
akan di pergunakan dalam
penelitian
2. Pengambilan data primer melalui
pengamatan
langsung,
melakukan wawancara,
dan
penyebaran kuisioner kepada
para nelayan pemilik alat
tangkap payang, pancing dan
bagan tancap, sampel yang
digunakan 20% dari jumlah
masing-masing alat tangkap yang
ada.
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
3. Pengambilan data sekunder di
kantor Pelabuhan Perikanan
Pelabuhanratu Sukabumi Jawa
Barat, berupa data 10 tahun
(1994-2004)
produksi
hasil
tangkapan ikan layur dan jumlah
alat tangkapnya yakni payang,
pancing dan bagan tancap serta
data-data penunjang meliputi
sejarah dan keadaan umum PPN
Pelabuhanratu.
4. Pengolahan
data
dengan
menggunakan metode surplus
produksi
Metode Pengumpulan Data
Data dalam
penelitian ini
berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan langsung di daerah
penelitian mengenai fasilitas-fasilitas
serta aktivitasnya yang ada di PPN
Pelabuhanratu, wawancara serta
penyebaran kuisioner yang ditujukan
kepada para nelayan pancing,
payang, dan bagan tancap dengan
sumberdaya ikannya berupa ikan
layur. Unit Penangkapan yang
digunakan adalah pancing, payang,
dan bagan tancap.
Data sekunder diperoleh dari
dinas perikanan dan kelautan
Provinsi Jawa Barat, meliputi :
a. Data tahunan produksi hasil
tangkapan ikan layur yang
didaratkan
di
Pelabuhan
Perikanan Pelabuhanratu Jawa
Barat selama 10 tahun (19942004)
b. Data tentang deskripsi, tipe,
jumlah unit penangkapan ikan
layur
yang
ada
dan
perkembangannya dalam kurun
waktu 10 tahun (1994-2004).
c Deskripsi tentang upaya (effort)
dan kapasitas tangkap (ukuran
32
alat, kapal, durasi trip operasi
penangkapan ikan dan daerah
penangkapan).
Pengolahan Data
Produksi Perikanan
Produksi
perikanan
menggunakan data tahunan mulai
tahun 1994-2004 dengan alat
tangkapnya berupa pancing, payang
dan bagan tancap. Data 10 tahun
tersebut di tabulasi serta di lihat
perkembangannya (fluktuasi).
Upaya Penangkapan (Effort)
Upaya penangkapan dapat
ditentukan sebagai jumlah seluruh
kemampuan penangkapan dari setiap
unit, waktu penangkapan yang
dipergunakan dan jumlah unit
operasi (DKP dan LIPI, 2001). Unit
penangkapan ikan layur ada tiga
yaitu payang, pancing dan bagan.
Dalam penelitian ini upaya yang
digunakan adalah jumlah aktif
melaut nelayan dalam satu tahun
dikalikan jumlah setting alat tangkap
dalam sekali melaut, dikalikan
jumlah alat tangkap dalam satu
tahun.
Payang (hari aktif melaut x setting
hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut nelayan PPN
Pelabuhanratu enam hari dalam satu
minggu, setiap hari Jum’at libur.
Setting hauling dalam setiap operasi
penangkapan sebanyak empat kali,
karena menggunakan data tahunan
maka hari aktif melaut dikali satu
tahun dikali banyak setting hauling
dikali jumlah alat tangkap per tahun,
dimana satu tahun adalah dua belas
bulan. Sehingga didapatkan 26 hari x
12x4x jumlah alat tangkap per tahun.
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Pancing (hari aktif melaut x
setting hauling x jumlah alat
tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu
bulan adalah dua puluh enam hari
dengan setting-hauling sebanyak
empat kali. Dalam satu tahun
menjadi 26 harix12x4xjumlah alat
tangkap.
Bagan (hari aktif melaut x setting
hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu
bulan adalah dua puluh enam hari
dengan setting-hauling sebanyak dua
kali. Dalam satu tahun menjadi 26
hari x 12 x 2 x jumlah alat tangkap.
Hasil Tangkapan Per Upaya
Penangkapan (CPUE )
Data hasil tangkapan dan
upaya penangkapan yang diperoleh
dibuat dalam bentuk tabel, lalu
dihitung nilai hasil tangkapan per
upaya penangkapannya (Catch per
Unit Effort). Upaya penangkapan
(fishing power indeks) berupa
banyaknya trip penangkapan. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui
nilai CPUE adalah sebagai berikut
(Gulland, 1983):
catch i
CPUE i
i = 1,2,n…..…(1)
effort i
dimana :
CPUEi = hasil tangkapan per upaya
penangkapan dalam tahun
i (kg/trip)
Catchi = hasil tangkapan dalam
tahun i (kg)
Efforti = upaya penangkapan dalam
tahun i (trip)
Standarisasi Upaya Penangkapan
Menghitung Fishing Power
Index (FPI)
FPI i
33
CPUE i
.......................(2)
CPUE s
dimana :
FPIi = Fishing Power Index jenis
alat tangkap lain
CPUEi= CPUE alat tangkap yang
akan distandarisasi (kg/trip)
CPUEs = CPUE alat tangkap standar
(kg/trip)
fs FPI i xf i ….........…(3)
Menghitung Upaya Standar
n
i 1
dimana :
fs = upaya penangkapan (effort)
hasil standarisasi (trip)
fi = upaya penangkapan yang akan
distandarisasi (trip)
Analisis CPUE
Nilai CPUE dihitung kembali
dengan nilai upaya penangkapan
yang baru, yaitu nilai upaya
penangkapan
setelah
dilakukan
standarisasi
upaya
penangkapan.
Adapun nilai hasil tangkapan
tetap sama.
catch s
CPUE s
effort s
i = 1,2,n.........................................(4 )
dimana :
CPUEs = hasil tangkapan per upaya
penangkapan yang telah
distandarisasi (kg/trip)
Catchs = hasil tangkapan yang
sudah distandardisasi (kg)
Efforts = upaya penangkapan alat
tangkap
yang
telah
distandarisasi (trip)
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Model Surplus Produksi
Rumus-rumus untuk mencari
potensi lestari (MSY) hanya berlaku
bila parameter b bernilai negatif,
artinya untuk penambahan akan
menyebabkan penurunan CPUE.
Bila dalam perhitungan diperoleh
nilai b positif, maka perhitungan
potensi dan upaya penangkapan
optimum tidak dilanjutkan, tetapi
hanya dapat disimpulkan bahwa
penambahan upaya penangkapan
masih
memungkinkan
untuk
meningkatkan
hasil
tangkapan.
Besarnya parameter a dan b secara
matematik dapat dicari dengan
menggunakan persamaan regresi
sederhana dengan rumus
Y = a + bx .....................(5)
Dimana:
parameter a : intersep
parameter b : slope.
Selanjutnya, parameter a dan b dapat
dicari dengan rumus :
yi b xi ;
a
n
n xi yi xi yi
b
…...... (6)
2
n x 2 i xi
Keterangan :
x : Upaya penangkapan pada
periode –i
y : Hasil tangkapan per satuan
upaya pada periode –i
Setelah diketahui nilai a dan b,
selanjutnya
dapat
ditentukan
beberapa
persamaan
yang
diperlukan, antara lain (Sparre and
Venema, 1992) :
(a) Hubungan antara CPUE dengan
upaya penangkapan (f)
CPUE = a + bf …………..(7)
34
(b) Hubungan antara hasil tangkapan
(c) dengan upaya penangkapan (f) :
c = CPUE x f
c = af + b(f)2 .....................(8)
Metode surplus produksi yang
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah model Schaefer. Perhitungan
nilai potensi lestari (MSY) dan upaya
optimum (fopt) dengan menggunakan
rumus dan Schaefer adalah sebagai
berikut :
(c) Nilai potensi lestari (MSY)
diperoleh
dengan
mensubtitusikan nilai upaya
penangkapan optimum (fopt) ke
dalam persamaan pada poin (b)
di atas :
c
= af + bf2
copt
= axfopt + bxfopt2
= a(-a/2b) + b(-a/2b)2
CMSY = -a 2 / 4b ......................(9)
(d) Nilai
upaya
penangkapan
optimum (fopt) diperoleh dengan
cara
menyamakan
turunan
pertama hasil tangkapan (c)
terhadap upaya penangkapan (f))
dengan nol:
c
= af + bf2
c’
= a + 2bf
a + 2bf = 0
a
= -2bf
fopt
= -a / 2b………..….(10)
Langkah-langkah Pengolahan
Data Dengan Metode Surplus
Produksi
Langkah-langkah pengolahan
data dengan metode surplus produksi
adalah sebagai berikut :
a. Membuat
tabulasi
hasil
tangkapan (catch = C ) beserta
upaya penangkapan (effort = f),
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
b.
c.
d.
e.
kemudian dihitung nilai hasil
tangkapan per satuan upaya
penangkapan (CPUE = Catch
Per Unit Effort).
Jika terdapat berbagai macam
alat tangkap yang digunakan,
maka dilakukan standardisasi alat
tangkap. Alat tangkap dominan
dijadikan standar, sedangkan alat
tangkap
lain
dikonversikan
dalam alat tangkap standar.
Untuk model Schaefer langkah
yang
dilakukan
adalah
memplotkan nilai f terhadap nilai
c / f dan menduga nilai intercept
(a) dan slope (b) dengan regresi
linear .
Menghitung pendugaan potensi
lestari (Maximum Sustainable
Yield = MSY)
dan upaya
optimum (effort optimum = fopt)
Menentukan tingkat pemanfaatan
dan tingkat pengusahaan ikan
Layur (Trichiurus sp).
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan
Tingkat pemanfaatan berguna
untuk
mengetahui
status
pemanfaatan suatu sumberdaya atau
untuk mengetahui berapa persen dari
sumberdaya
yang
telah
dimanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan
dihitung
dengan
cara
memprosentasikan jumlah hasil
tangkapan pada tahun tertentu
terhadap nilai MSY (Pauly, 1983).
Adapun rumus tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan adalah sebagai
berikut :
C
TP = i x 100%……. (11)
MSY
Dimana :
TP
= Tingkat Pemanfaatan
Ci
35
= hasil tangkapan pada tahun
ke-i
MSY = potensi lestari (Maximum
Sustainable Yield)
Tingkat Pengusahaan Sumberdaya
Ikan
Tingkat
pengupayaan
sumberdaya ikan dapat dicari dengan
mempergunakan rumus sebagai
berikut :
fi
x 100% …......(12)
Tpu =
f opt
Dimana :
Tpu = tingkat pengupayaan
fi = upaya penangkapan tahun ke-i
fopt = upaya penangkapan optimum
tahun ke-i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan Layur
(Trichiurus sp.)
1. Pancing
Pancing
yang
digunakan
terbuat dari bahan senar, dengan
panjang 5-7 m, dan dilengkapi
dengan 4 buah mata pancing. Umpan
yang dipergunakan adalah ikan,
termasuk ikan layur itu sendiri yang
dipotong-potong.
Pancing
dioperasikan di daerah penangkapan
pada kedalaman 40-100 m.
Pengoperasian
pancing
dilakukan pada pukul 16.00 WIB dan
kembali pada pukul 08.00 WIB
keesokan harinya. Dengan waktu
aktif melaut 6 hari dalam 1 minggu.
Jumlah penurunan (setting) sebanyak
1-2 kali. Lama waktu dalam 1 kali
setting 1 jam, dan lama waktu
pengangkatan pancing tergantung
dari banyaknya ikan hasil tangkapan.
2. Payang
Kapal atau perahu yang biasa
digunakan dalam unit penangkapan
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
payang adalah perahu kayu bungur.
Ukuran kapal yang digunakan
memiliki kisaran panjang (L) 12 m;
lebar (B) 2,80 m; dalam (D) 1,75 m.
Tenaga penggerak yang digunakan
adalah motor tempel dengan merk
Yamaha (40 PK).
Alat tangkap payang terbuat
dari benang gill net No.18, biasanya
berwarna hijau. Payang adalah alat
tangkap yang berbentuk seperti
kantong yang dilengkapi dengan dua
buah sayap. Pada bagian bawah
kantong terdapat bibir yang berguna
untuk menahan ikan agar tidak dapat
melarikan diri ke arah bawah.
Payang dioperasikan pada
pukul 05.00 WIB dan kembali
pulang pada pukul 19.00 WIB.
Waktu aktif melaut 6 hari. Jumlah
setting adalah 3-4 kali. Lama waktu
dalam 1 kali setting 2-3 jam dan
lama waktu hauling sekitar 1 jam
dan tergantung dari banyaknya ikan
hasil tangkapan.
3. Bagan Tancap
Bagan tancap berbentuk segi
empat terbuat dari bambu, jaring
yang berbentuk segi empat diikatkan
pada bingkai yang terbuat dari
bambu.
Untuk
memperkuat
36
berdirinya bagan, pada keempat
sisinya
terdapat
bambu-bambu
menyilang
dan
melintang.
Pengoperasian bagan tancap dimulai
pukul 19.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB.
Standarisasi Alat Tangkap
Standarisasi
alat
tangkap
dengan metode standarisasi Fishing
Power Indeks. Alat tangkap standar
adalah alat tangkap dimana Catch
Per Unit Effort (CPUE) merupakan
rata-rata terbesar, dalam perhitungan
ini CPUE Pancing merupakan ratarata yang tertinggi.
Produksi tertinggi didapatkan
pada tahun 1999 sebesar 281,916 ton
dan produksi terendah didapatkan
pada tahun 2001 sebesar 96.744 ton.
Sedangkan effort tertinggi di
dapatkan pada tahun 1999 sebesar
641.592 trip dan effort terendah
didapatkan pada tahun 1998 sebesar
251.819 trip.
Nilai MSY dan Upaya Penangkapan Optimum (fopt)
Pendugaan
nilai
hasil
tangkapan maksimum lestari dan
upaya
penangkapan
optimum
diperoleh dari memasukkan nilai
Tabel 1. Hasil standarisasi alat tangkap
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Effort (trip)
260.984
253.639
287.415
251.819
641.592
297.260
263.186
259.842
274.606
333.740
3.124.083
312.408
Produksi (ton)
71,494
210,033
204,921
279,102
281,916
29,256
96,744
190,396
73490
145,291
1.582.643
158,264
CPUE
0,0002739
0,0008281
0,0007130
0,0011083
0,0004394
0,0000984
0,0003676
0,0007327
0,0002676
00004353
0,005264
0,000526
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
intersept (a) dan nilai slope (b) ke
dalam rumus MSY dan fopt. Setelah
didapatkan hubungan antara effort
dan CPUE maka selanjutnya adalah
dapat membuat grafik persamaan
regresi
yang didapatkan dari
hubungan effort dengan produksi
standar seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 menghasilkan garis
regresi linear sederhana, yaitu
0,0006x – 3 x 10-10 dan diperoleh
nilai dugaan parameter intersept (a)
sebesar 0,0006 dan slope (b) sebesar
-3 x 10-10. Setelah nilai intersept (a)
dan nilai slope (b) diperoleh maka
dapat dilakukan perhitungan nilai
potensi maksimum lestari (MSY)
dan nilai upaya penangkapan
optimum untuk ikan layur yang
didaratkan di PPN Pelabuhan Ratu.
Nilai
effort
optimum
adalah
1.023.322 trip/tahun dan nilai MSY
318,70 ton.
37
Tingkat
Pemanfaatan
dan
Pengusahaan Ikan Layur
Tingkat pemanfaatan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu dalam kurun waktu
1995-2004 berkisar 9,18-88,46%
dengan rata-rata 50,23%. Hal ini
termasuk kategori tahap berkembang
(Tabel 2). Sedangkan tingkat
pengusahaan dari tahun 1995-2004
berkisar 24,61-62,70% dengan ratarata 30,53% (Tabel 3). Uktoselja
(1989) membagi klasifikasi tingkat
pengusahaan atas empat tingkatan
yaitu: tahap rendah (0–33,3%),
berkembang (33,4–66,7%), padat
tangkap (66,8 – 100%), dan lebih
tangkap (> 100%). Dengan demikian
rata-rata tingkat pengusahaan ikan
Layur di PPN Pelabuhanratu dari
tahun 1994–2004 termasuk pada
kategori rendah. Hal ini berbeda
dengan perikanan demersal dan
udang di perairan Selat Malaka yang
tingkat
pemanfaatan
dan
pengusahaan sudah melebihi 100%
(Fauzi, Bustari dan Efrizal, 2005).
Produksi (ton)
Persamaan Regresi Linier Antara Produksi dan
Effort
300
250
200
150
100
50
0
y = -3E-10x +0,0006x
R2 = 0.3231
0
500000
1000000
1500000
Effort (trip)
Gambar 1. Hubungan effort dengan produksi ikan layur
2000000
2500000
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
38
Tabel 2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu Tahun 1994-2004
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Jumlah
Rata-rata
Produksi (ton)
71,494
210,033
204,921
279,102
281,916
29,256
96,744
190,396
73490
145,291
1.582.643
158,264
Tingkat Pemanfaatan
(%)
22,43
65,90
64,30
87,57
88,46
9,18
30,36
59,74
23,06
45,59
502,34
50,23
Keterangan
tahap rendah
berkembang
berkembang
padat tangkap
padat tangkap
tahap rendah
tahap rendah
berkembang
tahap rendah
berkembang
Tabel 3. Tingkat pengusahaan ikan layur yang di daratkan di PPN Pelabuhanratu
tahun 1994-2004
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Jumlah
Rata-rata
Effort gabungan
(trip)
260.984
253.639
287.415
251.819
641.592
297.260
263.186
259.842
274.606
333.740
3.124.083
312.408
Perairan Teluk Pabuhanratu
dipengaruhi oleh adanya arus di
sepanjang pantai, pasang surut
bersifat campuran dominasi pasang
surut ganda. Arus menyusur pantai
yang diakibatkan oleh gelombang
berkisar 0,5 per detik. Arah arus
berubah sesuai dengan perubahan
arah gelombang datang. Gelombang
yang datang dari arah Barat
menyebabkan arah arus yang
menyusur pantai bergerak ke Utara
dan arah gelombang dari Barat daya
menyebabkan arah arus pantai
bergerak ke Selatan dengan curah
Tingkat
Pengusahaan (%)
25,50
24,79
28,09
24,61
62,70
29,05
25,72
25,39
26,83
32,61
305,29
30,53
Keterangan
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
berkembang
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
tahap rendah
hujan rata-rata di Pelabuhanratu
sebesar 251,44 mm (Purnama, 2006).
Musim penangkapan ikan di
perairan Teluk Pelabuhanratu dibagi
menjadi dua musim yaitu musim
Timur (Maret-Agustus) yakni musim
banyak ikan yang ditandai dengan
laut tenang, angin lemah, serta curah
hujan dengan frekuensi kecil dan
musim Barat (September-Februari)
yakni musim sedikit ikan ditandai
dengan laut yang bergolak karena
gelombang yang besar, angin
kencang serta curah hujan dengan
frekuensi besar. Khusus untuk ikan
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
Layur
di
perairan
Teluk
Pelabuhanratu pada dasarnya dapat
ditangkap sepanjang tahun dengan
puncak musim pada akhir tahun
menjelang tahun berikutnya yakni
pada bulan November-Maret (PPN
Pelabuhanratu, 2005).
Berdasarkan kurva lestari
terlihat bahwa nilai CPUE akan
mengalami
penurunan
apabila
adanya
penambahan
upaya
penangkapan. Untuk mengusahakan
supaya
sumberdaya ikan bisa
dimanfaatkan terus-menerus secara
maksimal dalam waktu yang tidak
terbatas, maka laju kematian karena
penangkapan (tingkat pemanfaatan)
perlu dibatasi pada suatu tingkat
tertentu. Induk-induk ikan dalam
jumlah tertentu harus disesuaikan
dan diberi kesempatan untuk
berkembang biak, sehingga mampu
menghasilkan anak ikan dalam
jumlah cukup untuk kelestarian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan layur
(Trichiurus sp.) yang bertempat di
PPN Pelabuhanratu adalah pancing,
payang, dan bagan tancap. Dengan
menggunakan model Schaefer maka
didapatkan untuk nilai potensi lestari
(MSY) sebesar 318,70 ton/tahun
dengan upaya penangkapan optimum
(fopt) sebesar 1.023.322 trip/tahun.
Tingkat pemanfaatan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu selama tahun 19952004 dikategorikan berkembang,
sedangkan tingkat pengusahaan ikan
layur yang didaratkan di PPN
Pelabuhanratu selama tahun 19942004 dikategorikan rendah.
39
Saran
Hasil
penelitian
dapat
disarankan bahwa para nelayan PPN
Pelabuhanratu dapat diharapkan
memaksimalkan tingkat pemanfaatan
dan tingkat pengusahaan ikan Layur
karena masih berpeluang cukup
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, B.S. dan Wudianto., 2004.
Laju tangkap dan komposisi
hasil tangkapan fish net di
perairan Laut Arafura. Laporan
Teknis Intern. Balai Riset
Perikanan Laut. Jakarta.
Dahuri, R., J. Rias, S.P. Ginting, dan
M.J.Sitepu. 2001. Pengelo-laan
Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu.
Pradya Paramitha, Jakarta.
FAO.
1974.
FAO
species
identification sheets for fishery
purposes. Eastern Indian Ocean
and Western Central Pacifik.
(Edited by Fischer, W. and
P.J.P Whitehead). FAO-UN.
Rome
Fauzi, M., Bustari, T. Efrizal. 2005.
Potensi perikanan demersal
dan udang untuk penentuan
jumlah
tangkapan
yang
diperbolehkan
(JTB)
di
perairan
Selat
Malaka
Kabupaten
Bengkalis.
J.
Perikanan dan Kelautan. 10
(2): 102-109.
Gulland, J. A. 1983. Fish stock
assesment. A manual of basic
methods. Wiley & Sons.
Chichester. 223 p.
Uktoselja. 1989. Hasil tangkapan
total upaya penangkapan baru
dan factor efisiensi kapal-kapal
Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
uhate cakalang di perairan laut
sekitar Sorong, hal. 59-76.
Balai Perikanan Laut dan
Pengembangan
Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Pauly, D. 1983. Some simple
methods for the assesment of
tropical fish stock. FAO Fish.
Tech. pap. Rome.134 p.
Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuanratu, 2005. Laporan
Tahunan PPN Pelabuhanratu.
Sukabumi. Jawa Barat.
40
Purnama, H.R. 2006. Hasil Tangkapan dari bubu kawat dan bubu
lipat di perairan Pelabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat.
Program
Studi
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 65
hal.