KOMUNIKASI ADMINISTRASI Materi 4 Gaya Ko

KOMUNIKASI ADMINISTRASI Materi 4 (Gaya Komunikasi)
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Administrasi

Oleh:
Dian Ayu Mairoh
Moch. Rizky P
Abid Anggoro P
Agista Ayu Septya N
Denny Rahman
Devita Nurfitri A
Arman Tri Prabowo
Meita Dwi Lestari
Muh. Yazid Hidayatullah
Agus Andrianto

130910201040
140910201029
140910201020
140910201025
140910201055

150910201013
150910201016
150910201022
150910201030
150910201052

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gaya komunikasi adalah jendela untuk memahami bagaimana dunia
memandang seseorang sepenuhnya sebagai suatu kepribadian unik. Hal ini
mempengaruhi hubungan hubungan seseorang, karir dan kesejahteran emosional.
Dengan memahami gaya komunikasi akan memungkinkan seseorang bekerja pada
aspek yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang negatif.
Salah satu yang banyak berperan dalam pencitraan seseora ng adalah kemampuan

berbicara dan kepiawaian seseorang berkomunikasi secara luas. Keahlian ini akan
membantu seseorang berkembang lebih cepat dalam karier dibandingkan lembarlembar ijazah dan sertifikat kelulusan yang ada. Orang-orang sukses kebanyakan
adalah orang-orang yang luwes dalam berbincang-bincang dan pandai
berkomunikasi, baik dengan orang dibawahnya juga dengan atasannya.
Gaya komunikasi

dipengaruhi oleh gaya bahasa yang dihasilkan oleh

banyaknya budaya, setiap budaya punya gaya bahasanya tersendiri hal ini yang
menimbulkan adanya perbedaan dalam gaya komunikasi, kita ambil contoh
makna kata rampung sunda lain dengan makna kata rampung yang orang jawa
pahami, Atos sunda tidak sama dengan atos jawa, bujang sunda berbeda dengan
bujang sumatra, makna kata jangan dalam bahasa Indonesia beda dengan makna
kata jangan jawa selain itu gaya yang digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor,
gaya komunikasi adalah sesuatu yang dinamis dan sangat sulit untuk ditebak.
Sebagaimana budaya, gaya komunikasi adalah sesuatu yang relatif.
Cara atau gaya berkomunikasi terkadang menjadi lebih penting dari konten
komunikasi tersebut. Bagaimana tidak, banyak orang yang memahami konten
dengan baik tetapi pesan komunikasinya tidak sampai atau tidak diterima orang
lain karena ketidakmampuan dalam menyampaikan pesan tersebut. dalam hal ini

gaya komunikasi menjadi penting untuk diterapkan

BAB.2 PEMBAHASAN
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut,
jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan di
sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human
communication yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social
communication.
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa Latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama sekali
tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan
politik. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu
sama makna mengenai suatu hal.
Menurut Trenholm dan Jensen (dalam Fajar, 2009: 31), komunikasi
merupakan suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada
penerima melalui beragam saluran. Suatu proses yang mentransmisikan
pesan kepada penerima pesan melalui berbagai media yang dilakukan oleh

komunikator adalah suatu tindakan komunikasi.
Selanjutnya menurut Weaver (dalam Fajar, 2009: 32), komunikasi adalah
seluruh prosedurmelalui pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi pikiran
orang lain. Effendy (2002: 60), menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik
langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan
tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.
Pengertian “Gaya komunikasi”, alat perilaku pribadi yang terspesialisasi
yang dignakn dalam suatu situasi dan ondisi tertentu. Gaya komunikasi adalah
keseimbangan antara perilaku formal dan perilaku kasual / perilaku santai dalam
percakapan.

Gaya komunikasi formal menggunakan bahsa yang lebih terstruktur ,
kurang gaul, kepribadian menjadi lebih teratur dan jarang menggunakan lelucon
yang tidak pantas serta emosi lebih diatur.
Gaya komunikasi kasual ebih santai dsn menggunakn struktur bahasa
sehari hari yang lebih gaul. Gaya komunikasi ini lebih memungkinkan untuk
bermain-main dan membuat lelucon serta emosi lebih bebas untuk diungkapkan.

Gaya Komunikasi yang Baik dan Efektif
a. Gunakan

umpan

balik.

Banyak

permasalahan

komunikasi

dapat

diperkirakan berasal dari kesalah pahaman dan ketidak akuratan . Masalah
ini akan dapat dikurnagi apabila manajer mengunakan umpan balik dalam
proses komunikasi. Umpan balik ini bisa verbal ataupun non verbal
misalnya dengan menanyakan “Apakah kamu mengerti apa yang saya
katakan?”

b. Sederhanakan bahasa. Karena bahasa bisa merupakan hambatan , maka
manajer sebaiknya memilih kata kata dan struktur sedemikian rupa yang
akan dapat membuat pesan yang akan dikirim menjadi jelas dan dapat
dimengerti oleh penerima pesan . Manajer perlu menyerderhanakan bahasa
yang akan dipakai dan disesuaikan dengan audience yang akan menerima
pesan sehingga bahasa bisa disesuaikan dengan kondisi penerima pesan.
c. Dengarkan dengan aktif. Mendengarkan secara aktif adalah mendengarkan
untuk mendapatkan arti yang sesungguhnya tanpa pembuat interpresasi
judgment yang prematur. Mendengarkan secara aktif dapat ditingkatkan
dengan cara mengembangakn rasa simpati terhadap posisi pengirim pesan
dengan cara memposisikan diri pada posisi pengirim pesan.
d. Kendalikan emosi. Hindari berkomunikasi sewaktu manajer sedang dalam
kondisi emosional karena emosi dapat mengurangi kemapuan manajer
dalam berkomunikasi dan dapat mendistorsi arti sebenarnya yang akan
dikomunikasikan.
e. Perhatikan tanda tanda non verbal. Manajer perlu memperhatikan gerakan
gerakan anggota tubuh pada saat berkomunikasi sebag tanda tanda non
verbal ini bisa memperkuat komunikasi yang sedang disampaikan.

Pada ilmu komunikasi, komunikasi memiliki 6 gaya yaitu :

1.

The Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendali ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pkikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway
communicators. Pihak-pihak yang memakai Controlling Style of communication
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan disbanding upaya
mereka untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
2. The Equalitarian Style
The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah
(two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tidak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian

bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.
3. The Structuring
Gaya komunikasi yang terstrukturini, memanfaat pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang
lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tesebut.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaanya

berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication
ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawahi
para wiranegara (salesmen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau
merangsang pekerjaan/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat efektif

digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang
cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5.

The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima sara,
pendapat ataupun gagasan orng lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengiriman pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
menguntrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif
ketika pengiriman pesan atau sender seadng bekerja sama dengan orang-orang
yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6.

The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini

untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi
yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin dilibatkan
dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri
dari tanggung jawab, tetapi tetap juga mengindikasikan suatu keinginan untuk
menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya komunikasi
ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gaya komunikasi ada 3 jenis, yaitu :
1. Pasif
Tidak mampu mempertahankan kepentingan sendiri
sedemikian rupa sehingga melanggar hak anda sendiri
2. Agresif

atua bertindak

Bersikap / berperilaku sedemikian rupa sehingga mengurangi hak orang lain.
Dengan usaha mengendalikan, merendahkan bahkan menghukum orang lain
3. Asertif
Mempertahankan diri sebegitu rupa sehingga tidak melanggar hak hak
orang lain. Pernyataannya langsung, jujur dan mengexpresikan pendapat dan

perasaan anda saat itu juga. Komunikasi asertif merupakan komunikasi yang
berdiri pada titik tengah antara komunikasi pasif dan agresif

dimana

komunikasi ini mengedepankan cara pandang untuk mengemukakan pendapat
dan perasaan tanpa memaksakan kehendak serta tidak melanggar hak-hak
orang lain.

Ada tujuh komponen yang diidentifikasikan sebagai penyebab gaya
interaksi-tujuh hal yang mampu merefleksikan atau memberikan pandangan
mengenai interaksi setiap individu. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi
gaya komunikasi, antara lain:
1. Kondisi Fisik : Sesuai dengan penjelasan di atas terlihat jelas bahwasannya
kondisi fisik di mana kita melakukan komunikasi sangat mempengaruh gaya
komunikasi. Seperti halnya ketika kegiatan komunikasi itu dilakukan dengan
kapasitas minim dalam bertatap muka, hal tersebut akan berakibat pada ketidak
nyamanan dan kurangnya kepastian antara si pengirim dan penerima pesan. Selain
itu dapat menimbulkan ketidaksesuaian atau kenyamanan antara kedua belah
pihak.contoh lain yakni jika seorang komunikasi kondisinya kurang baik atau bisa
dikatakan dalam keadaan sakit maka gaya komunikasinya pun akan berbeda
dengan orang yang sehat,
2. Peran : Persepsi akan peran kita sendiri (sebagai pelanggan, teman atasan) dan
peran komunikator lainnya mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi. Setiap
orang memiliki harapan yang berbeda dari peran mereka sendiri dan orang lain,
dan dengan demikian mereka akan sering melakukan komunikasi antar satu
dengan lainnya. Camat akan lain sikapnya ketika berkomunikasi dengan dengan
bupati, dan bupati ketika berkomunikasi dengan gubernur tidak akan sesantai
tatkala menghadapi camat.

3. Konteks Historis : Sejarah mempengaruhi setiap interaksi. Sejarah bangsabangsa, tradisi spiritual, perusahaan, dan masyarakat dengan mudah dapat
mempengaruhi bagaimana kita memandang satu sama lain, dengan demikian
dapat mempengaruhi gaya komunikasi. Tak lepas dari sejarahnya bahwa
indonesia mempunyai ada banyak perbedaan budaya dan suku yang mana budaya
dan suku tersebut mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda sehingganya
terdapat banyak jenis gaya komunikasi yang ada.
4. Kronologi : Bagaimana interaksi itu cocok menjadi serangkaian peristiwa yang
mempengaruhi pilihan gaya komunikasi seseorang. Hal tersebut akan membuat
perbedaan, jika itu adalah pertama kalinya seseorang berinteraksi tentang sesuatu
atau kesepuluh kalinya, jika interaksi masa lalu seseorang telah berhasil atau tidak
menyenangkan. Maka akan membuat suatu perbedaan terhadap gaya komunikasi
seseorang. Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan dapat diatasi
komunikator dengan menghindarkan jauh sebelum atau dengan mengatasinya
pada saat komunikasi sedang berlangsung.
5. Bahasa : Bahasa yang kita gunakan, "versi" dari bahasa yang kita ucapkan
misalnya, Aussie, Inggris, atau versi bahasa Inggris Amerika dan kelancaran kita
dengan bahasa tersebut. Semuanya memainkan peran dalam gaya berkomunikasi
seseorang. Gaya komunikasi seseorang dalam bahasa Inggris berarti bahwa orang
yang terbiasa berbahasa jepang tidak sepenuhnya memahami dia, dan kemampuan
ini akan memberikan batasan pada seseorang untuk sepenuhnya berpartisipasi dan
mempengaruhi arah pembicaraan. [8]manusia, meskipun satu sama lain sama
jenisnya sebagai makhluk “homosapien” tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak
hal. Berbeda dalam postur, warna kulit,dan kebudayaan, yang pada kelanjutanya
berebeda dalam gaya hidup (way of life), norma, kebiasaan, dan bahasa.
6. Hubungan : Seberapa baik kita tahu orang lain, dan seberapa banyak kita suka
atau percaya dia dan sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita
berkomunikasi. Selain itu, pola kita mengembangkan hubungan tertentu dari
waktu ke waktu sering memberikan efek kumulatif pada interaksi selanjutnya
antara mitra relasional. Komunikasi seorang teman yang telah lama dengan kita
akan berbeda gaya berkomunikasi dengan teman baru.

7. Kendala Metode yang seseorang gunakan untuk berkomunikasi (misalnya,
beberapa orang membenci e-mail atau panggilan telepon) dan waktu yang kita
miliki hanya tersedia untuk berinteraksi dengan metode diatas. Jenis kendala
tersebut akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Misalnya kita sedang sibuk
bekerja tiba-tiba ada seorang yang mengajak untuk kita berkomunikasi hal ini
dapat menimbulkan gaya komunikasi kita berbeda dengan saat kita berkomunikasi
tidak melakukan pekerjaan.
HAMBATAN GAYA KOMUNIKASI
a.

Hambatan Teknis.

Hambatan teknis keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi.Dari sisi
teknologi, hambatan teknis ini semakin berkurang dengan adanya temuan baru
dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran
komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. Banyak
contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari : suara telepon yang
krotokan, hambatan pada beberapa mediatidak mungkin diatasi oleh komunikator,
misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio dan televisi. Tetapi
pada beberapa media komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil
sikap tertentu, misalnya ketika sedang menelpon terganggu oleh krotokan. Barang
kali ia dapat mengulanginya pada beberapa saat kemudian.
b.

Hambatan Semantik

Gangguan semantik adalah hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau
ide secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang
diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik
arti dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses
penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol (kata) dan apa yang
disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai
ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk
menghindari salah komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya,dan

melihat

kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya. Faktor semantis

menyangkut bahasa yang sering digunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya

kepada komunikan. Demi kelancaran

komunikasinya seorang komunikator harus memperhatikan gangguan semantis
ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa
menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).

Sering kali salah ucap

disebabkan karena si komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran
dan persaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan.
Maksudnya akan mengatakan kedelai yang terlontar keleda, demokrasi menjadi
demontrasi, partisipasi menjadi partisisapi dan sebagainya. Salah komunikasi atau
miscomunication ada kalanya disebabkan pemilihan kata yang tidak tepat, katakata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa sebaiknya dipergunakan
adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga menggunakan kata - kata
yang konotatif, seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksud sebenarnya, sehingga
tidak menjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat denotatif adalah yang
mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning),
dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan
dan bahasanya, kata-kat yang mempunyai pengertian konotatif adalah yang
mengandung makna emosional atau evaliatif (emotional of evaluatif meaning)
disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang
c.

Hambatan Manusiawi

Hambatan Manusiawi atau hambatan yang berasal dari perbedaan individual
manusia. Terjadi karena adanya faktor, perbedaan umur, emosi dan prasangka
pribadi,

persepsi,

ketidakmampuan

kecakapan
alat-alat

atau

pancaindera

ketidakcakapan,
seseorang.

kemampuan
Dalam

atau

melancarkan

komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak
mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan
siapa disini bikan nama yang disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku
apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup
dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan
lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikakator diterima oleh

komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam penegrtian received atau secara
indrawi, dan dalam penegrtian accepted atau secar rohani. Seorang pemirsa
televisi mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang
tampil pada pesawat televisi amat terang dan suaranya keluar amat jelas, tetapi ia
mungkin tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pad acara itu
mengatakan daging babi lezat sekali.
BAB.3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA