MOTIVASI DAN SPIRITUALITAS ISLAM DALAM M (2)
MOTIVASI DAN SPIRITUALITAS ISLAM DALAM MEWUJUDI(A,N KINERJA
ORGANISASIONAL
Gerry Ganika
Fakultas Ekonomi
Universitas Suitan Ageng Tirtayasa
gega€ gmail.com
-
Abstract
This paper aims to explore the potential relationship beh,yeen motivution and spiritual values oJ
Islant in the context qf the organizcrtion. Religion is a.factor inforning tltepersonalit.l; and behcniot', so it
is no exctggercrtion thut the spit'ituali1, also crs a subject in the sttrcl1,, of operutions tilonogement ond
organizcttional behavior. Study of molit'cttion based on Islantic spit'itual perspectiye is necess{ult in ot'tler
toJind a bolance and the cletelctpntent of theories of ntotit'ution eristittg. Motit,tttion in Islom per"fbctit'e
composecl o.f .four levels: (l) Sutrulu is ct physiolc.tgical and ntatet'ial moti\'otiotl-itltptis, (2) Arncu'ct i,s
physiolofrral, psycltologicul und ntateriql nrcttitution-intpul.s, (3) Lcnvcutta is ph.t'.siologicul, matet"ictl,
p$)chologic(rl and intellectual antl inrolre a bit o.f spiritucllty, (1) t\,Iut(tntoino is the enc'oLrrugement of'oll
the neerl.s basetl on tlte vtlue ol's1tit'itttulitt'os the primctn'bo,sis. The leyel of'moti'ation in the ptrspectit't,
of l-slunt thut began in the Micklle Ages are a cctntpletely tlilferent unclet'srantling o/ thoughts that htn'e
been usecl in lhe contert of huntun pq,chc.tlogt: untl orgonizational nranogenrcnt. L\luilt thu,s ntolies on
intportant conttibuticlt to Lntlerstuntling the ntotiycttiotl oJ'entplo.1'ee5 in rloing theit jobs. At the .stctge
tllLLtcoltlinno reflec't.s u hortton.t: beltveen oll hunran neecls, and hus naiot' intplic:ation.; /br the
orguni:ationctl struclure and operatiotl munctgemenl prLlclice.\ und behatiot'ul in orrlct' to achieye the
orgctn izatio n's p erfbrm
u n c e.
Keyx,orls: Motit,cttion, Islomic spit'itualitr, htmtan
neecls, orgonizcttional pet'fbt'ntunca, organizcrtiorutl
behuvior.
PENDAHI]I,UAN
Exellence Orgonizatioiz didukung oleh
tiga piiar utama yailtt sLntber do'y,tr trtonr.rsiu,
proses dan teknologl. Sumber daya manusia
sebagai salah satlr pilar pemsahaan patut
mendapatkan perhatian dan lranajeixen.
Faktor sumber daya manusia dipengaruhi
banyak aspek, di Indonesia dan kebanyakan
negara asia, aspek kultural menjadi bahasan
yang tidak pemah akan habis diperbincangkan
dalam konteks perilaku organisasi. Kultur
telah menjadi faktor penentu dalam struktur
organisasi sebuah perusahaan, kuitur menjadi
aspek pembentuk kepribadian manusia, dan
kultur terkait erat dengan keyakinan (foith)
seseorang. Keyakinan seseorang rnerupakan
refleksi dari nilai religius yang diterjemahkan
dalam kaidah-kaiclah beragama seseorang
yang pada akhirnya menjadi niiai-nlai
kehrdupan dan pedoman dalam berperilaku.
Beberapa tahun terakhir, tulisan yang
mengupas keterkaitan antara spirrtualitas di
tempat kerla dan keyakinan serla pekerjaan
semakin banyak dan menarik untuk disimak
(MitrofT and Dentorr, 1999; Weston, 2002).
Dalarn beberapa tulisan, istilah spritualitas
seringkali n)uncul dan dipersamakan dengan
agama dan keyakinar (Benefiel, 2C03; Reiner,
2007), penggunaan rstilah spiritualrtas lebih
tepat dikaitkan dengan nrlai-nilai intnnsik dari
suaiu agama, seperti yang diungkapkan oleh
McComick, 1994, sehingga tidaklah sarna
antara spiritualitas dengan agama. OIeh
karenanya, agan-la harus menjadi bahan
rujukan dalarn rnenilai stimulus spirituaiitas
dalam menentukan pengaruhnya terhadap
praktek manajemen dan keorganisasian.
Dalam perkembangan praktek bisnis sampai
dengan saat ini, perusahaan besar sepefti Ford,
Texas lnstrument, dan Merrill Lynch
menunjukkan ketertarikannya dalam
di tentpat keqa
(Kinni, 2003), para karyawan pada
n-iengelola peran agana
hakekatnya mencari nilai-nilai kehidupan dan
spiritualitas dalam setiap pekerlaannya oleh
karenanya para rranajer rnemiliki peran
sentral dalam menentukan dan pencapaian
nilai tersebut sebagar upaya untuk memotivasi
dan memberikan inspirasi bagi karyawan.
Berbagai bahasan
mengenai
keterkaitan agama dan keorganisasian sndah
banyak diperbincangkan dan
bahkan
Tirtayasa
Ekonomika, Volr-"
7. No. 2, Oktober
20i2,
orong yang telah sampui kepatlanytt
lorangan dori Tuhannya, laltr tertts
berhenti (dari ruengtrmbil ribn)' moktt
baginya apa y(lng telah dicunbilnlta
clahulu (sebelum dcrtang larangan)"
clun urusannya (terset'ah) kepada
Atlah. Orcng Yang kentboli
(mengambil riba), ntaka orang ittr
ctclctlah penghtmi-penglruni nerttktt,'
mereka kekal di clalqiltttt'cr"' Q'S' Al
Bttqoroh. 2 275)
dipraktekan dalam kontek Christianitv dan
Judaism, namun kontribusi dari agama lain
khususnya Islam masih sangat kurang dibahas
dalam litelatur perilaku organisasi maupun
dalam konteks manajemetr surnber daya
manusia. Sejak Islarn muncul tahun 610-an
Masehi, lslam telah menawarkan alternatif
sudut pandang yang berbeda
walaupun
memiliki banyak elemen religius yang dapat
dipersamakan dengan pemahaan yang lain'
Pada awal perkernbangannya, orang-orang
Islam secara total mencurahkan prinsipprinsip agama dalam nilai praktek ekonorni,
.
manajemeu dan bisnis untuk menciptakan
nilai sosial dau ekollon-ii yang sesuai dengan
perspektif raligiusn.va. Islau ttlerupakan
agama yang banyak dianut di sebagaiarl besar
negara asia dan balikan
di
Indonesia
merupakan agalna ntayoritas, pertanyaannya
acialah bagaimatla nilai-nilai Islami
mempengaruhi motivasi seorang karyalvan
dan kinerja organisasi?, jika faktor sprrtualitas
n-renjadr detenliian dalarn motivasi nTaka
sinergi antara praktek matlajemen sut'nber
daya manusia cian strukur organisasi dengan
pemahaman religius akan mutlak diperlukan'
HASIL DAN PEMBAHASAN
Islam dan Kegiatan Ekonomi
Dalarn konteks Pekerjaan
dan
motivasi terclapat hubungan alltara kebutuhan
manusia
ISSN: 0216-5236
183-331
dan kegiatan ekonomi sefia
keinginan uutuk met'nbeutttk masyarakat yang
clamai. Secara khusus Rasulullah N4uhamnlad
Demikian juga,
Rasulullair
Muhamtnad dalam kllotbahnya metlekatlkan
bahwa clalan-r perdagangan bukan hanya
ditujukan utttuk memajukan masyarakat saja,
namun diperlukan nilai-ni1ai tr-ioral clalau-t
perdagangan dali pekerjaan, seper-ti )/allg
Itnarn Ali (598-661 M) ''Aku
ciikutip
perintahkan pacla kalian untuk berdagang, dan
menjelajahi muka buni sebagai pelayan Allah
SWT." Bahkan beberapa clekade ketnttcliart'
Orang Islam melakukan peke4aan dan
kegiatan usahanya dengan cara-cara
terhonnat. Sebagai contolt,
Ibn
Khaldun
(1989), sarjana sosiologi Arab
abad
peitengahan, berargumentasi bairu'a kegiatan
brsnis mempunyai empat tujuan utama yaitu:
metnberikan fasilitus unfitk sulittg
bekerjasurua (kooperasi) tlan soling
mentohomi, merut'ruskut
kebutulton
nrtsvorcrkttt, nteningliutkan kektn'uort
penganrh,
ketid
ak ad
i I cm
sert{1
dun
menolak
/k e ctr ra n gct rt.
Istilah bekerjasama Pada
memberi contoh clengatl urenjadi seorang
wirausahawan dan meietakan dasar-dasar
zarnall
tersebut dapat diartikan sebagai manajemen
kehidupan
keorganisasian dalam
beragatnanya, hal ini uenegaskau bahwa
sebagai upaya menggatlbarkan faktor utama
"pekerjaan adalah ibadah religiLrs'' dan
''kesemprtrnaatr dari peke{aan adalah sattt
tugas religius". Sebagairllana dinyatalian
daianr Quran (.2:275).
''
Ot'nng-orctng y[ttlg
ntukan
(mengcmbil) riba tidtk dtt;tot bertliri
ntelttinhctn seperli be rdirirtvu ot'ctt1g
\t(tt1g kenuLsLrktttt sltttiltttt lantut'trtt
(tel;cutcut) penyal;it gilo. Kecttlaan
merekrt yang demikiun itLr, otlultth
disebabhan tnereka
berkattr
(berltendctput), sesttttgguhnttct iual
beli itLr sttrnu tlcrtgttrt t'ibtt, putlultal
Atlah telah menghulttlkurt iuul l:eli
tlun menghrtt'rtntkutr rilt't Ot''rng-
dan perilaku keorganisasian dimasa kini,
dalam perdagangan dan pekerjaan. Mereka
menuniukkan keterkaitail antara perdagangan
dan manufaktur untuk pemenuhan flsik'
psikologis, sosial, dan tujuan-tuiuan spintual'
Ikhrvan-us-Safa (1999) mengungkapkan
pentingnya pekerjaan. sebagairnana tnereka
menguraikan alasan untuk tlelaksanakatl
kegiatarr usaha: pengLtroilgan keniskincrn;
rnentcttit,usi orong tuttuk menjodi persisten
clan melibntkan l;reoti-liras clulum satu pro.lbsi:
nrunttsiu dengttn
buik, ide-idc
perl:ttutort
tkLtt
bennctrrf ttctt,
ntencuptri
bertonggtrttgi(t\\'Ltl); clttn
rnelengkapi f itt'ct
pengetcrhutttt, kebitt-sttctn
keseloruuttttt religiLrs. Lebih lanjut, Ikhwan-
Tirtayasa
Ekonomika, Volr-"
7, No.
2, Oktober 2012, 1g3-331
us-Safa (1999) menekankan pemikiran bahi.va
pekerjaan apapun jika dikerjakan secara benar
dan terhormat akan dianggap sebagai amal
ibadah yang disukai Allah SWT. Sejalan
dengan itu, Rasulullah mernerintahkan untuk
memberikan kemudahan dan tidak menakutnakuti orang dengan urusannya, hadist rirvayat
Abu Musa ra., ia berkata: "Ketika Rasr-rlullah
saw. mengutus salah seorang sahabatnya
untuk melaksanakan suatu urusan, beliau akan
bersabda: Sampaikanlah kabar gembira dan
janganlah menakut-nakuti serla pennudairlah
dan janganlah mernpersulit." (Shahih Muslinr
No.3262) dan juga diriwayatkan Anas bin
Malik ra.. ia berkata: ''Rasulullalr sar,,. penrah
bersabda: Permudahlah dan
jan-uan
mernpersulit dan jadikan suasana yang
tenteram jangan menakut-nakr:ti." (Shahih
Muslirn No.3264)
Islam dan Kebutuhan Nlanusia
Manusia dalam perspektif
Islam
rnemiliki dua dimensi yag saling berinteraksi.
yaitu Cimen.si .fisili dan clinten.ti non-fi.sik
(ruhaniyoh). Dimensi .fsik berkaitan dengan
wujud manusia sebagai material dan asal rnula
penciptaannya
(dari lernpung),
sesuai
- lempung - dapat berubah bentr-rk
sesuai dengan keinginan dan bahkan dipaksa
untuk mengil.:uti perubahan dan senantiasa
wuiudnya
terus bergerak (dinamis). sefia
dimensi
ruhtmiyoh yang menuntun manusia r.nemahan.ri
kebaikan dan keburukan yang tercennin dari
nilai-niiai religius sebagai representasi dari
keberadaan Tuhan itu sendiri. kedua dintensi
ISSN: 0216-5236
dari kebutuhan dasar manusia: fisiologis,
ntateri, psikologis, spiritual don ntental atou
intelektual (Al-Jasmani, 1996; Glaachi, 2000;
Nusair, 1983; Shariatt, 1979 dalarn Ali, 2009)"
Dua kategori pertama sebagian
besar
berhubungan dengan sifat lernpung atau fisik
sebagai bagian dari sifat dasar manusia. Tiga
kategori terakhir diperoleh dari bagian
dan spiritual sefta kebebasan
dalarn berlikir yang Tuhan benkan khusus
pengetahuan
kepada manusia sebagi makirluk
yang
digarrbarkan sebagai rnakhluk Tuhan yang
pahng sempurna.
Kebutuhan Fisiologis n-reliputi
rlakanan dan tempat perlindungan.
Kebutuhan Psikologis berkaitan erat clengan
en-rosi, sepefii cinta/kasih sayang, rasa
rrerniliki dan dimiliki. ketakutan, dan
pengamh terhadap ol'ang lain. Kebutuhan
Spiritual rnerrrfoknskan pada "keyakinau".
harmoni. kepercayaan dan tujuan clalanr
hidr"rp. Kebutuhan spiritLral rnerepresentasikan
suatu perangkat multidintensi untuk
lnernbantn menyerap rasa lrustrasi, krisis,
kegagalan, keputus-asaan dan seterusnya yang
secara teori diharapkan c'lapat rnenjadi
penyeirnbang antara kebutuhan-kebuiuhan
yang rnelingkupi ntanusia. Metal
ataLt
intelektualitas berkaitan dengan poteusi
mengenbangan
diri,
memaksinialkan
kor-rtribusi yang diharapkan. peutbela-jaran
sefla pengelnbangan diri tanpa henti.
Ketnampuau dalam rlencari
keseimbangan antara kebntuhan tersebni
tnerupakan sebuah tantangan religius. Setrrans
tersebut menciptakan evolusi terhadap rnanusia
nrenuju pencapaian yang hakiki (surga) yang
muslim diperintahkan rintuk mencarr
kekayaan sebagai alat per.nenuhan
kemudian membentuk budi pekerli luhur clalarn
kehidupan di dunia.
Islam memandang kebutuhan manusia
tidaklah sesederhana seperli yang dikernukakan
oleh Marslow, kebutuhan manusia rnerupakan
hasil sistesis manusia yang kompleks terliadap
kebutuhannya dan berbagi dengau sesarra. ha1
ini menjadi manifestasi pemenuhan kebutuhan
flsik dan non-flsik.
Tuhan rnenciptakan rnanusia dari bahan
pemenuhan kebutuhan
bersifat fisik (iempung) dan rnenghidupkanuva
dengan roh (non-lisik), men-rberikarmya nilainilai kepercayaat (trust) sebagai representasi
keinginan uutuk bebas (kebebasan). clan
pengetahuan sebagai representasi clari
perraharlan terhadap alatn sernesta beserta
isinya. Oleh karenanl,a" beberapa ihlruu'an
Islam menyin-rpulkan bahwa ada lirna katesol-r
sosial seperli yang termaktub dalam Quran
(28:11)
"Dan corilcrh ltudo optt .ttung telalr
ditutugcrohkun Allcth kepatlonLt
(kebtthugiaan) negeri alrhirot, don
ungctnluh kumu
bolragiunnut dari
melupukon
(lcetikmcttun)
duniawi clun berbuot bailcloh (kepudu
orong loin) ,sebugaimonu Alloh telalt
f
berbuut buili, kepctdunttr,
tlctn
jungonlolt kcun'u berbuut kerusaliun tli
(ntukQ buni.,\esttnggullt.t,a tlllolr
liluk tne nyuktti ot'ong-ot'(utg .yot1c
Cierry'Ganika
I ZSt
I
Tirtayasa
Ekonomika, Volrrr"
7, No. 2, Oktober
berbuat kerusakan.." @.S.Al
Qashash, 2B:77)
Islam mengajarkan pengendalian antar dua
kekuatan yang saling mempengaruhi yaitu
kekuatan internal dan eksternal yang
membentuk kebutuhan tnanusia, kekuatan
2012,
183-331
ISSN : 0216-5236
peritimbangan alternatif yang manusiawi dan
beradab (AIi,2005).
Tingkat Motivasi dalam Spiritualitas Islam
Maslow dan Alderfer ahli psikologi
manusia dengan perspektif
merniliki beberapa persamaan
seseorang merupakan detemrinan peftatuntran
sekulamya
pandangan
dengan perspektif Islam mengenai kebutuhan
manusia. Senada dengan Marslow, teori dari
Alderfer membagi kebutuhan manusia
berdasarkan tingkatan kebutuhan yang terdiri
dari existence (E), relutedness (R) dart grcttrtlt
(G) atau sering disebut dengan ERG tlteory: of
rtrotit,nlions. Pefiama, existence needs dapat
berupa kebutuhan akan makanan, udara. air,
dua kekuatan tersebut, seperti
upal-i, kodisi
internal direpresentasikan oleh
dorongan
dan dorongan dari luar merupakau
dalam diri
bagian darr social obligation yang sejalan
dengan ajaran Islam. Meskipun demikian,
Islarn menempatkan inteleknnlitcts dan
kebtttuhan spiritualitas secara unik, hal ini
dikarenakan intelektuaiitas dan spritualitas
ditunjukan
clalam Quran (58:11):
" Hai orutng-orung beriruttn cLpobilct
dikcnakun kepoclomu: "Berlupurtg-
lapnngloh rlulam mttilis",
lapangkanlah niscttyct
rnokct
Alluh okctn
rneruberi kelopangun wttuktnt. Dun
apabila clikolttkan:
"Bertlirilalr
karnu", ntaka berdirilah,
niscaya
Allah akan meninggikun or(tilg-ot'(u1g
yang berintan cliontaramu tlan orlng'
orong yang cliberi ilnru pengetahuttn
beberapa dercjut. Dan Alluh Mohct
lulengetahui (tpa y(Lng kuntu
kerjakan." Q.S. Al tuhrjaadiluh,
sB 1 I)
kerja, atau dengan kata iairt
kebutuhan psiologis datr materialistis. Kedua,
reluledness neetl.s dapat berupak kebutuhan
akan hubungan sosial, dan pengakuan olelt
lingkungan, sefia hubungan interpesonal dan
ketiga, grott,th needs dapat tercennill dalarr
kebutuhan akan aktualisasi diri, meugutarakatl
pendapat, melakukan iral-hal kr-eatif dan
memberikan kontribusi dalam kegiatan sosial.
Teori ERG ini mensyaratkan e-,rb'le nce needs
menipakan kebutuhan yang harus dipemr.rhi
terlebih dahulu sehingga orang akan lebili
terdorong untuk uielakukarr aktifltas-aktifitas
yang dapat memenuhi kebutuhan irri,
kemudian akan berusaha untuk metnenul'ri
kebutuhan yang lainnya.
Perspektif Islam mengenai kebutuhan
Intelektualitas manusia ditasbihkan
rnenjadi katalisator dalam
petnenuhan
kebutuhan, dengan demikian Islarn dengan
fasih rnenyatakan bahwa intelektualitas
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
spiritualitas Islami, oleh karenanya Tuhan
akan memberikan tempat paling tinggi dan
mulia untuk orang-orang yang metnberikan
iimu yang bermanf'aat bagi orang lain
pefiumbuhan (growth) bagi rnasyarakat
(ummat). Kebutuhan spiritual merupakan
faktor yang kuat bagi seseorang yang rLntuk
menjaga diriinya agar tetap tenang dan
menjadi bagian dari lingkungan (sosial)
walaupun mereka tidak dapat tnemenuhi
kebutuhan fisiologis mereka. Selain itu.
intelektualitas rnembantu seseorang untuk
berlindak secara tegas dan jelas, lnerlbanttr
pemahaman yang mendalam, rlengurangi
keragu-raguan
dan
nrernberikan
menekankan pada konseptualisasi dari
pertumbuhan (grov'th) clan ket.nundnran
(regression) daiam diri manusia. afiinya
motivasi ditentukan oleh efek reaksi antara
kebutuhan fisik dengan kebutuhan religiusnya
sebagai variabel kontrol. Kebutuhan manltsia
dalarn persperktif Islam dibagi kedalarn empat
tingkatan yang didasari oleh perubahan terus-
rrenerus dan dinamisme yang terjacli, hal ini
didorong oleh pembentukan mental dan bakat
dalam Islarn yang cenderung mernberikan
kebebasan dalan-r meneutukan nilai-nilai
kebaikan bagi masing-masing pribadi.
Kebebasan dalarn menentukan nilai-nilai yang
dianggap baik terbentuk dari adaptasi nilai
keagamaan terhadap nrlai materialisme
dLrniawi dan dibatasi oleh kondisi sosial dan
ekonomis, pengetahuan, pengharapan dan
kesempatan tnasing-masing individu. Tahapan
dari kebutuhan clasar t'nanusia dijabarkan
Tirlayasa
EkOnomika, Volu*e
2, Oktober 2012, 183-33l
7, No.
dalam Quran (12: 53;75:2;89:27-30) sebagai
benkut:
"Dan aku tidak mentbebaskan cliriku
(dari
kesalahan),
sesungguhnya nafsu
itu
karena
selalu
menyuruh kepada keiahatan, kecuali
nq/iu yang diberi rahmat
oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Mnha Pengampun lagi Maha
Penyanttong. " Q.S. Yusu.f, I 2. 5 3)
"..dan aku bersuttpah dengcnt jht'a
yutlg antat
sentliri)t . (Q.5.
ntenyesoli
7 5.-
(clirinya
2)
"Hoi iiwa yailg tenqng, Kerubolilah
kepado Ttrhanmtr dengan hoti yang
pLros logi tliridhai-Nyu., Mokct
nrcrsuklah ke clalam jama'ah hcrmba-
harubo-Ku. masuklcth ke lalcnt
" (Q.5. Al Fair, 89. 27-3 0)
segenggam
dari .iejak rasu| laltt
aku
melemparkannya, dan demikianlah nafsuku
mentbujttkku." (Q.S.Thaahaa, 20 " 96).
Tahap Kedua :Ammuru (kecenderungan
untuk berbuat salah/j ahat)
Pada tahap ini seseorang sadar bahwa
dia melakukan hal-hal yang buruk, nanlun ia
tidak kuasa untuk menghindarinya, ia
membiarkan keinginan dan godaan rtu
menjadi bagian dari dirinya. Hal ini dijelaskan
dalam Quran dalam kisah Nabi Yusuf yang
digoda oleh istri Firaun, dan ia memfitnah
Yusuf supaya dirinya terhindar dari hukurnan
raja. Namun keirnanan Yr"rsuf
telah
hati wanita itu. yang akhimya
rnengakui kesalahannya dihadapan ra-ja,
bahwa ia telah berusaha menggoda Yusuf
men-rbukakan
untuk melakukan hal tidak senonoh.
.stttu"go-Ku
"Dort nku titlcrk ntentltebuskarr diriku
Mottvasi dalam persfektif
sesrutggulmyu nuf .stt
(dut'r
Islam
rnerupakan implikasi dari proses implemantrsi
ajaran agama. Dimulai dari dalam diri,
iirteraksi dengan individu yang lain sampai
pada hubungan dengan Tuhan dan menjadi
nilai-nilai religius yang tercermin dari akhlak
atau perilaku manusia. Ke-empat tahapan
motivasi daiam perspektif Islarn
diuraikan secara singkat bebagai berikut
akan
:
Tahap Pertama : Sawalu (godaan dalam
diri manusia)
Pada tingkatan iui. jiwa seseoratlg
hanya mau mengikuti keinginannya sendiri,
dan menjadikamrya jauh dari petunjuk Allah
SWT. Sebagaimana digarnbarkan dalam
cerita Nabi Musa A.S. serta berbagai kesuiitan
yang dihadapi akibat banyaknya
godaan
dalam din manusia, Samiri membuat pengikut
Musa menjadi orang yang tersesat (syirik)
dikaia Musa tidak ada. Ketika Musa meminta
Samiri untuk menjelaskan dan bertanya apa
yang telah kau perbuat, hai Samiri?, Sarniri
menjawab: "Aku mengetahui sesttcttu yung
ruerektr ticluk ntengetahuinv-o, ruaku uku ttrnbil
I
ISSN : 0216-5236
Maksudnya: Bila ia berbuat kebaikan ia juga
menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,
apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
kut'entt
kesuluhctn ),
itLr
selulLr
ntenyutit
kepucla kefohotutt, liecuali
nufw yzng diberi rqhruut oleh
Ttrhtrnku. Sesunggultnvu Tultttnl;u
Mctho Pengompwt logi Muhtr
Peil1'an.1'ct71g." (Q S )'u,sttf, 12.53)
Pada situasi ini, seseorang memiliki
kecenderungan dan bairkan melakukau
sesuatu diluar keinginamya. padahal ia tahu
bahwa hai tersebut adalah salali. Pada tahap
ini, orang tersebut biasanya mengakui
kesalahan jika dibawah tekanan atau pada saat
ia menyadari keadaan tidak lagi rrendukung
untuk tetap melakukan kesaiahan yang sama.
Mungkin, hal ini rnerupakan manif'estasi dari
kurangnya internalisasi nilai-niiai religius.
nalnun seseorang akan belajar dari
kesalahannya dan diharapkan tidak
rnengulangi kesalahan yang sama. Adanya
- Yang dimaksud
dengan .iejak rasLl di sini ialah
ajaran-ajarannya. Menumt laliam ini Samiri
mengambil sebagian dari ajaran-ajaran Musa
kerrrtrdian dilenrparkannya tjarair-a.jararr
inr
sehingga dia menjadi sesat. Menurut sebahagian
ahli tafsir yang dimaksud dengan Tejult rasul ialah
jejak telapak kuda Jibril a.s. Aninya Samiri
melrgambil segurnpal tanah dari jejak itu lalu
dilemparkannya
ke dalarn logam yang
dihancurkan sehir.rgga losam
sedang
itu berbentuk anak
sapi yang mengeluarkan suara.
Gci'ry Ganika I ZS:
Tirlayasa
EkOnOmika, Vol.,rn"
7, No. 2, Oktober
kesadaran akan konsekuensi dari tindakan
yang melanggar nilai-nilai religius merupakan
tahap yang melibatkan dorongan akan
pencapain kebutuhan dalam dimensi
ruhaniyah, pendekatan dalam tahap ini dalah
untuk
menutupi/mengurangi
dibutulikan kebij
godaan
aksaan aan/ s e lf- con tr o I .
Tahap Ketiga : Lawuma (membatasi diri)
Pada tahap ini, seseorang menyadari
akan adanya setan, terjadi
sebuah
pefientangan antara kebaikan dan kejahatan
(setan) untuk mencapai keselamatan. Dalam
Quran surat ke 15 : 2 dan 15 : 14-15
dijelaskan terjadi pefientangan dalam cliri
tlanusia. "..clcrt akrr bersuntpah clengan jitrcr
.yung oillul nrenyesoli (dirin1,u sentliri)i. "
(Q.5. i5 2), "Bahkart t)tLtutsiu ittt ntettjocli
soksi cttus tlirinycr senclirit, rueskipt,rn dio
nrcngenttrkctkun ulascut-ulasann1,a." (Q.5. Al
183-331
ISSN: 0216-5236
hal ini menciptakan
perjuangan intemal yang berkelanjutan dalarn
diri manusia.
jawabnya sendiri,
Tahap Keempat : Mutamaiwra (saleh /adil)
Titik terlinggi dalam
menutupi kekurangan dengan toleransi dan
hukuman yang befiujuan untuk perbaikan atau
2012,
proses
pembangunan manusia adalah tahap
Mutantainna. Pada tingkatan ini, pikiran
manusia telah selaras dengan kebajikan
dengan sempurxa dan seseorang merasakan
kepuasan sefia perwujudan dari pencapaiarr
diri dengan mendekatkan dirinya pada nilainilai relrgius. Quran (89:27 -28), mengatakan.
"Hai .iiwct yong tenong", "Kernbulilah kepudu
Ttthunruu clengan hati yang puus logi
diritlhai-Jth;o. " (Q.5. Al Fo.jr, 89:27-28). Jiv.a
yang dirnaksudkan tersebut adalah jiu a
seseorang yang selalu lnerasa dirinya
terpuaskan clalam bentuk sy,ukur dalaur
berbagai keadaan, baik keadaan ,vang serba
berkecukupalt atau kekurangan. sejahtera atau
diperbolehkan.
dalam konclisi sehat maupun sakit. Dimana
tidak ada lagi perasaan ragu-ragu. takut atau
gelisah selama berada Calarn jalan yang benar
rniskin. dilarang ataupun
Qi v"{tatnuh, 75:14-I 5)
Oleh karennya, dalam tahap Lawama
ini. keinginan seseorang untuk menjadi lebih
baik dan rnenjauhi hal-hal yang buruk dalarn
usaha mela\van pengamh setan lebili besar
-
Islam, kebaikan dan keburukan seseorang
menjadi nilai individuai, sepefii tercanruln
seslrai dengan nilai-nilai religiusnya. Pada
lahap Mutamainna, seseorang akan rrerasa
ikut bertanggunpgawab dan menjadi rnanusia
yang senantiasa terkait dengan manusia
dalan-r Quran (9:108)
lainnya. tercennin
cian secara nyata disadari. Dalam keyakinan
kegiatan-kegitan
intelektual serla keterlibatan sosial untuk
mencapai kesernpurnaan serta perueuuhan
Sesungguh-nyu mesjicl yong didirikan
spintualnya.
utus dttsur toqv,a (ntesiid
Quba),
sejak hari pertail'ta udaluh lebih purut
Dari keempat tahap motivasi diatas
mencerminkan nilai-nilai individual clan
dalcunnltcr ruesjid ittt otla orang-orong
perilakunya, serta seseorang sadar akan setiap
tindakannya disetiap tahapan. Dalan-r Islan-t
seseorang bebas menentukan arah tujuan
kttnru sholctt di clalurnnyu. Di
yong ingin ntentbersihkan cliri. Dan
sesunggtrhnya Ailah ntenyukai orongorang yang bersilt. (Q.5. At-Tuubah
,
9.I 0B)
Sehingga siapa berbuat kesalahan
maka kesalahan itu menjadi tanggtuig
3 Maksudr.rya:
Bila ia berbuat kebaikan ia juga
menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,
apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
a
dari
".Iattguttloh kantu bersentbalryatts
tlctlarn ntesjicl itLt .yelatnu-lamcnv-a.
Maksudnya ayat
ini
ialah. baliwa anggota-
anggota badan manusia menjadi saksi terhadap
pekerjaan yang telair mereka lakukan seperti
tersebut dalant surat Nur avat 24.
hidupnya, sesuai dengan tahapan dalant
keyakinannya, nilai-nilai kebaikan dan
kesempurnaan akan selalu menjadi tujuan
utama dalam kehidupan, namun tergantung
seberapa besar pequangan intemal seseorang
untuk ruencapainya.
lmplikasi bagi Manajemen dalam upayn
meningkatkan kinerja Organisasi
Pandangan Islam mengenai tingkatan
motivasi terlinggi adalah lahap Mriuntuinntt,
jelas bukan merupakan tingkatan teraldiir,
melainkau sebagai bentuk perjuangan tanpzr
akhir lnenuju kesempurnaan dan pintu
gerbang dari kemungkinan yang tak terbatas.
Tirtayasa
Ekonomika,
Voiume 7. No. 2, Oklober
Peningkatan (grovth) dalam pencapaian nilai
religius merupakan hal yang dicari pada tahap
ini, tidak
dipengaruhi oleh pemenuhan
kebutuhan yang lainnya, jelas pandangan ini
tidak sejalan dengan pandangan hirarki
Marslow. Sehingga dibutuhkan pendekatan
yang sama sekali berbeda dari pandangan
hirarki Marslow, dalam hal memotivasi
karyawan. Dibutuhkan pendekatan psikologis
dalarn memahami tingkatan motivasi yang
didasari oleh nilai-nilai religius Islami,
sehingga para manajer dapat menentukan
strategi yang tepat disetiap tingkatan motivasi,
dapat drjelaskan rnelalui tabel berikrit:
Tabel 1 (Lampiran)
Di level peflama (Sawala), seseorang
termotivasi oleh ajakan untuk terlibat dalam
godaan clen-ri kepuasan pribadinya.
Konsekuensi dari tindakannya tidak
dipikirkan dan tujuan dari tindakannya
biasanya untuk memaksimalkan kepuasan
pribadinya. Individu pada tahap ini melihat
dunia dari satu perspektif yang sangat serlpit
dan percaya bahr,va kesenangan dan kepuasan
mereka merupakan tr.tjuan hidup di dunia dan
harus dilanjutkan secara tents menerus tanpa
memikirkan konsekuensinya. Kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan
material
rneniadi rnotivator prirner (Tabel 2), terkadang
tanpa meiibatkan aspek intclektual
dan
spiritual. Strategi Managerial harus dirancang
untuk meningkatkan kinerja rlelalui insentif
yang memuaskan kebutuhan karyarvan pada
tahap ini, mencakup moneter melalui
kenaikan gaji dan bonus. Para manajer, harus
membuat parameter daiarn
menangani
karyawan pada tahap ini, karena biasanya
karyawan akan menemukan kesulitan dalarn
bekerja jika kebutuhan dan kepuasan rnereka
tidak dapat tercapai rnelalui pekerjaannya saat
ini.
Tabel2 (Lampiran)
Di level kedua (Amn-rara), seseorang
temrotivasi oleh himbauan atau ajakan
rnelakukau sesuatll, r.valaupun terdapat
konsekuensi yang tidak disukai atau mungkin
dapat ntenirrbuikan ketidaknyarnanan
terhadap orang lainnya. Tidak seperli tahap
sebelumnva, individu pada tahap ini adalah
2012,
i 83-331
ISSN: 0216-5236
sadar bahwa mereka tidak terpisah dari orang
lain dan bahwa mereka harus bekerja dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, mereka
biasanya
memanipulasi keadaan dan kejadian untuk
mencapai tujuan. Kebutuhan Psikoiogis,
fisiologis, dan kebutuhan materi menjadi
prioritas utama daiam kalkulasi strategis dan
taktis karyawan tahap ini. Para manajer harus
mernberikan penghargaan dan insentif dalam
konteks pencapaian karier individu. Pada
tahap ini, para manajer tidak tidak boleh
meremelrkan (underestintute) potensi yang
dimiliki karyarvan, guna mengembangkan dan
rnendayagunakan potensi yang ada dalam diri
karyalvan sehingga tujuan oerganisasi dapat
tercapai secara optimal. Menciptakan settilg
pekeriaan dimana individu pada tahap ini
merasakan bahwa mereka mempunyai
kesernpatan nntuk rnemenuhi kebutuhan
mereka dengan melakukan pekerjaannya.
Dr level ketiga (Larvama), seseorang
karyawan menyadari nanfaat dari perubahan
terjadi, namun masih dipengaruhi
oleh
kernginan-keinginan pribadi. Dengan begitu,
orang pada tahap ini sadar akan tindakan dan
konsekuensi mereka yang akan mereka
terima. Meskipun dernikian.
kebutuhan
spiritual belurn seluruhnya drterima clan
dilaksanakan oleh karyawan. Para manajer
hams memaitami bahu,a karlrawan pada tahap
ini merupakan representasi dari pekerja 1,ane
sadar akan pemenuhan kebutuhan pribadi
mereka yang terkait erat dengan kepentingan
organisasi dan pekerjaanya. Dimensi Spiritual
dari pekerjaan dibutuhkan, oleh karenanva.
harus clipadukan dengan program-prosram
pengembangan motivasi yang berrnanfaat
untuk pengembaugan diri karyawan sefia
untuk pengLlatan motivasi dan komitn-rent
terhadap organisasi.
Level Keerlpat
(lulutctntainna)
merepresentasikan kesentpurrraan dan
kebahagiaan dalarl meiakukan satu pekerjaan
sefia pencapaian tujuan. Spiritual dan
kebutuhan mental rnemperkuat upaya rnencari
kesempumaan sefia actualisasi melayani
kornunilas serta or-ganisasi. disela-sela
pernennhan kebutuhannya.
Karyarvan pacla tahap Mututttuinnu
br.rkanlah orang yang mencari kekuasaan.
mereka kencen-rng ntenedma kenyarlanan
serta kebanggaan dari kebanggan refleksi c'lili.
I^^-
Lrcll-\''.rAl1l K-3 i -U)
Tirtayasa
EkonOmika, Volr-"
7, No. 2, Oktober
keterlibatan, dan kreativitas dalam pekerjaan.
Hal ini adalah merupakan keunikan tersendiri
bagi manajer, namun juga suatu yang sangat
menantang. Secara tradisional, para manajer
tidak mempunyai masalah dengan karyawan
yang sebagaian besar masih didorong oleh
motivasi rnaterilistis (fisik), keuasaan dan
kepentingan probadi. Oleh karena itu, fokus
strategi yang diterapkan manajemen hanya
pada memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kinerja. Karyawan pada tahap
Mutumoinnu menunjukkan situasi yang
seimbang dan berusaha menjaga harmoni
antara hak dan kewajiban, diri sendiri dengan
orang lain, kebutuhan alamiah dan kebutuhan
materi. karyarvan ruutamainttct percaya bahwa
terclapat keterkaitan antara personal grorvth.
melakukan kebaikan, dan melayani
masyarakat.
Dorongan intrinsik atau spiritulitas
karyarvan akan lebih kuat dibandingkan
dengan faktor ekstemal, mendorong mereka
untuk selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan
)'ang lnernpunyai bobot sosial dan nilai-nilai
religius yang tinggi. Oleh karenanya para
2012,
i 83-33
1
ISSN: 0216-5236
dorongan yang rnenciptakan tindakan dan
perilaku rnanusia, dan perilaku manusia tidak
terlepas dari nilai-nilai religius yang
dianutnya, sehingga Islam memberikan
kontribusi penting daiam memahami motivasi
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pada tairapan ntutcunainna mencerminkan
keseimbangan antara semua kebutuhan
manusia, serta memiliki implikasi yang besar
terhadap struktur organisasi dan praktek
manajemen sumber daya manusia dalanr
upaya mencapai kinerja organisasi yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. A. (2005). Islttmic Perspective.s
Manttgemenl
on
ancl
Organizcttion.
Ed"vard Elgar, Cheltenham.
Ali, A. J. (2009), Let,els of' existence ontl
nrotit,ution in IslanL Journal o./
Munugernent History, Vo1. 15
No.
1,
2009. pp. 50-6-s
Ali, I. (1989), Nah.jul Balagah, Dnr
Alkirab
Al-Lubnani, Beirut (trans. and edited by
F. Ebeid).
rranajer harus memahami kebutuhan
karyawan dengan cara mernfasilitasi
Garcia-Zartror.
kebutuhan mereka dan menjadi pelayan bagi
masyarakat, sehingga karyawan akan merasa
perfcnnance", Public Administration
Review, Vol. 63 No. 3, pp. 355-63.
Ibn Klraldun, A-R. (1989), The Mogatlrlinutlt,
Princeton University Press, Princeton,
NJ (trans. By Franz Rosenthal and
terpuaskan dalarn setiap pekerlaan yang
merniliki nilai manfaat yang tinggi bagi
lingkr"rngannya. Faktanya. manajer perlu
menyesuaikan pola majerial dengan kondisi
karyarvan dengan mempefiimbangkan aspek
politik, budaya, ekonomi dan aspek ekologi
yang memiliki pengaruh teriradap tenaga ke4a
dan kinerja organisasi.
J.C. (2003). ''\4/orkpluce
spiritrurlitl,* and orgonizotiotiol
edited by N.J. Dawood).
Ikhrvan-us-Safa ( 1 999), Le tte r s of I l;ltv,,crtt-tr.s -
Sufu,Yol. 1, Dar Sader, Beirut.
Kinni, T. (2003), "Faith at work", Across the
Board, November/December, pp. 1520.
D.
(1994), "Spirirualitl; and
tingkatan rnotivasi dalam perpektif Islam yang
digagas sejak abacl pefiengahan, merupakan
spiritualiQ
in the workplace", Sloan
pernaharnan yallg sama sekali berbeda dengan
pemikiran yang selarla ini digunakan dalarn
konteks psikologi rnanusia dan manajemen
92.
IflJSIMPULAN DAN SARAN
Makalah ini berusaha menjelaskan
din-ierrsi lain dari motivasi karyawan yang
didorong oleh faktor religius karyawan,
organisasi. Motivast rnempakan
sebuah
McCormrck,
managemenl ", Joumal of Managerial
Psychology, Vol. 9 No. 6, pp. 5-8.
Mitroff, I. and Denton, E. (1999), ",1 ,shrcllt o.f
Management Review, Surnmer, pp. 83-
Tirlayasa
Ekonomika, vorr,-"
7, No. 2, oktober
2012.
1g3-33i
ISSN: 0216-5236
LAMPIRAN
Tabel I
Tingkat Perkembangan dan Motivasi Manusia
Area
Sawala
sistempengendalian Sistempenghargaan KesempatanTumbuh
Menekankan pada
akuntabilitas, focus
pada keterkaian antara
kiner.la dan
penghargaan materi,
Penghargaan ekonomis
dan insentif individu;
menitik beratkan pada
hukuman
Peningkatan dan
pengembangan diri
sangat tergantung
kinerla dan berdasarkan
petunjuk organisasi
dan jelas
rnengidentifikasi dan
menegakkan aturan dait
standar
Amorct
Lqwam0
Menghubungkan
penghargan dengan
Pengirargaan ekonomis
yang berbasis pada
kinerja pribadi dan
menyoroti batas-batas
perilaku yang dapat
diterima
pencapaian individu
untuk rnencapai tujuan
organisasi
Memungkinkan
bawahan untuk
beroarlisipasi dalam
Penghargaar-r intrinsic
Memungkinkan
dan ekstinsik yang
memperhatikan pada
menetapkan standar
kinerja diakui secara
dan tujuan dan
kerjasama dalan-r grup
atau bekerja dengan
orang lain untuk
umum dan diapresaiasi
kebutuhan yang
memenuhi standar
organisasi
Peningkatan dan
pengerlbangan diri
memungkinkan jika
tujuan dan sasar-an
organisasi terlihat.
mengembarr,skan diri
dan bekerja untuk
organisasi serta
menuniukkan
kepedulian pada
pengembangan
karyawannya.
Fleksibel dan kontrol
individu
Mutcrmuinna
Penghargaan berasal
dari kontrol pribadi
atas pekerjaan mereka
dan pemenuhan
misinya; Penghargaan
intrinsic merupakan
factor motivasi yang
Mengkomunikasikan
kondisi saat dan
kemungkinan peluang
yang dapat memperkuat
keeratan antara grup,
masyarakat dan
organisasi.
kuat.
Sumber : Ali, A. J. (2009)
Gerry Ganiku l,e.Al
Tirtayasa
Ekonomika,
Vol
r*"
7, No.
2, Oktober 2072, 183-331
ISSN: 021,6-5236
Tabel2
Tingkatan Eksistensi dan Kebutuhan Manusia
Tingkatan eksitensi
Dorongan kebutuhan
Sawala
Fisiologis dan materialistis
Amara
Fisiologis, materialistis, dan psikologis
Lawama
Fisiologis, materialistis, psikologis, intelektialitas dan sedikit
dorongan spiritualitas
Mutamuinnu
Semua kebutuhan dengan menekankan pada aspek-aspek
kebutuhan spiritualitas
Sumber : Ali, A. J. (2009)
l3ij i
rit?ci;r'rt';i iiiir:4,,it'iiutrliltt.t Is!tini dit!cw i.iit:;r'iiliiillton Kincriti. Org;tniscisit,ri;i
ORGANISASIONAL
Gerry Ganika
Fakultas Ekonomi
Universitas Suitan Ageng Tirtayasa
gega€ gmail.com
-
Abstract
This paper aims to explore the potential relationship beh,yeen motivution and spiritual values oJ
Islant in the context qf the organizcrtion. Religion is a.factor inforning tltepersonalit.l; and behcniot', so it
is no exctggercrtion thut the spit'ituali1, also crs a subject in the sttrcl1,, of operutions tilonogement ond
organizcttional behavior. Study of molit'cttion based on Islantic spit'itual perspectiye is necess{ult in ot'tler
toJind a bolance and the cletelctpntent of theories of ntotit'ution eristittg. Motit,tttion in Islom per"fbctit'e
composecl o.f .four levels: (l) Sutrulu is ct physiolc.tgical and ntatet'ial moti\'otiotl-itltptis, (2) Arncu'ct i,s
physiolofrral, psycltologicul und ntateriql nrcttitution-intpul.s, (3) Lcnvcutta is ph.t'.siologicul, matet"ictl,
p$)chologic(rl and intellectual antl inrolre a bit o.f spiritucllty, (1) t\,Iut(tntoino is the enc'oLrrugement of'oll
the neerl.s basetl on tlte vtlue ol's1tit'itttulitt'os the primctn'bo,sis. The leyel of'moti'ation in the ptrspectit't,
of l-slunt thut began in the Micklle Ages are a cctntpletely tlilferent unclet'srantling o/ thoughts that htn'e
been usecl in lhe contert of huntun pq,chc.tlogt: untl orgonizational nranogenrcnt. L\luilt thu,s ntolies on
intportant conttibuticlt to Lntlerstuntling the ntotiycttiotl oJ'entplo.1'ee5 in rloing theit jobs. At the .stctge
tllLLtcoltlinno reflec't.s u hortton.t: beltveen oll hunran neecls, and hus naiot' intplic:ation.; /br the
orguni:ationctl struclure and operatiotl munctgemenl prLlclice.\ und behatiot'ul in orrlct' to achieye the
orgctn izatio n's p erfbrm
u n c e.
Keyx,orls: Motit,cttion, Islomic spit'itualitr, htmtan
neecls, orgonizcttional pet'fbt'ntunca, organizcrtiorutl
behuvior.
PENDAHI]I,UAN
Exellence Orgonizatioiz didukung oleh
tiga piiar utama yailtt sLntber do'y,tr trtonr.rsiu,
proses dan teknologl. Sumber daya manusia
sebagai salah satlr pilar pemsahaan patut
mendapatkan perhatian dan lranajeixen.
Faktor sumber daya manusia dipengaruhi
banyak aspek, di Indonesia dan kebanyakan
negara asia, aspek kultural menjadi bahasan
yang tidak pemah akan habis diperbincangkan
dalam konteks perilaku organisasi. Kultur
telah menjadi faktor penentu dalam struktur
organisasi sebuah perusahaan, kuitur menjadi
aspek pembentuk kepribadian manusia, dan
kultur terkait erat dengan keyakinan (foith)
seseorang. Keyakinan seseorang rnerupakan
refleksi dari nilai religius yang diterjemahkan
dalam kaidah-kaiclah beragama seseorang
yang pada akhirnya menjadi niiai-nlai
kehrdupan dan pedoman dalam berperilaku.
Beberapa tahun terakhir, tulisan yang
mengupas keterkaitan antara spirrtualitas di
tempat kerla dan keyakinan serla pekerjaan
semakin banyak dan menarik untuk disimak
(MitrofT and Dentorr, 1999; Weston, 2002).
Dalarn beberapa tulisan, istilah spritualitas
seringkali n)uncul dan dipersamakan dengan
agama dan keyakinar (Benefiel, 2C03; Reiner,
2007), penggunaan rstilah spiritualrtas lebih
tepat dikaitkan dengan nrlai-nilai intnnsik dari
suaiu agama, seperti yang diungkapkan oleh
McComick, 1994, sehingga tidaklah sarna
antara spiritualitas dengan agama. OIeh
karenanya, agan-la harus menjadi bahan
rujukan dalarn rnenilai stimulus spirituaiitas
dalam menentukan pengaruhnya terhadap
praktek manajemen dan keorganisasian.
Dalam perkembangan praktek bisnis sampai
dengan saat ini, perusahaan besar sepefti Ford,
Texas lnstrument, dan Merrill Lynch
menunjukkan ketertarikannya dalam
di tentpat keqa
(Kinni, 2003), para karyawan pada
n-iengelola peran agana
hakekatnya mencari nilai-nilai kehidupan dan
spiritualitas dalam setiap pekerlaannya oleh
karenanya para rranajer rnemiliki peran
sentral dalam menentukan dan pencapaian
nilai tersebut sebagar upaya untuk memotivasi
dan memberikan inspirasi bagi karyawan.
Berbagai bahasan
mengenai
keterkaitan agama dan keorganisasian sndah
banyak diperbincangkan dan
bahkan
Tirtayasa
Ekonomika, Volr-"
7. No. 2, Oktober
20i2,
orong yang telah sampui kepatlanytt
lorangan dori Tuhannya, laltr tertts
berhenti (dari ruengtrmbil ribn)' moktt
baginya apa y(lng telah dicunbilnlta
clahulu (sebelum dcrtang larangan)"
clun urusannya (terset'ah) kepada
Atlah. Orcng Yang kentboli
(mengambil riba), ntaka orang ittr
ctclctlah penghtmi-penglruni nerttktt,'
mereka kekal di clalqiltttt'cr"' Q'S' Al
Bttqoroh. 2 275)
dipraktekan dalam kontek Christianitv dan
Judaism, namun kontribusi dari agama lain
khususnya Islam masih sangat kurang dibahas
dalam litelatur perilaku organisasi maupun
dalam konteks manajemetr surnber daya
manusia. Sejak Islarn muncul tahun 610-an
Masehi, lslam telah menawarkan alternatif
sudut pandang yang berbeda
walaupun
memiliki banyak elemen religius yang dapat
dipersamakan dengan pemahaan yang lain'
Pada awal perkernbangannya, orang-orang
Islam secara total mencurahkan prinsipprinsip agama dalam nilai praktek ekonorni,
.
manajemeu dan bisnis untuk menciptakan
nilai sosial dau ekollon-ii yang sesuai dengan
perspektif raligiusn.va. Islau ttlerupakan
agama yang banyak dianut di sebagaiarl besar
negara asia dan balikan
di
Indonesia
merupakan agalna ntayoritas, pertanyaannya
acialah bagaimatla nilai-nilai Islami
mempengaruhi motivasi seorang karyalvan
dan kinerja organisasi?, jika faktor sprrtualitas
n-renjadr detenliian dalarn motivasi nTaka
sinergi antara praktek matlajemen sut'nber
daya manusia cian strukur organisasi dengan
pemahaman religius akan mutlak diperlukan'
HASIL DAN PEMBAHASAN
Islam dan Kegiatan Ekonomi
Dalarn konteks Pekerjaan
dan
motivasi terclapat hubungan alltara kebutuhan
manusia
ISSN: 0216-5236
183-331
dan kegiatan ekonomi sefia
keinginan uutuk met'nbeutttk masyarakat yang
clamai. Secara khusus Rasulullah N4uhamnlad
Demikian juga,
Rasulullair
Muhamtnad dalam kllotbahnya metlekatlkan
bahwa clalan-r perdagangan bukan hanya
ditujukan utttuk memajukan masyarakat saja,
namun diperlukan nilai-ni1ai tr-ioral clalau-t
perdagangan dali pekerjaan, seper-ti )/allg
Itnarn Ali (598-661 M) ''Aku
ciikutip
perintahkan pacla kalian untuk berdagang, dan
menjelajahi muka buni sebagai pelayan Allah
SWT." Bahkan beberapa clekade ketnttcliart'
Orang Islam melakukan peke4aan dan
kegiatan usahanya dengan cara-cara
terhonnat. Sebagai contolt,
Ibn
Khaldun
(1989), sarjana sosiologi Arab
abad
peitengahan, berargumentasi bairu'a kegiatan
brsnis mempunyai empat tujuan utama yaitu:
metnberikan fasilitus unfitk sulittg
bekerjasurua (kooperasi) tlan soling
mentohomi, merut'ruskut
kebutulton
nrtsvorcrkttt, nteningliutkan kektn'uort
penganrh,
ketid
ak ad
i I cm
sert{1
dun
menolak
/k e ctr ra n gct rt.
Istilah bekerjasama Pada
memberi contoh clengatl urenjadi seorang
wirausahawan dan meietakan dasar-dasar
zarnall
tersebut dapat diartikan sebagai manajemen
kehidupan
keorganisasian dalam
beragatnanya, hal ini uenegaskau bahwa
sebagai upaya menggatlbarkan faktor utama
"pekerjaan adalah ibadah religiLrs'' dan
''kesemprtrnaatr dari peke{aan adalah sattt
tugas religius". Sebagairllana dinyatalian
daianr Quran (.2:275).
''
Ot'nng-orctng y[ttlg
ntukan
(mengcmbil) riba tidtk dtt;tot bertliri
ntelttinhctn seperli be rdirirtvu ot'ctt1g
\t(tt1g kenuLsLrktttt sltttiltttt lantut'trtt
(tel;cutcut) penyal;it gilo. Kecttlaan
merekrt yang demikiun itLr, otlultth
disebabhan tnereka
berkattr
(berltendctput), sesttttgguhnttct iual
beli itLr sttrnu tlcrtgttrt t'ibtt, putlultal
Atlah telah menghulttlkurt iuul l:eli
tlun menghrtt'rtntkutr rilt't Ot''rng-
dan perilaku keorganisasian dimasa kini,
dalam perdagangan dan pekerjaan. Mereka
menuniukkan keterkaitail antara perdagangan
dan manufaktur untuk pemenuhan flsik'
psikologis, sosial, dan tujuan-tuiuan spintual'
Ikhrvan-us-Safa (1999) mengungkapkan
pentingnya pekerjaan. sebagairnana tnereka
menguraikan alasan untuk tlelaksanakatl
kegiatarr usaha: pengLtroilgan keniskincrn;
rnentcttit,usi orong tuttuk menjodi persisten
clan melibntkan l;reoti-liras clulum satu pro.lbsi:
nrunttsiu dengttn
buik, ide-idc
perl:ttutort
tkLtt
bennctrrf ttctt,
ntencuptri
bertonggtrttgi(t\\'Ltl); clttn
rnelengkapi f itt'ct
pengetcrhutttt, kebitt-sttctn
keseloruuttttt religiLrs. Lebih lanjut, Ikhwan-
Tirtayasa
Ekonomika, Volr-"
7, No.
2, Oktober 2012, 1g3-331
us-Safa (1999) menekankan pemikiran bahi.va
pekerjaan apapun jika dikerjakan secara benar
dan terhormat akan dianggap sebagai amal
ibadah yang disukai Allah SWT. Sejalan
dengan itu, Rasulullah mernerintahkan untuk
memberikan kemudahan dan tidak menakutnakuti orang dengan urusannya, hadist rirvayat
Abu Musa ra., ia berkata: "Ketika Rasr-rlullah
saw. mengutus salah seorang sahabatnya
untuk melaksanakan suatu urusan, beliau akan
bersabda: Sampaikanlah kabar gembira dan
janganlah menakut-nakuti serla pennudairlah
dan janganlah mernpersulit." (Shahih Muslinr
No.3262) dan juga diriwayatkan Anas bin
Malik ra.. ia berkata: ''Rasulullalr sar,,. penrah
bersabda: Permudahlah dan
jan-uan
mernpersulit dan jadikan suasana yang
tenteram jangan menakut-nakr:ti." (Shahih
Muslirn No.3264)
Islam dan Kebutuhan Nlanusia
Manusia dalam perspektif
Islam
rnemiliki dua dimensi yag saling berinteraksi.
yaitu Cimen.si .fisili dan clinten.ti non-fi.sik
(ruhaniyoh). Dimensi .fsik berkaitan dengan
wujud manusia sebagai material dan asal rnula
penciptaannya
(dari lernpung),
sesuai
- lempung - dapat berubah bentr-rk
sesuai dengan keinginan dan bahkan dipaksa
untuk mengil.:uti perubahan dan senantiasa
wuiudnya
terus bergerak (dinamis). sefia
dimensi
ruhtmiyoh yang menuntun manusia r.nemahan.ri
kebaikan dan keburukan yang tercennin dari
nilai-niiai religius sebagai representasi dari
keberadaan Tuhan itu sendiri. kedua dintensi
ISSN: 0216-5236
dari kebutuhan dasar manusia: fisiologis,
ntateri, psikologis, spiritual don ntental atou
intelektual (Al-Jasmani, 1996; Glaachi, 2000;
Nusair, 1983; Shariatt, 1979 dalarn Ali, 2009)"
Dua kategori pertama sebagian
besar
berhubungan dengan sifat lernpung atau fisik
sebagai bagian dari sifat dasar manusia. Tiga
kategori terakhir diperoleh dari bagian
dan spiritual sefta kebebasan
dalarn berlikir yang Tuhan benkan khusus
pengetahuan
kepada manusia sebagi makirluk
yang
digarrbarkan sebagai rnakhluk Tuhan yang
pahng sempurna.
Kebutuhan Fisiologis n-reliputi
rlakanan dan tempat perlindungan.
Kebutuhan Psikologis berkaitan erat clengan
en-rosi, sepefii cinta/kasih sayang, rasa
rrerniliki dan dimiliki. ketakutan, dan
pengamh terhadap ol'ang lain. Kebutuhan
Spiritual rnerrrfoknskan pada "keyakinau".
harmoni. kepercayaan dan tujuan clalanr
hidr"rp. Kebutuhan spiritLral rnerepresentasikan
suatu perangkat multidintensi untuk
lnernbantn menyerap rasa lrustrasi, krisis,
kegagalan, keputus-asaan dan seterusnya yang
secara teori diharapkan c'lapat rnenjadi
penyeirnbang antara kebutuhan-kebuiuhan
yang rnelingkupi ntanusia. Metal
ataLt
intelektualitas berkaitan dengan poteusi
mengenbangan
diri,
memaksinialkan
kor-rtribusi yang diharapkan. peutbela-jaran
sefla pengelnbangan diri tanpa henti.
Ketnampuau dalam rlencari
keseimbangan antara kebntuhan tersebni
tnerupakan sebuah tantangan religius. Setrrans
tersebut menciptakan evolusi terhadap rnanusia
nrenuju pencapaian yang hakiki (surga) yang
muslim diperintahkan rintuk mencarr
kekayaan sebagai alat per.nenuhan
kemudian membentuk budi pekerli luhur clalarn
kehidupan di dunia.
Islam memandang kebutuhan manusia
tidaklah sesederhana seperli yang dikernukakan
oleh Marslow, kebutuhan manusia rnerupakan
hasil sistesis manusia yang kompleks terliadap
kebutuhannya dan berbagi dengau sesarra. ha1
ini menjadi manifestasi pemenuhan kebutuhan
flsik dan non-flsik.
Tuhan rnenciptakan rnanusia dari bahan
pemenuhan kebutuhan
bersifat fisik (iempung) dan rnenghidupkanuva
dengan roh (non-lisik), men-rberikarmya nilainilai kepercayaat (trust) sebagai representasi
keinginan uutuk bebas (kebebasan). clan
pengetahuan sebagai representasi clari
perraharlan terhadap alatn sernesta beserta
isinya. Oleh karenanl,a" beberapa ihlruu'an
Islam menyin-rpulkan bahwa ada lirna katesol-r
sosial seperli yang termaktub dalam Quran
(28:11)
"Dan corilcrh ltudo optt .ttung telalr
ditutugcrohkun Allcth kepatlonLt
(kebtthugiaan) negeri alrhirot, don
ungctnluh kumu
bolragiunnut dari
melupukon
(lcetikmcttun)
duniawi clun berbuot bailcloh (kepudu
orong loin) ,sebugaimonu Alloh telalt
f
berbuut buili, kepctdunttr,
tlctn
jungonlolt kcun'u berbuut kerusaliun tli
(ntukQ buni.,\esttnggullt.t,a tlllolr
liluk tne nyuktti ot'ong-ot'(utg .yot1c
Cierry'Ganika
I ZSt
I
Tirtayasa
Ekonomika, Volrrr"
7, No. 2, Oktober
berbuat kerusakan.." @.S.Al
Qashash, 2B:77)
Islam mengajarkan pengendalian antar dua
kekuatan yang saling mempengaruhi yaitu
kekuatan internal dan eksternal yang
membentuk kebutuhan tnanusia, kekuatan
2012,
183-331
ISSN : 0216-5236
peritimbangan alternatif yang manusiawi dan
beradab (AIi,2005).
Tingkat Motivasi dalam Spiritualitas Islam
Maslow dan Alderfer ahli psikologi
manusia dengan perspektif
merniliki beberapa persamaan
seseorang merupakan detemrinan peftatuntran
sekulamya
pandangan
dengan perspektif Islam mengenai kebutuhan
manusia. Senada dengan Marslow, teori dari
Alderfer membagi kebutuhan manusia
berdasarkan tingkatan kebutuhan yang terdiri
dari existence (E), relutedness (R) dart grcttrtlt
(G) atau sering disebut dengan ERG tlteory: of
rtrotit,nlions. Pefiama, existence needs dapat
berupa kebutuhan akan makanan, udara. air,
dua kekuatan tersebut, seperti
upal-i, kodisi
internal direpresentasikan oleh
dorongan
dan dorongan dari luar merupakau
dalam diri
bagian darr social obligation yang sejalan
dengan ajaran Islam. Meskipun demikian,
Islarn menempatkan inteleknnlitcts dan
kebtttuhan spiritualitas secara unik, hal ini
dikarenakan intelektuaiitas dan spritualitas
ditunjukan
clalam Quran (58:11):
" Hai orutng-orung beriruttn cLpobilct
dikcnakun kepoclomu: "Berlupurtg-
lapnngloh rlulam mttilis",
lapangkanlah niscttyct
rnokct
Alluh okctn
rneruberi kelopangun wttuktnt. Dun
apabila clikolttkan:
"Bertlirilalr
karnu", ntaka berdirilah,
niscaya
Allah akan meninggikun or(tilg-ot'(u1g
yang berintan cliontaramu tlan orlng'
orong yang cliberi ilnru pengetahuttn
beberapa dercjut. Dan Alluh Mohct
lulengetahui (tpa y(Lng kuntu
kerjakan." Q.S. Al tuhrjaadiluh,
sB 1 I)
kerja, atau dengan kata iairt
kebutuhan psiologis datr materialistis. Kedua,
reluledness neetl.s dapat berupak kebutuhan
akan hubungan sosial, dan pengakuan olelt
lingkungan, sefia hubungan interpesonal dan
ketiga, grott,th needs dapat tercennill dalarr
kebutuhan akan aktualisasi diri, meugutarakatl
pendapat, melakukan iral-hal kr-eatif dan
memberikan kontribusi dalam kegiatan sosial.
Teori ERG ini mensyaratkan e-,rb'le nce needs
menipakan kebutuhan yang harus dipemr.rhi
terlebih dahulu sehingga orang akan lebili
terdorong untuk uielakukarr aktifltas-aktifitas
yang dapat memenuhi kebutuhan irri,
kemudian akan berusaha untuk metnenul'ri
kebutuhan yang lainnya.
Perspektif Islam mengenai kebutuhan
Intelektualitas manusia ditasbihkan
rnenjadi katalisator dalam
petnenuhan
kebutuhan, dengan demikian Islarn dengan
fasih rnenyatakan bahwa intelektualitas
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
spiritualitas Islami, oleh karenanya Tuhan
akan memberikan tempat paling tinggi dan
mulia untuk orang-orang yang metnberikan
iimu yang bermanf'aat bagi orang lain
pefiumbuhan (growth) bagi rnasyarakat
(ummat). Kebutuhan spiritual merupakan
faktor yang kuat bagi seseorang yang rLntuk
menjaga diriinya agar tetap tenang dan
menjadi bagian dari lingkungan (sosial)
walaupun mereka tidak dapat tnemenuhi
kebutuhan fisiologis mereka. Selain itu.
intelektualitas rnembantu seseorang untuk
berlindak secara tegas dan jelas, lnerlbanttr
pemahaman yang mendalam, rlengurangi
keragu-raguan
dan
nrernberikan
menekankan pada konseptualisasi dari
pertumbuhan (grov'th) clan ket.nundnran
(regression) daiam diri manusia. afiinya
motivasi ditentukan oleh efek reaksi antara
kebutuhan fisik dengan kebutuhan religiusnya
sebagai variabel kontrol. Kebutuhan manltsia
dalarn persperktif Islam dibagi kedalarn empat
tingkatan yang didasari oleh perubahan terus-
rrenerus dan dinamisme yang terjacli, hal ini
didorong oleh pembentukan mental dan bakat
dalam Islarn yang cenderung mernberikan
kebebasan dalan-r meneutukan nilai-nilai
kebaikan bagi masing-masing pribadi.
Kebebasan dalarn menentukan nilai-nilai yang
dianggap baik terbentuk dari adaptasi nilai
keagamaan terhadap nrlai materialisme
dLrniawi dan dibatasi oleh kondisi sosial dan
ekonomis, pengetahuan, pengharapan dan
kesempatan tnasing-masing individu. Tahapan
dari kebutuhan clasar t'nanusia dijabarkan
Tirlayasa
EkOnomika, Volu*e
2, Oktober 2012, 183-33l
7, No.
dalam Quran (12: 53;75:2;89:27-30) sebagai
benkut:
"Dan aku tidak mentbebaskan cliriku
(dari
kesalahan),
sesungguhnya nafsu
itu
karena
selalu
menyuruh kepada keiahatan, kecuali
nq/iu yang diberi rahmat
oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Mnha Pengampun lagi Maha
Penyanttong. " Q.S. Yusu.f, I 2. 5 3)
"..dan aku bersuttpah dengcnt jht'a
yutlg antat
sentliri)t . (Q.5.
ntenyesoli
7 5.-
(clirinya
2)
"Hoi iiwa yailg tenqng, Kerubolilah
kepado Ttrhanmtr dengan hoti yang
pLros logi tliridhai-Nyu., Mokct
nrcrsuklah ke clalam jama'ah hcrmba-
harubo-Ku. masuklcth ke lalcnt
" (Q.5. Al Fair, 89. 27-3 0)
segenggam
dari .iejak rasu| laltt
aku
melemparkannya, dan demikianlah nafsuku
mentbujttkku." (Q.S.Thaahaa, 20 " 96).
Tahap Kedua :Ammuru (kecenderungan
untuk berbuat salah/j ahat)
Pada tahap ini seseorang sadar bahwa
dia melakukan hal-hal yang buruk, nanlun ia
tidak kuasa untuk menghindarinya, ia
membiarkan keinginan dan godaan rtu
menjadi bagian dari dirinya. Hal ini dijelaskan
dalam Quran dalam kisah Nabi Yusuf yang
digoda oleh istri Firaun, dan ia memfitnah
Yusuf supaya dirinya terhindar dari hukurnan
raja. Namun keirnanan Yr"rsuf
telah
hati wanita itu. yang akhimya
rnengakui kesalahannya dihadapan ra-ja,
bahwa ia telah berusaha menggoda Yusuf
men-rbukakan
untuk melakukan hal tidak senonoh.
.stttu"go-Ku
"Dort nku titlcrk ntentltebuskarr diriku
Mottvasi dalam persfektif
sesrutggulmyu nuf .stt
(dut'r
Islam
rnerupakan implikasi dari proses implemantrsi
ajaran agama. Dimulai dari dalam diri,
iirteraksi dengan individu yang lain sampai
pada hubungan dengan Tuhan dan menjadi
nilai-nilai religius yang tercermin dari akhlak
atau perilaku manusia. Ke-empat tahapan
motivasi daiam perspektif Islarn
diuraikan secara singkat bebagai berikut
akan
:
Tahap Pertama : Sawalu (godaan dalam
diri manusia)
Pada tingkatan iui. jiwa seseoratlg
hanya mau mengikuti keinginannya sendiri,
dan menjadikamrya jauh dari petunjuk Allah
SWT. Sebagaimana digarnbarkan dalam
cerita Nabi Musa A.S. serta berbagai kesuiitan
yang dihadapi akibat banyaknya
godaan
dalam din manusia, Samiri membuat pengikut
Musa menjadi orang yang tersesat (syirik)
dikaia Musa tidak ada. Ketika Musa meminta
Samiri untuk menjelaskan dan bertanya apa
yang telah kau perbuat, hai Samiri?, Sarniri
menjawab: "Aku mengetahui sesttcttu yung
ruerektr ticluk ntengetahuinv-o, ruaku uku ttrnbil
I
ISSN : 0216-5236
Maksudnya: Bila ia berbuat kebaikan ia juga
menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,
apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
kut'entt
kesuluhctn ),
itLr
selulLr
ntenyutit
kepucla kefohotutt, liecuali
nufw yzng diberi rqhruut oleh
Ttrhtrnku. Sesunggultnvu Tultttnl;u
Mctho Pengompwt logi Muhtr
Peil1'an.1'ct71g." (Q S )'u,sttf, 12.53)
Pada situasi ini, seseorang memiliki
kecenderungan dan bairkan melakukau
sesuatu diluar keinginamya. padahal ia tahu
bahwa hai tersebut adalah salali. Pada tahap
ini, orang tersebut biasanya mengakui
kesalahan jika dibawah tekanan atau pada saat
ia menyadari keadaan tidak lagi rrendukung
untuk tetap melakukan kesaiahan yang sama.
Mungkin, hal ini rnerupakan manif'estasi dari
kurangnya internalisasi nilai-niiai religius.
nalnun seseorang akan belajar dari
kesalahannya dan diharapkan tidak
rnengulangi kesalahan yang sama. Adanya
- Yang dimaksud
dengan .iejak rasLl di sini ialah
ajaran-ajarannya. Menumt laliam ini Samiri
mengambil sebagian dari ajaran-ajaran Musa
kerrrtrdian dilenrparkannya tjarair-a.jararr
inr
sehingga dia menjadi sesat. Menurut sebahagian
ahli tafsir yang dimaksud dengan Tejult rasul ialah
jejak telapak kuda Jibril a.s. Aninya Samiri
melrgambil segurnpal tanah dari jejak itu lalu
dilemparkannya
ke dalarn logam yang
dihancurkan sehir.rgga losam
sedang
itu berbentuk anak
sapi yang mengeluarkan suara.
Gci'ry Ganika I ZS:
Tirlayasa
EkOnOmika, Vol.,rn"
7, No. 2, Oktober
kesadaran akan konsekuensi dari tindakan
yang melanggar nilai-nilai religius merupakan
tahap yang melibatkan dorongan akan
pencapain kebutuhan dalam dimensi
ruhaniyah, pendekatan dalam tahap ini dalah
untuk
menutupi/mengurangi
dibutulikan kebij
godaan
aksaan aan/ s e lf- con tr o I .
Tahap Ketiga : Lawuma (membatasi diri)
Pada tahap ini, seseorang menyadari
akan adanya setan, terjadi
sebuah
pefientangan antara kebaikan dan kejahatan
(setan) untuk mencapai keselamatan. Dalam
Quran surat ke 15 : 2 dan 15 : 14-15
dijelaskan terjadi pefientangan dalam cliri
tlanusia. "..clcrt akrr bersuntpah clengan jitrcr
.yung oillul nrenyesoli (dirin1,u sentliri)i. "
(Q.5. i5 2), "Bahkart t)tLtutsiu ittt ntettjocli
soksi cttus tlirinycr senclirit, rueskipt,rn dio
nrcngenttrkctkun ulascut-ulasann1,a." (Q.5. Al
183-331
ISSN: 0216-5236
hal ini menciptakan
perjuangan intemal yang berkelanjutan dalarn
diri manusia.
jawabnya sendiri,
Tahap Keempat : Mutamaiwra (saleh /adil)
Titik terlinggi dalam
menutupi kekurangan dengan toleransi dan
hukuman yang befiujuan untuk perbaikan atau
2012,
proses
pembangunan manusia adalah tahap
Mutantainna. Pada tingkatan ini, pikiran
manusia telah selaras dengan kebajikan
dengan sempurxa dan seseorang merasakan
kepuasan sefia perwujudan dari pencapaiarr
diri dengan mendekatkan dirinya pada nilainilai relrgius. Quran (89:27 -28), mengatakan.
"Hai .iiwct yong tenong", "Kernbulilah kepudu
Ttthunruu clengan hati yang puus logi
diritlhai-Jth;o. " (Q.5. Al Fo.jr, 89:27-28). Jiv.a
yang dirnaksudkan tersebut adalah jiu a
seseorang yang selalu lnerasa dirinya
terpuaskan clalam bentuk sy,ukur dalaur
berbagai keadaan, baik keadaan ,vang serba
berkecukupalt atau kekurangan. sejahtera atau
diperbolehkan.
dalam konclisi sehat maupun sakit. Dimana
tidak ada lagi perasaan ragu-ragu. takut atau
gelisah selama berada Calarn jalan yang benar
rniskin. dilarang ataupun
Qi v"{tatnuh, 75:14-I 5)
Oleh karennya, dalam tahap Lawama
ini. keinginan seseorang untuk menjadi lebih
baik dan rnenjauhi hal-hal yang buruk dalarn
usaha mela\van pengamh setan lebili besar
-
Islam, kebaikan dan keburukan seseorang
menjadi nilai individuai, sepefii tercanruln
seslrai dengan nilai-nilai religiusnya. Pada
lahap Mutamainna, seseorang akan rrerasa
ikut bertanggunpgawab dan menjadi rnanusia
yang senantiasa terkait dengan manusia
dalan-r Quran (9:108)
lainnya. tercennin
cian secara nyata disadari. Dalam keyakinan
kegiatan-kegitan
intelektual serla keterlibatan sosial untuk
mencapai kesernpurnaan serta perueuuhan
Sesungguh-nyu mesjicl yong didirikan
spintualnya.
utus dttsur toqv,a (ntesiid
Quba),
sejak hari pertail'ta udaluh lebih purut
Dari keempat tahap motivasi diatas
mencerminkan nilai-nilai individual clan
dalcunnltcr ruesjid ittt otla orang-orong
perilakunya, serta seseorang sadar akan setiap
tindakannya disetiap tahapan. Dalan-r Islan-t
seseorang bebas menentukan arah tujuan
kttnru sholctt di clalurnnyu. Di
yong ingin ntentbersihkan cliri. Dan
sesunggtrhnya Ailah ntenyukai orongorang yang bersilt. (Q.5. At-Tuubah
,
9.I 0B)
Sehingga siapa berbuat kesalahan
maka kesalahan itu menjadi tanggtuig
3 Maksudr.rya:
Bila ia berbuat kebaikan ia juga
menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,
apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
a
dari
".Iattguttloh kantu bersentbalryatts
tlctlarn ntesjicl itLt .yelatnu-lamcnv-a.
Maksudnya ayat
ini
ialah. baliwa anggota-
anggota badan manusia menjadi saksi terhadap
pekerjaan yang telair mereka lakukan seperti
tersebut dalant surat Nur avat 24.
hidupnya, sesuai dengan tahapan dalant
keyakinannya, nilai-nilai kebaikan dan
kesempurnaan akan selalu menjadi tujuan
utama dalam kehidupan, namun tergantung
seberapa besar pequangan intemal seseorang
untuk ruencapainya.
lmplikasi bagi Manajemen dalam upayn
meningkatkan kinerja Organisasi
Pandangan Islam mengenai tingkatan
motivasi terlinggi adalah lahap Mriuntuinntt,
jelas bukan merupakan tingkatan teraldiir,
melainkau sebagai bentuk perjuangan tanpzr
akhir lnenuju kesempurnaan dan pintu
gerbang dari kemungkinan yang tak terbatas.
Tirtayasa
Ekonomika,
Voiume 7. No. 2, Oklober
Peningkatan (grovth) dalam pencapaian nilai
religius merupakan hal yang dicari pada tahap
ini, tidak
dipengaruhi oleh pemenuhan
kebutuhan yang lainnya, jelas pandangan ini
tidak sejalan dengan pandangan hirarki
Marslow. Sehingga dibutuhkan pendekatan
yang sama sekali berbeda dari pandangan
hirarki Marslow, dalam hal memotivasi
karyawan. Dibutuhkan pendekatan psikologis
dalarn memahami tingkatan motivasi yang
didasari oleh nilai-nilai religius Islami,
sehingga para manajer dapat menentukan
strategi yang tepat disetiap tingkatan motivasi,
dapat drjelaskan rnelalui tabel berikrit:
Tabel 1 (Lampiran)
Di level peflama (Sawala), seseorang
termotivasi oleh ajakan untuk terlibat dalam
godaan clen-ri kepuasan pribadinya.
Konsekuensi dari tindakannya tidak
dipikirkan dan tujuan dari tindakannya
biasanya untuk memaksimalkan kepuasan
pribadinya. Individu pada tahap ini melihat
dunia dari satu perspektif yang sangat serlpit
dan percaya bahr,va kesenangan dan kepuasan
mereka merupakan tr.tjuan hidup di dunia dan
harus dilanjutkan secara tents menerus tanpa
memikirkan konsekuensinya. Kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan
material
rneniadi rnotivator prirner (Tabel 2), terkadang
tanpa meiibatkan aspek intclektual
dan
spiritual. Strategi Managerial harus dirancang
untuk meningkatkan kinerja rlelalui insentif
yang memuaskan kebutuhan karyarvan pada
tahap ini, mencakup moneter melalui
kenaikan gaji dan bonus. Para manajer, harus
membuat parameter daiarn
menangani
karyawan pada tahap ini, karena biasanya
karyawan akan menemukan kesulitan dalarn
bekerja jika kebutuhan dan kepuasan rnereka
tidak dapat tercapai rnelalui pekerjaannya saat
ini.
Tabel2 (Lampiran)
Di level kedua (Amn-rara), seseorang
temrotivasi oleh himbauan atau ajakan
rnelakukau sesuatll, r.valaupun terdapat
konsekuensi yang tidak disukai atau mungkin
dapat ntenirrbuikan ketidaknyarnanan
terhadap orang lainnya. Tidak seperli tahap
sebelumnva, individu pada tahap ini adalah
2012,
i 83-331
ISSN: 0216-5236
sadar bahwa mereka tidak terpisah dari orang
lain dan bahwa mereka harus bekerja dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, mereka
biasanya
memanipulasi keadaan dan kejadian untuk
mencapai tujuan. Kebutuhan Psikoiogis,
fisiologis, dan kebutuhan materi menjadi
prioritas utama daiam kalkulasi strategis dan
taktis karyawan tahap ini. Para manajer harus
mernberikan penghargaan dan insentif dalam
konteks pencapaian karier individu. Pada
tahap ini, para manajer tidak tidak boleh
meremelrkan (underestintute) potensi yang
dimiliki karyarvan, guna mengembangkan dan
rnendayagunakan potensi yang ada dalam diri
karyalvan sehingga tujuan oerganisasi dapat
tercapai secara optimal. Menciptakan settilg
pekeriaan dimana individu pada tahap ini
merasakan bahwa mereka mempunyai
kesernpatan nntuk rnemenuhi kebutuhan
mereka dengan melakukan pekerjaannya.
Dr level ketiga (Larvama), seseorang
karyawan menyadari nanfaat dari perubahan
terjadi, namun masih dipengaruhi
oleh
kernginan-keinginan pribadi. Dengan begitu,
orang pada tahap ini sadar akan tindakan dan
konsekuensi mereka yang akan mereka
terima. Meskipun dernikian.
kebutuhan
spiritual belurn seluruhnya drterima clan
dilaksanakan oleh karyawan. Para manajer
hams memaitami bahu,a karlrawan pada tahap
ini merupakan representasi dari pekerja 1,ane
sadar akan pemenuhan kebutuhan pribadi
mereka yang terkait erat dengan kepentingan
organisasi dan pekerjaanya. Dimensi Spiritual
dari pekerjaan dibutuhkan, oleh karenanva.
harus clipadukan dengan program-prosram
pengembangan motivasi yang berrnanfaat
untuk pengembaugan diri karyawan sefia
untuk pengLlatan motivasi dan komitn-rent
terhadap organisasi.
Level Keerlpat
(lulutctntainna)
merepresentasikan kesentpurrraan dan
kebahagiaan dalarl meiakukan satu pekerjaan
sefia pencapaian tujuan. Spiritual dan
kebutuhan mental rnemperkuat upaya rnencari
kesempumaan sefia actualisasi melayani
kornunilas serta or-ganisasi. disela-sela
pernennhan kebutuhannya.
Karyarvan pacla tahap Mututttuinnu
br.rkanlah orang yang mencari kekuasaan.
mereka kencen-rng ntenedma kenyarlanan
serta kebanggaan dari kebanggan refleksi c'lili.
I^^-
Lrcll-\''.rAl1l K-3 i -U)
Tirtayasa
EkonOmika, Volr-"
7, No. 2, Oktober
keterlibatan, dan kreativitas dalam pekerjaan.
Hal ini adalah merupakan keunikan tersendiri
bagi manajer, namun juga suatu yang sangat
menantang. Secara tradisional, para manajer
tidak mempunyai masalah dengan karyawan
yang sebagaian besar masih didorong oleh
motivasi rnaterilistis (fisik), keuasaan dan
kepentingan probadi. Oleh karena itu, fokus
strategi yang diterapkan manajemen hanya
pada memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kinerja. Karyawan pada tahap
Mutumoinnu menunjukkan situasi yang
seimbang dan berusaha menjaga harmoni
antara hak dan kewajiban, diri sendiri dengan
orang lain, kebutuhan alamiah dan kebutuhan
materi. karyarvan ruutamainttct percaya bahwa
terclapat keterkaitan antara personal grorvth.
melakukan kebaikan, dan melayani
masyarakat.
Dorongan intrinsik atau spiritulitas
karyarvan akan lebih kuat dibandingkan
dengan faktor ekstemal, mendorong mereka
untuk selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan
)'ang lnernpunyai bobot sosial dan nilai-nilai
religius yang tinggi. Oleh karenanya para
2012,
i 83-33
1
ISSN: 0216-5236
dorongan yang rnenciptakan tindakan dan
perilaku rnanusia, dan perilaku manusia tidak
terlepas dari nilai-nilai religius yang
dianutnya, sehingga Islam memberikan
kontribusi penting daiam memahami motivasi
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pada tairapan ntutcunainna mencerminkan
keseimbangan antara semua kebutuhan
manusia, serta memiliki implikasi yang besar
terhadap struktur organisasi dan praktek
manajemen sumber daya manusia dalanr
upaya mencapai kinerja organisasi yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. A. (2005). Islttmic Perspective.s
Manttgemenl
on
ancl
Organizcttion.
Ed"vard Elgar, Cheltenham.
Ali, A. J. (2009), Let,els of' existence ontl
nrotit,ution in IslanL Journal o./
Munugernent History, Vo1. 15
No.
1,
2009. pp. 50-6-s
Ali, I. (1989), Nah.jul Balagah, Dnr
Alkirab
Al-Lubnani, Beirut (trans. and edited by
F. Ebeid).
rranajer harus memahami kebutuhan
karyawan dengan cara mernfasilitasi
Garcia-Zartror.
kebutuhan mereka dan menjadi pelayan bagi
masyarakat, sehingga karyawan akan merasa
perfcnnance", Public Administration
Review, Vol. 63 No. 3, pp. 355-63.
Ibn Klraldun, A-R. (1989), The Mogatlrlinutlt,
Princeton University Press, Princeton,
NJ (trans. By Franz Rosenthal and
terpuaskan dalarn setiap pekerlaan yang
merniliki nilai manfaat yang tinggi bagi
lingkr"rngannya. Faktanya. manajer perlu
menyesuaikan pola majerial dengan kondisi
karyarvan dengan mempefiimbangkan aspek
politik, budaya, ekonomi dan aspek ekologi
yang memiliki pengaruh teriradap tenaga ke4a
dan kinerja organisasi.
J.C. (2003). ''\4/orkpluce
spiritrurlitl,* and orgonizotiotiol
edited by N.J. Dawood).
Ikhrvan-us-Safa ( 1 999), Le tte r s of I l;ltv,,crtt-tr.s -
Sufu,Yol. 1, Dar Sader, Beirut.
Kinni, T. (2003), "Faith at work", Across the
Board, November/December, pp. 1520.
D.
(1994), "Spirirualitl; and
tingkatan rnotivasi dalam perpektif Islam yang
digagas sejak abacl pefiengahan, merupakan
spiritualiQ
in the workplace", Sloan
pernaharnan yallg sama sekali berbeda dengan
pemikiran yang selarla ini digunakan dalarn
konteks psikologi rnanusia dan manajemen
92.
IflJSIMPULAN DAN SARAN
Makalah ini berusaha menjelaskan
din-ierrsi lain dari motivasi karyawan yang
didorong oleh faktor religius karyawan,
organisasi. Motivast rnempakan
sebuah
McCormrck,
managemenl ", Joumal of Managerial
Psychology, Vol. 9 No. 6, pp. 5-8.
Mitroff, I. and Denton, E. (1999), ",1 ,shrcllt o.f
Management Review, Surnmer, pp. 83-
Tirlayasa
Ekonomika, vorr,-"
7, No. 2, oktober
2012.
1g3-33i
ISSN: 0216-5236
LAMPIRAN
Tabel I
Tingkat Perkembangan dan Motivasi Manusia
Area
Sawala
sistempengendalian Sistempenghargaan KesempatanTumbuh
Menekankan pada
akuntabilitas, focus
pada keterkaian antara
kiner.la dan
penghargaan materi,
Penghargaan ekonomis
dan insentif individu;
menitik beratkan pada
hukuman
Peningkatan dan
pengembangan diri
sangat tergantung
kinerla dan berdasarkan
petunjuk organisasi
dan jelas
rnengidentifikasi dan
menegakkan aturan dait
standar
Amorct
Lqwam0
Menghubungkan
penghargan dengan
Pengirargaan ekonomis
yang berbasis pada
kinerja pribadi dan
menyoroti batas-batas
perilaku yang dapat
diterima
pencapaian individu
untuk rnencapai tujuan
organisasi
Memungkinkan
bawahan untuk
beroarlisipasi dalam
Penghargaar-r intrinsic
Memungkinkan
dan ekstinsik yang
memperhatikan pada
menetapkan standar
kinerja diakui secara
dan tujuan dan
kerjasama dalan-r grup
atau bekerja dengan
orang lain untuk
umum dan diapresaiasi
kebutuhan yang
memenuhi standar
organisasi
Peningkatan dan
pengerlbangan diri
memungkinkan jika
tujuan dan sasar-an
organisasi terlihat.
mengembarr,skan diri
dan bekerja untuk
organisasi serta
menuniukkan
kepedulian pada
pengembangan
karyawannya.
Fleksibel dan kontrol
individu
Mutcrmuinna
Penghargaan berasal
dari kontrol pribadi
atas pekerjaan mereka
dan pemenuhan
misinya; Penghargaan
intrinsic merupakan
factor motivasi yang
Mengkomunikasikan
kondisi saat dan
kemungkinan peluang
yang dapat memperkuat
keeratan antara grup,
masyarakat dan
organisasi.
kuat.
Sumber : Ali, A. J. (2009)
Gerry Ganiku l,e.Al
Tirtayasa
Ekonomika,
Vol
r*"
7, No.
2, Oktober 2072, 183-331
ISSN: 021,6-5236
Tabel2
Tingkatan Eksistensi dan Kebutuhan Manusia
Tingkatan eksitensi
Dorongan kebutuhan
Sawala
Fisiologis dan materialistis
Amara
Fisiologis, materialistis, dan psikologis
Lawama
Fisiologis, materialistis, psikologis, intelektialitas dan sedikit
dorongan spiritualitas
Mutamuinnu
Semua kebutuhan dengan menekankan pada aspek-aspek
kebutuhan spiritualitas
Sumber : Ali, A. J. (2009)
l3ij i
rit?ci;r'rt';i iiiir:4,,it'iiutrliltt.t Is!tini dit!cw i.iit:;r'iiliiillton Kincriti. Org;tniscisit,ri;i