HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

  Sintesa Dan Karakterisasi Kitosan Bergugus Fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4 Serta Aplikasinya Sebagai Anti Jamur Candida albicans

Oleh :

Ahmad Fatoni, M.Si

  

DIBIAYAI OLEH :

MANDIRI

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

PALEMBANG

  

Juli 2016

  

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

  1.Judul penelitian : Sintesa Dan Karakterisasi Kitosan Bergugus Fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4 Serta Aplikasinya Sebagai Anti Jamur Candida albicans

  2. Bidang Ilmu Penelitian : Kimia (Farmasi)

  3. Ketua peneliti

  a. Nama lengkap dan gelar : Ahmad Fatoni, M.Si

  b. Jenis kelamin : Laki-laki

  c. NIP : 197008102000121001

  d. Pangkat / Golongan : Pembina / IV/a

  e. Jabatan fugsional : Lektor Kepala

  f. Fakultas / Jurusan : Farmasi

  4. Jumlah tim peneliti : 0 orang

  5. Lokasi penelitian : Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi

  6. Bila penelitian ini merupakan kerjasama kelembagaan :

  a. Nama instansi : -

  b. Alamat : -

  7. Waktu penelitian : 4 Bulan

  8. Biaya : MANDIRI Palembang, Juli 2016

  Mengetahui, Pembantu Ketua I STIFI Bhakti Pertiwi Ketua peneliti, Erjon, M.Kes., Apt. Ahmad Fatoni, M.Si

  NIP. 197008102000121001 Mengetahui,

  Ketua LPPM STIFI Bhakti Pertiwi Mauizatul Hasanah, MT.

  NIP. 198108082005012001

  

RINGKASAN DAN SUMMARY

Sintesa Dan Karakterisasi Kitosan Bergugus Fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4 Serta Aplikasinya Sebagai Anti Jamur Candida albicans

Ahmad Fatoni

  STIFI Bhakti Pertiwi Palembang Jln. Ariodillah 3 No. 22 A Palembang

  Telah dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi kitosan bergugus fungsi schiff

  base-Fe

  3 O 4 serta aplikasinya sebagai senyawa anti jamur Candida albicans.Tujuan

  penelitian ini mensintesis dan melakukan karakterisasi gugus fungsi kitosan schiff base-

  

Fe O dengan alat spektrofotometer FT.IR serta mengetahui aktivitasnya sebagai anti

  3

  4

  jamur Candida albicans . Senyawa kitosan Schiff base-Fe

  3 O 4 disintesis dari reaksi

  antara kitosan, 2 hidroksi benzildehid dan Fe

  3 O

  4. Uji aktivitas senyawa kitosan Schiff base-Fe

  3 O 4 terhadap Candida albicans dengan metode difusi agar. Hasil penelitian

  menunjukan telah terjadi reaksi kimia antara kitosan, 2 hidroksi benzildehid dan Fe O

  3

  4

  membentuk senyawa kitosan bergugus fungsi schiff base-Fe O . Karakterisasi gugus

  3

  4

  • fungsi kitosan bergugus fungsi schiff base-Fe

  3 O 4 pada bilangan gelombang 1581,63 cm

  1

  . Daya hambat senyawa kitosan bergugus fungsi schiff base-Fe

  3 O 4 terhadap jamur

  3

  3 Candida albicans pada konsentrasi 50 x 10 ppm dan 100 x 10 ppm mempunyai diameter hambat berturut-turut 21,73 ± 1,22 dan 25,88 ± 0,69 mm.

  Kata kunci : kitosan, schiff base, Fe

  3 O 4 , candida albicans Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya maka laporan penelitian Mandiri dengan judul Sintesa Dan

  Karakterisasi Kitosan Bertgugus Fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4 Serta Aplikasinya Sebagai Anti Jamur Candida albicans dapat terselesaikan.

  Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak- banyaknya kepada :

  1. Bapak Drs. Noprizon, M.Kes., Apt selaku Ketua Yayasan Notari Bhakti Pertiwi 2. Bapak Ketua STIFI Bhakti Pertiwi Palembang dan stafnya.

  3. Ibu ketua LPPM STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

  4. Rekan-rekan dosen di pogram studi S1 dan D3 Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

  Atas bantuannya, baik secara material, moril dan saran dari awal penelitian hingga terselesainya laporan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, amin…

  Palembang, Agustus 2016 Penulis

DAFTAR ISI

  Halaman Halaman Pengesahan i

  Ringkasan dan Summary ix

  Kata Pengantar x

  Daftar Isi xi

  Daftar Gambar xii

  Daftar Tabel xiii

  Surat Keterangan Selesai Penelitian Mandiri ii Berita Acara Seminar Hasil Penelitian iii Halaman Pengesahan Validasi Karya Ilmiah v Surat Pernyataan Keabsahan Karya Ilmiah vi Kontrak Penelitian MANDIRI vii

BAB I. PENDAHULUAN

  1.2. Rumusan Masalah

  )

  1.1. Latar Belakang

  2.5. Spektrofotometer FT.IR 5

  4

  2.5. Jamur Candida albicans

  4

  4

  2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  2.4. Logam besi oksida (Fe

  4

  3 2.3. 2-hidroksi benzildehid

  1

  3

  2.1. Basa-basa Schiff

  2.2. Struktur kimia kitosa

3 O

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

  4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

  6.1. Kesimpulan

  3.1. Tujuan

  3.2. Manfaat Penelitian

  7 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

  22

  20 DAFTAR LAMPIRAN

  19 DAFTAR PUSTAKA

  6.2. Saran-saran

  19

  14 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

  8

  5.2 Pembahasan

  13

  5.1 Hasil

  11 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.4. Analisis data

  8

  4.3. Prosedur Penelitian

  8

  4.2. Alat dan Bahan Penelitian

  7

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

  1. Gambar 2.1. Struktur kimia (a) kitin dan (b) kitosan

  4

  2. Gambar 2. 2. Jamur Candida albicans

  5

  3. Gambar 5.1. Reaksi kimia kitosan Schiff base

  15

  4. Gambar 5.2. Reaksi kimia kitosan Schiff base dengan Fe

  3 O

  4

  15

  5. Gambar 5.3. Spektra kitosan 16

  6. Gambar 5.4. Spektra kitosan Schiff Base 16

  7. Gambar 5.5. Spektra kitosan Schiff Base-Fe

  3 O

  4

  17

  DAFTAR TABEL

  Halaman

  1. Tabel 5.1. Rata-rata diameter hambat sampel uji (konsentrasi 50 x 10

  3

  ppm (5% b/v)) dan pembanding terhadap jamur Candida albicans

  13

  2. Tabel 5.2. Rata-rata diameter hambat sampel uji (konsentrasi 100 x 10

  3

  ppm (5% b/v)) dan pembanding terhadap jamur Candida albicans

  14

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  1. Lampiran 1. Zona bening yang dihasilkan oleh sampel hasil sintesa

  22

  

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Kitosan merupakan polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari monomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-glukosamin (GlcN). Kitosan dibentuk dari derivatif deasetilasi dari polimer kitin (poli-β(1-4)-N-asetil-D- glukosamin) (Oshita, dkk,. 2008). Kitosan memiliki gugus fungsional amino yang sangat reaktif dan dapat bersifat sebagai antibakteri (Chetan, dkk., 2013).

  Kitosan merupakan polimer alam, polikationik yang bersifat

  

biodegradable, biokompatible, aman, tidak beracun, bisa membentuk film

  (lapisan tipis) serta mempunyai kemampuan adsorpsi terhadap logam atau nono logam (Guibal, 2004). Kitosan mempunyai 2 gugus fungsi yang aktif yaitu gugus fungsi –OH (hidroksida) yang terikat pada atom C ke- 6 dan gugus fungsi –NH

  2

  (amina primer) yang terikat pada atom C ke-2. Beberapa penelitian juga telah memodifikasi gugus fungsi –NH

  2 pada kitosan. Mohamed dan Fekri (2011),

  memodifikasi gugus fungsi -NH

  2 kitosan dan gugus aldehid dari krotonaldehid

  menjadi kitosan yang bergugus fungsi Schiff Base (-C=N-). Senyawa dasar Schiff

  

Base mengandung gugus amina dan dibentuk dari kondensasi dari amino primer

  dengan sebuah karbonil aktif. Senyawa ini memiliki aktivitas yang sangat baik dalam bidang antibakteri dan antivirus. Schiff Base diperoleh dari kelompok amina primer, kitosan dan senyawa karbonil aktif seperti aldehida atau keton.

  Beberapa tahun terakhir ini, suatu senyawa Fe

  3 O 4 dapat dijadikan sebagai

  antibakteri. Hasil penelitian Behera dkk (2012), menyimpulkan bahwa besi oksida (Fe O ) nanopartikel menunjukan mempunyai zona penghambatan yang

  3

  4

  sebanding dengan nanopartikel lainnya (Ag) serta menunjukan aktivitas bakterisida yang baik pada bakteri gram positif dibanding bakteri gram negatif. Penelitian terbaru Prabhu, dkk. (2015), menyatakan senyawa Fe

  3 O 4 nanopartikel menunjukan sifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mensintesa kitosan bergugus Schiff Base-Fe

  3 O 4 dari reaksi antara kitosan dan 2-hidroksi benzildehid jamur Candida albicans.

1.2. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sintesa kitosan bergugus fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4

  dari reaksi antara kitosan, 2-hidroksi benzildehid dan Fe

  3 O 4 ?

  2. Bagaimana karakterisasi gugus fungsi kitosan bergugus fungsi Schiff Base-

  Fe

3 O 4 dengan Alat Spektrofotometer FT.IR ?.

  3. Apakah kitosan bergugus fungsi Schiff Base-Fe

  3 O

  4

  dapat diaplikasikan sebagai anti jamur Candida albicans ?

TINJAUAN PUSTAKA

  2.1.Basa-basa Schiff (Schiff base) Schiff base adalah senyawa dengan gugus fungsi yang mengandung ikatan

  rangkap karbon-nitrogen (-N=C-) dimana atom karbon terhubung (terikat) dengan gugus aril atau alkil, tidak dengan hidrogen. Gugus fungsi Schiff base dapat disintesa dari amina aromatik dan senyawa karbonil dengan adisi nukleofilik membentuk hemiaminal, diikuti dengan dehidrasi untuk menghasilkan imin (http://en.wikipedia.org/wiki/Schiff_base). Ikatan rangkap karbon-nitrogen (- N=C-) jika dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometri FT. IR

  • 1 mempunyai wilayah absorpsi antara 1900-1500 cm (Silvesrtein, dkk., 1991).

  2.2. Struktur Kimia Kitosan

  Proses terbentuknya kitosan (dari sebelum terbentuknya kitin) meliputi demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam lemah yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam bahan baku. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan larutan basa lemah untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat dalam bahan baku. Struktur kimia kitin dan kitosan seperti pada gambar 2.1.

  

CH

  3 C=O H

H NH

H CH OH

  2 H O O HO H H H O O HO H NH H CH OH

  2 C=O CH (a)

  3 n

  6 H

H NH

H

  2 CH OH

  2

  4 O HO

  5 O H H H H 2

  1 3 O O HO H NH H CH OH

  2

  2 (b) n

Gambar 2.1 Struktur kimia (a) kitin dan (b) kitosan (Guibal, 2004)

  2.3. 2-hidroksi benzildehid

  Senyawa 2 hidroksi benzildehid adalah senyawa kimia dengan rumus

  3 C

6 H

  4 C(OH) 2 . Berat molekul 122,12 gr/mol, berat jenis 1,146 g/cm dan titik didih o

  196-197

  C. Cairan minyak tidak berwarna ini memiliki bau almond yang pahit pada konsentrasi rendah. Larut dalam air, larut alkohol, dan eter (Gangolli, 1999).

2.4. Logam Besi Oksida (Fe

3 O 4 )

  Nanopartikel magnetit (Fe O ) adalah salah satu jenis nanopartikel

  3

  4

  magnetik yang paling sering digunakan. Nanopartikel magnetit secara luas digunakan dalam imobilisasi dan pemisahan protein atau enzim, pemberian obat dan pemurnian DNA (Deoxyribonucleic Acid). Selain itu juga digunakan untuk katalis, dan menghilangkan unsur-unsur beracun dari limbah industri (Chen, dkk., 2013). Beberapa tahun terakhir ini, senyawa Fe

  3 O 4 mulai dikembangkan sebagai

  antibakteri. Penelitian Behera dkk (2012) dan Prabhu dkk (2015), menyimpulkan bahwa penerapan besi oksida (Fe

3 O 4 ) nanopartikel menunjukan sifat antibakteri pada bakteri gram positif dan gram negatif.

2.5. Jamur Candida albicans

  Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada

  saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia, tetapi populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah. Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan adalah Candida albicans. C. albicans merupakan fungi

  opportunistic penyebab sariawan (Dwidjoseputro, 2005).

  2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28,5 μ, dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuning-kuningan dan berbau ragi. Candida

  

albicans memiliki dua jenis morfologi yaitu seperti khamir dan hifa. Gambar

Candida albicans seperti dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2. Jamur Candida albicans ((Dwidjoseputro, 2005).

  Klasifikasi Candida albicans menurut Waluyo, (2004) adalah: Kingdom : Fungi Division : Thallophyta Subdivision : Fungi Class : Deuteromycetes Order : Moniliales Family : Cryptococcaceae Genus : Candida Species : Candida albicans

2.6. Spektrofotometer FTIR (Fourier-Transform Infrared Spectroscopy)

  Radiasi inframerah mengandung beberapa range frekuensi yang tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada cahaya inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50

  • 1

  µm atau bilangan gelombang 4000 – 200 cm . Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk tiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metode ini sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik. Penggunaan spektrofotometer inframerah yaitu untuk menentukan gugus fungsi dengan membandingkan daerah sidik jarinya (Dachriyanus, 2004).

  Mekanisme kerja dari spektrofotometer FTIR ini adalah jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor yang ditempatkan pada sisi lain senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa (yang tidak diserap) akan diukur sebagai suatu persen transmitan (Dachriyanus, 2004).

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan

  1. Mensintesa kitosan bergugus fungsi Schiff Base-Fe O dari reaksi antara

  3

  4

  kitosan, 2 hidroksi benzildehid dan Fe

  3 O 4.

  2. Untuk mengetahui gugus fungsi kitosan yang telah bergugus fungsi Schiff

  Base-Fe

3 O 4 dengan alat spektrofotometer FT.IR.

  3. Untuk mengetahui senyawa kitosan bergugus fungsi Schiff Base-Fe O

  3

  4 sebagai anti jamur Candida albicans.

3.2.Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Memanfaatkan salah satu sifat terpenting dari kitosan sebagai antibakteri dan jamur.

  2. Memodifikasi gugus fungsi kitosan dengan senyawa 2-hidroksi benzildehid dan Fe

3 O 4 sebagai anti jamur Candida albicans.

METODOLOGI PENELITIAN

  4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016 di Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi Palembang dan untuk karakterisasi gugus fungsi kitosan, kitosan Schiff base dan kitosan Schiff base-Fe

  3 O 4 dilakukan di laboratorium Kimia F.MIPA UGM.

  4.2.Alat dan Bahan

  4.2.1. Alat

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini alat-alat gelas standar laboratorium, rak tabung reaksi, timbangan analitik (DJ-BH CHO), alumunium foil, oven (JINHONG XMTB-8000), autoklaf (KAIPU YXQ.SG41.280), labu takar (pyrex), cawan petri (pyrex), jarum ose, laminary air flow/Meja Steril, jangka sorong/mistar millimeter (Tricle Brand 0-150 mm, Shanghai China), spektrofotometer FT IR (SHIMADZU), dan spektrofotometer UV-Vis (BEL Photonics UV-M51) serta alat pendukung lainnya.

  4.2.2. Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kitosan, etanol PA asam asetat glasial (CH

3 COOH), NaOH, 2 Hidroksi Benzildehid (C

  6 H

  4 CHO-2-

  OH) (Merck), FeCl

  6H O, Fe SO .7H O, Dimetil Sulfoksida (DMSO), Aquadest

  3

  2

  2

  4

  2

  (H

2 O), Cakram steril, kapas, kasa steril, NaCl fisiologis, Medium Potato

  Dekstrose Agar siap pakai (PDA), kertas saring, kertas label dan jamur Candida albicans ATCC 01231 serta bahan-bahan pendukung lainnya.

4.3. Prosedur Penelitian

4.3.1. Sintesa Fe

3 O

  4

  50 ml FeSO

  4 .7H

  2 O 0,01 M dicampur dengan 50 ml FeCl 3 .6H

  2 O 0,02 M

  dalam gelas kimia. Campuran tersebut kemudian diaduk dengan magnetik stirer selama 30 menit pada suhu kamar, setelah 30 menit suhu dinaikkan menjadi 70°C dan diaduk lagi selama 30 menit. Campuran kemudian ditambah perlahan-lahan terbentuk endapan hitam. Endapan hitam yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquades beberapa kali hingga filtrat campuran memiliki pH netral, kemudian endapan disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama 3 jam (Chen dkk, 2013).

  4.3.2. Sintesa Kitosan Schiff Base

  Senyawa kitosan Schiff Base dibuat dalam beker gelas dengan cara mencampurkan kitosan 0,5 gram yang dilarutkan dalam 50 ml asam asetat 3% (v/v) ) dan 1 mL 2-hidroksi benzildehid yang dilarutkan dalam etanol PA sebanyak 9 ml. Campuran dipanaskan pada suhu 35°C dan diaduk dengan mangnetik stirer selama 3 jam. Setelah 3 jam diperoleh endapan berwarna kuning. Selanjutnya endapan berwarna kuning tersebut disaring, dibilas dengan etanol pa beberapa kali dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C, hingga diperoleh produk yang berwarna kuning (Mohammed dan Fekry, 2011).

  4.3.3 Sintesa kitosan Schiff Base -Fe

3 O

  

4

  0,25 gram kitosan dilarutkan dalam 15 ml asam asetat 3% (v/v) dan diaduk dengan mangnetik stirer selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah terbentuk gel tambahkan 0,25 gram Fe

  3 O 4 kemudian diaduk kembali selama 30 menit pada suhu

  kamar. Setelah 30 menit dan terbentuk gel hitam yang homogen, tambahkan 1 ml 2-hidroksi benzildehid yang dilarutkan dalam 4 ml etanol pa, aduk kembali menggunakan magnetik stirer pada suhu 70°C selama 1 jam hingga diperoleh endapan coklat yang memadat. Endapan yang terbentuk dicuci dengan etanol pa sebanyak 10 ml dan dicuci dengan aquadest sebanyak 0,5 L hingga diperoleh filtrat dengan pH netral, endapan (ampas) yang telah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 7 jam (Naghipour dan Fakhri, 2015).

  

4.3.4. Karakterisasi gugus fungsi dengan menggunakan spektrofotometer

FT.IR

  Karakterisasi gugus fungsi dengan menggunakan spektrofotometer FT.IR meliputi senyawa kitosan murni, kitosan Schiff base dan kitosan Schiff base- Fe

3 O 4 .

  albicans.

4.3.5.1. Pembuatan konsentrasi sampel uji.

  a. 10 % (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa kitosan Schiff base-Fe

  d. Fe

  Jamur yang telah dimurnikan diinokulasi dengan bantuan jarum ose ke media agar miring, kemudian diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 3-5 hari hingga diperoleh pertumbuhan yang normal (Brooks, 2013).

  4.3.5.3. Peremajaan Jamur Uji

  Disiapkan medium PDA sintetik, lalu ditimbang dengan timbangan analitik sebanyak 39 g kemudian dimasukan dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi aquadest l liter. Setelah itu dipanaskan di atas penangas sambil diaduk untuk menghomogenkan medium tersebut. Setelah homogen, dimasukkan kedalam autoklaf dan disterilkan pada suhu 121°C pada tekanan 2 atm selama 15 menit (Kandoli dkk, 2016).

  4.3.5.2. Penyiapan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

  f. aquades

  e. Asam asetat 1 % (v/v)

  4 dalam aquades hingga 1 ml.

  3 O

  3 O 4 5 % (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa Fe

  4 dalam aquades hingga1 ml.

  3 O 4 dilarutkan dalam campuran asam asetat 1 % (v.v) dan DMSO (1:4) hingga 1 ml.

  Sampel uji (hasil sintesa) dibuat dengan konsentrasi :

  3 O 4 10% (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa Fe

  c. Fe

  b. Kitosan 5 % (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa kitosan murni dalam asam asetat 1 % (v.v) hingga 2 ml.

  a. Kitosan 10% (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa kitosan murni dalam asam asetat 1 % (v.v) hingga1 ml.

  dilarutkan dalam campuran asam asetat 1 % (v.v) dan DMSO (1:4) hingga 2 ml. Sebagai pembanding :

  4

  3 O

  b. 5 % (b/v) yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr senyawa kitosan Schiff base-Fe

  3 O Diambil koloni jamur dari media agar miring sebanyak 1 – 2 ose kemudian disuspensikan kedalam NaCl fisiologis (0,9%) sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan dikocok homogen, lalu dipindahkan ke kuvet. Kekeruhan suspensi jamur uji diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang (λ) 580 nm dengan transmitan 90% (Depkes, 1995).

4.3.5.5. Uji Daya Hambat Pertumbuhan Jamur

  Pengujian dilakukan dengan metode difusi agar yang menggunakan cakram berdiameter dalam 6 mm, diameter luas 8 mm, dan tinggi 10 mm. Medium potato dekstrose agar (PDA) 10 ml steril pada cawan petri didinginkan pada suhu 40°C-45°C. Diteteskan suspensi jamur sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi yang telah berisi media PDA sebanyak 10 ml. Setelah homogen, tuang diatas cawan petri yang berisi 10 ml media nutrien agar yang telah memadat lalu diratakan. Cawan petri tersebut digoyang beberapa kali secara horizontal agar suspensi jamur ini merata pada seluruh permukaan agar. Kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 15 menit. Suspensi jamur yang telah diencerkan tadi ditempatkan pada cawan petri untuk masing-masing larutan zat uji dan pengujian dilakukan sebanyak tiga kali (triplo).

  Cakram yang telah steril dicelupkan ke dalam masing-masing perbandingan larutan zat uji yang telah disiapkan, kemudian diletakkan pada permukaan media agar yang telah diinokulasi dengan jamur. Semua cawan petri diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 30°C – 37°C selama 24 – 48 jam. Kemudian diukur diameter zona bening (clear zone) dengan menggunakan jangka sorong atau penggaris millimeter (Kandoli dkk, 2016).

4.4.Analisis Data

  Analisis data meliputi :

  a. Berat kering hasil senyawa sintesa

  b. Analisa gugus fungsi dari spektra FT.IR kitosan, kitosan Schiff Base dan kitosan Schiff Base-Fe

3 O

  4 pertumbuhan jamur yang dihasilkan.dari sampel uji dan pembanding serta ditabulasikan untuk melhat perbedaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil

  Hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  1. Hasil sintesa senyawa Fe

3 O 4 adalah berupa serbuk hitam sebanyak 1,310 gram.

  2. Hasil sintesa senyawa kitosan Schiff Base adalah berupa lempengan film tipis berwarna kuning sebanyak 0,560 gram setelah dikeringkan.

  3. Hasil sintesa kitosan Schiff Base-Fe O adalah berupa serbuk coklat sebanyak

  3

  4 0,411 gram setelah dikeringkan.

  4. Karakterisasi senyawa Fe

3 O 4 menggunakan spektrofotometer UV-Vis ditandai dengan terbentuknya puncak pada panjang gelombang 369 nm.

  5. Karakterisasi gugus fungsi dari kitosan Schiff Base dengan spektrofotometer FTIR adalah munculnya gugus fungsi azomethine pada bilangan gelombang

  • 1 1635,64 cm .

  6. Karakterisasi gugus fungsi dari kitosan Schiff Base-Fe

  3 O 4 menggunakan

  spektrofotometer FTIR adalah adanya interaksi kimia antara gugus fungsi

  • 1

  azomethine dengan Fe

3 O 4 pada bilangan gelombang 1581,63 cm .

  7. Hasil pengujian aktivitas antijamur senyawa hasil sintesa dan pembandingseperti pada tabel 5.1 dan 5.2.

  3 Tabel 5.1 Rata-rata diameter hambat sampel uji (konsentrasi 50 x 10 ppm

  (5% b/v)) dan pembanding terhadap jamur Candida albicans Diameter

  Sampel Hambat (mm) pada Diameter Hambat cawan

  Rata-Rata (mm) ± SD

  1

  2

  3

  • )

  11,47 12,34 12,34 Kitosan

  12,05 ± 0,5

  • )

  16,33 15,46 14,21 Kitosan Schiff Base

  15,33 ± 1,06

  • )

  Fe₃O₄ 0 ± 0

  Kitosan Schiff Base -Fe₃O₄

  • ) 22,44 20,32 22,44

  21,73 ± 1,22

  • )

  Asam Asetat 1 % (v/v) 0 ± 0

  As. Asetat 1% (v/v) 1 : 4

  • )

  DMSO 0 ± 0

  • )

  Aquadest 0 ± 0

  • )
    • )
      • )

  • )
  • )

  Kitosan Schiff Base

  3+

  4

  2 O

  Sintesa kitosan Schiff Base terjadi melalui reaksi antara gugus fungsi amina primer kitosan (-NH

  2 ) dengan gugus fungsi aldehid (-C=O) dari 2-hidroksi benzildehid, reaksi kimia yang terjadi seperti dalam gambar 5.1.

  Sampel Diameter

  Hambat (mm) pada cawan Diameter Hambat

  Rata-Rata (mm) ± SD

  1

  2

  3 Kitosan

  14,21 13,59 14,21 14,00 ± 0,35

  22,44 19,6 22,44 21,49 ± 1,63

  • )

  Fe

  Fe₃O₄

  6,23 6,23 6,23 ± 0,23

  Kitosan Schiff Base -Fe₃O₄

  • ) 26,68 25,56 25,42

  25,88 ± 0,69 Asam Asetat 1 % (v/v)

  • )

  0 ± 0 As. Asetat 1% (v/v)1 : 4 DMSO

  • )
  • )

  0 ± 0 Aquadest

  0 ± 0

  • )
    • )
      • )

5.2. Pembahasan

5.2.1. Sintesa Fe

  2+

  (Fe

  2 O) dalam suasana basa (NaOH), dengan reaksi kimia seperti di bawah ini (Behera dkk, 2012).

  7H

  = Pembanding positif

  = sampel uji

  = Pembanding negatif

Tabel 5.2 Rata-rata diameter hambat sampel uji konsentrasi 100 x 10

  3

  ppm (5 % b/v)) dan pembanding terhadap jamur Candida albicans

  Keterangan :

  = Pembanding positif

  = sampel uji

  = Pembanding negatif

  3 O

  4 Sintesa Fe

  3 O

  4

  melalui reaksi antara senyawa Fe

  3+

  (FeCl

  3

  6H

  2 O) dengan

  Fe

  2+

  2 SO 4.

  • Fe
    • 2Fe
    • 8OH
    • 4H

3 O

5.2.2. Sintesa Kitosan Schiff Base

  OH C H O OH OH O O NH

  • HO
  • 2 O HO C N H O + H O 2 Kitosan 2-hidroksi benzildehid OH Kitosan Schiff base

    Gambar 5.1. Reaksi kimia kitosan Schiff base

      5.2.3. Sintesa kitosan Schiff Base-Fe

      3 O

      4 Sintesa kitosan Schiff Base-Fe

      3 O 4 terjadi melalui reaksi antara gugus

      fungsi –C=N- dengan Fe OH O O O O

      3 O 4 seperti dalam gambar 5.2. C O H OH

    OH

    + O Fe O OH O HO NH 2 HO N C H C H OH

      3 4 HO N Fe O OH 3 4 2 hidroksi Kitosan benzildehid Kitosan Schiff base

      Kitosan Schiff base

    • Fe O
    • 3 4 Gambar 5.2. Reaksi kimia kitosan Schiff base dengan Fe

        3 O

        4

        5.2.4. Karakterisasi gugus fungsional

        Karakterisasi gugus fungsional kitosan, kitosan Schiff base dan kitosan Schiff base-Fe

      3 O 4 seperti dalam gambar 5.3, 5.4 dan 5.5.

      Gambar 5.3. Spektra kitosanGambar 5.4. Spektra kitosan Schiff BaseGambar 5.5. Spektra kitosan Schiff Base-Fe

        3 O

        4 Spektra FTIR kitosan seperti dalam gambar 5.3 menjelaskan bahwa

      • 1

        muncul pita serapan pada bilangan gelombang 3441,01 cm yang menunjukkan tumpang tindih vibrasi rentangan (ulur) gugus fungsi –OH dan N-H. Pita serapan

      • 1

        pada bilangan gelombang 2924,09 cm menunjukkan vibrasi rentangan C-H. Pita

      • 1

        serapan pada bilangan gelombang 1095,57 cm menunjukkan vibrasi rentangan C-C. Gugus fungsi C-O teridentifikasi pada rentangan bilangan gelombang

      • 1

        1604,77 cm , rentangan C-O bisa berasal dari C-OC atau C-O-H (Dachriyanus, 2004).

        Spektra FTIR kitosan Schiff base (gambar 5.4.) muncul pita serapan pada

      • 1

        bilangan gelombang 3441,01 cm yang menunjukkan tumpang tindih vibrasi rentangan gugus fungsi –OH dan N-H. Pita serapan pada bilangan gelombang

      • 1

        2

      • 2924,09 cm menunjukkan vibrasi rentangan gugus fungsi C-H pada CH alifatik. Gugus fungsi azometin (C=N) teridentifikasi pada bilangan gelom
      • 1

        1635,64 cm . Menurut Sari, dkk., (2003) dan Mohamed dan Fekri (2011) dijelaskan bahwa gugus fungsi C=N akan muncul pada bilangan gelombang

      • 1 antara 1632-1612 cm .

        Spektra FTIR kitosan Schiff base-Fe

        3 O 4 seperti dalam gambar 5.5,

      • 1

        menunjukan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3448,72 cm yang menunjukkan tumpang tindih serapan vibrasi rentangan gugus fungsi –OH dan N-

      • 1

        rentangan gugus fungsi C-H pada CH - alifatik yang diperkuat dengan munculnya

        2

      • 1

        serapan vibrasi bengkokan –CH 2 – pada bilangan gelombang 2337,72 cm . Vibrasi ulur gugus fungsi C=N teridentifikasi pada bilangan gelombang 1581,63

      • 1 cm dengan intensitas lemah yang menunjukkan adanya ikatan dengan Fe O .

        3

        4 Vibrasi rentangan gugus fungsi C-O teridentifikasi pada bilangan gelombang

      • 1

        1373,32 cm , rentangan C-O bisa berasal dari C-OC atau C-O-H (Dachriyanus, 2004).

      5.2.5. Uji aktifitas senyawa kitosan Schiff base-Fe

        3 O 4 sebagai anti jamur Candida albicans.

        Senyawa hasil sintesa (kitosan Schiff base-Fe

        3 O 4 ) dengan konsentrasi 5 %

        (b/v) dan 10 % (b/v) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur

      candida alibican berturut-turut sebesar 21,73 ± 1,22 dan 25,88 ± 0,69 mm.

      Diameter daya hambat tersebut ternyata lebih besar bila dibandingkan dengan daya hambat kitosan, kitosan schiff base dan Fe O saja pada konsentrasi yang

        3

        4

        sama (Tabel 4.1 dan 4.2). Hal ini menunjukan bahwa jika kitosan dimodifikasi dengan senyawa 2-hidroksi benzildehid dan Fe

        3 O 4 menjadi kitosan bergugus

        fungsi schiff base-Fe O akan mempunyai sifat yang lebih besar dalam

        2

        3 menghambat pertumbuhan jamur Candida albican.

      KESIMPULAN DAN SARAN

      6.1 Kesimpulan

        Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

        1. Senyawa kitosan Schiff Base-Fe

        3 O 4 dapat disintesa dari reaksi antara Kitosan,

        2 hidroksi benzildehid dan Fe

      3 O 4.

        2. Karakterisasi gugus fungsi kitosan Schiff Base-Fe

        3 O 4 menggunakan

        spektrofotometer FTIR menunjukkan bahwa senyawa senyawa tersebut terbentuk, ditandai dengan adanya serapan pada bilangan gelombang 1581,63

      • 1 cm .

        3. Senyawa kitosan Schiff Base-Fe O dapat diaplikasikan sebagai antijamur

        3

        

      4

        3

        3 Candida albicans. Pada konsentrasi 50 x 10 ppm dan 100 x 10 ppm

        mempunyai diameter hambat berturut-turut 21,73 ± 1,22 dan 25,88 ± 0,69 mm.

      6.2. Saran

        1. Karakterisasi senyawa hasil sintesa dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Massa (MS), Spektrofotometer Resonansi Magnet Inti H NMR), SEM dan XRD (X-Ray Difraktrometer).

        2. Pengujian aktivitas antijamur senyawa hasil sintesa dengan menggunakan metode lain seperti metode dilusi dan bioautografi.

        Behera, S. S., Patra, J. K., Pramanik, K, Panda, N., and Thatoi, H. 2012.

        Characterization and evaluation of antibacterial activities of chemically synthesized iron oxide nanoparticles. World journal of nano science and

        engineering, 2, 196-200.

        Brooks, Geo. 2013. Medical microbiology. EGC, Jakarta. Chen, Daimei., Li, Wa., Wu, Yanru., Zhu, Qian., Zhijin, Lu., and Du, Gaoxiang.

        2013. Preparation and characterization of chitosan/montmorillonite magnetic miscrospheres and its application for the removal of Cr (VI).

        Chemical Engineering Journal, 221, 8-15.

        Chetan, P.D., Vishalakshi, B., Sathish, L., Ananda, K. And Poojary, B., 2013, Preaparation of Substituted Quaternized Arylfuran Chitosan Derivatives and Their Antimicrobial Activity, International Journal of Biological

        Macromolecules 59 : 158-164 Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

        Andalas University Press, Padang. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. (Edisi IV). Dirjen POM

        RI. Jakarta Dwidjoseputro, D., 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta Gangolli, S.D.(ed), 1999, The Dictionary of Substances and their Effects (DOSE)

        : O-S , Vol. 6, second edition, The Royal Society of Chemistry, Cambridge

        Guibal, E., 2004, Interaction of metal ions with chitosan-based sorbent : a review, Separation and Purification Technology, 38 (1) : 43-74. Kandoli, F., Abijulu, J dan Leman, M., 2016, Uji daya hambat ekstrak daun durian (Durio zybethinus) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara In vitro, PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi , Vol. 5 No. 1 : 46-

        52 http://en.wikipedia.org/wiki/Salicylaldehyde (tanggal akses, 16 Juli 2016) Mohamed, R., Riham, and Fekry, M. A. 2011. Antimicrobial and anticorrosive activity of adsorbent based on chitosan Schiff’s Base. International Journal

        of Electrochemical Science, 6, 2488-2489.

        Naghipour, Ali., dan Fakhri, Akram. 2015. Efficient oxidation of sulfides into sulfoxides catalyzed by a chitosan-schiff base complex of Cu (II) supported on supramagnetic Fe

      3 O 4 nanoparticles. Environ.Chem.Lett, 64 (4), 456-464.

        Synthesis of Fe O nanoparticles and its antibacterial application. Int. Nano.

        3

        4 lett, 5, 85–92.

        Sari, N., Arslan, S., Logoglu, E., and Sakiyan, I., 2003, Antibacterial Activities of Some New Amino Acid Schiff Base, G.U Journal of science, 16(2) : 283-288.

        Silverstain, Robert., Basseler, G. Clayton, and Morrill, C, Terence. 1991.

        th Spectrometric Identification of Organic Compounds (5 Edition), John Wiley and Son, Inc. New York.

        Waluyo, L. 2004. Teknik dan metode dasar mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang.

        1 2 a a c c b b e e g f g f d d

      3 Keterangan :

        1. Konsetrasi 50 x 10 ppm (5 % (b/v))

        

      3

        2. Konsentrasi 100 x 10 ppm (10 % (b/v)) (a) Kitosan dengan konsentrasi 5 dan 10 % (b/v) (b) Kitosan Schiff Base dengan konsentrasi 5 dan 10 % (b/v) (c) Fe

        3 O 4 dengan konsentrasi 5 dan 10 % (b/v)

        (d) Kitosan Schiff Base-Fe

        3 O 4 dengan konsentrasi 5 dan 10% (b/v)

        (e) Asam Asetat 1% (v/v) (f) As. Asetat 1% (v/v) 1 : 4 DMSO (g) Aquadest

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62