STRATEGI PENYAMPAIAN TUTURAN DIREKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS

  

STRATEGI PENYAMPAIAN TUTURAN DIREKTIF SISWA

DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS

  Ni Wayan Eminda Sari Ida Ayu Made Wedasuwari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

  

Abstrak

  Diskusi dapat diartikan sebagai aktivitas bertukar pikiran yang dilakukan oleh beberapa orang. Dalam bidang pembelajaran, diskusi sebagai sebuah metode yang ditempuh guru dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut, kajian terhadap strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas di SMA (SLUA) 1 Saraswati Denpasar menarik dan perlu dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas dan mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan penyampaian tuturan direktif siswa terhadap pembelajaran di kelas.Data penelitian ini adalah tuturan siswa yang berbentuk lisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rekaman, observasi, dan wawancara. Analisis data melalui tiga tahap, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas disampaikan secara langsung dan tidak langsung dengan fungsi yang bervariasi. Strategi penyampaian tuturan siswa yang dominan muncul adalah strategi bertanya secara langsung. (2) Dampak yang ditimbulkan terhadap pembelajaran adalah situasi pembelajaran di kelas menjadi nyaman dan kondusif, aktivitas siswa berkembang, pembelajaran berlangsung dengan baik, tidak terhambat, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Berdasarkan temuan tersebut, hendaknya guru dan siswa memperhatikan strategi penyampaian tuturan dalam pembelajaran di kelas terutama dalam bertanya sehingga terjadi interaksi aktif yang harmonis antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Kata Kunci: strategi, tuturan, direktif, pembelajaran.

  

THE STRATEGY OF DELIVERING DIRECTIVE SPEECH OF STUDENTS IN THE

CLASSROOM

Abstract

  Discussion can be defined as an activity to share ideas and thought which is done by some people. In learning, discussion is a method which is applied by teachers in teaching and learning process. According to the prior matters, a study on a strategy in uttering directive speech by students at SMA (SLUA)1 Saraswati Denpasar within the teaching and learning process was interesting to be conducted. This study is a qualitative descriptive study which aimed at describing the strategy in uttering directive speech by students at the classroom and describing the effects occurred from directive speech by students towards the learning process in the class. The research data were the students’ utterance in the oral form. The methods used were recording, observing, and interviewing methods. The garnered data were analyzed following the threefold steps, namely: 1) data reduction, 2) data presentation and 3) conclusion and data verification. The research findings revealed that 1) the strategy in delivering the students’ directive speech was in direct and indirect forms with varied functions. The dominant strategy done by the students was direct questioning strategy. 2) The effects towards the teaching and learning process were the comfortable and conducive learning situat ion, the developed students’ activities, the effective classroom, and the achieved learning goals. In accordance with these findings, the teachers and the students are expected to consider the speech uttering strategy in teaching and learning process, especially in asking to create a harmonious active interaction between the students and the teachers and amongst the students.

  Key words: strategy, speech, directive, learning

  PENDAHULUAN

  Dalam kehidupan sehari-hari, tiap anggota masyarakat selalu melakukan interaksi sosial. Dalam interaksi sosial tersebut, pada umumnya mereka menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, penggunaan bahasa tersebut dapat berupa wacana ataupun percakapan yang diwujudkan dengan menggunakan satu, beberapa, atau banyak tuturan. Tiap tuturan (dalam wacana atau percakapan) yang disampaikan oleh penutur atau penulis kepada mitra tutur atau pembaca mempunyai maksud tertentu. Makna atau maksud tuturan itu (dapat dikatakan) menyatakan tindakan. Makna atau maksud yang menyatakan tindakan yang dinyatakan dengan tuturan itu disebut dengan tindak tutur.

  Tindak tutur yang digunakan partisipan tutur mempunyai fungsi. Fungsi tindak tutur tercermin dari maksud tuturan. Fungsi tindak tutur antara lain seperti yang dinyatakan Searle (dalam Soemarsono: 2007) bahwa berdasarkan fungsinya, tindak tutur dapat digolongkan dam tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. (1) Asertif (Assertives): bermaksud, bertujuan, atau berfungsi menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kebenaran proposisi atau pernyataan yang diungkap, misalnya, menyatakan menerima atau menolak, mengusulkan, membual, mengeluh, mengajukan pendapat, melaporkan. (2) Direktif (Directives): ilokusi ini bertujuan meminta lawan tutur melakukan sesuatu untuk menghasilkan suatu efek terhadap tindakan yang dilakukan oleh penutur; misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. (3) Komisif (Commissives): ilokusi bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan. (4) Ekspresif (Expressive): fungsi ilokusi ini adalah mengungkap atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. (5) Deklarasi (Declaration): fungsi ilokusi ini adalah untuk mengungkapkan pernyataannya yang keberhasilan pelaksananya tampak pada adanya kesesuaiannya dengan realitas tindakan, misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya. Fungsi tindak tutur tersebut disampaikan dengan strategi penyampaian yang berbeda agar maksud dan tujuan tuturan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara.

  Strategi tindak tutur adalah cara-cara yang digunakan partisipan tutur dalam mengekspresikan tindak atau fungsi tindak tutur menggunakan tuturan tertentu. Dalam kaitan ini, Wijana (1996) mengisyaratkan bahwa strategi penyampaian tindak tutur atau fungsi tindak tutur dapat diwujudkan dengan tuturan bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif (bermakna literal atau nonliteral, langsung dan tidak langsung).

  Dengan mengadaptasi teori-teori tersebut, strategi tindak tutur dapat dibedakan atas strategi langsung dan tidak langsung. Strategi langsung, yaitu strategi penyampaian tindak tutur menggunakan tuturan yang bentuknya mempunyai makna sama (atau mirip) dengan maksud pengutaraannya. Strategi tidak langsung adalah strategi penyampaian tindak tutur menggunakan tuturan yang bentuknya mempunyai makna yang tidak sama dengan maksud pengutaraannya.

  Strategi penyampaian tuturan direktif sangat penting dalam diskusi. Interaksi dengan konsep yang sama terhadap pesan dalam tuturan tampak dalam diskusi pada saat pembelajaran berlangsung, terutama diskusi yang terjadi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran di kelas. Dalam diskusi sebagai salah satu aktivitas pembelajaran di kelas, guru dan siswa dituntut untuk saling berbagi pendapat. Dalam hal ini, baik guru maupun siswa menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan dan ada pula menyanggah, bertanya, dan sebagainya. Dalam konteks itu, guru atau siswa sebagai penutur dituntut untuk menggunakan bahasa yang sopan agar tidak menyinggung perasaan mitra tutur.

  Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Selain itu diskusi juga merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk saling tukar bertukar pikiran yang dilakukan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah. Biasanya dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Menurut Sudiana (2006:114) menyatakan, bahwa diskusi juga dapat diartikan sebagai aktivitas

  bertukar pikiran yang dilakukan oleh beberapa

  orang. Dalam bidang pembelajaran, diskusi sebagai sebuah metode yang ditempuh guru dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar.

  Penelitian yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Elik Sastrawan dengan judul “Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri

1 Pupuan.” Dalam penelitian ini dibahas tentang jenis tindak tutur, ilokusi, dan fungsi tindak tutur.

  Selain itu, penelitian mengenai tindak tutur juga telah dilakukan oleh Made Ellinawati dengan judul “Retorika Pragmatik Penggunaan Tindak Tutur dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA

  Negeri 4 Singaraja ”. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai fungsi retorika pragmatik

  penggunaan tindak tutur dan komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa.

  Kedua penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang penulis laksanakan, baik dari segi objek maupun subjek penelitian, walaupun memiliki persamaan dari segi pengkajian tuturan. Oleh karena itu, penelitian dengan judul

  “Strategi Penyampaian Tuturan Direktif

Siswa dalam Pembelajaran Di Kelas”, menarik dan perlu untuk dilakukan. Penelitian ini

  bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas dan mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan penyampaian tuturan direktif siswa terhadap pembelajaran di kelas.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini mengkaji strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan ini dipilih karena cocok dengan karakteristik masalah penelitian yakni strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas dan dampak yang ditimbulkan dari strategi penyampaian tuturan direktif siswa terhadap pembelajaran di kelas.

  Lokasi penelitian ini adalah di SMA (SLUA) 1 Saraswati Denpasar, khususnya di kelas XI IPA. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA (SLUA) 1 Saraswati Denpasar. Selanjutnya, objek dalam penelitian ini strategi penyampaian tuturan direktif siswa dalam pembelajaran di kelas di SMA (SLUA) 1 Saraswati Denpasar. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah 1) rekaman, melalui teknik perekaman ini, peneliti berusaha semaksimal mungkin mendapatkan rekaman tuturan yang sebanyak-banyaknya dari proses interaksi verbal dalam pembelajaran. 2) observasi, untuk melengkapi data yang tidak terekam, peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas komunikasi dalam pembelajaran, dan 3) wawancara, teknik ini dilakukan lebih banyak berupa pengajuan pertanyaan konfirmasi secara tidak terstruktur. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Penyampaian Tuturan Direktif Siswa dalam Pembelajaran di Kelas

  Strategi tindak tutur adalah cara-cara yang digunakan partisipan tutur dalam mengekspresikan tindak atau fungsi tindak tutur menggunakan tuturan tertentu. Strategi penyampaian tindak tutur dapat diwujudkan dengan tuturan bermodus deklaratif, imperatif, dan interogatif. Strategi penyampaian tuturan direktif siswa dapat diwujudkan dengan strategi langsung dan tak langsung. Strategi langsung digunakan dalam menyampaikan fungsi tindak tutur oleh penutur terhadap mitra tutur menggunakan tuturan dengan makna yang jelas atau yang merealisasikan makna dengan memfungsikan tuturan secara konvensional. Selanjutnya dalam penggunaan strategi tidak langsung, penutur mengekspresikan tindak tutur dengan cara memfungsikan tuturan secara tidak konvensional dan umumnya motivasi dan tujuan pengutaraannya adalah kesantunan.

  Strategi penyampaian tuturan siswa tampak pada cara siswa menyampaikan fungsi tuturan yang meliputi fungsi memerintah, meminta, bertanya, melarang, dan sebagainya. Strategi penyampaian tersebut dinyatakan dengan bentuk berupa tuturan dengan karakteristik tersendiri.

  Berdasarkan uraian di atas, strategi yang digunakan siswa dalam pembelajaran meliputi strategi langsung dan tidak langsung. Strategi tersebut digunakan siswa untuk mengaktifkan pembelajaran, memaparkan materi pelajaran, menjalin hubungan yang harmonis serta keakraban antara siswa dengan siswa, dan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

  Strategi Direktif Langsung

  Strategi direktif langsung merupakan strategi yang digunakan penutur terhadap mitra tutur dalam menyampaikan fungsi tindak tutur untuk menghendaki agar lawan tutur melakukan sesuatu. Strategi langsung diwujudkan dengan tuturan dalam berbagai modus (deklaratif, imperatif, dan interogatif) atau tuturan dalam berbagai modus yang secara konvensional disampaikan dengan makna yang jelas atau makna sebenarnya. Strategi direktif langsung yang diwujudkan dalam berbagai modus tersebut menggunakan bahasa dengan pilihan kata yang terkesan halus dan santun.

  Sejalan dengan uraian di atas, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam percakapan di kelas, strategi direktif langsung secara operasional digunakan siswa terhadap siswa untuk bertanya, meminta, dan mengizinkan. Dalam menyatakan fungsi itu, strategi langsung yang dinyatakan siswa pada umumnya berorientasi pada kesantunan. Hal tersebut tampak seperti di bawah ini.

  Strategi Bertanya Secara Langsung Strategi bertanya secara langsung terdapat pada contoh percakapan di bawah ini.

  S1 : “Aku kangen banget tau ma dia. Ardi, gimana ya caranya biar kita bisa ketemu Nita?”(a)

  S2 : “Ah gampang itu Jon. Kita pura-pura sebagai penjual bunga yang mengantarkan bunga untuk Nita. Sekarang kita beli bunga dulu ke toko bunga. Setelah itu kita langsung ke rumah Nita mengantarkan bunga itu. Siapa tahu aja nanti ga ada ortunya di rumah jadi kita langsung dapat ngajak Nita main ke taman. (b)

  (Konteks: Percakapan tersebut terjadi dalam situasi tidak terlalu

   formal. Siswa menggunakan kata-kata tidak terlalu formal dan akrab dalam pementasan drama kelas).

  Tuturan di atas tergolong strategi bertanya secara langsung yang diwujudkan dengan tuturan bermodus interogatif. Dalam hal ini, siswa meminta temannya secara langsung agar menjelaskan dengan baik dan benar tentang langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menemui si Nita yang sesuai dengan skenario drama tersebut. Dengan demikian, pembelajaran menjadi nyaman dan kondusif.

  Tuturan tersebut tergolong santun. Dalam konteks ini, tuturan tersebut terkesan akrab, santai, tidak ada jarak sosial dan disampaikan secara langsung. Dengan penggunaan strategi penyampaian tuturan direktif siswa seperti itu, dapat terjalin hubungan interpersonal yang baik antara siswa dan siswa.

  Strategi Mengizinkan Secara Langsung

  Tuturan direktif mengizinkan diwujudkan dengan bentuk deklaratif. Tuturan tersebut menekankan prinsip kesantunan. Hal itu terkait dengan penggunaan bahasa yang efektif, dapat menarik perhatian, meyakinkan, dan mempengaruhi mitra tutur sesuai dengan konteks interaksi yang berlangsung.

  Hal tersebut tampak pada contoh percakapan di bawah ini.

  S1 : “Kesempatan pertama saya berikan Suryani untuk menjawabnya.”(a)

  S2 : “Terima kasih saudara untuk kesempatannya. Saya pikir drama itu menggunakan alur maju.”(b) (Konteks: Disampaikan siswa pada saat memberikan kesempatan siswa

   lain dalam menjawab pertanyaan.)

  Tuturan di atas tergolong strategi mengizinkan secara langsung yang diwujudkan dengan tuturan bermodus deklaratif. Dalam hal ini, siswa mengizinkan siswa lain secara langsung agar menanggapi pertanyaan yang disampaikan dalam diskusi. Siswa (S1) menjalankan tugas sesuai dengan kewajiban moderator dalam diskusi. Pengizinan pada tuturan (b) tidak disertai dengan modalitas silakan tetapi disertai dengan penggunaan kata

  

berikan, namun maksud dari tuturan di atas adalah mengizinkan siswa lain untuk

menanggapi permasalahan dalam diskusi tersebut.

  Strategi Direktif Tidak Langsung

  Strategi tidak langsung, siswa mengekspresikan tindak tutur dengan cara memfungsikan tuturan secara tidak konvensional dan umumnya motivasi dan tujuan pengutaraannya adalah kesantunan. Sejalan dengan hal itu, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran di kelas, strategi tidak langsung secara operasional digunakan untuk meminta dan mengizinkan yang berorientasi pada kesantunan. Hal tersebut tampak seperti di bawah ini.

  Strategi Meminta Secara Tidak Langsung

  Strategi direktif siswa secara tidak langsung dapat berupa tuturan deklaratif yang berfungsi meminta. Sebagai Strategi direktif, tuturan tersebut menggunakan bahasa yang santun secara retorik yaitu; efektif, menarik, meyakinkan, dan dapat mempengaruhi mitra tutur.

  Strategi direktif meminta secara tidak langsung juga terdapat pada tuturan siswa di bawah ini.

  S1 : “Apa yang anda maksud dengan konversi lahan dan paceklik?”

  S2 : “Konversi lahan adalah pengalihan lahan, misalnya dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Paceklik itu musim kering atau musim yang tidak mendukung dalam pertanian sehingga petani mengalami kerugian.” (b)

  (Konteks: Disampaikan siswa dalam pemaparan hasil penelitian dengan situasi

  tidak terlalu formal)

  Tuturan di atas tergolong strategi meminta secara tidak langsung yang diwujudkan dengan tuturan bermodus interogatif. Dalam hal ini, siswa meminta temannya secara tidak langsung agar menjelaskan pengertian tentang konversi lahan dan musim paceklik. Tuturan tersebut tergolong santun. Dalam konteks ini, tuturan terkesan akrab, menguntungkan siswa, dan menunjukkan kesekawanan. Dengan pnggunaan strategi seperti itu, dapat terjalin hubungan interpersonal yang baik antara siswa dan siswa yang lain. Hal itu tampak pada dampak tuturan siswa yaitu adanya respons positif siswa seperti pada (b). Secara retorik, tuturan siswa di atas berfungsi untuk memberikan informasi kepada siswa terkait dengan pertanyaan yang diajukan.

  Strategi Mengizinkan Secara Tidak Langsung

  Strategi mengizinkan secara tidak langsung dinyatakan dengan tuturan interogatif seperti di bawah ini. S1

  : “Bagaimana kalau kesempatan pertama yang menanggapi dari kelompok Deni?” (a) S2 : “ Setuju…(b) (Konteks: Disampaikan siswa selaku moderator pada saat diskusi)

  Tuturan di atas tergolong strategi mengizinkan secara tidak langsung yang diwujudkan dengan tuturan bermodus interogatif. Dalam hal ini, siswa mengizinkan temannya secara tidak langsung agar menanggapi permasalahan yang disampaikan kelompok lain. Tuturan tersebut tergolong santun. Dalam konteks ini, tuturan t ersebut terkesan ramah, akrab, dan memberikan alternatif pilihan.

  

Dampak Strategi Penyampaian Tuturan Direktif Siswa terhadap Situasi Pembelajaran di

Kelas

  Dampak penyampaian tuturan direktif siswa terhadap situasi pembelajaran di kelas yaitu (1) situasi pembelajaran di kelas menjadi kondusif, (2) keaktifan siswa menjadi berkembang, (3) pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Hal itu menunjukkan bahwa strategi penyampaian tuturan direktif siswa berdampak positif terhadap pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.

  G : Baiklah ada yang kurang jelas? Kalau kalian tidak ada yang Bertanya, biar ibu saja yang bertanya. Tadi, ada metode wawancara. Apa saja jenis wawancara yang bisa digunakan dalam mencari data? (a) S : wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (b) (Konteks: Percakapan tersebut terjadi dalam situasi formal. Siswa terkesan menjawab seperlunya dan terkesan menjaga jarak dengan guru).

  Berdasarkan tuturan di atas, maka dampak yang juga ditimbulkan adalah aktif atau tidaknya siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya tuturan siswa pada (b) dapat diketahui bahwa siswa tersebut menggunakan tuturan deklaratif berusaha menjawab atau menanggapi apa yang dituturkan gurunya. Hal itu juga disebabkan guru yang selalu membangkitkan aktivitas siswanya di dalam kelas. Dengan demikian, dapat dilihat siswa sangat aktif saat pembelajaran di kelas, sehingga kelas menjadi nyaman dan kondusif. Selain itu, siswa juga harus membuat terobosan dalam pembelajaran. Terobosan yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dapat membangkitkan suasana kelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam percakapan berikut.

  G : Apa manfaat teori dalam laporan penelitian?(b) S :Teori itu nantinya digunakan sebagai acuan dalam analisis hasil penelitian yang dilakukan, Bu. (c)

   (Konteks:Percakapan tersebut terjadi dalam situasi formal. Guru menunjukkan sikap serius dalam menanggapi pertanyaan siswa dan menggunakan kata-kata yang informatif)

  Tuturan siswa dalam percakapan di atas dapat menimbulkan dampak positif terhadap pembelajaran di kelas. Tindak tutur tersebut terjadi saat membahas materi pelajaran di kelas. Situasi saat itu masih cukup kondusif karena keadaan siswa masih serius mendengarkan penjelasan guru. Maka dari itu, sudah sepantasnya antara guru dan siswa selalu menciptakan situasi yang nyaman di dalam kelas sehingga baik guru maupun siswa tidak merasa terganggu dengan situasi kelas yang kurang nyaman. Selanjutnya dari pertanyaan yang dilontarkan guru, siswa pun menjawab dengan penuh semangat dan tidak perlu panjang lebar selama tuturan tersebut tidak diperlukan. Artinya, dengan adanya tindak tutur siswa menyatakan bahwa siswa sudah dapat menerima tuturan tersebut dan mengerti apa yang dimaksud dari tuturan tersebut sehingga pembelajaran di kelas menjadi efektif dan adanya pemahaman bersama serta tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

  Dengan demikian, strategi penyampaian tuturan direktif siswa disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Dampak strategi penyampaian tuturan direktif siswa pada umumya berupa dampak positif bagi proses belajar mengajar di kelas.

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Strategi penyampaian tuturan direktif siswa disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Strategi penyampaian direktif siswa yang disampaikan secara langsung berupa tuturan yang berfungsi untuk bertanya, mengizinkan, dan meminta. Sedangkan, strategi penyampaian direktif siswa yang disampaikan secara tidak langsung berupa tuturan yang berfungsi untuk meminta dan mengizinkan. Strategi penyampaian direktif yang dominan muncul adalah strategi bertanya secara langsung.

  2. Dampak yang ditimbulkan terhadap pembelajaran adalah situasi pembelajaran di kelas menjadi nyaman dan kondusif, aktivitas siswa berkembang, pembelajaran berlangsung dengan baik, tidak terhambat, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

  Berdasarkan temuan tersebut, hendaknya guru dan siswa memperhatikan strategi penyampaian tuturan dalam pembelajaran di kelas terutama dalam bertanya sehingga terjadi interaksi aktif yang harmonis antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Selain itu, situasi pembelajaran di kelas menjadi nyaman dan kondusif serta tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

  DAFTAR PUSTAKA Ellinawati, Made. 2011.

  “Retorika Pragmatik Penggunaan Tindak Tutur dalam Diskusi Siswa

  Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja ”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha

  Leech Geoffry.1996. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh MDD Oka. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Miles, M. B. dan Huberman, A.M. 1984. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi.

  1992. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sastrawan, Ellik. 2011. Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX

  SMP Negeri 1 Pupuan. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika Bertutur Efektif. Sidoarjo: AP Asri Press.

  Sumarsono dan Partana, Paina. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda. Wijana, I Dewa Pt. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI