BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni Indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media imformasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996 dalam Sonny, 2001).

  Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Objek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek tersebut mulai mencoba melakukan subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

  Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni : a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

  b.

  Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  c.

  Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

  Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum

  • – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  d.

  Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e.

  Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

  1) Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, masyarakat. Beberapa hasil penelitian mempengaruhi pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. tindakan yang diambil. 3) Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkankan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan satu kebutuhan.

  4) Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan sesuatua hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang- ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; meliputi lingkungan, sosial ekonomi,kebudayaan dan informasi.

  Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sikap dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan, sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan normal, kebiasaan, nilai, penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Sikap (attitude)

2.2.1 Definisi Sikap

  Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

  Newcomb ialah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu

  merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

  Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (abu ahmadi, 1999 dalam sunaryo, 2004).

2.2.2 Komponen Dan Ciri-Ciri Sikap

  c.

  Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan (sunaryo, 2004).

  f.

  Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

  e.

  Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan/ banyak objek.

  d.

  Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

  Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu: a.

  Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

  b.

  Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

  Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli pada intinya sama, yaitu : a.

  Kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2007). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude ).

  c.

  Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

  b.

  Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

2.2.3 Fungsi Sikap

  Menurut Sunaryo (2004), sikap memiliki 5 fungsi yakni sebagai berikut : a.

  Fungsi Instrumental menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan sarana yang disebut sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut atau sebaliknya.

  b.

  Fungsi Pertahanan Ego Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

  c.

  Fungsi Nilai Ekspresi Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

  d.

  Fungsi Pengetahuan Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. e.

  Fungsi Penyesuaian Sosial.

  Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini, sikap yang diambil individu tersebut akan dapat

2.2.4 Tingkatan Sikap

  Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : a.

  Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  b.

  Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang yang menerima ide tersebut.

  c.

  Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  d.

  Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

  

2.2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Dan Perubahan

Sikap

  Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

  1. Faktor internal Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap.

  2. Faktor eksternal Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun nonelektronik.

2.3. Orang Tua

2.3.1. Pengertian Orang Tua

  Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

  Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua- anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka (sitorus, 1988 dalam irwan, E, 2010).

2.3.2 Peran Orang Tua dalam Keluarga

  Menurut Gunarsa (2001) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, a.

  Peran ibu adalah 1.

  Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik 2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten

3. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak 4.

  Menjadi contoh dan teladan bagi anak b. Peran ayah adalah 1.

  Ayah sebagai pencari nafkah 2. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman

  3. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga

2.4. Keluarga

2.4.1. Pengertian Keluarga

  Menurut friedman (1998) dalam Sudiharto 2007, definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari kelurga. WHO (1969) menyatakan bahwa, keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Dan menurut UU No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa, keluarga adalah unit terkecil dari

  Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga ini lah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga.

  Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada disekitarnya atau masyarakat disekitarnya atau dalam konteks luas berpengaruh terhadap Negara (Setiadi, 2008).

2.4.2 Bentuk - Bentuk Keluarga

   Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut : 1.

  Keluarga inti (nuclear family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

2. Keluarga asal (family of origin) Suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.

  3. Keluarga besar (Extended family) Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, bibi, paman dan sebagainya.

   Keluarga berantai (social family)

  Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

  5. Keluarga duda atau janda

  Keluarga yang terbentuk karena percereain atau kematian pasangan yang dicintai.

  6. Keluarga komposit (composite family) Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

  7. Keluarga kohabitasi (cohabitation)

  Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.

  8. Keluarga inses (incest family)

  Keluarga yang tidak lazim (pekawinan sedarah), misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, dan ayah yang menikah dengan anak perempuan tirinya.

  9. Keluarga tradisional dan nontradisional

  Keluarga yang dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan (Sudiharto, 2007).

2.4.3 Fungsi Pokok Keluarga

  Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara tersebut. Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, yaitu:

  a) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang

  utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

  b) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat

  melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

  c) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk

  mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

  d) Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi

  untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

  e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function),

  yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi (Suprajitno, 2004)

2.4.4 Tugas Pokok Keluarga

  Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut : 1.

  Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing

  4. Sosialisasi antar anggota keluarga 5.

  Pengaturan jumlah anggota keluarga 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

  8. Membangitan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy, 1998)

2.4.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

   Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

  dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: 1)

  Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004).

  2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

  3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

  4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

  5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008).

2.4.6 Peran Keluarga

  Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

  Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahum 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa kelurga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

  Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:

  1. Peran ayah: ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social tertentu.

  2. Peran ibu: ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social tertentu.

3. Anak: anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

  2.5.1 Pengertian PHBS

  PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Sedangkan PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan akif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).

  2.5.2 Tujuan PHBS

  Tujuan pelaksanaan pembinaan PHBS dirumah tangga adalah : a.

  Meningkatkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembinaan PHBS di rumah tangga.

  b.

  Meningkatkan dukungan dan peran aktif Tim penggerak PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga) dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.

  c.

  Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

2.5.3 Manfaat PHBS

  Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk Indonesia, yaitu: Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

  2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

  3. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.

  4. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

  5. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan.

  6. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.

  7. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

2.5.4 Sasaran PHBS

  Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu : a.

  Pasangan usia Subur b. Ibu hamil dan ibu menyusui c. Anak dan remaja d. Usia lanjut e. Pengasuh anak (Depkes RI, 2007)

2.5.5 Indikator PHBS

  Depkes RI (2007), indikator pada tatanan rumah tangga adalah sebagai berikut: Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga paramedis lainnya) karena tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dan berkompeten dalam membantu persalinan, sehingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin keselamatan dan kecacatannya.

  2. Memberi bayi ASI eksklusif pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan, tetapi bila mungkin sampai enam bulan. Setelah bayi berumur enam bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih dari dua tahun (Roesli, 2000). Adapun manfaat pemberian ASI bagi bayi dan ibu adalah: 1) ASI mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan kualitasnya 2) ASI meningkatkan kesehatan bayi

  3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi 4) ASI meningkatkan jalinan kasih ibu-anak (bonding) 5) Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma) rahim (ca endometrium).

  7) Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis). 8) Mengurangi risiko rheumatoid artritis

  9) Metode KB paling aman 10) Mengurangi risiko diabetes maternal

  11) Mengurangi stress dan gelisah 12) Berat badan lebih cepat kembali normal (Roesli, 2010).

  3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembanga bayi dan balita dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan di posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau pos pelayanan Anak Usia Dini (PAUD) (Depkes RI, 2009).

  4. Menggunakan air bersih Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% .

  Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak dan mencuci, dan sebagainya. Diantara kegunaan- kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan akan air masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, syarat –syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Syarat fisik, persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini lebih sukar. 2) Syarat bakteriologis, air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) seperti bakteri coli melebihi batas –batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air serta kandungan oksigen dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.

  Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l, 3) Syarat kimia, air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

  5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sebagai berikut: 1) Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya, 2) Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup, 3) CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya (Dimyati, 2011). Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan, 2) Sebelum menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4) Setelah menceboki bayi/anak, 5) Setelah memegang unggas atau hewan.

  Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain : 1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, 2) Mencegah penularan penyakit seperti typus, disentri,flu burung, flu babi, 3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

  Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut : 1) Cuci seperlunya, 2) Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, 3) Bersihkan tangan menggunakan lap bersih (Rahmani, 2010).

6. Menggunakan jamban sehat

  Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoadmodjo, 2007).

  Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, suatu jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya, 3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang- binatang lainnya, 5) Tidak menimbulkan bau, 6) Mudah digunakan dan dipelihara, 7) Sederhana desainya, 8) Murah, 9) Dapat diterima oleh pemakainya.

  Agar persyaratan- persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain: 1) Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindungi dari pandangan orang, 2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya, 3) Bangunan jamban sebaiknya ditempatkan menimbulkan bau dan sebagainya, 4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersihkan seperti air atau kertas pembersih (Notoadmodjo, 2007). Jamban yang paling diajurkan untuk digunakan menurut Soeparman dan Suparmin (2001) adalah jamban leher angsa. Tipe jamban ini terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab (leher angsa) dapat langsung dipasang di atas lubang galian, lubang hasil pengeboran atau tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air pada leher angsa, lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat pada lubang jamban, dan bau tidak dapat keluar dari lubang tersebut.

  7. Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.

  Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari jentik nyamuk. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi dan kemungkinan terhindar dari penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya dan kaki gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).

  8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

  Sayur merupakan salah satu sumberdaya yang banyak terdapat disekitar kita, mudah diperolah dan berharga relatif murah serta merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayur antara lain mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan karbohidrat dalam bentuk selulosa dan pektin atau disebut juga serat. tinggi dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A, kecuali untuk beberapa jenis sayur tertentu. Jenis sayur yang banyak mengandung serat adalah sayur daun hijau antara lain bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk, dan daun melinjo (Anwar, Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000). buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin dan mineral. Buah juga dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan vitamin E, mineral FE dan mineral ZN yang berfungsi menangkal radikal bebas sedangkan serat banyak berfungsi dalam memperlambat kerusakan sel secara dini (Anwar, Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000). Sayur makanan yang bersifat alkalis/basa, dinilai lebih dapat mengimbangi daging yang bersifat asam. Peran selenium dan kromium (yang terkandung dalam sayur) dalam ratio tertentu mampu mencegah terbentuknya karat lemak pada dinding pembuluh darah. Sayur yang kandungan kalsiumnya lebih banyak dari susu, lebih-lebih yang berasal dari tumbuhan laut, dapat mengatasi masalah zat kapur.

  Radikal bebas yang diperoduksi dalam tubuh manusia, yang dapat mengubah sifat-sifat sel tubuh menjadi kanker, atau karat lemak pembuluh darah, dapat diredam reaksinya dengan zat antioksidan. Zt- zat yang berperan sebagai antioksidan sudah ditemukan diantaranya vitamin C, E dan selenium. Zat-zat ini terkandung dalam berbagai (Nadesul, 1994 dalam Setiowati, 2000).

  Khomsan dan Nasution (1995 dalam Setiowati, 2000), pengetahuan gizi merupakan landasan penting menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin.

  9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).

  10. Tidak merokok di dalam Rumah Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon

  Monoksida (CO). Nikotin ini menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan paru-paru dan kanker.CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa Suriyani, 2009).

  Batasan operasional penduduk umur 15 tahun ke atas yang tidak pernah merokok dalam 1 bulan terakhir. Rumah tangga tidak merokok adalah rumah tangga dimana tidak ada anggota rumah tangga umur 15 tahun keatas yang merokok di dalam rumah setiap hari. Berdasarkan batasan operasional ini, maka yang dimaksud tidak merokok adalah penduduk yang tidak merokok selama sebulan yang lalu saat dilakukan survey. Oleh sebab itu mantan perokok adalah termasuk kategori tidak merokok. (Notoadmodjo, 2010).

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

3 119 115

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

1 37 111

Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Keluarga Di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

1 52 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengetahuan Keluarga tentang Kekambuhan Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Batu, Torgamba, Labuhan Batu Selatan

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIVAIDS 2.1.1 Definisi HIVAIDS - Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2013

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kanker Payudara di SMA N.1 Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2012

0 0 19

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

0 0 28