Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI BALITA

DI DUSUN III DESA PANTAI GEMI

KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh Erni Safwan

111121016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Bismilahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi Penelitian ini. Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 dengan judul :

“Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat

Tahun 2012”.

Dalam penyusunan skripsi penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pudek 1 Fakultas Keperawatan USU

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns. M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. Ibu Siti Zahara Nst, S.Kp. MNS, selaku penguji I dan Ibu Evi Karota Bukit,

S.Kp. MNS, selaku penguji II yang telah memberikan masukan serta saran


(4)

5. Bapak Setiawan, S.Kp. MNS, PhD selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademi di

Fakultas Keperawatan USU.

6. Bapak kepala Lingkungan III Desa paya Mabar yang telah mengijinkan

peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.

7. Bapak Kepala Dusun III Desa Pantai Gemi yang telah bersedia memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan survey awal dan penelitian di Desa

Pantai Gemi.

8. Kepada seluruh orangtua (masyarakat) di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.

Stabat Kab. Langkat yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

9. Bapak dan ibu dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah

memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.

10.Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda serta keluarga besarku yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil dan doa yang tulus untuk

penulis.

11.Adik- adik saya Khairul muammar, Rinaldi Arianto, Rizki Narahmat, dan

Nazwa Ariska Putri, terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang sudah

diberikan pada penulis.

12. Sahabat-sahabat saya yang selama ini menemani dikala suka dan duka,

terimakasih untuk hari-hari yang dilewati, dan teman-teman seperjuangan


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih

terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga skripsi penelitian

ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan khususnya keperawatan komunitas dan pihak-pihak yang

membutuhkan.

Medan, Februaris 2013


(6)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Halaman Pengesahan ... i

Prakata...ii

Daftar Isi...v

Daftar Tabel ... ... vii

Abstrak...viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 8

2.1.1 Definisi ... 8

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 9

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

2.2 Sikap ... 12

2.2.1 Definisi Sikap ... 12

2.2.2 Komponen Dan Ciri-ciri Sikap ... 13

2.2.3 Fungsi Sikap ... 14

2.2.4 Tingkatan Sikap ... 15

2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap .... 16

2.3 Orang tua ... 17

2.3.1 Definisi Orang tua ... 17

2.3.2 Peran Orang tua dalam Keluarga ... 18

2.4 Keluarga ... 18

2.4.1 Pengertian Keluarga ... 18

2.4.2 Bentuk-bentuk Keluarga ... 19

2.4.3 Fungsi Pokok Keluarga ... 21

2.4.4 Tugas Pokok Keluarga ... 22

2.4.5 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ... 22

2.4.6 Peran Keluarga ... 24

2.5 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Rumah Tangga ... 25

2.5.1 Pengertian PHBS ... 25

2.5.2 Tujuan PHBS ... 25

2.5.3 Manfaat PHBS ... 26

2.5.4 Sasaran PHBS ... 26


(7)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ... 36

3.2 Definisi Operasional ... 37

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 40

4.2 Populasi dan sampel ... 40

4.2.1 Populasi ... 40

4.2.2 Sampel ... 40

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

4.4 Pertimbangan Etik ... 42

4.5 Instrumen Penelitian ... 43

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

4.7 Pengumpulan Data ... 47

4.8 Analisa Data ... 48

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian ... 49

5.2Pembahasan ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Responden

2. Surat Kesediaan Menjadi Responden

3. Instrumen Penelitian

4. Jadwal penelitian

5. Rencana Anggaran Penelitian

6. Surat izin survey awal

7. Surat Ijin Pengambilan Data

8. Surat Selesai Penelitian 9. Uji Reliabilitas

10.Data Hasil Penelitian

11.Lembar Konsul


(8)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat.

Peneliti : Erni Safwan

Nim : 111121016

Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara

Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu di jaga, di tingkatkan dan di lindungi kesehatannya. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Kemudian muncul persepsi dari individu dan muncul sikap, niat, keyakinan/ kepercayaan yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga khususnya ibu yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah sampel 52

orang, Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori baik (59,6%), 11 responden memiliki pengetahuan cukup (21,2%) dan 10 responden memiliki pengetahuan kurang (19,2%). Sedangkan sikap responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan bahwa responden memiliki karakteristik sikap positif tentang PHBS yaitu 40 responden (76,9%) dan 12 responden (23,1%) memiliki karakteristik sikap negative tentang PHBS. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat adalah baik (positif). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat ikut serta dalam peningkatan pengetahuan dan penerepan PHBS di masyarakat.


(9)

Title : Knowledge and Attitudes Parents About Hygiene and Healthy Behaviors (PHBS) in the Family have childrens in Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Researcher : Erni Safwan Nim : 111121016

Faculty : Nursing North Sumatra Academic Year : 2011/2012

ABSTRACT

Behavior and healthy (PHBs) should start from home, because a healthy household is a capital asset or future development that need to be on guard, on the increase and protect their health. Behavior of a person or the public's health is determined and shaped by the knowledge received. Behavior that is based on knowledge will be more lasting than behavior, fueled by knowledge. Then came the perception of individuals and emerging attitudes, intentions, beliefs / confidence to motivate and realize the desire to be an act. The purpose of this study was to determine the knowledge and attitudes About Clean and Healthy Behavior (PHBs) The family especially mothers of toddlers aged 1-5 years in the Hamlet III Kec.Stabat Kab.Langkat Gemi Beach Village. The study design was descriptive. Total sample 52 people, the sampling method used was purposive sampling. Data were collected from respondents using a questionnaire. This research was conducted in August and September. The results showed that the respondents have the knowledge about healthy behavior and good category (59.6%), 11 respondents had sufficient knowledge (21.2%) and 10 respondents had less knowledge (19.2%). While respondents attitudes about living a clean and healthy behavior (PHBs) show that respondents have a positive attitude about the characteristics of PHBs that 40 respondents (76.9%) and 12 respondents (23.1%) had a negative attitude about the characteristics of PHBs. In general it can be concluded that the knowledge and attitude of parents about healthy behavior and the family in the hamlet III Gemi Beach Village district. Stabat Kab. Langkat is good (positive). This study is expected to provide information about the behavior of living clean and healthy and able to participate in the improvement of knowledge and penerepan PHBs in the community.


(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat.

Peneliti : Erni Safwan

Nim : 111121016

Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara

Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu di jaga, di tingkatkan dan di lindungi kesehatannya. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Kemudian muncul persepsi dari individu dan muncul sikap, niat, keyakinan/ kepercayaan yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga khususnya ibu yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah sampel 52

orang, Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori baik (59,6%), 11 responden memiliki pengetahuan cukup (21,2%) dan 10 responden memiliki pengetahuan kurang (19,2%). Sedangkan sikap responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan bahwa responden memiliki karakteristik sikap positif tentang PHBS yaitu 40 responden (76,9%) dan 12 responden (23,1%) memiliki karakteristik sikap negative tentang PHBS. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat adalah baik (positif). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat ikut serta dalam peningkatan pengetahuan dan penerepan PHBS di masyarakat.


(11)

Title : Knowledge and Attitudes Parents About Hygiene and Healthy Behaviors (PHBS) in the Family have childrens in Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Researcher : Erni Safwan Nim : 111121016

Faculty : Nursing North Sumatra Academic Year : 2011/2012

ABSTRACT

Behavior and healthy (PHBs) should start from home, because a healthy household is a capital asset or future development that need to be on guard, on the increase and protect their health. Behavior of a person or the public's health is determined and shaped by the knowledge received. Behavior that is based on knowledge will be more lasting than behavior, fueled by knowledge. Then came the perception of individuals and emerging attitudes, intentions, beliefs / confidence to motivate and realize the desire to be an act. The purpose of this study was to determine the knowledge and attitudes About Clean and Healthy Behavior (PHBs) The family especially mothers of toddlers aged 1-5 years in the Hamlet III Kec.Stabat Kab.Langkat Gemi Beach Village. The study design was descriptive. Total sample 52 people, the sampling method used was purposive sampling. Data were collected from respondents using a questionnaire. This research was conducted in August and September. The results showed that the respondents have the knowledge about healthy behavior and good category (59.6%), 11 respondents had sufficient knowledge (21.2%) and 10 respondents had less knowledge (19.2%). While respondents attitudes about living a clean and healthy behavior (PHBs) show that respondents have a positive attitude about the characteristics of PHBs that 40 respondents (76.9%) and 12 respondents (23.1%) had a negative attitude about the characteristics of PHBs. In general it can be concluded that the knowledge and attitude of parents about healthy behavior and the family in the hamlet III Gemi Beach Village district. Stabat Kab. Langkat is good (positive). This study is expected to provide information about the behavior of living clean and healthy and able to participate in the improvement of knowledge and penerepan PHBs in the community.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup

dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai

akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus di mulai dari rumah tangga,

karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di

masa depan yang perlu di jaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.

Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi

dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu

diberdayakan untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Pembinaan PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu strategis untuk

menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk

hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga diberdayakan agar

tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan


(13)

masalah-ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan

bersumber masyarakat (Depkes RI, 2007)

PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 indikator, yaitu:

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi asi eksklusif,

menimbang bayi dan balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban, memberantas jentik nyamuk

di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas setiap hari, tidak

merokok didalam rumah (Depkes RI, 2007).

Cakupan indikator PHBS di indonesia bervariasi setiap indikatornya.

Hasil Survey Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah tangga sehat berkisar

24,38%, masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun 2010. Cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan masih sebesar 64% sedangkan target nasional

adalah 90%. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) sangat rendah

yaitu sebesar 19%, sedangkan target nasional sebesar 80%. Jenis sumber air sehat

yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung (35%), rumah tangga

yang menggunakan dan memiliki jamban hanya sebesar 27% sedangkan target

yang harus dicapai tahun 2010 adalah 85%. Untuk Asi eksklusif yang dikenal

dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baru mencapai 30%. Ditinjau gaya hidup

sehat di masyarakat, perokok usia belia 5-9 tahun meningkat secara signifikan dari


(14)

Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2007 yang diterbitkan

oleh BPS, sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan

menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak

terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa,

mata air terlindung, sumur terlindung dan air hujan. Sedangkan sumber air minum

tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai

dan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi

Sumatera Utara yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%,

sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak

terlindung sebesar 23,2%. Kabupaten/Kota dengan persentase terbesar untuk

rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah Kota Pematang

Siantar 97,4%, diikuti oleh Kota Medan sebesar 97,0% dan Kota Tebing Tinggi

94,4%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung

paling rendah berada di Kabupaten Nias sebesar 27,6%, diikuti oleh Kabupaten

Samosir (29%) dan Kabupaten Nias Selatan (34,6%).

Data Susenas 2007, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di

Sumatera Utara (80,7%) tingkat huniannya tidak padat (memenuhi syarat) dan

sebagian kecil lainnya (19,3%) belum memenuhi syarat. Bila dilihat berdasarkan

jenis lantainya, sebagian besar rumah tangga menempati rumah yang berlantai

bukan tanah. Persentase penggunaan lantai “bukan tanah” di Provinsi Sumatera

Utara sudah mencapai 94,5%, dimana Kota Tanjung Balai merupakan Kota


(15)

masing-masing 98,4% dan 80,8%. Bila dibandingkan menurut daerah tempat tinggal,

rumah tangga diperkotaan yang lantai rumahnya bukan dari tanah lebih banyak

dibandingkan dengan rumah tangga di perdesaan (97,3% berbanding 92,3%).

Merujuk hasil Riskesdas tahun 2007, di Provinsi Sumatera Utara perilaku

BAB di jamban proporsinya mencapai 76,2%. Sedangkan yang berperilaku cuci

tangan dengan benar sangat bervariasi menurut kabupaten/kota dengan rata-rata

14,5%. Bila dilihat perilaku BAB yang benar berdasarkan Kab/Kota yang

tertinggi, secara berurutan adalah Kota Binjai (99,6%), Pematang Siantar (98,2%)

dan Medan 96% sedangkan yang terendah secara berurutan, Kabupaten Tapanuli

Selatan (30,4%), Mandailing Natal (37,3%) dan Samosir (46,4%). Sedangkan

perilaku cuci tangan yang benar secara berurutan dari yang tertinggi adalah

Kabupaten Nias (45,8%), Nias Selatan (40%) dan Binjai 31,4% (Riskesdas,

2007).

Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut

kecamatan dan puskesmas kabupaten langkat tahun 2010 di 23 kecamatan, dengan

210 jumlah rumah tangga yang dipantau terdapat 112 yang ber-PHBS (53,33%)

(Bidang PKLM, 2010).

Penyakit yang sering muncul akibat rendahnya phbs adalah cacingan,

diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan sebagainya yang pada akhirnya akan

mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas

sumber daya manusia. Di Indonesia diare meningkat dari tahun ke tahun yang


(16)

Pada tahun 2006 terjadi lonjakan KLB diare yaitu 10.980 orang penderita dari

5.050 orang penderita pada tahun 2005 (Depkes RI, 2007). Berdasarkan laporan

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2008 tingkat

kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya. Tahun 2008 CFR akibat diare sebesar 4,78% dengan 10 penderita

meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan

CFR 1,31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus (Subdis P2P – PL

Dinkes Prov.Sumut, 2008)

Penelitian lain yang dilakukan Habibah (2008) tentang Hubungan

Pengetahuan dengan Sikap terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

dalam Rumah Tangga di Puskesmas Sidomulyo, menunjukkan adanya hubungan

bermakna antara pengetahuan terhadap penerapan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat dalam Rumah tangga, dengan nilai p value 0,033 = 0,05, maka pengetahuan

berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah

tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dengan sikap ternyata

berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Dusun III Desa Pantai

Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat tampak lingkungan yang kotor, banyak

sampah-sampah berserakan baik dihalaman rumah maupun diparit-parit dengan bau tak

sedap, ada 10 orang anak-anak yang bermain-main tanpa menggunakan sandal,

dan warga setempat masih menggunakan sungai sebagai tempat untuk MCK


(17)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti

tentang ’’Pengetahuan dan sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa

Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat’’

1.2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah ’’Pengetahuan dan sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun

III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat Tahun 2012”.

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pengetahuan Orang tua Tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita

di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat Tahun 2012.

b. Untuk mengetahui Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di

Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan

pengetahuan dalam pengembangan pelayanan di keperawatan khususnya


(18)

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan

membantu memecahkan masalah tentang PHBS bagi warga desa pantai

gemi kec.stabat kab.langkat khususnya Dusun III.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melaksanakan penelitian

lebih lanjut mengenai cara meningkatkan motivasi peran orang tua dalam


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni Indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour)

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang

didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan

sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu,

pengetahuan juga dapat diperoleh dari media imformasi yaitu media cetak seperti

buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti

televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996 dalam Sonny, 2001).

Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang

tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus


(20)

sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek tersebut mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption, di mana

subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

terhadap stimulus

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).


(21)

– hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,

2007).

2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal

(Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

1) Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses


(22)

masyarakat. Beberapa hasil penelitian mempengaruhi pendidikan

terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan

itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

2) Persepsi mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang diambil.

3) Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak

yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan mengeyampingkankan hal-hal yang dianggap kurang

bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi

memerlukan rangsangan dari dalam individu (biasanya timbul dari

perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas)

maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan).

Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan

pentingnya suatu perilaku dan dirasakan satu kebutuhan.

4) Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan),

juga merupakan kesadaran akan sesuatua hal yang tertangkap oleh

indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang

berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang

berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman

masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan

perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain;


(23)

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan

sikap dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan, sering

dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku

normal, kebiasaan, nilai, penggunaan sumber-sumber di dalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi

keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan

mempengaruhi perilaku. (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Sikap (attitude)

2.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek.

Newcomb ialah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

(Notoatmodjo, 2007).

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative

terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (abu ahmadi, 1999 dalam


(24)

2.2.2 Komponen Dan Ciri-Ciri Sikap

Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3

komponen yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b.Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c.Kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2007).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude).

Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli pada intinya sama,

yaitu :

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk

itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek

sikap.

d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada

sekumpulan/ banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga


(25)

2.2.3 Fungsi Sikap

Menurut Sunaryo (2004), sikap memiliki 5 fungsi yakni sebagai berikut :

a. Fungsi Instrumental

Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan

menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi

bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan sarana yang disebut

sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan,

individu akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut atau

sebaliknya.

b. Fungsi Pertahanan Ego

Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari

kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi Nilai Ekspresi

Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem

nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang

diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi Pengetahuan

Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa

keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu


(26)

e. Fungsi Penyesuaian Sosial.

Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.

Dalam hal ini, sikap yang diambil individu tersebut akan dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.2.4 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang yang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah dipilihnya


(27)

2.2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Dan Perubahan Sikap

Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi

dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang

perkembangan selama hidupnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1. Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari

luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak.

Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada

dalam diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor

penentu pembentukan sikap.

2. Faktor eksternal

Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk

membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat

langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan

kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara,

seperti: alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun


(28)

2.3. Orang Tua

2.3.1. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk

sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan

pengertian orang tua di atas, tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua

merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh

keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang

dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang

memiliki tempat tinggal bersama. Keluarga merupakan suatu grup sosial primer

yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan

kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua- anak) sekaligus. Namun secara

dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai

anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan

berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka


(29)

2.3.2 Peran Orang Tua dalam Keluarga

Menurut Gunarsa (2001) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada

dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu,

secara umum peran kedua individu tersebut adalah:

a. Peran ibu adalah

1. Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan

konsisten

3. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak

4. Menjadi contoh dan teladan bagi anak

b. Peran ayah adalah

1. Ayah sebagai pencari nafkah

2. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa

aman

3. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana,

mengasihi keluarga

2.4. Keluarga

2.4.1. Pengertian Keluarga

Menurut friedman (1998) dalam Sudiharto 2007, definisi keluarga adalah

dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling

membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta


(30)

menyatakan bahwa, keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Dan menurut UU

No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting

untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga ini lah pendidikan

kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat

yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya

dimulai dari keluarga.

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan

keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota

keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada disekitarnya

atau masyarakat disekitarnya atau dalam konteks luas berpengaruh terhadap

Negara (Setiadi, 2008).

2.4.2 Bentuk - Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang terdiri dari

suami, istri dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun

adopsi.

2. Keluarga asal (family of origin)


(31)

3. Keluarga besar (Extended family)

Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek,

keponakan, sepupu, bibi, paman dan sebagainya.

4. Keluarga berantai (social family)

Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu

kali dan merupakan suatu keluarga inti.

5. Keluarga duda atau janda

Keluarga yang terbentuk karena percereain atau kematian pasangan

yang dicintai.

6. Keluarga komposit (composite family)

Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

7. Keluarga kohabitasi (cohabitation)

Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak

atau tidak.

8. Keluarga inses (incest family)

Keluarga yang tidak lazim (pekawinan sedarah), misalnya anak

perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan

anak kandung laki-laki, dan ayah yang menikah dengan anak

perempuan tirinya.

9. Keluarga tradisional dan nontradisional

Keluarga yang dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga

tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional


(32)

2.4.3 Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan

sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara

bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit

tersebut. Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi

dasar, yaitu:

a) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d) Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function),

yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota


(33)

2.4.4 Tugas Pokok Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

4. Sosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas

8. Membangitan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy,

1998)

2.4.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi

5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan

merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana


(34)

perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno,

2004).

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka

segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat

dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan

seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar

keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama

atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008).


(35)

2.4.6 Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam

situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga

adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks

keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahum 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap

orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa

kelurga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya

meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain

adalah:

1. Peran ayah: ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa

aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok social tertentu.

2. Peran ibu: ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok


(36)

3. Anak: anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.5 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Rumah Tangga 2.5.1 Pengertian PHBS

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Sedangkan PHBS dirumah tangga adalah

upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan akif dalam gerakan

kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).

2.5.2 Tujuan PHBS

Tujuan pelaksanaan pembinaan PHBS dirumah tangga adalah :

a. Meningkatkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembinaan

PHBS di rumah tangga.

b. Meningkatkan dukungan dan peran aktif Tim penggerak PKK

(pemberdayaan kesejahteraan keluarga) dalam pembinaan PHBS di

rumah tangga.

c. Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau dan mampu melaksanakan


(37)

2.5.3 Manfaat PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk

Indonesia, yaitu:

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota

keluarga.

4. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya

yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya

investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat

meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

5. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di bidang kesehatan.

6. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.

7. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

2.5.4 Sasaran PHBS

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu :

a. Pasangan usia Subur

b. Ibu hamil dan ibu menyusui

c. Anak dan remaja

d. Usia lanjut


(38)

2.5.5 Indikator PHBS

Depkes RI (2007), indikator pada tatanan rumah tangga adalah sebagai

berikut:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan

tenaga paramedis lainnya) karena tenaga kesehatan merupakan orang

yang sudah ahli dan berkompeten dalam membantu persalinan,

sehingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin keselamatan dan

kecacatannya.

2. Memberi bayi ASI eksklusif

pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara

eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan,

tetapi bila mungkin sampai enam bulan. Setelah bayi berumur enam

bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan

ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih

dari dua tahun (Roesli, 2000). Adapun manfaat pemberian ASI bagi

bayi dan ibu adalah:

1) ASI mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan

kualitasnya


(39)

3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

4) ASI meningkatkan jalinan kasih ibu-anak (bonding)

5) Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma)

6) Mengurangi risiko kanker indung telur (caa ovarium) dan kanker

rahim (ca endometrium).

7) Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis).

8) Mengurangi risiko rheumatoid artritis

9) Metode KB paling aman

10) Mengurangi risiko diabetes maternal

11) Mengurangi stress dan gelisah

12) Berat badan lebih cepat kembali normal (Roesli, 2010).

3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembanga bayi dan

balita dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan di posyandu,

fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau pos pelayanan Anak Usia Dini

(PAUD) (Depkes RI, 2009).

4. Menggunakan air bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia

akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada

kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian

besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% badan

terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar


(40)

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk

minum, masak dan mencuci, dan sebagainya. Diantara

kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan akan air

minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk

masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, syarat –syarat air minum

yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Syarat fisik, persyaratan fisik

untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak

berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang

memenuhi persyaratan fisik ini lebih sukar. 2) Syarat bakteriologis, air

minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)

seperti bakteri coli melebihi batas –batas yang telah ditentukan yaitu 1

coli/100 ml air serta kandungan oksigen dalam air bersih berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air

minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.

Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air

tersebut buruk. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air

minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l, 3)

Syarat kimia, air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu


(41)

zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada

manusia.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan

perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada

umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya

tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah

penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi

kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan

demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara

lain karena berbagai alasan sebagai berikut: 1) Mencuci tangan pakai

sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu

anak meninggal setiap tahunnya, 2) Mencuci tangan dengan air saja

tidak cukup, 3) CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya

intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding

dengan hasil yang diperolehnya (Dimyati, 2011).

Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan,

yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan, 2) Sebelum

menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4) Setelah

menceboki bayi/anak, 5) Setelah memegang unggas atau hewan.

Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci

tangan pakai sabun, yaitu antara lain : 1) Membunuh kuman penyakit


(42)

disentri,flu burung, flu babi, 3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari

kuman.

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut : 1) Cuci

tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun

seperlunya, 2) Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela

jari dan punggung tangan, 3) Bersihkan tangan menggunakan lap

bersih (Rahmani, 2010).

6. Menggunakan jamban sehat

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi

tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus

dikelola dengan dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus

di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoadmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, suatu jamban yang sehat

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak mengotori

permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2) Tidak mengotori air

permukaan disekitarnya, 3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 4)

Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan

binatang-binatang lainnya, 5) Tidak menimbulkan bau, 6) Mudah digunakan dan

dipelihara, 7) Sederhana desainya, 8) Murah, 9) Dapat diterima oleh

pemakainya.

Agar persyaratan- persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu

diperhatikan antara lain: 1) Sebaiknya jamban tertutup, artinya


(43)

binatang-binatang lain, terlindungi dari pandangan orang, 2) Bangunan

jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang

kuat, dan sebagainya, 3) Bangunan jamban sebaiknya ditempatkan

pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, dan tidak

menimbulkan bau dan sebagainya, 4) Sedapat mungkin disediakan alat

pembersihkan seperti air atau kertas pembersih (Notoadmodjo, 2007).

Jamban yang paling diajurkan untuk digunakan menurut Soeparman

dan Suparmin (2001) adalah jamban leher angsa. Tipe jamban ini

terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab (leher

angsa) dapat langsung dipasang di atas lubang galian, lubang hasil

pengeboran atau tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air pada

leher angsa, lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat pada

lubang jamban, dan bau tidak dapat keluar dari lubang tersebut.

7. Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.

Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari

jentik nyamuk. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga

penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau

dikurangi dan kemungkinan terhindar dari penyakit semakin besar

seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya dan

kaki gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).

8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

Sayur merupakan salah satu sumberdaya yang banyak terdapat


(44)

merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayur antara lain

mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan

karbohidrat dalam bentuk selulosa dan pektin atau disebut juga serat.

Sayur umunya rendah dalam kandungan protein dan lemak tetapi

tinggi dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A,

kecuali untuk beberapa jenis sayur tertentu. Jenis sayur yang banyak

mengandung serat adalah sayur daun hijau antara lain bayam,

kangkung, daun singkong, daun katuk, dan daun melinjo (Anwar,

Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).

buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial

dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin dan mineral. Buah

juga dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan vitamin E, mineral

FE dan mineral ZN yang berfungsi menangkal radikal bebas

sedangkan serat banyak berfungsi dalam memperlambat kerusakan sel

secara dini (Anwar, Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).

Sayur makanan yang bersifat alkalis/basa, dinilai lebih dapat

mengimbangi daging yang bersifat asam. Peran selenium dan kromium

(yang terkandung dalam sayur) dalam ratio tertentu mampu mencegah

terbentuknya karat lemak pada dinding pembuluh darah. Sayur yang

kandungan kalsiumnya lebih banyak dari susu, lebih-lebih yang

berasal dari tumbuhan laut, dapat mengatasi masalah zat kapur.

Radikal bebas yang diperoduksi dalam tubuh manusia, yang dapat


(45)

pembuluh darah, dapat diredam reaksinya dengan zat antioksidan.

Zt-zat yang berperan sebagai antioksidan sudah ditemukan diantaranya

vitamin C, E dan selenium. Zat-zat ini terkandung dalam berbagai

macam sayur, meskipun jenisnya belum diketahui secara pasti

(Nadesul, 1994 dalam Setiowati, 2000).

Khomsan dan Nasution (1995 dalam Setiowati, 2000), pengetahuan

gizi merupakan landasan penting menentukan konsumsi pangan

keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam

pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan

yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari

penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi,

kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi

lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih

percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan

keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani,

2009).

10.Tidak merokok di dalam Rumah

Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang

dihisap akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya,


(46)

Monoksida (CO). Nikotin ini menyebabkan ketagihan dan merusak

jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan paru-paru dan

kanker.CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa

oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Depkes RI, 2007 dalam

Suriyani, 2009).

Batasan operasional penduduk umur 15 tahun ke atas yang tidak

pernah merokok dalam 1 bulan terakhir. Rumah tangga tidak merokok

adalah rumah tangga dimana tidak ada anggota rumah tangga umur 15

tahun keatas yang merokok di dalam rumah setiap hari. Berdasarkan

batasan operasional ini, maka yang dimaksud tidak merokok adalah

penduduk yang tidak merokok selama sebulan yang lalu saat dilakukan

survey. Oleh sebab itu mantan perokok adalah termasuk kategori tidak


(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

tingkat pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat

pada keluarga. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka diatas maka

kerangka konsep secara sistematis dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Skema 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga meliputi:

10 indikator PHBS pada tatanan rumah tangga :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. 2. Memberi ASI eksklusif.

3. Menimbang balita setiap bulan. 4. Menggunakan air bersih.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6. Menggunakan jamban yang sehat. 7. Memberantas jentik didalam rumah

seminggu sekali.

8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. 10. Tidak merokok di dalam rumah.

Pengetahuan Orangtua • Baik • Cukup • Kurang

Sikap Orangtua • Positif • Negatif


(48)

Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan bahwa sikap orangtua tentang

perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan

orangtua. Pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan masukan sumber informasi dan

pengalaman. Sedangkan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat

mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu daya pilih

seseorang untuk menerima atau menolak. Sedangkan faktor eksternalnya adalah

faktor diluar pribadi manusia yaitu interaksi antar manusia, kebudayaan, surat

kabar, radio, televisi dan majalah.

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan

Orangtua

-Yaitu salah satu hasil tahu dari orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat yang meliputi 10 indikator PHBS yaitu :

-Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan -Memberi Asi eksklusif. -Menimbang balita setiap

bulan

-Menggunakan air bersih

Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan menyediakan beberapa jawaban/alter natif, dan responden hanya memilih satu di antaranya yang sesuai dengan pendapatnya. - Baik (18 -20) - Cukup

(14 - 17)

- Kurang

(10 - 13)


(49)

2.

Sikap Orangtua

-Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

-Menggunakan jamban yang

sehat

-Memberantas jentik

didalam rumah seminggu sekali

-Mengkonsumsi sayur dan

buah setiap hari

-Melakukan aktivitas fisik setiap hari

-Tidak merokok didalam

rumah

-Adalah suatu reaksi atau

respon orangtua yang disertai kecenderungan untuk bertindak dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga yang meliputi :

-Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan -Memberi Asi eksklusif. -Menimbang balita setiap

bulan

-Menggunakan air bersih

-Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Kuesioner sebanyak 10 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban: - Selalu (SL) - Sering (SR)

- Kadang -

kadang (KD)

- Tidak

- Positif : (26 – 40)

- Negatif :

(10 – 25)


(50)

-Menggunakan jamban yang sehat

-Memberantas jentik

didalam rumah seminggu sekali

-Mengkonsumsi sayur dan

buah setiap hari

-Melakukan aktivitas fisik setiap hari

-Tidak merokok di dalam

rumah

pernah (TP)


(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap orang tua tentang

perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat

Kab.Langkat

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak

balita yang ada di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat yaitu

sebanyak 296 KK.

4.2.2 Sampel

Menurut Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2010) salah satu cara untuk

menentukan jumlah sampel dengan menggunakan pendekatan statistik yang

tingkat kesalahannya 1%, 5%, 10%, dimana semakin besar tingkat kesalahan yang

ditoleransi maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil. Sebaliknya semakin

kecil tingkat kesalahan yang ditoleransi, maka semakin besar mendekati populasi


(52)

balita di Dusun III Desa pantai Gemi adalah sebanyak 107 KK. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana

purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan

menggunakan kriteria. Adapun kriteria sampel yang diambil adalah ibu yang

memiliki anak balita berusia 1-5 tahun yang berada di Dusun III Desa Pantai

Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat dan bersedia menjadi responden.

Penentuan jumlah sampel sangat tergantung kepada biaya yang tersedia,

tenaga yang akan melaksanakan dan presesi yaitu ketepatan yang dikehendaki

dimana semakin besar sampel kemungkinan akan lebih tepat menggambarkan

populasinya tetapi ini juga sampai batas tertentu karena makin besar sampel

kemungkinan membuat kesalahan pada saat pengukuran juga akan menjadi besar.

Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel adalah :

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan yang dipilih (0,1, 0,05 atau 0,01)

n = N

N (d)²+1 n = N N (d)²+1


(53)

= 107

107 (0,1)² + 1

= 107

2,07

= 51,69

= 52 orang

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab.

Langkat. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan

Agustus 2012. Peneliti memilih Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat

sebagai tempat penelitian karena di Desa tersebut masih banyak masyarakat yang

belum mengetahui tentang PHBS, ditandai dengan masih adanya warga yang

menggunakan sungai sebagai tempat untuk MCK (mandi, cuci, kakus), Dan

dengan lingkungan desa yang masih kotor. Pertimbangan lain lokasi tersebut

mudah dijangkau sehingga proses pengambilan data dan pelaksanaan penelitian

menjadi lebih efisien.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data,


(54)

tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik

yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu :

a) Self Determination

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

b) Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika

responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta

menandatangani lembar persetujuan.

c) Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing

lembar persetujuan tersebut.

d) Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan

kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden


(55)

penghasilan responden. Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang

pertanyaan dan pernyataan yang mengidentifikasi pengetahuan dan sikap orang

tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga. Kuisioner ini terdiri

dari 20 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari pengetahuan dan sikap orang

tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga, dimana untuk

mengidentifikasi pengetahuan dan sikap masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan.

penilaian pengetahuan dengan kriteria jawaban benar bernilai 2 dan salah

bernilai 1. dibagi 3 katagori yaitu: karakteristik pengetahuan orang tua tetang

PHBS baik, karakteristik pengetahuan orang tua tentang PHBS cukup,

karakteristik pengetahuan orang tua tentang PHBS kurang dan untuk Penilaian

sikap menggunakan skala likert, dengan jawaban selalu (SL): 4, sering (SR): 3,

kadang-kadang (KD): 2, tidak pernah (TP): 1. Total untuk skor yang terendah

adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. dengan menggunakan rumus statistik

menurut Sudjana (2005), dengan rentang sebesar 40 dan terkecil 10. Yang dibagi

menjadi 2 katagori yaitu : karakteristik sikap orang tua tentang PHBS positif dan

karakteristik sikap orang tua tentang PHBS negatif, maka diperoleh panjang kelas

sebesar 15.

Penentuan panjang kelas untuk penilaian pengetahuan berdasarkan rumus sebagai

berikut :


(56)

Keterangan:

P : Panjang kelas

Rentang : Skor tertinggi – skor terendah

Banyak kelas : Jumlah kategoris

Berdasarkan jumlah yang diperoleh dari pengetahuan responden dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik, bila skor yang dikumpulkan 18-20

2. Cukup, bila skor yang dikumpulkan 14-17

3. Kurang, bila skor yang dikumpulkan 10-13

Penentuan panjang kelas untuk penilaian sikap berdasarkan rumus sebagai

berikut :

Rumus :

Keterangan:


(57)

Banyak kelas : Jumlah kategori

Pengukuran hasil jawaban sikap responden dikategorikan dalam :

1. Positif :Bila jawaban responden dengan total skor 25-40

2. Negatif : Bila jawaban responden dengan total skor 10-24

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau mampu

mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran validitas tersebut (Arikunto, 2010). Uji validitas telah

dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan komunitas Universitas Sumatera

Utara.

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

derajat atau kemampuan alat ukur. Uji reliabilitas digunakan pada item-item yang

valid, tinggi rendahnya reliabiltas ditunjukan oleh suatu angka koefisien


(58)

memenuhi kriteria sampel di Desa Paya Mabar Sei Mati Kec. Stabat Kab. Langkat

yaitu dengan uji reliabilitas internal konsitensi yaitu instrumen diuji coba sekali

kemudian hasil yang diperoleh dianalisa melalui program komputerisasi dengan

menggunakan formula cronbach’s alpha. Dengan nilai alfa untuk pengetahuan

orang tua tentang PHBS yaitu 0,867 dan nilai alfa untuk sikap orang tua tentang PHBS yaitu 0,896. Instrument dikatakan reliabel apabila hasil uji lebih besar dari

0,70 (Polit & Hungler, 1999).

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat dari

institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi

penelitian yaitu Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat.

Setelah mendapatkan surat izin tersebut, peneliti melakukan pengumpulan

data penelitian, dengan terlebih dahulu meminta kesediaan responden untuk

mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur

pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia,

diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya

peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap

didampingi oleh peneliti.

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah

yaitu, memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden,

dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai


(59)

untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (Coding).

Dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan

melakukan tabulasi (Tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data

dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi. Kemudian Hasil analisa

data disajikan dalam bentuk tabel distribusi ferkuensi untuk melihat karakteristik

pengetahuan dan sikap orang tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

pada keluarga.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yang secara garis

besar meliputi empat langkah yaitu: 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan

identitas, kelengkapan data macam isian data, 2) Tabulasi data dengan

memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi

kode terhadap item-item yang tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan

disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding)

dalam hubungan dengan pengolahan data komputerisasi (Arikunto, 2004).

Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan

data secara komputerisasi dan menggunakan program SPSS dengan crombach

alpha. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran Pengetahuan dan sikap orang tua tentang

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga di Dusun III Desa Pantai


(60)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang pengetahuan dan sikap orang tua tentang

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga yang diperoleh melalui

pengumpulan data menggunakan kuesioner terhadap 52 responden yaitu orang tua

khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak balita berumur 1-5 tahun yang

bertempat tinggal di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat.

Penelitian dilaksanakan tanggal 28 agustus 2012 sampai dengan 27 september

2012.

5.1.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden meliputi umur,

jumlah balita, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai


(61)

Table 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden di Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2012 (n=52).

Karakteristik Jumlah (f) Persentase (%)

Umur : 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun 36 13 3 69 25 6

Jumlah balita :

1 orang 2 orang 37 15 71 29 Agama : Islam Kristen, dll 52 - 100 - Suku : Melayu Jawa Aceh 40 10 2 77 19 4 Pendidikan : SD SMP SMA D3 S1 4 6 28 8 6 8 11,5 54 15 11,5 Pekerjaan :

Ibu rumah tangga (ITR) Padagang/ wiraswasta PNS/TNI/ Polri/ BUMN Buruh Petani pemilik Karyawan 28 4 11 1 7 1 54 8 21 2 13 2 Penghasilan : 500-750 ribu 750-1 juta 1-2 juta >2 juta 1 24 18 9 2 46 35 17

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebagian besar


(62)

besar adalah memiliki 1 (satu) orang anak balita yaitu 37 orang (71%), beragama

islam yaitu 52 orang (100%), bersuku Melayu yaitu 40 orang (77%),

berpendidikan SMA yaitu 28 orang (54%), pekerjaan ibu rumah tangga yaitu 28

orang (54%), dan berdasarkan penghasilan, sebagian besar responden

berpenghasilan 750-1 juta yaitu 24 orang (46%).

5.1.2. Pengetahuan Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Keluarga dengan Anak Balita di Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat (n=52).

Pengetahuan Jumlah (f) Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

31 11 10

60 21 19

Tabel diatas menunjukkan bahwa 31 responden (60%) memiliki

pengetahuan baik tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sedangkan 11

responden (21%) memiliki pengetahuan cukup tentang perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS), dan 10 responden (19%) yang memiliki pengetahuan kurang

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Pengetahuan responden diidentifikasikan dengan 10 pertanyaan tentang


(63)

PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi Asi eksklusif,

menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk

seminggu sekali, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas

fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

Pertanyaan nomor 1 yaitu tentang persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan. 44 responden (84,6%) menjawab bahwa persalinan mereka ditolong

oleh tenaga kesehatan dan sebanyak 8 responden (15,4 %) menjawab persalinan

mereka ditolong oleh dukun beranak. Bila dilihat dari petanyaan nomor 2 tentang

memberi Asi eksklusif, lebih dari 39 responden (75,0%) tidak mengetahui

pemberian asi secara eksklusif yaitu (0-6 bulan) dan sebanyak 13 responden

(25.0%) menjawab benar. Pada pertanyaan nomor 3 tentang menimbang balita

setiap bulan, sebanyak 51 responden (98,1%) mengetahui bahwa untuk

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita dilakukan penimbangan

berat badan setiap bulan di posyandu.

Pada pertanyaan nomor 4 tentang menggunakan air bersih, sebanyak 29

responden (55,8%) mengetahui definisi air bersih. Pada pertanyaan nomor 5

tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, sebanyak 47 responden

(90,4%) mengetahui mencuci tangan sebaiknya memakai sabun. Pada pertanyaan

nomor 6 tentang menggunakan jamban sehat, sebanyak 32 responden (61,5%)

mengetahui bahwa jamban cemplung adalah jamban yang tidak sesuai dengan


(64)

Pada pertanyaan nomor 7 tentang memberantas jentik nyamuk didalam

rumah seminggu sekali, sebanyak 32 responden (61,5%) menjawab benar bahwa

agar rumah terbebas dari nyamuk maka memberantas jentik nyamuk di dalam

rumah sebaiknya dilakukan seminggu sekali dan menutup tempat penampungan

air. Pada pertanyaan nomor 8 tentang makan buah dan sayur setiap hari, sebanyak

40 responden (76,9%) mengetahui bahwa makan sayur dan buah sebaiknya harus

dilakukan setiap hari. Pada pertanyaan nomor 9 tentang melakukan aktivitas fisik

setiap hari, sebanyak 42 responden (80,8%) mengetahui bahwa melakukan

aktivitas fisik setiap hari adalah salah satu bentuk gaya hidup bersih dan sehat.

Dan pada pertanyaan nomor 10 yaitu tentang tidak merokok di dalam rumah,

sebanyak 41 responden (78,8%) mengetahui bahwa merokok di dalam rumah

adalah tidak baik untuk menciptakan gaya hidup sehat. Distribusi frekuensi dan

persentase pengetahuan orangtua tentang PHBS pada keluarga dengan anak balita

dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga.

No Pertanyaan A B C

f (%) f (%) f (%)

1 Ibu melahirkan ditolong oleh :

a. Bidan

b. Dukun beranak

c. Dokter

36 (69,2) 8 (15,4) 8 (15,4)

2 Asi Eksklusif diberikan pada

bayi sejak :

a. Lahir - 6 bulan

b. Sejak lahir sampai 12

bulan

c. 6 bulan keatas


(65)

3 Untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan balita dilakukan penimbangan berat badan :

a. Setiap bulan di posyandu

b. Selama 5 bulan sekali di klinik

c. 6 bulan sekali di poscandu

51 (98,1) 1 (1,9) -

4 Air bersih adalah

a. Air yang dipergunakan

untuk keperluan sehari-hari dan sesuai standart kesehatan

b. Air yang mengandung

bahan kimia

c. Air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, dan tidak berwarna

23 (44,2) - 29 (55,8)

5 Mencuci tangan sebaiknya :

a. Pakai sabun

b. Sesudah makan

c. Cukup dengan air bersih

saja

47 (90,4) 2 (3,8) 3 (5,8)

6 Jamban cemplung adalah :

a. Jamban yang baik

b. Jamban yang sesuai

dengan standart kesehatan

c. Jamban yang tidak sesuai

dengan standart kesehan

17 (32,7) 3 (5,8) 32 (61,5)

7 Agar rumah anda terbebas

dari nyamuk maka

memberantas jentik nyamuk di dalam rumah sebaiknya dilakukan :

a. Sebulan sekali dan

menutup tempat penampungan air

b. Seminggu sekali dan

menutup tempat penampungan air


(66)

menutup tempat penampungan air

8 Makan buah dan sayur

sebaiknya dilakukan : a. 2 hari sekali b. 4 jam sekali c. Setiap hari

12 (23,1) - 40 (76,9)

9 Melakukan aktivitas fisik

setiap hari adalah salah satu bentuk :

a. Gaya hidup bersih

b. Gaya hidup sehat tetapi capek

c. Gaya hidup bersih dan

sehat

1 (1,9) 9 (17,3) 42 (80,8)

10 Merokok di dalam rumah

adalah tidak baik untuk menciptakan :

a. Gaya hidup bersih

b. Gaya hidup sehat

c. Gaya hidup sederhana

8 (15,4) 41 (78,8) 3 (5,8)

5.1.3. Sikap Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40 responden (77%) memiliki

sikap positif tentang PHBS, sedangkan 12 responden (23%) memiliki sikap

negative tentang PHBS.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sikap Jumlah (f) Persentase (%)

positif negative 40 12 77 23


(1)

S3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang- kadang 8 15.4 15.4 15.4

sering 9 17.3 17.3 32.7

selalu 35 67.3 67.3 100.0

Total 52 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 1 1.9 1.9 1.9

kadang- kadang 36 69.2 69.2 71.2

sering 15 28.8 28.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid selalu 2 3.8 3.8 3.8

sering 35 67.3 67.3 71.2

kadang-kadang 15 28.8 28.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

S6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang- kadang 7 13.5 13.5 13.5

sering 5 9.6 9.6 23.1

selalu 40 76.9 76.9 100.0


(2)

S7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang- kadang 12 23.1 23.1 23.1

sering 6 11.5 11.5 34.6

selalu 34 65.4 65.4 100.0

Total 52 100.0 100.0

S8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang- kadang 4 7.7 7.7 7.7

sering 22 42.3 42.3 50.0

selalu 26 50.0 50.0 100.0

Total 52 100.0 100.0

S9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 5 9.6 9.6 9.6

kadang- kadang 37 71.2 71.2 80.8

sering 10 19.2 19.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

S10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 10 19.2 19.2 19.2

kadang- kadang 30 57.7 57.7 76.9

sering 4 7.7 7.7 84.6

selalu 8 15.4 15.4 100.0


(3)

Statistics

Pengetahuan Sikap

N Valid 52 52

Missing 0 0

Percentiles 25 1.00 2.00

50 1.00 2.00

75 2.00 2.00

Frequency Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 31 59.6 59.6 59.6

Cukup 11 21.2 21.2 80.8

Kurang 10 19.2 19.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid karakteristik Negatif 12 23.1 23.1 23.1

karakteristik Positif 40 76.9 76.9 100.0


(4)

(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Erni Safwan

Tempa/Tanggal Lahir : Bireuen, 01 Maret 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Dr Mansjoer No. 4, Medan

Pendidikan

:

1.

SD Negeri Pulo Ara Bireuen

Tahun 1995-2001

2.

SMP Negeri 1 Bireuen

Tahun 2001-2004

3.

SMA Negeri 1 Bireuen

Tahun 2004-2007

4.

D3 Keperawatan Pemkab Langkat

Tahun 2007-2010


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

3 119 115

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga Di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu

3 49 85

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

4 47 107

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 7 11

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Institusi Pendidikan MATERI PHBS

1 2 50

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012

0 3 28