DOCRPIJM 1d24a8130d BAB III3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS BIDANG CK REVISI

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. RPJM Nasional 2015-2019 (Perpres No. 02 Tahun 2015)

  RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

  Arahan RPJPN untuk RPJMN 3 bidang infrastruktur adalah sebagai berikut : 1.

  Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih

  2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota tanpa permukiman kumuh 3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi 5. Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air

  6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian Sasaran umum RPJMN 3 tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut : 1.

  Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%

  2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100% 3.

  Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain : 1.

  Pemenuhan program lanjutan

  a) Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa) b)

  Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI

  2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang 3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  a) Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada

  RTRW yang sudah ditetapkan

  b) Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014 c) Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya 4.

  Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya

  a) Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM b)

  Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun 2015 5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan) 6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format

  Konreg yang telah ditetapkan 7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga

8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada

  Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program) B.

   Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 1. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman

  Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan sasaran kegiatan dan indikator yaitu: a)

  Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman selama 60 bulan;

  b) Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator tersusunnya 10

  NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman;

  c) Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan permukiman di 507 kab/kota;

  d) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan; e)

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan dengan indikator meningkatnya kualitas permukiman di 78.384 Ha daerah perdesaan; f) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dengan indikator meningkatnya kualitas permukiman di 3.099 Ha kawasan khusus; g)

  Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dengan indikator terselenggaranya pendampingan masyarakat di 11.607 kelurahan; h)

  Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan; i)

  Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan inkubasi di 10 kota baru. Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perkotaan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Membangun Sistem Permukiman Permukiman di Perdesaan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kawasan Khusus Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan Permukiman

  Fasilitasi Pemda Pengaturan Pengembangan Kawasan

Permukiman

Provinsi/Kabupaten/Kota Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan

  Kawasan Permukiman Perintisan Inkubasi Kota Baru Memberdayakan Masyarakat Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat 2.

   Rencana Strategis Bina Penataan Bangunan

  Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pembinaan Penataan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Penataan Bangunan. Adapun sasaran kinerja dan indikatornya yaitu:

  a) Layanan Perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan bina penataan bangunan yang terselenggara selama 60 bulan;

  b) Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan, yang terdiri dari:

   Terwujudnya 537 kawasan Ruang Terbuka Hijau  Terwujudnya 12 Kebun Raya Prioritas  Terwujudnya 45 revitalisasi Kota Pusaka

   Terwujudnya 150 penataan Kawasan Strategis

Tabel 3.2. Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

  Berbasis Masyarakat dan SPAM Kawasan Rawan Air berkapasitas 8.489 L/d dan 2.716.673 SR;

  b) Pembangunan Infrastruktur SPAM Perdesaan dengan indikator terbangunnya SPAM

  Perkotaan berkapasitas 27.479 L/d dan 2.729.750 SR;

  a) Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan Perkotaan dengan indikator terbangunnya SPAM Regional dan pembangunan SPAM Kawasan

  Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:

  Membangun Sistem Permukiman Penyelenggaraan Bangunan Gedung Penyelenggaraan Penataan Bangunan Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota Fasilitasi pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau dan Kota Cerdas Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan Pembinaan dan pengawasan bangunan gedung di kota/kab Memberdayakan Masyarakat Ruang Terbuka Publik Percontohan

  Adapun pengelompokan kegiatan Bina Penataan Bangunan berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  c) Tersusunnya 250 RTBL sebagai dokumen induk penataan kawasan permukiman;

  h) Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka publik di 1200 kecamatan untuk menonton Film Bertema Revolusi Mental di seluruh Indonesia.

  g) Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB;

  Daerah Bangunan Gedung;

  f) Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki Peraturan

  2015-2019;

  e) Tersedianya 10 NSPK terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan selama periode

  d) Terwujudnya 32 Bangunan Gedung Negara yang berstatus Bangunan Gedung Hijau;

3. Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

  c) Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator terbangunnya SPAM di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan, SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar, serta SPAM di kawasan strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;

  d) Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan; e)

  Fasilitasi SPAM di kawasan perdesaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan; f)

  Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 473 kawasan.

  g) Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum dengan indikator terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di 507 Kabupaten/Kota.

  Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan SPAM berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

  Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional Pembangunan Infrastruktur SPAM IKK Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Membangun Sistem Permukiman Kumuh Perkotaan Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan

Nelayan

Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Rawan Air/ Perbatasan/Pulau Terluar Pengembangan jaringan perpipaan air minum Fasilitasi PDAM Fasilitasi UPTD/Non-PDAM Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten Kota Penyelenggaraan, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di Kab/Kota Pembangunan Infrastruktur SPAM Berbasis

  Memberdayakan Masyarakat Masyarakat

  Program pemenuhan akses aman air minum melalui jaringan perpipaan memiliki pendanaan melalui APBN sebesar Rp 52,1 Triliun dengan pembagian yaitu Rp 33,9 Triliun dari APBN Cipta Karya dan Rp 18,2 Triliun dari APBN SDA (Sumber Daya Air). Rencanakan sasaran kegiatan pengembangan SPAM tahun 2015-2019 dilaksanakan dengan memproyeksikan pencapaian pengembangan SPAM tanpa memperhitungkan sumber dana lain diluar APBN.

4. Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (air limbah dan drainase) serta Pengembangan Persampahan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat yang terdiri dari pelayanan air limbah, pelayanan persampahan, dan pelayanan drainase. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator: a)

  Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan indikator terselenggaranya 15 NSPK peraturan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman;

  b) Pembinaan, Fasilitasi, Pengawasan dan Kampanye serta Advokasi dengan indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman di 507 kabupaten/kota;

  c) Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota, Kawasan dan

  Komunal dengan indikator jumlah kabupaten/ kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota sebanyak 12 kabupaten/kota, jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal sebanyak 4.694 kawasan di 438 kabupaten/kota, dan jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kawasan sebanyak 200 kawasan di 150 kabupaten/kota; d)

  Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan indikator terbangunnya IPLT di 222 kabupaten/kota; e)

  Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya TPA di 163 kabupaten/kota;

  f) Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R dengan indikator terbangunnya

  TPST/3R di 850 kawasan di 334 kabupaten/kota;

  g) Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya

  FPAS di 41 kabupaten/kota;

  h) Infrastruktur Drainase dengan indikator luas genangan yang tertangani seluas 4.500 Ha di 192 kabupaten/kota.

  Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4. Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

  Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala

Kota

Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kawasan

  Membangun Sistem Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah Infrastruktur Drainase Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Memberdayakan Masyarakat Komunal Infrastruktur TPST/3R 5.

   Dukungan Manajemen

  Dalam rangka menunjang upaya keterpaduan pembangunan bidang permukiman yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya, maka diperlukan dukungan manajemen yang dilakukan melalui tiga kegiatan utama yaitu: 1.

  Pelayanan Manajemen dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

  a) Perencanaan, Pengelolaan, Pembinaan, Penatausahaan, dan jabatan Fungsional dengan indikator tersusunnya 87 Dokumen Administrasi dan Pengelolaan

  Kepegawaian/Ortala;

  b) Tersusunnya dokumen laporan keuangan, tata usaha dan rumah tangga sebanyak 75 laporan; c)

  Tersusunnya dokumen anggaran tahunan, pembinaan perbendaharaan, pembinaan PNBP, verivikasi dan LHP dengan indikator 59 laporan administrasi keuangan dan akuntansi;

  d) Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan, advokasi bantuan hukum, pengelolaan dokumen dan arsip dengan indikator 99 laporan penyelenggaraan kegiatan bantuan hukum dalam rangka penanganan perkara;

  e) Pengelolaan tata persuratan, pengelolaan prasarana kantor dan gedung, serta pembinaan aset dan barang milik negara (BMN) dengan indikator 59 dokumen sistem akuntansi barang milik negara;

  f) Penyediaan prasarana dan sarana kantor serta inventaris dengan indikator 45 unit prasarana dan sarana gedung kantor dan peralatannya; g)

  Terselenggaranya prasarana air minum/ persampahan /pengembangan permukiman dengan indikator 112 paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak; h) Pengelolaan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan

  Bangunan (PIP2B) dengan indikator 60 bulan layanan publik (PNBP); i) Pembinaan teknis bidang Cipta Karya di 369 angkatan; j) Pengelolaan gaji/tunjangan, lembur, dan honorarium serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran selama 60 bulan; k)

  Penyelenggaraan pengembangan informasi permukiman dan perkotaan dengan indikator 73 laporan.

  2. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencaaan dan Kemitraan, Keterpaduan Pembiayaan, Keterpaduan Pelaksanaan, Pengolahan Data dan Sistem Informasi, serta Pemantauan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Bidang Permukiman dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

  a) Penyelenggaraan Keterpaduan Perencanaan dan Fasilitasi Kemitraan Bidang

  Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 32 laporan;

  b) Penyelenggaraan Keterpaduan Pembiayaan Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan; c)

  Penyelenggaraan Keterpaduan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;

  d) Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Bidang permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 40 laporan; e)

  Penyelenggaraan Pengolahan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan; f)

  Terselenggaranya Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman sebanyak 320 laporan.

  3. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi, dan Persampahan dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

  a) Peraturan Pengembangan SPAM, Sanitasi, dan Persampahan dengan indikator penyusunan 25 konsep standar/pedoman/kriteria; b)

  Pemantauan dan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM dengan indikator 22 laporan pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM dan Sanitasi; c)

  Fasilitasi Pengembangan Sumber Pembiayaan, Pola Investasi Penyelenggara SPAM, Promosi Investasidengan indikator 245 laporan Fasilitasi Opsi Pembiayaan dan kepengusahaan SPAM dan Sanitasi.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang 3.2.1.1. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional 1) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

  a) Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

  b) Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

  c) Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota d)

  Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia e)

  Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kbupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

  f) Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat g)

  Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah

  h) Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor i)

  Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional RTRWN menjadi pedoman untuk :

  a) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional

  b) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

  c) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional

  d) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e)

  Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

  f) Penataan ruang kawasan strategis nasional

  g) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

  2) Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional, meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

  1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :  Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional

  Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :  Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya  Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan  Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai  Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya 2.

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung

   Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup

   Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya

   Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya

   Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional

   Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Strategi :

   Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung  Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan  Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan  Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya  Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun  Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

   Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan

   Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan  Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah  Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat  Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan  Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi (A) sistem perkotaan nasional, (B) sistem jaringan transportasi nasional, (C) sistem jaringan energi nasional, (D) sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan (E) sistem jaringan sumber daya air. Namun dalam pembahasan yang terkait dengan Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karrya adalah sistem perkotaan nasional. Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN),Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang dapat berupa : 1. kawasan megapolitan; 2. kawasan metropolitan; 3. kawasan perkotaan besar; 4. kawasan perkotaan sedang; atau 5. kawasan perkotaan kecil. Untuk Provinsi Jawa Timur PKN ditentukan di Kawasan Perkotaan Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) serta di Malang. Sedangkan PKW di Provinsi Jawa Timur diarahkan pada wilayah Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan. Berikut arahan pengembangan perkotaan di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 3.5. Sistem Perkotaan Nasional dan Arahan Pengembangannya di Provinsi Jawa Timur Sistem No Wilayah Arahan Perkotaan

  

1 PKN Gerbangkertasusila Termasuk dalam tahapan

pengembangan I dengan fokus kegiatan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

  Malang Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  

2 PKW Probolinggo Termasuk dalam tahapan

pengembangan

  II dengan fokus

  Sistem No Wilayah Arahan Perkotaan kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Tuban Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Kediri Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Madiun Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan Banyuwangi Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan Jember Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan Blitar Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan Pamekasan Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan Bojonegoro Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan Pacitan Termasuk dalam tahapan pengembangan

  II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

C. Rencana Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: a.

  Pertahanan dan keamanan; b.

  Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya;

  Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  d.

Tabel 3.6. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jawa Timur No Kawasan Strategis Nasional Kota/Kabupaten Sudut Kepentingan

1 Kawasan Perkotaan Gresik

  • – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila)

    Kab. Gresik, Kab.

    Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,

    Kab. Lamongan

    Ekonomi

  Alam dan Teknologi Tinggi

  3 Kawasan Perbatasan Negara Pulau Barung Kabupaten Jember Pertahanan dan Keamanan

  4 Kawasan Perbatasan Negara Pulau Sekel dan Panehan Kabupaten Trenggalek Pertahanan dan Keamanan

  Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 3.2.1.2.

  2 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Penggunaan Sumberdaya

  Visi Penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis

  agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan ”.

  Misi penataan ruang adalah mewujudkan: 1) keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayahdan pertumbuhan ekonomi; 2) pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam kancah Asia;

  3) penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi;

  4) pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan; 5) optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global;

  6) keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan

  7) kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama regional.

   Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 —2031 A. Visi dan Misi Penataan Ruang Provinsi

B. Arahan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Arahan Pengembangan Struktur Ruang

   Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi: a.

  PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang; b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar,

  Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan; c. PKWP : Pasuruan dan Batu; d.

  PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan e. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

  Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur Wilayah No Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Pengembangan

  

1 Gerbangkertasusila Kota Surabaya, Kota Pertanian tanaman pangan,

Plus Kabupaten Tuban, Surabaya perkebunan, hortikultura, Kabupaten Lamongan, kehutanan, perikanan, Kabupaten peternakan, pertambangan, Bojonegoro, perdagangan, jasa, pendidikan, Kabupaten Gresik, kesehatan, pariwisata, Kabupaten Sidoarjo, transportasi, dan industri Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep

  

2 Malang Raya Kota Malang, Kota Kota Malang Pertanian tanaman pangan,

Batu, dan Kabupaten perkebunan, hortikultura, Malang kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri

3 Madiun dan Kota Madiun, Kota Madiun Pertanian tanaman pangan,

  No Wilayah Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Sekitarnya Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo,

  Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri

  4 Kediri dan Sekitarnya Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri

  5 Probolinggo – Lumajang Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang

  Kota Probolinggo Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan

  6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar Kota Blitar Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata

  7 Jember dan Sekitarnya Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo

  Perkotaan Jember Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

  8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan Banyuwangi

  Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

  

Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Tahun 2011-2031 Arahan Pengembangan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

   Sistem jaringan sumber daya air meliputi: a. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian; b. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan d. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.

  Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: a.

  Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi: 1.

  Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan; 2. Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan

  Badegan di Kabupaten Ponorogo; 3. Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete,

  Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro; 4. Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde,

  Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi; 5. Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun; 6. Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban; 7. Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di

  Kabupaten Lamongan; dan 8. Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan; b. Wilayah Sungai Brantas meliputi: 1.

  Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten Malang; 2. Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek; 3. Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang; 4. Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di

  Kabupaten Nganjuk; 5. Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan 6.

  Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung; c. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi: 1.

  Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan 2. Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten

  Probolinggo; d. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi: 1.

  Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan 2. Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan

  Embung Nogosromo di Kabupaten Situbondo; e.

  Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang, Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi; f.

  Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten Jember; g. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi: 1.

  Waduk Nipah di Kabupaten Sampang; 2. Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan; 3. Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan 4. Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.

  Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi: a.

  DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang; b.

  DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan c. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.

  Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : a.

  Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura; b.

  Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah; c. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan d.

  Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan. Selain rencana pengembangan air baku, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu: a.

  WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas; b.

  WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan c. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi: 1.

  WS Welang–Rejoso; 2. WS Pekalen–Sampean; 3. WS Baru–Bajulmati; 4. WS Bondoyudo–Bedadung; dan 5. WS Kepulauan Madura.

   Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa: a.

  Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan b. Sistem drainase perkotaan.

  c.

  Rencana pengembangan TPA regional meliputi: Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan

   Kabupaten Gresik; Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten

   Malang;

   Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;

   Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;

   Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;

   Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;

   Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan

   Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

  Arahan Pengembangan Pola Ruang 1. Kawasan Lindung

  Rencana kawasan lindung Provinsi Jawa Timur terdiri atas:

  a) Kawasan hutan lindung;

  Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha meliputi :

   Kabupaten Bangkalan;  Kabupaten Banyuwangi;  Kabupaten Blitar;  Kabupaten Bojonegoro;  Kabupaten Bondowoso;  Kabupaten Jember;  Kabupaten Jombang;  Kabupaten Kediri;  Kabupaten Lamongan;  Kabupaten Lumajang;  Kabupaten Madiun;  Kabupaten Magetan;  Kabupaten Malang;  Kabupaten Mojokerto;

   Kabupaten Nganjuk;  Kabupaten Ngawi;  Kabupaten Pacitan;  Kabupaten Pamekasan;  Kabupaten Pasuruan;  Kabupaten Ponorogo;  Kabupaten Probolinggo;  Kabupaten Situbondo;  Kabupaten Sumenep;  Kabupaten Trenggalek;  Kabupaten Tuban;  Kabupaten Tulungagung;  Kota Batu; dan  Kota Kediri Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi:

   Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung;  Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung;  Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;  Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;  Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya;

   Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki terhadap alam; dan  Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

   Pengaturan reorientasi pembangunan di kawasan permukiman, baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan dengan menjadikan pantai dan laut sebagai bagian dari latar depan;

   Penetapan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian.  Sempadan sungai, meliputi : Sempadan sungai terletak di sepanjang aliran sungai di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:

   Mengarahkan lokasi bangunan di luar sempadan pantai, kecuali bangunan yang harus ada di sempadan pantai; dan

   Pemantapan fungsi lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai;

   Penyediaan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya bencana;

   Pemanfaatan kawasan sepanjang pantai di dalam kawasan lindung disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan pesisir;

   Penanaman bakau di kawasan yang potensial untuk menambah luasan area bakau;

   Perlindungan sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria dari kerusakan;

  b) Kawasan perlindungan setempat;

   Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi dan dilarang melakukan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai;

   Sempadan pantai selatan Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sempadan pantai meliputi:

   Sempadan pantai timur Jawa Timur; dan

   Sempadan pantai utara Jawa Timur;

   Wilayah pesisir kepulauan Jawa Timur;

  Kawasan perlindungan setempat meliputi:  Sempadan pantai, meliputi :

   Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;

   bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai; Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian

  Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk

   dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan Penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata

   perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing.  Kawasan sekitar danau atau waduk, meliputi :

  Kawasan terletak di sekitar danau atau waduk di Jawa Timur Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk meliputi :

   menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;

  Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang

   Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya lainnya

   di sekitar lokasi danau atau waduk diizinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air; dan Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup

   tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.  Kawasan sekitar mata air

  Kawasan sekitar mata air yang terletak di seluruh kawasan sekitar mata air di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air meliputi:

   meter dari sumber mata air jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman; Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih

  Penetapan perlindungan pada sekitar mata air minimum berjari-jari 200

   fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum

   atau irigasi; Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup

   tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang

   tidak berhubungan dengan konservasi mata air; dan Perlindungan sekitar mata air yang terletak pada kawasan lindung tidak

   dilakukan secara khusus sebab kawasan lindung tersebut sekaligus berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan dan air.  Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.

  Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi :

  Kawasan permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro;

   Kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten  Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;

  Kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi;

   dan Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.

   Arahan pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi: Pelestarian kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang masih

   terdapat di berbagai wilayah kabupaten/kota; Pembatasan dan pelarangan perubahan keaslian kawasan dengan

   pemodernan ke bentuk lain; dan Perlindungan terhadap kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal

   ditetapkan dalam peraturan yang terdapat pada rencana tata ruang kabupaten/kota.

  c) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

  Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi :  Suaka margasatwa

  Suaka margasatwa ditetapkan seluas kurang lebih 18.009 ha yang merupakan kawasan lindung nasional meliputi : Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak di Kecamatan Krucil,

   Sumber Malang, Panti, dan Sukorambi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Jember ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 14.177 ha.

   Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 3.832 ha.

  Arahan pengelolaan kawasan suaka margasatwa meliputi : Pelestarian ekosistem yang masih berkembang;

   Pemerketatan patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar

   serta membatasi merambahnya kawasan budi daya ke kawasan lindung; dan Penerapan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan