PENGERTIAN POLIGON DAN METODE PENGUKURAN

PENGERTIAN POLIGON DAN METODE PENGUKURAN JARAK
PENGERTIAN DAN JENIS POLIGON
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) :
titik. Yang kita maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka
dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai
sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik disini untuk memahami sistem
koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan pengukuran dan
penghitungan poligon.
Jenis Poligon

Poligon
Poligon
Poligon
Poligon

Poligon tertutup
tertutup (koordinat lokal)
terbuka tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
terbuka tidak terikat sempurna
terbuka terikat sempurna


Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi
(acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari
pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah
koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan
proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan
proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat
yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal
itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu
saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam
pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde
3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur
menggunakan GPS Geodetik.
MOTODE PENGUKURAN JARAK
Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang dapat dihasilkan
dari berbagai cara diantaranya :
1. Dari pengamatan sebuah pita ukur, hal ini bersifat kasar dikarenakan
ketelitian dari pita ukur hanya mencapai cm dan untuk memenuhi metode
pengukuran jarak datar sangatlah susah untuk diterapkan.
2. Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolite, bersifat kasar karena
ketelitian 5cm dan tergantung dari jauh dan dekatnya jarak tersebut.


lmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengukur tanah dengan baik yang
menghasilkan   hasil   pengukuran   yang   akurat   dan   cepat.   teknik   pengukuran   bisa
menggunakan poligon   tertutup   maupun   terbuka tergantung   dari   medan   dan   situasi   lapangan.
Namun   sebelum   membahas   keduanya.   Kita   perlu   tahu   apa   pengertian   dari   poligon   itu.   Poligon
adalah   metode   untuk   menentukan   posisi   horizontal   dari   titik­titik   di   lapangan   yang   berupa   segi
banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak. tujuannya adalah untuk mendapatkan data­
data   lapangan   berupa   koordinat   horizontal   (x,y).   kenapa   harus   membentuk   poligon   ?   karena
digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan suatu wilayah.
Peralatan yang sering digunakan untuk pekerjaan ini adalah theodolite
 
  dan rambu ukur yang sudah
saya bahas pada artikel sebelumnya. Selain alat di atas ada kelengakapan lainnya seperti statif,
formulir   ukur,   alat   tulis   dan   payung.   Untuk   saat   ini   ada   alat   yang   lebih   canggih   lagi   yaitu   Total
Station. perbedaannya adalah pada theodolite kita harus menulis seluruh data pengukuran seperti
ba, bt, bb, sudut dan sebagainya. Sedangkan pada Total Station pencatatan data dilakukan otomatis
oleh alat tersebut.
Kembali   ke   topik   sebelumnya   seperti   pada   paragraf   pertama   poligon   terdiri   dari   tiga   macam
yaitupoligon tertutup dan poligon terbuka. Kita akan bahas satu per satu.


Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi banyak yang
menutup.   Yang   dimaksud   menutup   adalah   apabila   mulai   dari   titik   1   kemudian   ke   titik   2   dan
seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali
ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. 

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan semua sudut
mempunyai   besaran   yang   berbeda­beda. lalu   bagaimana   cara   menerapkan   di
lapangannya? Pada   prinsipnya   yang   perlu   diingat   adalah   penentuan   jumlah   titik   poligon
disesuaikan   dengan   kondisi   lapangan.   Misalkan   yang   diukur   lahan   yang   sangat   luas   maka

membutuhkan   banyak   titik   poligon.   Usahakan   menggunakan   sedikit   titik   poligon   yang   terpenting
menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah keseluruhan sudut dalam
bisa menggunakan rumus (n­2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6­2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut apabila
poligon tersebut benar­benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di lapangan tidak bisa
seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa faktor di lapangan.
Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut
dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran saya ini ada

kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43". Maka yang harus dikoreksi adalah sebesar 54'43"
agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi
dari poligon tertutup ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari
titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik
awal  lagi   setelah   melalui   titik   poligon  2,3,4,5,   dan  6   harusnya  elevasi  akhir   adalah   100   m  juga.
apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.

Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun irigasi. tapi
kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun tetap disarankan untuk
menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari
titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini. 

Poligon   terbuka   sendiri   terbagi   menjadi   2   yaitu   terikat   sempurna   dan   tidak   terikat   sempurna.
Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data­data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya
mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa didapatkan
dari   benchmark. apa   yang   dimaksud   dengan   benchmark? silakan   baca   artikel   saya   sebelumnya.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor­surveyor

handal   dan   berpengalaman   banyak   lah   yang   bisa   menggunakan   ini   karena   yakin   ketelitian   dan
kesalahan   sudut   hanya   kecil.   Tingkat   kesalahan   pada   pengukuran   sangat   tergantung   dari
pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.

PEMBAHASAN

 PENGERTIAN
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan
situasi,

maupun

pengamatan

matahari.


Theodolit

juga

bisa

berubah

fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya
dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan
kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu
bangunan bertingkat.

 BAGIAN-BAGIAN DARI THEODOLIT
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :


1. Bagian atas, terdiri dari :
o Teropong / Teleskope
o Nivo tabung
o Sekrup Okuler dan Objektif
o Sekrup Gerak Vertikal
o Sekrup gerak horizontal
o Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
o Nivo kotak
o Sekrup pengunci teropong

o Sekrup pengunci sudut vertical
o Sekrup pengatur menit dan detik
o Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian Bawah terdiri dari :
o Statif / Trifoot
o Tiga sekrup penyetel nivo kotak
o Unting – unting
o Sekrup repitisi
o Sekrup pengunci pesawat dengan statif
 MACAM/JENIS THEODOLIT

Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tung
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap,
sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur.
Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A
(Kem)
2. Theodolite Repitisi

Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran
mendatarnya dapt diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.
Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º,
dapat ditentukan kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang
termasuk ke dakm jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP
(Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss)
1. Macam Theodolit menurut sistem bacaannya:
Ø Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
Ø Theodolite sistem baca dengan Nonius
Ø Theodolite sistem baca dengan Micrometer
Ø Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
Ø Theodolite sistem baca dengan Digital

2. Theodolit menurut skala ketelitian
Ø Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)
Ø Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
Ø Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
Ø Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
Ø Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)

 PERALATAN TO
1. Rambu

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan
skala pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf
E. Panjang rambu adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu
maupun alumunium.
2. Patok Kayu

Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya  90
centimeter yang salah satu ujungnya diruncingkan.
3. Statif


 CARA PEMAKAIAN DAN PEMBACAAN THEODOLIT TO
Pembidikan Dengan Teropong pada Theodolit
Membidik target (rambu) dilakukan untuk mendapatkan data ukuran sudut
dan jarak, setelah sebelumnya alat berdiri dan dilakukan pengaturan alat.
Adapun langkah-langkah membidik dengan teropong sebagai berikut :


Arahkan teropong ke target (rambu), gunakan visir untuk memudahkan
pendekatan awal ke target sasaran. Gunakan ronsel penjelas bayangan
untuk memperjelas target agar benar-benar terlihat jelas.



Setelah teropong mengarah ke target, kunci klem horisontal dan klem
sumbu II (horisontal).



Untuk membidik rambu tepat ditengah-tengah rambu, gerakan
teropong dengan klem penggerak halus horisontal.




Untuk mendapatkan posisi bacaan rambu yang tepat, gerakan
teropong ke arah atas atau bawah dengan menggunakan klem
penggerak halus vertikal.



Baca rambu dan catat



Apabila benang silang (stadia) kurang terlihat dengan jelas, putar lensa
okuler teropong ke arah putaran kiri ataupun kanan sehingga benang
silang tampak jelas.

Pembacaan Rambu ukur
Berbagai jenis dan ukuran rambu yang diproduksi oleh masing-masing
produsen alat ukur. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :


Skala rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis
dalam rambu tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.



Skala dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus
benar.



Rambu berdiri tepat di atas target, posisi tegak lurus dengan arah
bacaan menghadap ke arah theodolit yang sedang membidik.



Salah satu contoh pembacaan skala pada rambu ukur :

 CARA MEMBACA SUDUT
1. Membidik theodolit ke sembarang arah
2. Mengunci pergerakan menggunakan klem horizontal
3. Membaca besar sudut pada mikroskop bacaan lingkaran horizontal
dengan aturan :


Pada skala utama, besar sudut ditentukan dengan memerhatikan skala
sebelum angka nol pada skala nonius.



Pada skala nonius, pembacaan dilakukan dengan memerhatikan skala
yang sejajar atau berhimpit dengan skala utama.

Contoh:

Pembacaansudut:
Skalautama = 222° 30’
Skalanonius =

04’ 00’’
+

222° 34’ 00’

Kesimpulan
Setelah melakukan praktek, mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu
ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masingmasing, mahasiswa juga dapat mengetahui cara membaca rambu kegunaan dari patok itu apa dan
apa yang harus diperhatikan saat menggunakan alat theodolit TO dan dapat mengetahui sudut
dari hasil pengamatan

Saran

1.

Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.

2.

Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.

3.

Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.

4.

Memberi

pengarahan

dan

petunjuk-petunjuk

yang

mendetail

agar

mahasiswa

tidakkebingungan dalam menjalankan praktek.
5.

Menyediakan buku paduan (jub sheet) bagi setiap mahasiswa agar mempunyai pedoman

dalam menjalankan praktek

 PENGERTIAN
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan

untuk

mengukur

beda

tinggi

antara

titik-titik

saling

berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu
teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertical.

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan
Levelling

atau

Waterpassing.

Pekerjaan

ini

dilakukan

dalam

rangka

penentuan tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan
suatu system referensi atau bidang acuan.
Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air
laut rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang
dipilih.Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam
bidang

keairan, misalnya:

Irigasi,

Hidrologi,

dan sebagainya. Namun

demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system
referinsi.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak
selalu tidak selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL),
namun dapat dilakukan dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar
lokasi

oengukuran.

Titik-titik

tersebut

umumnya

telah

diketahui

ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch Mark (BM).
Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan
kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga
terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk
kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah
(Earth Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan.

Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long
section) dan sipat datar profil melintang (Cross section).
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkattingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini
dikarenakan

pada

setiap

pengukuran

akan

selalu

terdapat

kesalah-

kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi
kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi
kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi
batasan toleransi yang telah ditetapkan.
 PESAWAT WATERPASS TERDIRI ATAS:
a. Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya terdapat susunan
lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong
terdapat pula pelat kaca yang di balut dengan bingkai dari logfam
(diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang
b. Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat
arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi atas dua
yaitu niveau kotak dan nivau tabung.
Niveau Kotak berada di atas

Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat
( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode gabungan keduanya.
a. Metode Loncat
Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau
pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada
metode loncat , pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara patok 1
dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok
ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena
pesawat tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis Badik.
Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut :
-

Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi

-

Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25m di buat
potongan melintang.

-

Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan pengukuran pada
areal daerah yang padat (dalam hal ini jalan raya ).

b. Metode garis bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan
profil melintang di banding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini
adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan
kelebihannya adalah :

-

Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang khususnya di jalan

-

Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah namun
tidak bisa membaca jarak

-

Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini
hanya untuk menentukan garis Bidik.

c.

Metode gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode diatas, namun
harus diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah
metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena
mempunyai prinsip yang berbeda.
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam
empat macam utama :

a.

Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

b.

Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan
pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan

sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu
yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu
mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar.
c.

Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu
mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melainkan ditempatkan
di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah
alat ukur penyipat datar.

d.

Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah
dengan landasan yang terbentuk persegi, sedang nivo ditempatkan pada
teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam
alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk semua macam sama.

Dalam konstruksi yang modern, hanyalah macam ke satu dan ke dua
yang dapat mempertahankan diri, dengan perkataan lain: semua alat ukur
penyipat datar yang modern hanya dibuat dalam macam kesatu atau kedua
saja.
 BAGIAN-BAGIAN DARI WATERPASS

Bagian dari alat ini adalah
1. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo
kotak agar gelembung tepat ditengah lingkaran
2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat
kedudukan gelembung udara pada nivo pada saat bersamaan
membidik rambu.
3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk
memutar alat ke arah horizontal secara halus.
4. Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur
fokus objek sehingga terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan
fokus pada kamera DSLR
5. Optical alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran
tinggi alat ke tanah
6. Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.

7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang
terletak didepan
8. mata pembidik.

 PERALATAN WATERPASS
4. Rambu

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan
skala pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf
E. Panjang rambu adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu
maupun alumunium.
5. Patok Kayu

Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya  90
centimeter yang salah satu ujungnya diruncingkan.
6. . Statif

Alat yang digunakan untuk berdirinya pesawat waterpass

 HASIL PRAKTIKUM
STAND 1
BELAKANG
TITIK

BA

BT

BB

1

1137

1098

1059

MUKA
TITIK

BA

BT

BB

1

938

903

868

STAND 2

TITIK

BELAKANG

1

BA

BT

BB

1120

1080

1040

MUKA
TITIK

BA

BT

BB

1

919

885

851

Stand 1 = Stand 2
BTbelakang - BTmuka = BTbelakang – Btmuka
1098-903 = 1080-885
195 = 195

 Toleransi 2 detik

KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek, mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu
ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masingmasing, mahasiswa juga dapat mengetahui cara membaca rambu kegunaan dari patok itu apa dan
apa yang harus diperhatikan saat menggunakan alat waterpass

SARAN

1. Praktikan harus memahami mengenai hal-hal yang akan dipraktikumkan sebelum
melaksanakan praktikum
2. Praktikan harus lebih teliti dalam pengambilan data maupun pengolahan data.
3. Praktikan harus memahami metodologi
4. Praktikan tidak pelu tergesa-gesa dalam pengambilan data karena akan mengurangi
keakuratan data.

DEFINISI THEODOLITE
Dalam bidang survey pemetaan dan pengukuran tanah telah banyak dibuat
peralatan mengukur sudut,baik digunakan untu mengukur sudut atau didesain
untuk keperluan lain. Alat untuk mengukur sudut dalam bidang pengukuran
tanah dikenal dengan nama transit atau theodolite. Walaupun semua theodolit
mempunyai mekanisme kerja yang sama, namun pada tingkatan tertentu
terdapat perbedaan baik penampilan, bagian dalamnya dan konstruksinya.
Theodolite adalah alat ukur optis untuk mengukur sudut vertikal dan
horizontal,merupakan alat untuk meninjau dan merencanakan kerja.untuk
mengukur tempat yang tak dapat dijangkau dengan berjalan. Sekarang
theodolit juga sudah digunakan dalam bidang meteorologi dan teknologi
peluncuran roket.
Theodolite modern terdiri atas teleskop yang dapat dipindah-pindahkan
terpasang dalam dua tegaklurus axes the horisontal atau trunnion poros, dan
poros vertikal. Jika teleskop menunjuk ke benda yang diinginkan, sudut masingmasing poros ini bisa diukur dengan ketepatan yang sangat teliti, biasanya atas
skala “arcseconds”.
"Transit" mulai dikembangkan menjadi alat dalam bentuk theodolit, dan mulai
diperkembangkan di awal abad ke-19. Bacaan pada teleskop memungkinkan
kesalahan pembacaan sudut dan bacaan jarak, dengan mengubah skrup
penggerak halus, maka bacaan pada lensa obyektif akan semakin jelas sehingga
dapat mengurangi kesalahan. Beberapa alat transit dapat membaca sudut
secara langsung ke tiga puluh arcseconds. Di pertengahan abad ke20, "transit"
mulai kembali diubah dengan acuan pada bentuk sederhana theodolite dengan
sedikit ketepatan, kekurangan roman seperti kerak magnification dan meteran
mesin. Pada zaman sekarang, transit sudah mulai jarang digunakan, karena
theodolite digital mulai dikembangkan dan lebih mudah dalam penggunaannya
serta tingkat akurasi dan ketelitian pembacaan sudutnya lebih akurat dan teliti,
tetapi transit masih digunakan sebagai alat untuk mengukur pada jarak yang
cakupannya tidak begitu luas. Beberapa transit tidak dapat digunakan untuk
mengukur sudut vertikal, alat tersebut dinamakan Pesawat Penyipat Datar
(PPD).
Pengertian Theodolite :

Theodolite atau theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk
menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang
dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan
sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Teodolit merupakan
salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar
dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon ( detik ).
Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam
pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit
juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat
90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa
dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung,
teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Theodolitemerupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
Teleskop pada theodolite dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah, stadia
atas dan bawah, sehingga efektif untuk digunakan dalam tacheometri, sehingga
jarak dan tinggi relatif dapat dihitung. Dengan pengukuran sudut yang demikian
bagus, maka ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat mencapai 1 cm dalam
10 km. Pada saat ini alat seperti alat theodolit sudah diperbaiki dengan
menambahkan suatu komponen elektronik. Komponen ini akan menembakkan
beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui cermin. Dengan
menggunakan komponen alat survey seperti alat theodolit tersebut pengukuran
jarak dan tinggi relatif hanya berlangsung beberapa detik saja. Bila komponen
tersebut ditempatkan pada bagian atas alat theodolite, maka disebut electronic
distance measurers (edm), namun bila merupakan satu unit tersendiri maka
disebut automatic level atau theodolite total station.
Persyaratan pengoperasian theodolite :
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1.Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II / vertical ( dengan menyetel

nivo tabung dan nivo kotaknya ).
2.Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I
3.Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indek vertical
sama dengan nol.)
5.Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong.
6.Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak
7.Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II ( Garis
bidik tegak lurus sumbu kedua / mendatar).
Syarat pertama harus dipenuhi setiap kali berdiri alat (bersifat dinamis),
sedangkan untuk syarat kedua sampai dengan syarat kelima bersifat statis dan
pada alat-alat baru dapat dihilangkan dengan merata-rata bacaan biasa dan
luar biasa.
C. Jenis Theodolite
Macam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu :
1. Teodolit Reiterasi ( Teodolit Sumbu Tunggal )
Dalam teodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan
kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur.Teodolit yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To ( Wild ) dan type DKM2A( Kern ).
2. Teodolit Repetisi
Konstruksinya kebalikan dengan teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran
mendatarnya dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu
I ).Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0?, dapat
ditentukan ke arah bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk
ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-DE
(Topcon), Th-51 ( Zeiss ).
Macam teodolit menurut sistem pembacaannya :
1.Teodolit sistem bacaan dengan Index Garis
2.Teodolit sistem bacaan dengan Nonius
3.Teodolit sistem bacaan dengan Micrometer
4.Teodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
5.Teodolit sistem bacaan dengan Digital
Macam teodolit menurut skala ketelitian :
1.Teodolit Presisi ( Type T3 / Wild )
2.Teodolit Satu Sekon ( Type T2 / Wild )
3.Teodolit Sepuluh Sekon ( Type TM-10C / Sokkisha )

4.Teodolit Satu Menit ( Type To / Wild )
5.Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern )
D. Nama-nama Bagian Theodolit :
Perhatikan gambar 1.0 By. Mata Elang
Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :
1. Bagian Atas, terdiri dari :
a)Teropong / teleskope
b)Lingkaran skala tegak
c)Nivo tabung
d)Nivo kotak
e)Sekrup okuler dan obyektif
f)Sumbu mendatar ( sb. II )
g)Sekrup gerak vertikal
h)Sekrup gerak horizontal
i)Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
j)Sekrup pengunci teropong
k)Sekrup pengunci sudut vertical
l)Sekrup pengatur menit dan detik
m)Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
Bagian atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai
diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.
2. Bagian Tengah, terdiri dari :
a)Penyangga bagian atas
b)Sekrup mikrometer
c)Sumbu tegak ( sb. I )
d)Nivo kotak / Nivo tabung
e)Sekrup gerak horisontal
Bagian tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu.
Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang
berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada
dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini
ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu
kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak
lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan
angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih
jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam

derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Bawah, terdiri atas :
a)Lingkaran skalamendatar
b)Sekrup repetisi
c)Tiga sekrup penyetel nivo kotak
d)Tribrach
e)Kiap
f)Unting – unting
g)Statif / Trifoot
h)Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Bagian bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.
Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dari poligon.................................................................... 3
B. Jenis Jenis poligon............................................................... 4
C. Pengertian T0........................................................................5
D. Pengertian Waterpass....................................................................................... 14
E. Pengertian Theodolite.................................

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................9
B. Saran ...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “LAPORAN
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH “

Makalah ini dibuat dari berbagai sumber. Penulisan makalah ini
diharapkan

memberikan

manfaat

kepada

para

pembaca

mengenai

pentingnya ilmu ukur tanah yang saat ini sangat dibutuhkan untuk
pengukuran ketinggian suatu koordinat. Dan agar banyak orang yang
mengetahui kegunaan dari .ilmu ukur tanah
.

Penulis menyadari, makalah ini kurang sempurna. Maka dari itu, kritik
dan saran dari para pembaca akan bermanfaat dalam perbaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Bandar Lampung, 12 Januari 2015
Radovan Baypara Dogruyol

TTD

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Oleh:

RADOVAN BAYPARA DOGRUYOL(1415013020)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015