PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK. pptx

PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK

Kelompok 8
Dian Putri Resmi
Nancy Kawengian
Yuli Fitmah Al-Gadri
Anastasia Trinita Juliani

PEMERIKSAAN PAJAK
• Pengertian Umum
a. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
untuk
mencari,mengumpulkan, mengolah
data dan/atau
keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan.
b. Pemeriksaan pajak adalah Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Direktoral Jenderal pajak

atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang,
dan tanggung jawab untuk
melaksanakan

c. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir.
d. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing
Conference) adalah pembahasan yang dilakukan antara
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak atas temuan
selama
pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan
tersebut baik yang disetujui maupun yang tidak di
setujui dituangkan

dalam Berita Acara Hasil
Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa
Pajak dan Wajib Pajak.

e.

f.

g.

Kerja Keras Pemeriksaan adalah catatan secara
terperinci dan jelas yang diselenggarakan oleh
pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan
yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti
dan
keterangan
yang
dikumpulkan
dan

kesimpulan yang diambil sehubungan dengan
pelaksanaan pemeriksaan.
Laporan Pemeriksaan Keuangan adalah lapran
tentang hasil pemeriksaan yang disusun oleh
pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta
sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan.
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan
pajak untuk mendapatkan bukti permulaan
tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
di bidang perpajakan.

TUJUAN PEMERIKSA
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuann
peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal :
1)Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan
pembayaran pajak, termasuk yang telah

diberikan
pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak
2)Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
menunjukkan rugi
3)Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau
disampaikan tidak pada waktu yang telah
ditetapkan.
4)Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria

b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan
dalam rangka:
1)Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara Jabatan
2)Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
3)Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak
4)Wajib pajak mengajukan keberatan
5)Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto
6)Pencocokan data dan/atau alat keterangan
7)Penentuan Wajib Pajak berlokasi di Daerah terpencil
8)Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak
penambahan Nilai

1)

HAL – HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN DALAM
PEMERIKSAAN
Untuk
keperluan
pemeriksaan,
petugas

pemeriksa harus memiliki tanda pengenal
pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan serta memperlihatkan kepada wajib
pajak yang diperiksa.

2) Wajib pajak yang diperiksa wajib :
a.Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang
terutang pajak
b.Memberikan kesepatan untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi

3) Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan
keterangan lain wajib dipenuhi oleh wajib pajak paling
lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan.
4) Dalam hal wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak memenuhi
ketentuan di atas (no. 1) sehingga tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan kena pajak, Penghasilan Kena Pajak
tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
5) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan,

atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak
terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan itu
ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
6) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan
tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak apabila Wajib Pajak tidak
memenuhi kewajiban.

Perwakilan Wajib Pajak dalam

Pemeriksaan
1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :
a. Badan oleh pengurus
b. Badan yang dinyatakan pailit oleh kurator
c. Badan dalam pembubaran oleh orang atau badan
yang ditugasi untuk melakukan pemberesan.

d. Badan dalam likuidasi atau likuidator
e. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah
seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau
yang mengurus harta peninggalannya
f. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada
dalam pengampuan oleh wali atau pengampunya

2) Wakil dari Wajib Pajak bertanggung jawab secara
pribadi dan /atau secara renteng atas pembayaran
pajak yang terutang, kecuali apabila dapat
membuktikan dan menyakinkan Direktur Jenderal
Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benarbenar tidak mungkin untuk dibebani tanggug
jawab atas pajak terutang tersebut.
3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk
seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
4) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban
kuasa diatur dengan atau berdasarkan peraturan

menteri keuangan.

Ruang Lingkup dan Jangka Waktu
Pemeriksaan
1. Ruang Lingkup pemeriksaan terdiri atas:
a. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu
jenis pajak atau seluruh jenis, untuk tahun
berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya
dan/atau untuk tujuan lain yang dilakukan di
tempat Wajib Pajak.
b. Pemeriksaan kantor yang meliputi suatu jenis
pajak tertentu baik tahun berjalan dan/atau
tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan lapangan dapat dapat
dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau
pemeriksaan sederhana
3. pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan
dengan pemeriksaan sederhana

4. pemeriksaan lengkap dilaksanakan dengan
pemeriksaan dalam jangka waktu 2 bulan dan
dapat diperpanjang paling lama 8 bulan
5. pemeriksaan sederhana lapangan dilakukan
dalam jangka waktu 1 bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 2 bulan
6. pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan
dalam jangka 4 minggu dan dapat diperpanjang
menjadi paling lama 6 minggu

7. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan kantor
ditemukan indikasi adanya transaksi yang
mengandung unsur transfer pricing, maka lingkup
pemeriksaan ditingkatkan menjadi pemerikssan
lapangan
8. pemeriksaan lapangan berkenaan dengan
ditemukannya indikasai adanya unsur transfer
pricing, yang memerlukan pemerikssan yang lebih
mendalam serta memerlukan waktu yang lebih
lama yaitu 2 tahun. Jangka waktu pemeriksaan ini

tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang
dilaksanakan dengan surat pemberitahuan yang
menyatakan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak

* Pemeriksaan Lengkap : yang dilakukan ditempat
wajib pajak meliputi seluruh jenis pajak, tujuan lain
baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebulumnya
yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaanyang lazim digunakan dsalam
pemeriksaan pada umumnya.
* Pemeriksaan sederhana lapangan :
pemeriksaan pajak yang meliputi seluruh jenis pajak
dan tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun
sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan
kedalaman yang sederhana
* Pemeriksaan sederhana kantor : pemeriksaan
pajak meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun
berjalan atau tahun sebelumnya yang dilakukan
dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan
dengan bobot dan kedalaman yang sederhana

LANDASAN HUKUM :

- pasal 29 UU KUP tentang pemeriksaan
- pasal 29AUU KUP tentang pemeriksaan tbk
- pasal 30 UU KUP tentang penyegelan
- pasal 31 UU KUP tentang tata cara pemeriksaan
- PMK 198/PMK.03/07 tentang penyegelan
- PMK 199/PMK.03/07 tentang tata cara
pemeriksan
- PP 80 thn 07 tentang hak dan kewajiban WP
- SE-10/PJ.04?2008 kebijakan pemeriksaan utk
menguji kepatuhan WP
- PERS 19 thn '08 tentang petunjuk teknis
pelaksaan pemeriksaan lapangan
- PERS 20 thn '08 tentang petunjuk teknis
pelaksaan pemeriksaan kantor
- PERS 9/PJ/2010 tentang standar pemeriksaan

Norma Pemeriksa Pajak
a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa
yang jelas identitasnya.
b. Petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal
pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada Wajib
Pajak yang diperiksa.
c. Petugas pemeriksa harus menjelaskan tujuan
dilakukannya pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
d. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan
pemeriksaan pajak (LPP).
e. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara
tertulis kepada wajib pajak tentang hasil
pemeriksaan yang berbeda dengan surat
pemberitahuan untuk ditanggapi wajib pajak.

f. Pemeriksa pajak wajib mengembalikan bukubuku, catatan-catatan dan dokumen
pendukung lainya yang dipinjam dari wajib
pajak paling lama tujuh hari sejak selesainya
pemeriksaan.
g. Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan
kepada pihak lain yang tidak berhak mendapat
informasi yang diberitahukan wajib pajak
terhadap pemeriksa.
h. Petugas pemeriksa harus melakukan
pembinaan kepada Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan

Norma Pemeriksaan Berkaitan dengan
Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang pemeriksa.
b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak, atau di kantor wajib pajak, atau di
kantor lainya, atau di tempat tinggal wajib pajak atau
tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan
apabila dipandang perlu dapat dilanjutkan di luar jam
kerja.
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerja
pemeriksaan (KKP).
e. Laporan pemeriksaan pajak disusun berdasarkan KKP

f. Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya
disetujui oleh
wajib pajak atau kuasanya,
dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan
tersebut dan ditandatangani oleh wajib pajak yang
bersangkutan atau kuasanya.
g. Terhadap temuan sebagai hasil Pemeriksaan
Lengkap yang
tidak atau tidak seluruhnya
disetujui oleh wajib pajak dilakukan
Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan dan dibuatkan Berita
Acara hasil pemeriksaan.
h. Berdasarkan LPP diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak dan Surat Tagihan Pajak, kecualu
pemeriksaan dilanjutkan dengan
tindakan
penyidkan.

Norma Pemeriksaan
Berkaitan dengan Wajib
Pajak
a. Wajib Pajak harus memberikan akses kepada
petugas pemeriksa untuk mengakses dan/atau
mengunduh data dari catatan, dokumen, dan
dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak.
b. Wajib Pajak yang diperiksa juga memiliki
kewajiban memberikan kesempatan kepada
pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan
yang merupakan tempat penyimpanan dokumen,
uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan

c. Dalam hal petugas pemeriksa membutuhkan
keterangan lain selain buku, catatan, dan
dokumen lain, Wajib Pajak harus
memberikan
keterangan lain yang dapat berupa keterangan
tertulis dan/atau keterangan lisan.
d. Dalam hal pemeriksaan lapangan, wajib pajak
berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk
memperlihatkan surat perintah pemeriksaan dan
tanda pengenal pemeriksa.
e. Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa
pajak untuk
memberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan  pemeriksaan.

f. Dalam hal pemeriksaan kantor, wajib pajak wajib
memenuhi panggilan untuk datang menghadiri
pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
g. Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa
pajak rincian yang berkenaan dengan hal-hal
yang berberda antara hasil pemeriksaan dengan
surat pemberitahuan.
h. Wajib pajak atau kuasanya wajib
menandatangani surat pernyataan persetujuan
apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya.
i. Dalam hal pemeriksaan lengkap, Wajib pajak
atau kuasanya
wajib menandatangani berita
acara hasil pemeriksaan apabila
hasil
pemeriksaan tidak atau tidak seluruhnya disetujui.

Langkah-langkah Pemeriksaan Pajak

PENGELOMPOKAN PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
Pelaksanaan pemeriksaan dikelompokkan sesuai
dengan sifatnya, yaitu :
1. Pemeriksaan Rutin Yaitu pemeriksaan yang
dapat langsung dilakukan oleh unit pemeriksa
tanpa harus ada persetujuan terlebih dahulu
dari unit atasan, biasanya harus segera
dilakukan terhadap SPT lebih bayar, SPT rugi,
dan SPT yang menyalahi penggunaan norma
penghitungan
2. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setelah ada persetujuan atau instruksi
dari unit atasan dalam hal : terdapat bukti
bahwa SPT yang disampaikan WP tidak benar,

TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN PAJAK
Teknik pemeriksaan merupakan cara
pembuktian data dari metode pemeriksaan.
a.Menurut Theodorus M Tuannakota, teknik
pemeriksaan adalah cara mendapatkan
pembuktian dan dikenal dengan istilah
memeriksa, menganalisis, mengecek,
membandingkan, konfirmasi, voting,
menginpeksi, merekonsiliasi, testing atau
sampling, menelusuri, dan memeriksa
dokumen dasar. Hal yang membedakan
pemeriksaan pajak dengan pemeriksaan yang
dilakukan oleh akuntan publik yaitu
pemeriksaan pajak mempunyai kewenangan
untuk mencari dan mengalihkan pendapatan

Sementara itu, metode yang digunakan dalam
melaksanakan pemeriksaan pajak ada 2, yaitu :
1. Metode Langsung, yaitu metode yang dilakukan
dengan cara menguji kebenaran angka-angka
dalam Surat Pemberitahuan, laporan keuangan,
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung sesuai dengan proses pemeriksaan
2. Metode Tidak Langsung, yaitu metode yang
dilakukan dengan cara pengujian atas kebenaran
angka-angka dalam Surat Pemberitahuan secara
tidak langsung melalui suatu pendekatan
penghitungan tertentu mengenai penghasilan dan
biaya. Metode ini merupakan pelengkap metode
langsung.

Penyidikan Pajak
A. Pengertian
Menurut undang-undang no 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007,
pengertian penyidikan adalah sebagai berikut :
 
“Penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya”.

      B. Tujuan
Penyidikan
Berdasarkan pengertuan di atas sangat jelas
dapat kita simpulkan bahwa tujuan utama dari
dilakukanya proses penyidikan adalah untuk
menemukan tersangka yang melakukan tindak
pidana dalam perpajakan. Dengan dilakukanya
penyidikan, barang bukti untuk menemukan
tersangka diharapkan dapat ditemukan untuk
kemudian segera menjadi dasar dalam
menetapkan tersangka

C. Pihak yang Melakukan
Penyidikan
Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,
pihak yang berwenang untuk melakukan proses
penyidikan adalah  Pejabat pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang
diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak
pidana di bidang perpajakan. Wewenang tersebut
adalah sebagai berikut :
 1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan

3.  Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan.
4.  Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan.
5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan;
7.  Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau
dokumen yang
dibawa;

8.  Memotret seseorang yang berkaitan dengan
tindak pidana
di bidang Perpajakan.
9.   Memanggil orang untuk didengar keterangannya
dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
10. Menghentikan penyidikan;dan/atau melakukan
tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
menurut ketentuan peraturan perundangundangan.
 

D. Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana dimaksudkan agar dalam
proses penyidikan terdapat kepastisan hukum
yang jelas. Ketentuan pidana tersebut, sesuai
dengan pasal 41B Undang-Undang no 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007,
pengertian penyidikan bebunyi sebagai berikut :
 
“Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
atau mempersulit penyidikan tindak
 pidana di bidang perpajakan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh

E. Azas­azas Hukum yang Harus 
Diperhatikan Dalam Penyidikan 
 Azas legalitas
 Azas keseimbangan
 Azas praduga tak bersalah
 Prinsip pembatasan penahanan
 Azas ganti rugi dan rehabilitasi
 Penggabungan pidana dengan tuntutan ganti rugi
 Azas unifikasi
 Prinsip diferensiasi fungsional
 Prinsip saling koordinasi
 Azas peradilan sederhana, cepat, dan biaya 
ringan
 Prinsip peradilan terbuka untuk umum

F. Penghentian Pelaksanaan
Penyidikan
Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang no
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan, wewenang untuk
menghentikan proses penyidikan dimilki oleh
Menteri Keuangan. Apabila Wajib Pajak telah
melunasi utang pajak yang tidak atau kurang
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan
ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan, maka Menteri Keuangan dapat
meminta Jaksa Agung untuk segera menghentikan
penyidikan. Selanjutnya, Jaksa Agung dapat
melakukan pengehentian penyidikan sesuai dengan
yang diminta oleh menteri keuangan paling lama

1. Pasal 44A dan 44B Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang- Undang
2. Nomor 28 Tahun 2007 dan penjelasannya.
Pasal 109 ayat (2) dan (3) Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
3. Pasal 21 dan 22 Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 17 Mei 2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengamatan,
Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

G.LATAR BELAKANG
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
Secara umum latar belakang penghentian
penyidikan sebagai berikut :
1. Untuk menegakkan prinsip peradilan yang
cepat, tepat, biaya ringan dan sekaligus untuk
tegaknya kepastian hukum dalam kehidupan
masyarakat.
2. Menghindari dari kemungkinan tuntutan ganti
kerugian.
Keluarnya surat penghentian penyidikan perkara
atau SP3 tidak membawa akibat hapusnya
kewenangan penyidik untuk memeriksa kembali
kasus itu. Apabila di kemudian hari ditemukan

1.

H.ALASAN
PENGHENTIAN
PENYIDIKAN
Atas Usul Penyidik

a. Tidak terdapat cukup bukti
b. Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana
dibidang perpajakan
c. Penyidikan dihentikan karena peristiwanya telah daluwarsa
d. Tersangka meninggal dunia
2. Atas Permohonan Wajib Pajak
Wajib Pajak boleh mengajukan permohonan penghentian
penyidikan sepanjang perkara tersebut belum dilimpahkan ke
pengadilan.
 Di samping karena alasan di atas, penyidikan juga mungkin
dihentikan oleh Jaksa Agung atas permintaan Meteri Keuangan

*
Di samping karena alasan di atas, penyidikan juga
mungkin
dihentikan oleh Jaksa Agung atas permintaan
Meteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan negara
*

Dengan syarat:
WP melunasi utang pajak + denda 400%