MAKROEKONOMI PENGANGGURAN INFLASI DAN KE

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]

MAKROEKONOMI
PENGANGGURAN, INFLASI
DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

( KELOMPOK V )

DOSEN PEMBIMBING :
Rully Wiliandri.S,E.M.M

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAGEMENT
2013
Halaman 1

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]


KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kepada Allah Yang Maha Besar atas segala
pertolongan, petunjuk, serta Berkat, hikmat dan kekuatan yang Dia berikan,
sehingga Kami “Kelompok V” dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan
baik.
Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan nilai pada Mata Kuliah “Ekonomi Makro” pada
UNIVERSITAS NEGERI MALANG, yang berlokasikan di MALANG, serta
dapat memperluas Wawasan dan Pengetahuan dari rekan-rekan Mahasiswa yang
lain pemahamanya tentang materi ini.
Kami sebagai Penulis menyadari, masih banyak kekurangan – kekurangan
dalam pembuatan Tugas Makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan penulis, penulis juga menyadari bahwa pembuatan
Makalah ini akan mengalami banyak kesukaran tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk Tugas Makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan manfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Malang, 16 Oktober 2013
Penulis,


KELOMPOK V
DAFTAR ISI

Halaman 2

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I
A. PENDAHULUAN
I.
MASALAH PENGANGGURAN .......................................................... 1
II. TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ............................................. 7
III. MASALAH INFLASI / KENAIKAN HARGA .................................... 9
IV. INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI ...................................... 6
V.
EFEK BURUK INFLASI ....................................................................... 7

VI. KEBIJAKAN FISKAL, MONETER DAN MASALAH
PENGANGGURAN ................................................................................ 9
VII. MASALAH INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ..............12
VIII. KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN ....................................................14
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN ..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….16
NAMA – NAMA KELOMPOK ...............................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
Pengangguran dan Inflasi adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap masyarakat. Kedua-dua masalah ekonomi itu dapat
mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial.
Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai
kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Analisis dalam bab ini bertujuan untuk
menerangkan tentang bentuk-bentuk masalah pengangguran dan inflasi yang
Halaman 3


[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
dihadapi suatu perekonomian dan bentuk Kebijakan Pemerintah yang dapat
dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian pada
hakikatnya bab ini akan membincangkan dua hal pengangguran dan Inflasi
yang dihadapi suatu ekonomi dan bentuk Kebijakan Pemerintah yang dapat
dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Tiga bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat dijalankan yaitu kebijakan fiscal, kebijakan moneter
dan kebijakan segi penawaran.
Ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya
tingkat pengangguran di Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah,
ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan
kerja, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja dan
kualitas Sumber Daya Manusia yang dihasilkan masih rendah. Lapangan
pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan
tingkat pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki. Umumnya perusahaan
atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap pakai, artinya
sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan tidak
banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang banyak adalah
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.

MASALAH PENGANGGURAN
Masalah Pengangguran adalah keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja, ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya.

Halaman 4

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
1.

JENIS PENGANGGURAN BERDASARKAN PENYEBABNYA
a. Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran Normal atau Friksional adalah seseorang yang
berhenti bekerja karena kurang menyukai pekerjaannya atau tidak

sepaham dengan atasannya.
Contoh, seseorang sudah memiliki pekerjaan di suatu toko misalnya,
namun berhenti bekerja karena tidak menyukai pekerjaannya
b. Pengangguran Siklikal
Pengangguran

Siklikal adalah seseorang yang diberhentikan

karena perusahaan mengurangi pekerja akibat penurunan permintaan.
Contoh, orang-orang yang di PHK.
c. Pengangguran Struktural
Pengangguran Struktural adalah seseorang yang berhenti bekerja
karena perusahaannya ditutup, meskipun memiliki kemampuan atau
kecakapan.
Contoh, seseorang yang bekerja pada suatu perusahaan namun berhenti
bekerja karena perusahaannya ditutup.
d. Pengangguran Teknologi
Pengangguran Teknologi adalah seseorang yang berhenti bekerja
karena adanya pergantian tenaga kerja mesin dengan manusia.
Contohnya Mesin Cuci Menggantikan orang yang mencuci pakaian.

2. JENIS PENGANGGURAN BERDASARKAN CIRINYA
a.

Pengangguran Terbuka
Pengangguran Terbuka adalah Pengangguran yang tercipta sebagai
akibat pertambahan Lowongan Pekerjaan yang lebih rendah dari
pertambahan tenaga kerja.
Contoh, banyaknya Sarjana namun sedikit lapangan pekerjaan.
Halaman 5

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna
sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu,
trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari
tahun ke tahun.
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan
jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.


Tingkat Penganguran =

∑ orang yang mencari pekerjaan
∑ angkatan kerja

x 100%

Misalkan, dari data Sensus Penduduk 2000 diketahui jumlah orang yang mencari
pekerjaan sebanyak 4.904.652 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak
97.433.125 orang (lihat Tabel 1) . Sehingga tingkat pengangguran terbuka di
Indonesia pada tahun 2000 adalah:
Tingkat Pengangguran Terbuka =

4. 904.652
97.433.125

x 100%

= 5%


Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial
yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai
pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka
semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya
contohnya

kriminalitas.

Sebaliknya

semakin

rendah

angka

pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial dalam
masyarakat. Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan
indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.


b. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran Tersembunyi adalah Pengangguran yang tercipta
karena kelebihan tenaga kerja dalam suatu bagian dalam perusahaan,
akibatnya banyak tenaga kerja yang menganggur meskipun memiliki
pekerjaan. Contohnya Pelayan Restouran yang lebih banyak dari yang
diperlukan
c. Pengangguran Bermusim
Halaman 6

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Pengangguran Bermusim adalah pengangguran yang terjadi karena
adanya pengaruh dari musim terutama pada sektor Pertanian dan
Perikanan.
Contohnya,
-

Saat Musim Hujan

Penyadap karet dan Nelayan tidak dapat


melakukan pekerjaan mereka sehingga mereka terpaksa menganggur.
-

Saat Musim Kemarau para Pesawah tidak dapat mengerjakan
Tanahnya.

d. Pengangguran Setengah Menganggur
Pengangguran Setengah Mengaggur adalah Pengangguran yang tercipta
akibat jam kerja yang jauh lebih rendah dari jam kerja normal. Contoh Seseorang
yang bekerja Part time ( paruh waktu ). Setengah pengangguran dibagi menjadi dua
kelompok :


Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
lain.



Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan
acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan
produktivitas pekerja.
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam
kerja di bawah normal (kurang dari 35 jam per minggu) dengan jumlah penduduk yang
termasuk dalam angkatan kerja.
Tingkat Setengah Pengangguran =

Halaman 7

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Jumlah

pekerja

yang

bekerja

kurang

dari

jam

kerja

normal

x

100

Jumlah angkatan kerja
Misalkan, berdasarkan data Sakernas 2004, persentase penduduk usia 15 tahun
atau lebih yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu berjumlah
30.213.692 orang sementara total angkatan kerja 2004 berjumlah 103.973.387 orang.
Sehingga tingkat setengah pengangguran pada tahun 2004 sebesar 29%.
Semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah tingkat
utilisasi pekerja dan produktivitasnya. Akibatnya, pendapatan mereka pun rendah dan
tidak ada jaminan sosial atas mereka. Hal ini sering terjadi di sektor informal yang rentan
terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak tersedianya jaminan sosial.
Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja
mereka seperti penambahan balai latihan kerja.
Konsentrasi setengah pengangguran diduga banyak ditemukan disektor pertanian
dan perdagangan. Peta setengah pengangguran perlu dilengkapi dengan distribusi
menurut daerah dalam regional geografis dan dalam arti pedesaan –perkotaan.
Penanganan masalah setengah pengangguran regional sering membutuhkan partisipasi
aparat pemerintah daerah dengan gubernur sebagai penguasa tunggal. Untuk itu, peta
regional seperti ini sangat bermanfaat.

B.

MASALAH INFLASI / KENAIKAN HARGA
Inflasi adalah kenaikan harga – harga umum yang berlaku dalam
suatu perekonomian dari satu period eke periode lainnya.

1. JENIS – JENIS INFLASI
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi Tarikan Permintaan adalah kesempatan kerja yang tinggi,
menciptakan

tingkat

pendapatan

yang

Halaman 8

tinggi

dan

selanjutnya

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi. Misalnya
mengeluarkan barang dan jasa.
Contohnya, suatu perusahaan Blackberry menawarkan berbagai aplikasi
baru untuk menambah minat masyarakat sehingga penawaran akan barang
tersebut dapat bertambah.
b. Inflasi Desakan Biaya
Inflasi Desakan Biaya adalah kenaikan harga barang produksi dari
suatu perusahaan dengan cara memberikan gaji dan upah yang tinggi
kepada Karyawannya karena adanya permintaan Perusahaan yang
bertambah. Contohnya dalam Suatu Perusahaan membutuhkan 10
(Sepuluh) Karyawan, untuk bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan,
namun berhubung karyawan yang Perusahaan peroleh hanya setengah
dari 10 Karyawan dan permintaan Perusahaan semakin meningkat maka
Perusahaan akan menaikan Gaji atau Upah yang lebih tinggi untuk
Karyawan yang mengerjakan permintaan Perusahaan yang meningkat itu.
c. Inflasi Diimpor
Inflasi Diimpor bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan wujud, apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Misalnya “Minyak” yang berasal dari salah satu Negara terbesar
penghasil minyak yaitu Negara Arab Saudi, Negara Arab akan menaikan
harga minyak karena minyak peranannya sangat penting dalam proses
produksi barang-barang industri.
2. INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI
Inflasi Merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang
tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen dalam setahun.
Contohnya, Negara Malaysia dan Singapura, Negara tersebut adalah Dua
dari Negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai
inflasi Merayap.
Halaman 9

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat,
yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat
dalam masa yang singkat.
Contohnya, Negara Indonesia
Tahun

Tingkat Inflasi (%)

1965
1966

500 %
650 %

Ini berarti tingkat harga – harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan pada
tahun 1966 harga-harga naik 6,5 kali lipat.
Hiperinflasi/Seringkali

berlaku

dalam

perekonomian

yang

sedang

menghadapi perang atau kekacauan politik di dalam negeri. Dalam masamasa seperti ini pemerintah terpaksa menambah pengeluaran yang jauh
melebihi dari pajak yang dipungutnya. Contohnya meminjam dari Bank
Sentral atau mewajibkan Bank Sentral mencetak lebih banyak uang.
3. EFEK DARI INFLASI
a. Efek Positif
-

Peredaran / perputaran barang lebih cepat

-

Produksi barang-barang

bertambah karena keuntungan pengusaha

bertambah
-

Kesempatan kerja bertambah karena terjadi tambahan investasi

-

Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang karena kenaikan
pendapatan kecil.

b. Efek Negative / Efek Buruk
-

Inflasi

akan

menurunkan

pendapatan

riil

orang-orang

yang

berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.
Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap.
Halaman 10

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
-

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusiinstitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya

-

akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan.
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan
bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.
Akan tetapi pemilik harta-harta tetap—tanah, bangunan dan rumah—
dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga
sebagian

penjual/

pedagang

dapat

mempertahankan

nilai

riil

pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian
pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilikpemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak
merata.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH
- Kebijakan segi permintaan :
Kebijakan fiskal adalah usaha Pemerintah untuk mempengaruhi
kegiatan ekonomi dengan membuat perubahan dalam bentuk
pengeluarannya dalam system pelajaran.
Kebijakan moneter adalah langkah Pemerintah yang dijalankan
melalui Bank Sentral untuk mengatahui kegiatan perekonomian
-

dengan membuat perubahan dalam penawaran uang dan suku bunga.
Kebijakan segi penawaran :
Kebijakan Segi Penawaran adalah Langkah Pemerintah yang
berusaha meningkatkan efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan dan
tenaga kerja sehingga Produksi Nasional dapat ditingkatkan, Biaya
Produksi dikurangkan dan teknologi semakin berkembang.
Stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan
berkepanjangan, ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian
yang menyebabkan pengangguran.

1. a. Inflasi dan kebijakan fiskal
Menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah
b. Inflasi dan kebijakan moneter
Halaman 11

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Mengurangi, menaikan suku bunga dan membatasi kredit.
c. Inflasi dan kebijakan segi penawaran
Melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan
menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan
mentah, melakukan penetapan harga, menggalakan pertambahan produksi dan
menggalakan perkembangan teknologi.
2. a. Pengangguran dan Kebijakan fiskal
Mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah
b. Pengangguran dan kebijakan moneter
menambah penawaran uang, mengurangi atau menurunkan suku bunga
dan menyediakan kredit khusus untuk kegiatan tertentu.
c. Pengangguran dan kebijakan segi penawaran
Mendorong lebih banyak infestasi, mengembangkan infrastrukstur,
meningkatkan efisiensi administrasi permintaan, member subsidi dan
mengurangkan pajak perusahaan dan individu.

3. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi kebijakan fiskal, moneter dan
segi penawaran.
Dalam Kebijakan Fiskal akan dibuat Perubahan dalam pengeluaran
pemerintah atau pajak untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran Agregat.
Dalam Kebijakan Moneter yang dilakukan adalah membuat
perubahan dalam penawaran uang atau Suku Bunga untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat.
Dalam Kebijakan

Segi Penawaran yang akan kita bahas

Selanjutnya, Kebijakan Pemerintah dalam hal tersebut adalah melakukan
pengurangan pajak, memberikan insentif fiskal, memberikan subsidi dan
menyediakan insfrastruktur yang baik untuk menaikan efisiensi kegiatan
Perusahaan-perusahaan.
4. Tujuan Kebijakan Pemerintah
a. Tujuan bersifat ekonomi
Tujuan bersifat ekonomi adalah tujuan yang didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yang bersifat ekonomi
Halaman 12

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
-

Dengan menyediakan lowongan pekerjaan

Adalah usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran agar tidak
berlanjut terus menerus sehingga mengalami jangka panjang.
-

Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat

Adalah kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran yang
berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat.
-

Memperbaiki Pembagian Pendapatan

Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk pada
kesamarataan pembagian pendapatan. Semakin besar pengangguran,
semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan.
Pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin
mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha
menaikan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
b. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan Bersifat Sosial dan Politik

adalah suatu kepentingan bersama,

untuk semua Masyarakat tanpa memandang status sosial Masyarakat, serta
untuk kepentingan Bangsa dan Negara.
-

Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga

Bila Anggota dalam suatu Rumah Tangga terlalu banyak dan tidak
mempunyai Pekerjaan, maka berbagai masalah akan timbul. Misalnya:
Keluarga tersebut kemampuannya terbatas untuk melakukan pembelanjaan
dalam mencukupi Kehidupan mereka sehari-hari. Maka hal tersebut akan
mengurangi kemampuan Keluarga untuk membiayai pendidikan anakanaknya. Akibatnya Keluarga tersebut akan mengalami perselisihan dalam
Berumah Tangga, sehingga secara otomatis pengangguran mengurangi
taraf Kemakmuran Keluarga.
-

Menghindari Masalah Kejahatan

Pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan
tetapi, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk
berbelanja. Contohnya Sewa Rumah harus dibayar, namun selain sewa
Halaman 13

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]
Rumah. Keluarga juga perlu melakukan pengeluaran lain untuk biaya
Makanan, biaya Sekolah, dll. yang harus dibayar. Apabila tiada tabungan
dan sumber pendapatan lain, pengangguran menggalakan kegiatan
kejahatan. “ Inti’nya semakin tinggi pengangguran, maka semakin tinggi
tingkat kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pengangguran secara
tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
-

Mewujudkan Kestabilan Politik

Pengangguran merupakan salah satu sumber dan penyebab dari ketidak
Stabilan Politik. Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu NEGARA
dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus menerus. Hal tersebut
menjadikan masyarakat seringkali tidak merasa puas dengan pihak
Pemerintah yang tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat.
Misalnya dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi,
masyarakat seringkali melakukan Demonstrasi dan mengemukakan kritik
kepada Pemimpin-peminpin Pemerintah.

BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis

mengemukakan

dan

menguraikan

secara

keseluruhan tentang “PENGANGGURAN, INFLASI dan KEBIJAKAN
PEMERINTAH ” Penulis dapat menarik kesimpulan :
 Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh
segolongan tenaga kerja, yang telah mencari pekerjaan, tetapi tidak
memperolehnya.
 Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu
perekonomian dari satu periode ke periode yang lain.
 Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi terutama pada Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter,
dan Kebijakan Segi Penawaran.
Halaman 14

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]

Daftar Pustaka
Bangun Wilson.2007.Teori ekonomi makro.Bandung:Refika
Aditama
Google.2013.Slide share.Pengangguran dan Inflasi
Google.2013.Slide share.Kebijakan Pemerintah
Kelvin Lancaster.1991.Modern Consumer Theory
Dominick Salvore.2008,Managerial Economic in a Global
Economy
William A.McEachern,2011.Economic:A Contemporary
Introduction,Thomson Learning,2011

Halaman 15

[MAKALAH PENGANGURAN DAN TINGKAT
Oktober 16, 2013 ALAMIAHNYA]

Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lia Nikmatus Sholikha
Puji Astuti
Sri Ani
Widoyoko Romi Sasmita
Teguh Setya Budi
Muhammad Yofi Hendra Andika
Wahyuda Arifandi

( 27 )
( 35 )
( 39 )
( 45 )
( 42 )
( 33 )
( 44 )

Halaman 16