KONSEP CARING DAN KELUARGA SERTA APLIKAS

KONSEP CARING DAN KELUARGA SERTA APLIKASI
KONSEP CARING DALAM HUBUNGAN ANTARA
MAHASISWA DENGAN ORANG YANG LEBIH MUDA

Oleh
KELOMPOK 5
Anasthasya Amanda, 1506758191
Egi Rizky Septiana, 1506690422
Nindy Atika Rahayu, 1506728264
Novri Andini, 1506689912
Shafa Dwi Andzani, 1506690063
Ukhti Afini, 1506728610
KONSEP DASAR KEPERAWATAN I KELAS C

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, kelompok 5 diberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Caring Dan Keluarga Serta
Aplikasi Konsep Caring Dalam Hubungan Antara Mahasiswa Dengan Orang Yang
Lebih Muda”. Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang penulis
alami, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Ibu Dr.
Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I (KDK I) kelas C yang telah memberikan arahan serta motivasi
dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua yang senantiasa mengucap doa, keluarga yang telah
memberikan kontribusi ide yang baik, dan teman-teman yang telah memberikan
dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini
dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai kegunaan ilmu filsafat di dalam bidang keperawatan. Oleh karena itu
penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis mohon maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan penulis
menyadari masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, penulis sangat
mengharapkan akan pemberian saran dan kritik yang membangun.


Depok, Septermber 2015
Penyusun

(Kelompok 5 KDK I kelas C)

2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Abstrak ......................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang ................................................................................

1

1.2.
Rumusan Masalah ...........................................................................


1

1.3.
Tujuan Penulisan .............................................................................

2

Bab II Isi
2.1.
Konsep Caring
2.1.1. Pengertian Caring secara Umum .................................. 3
2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring ....................................... 4
2.1.3. Beberapa Teori Caring .................................................. 6
2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ................ 9
2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing ....................................... 10
2.2.
Konsep Keluarga
2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis ........... 11
2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga ..................................... 12
2.2.3. Jenis/Tipe Keluarga ....................................................... 14

2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga ........................................ 15
2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga ...................................... 16
2.3.
Aplikasi Konsep Caring .................................................................. 18
Bab III Penutup
3.1.
Kesimpulan ...................................................................................... 20

3

3.2.
Saran ................................................................................................. 21
Daftar Pustaka .............................................................................................. 22

ABSTRAK
Keperawatan membutuhkan konsep caring dan keluarga untuk membantu
penemuan solusi dari masalah-masalah yang tidak pernah luput sekalipun. Guna
konsep caring dan keluarga pada bidang ilmu keperawatan ini adalah untuk
membantu perawat dalam memperhatikan dan memenuhi kebutuhan klien, seperti
fisik, psikis, spiritual, dan sosial klien tersebut dimulai dari yang sederhana hingga

sampai ke kompleks. Konsep caring dan keluarga dijadikan pedoman oleh banyak
klien atau pasien dalam membuat persepsi mengenai keperawatan.
Kata kunci : konsep caring, caring, konsep keluarga, keluarga, keperawatan

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Di era globalisasi ini, segala bidang kehidupan sedang mengalami
dinamika perkembangan dan kemajuan. Bidang pelayanan kesehatan salah
satunya, tidak hanya sarana dan prasarana saja yang mengalami kemajuan,
tetapi juga profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Ketika berada di rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, wajib bagi perawat untuk
terus meningkatkan profesionalismenya. Dengan meningkatkan perilaku
caring saja, klien akan merasa puas, dan bagi perawat sendiri kepuasan klien
tersebut adalah kepuasan untuk dirinya juga karena telah sukses memberi

pelayanan dengan baik. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi tanpa
mengabaikan rasa aman dan keselamatan klien. (Carruth et all, 1999).

1.2.

Rumusan Masalah
1.

Apakah pengertian caring secara umum?

2.

Bagaimana persepsi klien tentang caring?

3.

Sebutkan beberapa teori dasar mengenai caring!


4.

Bagaimana perilaku caring dalam praktik keperawatan?

5.

Apa perbedaan caring dan curing?

6.

Apa pengertian keluarga secara umum dan teoritis?

7.

Bagaimana tahap perkembangan keluarga?

8.

Sebutkan jenis dan tipe keluarga!


9.

Apa saja struktur dan fungsi keluarga?

10. Jelaskan konsep keperawatan keluarga dalam kehidupan sehari-hari!
11. Bagaimana aplikasi dari konsep caring kepada orang yang lebih muda
secara usia?

1

1.3.

Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan I, serta menambah wawasan tentang konsep
caring dan keluarga di sepanjang rentang kehidupan, agar mahasiswa
mengerti serta memahami tentang bagaimana perilaku caring dalam proses
dan praktik keperawatan dan sebagai salah satu sarana penunjang
pembelajaran, khususnya kepada mahasiswa keperawatan.


2

BAB II
ISI
2.1.

Konsep Caring

2.1.1. Pengertian Caring secara Umum
Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri
kepada orang lain yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun
rasa cinta dan kasih sayang yang merupakan kehendak keperawatan (Potter
& Perry, 2005). Caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring
juga dapat diartikan sebagai rasa kepedulian kita untuk orang lain,
pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati dan perasaan cinta
serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.
Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari
tindakan dari rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki
sifat caring, karena seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap
pasiennya dan juga kepada orang lain. Tindakan caring seorang perawat

tentunya bukan hanya kepada keluarga atau orang terdekatnya saja,
melainkan kepada siapapun.
Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah
kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang
pasiennya, memahami pasien, caring dalam spiritual dan juga dalam
perawatan keluarga. Keperawatan sebagai suartu profesi dan berdasarkan
pengakuan masyarakat, Keperawatan adalah ilmu kesehatan tentang asuhan
atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring (Lindbreg,
1990).
Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberi
dukungan kepada individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku
caring diajarkan kepada manusia sejak lahir, masa pertumbuhan, masa
perkembangan, masa pertahanan, sampai meninggal. Perilaku caring
bertujuan dan berfungsi untuk mengubah struktur sosial, pandangan hidup
dan nilai dalam merawat diri sendiri dan orang lain, serta dalam prakteknya
3

akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesioanal
carenya (Leininger, 1991).
Proses keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat kepada

pasiennya dengan konsep caring ditunjukkan dengan memperkenalkan diri
kita kepada pasien kita serta membuat kontak hubungan yang baik,
memanggil klien kita dengan menyebutkan namanya secara halus, selalu
memotivasi klien kita, meyakinkan klien bahwa seorang perawat akan terus
membantunya jika terjadi masalah, memenuhi kebutuhan dasar seorang
klien dengan iklas, menjadi pendengar yang aktif, bersikap jujur, dapat
mengendalikan perasaan kita dengan baik, dan tentunya rasa empati kita
terhadap seorang klien.
Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat,
cepat, dan berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat
klien kita senang dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya.
Bentuk dari sebuah caring dalam keperawatan merupakan inti dari profesi
keperawatan. Caring memliki banyak makna yang bersifat aktifitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994). Caring di dalam suatu
praktik keperawatan juga termasuk dalam tidak menerima uang atau
meminta uang kepada seorang klien, kolaborasi dengan baik bersama
anggota tim kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan jaminan mutu.
2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring
Pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan
seorang klien atau pasien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap
mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman kerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan (Attree, 2001). Dalam penelitian, klien
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan aksi
sebuah caring.
Bagi seorang perawat, membangun suatu hubungan dengan klien
sangatlah penting. Seperti contohnya, perawat yang mempunyai klien yang

4

takut untuk dipasangkan kateter intravena. Kebetulan juga perawat ini masih
baru dan belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat
tersebut pun memutuskan untuk dibantu oleh perawat yang sudah terampil
sehingga klien tidak akan cemas. Dengan mengetahui karakteristik klien,
seorang perawat akan terbantu dalam memilih pendekatan yang paling
sesuai dengan klien.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan
karakter dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan
menempatkan perawat sebagai seseorang yang menolong klien,
memecahkan dilematis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada seorang klien. Kepuasan klien dapat diukur
dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan
kepuasan terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar
manusia (Pohan, 2006).
Persepsi klien wanita terhadap perilaku caring cenderung hadir
secara fisik. Karena itu perawat harus merespon keunikan klien, memahami
dan mendukung klien, memiliki sikap dan berperilaku yang membuat klien
merasa dihargai, kembali kepada klien dengan sukarela, menunjukkan
perhatian yang memberi kenyamanan dan relaksasi kepada klien, serta
bersuara halus dan lembut dan memberi perasaan yang nyaman untuk klien.
Dengan adanya tindakan-tindakan tersebut klien akan merasa dihargai dan
membuat klien tersebut merasa nyaman (Riamen, 1986).
Selain itu terdapat klien dewasa yang berpersepsi bahwa kehadiran
perawat dapat menentramkan hati, memberikan informasi,
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang profesional,
mampu menangani rasa sakit, mengenali kualitas dan individual, serta
mempromosikan otonomi dan selalu mengawasi klien (Brown, 1986). Pada
dasarnya seorang perawat harus memiliki rasa caring terutama pada pasien
yang sedang dirawat agar pasien dapat segera pulih dan kembali sehat serta
bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala.

5

2.1.3. Beberapa Teori Caring
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1984) sebagai usaha
untuk menguraikan dan menjelaskan beberapa fenomena dalam
keperawatan (dikutip oleh Taylor C. Dkk, 1989). Teori keperawatan
berperan dalam rangka membedakan antara keperawatan dengan disiplin
ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan
mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang
berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep
manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski
keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi
pengertian dan antara konsep ini berbeda antara teori yang satu dengan teori
yang lain.
Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik
keperawatan yang menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk
mendukung proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002). Watson
(2002) menggabungkan bahwa proses pelayanan manusia dengan
lingkungan pemulihan menyertakan proses generasi kehidupan, penerimaan
kehidupan dari pelayanan manusia, serta pemulihan untuk perawat dan
kliennya.
Watson (1988) juga menambahkan, teori ini menggambarkan suatu
kesadaran perawat untuk mengetahui apa itu perawat, sakit, caring, serta
pulih. Oleh karena itu, caring transpersonal menolak tempat maupun
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyakit sebelum pengobatan
sebab harus dilihat apa penyebab penyakit klien dan bagaimana
pengobatannya terlebih dahulu. Selain itu juga harus mencari sumber
pemulihan dari dalam untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi diri
secara menyeluruh.
Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan
transformatif yang berarti keperawatan pemulihan itu mendukung proses
penyembuhan dari dalam diri (batin). Terdapat sepuluh faktor karatif, yaitu
6

sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring
dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Teori Watson sebagai
pembangun struktur ilmu caring, yaitu :
1.

Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik yang dapat
dipraktikkan dengan menggunakan kebaikan hati dan kasih sayang
untuk memperluas diri dan juga sikap membuka diri untuk
mempromosikan persetujuan terapi dengan klien. Jadi, dari kata
altruistik dapat diartikan bahwa perawat harus memiliki nilai
mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

2.

Menciptakan kepercayaan, keyakinan, dan harapan, yaitu dengan cara
menciptakan suatu hubungan baik dengan klien yang menawarkan
maksud dan petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.

3.

Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu
dengan cara belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain,
atau menempatkan kedudukan diri dengan orang lain secara merata.

4.

Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya
dengan belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain
melalui komunikasi yang efektif dengan klien.

5.

Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif
dengan cara mendukung dan menerima perasaan klien.

6.

Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah
dengan cara menerapkan proses keperawatan secara sistematis dalam
membuat keputusan pemecahan masalah secara ilmiah dalam
menyelenggarakan pelayanan berfokus pada klien.

7.

Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar dengan cara belajar
bersama kepada klien guna mendapatkan keterampilan perawatan diri
yang dapat diimplementasikan pada kehidupan klien ke depan.

8.

Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau perbaikan suasana
mental, fisik, sosial, serta spiritual dengan cara membuat pemulihan
suasana pada semua tingkatan, fisik maupun non-fisik. Juga dengan

7

meningkatkan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan,
dan kedamaian.
9.

Mendapatkan kebutuhan manusia dengan cara membantu klien
mendapatkan kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja atau
disadari.

10. Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomenal yang bersifat
spiritual dengan cara memberikan pengertian yang lebih baik
mengenai diri dan klien.
Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi
lima proses pelayanan, yaitu :
1.

Mengetahui, dengan cara berusaha mengerti kejadian yang berarti
dalam kehidupan seseorang akan menghindari asumsi, fokus pada
pelayanan seseorang, penilaian menyeluruh, mencari petunjuk dan
mengikat diri atau keduanya.

2.

Melakukan bersama, dengan hadir secara emosional akan berakibat
berada di sana menunjukkan kemampuan berbagi perasaan dengan
tidak marah-marah.

3.

Sebisa mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain seperti
melakukannya terhadap diri sendiri yang berakibat timbulnya
kenyamanan dan antisipasi dengan cara menunjukkan kepercayaan
dan keterampilan.

4.

Kemampuan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan seperti kelahiran dan kematian atau kejadian tak terduga.
Caranya dengan memberi tahu, menjelaskan, mendukung, atau
mengizinkan fokus membuat alternatif, membenarkan, dan
memberikan umpan balik.

5.

Mengatasi kepercayaan dengan menaruh kepercayaan menjalani hidup
atau transisi dalam menghadapi masa depan. Caranya dengan
mempercayai dan mempertahankan sikap penuh pengharapan
menawarkan keyakinan yang realistik.

8

2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring merupakan sikap peduli terhadap semua makhluk hidup,
misalnya keluarga, teman, orang-orang di sekitar, bahkan terhadap makhluk
hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Caring bukan hanya sekedar sikap
peduli saja tetapi juga menunjukkan perhatian, rasa empati, kasih sayang,
dan lain-lain. Tindakan caring bertujuan untuk memberikan pelayanan,
asuhan, dan memperhatikan emosi sang pasien. Pelaksaan caring dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan memperbaiki image perawat di
kalangan masyarakat.
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring yaitu
kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami
klien atau pasien. Itu semua merupakan tindakan caring dalam keperawatan.
Caring dilakukan pada saat pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan
dengan klien atau pasien.
Kehadiran bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan
manfaat-manfaat caring pada suatu pertemuan. Kehadiran seorang perawat
sangat penting bagi pasien ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya.
Dalam kehadirannya, perawat dapat memberikan dukungan, kenyamanan,
dan menenangkan hati seorang klien atau pasien. Bentuk kehadiran juga
merupakan suatu keadaan dimana seorang perawat dapat selalu ada dan
bersedia untuk sang pasien. Dengan adanya kehadiran perawat, pasien juga
dapat merasakan dan mengerti tentang keadaan dirinya sendiri.
Sentuhan merupakan kegiatan dimana perawat dapat mendekatkan
diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam situasi
yang dapat memalukan, menakutkan, ataupun menyakitkan klien tersebut.
Perlakuan yang ramah dan cekatan akan memberikan rasa aman. Sentuhan
dapat dilakukan dengan cara memegang tangan klien, memberikan pijatan
pada punggung, menempatkan klien dengan hati-hati, atau ikut serta dalam
pembicaraan. Sentuhan dapat memberikan beragam pesan, oleh karena itu
harus digunakan secara bijaksana.

9

Mendengarkan merupakan suatu tindakan caring yang membantu
kita untuk memahami dan mengerti maksud klien serta memberikan respon
balik. Dalam melakukan tindakan tersebut, perawat dapat membangun
kepercayaan, membuka topik pembicaraan, dan mendengarkan apa yang
klien katakan. Dengan begitu perawat akan terlibat dalam kehidupan klien,
sehingga perawat lebih bisa memahami dan mengerti apa yang klien
rasakan. Mendengarkan klien mungkin saja sulit tetapi dengan
mendengarkan, perawat dapat memperkuat hubungan yang baik dengan
pasien atau klien.
Memahami klien berarti fokus pada klien tersebut dan ikut serta
dalam hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan
petunjuk untuk dapat berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis.
Dengan memahami klien, perawat dapat memperkuat suatu hubungan yang
baik dengan klien dan membuat klien lebih merasa nyaman dan aman.
2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing
Perbedaan caring dan curing yaitu, caring merupakan
mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon
klien, membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual, membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi,
serta membantu pasien atau klien beradaptasi dengan masalah kesehatan.
Intinya caring lebih menitikberatkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Sedangkan curing merupakan
suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien,
melakukan tindakkan pengobatan dengan obat, serta menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah masalah penyakit dan
penanganannya.
Jadi caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang,
simpati yang kita berikan kepada siapapun. Caring dalam keperawatan juga
sangatlah penting bagi pasien atau klien karna seperti kehadiran, sentuhan,
mendengarkan, dan memahami klien sangat dibutuhkan klien dalam

10

menghadapi situasi yang sesulit apapun. Sedangkan curing merupakan lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
2.2.

Konsep Keluarga

2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis
Keluarga merupakan suatu gambaran individu dewasa dan anak yang
hidup bersama dalam kebahagiaan. Keluarga mengalami perubahan konsep,
struktur, dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga seiring
berjalannya waktu. Sebagai contoh, karena faktor kesehatan, merawat anak,
perubahan struktur dan pergerakan keluarga, serta perlakuan kepada orang
tua yang telah usia lanjut. Ketahanan, ketangguhan, dan ragam yang
merupakan karakteristik keluarga dapat membantu proses adaptasi keluarga
dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada (Ford-Gilboe, 2002;
Hanson, et al., 2005; Potter & Perry, 2009).
Ketahanan atau durability keluarga adalah istilah untuk bentuk
dukungan dari dalam keluarga yang melewati batasan rumah tangga.
Ketangguhan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk beradaptasi dalam
perubahan terduga ataupun tidak terduga yang dapat memberikan
pengetahuan baru bagi anggota keluarga dan orang di sekitarnya.
Keragaman suatu keluarga dapat diartikan sebagai keunikan dari keluarga
tersebut yang menjadi pembeda ataupun menunjukkan kesamaan dengan
keluarga lain.
Keluarga juga dapat diartikan dua orang atau lebih yang saling
bergantung satu sama lain dalam hal emosional, jasmani, dan dukungan
ekonomi (Kaakinen, et al., 2015). Definisi dari keluarga menjadi sebuah
perdebatan di antara ahli sosial dan hukum karena memiliki definisi yang
berbeda. Selain itu, keluarga juga dapat didefinisikan dari segi biologis.
Para ahli juga telah mengemukakan definisi dari keluarga. Duval
(1972) menyatakan bahwa keluarga adalah suatu hubungan yang dilandasi
oleh ikatan pernikahan, adaptasi, dan kelahiran untuk mempertahankan
budaya, mengembangkan fisik, mental, emosi, dan sosial anggota di
11

dalamnya dengan adanya ketergantungan untuk mencapai tujuan. Bailon
dan Maglaya (1989) berpendapat bahwa keluarga adalah hubungan antar
dua atau lebih individu karena perkawinan, hubungan darah, dan adopsi di
rumah tangga yang berinteraksi untuk mempertahankan suatu budaya.
Burges, dkk. (1963) menyebutkan bahwa keluarga disatukan oleh
ikatan perkawinan, darah, dan adopsi yang menganggap rumah tangga
sebagai rumah mereka dan saling berinteraksi dengan kultur atau budaya
yang sama. Departemen kesehatan RI (1988) mengemukakan keluarga
sebagai unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang lainnya yang tinggal satu atap dengan keadaan saling
bergantung (Ali, 2006).
2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga
Seiring berjalannya waktu suatu keluarga akan terus mengalami
perkembangan dan perubahan pada hal-hal tertentu. Contohnya adalah
bukanlah hal yang normal bisa dalam satu keluarga terdapat dua orang tua
dan anak. Contoh lainnya adalah menikah pada usia tua atau pasangan yang
menunda bahkan tidak berniat untuk memiliki anak kini sudah marak di
masyarakat. Selain itu perubahan pada keluarga juga dapat dipengaruhi oleh
adanya dua pencari nafkah dalam satu keluarga, perceraian, kehamilan pada
remaja, pasangan biseksual, dan lain-lain.
Keluarga akan tumbuh dengan seiringnya waktu yang berisi
bergaman tantangan, kebutuhan, dan sumber daya yang harus diselesaikan
sebelum berpindah ke tingkat selanjutnya. McGolrick dan Carter (1985)
membuat tingkat kehidupan keluarga berdasarkan ekspansi, kontraksi, dan
penyusunan ulang suatu hubungan keluarga yang mendukung proses dan
perkembangan masing-masing anggota. Tingkatan ini terdiri dari orang
dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan anak kecil, keluarga dengan
remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga dalam
kehidupan lanjut (Potter & Perry, 2009).

12

Pada tahap orang tua tunggal, pihak keluarga harus menerima
perpisahan anak dari orang tua atau sebaliknya. Perpisahan ini dapat berupa
sang anak yang memisahkan diri dari orang tuanya atau orang tua yang telah
meninggal sehingga anak akan hidup bersama keluarga besar (paman, bibi,
nenek, atau kakek) dan hidup sendiri ketika sudah dewasa (anak tersebut
meninggalkan keluarga asalnya. Dalam tahap ini sang anak harus bisa
menghadapi pemisahan diri dari keluarga, membentuk hubungan dekat
dengan kelompok pergaulan, dan pencapaian diri dalam dunia kerja.
Saat tahap pernikahan atau dapat disebut penyatuan keluarga, orang
yang sudah melewati tahap sebelumnya harus dapat berkomitmen kepada
sistem baru pada tahap ini. Selain itu, orang tersebut harus mampu
membentuk sistem keluarga yang baru dan penyusunan ulang semua
hubungan dengan menyertakan pasangan. Pada tahap ini seseorang akan
beradaptasi dengan lingkungan keluarga yang baru dengan peran yang
berbeda
Tahap selanjutnya adalah keluarga dengan anak kecil. Pada tahap ini
pasangan menerima anggota generasi baru di keluarga. Pasangan juga harus
menyesuaikan sistem pernikahan mereka dengan kehadiran anak dan mulai
berperan sebagai orang tua. Beberapa keluarga juga akan menyertai peran
kakek-nenek pada tahap ini.
Tingkat keluarga dengan remaja akan membuat perubahan baru di
keluarga, yaitu orang tua akan mulai memberikan kebebasan bertanggung
jawab pada anak. Anak pada masa remaja tentu membutuhkan ruang untuk
bergerak bebas guna mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa.
Anak remaja akan mempunyai rasa ingin tahu lebih dan akan lebih banyak
menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk bersosialisasi. Pada tahap
ini orang tua tetap harus mengawasi anak sembari mempersiapkan
kebutuhan paruh baya.
Selanjutnya memasuki tingkat melepas anak dan melanjutkan hidup.
Pada tingkat ini orang tua akan menerima berbagai kemungkinan keluarmasuk sistem keluarga. Orang tua akan memulai perubahan perhatian,

13

beradaptasi dengan adanya pengurangan anggota, membangun hubungan
dewasa antara anak dan orang tua, menyesuaikan hubungan baru yang
disertai cucu dan besan. Dalam beberapa kasus sang anak juga harus bisa
mengatasi keterbatasan fungsional dan kematian orang tuanya.
Tahap terakhir adalah keluarga dalam kehidupan lanjut. Orang tua
kini harus menerima perpindahan generasi dan mengalami masa
mempertahankan minat di tengah penurunan fungsi fisiologis serta memilih
peran sosial dalam keluarga baru. Orang tua akan menyediakan ruangan
untuk kebijakan dan pengalaman lansia, mendukung generasi yang lebih tua
tanpa perlu campur tangan terlalu jauh, berhadapan dengan masa pensiun,
dan mempersiapkan diri untuk kehilangan pasangan atau saudara, bahkan
kematian diri sendiri.
2.2.3. Jenis / Tipe Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama seseorang memulai
kehidupannya. Keluarga dapat disebut juga sebagai suatu wadah yang dapat
menyatukan antara ayah, ibu dan anak. Peran keluarga sangat penting dalam
membentuk dan membangun kepribadian serta karakter seorang anak. Sikap
saling peduli antar anggota keluarga akan menimbulkan kenyamanan dan
kebersamaan.
Jenis-jenis keluarga muncul beriringan dengan perkembangan
keluarga dari waktu ke waktu. Jenis-jenis keluarga ini dapat dibagi
berdasarkan suatu kelompok tertentu. Jenis-jenis keluarga ada tujuh, yaitu
keluarga inti, keluarga besar, keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga
campuran, keluarga dengan orang tua berkarir, keluarga dengan regenerasi,
dan orang dewasa yang tinggal sendiri.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Keluarga besar yaitu keluarga selain keluarga inti, termasuk kerabat seperti
bibi, paman, nenek, kakek dan sepupu. Keluarga dengan orang tua tunggal
terbentuk apabila salah satu orang tua dari keluarga inti mengalami
kematian, perceraian dan sebagainya. Keluarga campuran terbentuk ketika

14

orang tua yang membawa anaknya ke keluarga baru. Sedangkan, keluarga
dengan orang tua berkarir akan menyebabkan anak kurang perhatian.
Apabila dalam satu atap tinggal satu atau lebih keluarga dengan generasi
berbeda disebut dengan keluarga dengan generasi. Orang dewasa yang
tinggal sendiri adalah orang tua yang telah menikah, tetapi ditinggalkan oleh
pasangannya (Potter & Perry, 2009).
Setiap keluarga memiliki masalah yang berbeda-beda jika dilihat dari
jenis-jenis keluarga tersebut. Perawat harus bisa memberikan solusi
terhadap masalah yang dihadapi oleh masing-masing keluarga. Hal tersebut
juga tergantung pada tiap keluarga. Struktur dan fungsi keluarga akan
membantu keluarga dalam menghadapi masalahnya.
2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga
Keluarga memiliki struktur dan cara tersendiri dalam menjalankan
fungsinya. Struktur dan fungsi saling berhubungan erat dan terus
berinteraksi. Struktur didasarkan pada keanggotaan keluarga dan pola
hubungannya yang bersifat kompleks.
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari pola
komunikasi, struktur peran, struktur kekuatan dan nilai serta norma
keluarga. Pola dan proses komunikasi dapat berfungsi dengan baik apabila
setiap keluarga bersikap terbuka, jujur dan dapat menyelesaikan konflik
keluarga. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan, baik peran formal maupun informal.
Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi prilaku orang lain.
Nilai keluarga yaitu sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan, norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial. Struktur dapat meningkatkan
atau memperburuk kemampuan keluarga untuk memberikan respon
terhadap stresor. Struktur yang terlalu kaku atau fleksibel akan mengganggu

15

fungsi. Struktur yang terlalu terbuka juga memberikan masalah bagi
keluarga (Potter & Perry, 2009).
Fungsi keluarga merupakan apa yang dilakukan keluarga tersebut.
Fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan. Fungsi afektif adalah
fungsi utama keluarga dalam mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan.
Fungsi reproduksi berguna untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga. Dalam fungsi ekonomi, keluarga harus
dapat memenuhi segala kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya. Fungsi
keperawatan merupakan fungsi yng bertujuan untuk menjaga kesehatan
keluarga (Friedman, 1998).
2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga
Sebagai sebuah ilmu, keperawatan mempunyai konsep-konsep yang
dapat dikembangkan berdasarkan filosopi dan paradigma keperawatan.
Menurut Nursalam (2008), terdapat tiga unsur utama pada filosopi
keperawatan yaitu humanism, holism, dan care. Dari filosopi keperawatan
berkembang empat konsep utama paradigma keperawatan yakni manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Pengertian keperawatan sebagai sebuah profesi ialah sebuah ilmu
kesehatan yang melingkupi asuhan atau pelayanan keperawatan yang
mempunyai istilah lain yaitu The Health Science Of Caring (Lindberg,
1990). Caring atau asuhan adalah membantu individu sesuai dengan kasus
yang dialami dan kebutuhannya. Menurut H. Zaidin Ali (2006), terdapat tiga
tingkat masyarakat yang menerima asuhan perawatan yaitu individu,
keluarga, dan masyarakat.

16

Pada tingkat individu, asuhan keperawatan diberi khusus kepada
individu dan sesuai dengan kasus yang dialami. Pada tingkat keluarga,
asuhan keperawatan bertuju untuk menghadapi keluarga yang anggotanya
menderita kasus tertenru. Pada tingkat masyarakat, asuhan keperawatan
berfokus pada satu kesatuan masyarakat seperti asuhan penanggulangan
wabah penyakit dalam lingkungan masyarakat.
Peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan salah satu
anggota keluarga. Terkadang peran primer pengasuh pasien akan diambil
oleh keluarga (Potter, 2009). Menurut H. Zaidin Ali (2006), tujuan
mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh melalui upaya
keperawatan secara tidak langsung juga mengangkat derajat kesehatan
setiap anggota keluarga.
Menurut Potter (2009), terdapat tiga tingkat pendekatan yang
penting dalam menyediakan pelayanan keperawatan yang efektif. Tingkat
pendekatan yang pertama adalah keluarga sebagai konteks. Pada tingkat
pendekatan tersebut hanya satu orang anggota yang menerima pelayanan
keperawatan. Tingkat pendekatan yang kedua adalah keluarga sebagai klien
dimana seluruh anggota keluarga terlibat dalam pelayanan harian. Tingkat
pendekatan yang ketiga adalah keluarga sebagai sistem. Tingkat pendekatan
tersebut mencakup konsep hubungan dan transaksi dalam keluarga. Menurut
H. Zaidin Ali (2006), penting bagi seorang perawat untuk mengkaji individu
dan juga keluarga agar mendapat pengkajian holistik.
Keperawatan keluarga penting bagi seorang perawat untuk
berinteraksi dengan keluarga pasien. Menurut Potter (2009), terdapat tiga
faktor yang mengatur pendekatan keluarga terhadap proses keperawatan,
yaitu bahwa perawat meninjau seluruh individu dalam konteks keluarganya,
bahwa keluarga memiliki dampak terhadap individu, dan bahwa individu
memliki dampak terhadap keluarga. Perawat dapat mengkaji kebutuhan
keluarga dengan memahami fungsi keluarga, pengaruh penyakit terhadap
struktur keluarga, serta latar belakang budaya klien. Untuk mengkaji
kebutuhan keluarga, perawat dituntut untuk berpikir kritis dan berhati-hati

17

dalam membuat pertimbangan. Dibutuhkan pendekatan yang dalam
terhadap klien beserta keluarga agar mendapat asuhan yang tepat untuk
klien.
Dalam keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang penting.
Konsep keluarga bersifat individu yaitu pelayanannya berfokus pada sikap
klien terhadap keluarga. Struktur dan fungsi keluarga sangat berpengaruh
terhadap status kesehatan individu. Sensitivitas kebudayaan keluarga juga
berpengaruh besar kepada keperawatan keluarga.
2.3.

Aplikasi Konsep Caring
Caring berarti kita harus peduli dan mempunyai sikap empati
terhadap orang lain. Caring tidak hanya dilakukan dalam bidang
keperawatan, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh pengaplikasian konsep caring dalam keperawatan
keluarga adalah caring mahasiswa terhadap seseorang yang lebih muda
(adik).
Dalam kehidupan sehari-hari, peran seorang kakak dalam keluarga
bisa dikatakan sebagai pengganti posisi seorang ibu atau ayah. Bila ibu
sedang sibuk atau sedang bekerja, seorang kakak harus bisa merawat dan
menjaga adiknya sebaik mungkin dengan menerapkan caring, yaitu dengan
cara memperhatikan kesehatan, merawat, serta memberikan pengetahuan
baru tentang hidup yang baik.
Seorang kakak juga dapat mengingatkan pentingnya menjaga
kesehatan diri. Hal itu dapat dilakukan dengan mengajarkan seorang adik
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mandi dua kali sehari,
memotong kuku, menyuci rambut, menggosok gigi, memakai alas kaki saat
keluar rumah, dan masih banyak lagi. Selain itu juga seorang kakak harus
bisa menjaga pola makan seorang adik dengan cara memberi tahu seorang
adik agar memakan makanan yang bergizi seimbang serta tidak lupa untuk
memberikan vitamin.

18

Di samping itu kita sebagai seorang kakak harus mampu
mengajarkan seorang adik untuk belajar pada setiap waktu karena dengan
belajar memungkinkan seorang adik untuk cerdas karena dapat mengingat
kembali materi apa saja yang telah dipelajari. Tidak lupa kita sebagai
seorang kakak harus mengajarkan seorang adik untuk belajar disiplin.
Seorang kakak harus bisa mengayomi adik ketika ia membutuhkan seorang
kakak.
Aplikasi konsep caring juga dapat dilakukan di kalangan mahasiswa
terhadap juniornya, yaitu dengan menunjukkan sikap perhatian, saling
menyayangi dan membantu ketika ia sedang mengalami kesulitan dalam
suatu hal. Sebagai contoh, seorang mahasiswa membantu adiknya yang
masih menyesuaikan diri di jenjang pendidikan yang baru. Mahasiswa
tersebut sebagai seorang kakak harus memberi pengertian tentang status
baru adiknya tersebut dan membantu membangkitkan semangat adiknya
tersebut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.

19

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, dan
simpati yang dapat kita berikan kepada siapapun. Sikap caring harus
dilakukan perawat karena dapat mempengaruhi persepsi klien akan perawat.
Beberapa ahli telah mengemukakan teori caring, contohnya Watson dan
Swanson. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah
kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami
klien atau pasien yang dilakukan dalam setiap pertemuan dengan pasien.
Curing lebih fokus sikap atau tindakan dalam pengobatan dan
penanggulangan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan respon
pasien. Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara
total (Hoover, 2002), oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
menerapkan caring dan curing.
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang berdasarkan ikatan pernikahan, adaptasi, dan
kelahiran, tinggal di satu atap, dan saling bergantung untuk mencapai
tujuan. McGolrick dan Carter (1985) membuat tingkatan keluarga, yaitu
tingkat orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan anak kecil,
keluarga dengan remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga
dalam kehidupan lanjut (Potter & Perry, 2009).
Jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga
dengan orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua
berkarir, keluarga dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri.
Struktur dan fungsi saling berhubungan erat dan terus berinteraksi. Struktur
didasarkan pada keanggotaan keluarga dan pola hubungannya yang bersifat
kompleks. Fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi
sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan.

20

Keperawatan keluarga penting bagi seorang perawat untuk
berinteraksi dengan keluarga pasien. Terdapat tiga faktor yang mengatur
pendekatan keluarga terhadap proses keperawatan, yaitu perawat meninjau
seluruh individu dalam konteks keluarganya, keluarga memiliki dampak
terhadap individu, dan individu memliki dampak terhadap keluarga. Dalam
keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang penting.
Contoh aplikasi konsep caring pada kehidupan sehari-hari adalah
kepada orang yang lebih muda secara usia di lingkungan keluarga,
pendidikan, maupun dunia kerja. Di dalam keluarga seorang perawat dapat
menerapkan konsep caring kepada adik. Di dalam lingkungan pendidikan
konsep caring dapat diterapkan kepada junior. Di dalam lingkungan kerja
perawat dapat menerapkannya kepada pasien yang lebih muda tanpa
membedakan dari yang lebih tua secara usia.
3.2. Saran
Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :
1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis.
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada
kekurangan di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.

21

DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Z. (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Efy Afifah, M.Kes. (n.d.). Konsep Caring. 12 September 2015. Diakses dari
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/konsepcaringef.pdf
pada pukul 20.19 WIB.
Friedman, M M. (1998). Family Nursing: Research, Theory and Practice.
Norwalck CT : Alpleton & Lange.
Kaakinen, J., et al. (2015). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and
Research Ed. 5. Amerika : F. A. Davis Company.
Nursalam, Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practice, 6th Ed. ST Louis, MI : Elsevier Mosby.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing Ed. 7th. (Terj. Tem
Salemba Medika bekerja sama dengan Dr. Adrina Ferderika). Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practice, 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Swanson, K. (1991). Emperical Development of a Middle Range Theory of
Caring. Nursing Research 40, 3.

22