PENERAPAN SALING PERCAYA PADA KELOMPOK D

PENERAPAN SALING PERCAYA PADA KELOMPOK DAN
PENDIDIKAN TERHADAP ORANG DEWASA

Oleh

MOHAMAD ZAKI NUFUS
D0A013069

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETENAKAN
PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi alloh SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya paper ini terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah penyuluhan

atas


bimbingannya

dan

teman – teman kuliah atas dukungannya dalam penyusunan dan penyelesaian
paper ini. Munculnya berbagai permasalahan penyuluhan yang di hadapi oleh
masyarakat

Indonesia

merupakan

suatu

yang

fenomenal.

Masalah-


masalah tersebut sering di jumpai dalam kehidupan terutama dalam bidang
peternakan, sehingga atas dasar permasalahan tersebut penyusun membuat paper
penyuluhan berdasarkan kumpulan – kumpulan karya hasil penelitian dimana
karya tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk pemecahan masalah
penyuluhan di bidang peternakan.
Penyusunan paper ini, masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Berdasarkan hal tersebut, selaku penyusun, meminta maaf sebesar-besarnya
serta senantiasa terbuka menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah berikutnya. Semoga bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan
membangun masyarakat Indonesia yang di cintai ke arah perbaikan dan
kemajuan di masa mendatang.

Purwokerto, 01 Juli 2015

Penyusun
2

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
II. DINAMIKA KELOMPOK.................................................................................3
2.1. Pengertian Dinamika Kelompok..................................................................3
2.2. Unsur – Unsur Dinamika Kelompok............................................................4
2.2.1. Tujuan....................................................................................................4
2.2.2. Jenjang Sosial........................................................................................5
2.2.3. Kepercayaan..........................................................................................5
2.2.4. Sangsi....................................................................................................6
2.2.5. Norma....................................................................................................8
2.2.6. Perasaan.................................................................................................9
2.2.7. Fasilitas................................................................................................11
2.2.8. Tekanan...............................................................................................11
2.2.9. Struktur................................................................................................12
2.2.10. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok.........................................13
2.2.11. Suasana Kelompok...........................................................................13
2.2.12. Keefektifan Kelompok......................................................................14

2.2.13. Agenda Terselubung.........................................................................15
III.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA...........................................................17

3.1. Pengertian...................................................................................................17
3.2. Tujuan.........................................................................................................18
3.3. Hambatan...................................................................................................19
3.4. Hambatan Fisiologis...................................................................................19
3.4.1. Titik dekat penglihatan mulai menjauh...............................................19
3.4.2. Titik terjauhnya makin berkurang jaraknya........................................20

3.4.3. Semakin berumur seseorang, jumlah cahaya penerangan yang
diperlukan semakin besar....................................................................20
3.4.4. Makin

bertambah

usia,


persepsi

terhadap

kontras

warna

cenderung kearah merah daripada spektrum cahaya..........................21
3.4.5. Pendengaran semakin lemah...............................................................22
3.4.6. Kemampuan membedakan bunyi makin berkurang...........................23
IV.SUASANA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR................................24
4.1. Kumpulan Manusia Aktif...........................................................................24
4.2. Suasana Saling Menghormati.....................................................................24
4.3. Suasana Saling Percaya..............................................................................25
4.4. Suasana Penemuan Diri..............................................................................25
4.5. Suasana Tak Mengancam...........................................................................26
4.6. Suasana Keterbukaan.................................................................................26
4.7. Suasana Mengakui Kekhasan Kepribadian................................................27
4.8. Suasana Mengakui Hak Berbuat Salah......................................................27

4.9. Suasana Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri...........................................28
V. FAKTOR FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI BELAJAR. .30
5.1. Tujuan Belajar............................................................................................30
5.2. Tingkat Aspirasi Atau Cita-cita..................................................................31
5.3. Pengertian Tentang Hal Yang Dipelajari....................................................31
5.4. Pengetahuan Tentang Keberhasilan Dan Kegagalan..................................32
5.5. Umur..........................................................................................................33
5.6. Kapasitas Belajar........................................................................................34
5.7. Bakat..........................................................................................................35
KESIMPULAN......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................39

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Pentingnya dinamika kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada
kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak dapat
hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup,

kelompok manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain
disekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia
selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok.
Pemahaman awal mengenai belajar dan mengajar sebagian besar diawali dari
studi pendidikan pada anak serta pengalaman mengajar anak-anak. Kebanyakan
proses belajar mengajar didasarkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
transmisi pengetahuan. Dimana hal ini kemudian dikenal dengan androgi yang
diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Semakin
berkembangnya teknologi, mobilitas penduduk, perubahan dan perkembangan
zaman yang semakin menuntut kemampuan individu dewasa. Maka dirasa perlu
untuk mengalami perubahan khususnya pada pendidikan.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan
suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil
beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang
mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya
kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang
wajar dari belajar.

1


Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
latihan dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang
berlangsung secara progresif. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan
oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar itu adalah banyak macamnya. Disini penulis berusaha akan membahas
faktor faktor yang mempengaruhi belajar
I.2. Tujuan
a) Memahami pengertian ,unsur-unsur yang membentuk sebuah dinamika
kelompok
b) Memahami konsep yang ada pada sebuah dinamika kelompok
c) .Memahami pengertian serta hambatan yang ada pada pendidikan orang
dewasa.
d) Memahami konsep dari pendidikan dan pemikiran orang dewasa.
e) Memahami pentingnya suasana dalam proses belajar mengajar pada oramg
dewasa atau pada anak-anak.
f) Memahami perbedaan yang mempengaruhi suatu pemikiran orang lain.
g) Mmehami faktor-faktor yang mempengaruhi manusia dalam belajar .
h) Memahami hal yang mendukung suatu keberhasilan dalam proses belajar

mengajar.


2

II. DINAMIKA KELOMPOK

II.1. Pengertian Dinamika Kelompok
Menurut Slamet Santosa (2008), Dinamika berarti tingkah laku warga
yang satu secara langsung memepengaruhi warga yang lains ecara timbal balik.
Dinamika berarti adanya interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok
yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat
disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamiasn atau keteraturan yang jelas
dalam hubungan secara psikologis.
Andarwati et all, (2012) Kumpulan individu-individu yang mempunyai
hubungan-hubungan tertentu, yang membuat mereka saling ketergantungan satu
sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna. Bentuk kelompok ditentukan
oleh sifat hubungan yang ada diantara anggotanya, misalnya kelompok keluarga,
audiens, komite, persatuan buruh mempunyai tipe hubungan yang berbeda-beda.
Kata kuncinya adalah memiliki hubungan tertentu yang bermakna bagi
mereka.Ada yang diraih atas usaha seorang diri, dan lebih banyak lagi yang
meraih kesuksesan karena bekerja bersama orang lain dalam sebuah kelompok

kerja. ( Work team) (Greenberg dan Baron, 2003:273)
Menurut Syahyuti (2006), Dinamika kelompok adalah analisis dari
hubungan-hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah
laku dalam kelompok adalah hasil dari interaksi yang dimnamis antara individuindividu dalam situasi sosial.

3

Jadi bisa disimpulkan dinamika kelompok merupakan suatu kelompk yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan secara psikologis antara
sesama anggota yang dialami secara bersama. Bisa juga didefinisikan bahwa
dinamika kelompok sebagai konselp yang didalamnya menggambarkan proses
kelompok yang selalu bergerak, berkembang, dan mampu menyesuaikan dengan
keadaan yang selalu berubah-ubah.
II.2. Unsur – Unsur Dinamika Kelompok
II.2.1.

Tujuan

Tujuan kelompok terdiri atas dua kategori yaitu kejelasan tujuan kelompok
dan kesesuaian kelompok dengan tujuan anggota. Pemahaman yang jelas dengan

tujuan kelompok berarti mereka tahu, mampu menyebutkan tujuan kelompoknya
dan menyatakan bahwa tujuan kelompok tersebut sesuai dengan keinginan secara
pribadi peternak anggota (Andarwati et all, 2012).
Menurut Wahid (2008) Tujuan kelompok, yaitu segala sesuatu yang ingin
dicapai oleh kelompok. Tujuan diketahui secara umum oleh anggota dan dapat
menentukan ke arah mana tujuan dapat tercapai dan akan menjadi pendorong
untuk melakukan kegiatan usaha tani ke arah yang lebih baik dan semakin tinggi
kreativitas anggota. Tujuan kelompok selalu dijadikan kerangka dalam
pengambilan keputusan. Tujuan yang ada dirinci jenis dan kegiatan anggota
sepakat dalam melaksanakan tujuan kelompok. (Leilani & Hasan, 2006).
Adanya tujuan kelompok akan menggerakkan semua anggota untuk
berperilaku atau

melaksanakan

kegiatan demi tercapainya tujuan yang

diinginkan. Karena itu, harus diupayakan secara sederhana tetapi jelas agar setiap

4

anggota memahami tujuan kelompoknya. Kejelasan tujuan kelompok akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok sehingga perlu
dikaji sampai sejauh mana tujuan kelompok benar-benar telah dipahami dan
dihayati oleh setiap anggota kelompok yang bersangkutan. (Wahid , 2008).
II.2.2.

Jenjang Sosial

Menurut Wahid (2008) Jenjang social adalah segala sesuatu yang
menyangkut kedudukan dalam kelompok serta prestasi yang menyertai. Adanya
jenjang social merupakan faktor pendorong bagi setiap anggota untuk bekerja
keras agar memperoleh tingkat penghormatan dan kekuasaan atau wewenang yang
lebih tinggi di dalam kelompoknya.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh atau kemampuan seseorang/kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai keinginan dari pelaku (Budiardjo, 2002).
Kekuasaan erat kaitannya dengan kedudukannya. Karena itulah setiap
orang dalam kelompok akan berusaha mempertahankan dan atau merebut
kedudukan anggota lain untuk memperoleh kedudukan atau kekuasaan yang
diinginkan. Kekuasaan adalah kewenangan yang memungkinkan seseorang
menggerakkan orang lain melaksanakan sesuatu kegiatan demi tercapainya tujuan
atau kemauannya yang diinginkan. (Leilani & Hasan, 2006)

5

II.2.3.

Kepercayaan

Kepercayaan yaitu segala sesuatu yang secara akal atau perasaan anggota
kelompok dinilai dan diterima sebagai kebenaran yang digunakan sebagai
landasan kegiatan kelompok (dan masing-masing angggotanya) untuk mencapai
tujuan kelompok yang diinginkan. Adanya, kepercayaan setiap anggota akan
selalu berusaha menunjukan perilaku tertentu dan di lain pihak akan saling
menjaga agar anggota lain tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang
dari kepercayaan mereka, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai seperti
yang diharapkan (Mardikanto, 2006).
Dalam pembentukan kepercayaan, biasanya dari masing-masing individu
akan timbul kepercayaan jika individu tersebut menyampaikan apa yang ia
anggap benar atau maksud yang akan ia sampaikan penuh pertimbangan
dan kekonsistenan dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan dalam
menjalani aktivitas serta perilakunya . Dan yang paling penting adalah bagaimana
memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan tujuan kita maka hal itu akan
meningkatkan kepercayaan (Mardikanto, 2006).
II.2.4.

Sangsi

Reward dalam kamus Besar Indonesia diartikan dengan ganjaran dan
hadiah, upah, dan pahala, membalas dan memberi penghargaan. Yang
merupakan

alat

pendidikan

refersif

yang bersifat

menyenangkan

dan

membangkitkan atau mendorong individu untuk berbuat sesuatu yang lebih baik
terutama individu yang malas. Menurut [ CITATION Wah081 \l 1033 ] dalam
bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan mengemukakan, punishment atau hukuman

6

adalah memberikan atau mengadakan nestapa

atau

penderitaan

dengan

sengaja kepada dindividu dengan maksud penderitaan tersebut betul-betul
dirasakan untuk menuju ke arah perbaikan.
Sanksi diberikan kepada suatu individu agar dapat lebih disiplin dalam
melakukan segala hal. Menurut Hurlock konsep umum disiplin adalah sama
dengan hukuman yang digunakan apabila individu melanggar peraturan dan tata
tertib yang telah ditetapkan.
Sanksi adalah sistem penghargaan atau hukuman terhadap perilaku
kelompok atau anggota kelompok [ CITATION Wah081 \l 1033 ]. Dengan adanya
sanksi di dalam kelompok setiap anggota diharapkan akan menunjukan perilaku
atau melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah disepakati.
Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam
hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan
ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak
memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang
diharapkan.
Dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang
berfungsi sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut dapat
berjalan dengan baik. Jika aturan dan hukum dalam suatu organisasi tidak berjalan
baik maka akan terjadi konflik kepentingan baik antar individu maupun antar
organisasi.

7

Pada beberapa kondisi tertentu, penggunaan hukuman dapat lebih efektif
untuk merubah perilaku pegawai, yaitu dengan mempertimbangkan: Waktu,
Intensitas, Jadwal, Klarifikasi, dan Impersonalitas (tidak bersifat pribadi).
Untuk mengembangkan suatu program yang menggunakan hukuman secara
efektif.
Fungsi Hukuman
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi
pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
• Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan
tingkah laku yang tidak diharapkan.
• Bersifat mendidik.
• Memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang
tidak diharapkan
II.2.5.

Norma

Norma adalah aturan atau patokan (baik tertulis atau tidak tertulis) yang
berfungsi sebagai pedoman bertindak atau juga sebagai tolok ukur benar atau
salahnya suatu perbuatan. Sedangkan nilai menunjuk pada kualitas (makna, mutu,
kebaikan) yang terkandung dalam suatu objek : tindakan, benda, hal, fakta,
peristiwa, dan lain-lain termasuk norma. Norma itu lebih untuk dimengerti dengan
rasio, sedangkan nilai itu untuk ditangkap (dirasakan) dan dihayati (dialami)
dengan hati nurani (Efianingrum, 2007).
Johnson (2003), menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan umum
dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai. Adapun dua

8

bentuk norma yaitu norma deksriptif dan norma perspektif dimana yang artinya
sebagai berikut:


Norma Deksriptif, adalah apa yang sering dilakukan, dirasakan, serta
dipikirkan oleh orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu.
Contoh: ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan
lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin
mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan.



Norma Perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan
tidak boleh dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang
melanggar akan dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk
para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi.
Mardikanto (2006) mengatakan bahwa norma adalah yang mencerminkan

bagaimana orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk
mengembangkan standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi
perilaku dan persepsi. Menurut Mardikanto, (2006) norma berkembang karena
adanya interaksi antar anggota kelompok.
II.2.6.

Perasaan

Perasaan yaitu tanggapan emosional yang diberikan atau ditunjukan oleh
setiap anggota terhadap kelompoknya. Perasaan tersebut dapat berwujud
kesenangan, kekecewaan, kesetiaan. Adanya perasaan-perasaan tertentu di
kalangan anggota kelompok, sebenarnya dapat dijadikan ukuran untuk melihat
apakah kelompok tersebut telah berhasil mencapai tujuan kelompok yang
diinginkan semua angggotanya atau tidak (Mardikanto, 2006).

9

Perasaan dalam dinamika sosial berarti tanggapan emosional dari anggota
suatu organisasi. Diklasifikasikan oleh W.G Sumner dalam Yazdy berdasarkan
identifikasi diri in-group dan out-group. Dalam pemikiran sistem sosiologi
berdasarkan konsep, masyarakat merupakan peleburan dari keompok sosial.
Empat dorongan yang universal dalam diri manusia, yaitu: (1) Rasa lapar;
(2) Rasa cinta; (3) Rasa takut, dan; (4) Rasa hampa.
In-group adalah suatu perasaan perikatan antara satu orang dengan
orang lain dalam satu kelompok sosial tertentu. Perasaan tersebut sangat kuat
sehinga membentuk suatu perilaku-perilaku sosial tertentu seperti solidaritas,
kesediaan berkorban, kerja sama, konfromitas, obediance, dll. Biasanya disebut
dengan we group , dan individu-individunya membanggakan kelompok sendiri
dan merasa folkways muncul pemikiran dan menganggap bahwa orang atau
kelompok luar itu buruk. Maksud dari Out-group adalah Out-side feeling,
seseorang merasa bukan bagian dari kehidupan kelompok, yang ditandai
munculnya perilaku antogonistik dan

antipati.

Sehingga muncul

gejala

prejudiace, paranoid, etnocentristic, non koperatif, lalai, dan sebagainya.
Menurut Plak dalam Wiranata (2012), Konsep in-group dan out-group
merupakan

pencerminan

dari

adanya

kecenderungan

sikap-sikap

“ethocentrisme” dari individu-individu, sautu sikap dalam menilai kebudayaan
menggunakan ukuran-ukuran sendiri atau mempercayai sesuatu. In-group
didasari oleh perasaan simpati, sedangkan out-group didasarkan suatu kelainan
dengan wujud antagonisme atau antipati.

10

Dalam pendekatan sosiologis, diterdapat dua unsur yang upayakan untuk
menunjang kemajuan organisasi tersebut, dua hal tersebut yaitu: (1) Fasilitas
dan; (2) Tegangan dan Tekanan.
II.2.7.

Fasilitas

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan
memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Daradjat

dalam

Fauzeea, 2010). Sedangkan menurut Subroto dalam Fauzeea (2010) Fasilitas
adalah

segala

sesuatu

yang

dapat

memudahkan

dan

memperlancar

pelaksanaan satu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.
Sarwono (2005) fasilitas organisasi (konfeksi) adalah suasana yang sengaja
disediakan aleh kopersi untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan koperasi maupun
tujuan anggota koperasi.Indicator yang digunakan untuk menilai fasilitas dalam
kegiatan ini adalah fasilitas bidang peternakan, pemasaran dan organisasi.
Fasilitas adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan dalam usaha kerjasama manusia. Biasanya faktro manusia
atau orang tidak dimasukan kedalam pengertian fasilitas. Fasilitias meliputi alatlat, benda dan uang serta peralatan lainnya (Ketut, 2007). Banyak kalangan yang
menyatakan bahwa fasilitas merupakan sarana yang diberikan produsen kepada
konsumen untuk memberikan kemudahan dan kelancaran (Arya, 2005).
II.2.8.

Tekanan

Tekanan terhadap kelompok yaitu segala sesuatu yang dapat menimbulkan
ketegangan di dalam kelompok. Adanya ketegangan itu perlu untuk menumbuh
kembangkan kedinamisan, tetapi pada tingkat yang terlalu tinggi malah dapat

11

mematikan kehidupan kelompok. Oleh karena itu tingkat ketegangan harus dapat
dimanipulasi sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kedinamisan yang
optimal. Tekanan dapat berasal dari dalam dan luar kelompok. Adanya beragam
tuntutan dari para anggota dapat menimbulkan ketegangan, juga adanya beragam
perintah dari kelompok dapat menimbulkan hal yang sama (Diniyati, 2011).
Tekanan dalam kelompok yaitu tekanan kelompok yang menyebabkan
kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok yaitu
persaingan untuk maju, pengargaan terhadap anggota sanksi dan hukuman
(Andarwati, 2012).

Purwanto (2006) mengartikan tekanan kelompok sebagai

tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok
tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok.
Sorjono (2005), menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan
kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku
anggota dalam kehidupan berkelompok. Menurut Sambass (2005), Tekanan
(Streng) dan tegangan (strain) pada sebuah organisasi seharusnya dirasakan oleh
semua anggota, sehingga menjadi alat pemersatu untuk lebih menguatkan
organisasi tersebut.
II.2.9.

Struktur

Dalam sebuah kelompok terdapat struktur yang membentuk perilaku
anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan sebagian perilaku individu di
dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri. Struktur organisasi adalah
suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas
yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai

12

tujuan , bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara
formal.
Struktur kelompok adalah suatu pola yang teratur tentang bentuk tata
hubungan antara individu-individu kelompok yang sekaligus menggabarkan
kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok.
Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berpengaruh terhadap
ketidakjelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan masing-masing
anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin dapat berlangsung secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok (Andarwati et all, 2012).
II.2.10.

Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Soekanto (2006) pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya
kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau
upaya kelompok untuk berusaha memelihara tatakerja dalam kelompok.
Pembinaan dan pengembangan.Kelompok adalah segala macam usaha yang
dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya
(Soedarsono, 2005).
Setiana (2006) mengatakan bahwa pembinaan dan pengembangan
kelompok juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok.
Purwanto (2006) mendefinisikan pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu
upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan
kelompok.

13

II.2.11.

Suasana Kelompok

Hartinah (2009) yang mengatakan suasana kelompok adalah antar hubungan
dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana
masing-masing

anggota

memanfaatkan

semua

kelompok
informasi,

tersebut
tanggapan

secara

perseorangan

kepentingan

dapat

dirinya

yang

bersangkutan dengan masalah tersebut.
Menurut Santosa (2005) suasana kelompok yaitu lingkungan fiisk dan non
fisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap

anggota

kelompoknya. Suasana kelompok tani merupakan lingkungan fisik dan anggota
non fisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota terhadap
kelompoknya (Andarwati, 2012). Suasana kelompok merupakan lingkungan fisik
dan anggota non fisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota terhadap
kelompoknya. Suasana tersebut berupa keramahtamahan, kesetiakawanan,
kebebasan bertindak dan suasana fisik (Andarwati et all, 2012).
Suasana kelompok, yaitu keadaan moral, sikap dan perasaan yang umum
terdapat di dalam kelompok. Ini dapat dilihat dari para anggota apakah
bersemangat atau apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok [ CITATION
Din10 \l 1033 ].
II.2.12.

Keefektifan Kelompok

Efektif selalu berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang dicapai, efektififas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan
efisiensi (Indar, 2011).

14

Keefektifan kelompok hanya dapat dicapai apabila kelompok tersebut
dinamis, sampai sejauh mana kelompok dapat memahami tujuannya atau dasar
aktivitas yang disertai dengan kekompakan para anggota sehingga setelah tujuan
tercapai timbul kepuasan antara anggota. Keefektifan kelompok mempunyai
timbale

baik

dengan

kedinamisan

kelompok,

kelompok

yang

efektif

meningkatkan dinamika kelompok dan sebaliknya kedinamisan kelompok
meningkatkan keefektifan kelompok (Setiadi, 2011) . Keefektifan kelompok dapat
dilihat dari sudut pandang hasil atau produktivitas, moral kelompok dan semangat
dan kesungguhan, tingkat kepuasan anggota (Razi, 2011)
II.2.13.

Agenda Terselubung

Mardikanto

(2006),

menyatakan

bahwa agenda atau maksud

tersembunyi adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif, harapan, aspirasi
dan pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota kelompok.
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua
angotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Agenda terselubung merupakan
perasaan yang terpendam, baik di dalam diri anggota

maupun

di

dalam

kelompok. Agenda terselubung juga bisa berupa keinginan-keinginan yang
ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal (tertulis).
Terpenuhinya agenda terselubung anggota akan mendorong semakin aktifnya
anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang
akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok.
Sedangkan menurut Ginting (2003), agenda terselubung adalah tujuan
yang dirumuskan oleh pengurus atau anggota namun tidak tertulis tetapi

15

diharapkan oleh tercapai. Penjelasan lebih lengkap tentang maksud tersembunyi
dinyatakan oleh Slamet (2008), yang merupakan program, tugas yang tidak
diketahui atau disadari oleh anggota kelompok, atau baerada di bawah
permukana. Maksud tersebut tidak pernah dibicarakan secara terbuka tetapi ada,
yang saling mempengaruhi dan sama pentingnya dengan maksud-maksud dan
tujuan-tujuan terbuka dan kadang kala hal tersebut adalah motivasi kuat
untuk pencapaian tujuan.

16

III. PENDIDIKAN ORANG DEWASA

III.1.

Pengertian

Pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isi
atau pesannya sedemikian rupa dimana metode penyampaiannya maupun
pelaksanaannya di lapangan, terutama ditujukan untuk orang dewasa (Setiana,
2005). Definisi tersebut sejalan dengan apa yang diartikan Sujarwo (2004), Istilah
yang biasa digunakan dalam pendidikan orang dewasa adalah andragogi berasal
dari bahasa yunani "andra dan agogos". Andra berarti orang dewasa dan agogos
berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan ilmu
tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar.
Istilah Pendidikan Orang Dewasa berarti keseluruhan proses pendidikan
yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun
tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah,
kolese dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap
dewasa

oleh

masyarakat

mengembangkan

kemampuannya,

memperkaya

pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi tektis atau profesionalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial,
ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas ( Soedidjanto,2007)
Proses belajar orang dewasa tentu sangat terkait dengan karakteristik usia
perkembangannya.

Oleh karena itu diperlukan juga pemahaman mengenai

bagaimana orang dewasa belajar untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
17

Keberhasilan pendidikan tidak tergantung pada seberapa banyak materi
yang diajarkan tapi seberapa jauh tingkat pemahaman warga terdidik terhadap
materi yang diajarkan. Karena itu pemilihan metode pendidikan orang dewasa
harus lebih diutamakan pada metode-metode yang memungkinkan adanya dialog.
Dengan demikian metode diskusi umumnya lebih baik dibandingkan dengan
metode kuliah atau ceramah. Metode penyuluhan berkaitan dengan ketepatan
metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan seperti kesempatan untuk
berdiskusi, bertanya, menanggapi materi serta waktu penyuluhan yang sesuai
dengan waktu peternak (Effendi, 2011).
III.2.

Tujuan

Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar. Belajar selalu melibatkan tiga hal
pokok yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap
(permanen) serta perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan
lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi
fisik yang temporer sifatnya. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber belajar, sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan
(Winardi, 2006).
Sesuai hal tersebut, Thohari (2012) berpendapat bahwa tujuan diadakannya
pendidikan orang dewasa ialah untuk merubahan perilaku ke arah yang lebih baik
dan pengaruhnya cukup besar, antara lain yaitu :
1. Pengetahuan

18

Pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar yang telah melalui beberapa
tahapan dalam pencapaiannya, sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu
usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku.
2. Sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respon atau dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku, tendenasi atau
kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah
terkondisikan.
3. Keterampilan
Tingkat ketrampilan seseorang dalam masyarakat berbeda-beda. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang, antara lain : latar belakang
budaya, ikatan kelompok atau group, intelegensi dan hubungan dengan
keluarga.
III.3.

Hambatan

III.4.

Hambatan Fisiologis

III.4.1.

Titik dekat penglihatan mulai menjauh

Dengan bertambahnya titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat
dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun
seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya.
Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai
23 cm. (Lunandi, 2010 ).
Faktor penyebabnya adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari
sinar yang masuk ke mata jauh dibelakang retina. Hal ini disebabkan karena bola

19

mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita
tidak dapat membaca pada jarak yang normal dan harus menjauhkan bahan
bacaannya untuk dapat membaca secara jelas, serta akan sulit untuk
melakukan

kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Disebut juga

Hipermetropi atau Hiperopia (Alqodr, 2013).
III.4.2.

Titik terjauhnya makin berkurang jaraknya

Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang
dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini
perlu diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan
(Lunandi, 2010). Hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan hingga titik
fokusnya terletak di belakang makula lutea (Ilyas, 2006).
Pengobatan mata hipermetropi adalah memerlukan lensa cembung untuk
mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropi adalah
diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal. Hipermetropi sebagiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang
masih memberi tajam penglihatan maksimal (Ilyas, 2006).
III.4.3.

Semakin berumur seseorang, jumlah cahaya penerangan yang

diperlukan semakin besar
Makin bertambah usia makin besar pula jumlah penerangan yang
diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun
memerlukan 100 watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 watt.

20

Dan pada usia 70 tahun seterang 300 watt baru cukup untuk melihat
dengan jelas ( Lunandi, 2010).
Faktor penerangan atau luminansi adalah banyaknya cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga
mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga
akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua
diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar.
Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh
mata juga akan semakin bertambah (Damyati,2010)
Akibat dari hipermetropi tersebut, yang membuat kurang ketelitian dan
sulit membaca dari jarak dekat, maka dibutuhkan penerangan yang lebih sebagai
pembantu untuk menopang ketelitian dari penderita hipermetropi.
III.4.4.

Makin bertambah usia, persepsi terhadap kontras warna

cenderung kearah merah daripada spektrum cahaya
Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah
daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa
mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat
dibedakannya warna-warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan
warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga (Sitohang, 2009).
Spektrum itu sendiri diterapkan dalam bidang optika untuk merujuk pada
rentang warna yang teramati ketika cahaya putih terdispersi oleh sebuah prisma.
Faktor penyebabnya adalah hipermetropi yang membuat penderita sulit
membedakan warna, dan tidak lagi memperhatikan perbedaan warna apakah

21

warna tersebut lebih tua atau lebih muda sehingga lebih mudah untuk
memperhatikan warna-warna yang lebih terang.
III.4.5.

Pendengaran semakin lemah

Menurut ilmu kedokteran, pendengaran

yang mengurang dengan

bertambahnya usia disebut dengan Presbikusis. Presbikusis terjadi kepada
kedua telinga dan merata. Tuli sensorineural frekuensi tinggi, yang terjadi pada
usia 65 tahun keatas, simetris pada telinga kiri dan kanan dan dapat
dimulai pada frekuensi 100 Hz. Faktor penyebabnya adalah terjadi perubahan
struktur koklea dan N.VIII pada mata. Pada koklea mengalami atrofi dan
degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ corti, proses atrofi disertai
dengan perubahan vaskular pada stria vaskularis. Berupa berkurangnya jumlah
dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.
Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan
bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam
kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam
hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita.
Hanya

11

persen

kurang pendengaran.

dari

orang

berusia

20

tahun

yang

mengalami

Sampai 51 % dari orang yang berusia 70

tahun

ditemukan mengalami kurang pendengaran (Lunandi 2010).
Efek kumulatif dari paparan berulang terhadap suara lalu lintas sehari-hari,
pekerjaan konstruksi bangunan, suara berisik di kantor, peralatan yang
menghasilkan suara dan musik keras menyebabkan presbikusis (Persify, 2014).
III.4.6.

Kemampuan membedakan bunyi makin berkurang

22

Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin
mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang
terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar
belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula
membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d ( Lunandi ,2010).
Faktor penyebabnya adalah akibat hilangnya sel-sel rambut yang
membantu menghantarkan gelombang suara dan tidak dapat tumbuh kembali.
Ketulian ini bersifat menetap dan progresif dan dapat memburuk secara
perlahan, bertahap seiring berjalannya waktu. Penderita tidak menyadari
penyakit ini pada mulanya. Hingga suara percakapan menjadi meredam, dan
secara ekstrim dapat sulit untuk mendengar orang berbicara di keramaian. Tidak
ada yang dapat menyebuhkan presbikusis tetapi peralatan medis seperti alat
bantu dengar, dapat mengurangi gejala (Persify, 2014).

23

IV. SUASANA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

IV.1.

Kumpulan Manusia Aktif
Menurut Yulianto (2012), Orang dewasa akan belajar dengan aktif apabila

menemukan jawaban dan pemecahan masalah dalam mengembangkan gagasan
dan teori-teori. Proses pembelajaran peserta perlu dilibatkan secara optimal,
karena belajar bagi orang dewasa bukan hanya belajar dengan fasilitator, namun
antara peserta dengan peserta, antara peserta dengan panitia penyelenggara serta
belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain.
Fairus (2008), bahwa sifat kedewasaan timbul bersamaan dengan
bertambahnya umur. Pola fikir orang dewasa akan menjadi seseorang yang aktif
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sangat mendukung sifat dan
kepribadian seseorang. Orang dewasa bukanlah manusia pasif yang hanya mampu
menerima gagasan seseorang, nilai-nilai dan jawaban orang lain. Keaktifan
merupakan perilaku orang dewasa yang timbul karena berkembangnya nalar dan
pola fikir pada diri seseorang.
IV.2.

Suasana Saling Menghormati
Menurut Supriadi (2006), orang dewasa akan belajar lebih baik apabila

pendapatnya dihormati, dan lebih senang apabila diajak untuk berfikir dari pada
diberikan teori-teori. Orang dewasa tidak senang disalahkan, tetapi lebih senang
dihargai pendapat-pendapatnya. Djohar (2005), yang mengutarakan pengertian
pendampingan pada dasarnya adalah mendudukkan hubungan peserta didik

24

dengan pendidik dalam kedudukan sejajar, bukan berhadapan secara
frontal. Sifat menghargai dalam suatu pendidikan tidak hanya berlaku terhadap
seseorang untuk orang lain.
IV.3. Suasana Saling Percaya
Menurut Asmin (2011), perlu saling percaya dan mempercayai antara
pengajar dan peserta serta kepercayaan pada diri sendiri. Suasana ini harus
diciptakan dalam proses pembelajaran dengan difasilitasi oleh fasilitator . Tanpa
kepercayaan yang demikian, situasi belajar tidak akan membawa hasil seperti
yang diharapkan. Saling percaya dapat dikatakan sebagai suatu hal yang sama –
sama dapat diterima secara akal pikiran oleh beberapa orang terkait.
Sedangkan menurut Diniyati (2011) .Orang dewasa yang belajar perlu
percaya kepada fasilitator, namun mereka pun perlu mendapat kepercayaan dari
fasilitatornya. saling percaya akan timbul ketika seseorang mengenal orang lain.
Melalui perkenalan, seseorang akan mengetahui watak, kebiasaan, kepribadian,
dan tingkah laku orang lain, sehingga mampu menilai orang lain.
IV.4.

Suasana Penemuan Diri
Hamalik (2009), menyatakan modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Dengan kata lain belajar merupakan perubahan
yang terjadi pada diri individu sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Sedangkan Najamuddin (2006), menyatakan dengan diberikan lebih
banyak kesempatan untuk menemukan diri sendiri lewat bimbingan fasilitator,

25

kebutuhan pemecahan masalah, mengetahui kekuatan dan kelemahannya.
Anggota kelompok belajar dan pembimbing haruslah mengakui serta mau
menerima bahwa masing- masing adalah pribadi yang khas dan unik, pribadi yang
tidaklah harus selalu sama denga pribadi yang lainnya.
IV.5.

Suasana Tak Mengancam
Tirtarahardja (2010),menyatakan manusia harus mempunyai keyakinan,

bahwa dalam situasi belajar ia boleh berbeda dan boleh berbuat salah tanpa
dirinya terancam. Sehingga seseorang mampu berkreasi tanpa ia merasa terancam
dalam proses belajarnya.
Sedangkan menurut Hadi (2013), ancaman biasanya timbul ketika
seseorang merasa dirinya akan mendapat masalah dari suatu tindakan atau
perlakuan orang lain, sehingga mereka berusaha mencegah dan menghentikan
perbuatan atau pendapat dari orang lain dengan suatu tindakan yang tidak
semestinya dilakukan. Perlu ditanamkan saling menghormati dan menghargai
pendapat orang lain agar tidak terjadi suatu situasi yang mengancam keselamatan
jiwa dan raga seseorang. Sedangkan menurut
IV.6.

Suasana Keterbukaan
Seluruh anggota peserta didik maupun fasilitator perlu memiliki sikap

terbuka dalam mengungkapkan diri, dan mendengarkan orang lain. Keterbukaan
tidak boleh berakibat orang mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapattergali. (Mardikanto, 2005)
Samad (2009), Menyaatakan suasana keterbukaan ialah suasana yang di
ciptakan saling terbuka antar pelajar dan tutor. Sifat keterbukaan sangat

26

mendukung dalam pertukaran fikiran dan pendapat antar sesama orang dewasa,
dengan adanya sifat tersebut seseorang dapat mengetahui apa maksud dan
keinginan dari orang lain yang menjadi lawan bicaranya.
IV.7.

Suasana Mengakui Kekhasan Kepribadian
Subijanto (2008), manusia sebagai pribadi yang unik, belajar secara khas

dan unik pula. Masing-masing diwarnai oleh tingkat kecerdasan sendiri,
kepercayaan diri, dan perasaan masing-masing. Jangan mengharapkan respon
yang sama dari peserta didik terhadap objek belajar yang dihadapkan kepadanya.
Pendidik harus memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing peserta
didik. Harus diakui bahwa masing – masing peserta didik adalah pribadi yang
khas(unik), oleh karena itu tidak boleh sama antara yang satu dengan yang
lainnya.
Setiap manusia memiliki ciri khas yang perlu diakui agar seseorang dapat
menjadi dirinya sendiri, dengan begitu akan timbul berbagai keragaman dan
keunikan suatu pendapat yang sangat beragam dan bervariasi serta melengkapi
kekurangan satu sama lain sehingga mampu mengatasi suatu masalah.
(Balseman , 2005)
IV.8.

Suasana Mengakui Hak Berbuat Salah
Keraguan Rosita (2011), proses belajar terdapat kesalahan-kesalahan dan itu

wajar saja. Karena dengan salah maka orang tersebut akan belajar menjadi lebih
baik dari kesalahan yang ia peroleh. Oleh karenanya dalam belajar perlu
pendampingan agar menjadi lebih paham.

27

Supriadi, (2006) Orang dewasa akan belajar dengan baik jika kepada
mereka diberi hak untuk berbuat salah. Hak tersebut akan menimbulkan
keberanian dalam mencoba prilaku baru, sikap baru, dan mau mencoba
pengetahuan baru. Segala sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya
kesalahan. Sedangkan kesalahan dan kekeliruan adalah bagian yang wajar dari
suatu proses belajar. Suasana Menimbulkan
Suprijanto (2008), , menyatakan bahwa keterpaksaan dalam belajar dapat
menghambat belajar pada orang dewasa. Pemaksaan menerima yang paling tepat
atau yang paling benar akan menghambat proses pembelajaran. Timbulnya
keraguan pada keadaan yang diberikan untuk menyelesaikannya mampu
memberikan pembelajaran lebih bagi orang dewasa.
Najamuddin (2006) orang dewasa yang berkumpul bersama untuk belajar
sering kali menghasilkan beberapa alternatif, menghasilkan beberapa teori, tidak
jarang kesemua itu sama baiknya atau sama buruknya. Oleh karena itu,
pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai suatu yang paling tepat atau yang
paling benar akan menghambat proses pembelajaran. Biarkan peserta didik untuk
ragu terhadap suatu keadaan dalam jangka waktu yang cukup, sehingga akhirnya
sampai kepada keputusan akhir yang memuaskan mereka, tanpa keterpaksaan.
IV.9. Suasana Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri
Menurut Tukiran (2011), bahwa evaluasi lebih diarahkan kepada evaluasi
diri dan dilakukan secara bersama. Secara bersama menilai apakah paham dengan
kegiatan-kegiatan yang lakukan serta manfaat yang telah dan akan mereka
peroleh. Maka diketahuilah kelebihan dan kekurangan masing-masing.

28

Sedaangakn menurut Feldman (2012), suasana evaluasi yang tercipta membuat
orang ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar. Maka evaluasi bersama
oleh seluruh anggota kelompok untuk bahan renungan, sehingga lebih mengenal
dirinya dari orang lain.

29

V. FAKTOR FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR

V.1. Tujuan Belajar
Hakim (2005) Salah satu unsur pembentuk motivasi belajar yang
dilakukan oleh seseorang, karena hasil belajar merupakan tujuan belajar. tujuan
yang jelas, setiap orang akan dapat menentukan arah dan juga tahap-tahap belajar
yang harus dilalui dalam mencapai tujuan tersebut. selain itu, keberhasilan belajar
seseorang dapat dilihat sejauh mana mampu mencapai tujuan miliknya.
Hustati (2007) secara alamiah, orang dewasa memiliki kemampuan
menetapkan tujuan belajar, merancang strategi belajar dan mengevaluasi
kemajuan pencapain tujuan belajar. Tujuan belajar merupakan salah satu unsur
pembentuk motivasi untuk belajar yang dilakukan oleh seseorang. Karena itu,
hasil belajar akan sangat dipengaruhi oleh tujuan belajar.
Surya (2009) mengemukakan sedikitnya tiga macam tujuan yaitu:
a. Hanya sekedar ingin tahu
b. Pemenuhan jangka pendek
c. Pemenuhan jangka panjang
Kibler, et al., (2005), mengemukakan ada 3 macam tujuan yaitu:
a. Hanya sekadar ingin tahu
b. Pemenuhan kebutuhan jangka pendek
c. Pemenuhan kebutuhan jangka panjang

30

V.2. Tingkat Aspirasi Atau Cita-cita
Kamil (2005), berpendapat bahwa aspirasi mengarahkan aktivitas peserta
didik untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Cita-cita dan aspirasi memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri. orang dewasa dalam melakukan kegiatan belajar
didorong oleh beberapa alasan. Diantaranya adalah karena dorongan instink,
kebutuhan intelektual dan keinginan meraih cita-cita.
Menurut Nursalam dan Effendi (2008), faktor pendorong yang dapat
menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar
merupakan cita-cita. Sedangkan aspirasi ialah harapan atau keinginan seseorang
untuk berhasil atau memperoleh prestasi tertentu.
Sedangkan menurut Hakim (2005), aspirasi (cita-cita) yang diharapkan
oleh yang bersangkutan mempengaruhi proses belajar yang dilakukan setiap
individu. aspirasi merupakan tujun yang ditetepkan seseorang untuk diri sendiri
dalam suatu pekerjaan atau tugas yang memiliki arti penting bagi seseorang. Mirip
dengan tujuan belajar bahwa seorang individu akan belajar berdasarkan apa yang
diharapkannya yaitu tujuan akhir atai cita-cita yang diinginkan.
V.3. Pengertian Tentang Hal Yang Dipelajari
Rahayu , (2010) menyatakan bahwa, tingkat pengertian seseorang terhadap
sesuatu yang dipelajari akan sangat menentukan tingkat kesepiannya untuk
belajar. Pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dipelajarinya akan

31

mendorong atau bahkan menghambat proses belajarnya, jika ternyata dia tidak
memiliki pengertian yang cukup tentang segala sesuatu hal yang dipelajarinya.
pada saat belajar setiap individu hendaknya mengetahui hal-hal apa saja
yang akan dipelajarinya, sehingga mampu memberikan suatu gambaran
kedepannya. Dari gambaran proses belajar sampai hasil yang akan diraih. Selain
itu juga dapat menambah motivasi bagi seseorang. Pemahaman ini melalui
komunikasi.(Mardikanto, 2005)
Sedangkan menurut Hakim (2005), intelegensi atau tingkat kecerdasan
seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseoran.
seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit
diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Pengertian
tentang hal yang dipelajari adalah emahaman individu dalam belajar akan
mendorong atau menghambat proses belajarnya. Pemahaman setiap individu
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh intelegensi atau tingkat kecerdasannya.
V.4. Pengetahuan Tentang Keberhasilan Dan Kegagalan
Menurut Fauzi (2010), Semangat belajar seseorang, juga dipen

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25