TUGAS FITOPATOLOGI JENIS JAMUR DAN BAKTE
NAMA
NIM
KELAS
TUGAS
: LASINRANG ADITIA
: 60300112034
: BIOLOGI A
: FITOPATOLOGI
JENIS-JENIS JAMUR PATOGEN PADA TUMBUHAN
No
Jenis Jamur
Kelas
Jenis Penyakit
1
Aspergillus sp
Eurotiomycetes
Nekrosis
2
Botrytis cinerea
Leotiomycetes
Busuk buah
3
Colletotrichum fragariae
Sordariomycetes
Busuk buah
4
Diplocarpon earliana
Leotiomycetes
Daun gosong
5
Fusarium sp
Sordariomycetes
Bercak daun
6
Marsonina fragariae
Leotiomycetes
Daun gosong
7
Mycosphaerella fragaria
Dothideomycetes
Bercak daun
8
Penicillium sp
Eurotiomycetes
Biji putih
9
Phomopsis obscurans
Sordariomycetes
Busuk daun
10
Phytophthora cactorum
Oomycetes
Busuk buah
11
Phytophthora fragariae
Oomycetes
Empelur merah
12
Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophoromycetes
Akar gada
13
Plasmopara viticola
Oomycetes
Bercak daun
14
Pyricularia oryzae
Sordariomycetes
Busuk leher
15
Ramularia tulasnii
Dothideomycetes
Bercak daun
16
Rhizoctonia solani
Agaricomycetes
Bercak daun
17
Rhizopus stolonifer
Mucoramycetes
Busuk buah
18
Sclerospora graminicola
Oomycetes
Telinga hijau
19
Uncinula necator
Leotiomycetes
Penyakit tepung
20
Verticillium alboatrum
Sordariomycetes
Bercak batang
21
Pythium debaryanum
Oomycetes
Kecambah busuk
22
Anisolpidium ectocarpi
Hyphochytridiomycetes
23
Rhizidiomyces parasiticus
Hyphochytridiomycetes
24
Rhizophlyctis sp
Hyphochytridiomycetes
25
Olpidium brassicae
Chytridiomycetes
Damping off kobis
26
Synchytrium endobioticum
Chytridiomycetes
Bisul pada kentang
27
Physoderma alfalfae
Chytridiomycetes
Bisul mahkota pd lucerne
28
Saprolegnia monoica
Oomycetes
Hawar pada kentang
29
Phytophthora infestans
Oomycetes
Tepung palsu pada anggur
30
Perenosclerospora maydis
Oomycetes
Bulai pada jagung
31
Rhizopus oligosporus
Zigomycetes
Busuk akar
32
Rhizopus nigricans
Zigomycetes
Busuk buah
33
Pilobolus sp
Zigomycetes
Busuk buah
34
Ceratocystis fimbriata
Ascomycetes
Cairan merah pada kelapa
35
Venturia inaequalis
Ascomycetes
Haw ar api (fireblight) pada apel
36
Claviceps purpurea
Ascomycetes
Busuk akar
37
Sclerotinia sclerotiorum
Ascomycetes
Busuk buah
38
Xylaria spp
Ascomycetes
hawar kastanye
39
Endothia parasitica
Ascomycetes
Busuk buah
40
Exobasidium vexans
Basidiomycetes
Cacar daun teh
41
Fomes lignosus
Basidiomycetes
Jamur akar putih
42
Ganoderma spp
Basidiomycetes
Jamur akar coklat/merah
43
Hemileia vastatrix
Basidiomycetes
Jamur karat kopi
44
Puccinia graminis
Basidiomycetes
Jamur karat gandum
45
Ustilago maydis
Basidiomycetes
Jamur gosong bengkak
JENIS-JENIS BAKTERI PATOGEN PADA TUMBUHAN
No
Jenis Bakteri
Kelas
Jenis Penyakit
Gamma
1
Pseudomonas syringae
2
Xanthomonas campestris
3
Xylophilus ampelinus
4
Acidovorax sp
5
Erwinia carotovora
6
Pantoea stewartii
7
Burkholderia cepacia
Beta Proteobacteria
8
Ralstonia solanacearum
Beta Proteobacteria
9
Xanthomonas oryzae
10
Agrobacterium tumefaciens
Alphaproteobacteria
11
Clavibacter michiganesis
Actinobacteria
12
Streptomyces scabies
Actinobacteria
13
Pseudomonas solanacearum Beta Proteobacteria
14
Erwinia amylovora
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Penyakit pada tanaman kubis
Gamma
Proteobacteria
Beta Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Bercak pucuk batang padi
Penyakit layu pada famili
terung-terungan
Bonyok pada buah-buahan
1. Jamur Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang
biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang ditimbulkan
patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut pula dengan
akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan kerugian usaha tani
kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia rata-rata patogen ini dapat
menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %.
Disebut penyakit akar gada, karena akar tanamn yang terserang membengkak
seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti
translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman menjadi layu,
kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora
brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya
tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah dan
tergolong patogen tular tanah yang unggul.
2. Jamur Aspergillus spp
Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus
sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana
mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari
ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba pada bermacammacam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi, kacangkacangan dan lain-lain.
Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan
tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat.
Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder
karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).
Jamur
Aspergillus
spp
termasuk
kedalam
divisio
Ascomycota,
kelas Eurotiomycetes dan family Trichocomaceae. Tanaman yang diserang Jamur
Aspergillus spp. Aspergillus spp. pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa
kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang
besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama
aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara dan
menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan pakan.
Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa dari 33 spesies yang ditemukan, A.
flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan yang erat dan
menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.
Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit
penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang tanah,
dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman,
khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001). Pakki dan Muis
(2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman,
serta pascapanen jagung.
Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies
A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan gejala
nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang
daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala
penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti
biji.
Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya miselia berwarna
hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada klobot tongkol jagung, warna
hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian ujung klobot, perbedaan warna sangat
jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk konidia bulat sampai agak bulat
umumnya menggumpal pada ujung hipa, berdiameter 3-6 µm, sklerotia gelap hitam dan
kemerahan, berdiameter 400-700 µm. Konidia A. flavus dapat ditemukan pada lahan
pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari 3.400 koloni/g
tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah kering (Shearer et al.
1992). Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung
dapat menjadi sumber inokulum awal untuk perkembangannya. Perkembangan sklerotia
dari tanah sampai mencapai rambut jagung hanya dalam tempo 8 hari (Wicklow et al,
1984).
Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus
merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen
utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti mikotoksin di
Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas pertanian yang
dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus memberi gambaran
bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari pertanaman ke tempattempat penyimpanan.
3. Jamur Piricularia aryzae
Jamur Pyricularia oryzae termasuk kedalam divisio Deuteromycetes, dan family
Moniliaceae. Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak menyerang padi dan serealia lainnya yang disebabkan oleh serangan jamur
patogen Pyricularia oryzae. Kerugian akibat penyakit blast sulit diperkirakan, namun
kerugiannya selalu signifikan.
Serangan Jamur Pyricularia oryzae menyebabkan bintik-bintik atau luka pada
daun, tangkai, malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti
nekrotik. Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna coklat
atau coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang
dengan panjang 1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 – 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat
berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika tangkai
terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar malai dan
menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada infeksi berat,
rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.
4. Jamur Plasmopara viticola
Jamur Plasmopara viticola termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,
kelas Oomycetes dan family Peronosporaceae. Serangan dari jamur Plasmopara viticola
terdapat pada daun yang masih muda. Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna
kuning kehijauan dipermukaan daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya
muncul semacam tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada
tunas dan sulur yang terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga
tidak dapat tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.
5. Jamur Pythium deryanum
Jamur Pythium debaryanum termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,
kelas Oomycetes dan family Pythiales. Pythium debaryanum merupakan jamur patogen
yang menyebabkan kecambah busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R.
Hesse C. Dalam André dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman
budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.
6. Jamur Sclerospora graminicola
Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu
halus malai Downy mildew. Jamur ini mereproduksi secara aseksual melalui zoospora
dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui Oospora.
Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual
melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur patogen tanaman ini
timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik, mutasi,
dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan ketahanan
inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen mempengaruhi
kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta berfluktuasi dan
mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan berubah dan menurun.
Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang 150200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai diameter
kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk oval dan lebar
agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34μm × 12-23μm. Oospora berbentuk
bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat dengan diameter 2642μm.
Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :
1. Perbungaan – malai berubah warna
2. Perbungaan – memutar dan distorsi
3. Daun – terjadi proses nekrotik
4. Daun – warna normal
5. Daun – pertumbuhan jamur
6. Daun – menguning atau mati
7. Akar – lambat laun akan membusuk
8. Batang – perubahan warna kulit batang
Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi
yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari infeksi
sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi lapangan atau
lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati sejak 6 hari setelah
tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi
tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga
menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman
dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini
juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah perkembangannya.
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi
daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih besar
dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah bagian daun yaitu
basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi
akan mendukung terjadinya klorosis dan menyebarnya sebagian besar spora, umumnya
pada permukaan abaxial dari daun, memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun.
Jika gejala terjadi mulai awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya
akan mati, jika gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut
dikarenakan beberapa tunas mungkin lolos penyakit.
Tanaman sangat terinfeksi umumnya kerdil dan tidak menghasilkan malai. Istilah
‘Telinga hijau’ berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena transformasi
bagian bunga ke dalam struktur berdaun. Ini kadang-kadang disebut sebagai virescence
(Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga hijau adalah satu-satunya
manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat sebagai lesi lokal atau bintik-bintik
terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954; Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk
dan ukuran dan berada pada klorosis pertama dan menghasilkan sporangia, dan kemudian
menjadi nekrotik.
7. Jamur Penicillium spp
Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia
berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah
patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan
dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen
dan pascapanen.
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan
Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol
secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas benih adalah
penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik
terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang
terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada pertanaman
selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan tertekan
perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi serangga.
Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi Penicillium spp
karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan patogen ini di pertanaman
dan tempat penyimpanan.
NIM
KELAS
TUGAS
: LASINRANG ADITIA
: 60300112034
: BIOLOGI A
: FITOPATOLOGI
JENIS-JENIS JAMUR PATOGEN PADA TUMBUHAN
No
Jenis Jamur
Kelas
Jenis Penyakit
1
Aspergillus sp
Eurotiomycetes
Nekrosis
2
Botrytis cinerea
Leotiomycetes
Busuk buah
3
Colletotrichum fragariae
Sordariomycetes
Busuk buah
4
Diplocarpon earliana
Leotiomycetes
Daun gosong
5
Fusarium sp
Sordariomycetes
Bercak daun
6
Marsonina fragariae
Leotiomycetes
Daun gosong
7
Mycosphaerella fragaria
Dothideomycetes
Bercak daun
8
Penicillium sp
Eurotiomycetes
Biji putih
9
Phomopsis obscurans
Sordariomycetes
Busuk daun
10
Phytophthora cactorum
Oomycetes
Busuk buah
11
Phytophthora fragariae
Oomycetes
Empelur merah
12
Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophoromycetes
Akar gada
13
Plasmopara viticola
Oomycetes
Bercak daun
14
Pyricularia oryzae
Sordariomycetes
Busuk leher
15
Ramularia tulasnii
Dothideomycetes
Bercak daun
16
Rhizoctonia solani
Agaricomycetes
Bercak daun
17
Rhizopus stolonifer
Mucoramycetes
Busuk buah
18
Sclerospora graminicola
Oomycetes
Telinga hijau
19
Uncinula necator
Leotiomycetes
Penyakit tepung
20
Verticillium alboatrum
Sordariomycetes
Bercak batang
21
Pythium debaryanum
Oomycetes
Kecambah busuk
22
Anisolpidium ectocarpi
Hyphochytridiomycetes
23
Rhizidiomyces parasiticus
Hyphochytridiomycetes
24
Rhizophlyctis sp
Hyphochytridiomycetes
25
Olpidium brassicae
Chytridiomycetes
Damping off kobis
26
Synchytrium endobioticum
Chytridiomycetes
Bisul pada kentang
27
Physoderma alfalfae
Chytridiomycetes
Bisul mahkota pd lucerne
28
Saprolegnia monoica
Oomycetes
Hawar pada kentang
29
Phytophthora infestans
Oomycetes
Tepung palsu pada anggur
30
Perenosclerospora maydis
Oomycetes
Bulai pada jagung
31
Rhizopus oligosporus
Zigomycetes
Busuk akar
32
Rhizopus nigricans
Zigomycetes
Busuk buah
33
Pilobolus sp
Zigomycetes
Busuk buah
34
Ceratocystis fimbriata
Ascomycetes
Cairan merah pada kelapa
35
Venturia inaequalis
Ascomycetes
Haw ar api (fireblight) pada apel
36
Claviceps purpurea
Ascomycetes
Busuk akar
37
Sclerotinia sclerotiorum
Ascomycetes
Busuk buah
38
Xylaria spp
Ascomycetes
hawar kastanye
39
Endothia parasitica
Ascomycetes
Busuk buah
40
Exobasidium vexans
Basidiomycetes
Cacar daun teh
41
Fomes lignosus
Basidiomycetes
Jamur akar putih
42
Ganoderma spp
Basidiomycetes
Jamur akar coklat/merah
43
Hemileia vastatrix
Basidiomycetes
Jamur karat kopi
44
Puccinia graminis
Basidiomycetes
Jamur karat gandum
45
Ustilago maydis
Basidiomycetes
Jamur gosong bengkak
JENIS-JENIS BAKTERI PATOGEN PADA TUMBUHAN
No
Jenis Bakteri
Kelas
Jenis Penyakit
Gamma
1
Pseudomonas syringae
2
Xanthomonas campestris
3
Xylophilus ampelinus
4
Acidovorax sp
5
Erwinia carotovora
6
Pantoea stewartii
7
Burkholderia cepacia
Beta Proteobacteria
8
Ralstonia solanacearum
Beta Proteobacteria
9
Xanthomonas oryzae
10
Agrobacterium tumefaciens
Alphaproteobacteria
11
Clavibacter michiganesis
Actinobacteria
12
Streptomyces scabies
Actinobacteria
13
Pseudomonas solanacearum Beta Proteobacteria
14
Erwinia amylovora
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Penyakit pada tanaman kubis
Gamma
Proteobacteria
Beta Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Gamma
Proteobacteria
Bercak pucuk batang padi
Penyakit layu pada famili
terung-terungan
Bonyok pada buah-buahan
1. Jamur Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang
biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang ditimbulkan
patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut pula dengan
akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan kerugian usaha tani
kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia rata-rata patogen ini dapat
menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %.
Disebut penyakit akar gada, karena akar tanamn yang terserang membengkak
seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti
translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman menjadi layu,
kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora
brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya
tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah dan
tergolong patogen tular tanah yang unggul.
2. Jamur Aspergillus spp
Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus
sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana
mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari
ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba pada bermacammacam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi, kacangkacangan dan lain-lain.
Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan
tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat.
Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder
karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).
Jamur
Aspergillus
spp
termasuk
kedalam
divisio
Ascomycota,
kelas Eurotiomycetes dan family Trichocomaceae. Tanaman yang diserang Jamur
Aspergillus spp. Aspergillus spp. pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa
kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang
besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama
aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara dan
menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan pakan.
Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa dari 33 spesies yang ditemukan, A.
flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan yang erat dan
menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.
Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit
penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang tanah,
dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman,
khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001). Pakki dan Muis
(2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman,
serta pascapanen jagung.
Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies
A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan gejala
nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang
daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala
penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti
biji.
Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya miselia berwarna
hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada klobot tongkol jagung, warna
hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian ujung klobot, perbedaan warna sangat
jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk konidia bulat sampai agak bulat
umumnya menggumpal pada ujung hipa, berdiameter 3-6 µm, sklerotia gelap hitam dan
kemerahan, berdiameter 400-700 µm. Konidia A. flavus dapat ditemukan pada lahan
pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari 3.400 koloni/g
tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah kering (Shearer et al.
1992). Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung
dapat menjadi sumber inokulum awal untuk perkembangannya. Perkembangan sklerotia
dari tanah sampai mencapai rambut jagung hanya dalam tempo 8 hari (Wicklow et al,
1984).
Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus
merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen
utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti mikotoksin di
Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas pertanian yang
dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus memberi gambaran
bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari pertanaman ke tempattempat penyimpanan.
3. Jamur Piricularia aryzae
Jamur Pyricularia oryzae termasuk kedalam divisio Deuteromycetes, dan family
Moniliaceae. Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak menyerang padi dan serealia lainnya yang disebabkan oleh serangan jamur
patogen Pyricularia oryzae. Kerugian akibat penyakit blast sulit diperkirakan, namun
kerugiannya selalu signifikan.
Serangan Jamur Pyricularia oryzae menyebabkan bintik-bintik atau luka pada
daun, tangkai, malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti
nekrotik. Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna coklat
atau coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang
dengan panjang 1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 – 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat
berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika tangkai
terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar malai dan
menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada infeksi berat,
rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.
4. Jamur Plasmopara viticola
Jamur Plasmopara viticola termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,
kelas Oomycetes dan family Peronosporaceae. Serangan dari jamur Plasmopara viticola
terdapat pada daun yang masih muda. Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna
kuning kehijauan dipermukaan daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya
muncul semacam tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada
tunas dan sulur yang terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga
tidak dapat tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.
5. Jamur Pythium deryanum
Jamur Pythium debaryanum termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,
kelas Oomycetes dan family Pythiales. Pythium debaryanum merupakan jamur patogen
yang menyebabkan kecambah busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R.
Hesse C. Dalam André dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman
budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.
6. Jamur Sclerospora graminicola
Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu
halus malai Downy mildew. Jamur ini mereproduksi secara aseksual melalui zoospora
dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui Oospora.
Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual
melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur patogen tanaman ini
timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik, mutasi,
dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan ketahanan
inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen mempengaruhi
kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta berfluktuasi dan
mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan berubah dan menurun.
Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang 150200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai diameter
kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk oval dan lebar
agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34μm × 12-23μm. Oospora berbentuk
bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat dengan diameter 2642μm.
Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :
1. Perbungaan – malai berubah warna
2. Perbungaan – memutar dan distorsi
3. Daun – terjadi proses nekrotik
4. Daun – warna normal
5. Daun – pertumbuhan jamur
6. Daun – menguning atau mati
7. Akar – lambat laun akan membusuk
8. Batang – perubahan warna kulit batang
Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi
yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari infeksi
sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi lapangan atau
lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati sejak 6 hari setelah
tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi
tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga
menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman
dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini
juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah perkembangannya.
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi
daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih besar
dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah bagian daun yaitu
basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi
akan mendukung terjadinya klorosis dan menyebarnya sebagian besar spora, umumnya
pada permukaan abaxial dari daun, memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun.
Jika gejala terjadi mulai awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya
akan mati, jika gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut
dikarenakan beberapa tunas mungkin lolos penyakit.
Tanaman sangat terinfeksi umumnya kerdil dan tidak menghasilkan malai. Istilah
‘Telinga hijau’ berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena transformasi
bagian bunga ke dalam struktur berdaun. Ini kadang-kadang disebut sebagai virescence
(Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga hijau adalah satu-satunya
manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat sebagai lesi lokal atau bintik-bintik
terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954; Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk
dan ukuran dan berada pada klorosis pertama dan menghasilkan sporangia, dan kemudian
menjadi nekrotik.
7. Jamur Penicillium spp
Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia
berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah
patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan
dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen
dan pascapanen.
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan
Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol
secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas benih adalah
penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik
terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang
terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada pertanaman
selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan tertekan
perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi serangga.
Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi Penicillium spp
karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan patogen ini di pertanaman
dan tempat penyimpanan.