BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SD Negeri Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Problem Based Learning

  2.1.1.1 Pengertian Model Problem based Learning

  Daryanto (2011:29) mendefinisikan model Problem Based Learning atau biasa disebut dengan (PBL) sebagai pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan model PBL, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan dunia nyata.

  Menurut Tan (dalam Rusman, 2013:229) PBL atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.

  Margetson (dalam Rusman, 2013: 230) mengemukakan bahwa PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan ketrampilan interpersonal dengan lebih baik.

  Dari pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal atau stimulus yang mendorong siswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan hipotesis, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah yang diberikan.

  2.1.1.2 Karakteristik Model Problem Based Learning

  Seperti yang diungkapkan Hamruni (2012:151) bahwa PBL memiliki beberapa karakteristik yaitu:

  1) PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Siswa harus aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.

  2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, yang menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

  3) Pemecahan masalah dilakukan dengan meggunakan pendekatan berpikir secara imiah.

  Menurut Tan (dalam Amir, 2010:22) dapat dirangkum beberapa karakteristik yag terdapat dalam proses PBL: 1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. 2)

  Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang. 3)

  Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab perkuliahan. 4)

  Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. 5) Sangat mengutamakan belajar mandiri. 6)

  Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. 7)

  Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

  Dari beberapa karakteristik yang sudah dikemukakan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model PBL adalah pembelajaran dimana dalam pembelajaran dituntut adanya permasalahan dalam pembelajarannya, biasanya masalah yang diambil adalah masalah dari dunia nyata. Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Mengutamakan pembelajaran kelompok dan mandiri.

2.1.1.3 Langkah-langkah Model Problem Based Learning

  Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain). Siswa harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Terdapat beberapa proses yang sering dikenal dengan Proses 7 Langkah (Amir, 2010:24), adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.

  Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. 2)

  Merumuskan masalah Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan- hubungan apa yang terjadi antara fenomena itu.

  3) Menganalisis masalah

  Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum dalam masalah), dan juga informasi-informasi yang ada dalam pikiran anggota. 4)

  Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang mana yang bertentangan dan sebagainya. 5)

  Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. 6)

  Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok) Saat ini kelompok sudah tahu informasi yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan dimana hendak dicarinya. Setiap anggota harus mampu belajar

  7) Mensintesa dan menguji informasi baru, membuat laporan untuk kelas

  Dari laporan individu atau kelompok yang dipresentasikan di depan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapat informasi baru. Pada tahap ini, ketrampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk selanjutnya dijadikan paper atau makalah.

  Menurut John Dewey yang dikutip oleh Hamruni (2012:153) ada enam langkah dalam PBL, yaitu: 1)

  Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2)

  Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3)

  Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai degan pengetahuan yang dimilikinya. 4)

  Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5)

  Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan. 6)

  Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

  Selain sintak yang sudah disebutkan sebelumnya, Huda (2014:272) juga menjelaskan beberapa sintak operasional PBL sebagai berikut:

1) Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah.

  2) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan- gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian mereka mengidentifikasi apayang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

  3) Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah diluar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.

  4) Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informasi melalui peer teaching atau cooperatif learning atas masalah tertentu.

5) Siswa menyajikan solusi atas masalah.

  Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses tersebut.

  Menurut Ibrahim, dkk dalam Rusman (2013:243) sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada Model Problem Based Learning terdiri dari lima langkah yang dapat dilihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Sintaks Pelaksanaan Model Problem Based Learning

  Tahap Tingkah laku guru

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, Tahap-1 mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

  Orientasi siswa pada masalah cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap-2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

  Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang belajar berhubungan dengan masalah tersebut.

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan Tahap-3 informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

  Membimbing penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan individual maupun kelompok masalah

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan Tahap-4 menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

  Mengembangkan dan video, dan model serta membantu mereka untuk menyajikan hasil karya berbagi tugas dengan temannya.

  Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan mengevaluasi proses proses-proses yang mereka gunakan. pemecahan masalah

2.1.1.4. Tujuan Model Problem Based Learning

  Trianto (2009: 94-96) menyebutkan tiga tujuan PBL yaitu: 1)

  Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah PBL memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkrit, tetapi lebih dari itu berfikir terhadap ide-ide abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL melatih siswa untuk memiliki ketrampilan berfikir tingkat tinggi. 2)

  Belajar peranan orang dewasa

  a) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.

  b) Memiliki elemen-elemen belajar magang.

  c) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. 3)

  Menjadi pembelajar yang mandiri Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri dalam hidupnya kelak.

  Daryanto (2011:30) mengemukakan tiga tujuan Problem Based Learning (PBL), tujuannya adalah sebagai berikut: 1)

  Ketrampilan berpikir dan ketrampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi. 2)

  Permodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan: (a) PBL mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas; (b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memiliki peran yang diamati tersebut; dan (c) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun temannya dengan fenomena itu. 3)

  Belajar pengarahan sendiri (self directed learning). Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan guru.

2.1.1.6.Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

  1) Kelebihan PBL

  Sebagai suatu model pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan menurut Hamruni (2012:157) yaitu: a) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pembelajaran.

  b) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru siswa.

  c) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

  d) Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

  e) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

  f) Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendir, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

  g) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

  h) Lebih menyenangkan dan disukai siswa. i)

  Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kemampuan mereka untuk menyesuaikan degan pengetahuan baru. j)

  Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. k)

  Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar meskipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

  2) Kelemahan PBL

  Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:

  a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit bisa dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

  b) Keberhasilan pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

  c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

2.1.1.7 Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

  Pada Model Problem Based Learning terdiri dari lima langkah yang dapat dilihat pada tabel 2.2:

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

  Adapun prosedur pelaksanaan model Problem Based Learning menurut Ibrahim dalam Rusman (2013:243) sintaks suatu pembelajaran berisi langkah- langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan.

  1. Guru menunjukkan stereofoam berbentuk persegi, persegi panjang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang.

  2. Guru memberi apersepsi berupa pertanyaan yang memancing siswa untuk mencari tahu benda yang berbentuk persegi, persegi panjang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang.

  3. Guru menyampaikan tujuan yang ingin Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

  1. Siswa melakukan tanya jawab seputar bangun datar yang disajikan guru di depan kelas.

  2. Siswa menyebutkan macam-macam benda yang berbentuk persegi, persegi panjang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang.

  3. Siswa memperhatikan guru yang menyampaikan tujuan pembelajaran.

  4.

  

dalam Pembelajaran Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa dicapai pada pembelajaran.

  4. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model PBL. memperhatikan langkah-langkah pembelajaran dengan model PBL.

  5. Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan memberikan kertas berbentuk macam- macam bangun datar untuk diidentifikasi sifat-sifatnya.

  Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

  5. Siswa membentuk 5 kelompok beranggotakan 4 siswa setiap kelompok.

  6. Guru mengarahkan masing-masing siswa untuk mencari tahu sifat-sifat bangun datar baik dari buku maupun dari pengalaman pribadi mereka tentang bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang.

  7. Guru mengarahkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman satu kelompok tentang sifat-sifat bangun datar yang telah didapatkan.

  Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 6.

  Siswa mencari tahu sifat-sifat bangun datar baik dari buku maupun dari pengalaman pribadi mereka tentang bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga.

  7. Siswa bertukar pendapat bersama kelompok dan menyimpulkan hasil diskusi mereka.

  8. Guru membimbing siswa untuk menyusun laporan secara tertulis pada lembar kerja siswa.

  Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

  8. Siswa menuliskan laporan hasil diskusi pada lembar kerja siswa.

  9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas 9. Guru mengajak masing- masing kelompok untuk memperhatikan kelompok yang akan

  Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 10.

  Siswa mengamati kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi mempresentasikan hasil kelompok. diskusi mereka.

  11. Siswa mengevaluasi 10. hasil presentasi yang

  Guru mengajak siswa untuk mengevaluasi telah disampaikan presentasi yang sudah dan memberikan dikemukakan kelompok pendapat serta dan bagaimana proses- bertanya kepada prosesnya. kelompok.

2.1.2 Hasil Belajar

  2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar menurut pandangan Susanto (2013:5) yaitu perubahan- perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

  Menurut Sudjana dalam Kunandar (2014:62), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

  Hasil belajar menurut pandangan Purwanto (2013:54) adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan.

  Dari beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, tetapi tidak hanya sikap dan tingkah lakunya, tetapi juga pengetahuannya. Hasil belajar diperoleh setelah melalui pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu dan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar.

  2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Dalam proses belajar mengajar, tentu salah satu tujuannya adalah hasil belajar siswa yang tinggi. Namun hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Wasliman dalam Susanto (2013:12) terdapat dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Secara rinci uraian mengenai faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut:

  

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,

yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Fakor internal meliputi: kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu keluarga,

sekolah, dan masyarakat. masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor lingkungan sekolah yang mencakup

kurikulum, sumber belajar, media, amteri pelajaran, dan metode mengajar yang

diterapkan oleh guru.

  Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman yang dikutip oleh Susanto (2013:13) bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

2.1.2.3 Fungsi Hasil Belajar

  Fungsi dari penilaian hasil belajar yang dilakukan guru menurut Kunandar (2014:68) adalah: 1)

  Menggambarkan seberapa dalam seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi tertentu. 2)

  Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan. 3)

  Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik serta sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah peserta didik perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 4)

  Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

5) Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.

  2.1.2.4 Tujuan Penilaian Hasil Belajar

  Tujuan penilaian hasil belajar peserta didik adalah: 1)

  Melacak kemajuan peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka perkembangan hasil belajar peserta didik dapat diidentifikasi, yakni menurun atau meningkat. 2)

  Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka daat diketahui apakah peserta didik telah menguasai kompetensi tersebut. 3)

  Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian maka dapat diketahui kompetensi mana yang belum dikuasai dan mana yang sudah dikuasai. 4)

  Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka dapat dijadikan bahan acuan untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik (Kunandar, 2014:70)

  2.1.2.5 Manfaat Penilaian Hasil Belajar

  Sedangkan manfaat penilaian hasil belajar peserta didik yang diungkapkan oleh Kunandar (2014:70) adalah sebagai berikut: 1)

  Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. 2)

  Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. 3)

  Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik. 4)

  Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.

  6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan disekolah.

2.1.3 Matematika

  2.1.3.1 Pengertian Matematika

  Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013:185).

  Depdiknas dalam Susanto (2013:184) menjelaskan, kata Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2006:7).

  Menurut Hans Freudental dalam Susanto (2013:189) Matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan cara berfikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut.

  Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Matematika merupakan ilmu pasti yang memiliki struktur abstrak namun terkait dengan realitas. Matematika mempelajari tentang perhitungan, pengkajian dan penggunaan nalar dan memerlukan kemampuan befikir secara logika.

  2.1.3.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

  Berdasarkan BSNP (2006:345) disebutkan bahwa Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

  Berdasarkan kurikulum Depdiknas 2004 dalam Susanto (2013:184) disebutkan bahwa standar kompetensi Matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan Matematika, namun yang diperlukan ialah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Sehingga pembelajaran Matematika diberikan sejak sekolah dasar agar sejak dini, siswa dibekali dengan kemampuan- kemampuan yang berguna untuk kehidupannya kelak.

2.1.3.3 Tujuan Matematika di Sekolah Dasar

  Secara umum tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu Matematika dapat membekali siswa sejak dini dengan kemampuan matematis. Menurut Depdiknas dalam Ahmad Susanto (2013:189), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran Matematika disekolah dasar, sebagai berikut 1)

  Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campuran, termasuk yang melibatkan pecahan. 2)

  Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sifat koordinat.

  4) Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran.

  5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti : ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.

  6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan menggunakan gagasan secara Matematika.

  Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut: 1)

  Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau alogritme. 2)

  Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

  3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

  4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

  5) Memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam kehidupan sehari- hari

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian tentang penerapan Model Problem Based Learning (PBL) oleh peneliti lain dan telah terbukti bahwa metode PBL mempengaruhi hasil belajar siswa. Berikut adalah beberapa penelitian dengan menggunakan metode Problem Based Learning atau PBL.

  Siti Novi Andriastutik (2013) dalam penelitiannya berjudul “Penerapan

  Model Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Matematika dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian oleh Siti Novi Andriastutik terhadap kelas 5 SDN 6 Sindurejo ini menunjukkan peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat rata-rata pada prasiklus sebesar 62,3 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 66,9, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,5. Ketuntasan siswa dengan KKM 65 pada prasiklus mencapai 44% dan meningkat pada siklus I menjadi 72% dan mengalami peningkatan kembali pada siklus II menjadi 94%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penerapan model Problem Based Learning dapat meingkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDN 6 Sindurejo.

  Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ruswinarno (2013) dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester II SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

  Penelitian berhasil meningkatkan hasil belajar Matematika pada kelas 6 SDN Batiombo. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pada prasiklus yaitu 60.8% dengan nilai rata-rata 63,30, lalu pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30, dan ketuntasan pada siklus II menjadi 100% dengan nilai rata-rata 71,08.

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah disebutkan di atas. Perbedaannya adalah materi yang diajarkan yaitu sifat-sifat bangun datar, karena guru tidak mengajarkan konsep sifat-sifat bangun datar melainkan langsung memberikan sifat-sifat bangun datar secara langsung. Alasan dipilihnya kelas 5 sebagai kelas penelitian adalah siswa harus sejak dini mengetahui masalah- masalah yang ada di sekitar mereka dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah yang sudah dipelajari dalam pembelajaran.

2.3 Kerangka Pikir

  Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan dengan pemikiran logis. Dan Matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak dan siswa SD masih pada tahap oprasional konkret, sehingga dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran Matematika lebih nyata dan lebih dekat pada kehidupan siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning mampu mengkonkritkan Matematika yang sifatnya abstrak dan membuat pembelajaran lebih bersifat nyata.

  Model PBL memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam meningkatkan hasil belajar. Semakin siswa dilibatkan aktif maka hasil belajar akan meningkat. Tujuan yang paling penting dalam menerapkan metode PBL adalah untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi masalah-masalah sesuai dengan langkah-langkah metode yang sudah dijelaskan. Masalah yang dihadapkan adalah masalah yang dihadapi peserta didik sehari-hari, sehingga peserta didik kelak tidak asing untuk menghadapi masalah yang muncul di kemudian hari.

  Selama ini banyak peserta didik yang dihadapkan dengan permasalahan- permasalahan abstrak atau tidak sesuai dengan yang terjadi di lingkungan mereka sehingga saat mereka terjun di lingkungan mereka tidak siap untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dilingkungan. Maka dari itu penting diberikan metode PBL sejak dini. Adapun skema kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1:

  

Skema Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Model Problem Based Learning

  Berdasarkan uraian pada kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dapat meningkat.

  Model Pembelajaran Konvensional Guru hanya menjelaskan tanpa memfasilitasi siswa untuk bertanya.

  Nilai 12 siswa berada di bawah KKM (65). Siswa bermain sendiri ketika pembelajaran dan kurang berminat dalam pembelajaran.

  Model Problem Based Learning

  

Langkah-langkah dalam Problem Based Learning

1.

  Orientasi siswa pada masalah 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

  Dalam kegiatan belajar, siswa disajikan masalah sebagai stimulus untuk awal pembelajaran. Kemudian siswa mendefinisikan masalah berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Meyusun hipotesis dan menyimpulkan alternatif pemecahan masalahnya.

  Hasil belajar meningkat.

Dokumen yang terkait

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Menjer Keca

0 0 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) ter

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Menjer Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo Sem

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SD NEGERI MENJER KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Menjer Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo Sem

0 0 94

2.1.1.2. Jenis-jenis Perangkat Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Materi Energi Panas dan Bunyi dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pad

0 1 29

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Materi Energi Panas dan Bunyi dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Kelas 4 SDN 1 Me

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Materi Energi Panas dan Bunyi dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Kel

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Materi Energi Panas dan Bunyi dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Kelas 4 SDN 1 Medayu Kabupaten Banjarnegara

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Materi Energi Panas dan Bunyi dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Kelas 4 SDN 1 Medayu Kabupaten Banjarnegara

0 0 112