PRINT LAPORAN DAN PRAKTIKUM DDA
Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi
PENGARUH CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata STURT)
Disusun oleh
KELOMPOK 4
Dinda Aprillia Tanzil
1705108010044
Ririn Erianda
1705108010000
Muslika Yulianda
1705108010028
Mutiara Ramadhani
1705108010000
Darmasyi
1705108010000
Noni Novrianti
1705108010000
Jufril Rafuandi
1705108010000
Dhyah Magfirah
1705108010000
Aulia Garta Timur
1705108010000
Al Viaturrahmi
1705108010000
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesuburan tanah merupakan masalah yang sangat penting dalam
pertanian karena tanah merupakan media tumbuh tanaman. Kesuburan tanah adalah
kemampuan tanah meendukung pertumbuhan tanaman dengan baik. Tanah yang
selalu dipakai bercocoktanam akan berkurang kesuburannya seiring berjalannya
waktu jika tanpa diberi masukan. Masukan yang tidak lain adalah pupuk secara
umum dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan kesuburannya. Pupuk
secara umum adalah bahan yang ditambahkan untuk memperbaiki kondisi tanah
dalam hal mendukung pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak cara pemupukan
tanaman dan sifat pupuk karena semakin hari semakin dikembangkan cara dan
komposisi pemupukan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman dan efisiensi bagi
petani. ada pupuk yang dibedakan atas dasar aplikasinya, bentuknya, kandungannya,
dan lain-lain. Hal ini mengharuskan kita mengetahui berbagai metode pemupukan,
jenis-jenis, dan sifat-sifatnya supaya tidak salah memberi rekomendasi pemupukan
bagi petani khususnya.
Pupuk dalam arti luas yaitu suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Banyak pupuk yang tersedia di pasaran dan perlu untuk kita ketahui baik itu
yang tergolong pupuk organik maupun pupuk an-organik. Kedua jenis pupuk tersebut
tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk lebih mengenal berbagai
jenis pupuk dan metode pemupukan tersebut maka kami perlu mengenal berbagai
cara pemupukan tanaman dan sifat-sifat pupuk, baik sifat fisik maupun kimia. Pada
praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang metode pemupukan,sifat pupuk dan
pembuatan lubang biopori.
Pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman disebabkan karena
memang pada dasarnya tanaman memerlukan pupuk untuk memenuhi kebutuhan
unsur haranya. Unsur hara tersebut tidaklah hanya dari media tanam ataupun hujan
melainkan dari pupuk. Dimana unsur hara yang disediakan dari pupuk merupakan
unsur hara yang jarang disediakan secara langsung dilingkungan. Pemupukan yang
diberikan pada tanaman pada dasarnya adalah untuk memberikan unsur-unsur hara
yang berperan sebagai nutrisi bagi tanaman maka pertumbuhan dan perkembangan
tanaman akan baik oleh karena itu agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sering
dilakukan pemberian pupuk sesuai dengan takaran.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui dan memahami bagaimana cara pemupukan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan mahasiswa dapat
merekomendasikan cara pemupukan yang terbaik untuk budidaya jagung manis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan
mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Berdasarkan jumlah jenis unsur
hara yang dikandungnya, pupuk anorganik ini dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
(1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara, misalnya
urea (mengandung unsur N); TSP (mengandung unsur P) dan KCL (mengandung
unsur K). (2). Pupuk majemuk; yaitu pupuk yang mengandung unsur N, P dan K
sekaligus. Contohnya adalah Amofos (mengandung unsur dan P), Nitroposka
(mengandung unsur N, P dan K). Berdasarkan jenis hara utama yang dikandung,
pupuk anorganik dibagi dalam beberapa golongan, yakni pupuk nitrogen, pupuk
fosfor dan pupuk kalium (Salikin, 2003).
Pupuk 5amboo5 ialah pupuk yang berupa senyawa 5amboo5. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk 5amboo5 (pupuk kandang, kompos, guano). Pupuk alam
yang tidak termasuk pupuk 5amboo5 misalnya rock 5amboo55i, umumnya berasal
dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk 5amboo5 merupakan pupuk yang
berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia,
serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk
anorganik (Marsono, 2000).
Tanaman-tanaman membutuhkan 17 nutrisi untuk melengkapi siklus hidup
mereka. Tanaman penting nutrisi dibagi menjadi kelompok makro dan mikronutrien.
Makronutrien adalah karbon I, 5amboo55 (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Mikronutrien termasuk
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), 5amboo55iv (Mo),
klorin (Cl), dan nikel (Ni). Selanjutnya, esensialitas dari 5amboo5 (Si), natrium (Na),
vanadium (V), dan kobalt (Co) dianggap dimiliki oleh tanah tetapi belum ada
kepastian akan pendapat tersebut (Fageria et al., 2010). Makronutrien diperlukan
dalam lebih tinggi jumlah dibandingkan dengan mikronutrien. Namun, sudut pandang
esensialitas tanaman, semua nutrisi sama-sama penting untuk pertumbuhan tanaman.
Pertama tiga makronutrien (C, H, dan O) yang dipasok ke pabrik melalui udara dan
air. Oleh sebab itu ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman tidak menjadi masalah.
Sisanya 14 nutrisi harus tersedia dalam media pertumbuhan tanaman dalam jumlah
dan proporsi yang memadai untuk pertumbuhan tanaman (Bakhtiari et al., 2014)
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia,
atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pengertian ini termasuk misalnya pemberian bahan kapur dengan maksut
meningkatkan Ph tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman
kacang-kacangan, dan pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan
kadar N dalam tanah tersebut. Usaha-usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan
demikian, bahan kapur, legin, dan urea disebut pupuk. Pada pengertian khususnya
pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Berdasarkan asalnya pupuk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pupuk alam dan
pupuk buatan dan berdasarkan senyawa yang terkandung pupuk juga dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu 6amboo6 dan anorganik (Rosmarkam dan Nasih, 2013).
Penambahan bahan 6amboo6 ke tanah diharapkan dapat memperbaiki kualitas
fisika tanah, meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, meningkatkan kemampuan
tanah menahan air-tersedia dan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Zulkarnain et al., 2013) Pupuk 6amboo6 adalah pupuk yang dapat berbentuk padat
atau cair yang berasal dari tanaman dan atau hewan. Digunakan pupuk 6amboo6
sebagai 6amboo66ive dari penggunaan pupuk anorganik, karena selain dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, pupuk 6amboo6 secara ekonomis
jauh lebih terjangkau dari pupuk anorganik, sehingga dapat mengurangi biaya
produksi pertanian. Digunakan pupuk 6amboo6 berbentuk cair, yaitu cairan lumpur
dari kotoran sapi yang telah melalui proses fermentasi dari digester dengan terlebih
dahulu
dipisahkan
antara
padatan
dan
cairan
atau
disebut
dengan sludge. Sludge dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi
tanaman, karena mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
(Hartono, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Agronomi dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala dan dimulai dari bulan Febuari-April 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1) Alat
a) Cangkul
b) Gembor
c) Papan nama
d) Tali raffia
e) Anjir 7amboo
2) Bahan
a) Benih jagung manis (Zea mays)
b) Pupuk urea
c) Pupuk TSP
d) Pupuk KCL
e) Furadan
f) Fungisida dithane M-45
g) Insektisisda monocrotofos 15 WSC
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini dilakukan secara bertahap dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Dibersihkan bedengan dari sampah-sampah yang masih tersisa seperti sampah
daun, sampah batang kayu, dan sebagainya. Selanjutnya, dibuat bedengan dengan
menggunakan cangkul dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Jarak antara
bedengan dengan drainase adalah 0,5 m dan kedalaman drainase 20 cm.
2) Dilakukan pengukuran jarak tanam (80 cm x 40 cm) dengan bantuan ajir 8amboo
dan tali raffia
3) Dibuat lubang tanam dengan kedalaman tanam biji 4-5 cm
4) Ditanam biji jagung pada lubang-lubang yang telah dibuat (2-3 biji) dan diberikan
furadan ke dalam lubang tanam tersebut (5-7 butir)
5) Diberi papan nama pada setiap bedengan sesuai dengan perlakuan yang akan
diberikan
6) Diaplikasikan pemupukan pada bedengan yang telah diolah tanahnya, diukur
jarak tanam, dan penanaman biji jagung dengan cara pemupukan sebagai berikut.
a) CP 1 : Pupuk diberi dengan cara dilarikan
b) CP 2 : Pupuk diberikan dengan cara di sebar
c) CP 3 : Pupuk diberi dengan cara ditugal mengitari tanaman
Dilakukan pemupukan tersebut setelah biji jagung baru ditanam dan pada minggu
ke-3 setelah tanam.
7) Dilakukan penyulaman pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu dan pada
minggu ke-3 (jika biji tidak tumbuh)
8) Dilakukan penyiangan dan pembumbunan setiap minggu dimulai dari minggu ke3 setelah tanam hingga mendekati panen.
9) Dilakukan pembersihan gulma setiap satu minggu sekali.
10) Dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore kecuali hujan. Pada pagi hari,
penyiraman sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 WIB dan pada sore hari,
sebaiknya dimulai dari pukul 16.30 WIB.
11) Dilakukan pemanenan setelah usia tanaman jagung kurang lebih 10 minggu
12) Dilakukan pengamatan dari minggu ke-1 hingga minggu ke-10 yang meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, lebar daun, jumlah bonggol
jagung, berat buah, diameter buah, jumlah biji yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiari, M. R., O. Ghahraei., D. Ahmad., A. R. Yazdanpanah., and A. M. Jafari.
2014. Selection Of Fertilization Method and Fertilizer Application Rate On
Corn Yield. Agriculture English International CIGR Journal. Vol. 16, No.
2:10-14.
Hartono, R., R. Wirosoedarmo., L. D. Susanawati. 2014. Pengaruh Teknik dan Dosis
Pemberian Pupuk Organik dari Sludge Bio-Digester Terhadap Produksi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Bima. Jurnal Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Vol. 1, No. 2:1-5.
Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya: Jakarta.
Rosmarkam, A. dan N. W. Tuwono. 2013. Ilmu Kesuburan Tanah. Edisi ke-8.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Potensi Tumbuh Biji Setelah Satu Minggu Tanam
Perlakuan
BLOK I
BLOK II
BLOK III
Jumlah
Rerata (%)
CP 1
54
56
50
160
66,6%
CP 2
49
60
53
162
67,5%
CP 3
50
50
56
156
65,0%
Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung (Minggu Ke-3 hingga Minggu Ke-6) Setelah
Tanam.
MINGGU KE-3
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
65
73
71
67
64,6
350,6
68,1
II
67,9
65,9
70,1
68
65,6
338,5
67,7
III
77,4
73,2
65,9
73,5
69,9
359,9
71,9
I
72
77
58,5
76,3
70,8
354,8
70,9
II
67
67,4
66
66,2
66,1
332,7
66,5
III
67,9
64,4
66
64,8
55,9
319,0
63,8
I
76
66,8
74,3
68,9
68,7
354,7
70,9
II
75,3
73,6
64,8
71,5
68
353,2
70,6
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
71,8
63,9
66,5
65,3
65,1
332,6
66,5
MINGGU KE-4
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
104,0
111,5
113,3
104,8
104,6
538,2
107,6
II
105,5
105,6
106,7
110,2
99,0
527,0
104,0
III
116,2
105
105,4
107,3
104,9
538,8
107,7
I
106,2
115,5
103,3
112
111,1
548,1
109,6
II
106,0
102,2
100,1
98,5
106,5
513,3
102,6
III
96,5
96,2
98,5
87,4
93,8
472,3
94,4
I
109,4
112,6
111,7
104,5
103
541,2
108,2
II
111,5
109,4
103,4
110
102,2
536,3
107,2
III
108,0
97,6
99,3
96
98,7
499,6
99,9
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
MINGGU KE-5
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
140,3
141,7
153
136
136,7
707,7
141,5
II
136,9
140,5
144,3
151
131,2
703,9
140,7
III
154,4
146
140,7
146,5
153,9
741,5
148,3
I
138
146,5
132
142
146
704,5
140,9
II
139,5
129,3
127,2
128,5
145
669,5
133,9
III
132,5
128,1
133
115,3
130,5
639,4
127,8
I
131,8
138
144,3
145,6
130,3
690
138
II
150,1
143,1
141
147,3
140,3
721,8
144,3
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
137
135
129
123,8
132,5
657,3
131,4
MINGGU KE-6
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
182
186
199,3
181,2
169
917,5
183,5
II
183
184,5
193
205
189
954,5
190,9
III
213,3
203
198,5
212
216
1042,8
208,5
I
188
193
172
178
191,3
922,3
184,4
II
190,9
173
174
176
199,5
913,4
182,6
III
185
178,9
177,7
169
191
901,6
180,3
I
170,3
178
188,3
198,8
180,5
915,9
183,1
II
206
197,5
191,5
203
201,5
999,5
199,9
III
178
182
168,5
160
163,4
845,9
169,1
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
Tabel 3. Jumlah Daun Pada Minggu Ke-3 dan Ke-5 Setelah Tanam
MINGGU KE-3
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
T1
T2
T3
T4
T5
Jumlah
Rerata
I
8
9
8
8
8
41
8
II
7
7
8
8
7
37
7
III
7
7
7
8
7
36
7
I
8
8
9
8
8
41
8
II
8
8
7
8
8
39
8
III
7
8
8
7
7
37
7
I
8
8
7
8
8
39
8
II
8
8
8
8
7
39
8
III
8
7
8
8
8
39
8
MINGGU KE-5
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
T1
T2
T3
T4
T5
Jumlah
Rerata
I
11
10
10
10
11
52
10
II
11
11
11
10
10
53
11
III
11
11
11
11
11
55
11
I
10
10
11
11
11
53
11
II
11
10
9
11
11
52
10
III
11
11
10
10
11
53
11
I
11
11
11
10
11
54
11
II
10
10
11
10
11
52
10
III
11
10
11
10
10
52
10
Table 4. Lingkar Batang Tanaman Jagung Pada Minggu Ke-8 Setelah Tanam
MINGGU KE-3
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
1
0,94
0,94
0,95
1,07
4,9
0,98
II
1,04
0,94
0,93
1,14
1,14
5,23
1,04
III
1
0,94
0,94
0,95
1,07
4,9
0,98
I
1,02
1,10
0,87
0,95
1,25
5,19
1,03
II
1,10
0,96
0,93
0,90
0,96
5,76
1,15
III
0,92
0,95
1,64
1,20
1,07
5,76
1,15
I
0,97
0,98
0,89
0,94
0,92
4,7
0,94
II
0,95
0,92
0,87
0,96
0,90
4,6
0,92
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
1,65
0,90
0,91
0,15
0,49
3,1
0,62
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penanaman yang dilakukan, jumlah biji jagung yang dimasukan
ke dalam lubang tanaman adalah sebanyak 2 biji per lubang. Dalam satu bedengan
terdapat 40 lubang tanam dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian, total biji yang ada dalam satu bedengan adalah 2 x 40 = 80 biji yang
berpotensi untuk tumbuh. Setelah satu minggu penanaman, persentase biji yang
tumbuh dalam setiap blok (I, II, dan III) dan dengan semua perlakuan cara
pemupukan (CP 1, CP 2, dan CP 3) dapat diperhitungkan dengan cara seperti berikut.
B.U: Jumlah Biji Tumbuh/Total Biji Ditanam x 100%
1) CP 1
BLOK I (%)
= 54/80 x 100% = 67,5%
BLOK II (%)
= 56/80 x 100% = 70%
BLOK III (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
2) CP 2
BLOK I (%)
= 49/80 x 100% = 61,25%
BLOK II (%)
= 60/80 x 100% = 75%
BLOK III (%)
= 53/80 x 100% = 65,25%
3) CP 3
BLOK I (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
BLOK II (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
BLOK III (%)
= 56/80 x 100% = 70%
Dengan persentase rata-rata sebagai berikut.
1) CP 1
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 200% / 3
= 66,6 %
2) CP 2
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 202,5% / 3
= 67,5 %
3) CP 2
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 195% / 3
= 65 %
Berdasarkan persentase rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa potensi tumbuh biji
jagung pada perlakuan CP 2 memiliki persentase 67,5% atau sekitar 162 biji dapat
tumbuh dari 3 bedeng dengan perlakuan yang sama. Dibandingkan dengan CP 1 dan
CP 3, persentase biji tumbuh dari perlakuan CP 2 merupakan yang tertinggi.
Pemberian pupuk dengan cara disebar dengan asumsi tersebar secara merata pada tiap
bagian lahan, lebih tinggi efektifitasnya dibandingkan dengan pemupukan dengan
cara dilarikan atau ditugal melingkari tanaman. Kemudian, pemupukan dengan cara
disebar harus tetap sesuai dosis, secukupnya, dan tidak berlebih-lebihan.
Jumlah daun yang mulai diamati pada minggu ke-3 dari semua sampel ratarata berjumlah 7-8 helai daun. Setelahnya dapat mengalami pengurangan karena
kering dan gugur, dapat pula bertambah. Pada minggu ke-5, helaian daun kebanyakan
berjumlah 10-11 daun, tetapi ada juga sebagian yang berjumlah 9 daun. Dalam
pertumbuhan tanaman jagung, helaian daun dapat memengaruhi jumlah buah yang
akan terbentuk nantinya. Karena bonggol jagung akan terbentuk di ketiak daun. Oleh
karena itu, semakin banyak helaian daun pada tanaman jagung, jumlah bonggol
jagung yang terbentuk akan sama pula banyaknya. Akan tetapi, proses pembentukan
bonggol jagung dapat melambat atau terhambat. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah
daun yang dapat berfotosintesis secara optimal dengan cara harus mendapat sinar
matahari yang cukup. Jika banyak daun yang ternaungi, maka daun tersebut akan sulit
untuk berfotosintesis sehingga fotosintat menjadi lebih sedikit, tetapi distribusi
fotosintat harus terbagi untuk seluruh bagian tanaman tersebut, sehingga tidak cukup
untuk memenuhi proses pembentukan buah. Karena tanaman jagung merupakan salah
satu tanaman yang harus mendapat sinar matahari penuh untuk dapat tumbuh dengan
baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, adapun kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1) Pemupukan dengan cara disebar (CP 2) menghasilkan jumlah biji yang tumbuh
lebih banyak yaitu 162 tanaman dari 3 bedengan yang diberi perlakuan yang
sama.
2) Persentase biji yang tumbuh dari perlakuan CP 1 adalah 66,6%, CP 2 adalah
67,5%, dan CP 3 adalah 65%
3) Helaian daun dapat memengaruhi jumlah buah jagung yang akan terbentuk,
karena bonggol jagung terbentuk di ketiak daun. Oleh karena itu, semakin banyak
helaian daun pada tanaman jagung, jumlah bonggol jagung yang terbentuk akan
sama pula banyaknya.
5.2 Saran
Untuk pihak-pihak yang ingin menanam atau budidaya tanaman jagung
manis, kami selaku mahasiswa yang telah melaksanakan praktikum dengan
memfokuskan perlakuan dalam cara pemupukan menyarankan agar penggunaan
pupuk dalam proses budidaya tanaman jagung manis harus disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, baik itu luas lahan, jarak tanam, jumlah biji yang akan ditanam,
dan faktor-faktor tanah yang ada. Cara pemupukan dengan cara disebar, dalam
praktikum ini, menunjukan keunggulan dari segi potensi biji yang dapat tumbuh dan
lingkar batang. Untuk hasil akhir dari tanaman jagung itu sendiri, perlakuan CP 1, CP
2, dan CP 3, menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda. Keunggulan dari masingmasing sampel tidak hanya diperoleh dari hasil satu perlakuan saja, tetapi ada di
setiap perlakuan cara pemupukan.
PENGARUH CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata STURT)
Disusun oleh
KELOMPOK 4
Dinda Aprillia Tanzil
1705108010044
Ririn Erianda
1705108010000
Muslika Yulianda
1705108010028
Mutiara Ramadhani
1705108010000
Darmasyi
1705108010000
Noni Novrianti
1705108010000
Jufril Rafuandi
1705108010000
Dhyah Magfirah
1705108010000
Aulia Garta Timur
1705108010000
Al Viaturrahmi
1705108010000
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesuburan tanah merupakan masalah yang sangat penting dalam
pertanian karena tanah merupakan media tumbuh tanaman. Kesuburan tanah adalah
kemampuan tanah meendukung pertumbuhan tanaman dengan baik. Tanah yang
selalu dipakai bercocoktanam akan berkurang kesuburannya seiring berjalannya
waktu jika tanpa diberi masukan. Masukan yang tidak lain adalah pupuk secara
umum dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan kesuburannya. Pupuk
secara umum adalah bahan yang ditambahkan untuk memperbaiki kondisi tanah
dalam hal mendukung pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak cara pemupukan
tanaman dan sifat pupuk karena semakin hari semakin dikembangkan cara dan
komposisi pemupukan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman dan efisiensi bagi
petani. ada pupuk yang dibedakan atas dasar aplikasinya, bentuknya, kandungannya,
dan lain-lain. Hal ini mengharuskan kita mengetahui berbagai metode pemupukan,
jenis-jenis, dan sifat-sifatnya supaya tidak salah memberi rekomendasi pemupukan
bagi petani khususnya.
Pupuk dalam arti luas yaitu suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Banyak pupuk yang tersedia di pasaran dan perlu untuk kita ketahui baik itu
yang tergolong pupuk organik maupun pupuk an-organik. Kedua jenis pupuk tersebut
tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk lebih mengenal berbagai
jenis pupuk dan metode pemupukan tersebut maka kami perlu mengenal berbagai
cara pemupukan tanaman dan sifat-sifat pupuk, baik sifat fisik maupun kimia. Pada
praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang metode pemupukan,sifat pupuk dan
pembuatan lubang biopori.
Pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman disebabkan karena
memang pada dasarnya tanaman memerlukan pupuk untuk memenuhi kebutuhan
unsur haranya. Unsur hara tersebut tidaklah hanya dari media tanam ataupun hujan
melainkan dari pupuk. Dimana unsur hara yang disediakan dari pupuk merupakan
unsur hara yang jarang disediakan secara langsung dilingkungan. Pemupukan yang
diberikan pada tanaman pada dasarnya adalah untuk memberikan unsur-unsur hara
yang berperan sebagai nutrisi bagi tanaman maka pertumbuhan dan perkembangan
tanaman akan baik oleh karena itu agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sering
dilakukan pemberian pupuk sesuai dengan takaran.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui dan memahami bagaimana cara pemupukan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan mahasiswa dapat
merekomendasikan cara pemupukan yang terbaik untuk budidaya jagung manis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan
mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Berdasarkan jumlah jenis unsur
hara yang dikandungnya, pupuk anorganik ini dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
(1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara, misalnya
urea (mengandung unsur N); TSP (mengandung unsur P) dan KCL (mengandung
unsur K). (2). Pupuk majemuk; yaitu pupuk yang mengandung unsur N, P dan K
sekaligus. Contohnya adalah Amofos (mengandung unsur dan P), Nitroposka
(mengandung unsur N, P dan K). Berdasarkan jenis hara utama yang dikandung,
pupuk anorganik dibagi dalam beberapa golongan, yakni pupuk nitrogen, pupuk
fosfor dan pupuk kalium (Salikin, 2003).
Pupuk 5amboo5 ialah pupuk yang berupa senyawa 5amboo5. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk 5amboo5 (pupuk kandang, kompos, guano). Pupuk alam
yang tidak termasuk pupuk 5amboo5 misalnya rock 5amboo55i, umumnya berasal
dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk 5amboo5 merupakan pupuk yang
berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia,
serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk
anorganik (Marsono, 2000).
Tanaman-tanaman membutuhkan 17 nutrisi untuk melengkapi siklus hidup
mereka. Tanaman penting nutrisi dibagi menjadi kelompok makro dan mikronutrien.
Makronutrien adalah karbon I, 5amboo55 (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Mikronutrien termasuk
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), 5amboo55iv (Mo),
klorin (Cl), dan nikel (Ni). Selanjutnya, esensialitas dari 5amboo5 (Si), natrium (Na),
vanadium (V), dan kobalt (Co) dianggap dimiliki oleh tanah tetapi belum ada
kepastian akan pendapat tersebut (Fageria et al., 2010). Makronutrien diperlukan
dalam lebih tinggi jumlah dibandingkan dengan mikronutrien. Namun, sudut pandang
esensialitas tanaman, semua nutrisi sama-sama penting untuk pertumbuhan tanaman.
Pertama tiga makronutrien (C, H, dan O) yang dipasok ke pabrik melalui udara dan
air. Oleh sebab itu ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman tidak menjadi masalah.
Sisanya 14 nutrisi harus tersedia dalam media pertumbuhan tanaman dalam jumlah
dan proporsi yang memadai untuk pertumbuhan tanaman (Bakhtiari et al., 2014)
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia,
atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pengertian ini termasuk misalnya pemberian bahan kapur dengan maksut
meningkatkan Ph tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman
kacang-kacangan, dan pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan
kadar N dalam tanah tersebut. Usaha-usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan
demikian, bahan kapur, legin, dan urea disebut pupuk. Pada pengertian khususnya
pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Berdasarkan asalnya pupuk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pupuk alam dan
pupuk buatan dan berdasarkan senyawa yang terkandung pupuk juga dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu 6amboo6 dan anorganik (Rosmarkam dan Nasih, 2013).
Penambahan bahan 6amboo6 ke tanah diharapkan dapat memperbaiki kualitas
fisika tanah, meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, meningkatkan kemampuan
tanah menahan air-tersedia dan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Zulkarnain et al., 2013) Pupuk 6amboo6 adalah pupuk yang dapat berbentuk padat
atau cair yang berasal dari tanaman dan atau hewan. Digunakan pupuk 6amboo6
sebagai 6amboo66ive dari penggunaan pupuk anorganik, karena selain dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, pupuk 6amboo6 secara ekonomis
jauh lebih terjangkau dari pupuk anorganik, sehingga dapat mengurangi biaya
produksi pertanian. Digunakan pupuk 6amboo6 berbentuk cair, yaitu cairan lumpur
dari kotoran sapi yang telah melalui proses fermentasi dari digester dengan terlebih
dahulu
dipisahkan
antara
padatan
dan
cairan
atau
disebut
dengan sludge. Sludge dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi
tanaman, karena mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
(Hartono, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Agronomi dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala dan dimulai dari bulan Febuari-April 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1) Alat
a) Cangkul
b) Gembor
c) Papan nama
d) Tali raffia
e) Anjir 7amboo
2) Bahan
a) Benih jagung manis (Zea mays)
b) Pupuk urea
c) Pupuk TSP
d) Pupuk KCL
e) Furadan
f) Fungisida dithane M-45
g) Insektisisda monocrotofos 15 WSC
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini dilakukan secara bertahap dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Dibersihkan bedengan dari sampah-sampah yang masih tersisa seperti sampah
daun, sampah batang kayu, dan sebagainya. Selanjutnya, dibuat bedengan dengan
menggunakan cangkul dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Jarak antara
bedengan dengan drainase adalah 0,5 m dan kedalaman drainase 20 cm.
2) Dilakukan pengukuran jarak tanam (80 cm x 40 cm) dengan bantuan ajir 8amboo
dan tali raffia
3) Dibuat lubang tanam dengan kedalaman tanam biji 4-5 cm
4) Ditanam biji jagung pada lubang-lubang yang telah dibuat (2-3 biji) dan diberikan
furadan ke dalam lubang tanam tersebut (5-7 butir)
5) Diberi papan nama pada setiap bedengan sesuai dengan perlakuan yang akan
diberikan
6) Diaplikasikan pemupukan pada bedengan yang telah diolah tanahnya, diukur
jarak tanam, dan penanaman biji jagung dengan cara pemupukan sebagai berikut.
a) CP 1 : Pupuk diberi dengan cara dilarikan
b) CP 2 : Pupuk diberikan dengan cara di sebar
c) CP 3 : Pupuk diberi dengan cara ditugal mengitari tanaman
Dilakukan pemupukan tersebut setelah biji jagung baru ditanam dan pada minggu
ke-3 setelah tanam.
7) Dilakukan penyulaman pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu dan pada
minggu ke-3 (jika biji tidak tumbuh)
8) Dilakukan penyiangan dan pembumbunan setiap minggu dimulai dari minggu ke3 setelah tanam hingga mendekati panen.
9) Dilakukan pembersihan gulma setiap satu minggu sekali.
10) Dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore kecuali hujan. Pada pagi hari,
penyiraman sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 WIB dan pada sore hari,
sebaiknya dimulai dari pukul 16.30 WIB.
11) Dilakukan pemanenan setelah usia tanaman jagung kurang lebih 10 minggu
12) Dilakukan pengamatan dari minggu ke-1 hingga minggu ke-10 yang meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, lebar daun, jumlah bonggol
jagung, berat buah, diameter buah, jumlah biji yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiari, M. R., O. Ghahraei., D. Ahmad., A. R. Yazdanpanah., and A. M. Jafari.
2014. Selection Of Fertilization Method and Fertilizer Application Rate On
Corn Yield. Agriculture English International CIGR Journal. Vol. 16, No.
2:10-14.
Hartono, R., R. Wirosoedarmo., L. D. Susanawati. 2014. Pengaruh Teknik dan Dosis
Pemberian Pupuk Organik dari Sludge Bio-Digester Terhadap Produksi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Bima. Jurnal Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Vol. 1, No. 2:1-5.
Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya: Jakarta.
Rosmarkam, A. dan N. W. Tuwono. 2013. Ilmu Kesuburan Tanah. Edisi ke-8.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Potensi Tumbuh Biji Setelah Satu Minggu Tanam
Perlakuan
BLOK I
BLOK II
BLOK III
Jumlah
Rerata (%)
CP 1
54
56
50
160
66,6%
CP 2
49
60
53
162
67,5%
CP 3
50
50
56
156
65,0%
Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung (Minggu Ke-3 hingga Minggu Ke-6) Setelah
Tanam.
MINGGU KE-3
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
65
73
71
67
64,6
350,6
68,1
II
67,9
65,9
70,1
68
65,6
338,5
67,7
III
77,4
73,2
65,9
73,5
69,9
359,9
71,9
I
72
77
58,5
76,3
70,8
354,8
70,9
II
67
67,4
66
66,2
66,1
332,7
66,5
III
67,9
64,4
66
64,8
55,9
319,0
63,8
I
76
66,8
74,3
68,9
68,7
354,7
70,9
II
75,3
73,6
64,8
71,5
68
353,2
70,6
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
71,8
63,9
66,5
65,3
65,1
332,6
66,5
MINGGU KE-4
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
104,0
111,5
113,3
104,8
104,6
538,2
107,6
II
105,5
105,6
106,7
110,2
99,0
527,0
104,0
III
116,2
105
105,4
107,3
104,9
538,8
107,7
I
106,2
115,5
103,3
112
111,1
548,1
109,6
II
106,0
102,2
100,1
98,5
106,5
513,3
102,6
III
96,5
96,2
98,5
87,4
93,8
472,3
94,4
I
109,4
112,6
111,7
104,5
103
541,2
108,2
II
111,5
109,4
103,4
110
102,2
536,3
107,2
III
108,0
97,6
99,3
96
98,7
499,6
99,9
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
MINGGU KE-5
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
140,3
141,7
153
136
136,7
707,7
141,5
II
136,9
140,5
144,3
151
131,2
703,9
140,7
III
154,4
146
140,7
146,5
153,9
741,5
148,3
I
138
146,5
132
142
146
704,5
140,9
II
139,5
129,3
127,2
128,5
145
669,5
133,9
III
132,5
128,1
133
115,3
130,5
639,4
127,8
I
131,8
138
144,3
145,6
130,3
690
138
II
150,1
143,1
141
147,3
140,3
721,8
144,3
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
137
135
129
123,8
132,5
657,3
131,4
MINGGU KE-6
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
182
186
199,3
181,2
169
917,5
183,5
II
183
184,5
193
205
189
954,5
190,9
III
213,3
203
198,5
212
216
1042,8
208,5
I
188
193
172
178
191,3
922,3
184,4
II
190,9
173
174
176
199,5
913,4
182,6
III
185
178,9
177,7
169
191
901,6
180,3
I
170,3
178
188,3
198,8
180,5
915,9
183,1
II
206
197,5
191,5
203
201,5
999,5
199,9
III
178
182
168,5
160
163,4
845,9
169,1
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
Tabel 3. Jumlah Daun Pada Minggu Ke-3 dan Ke-5 Setelah Tanam
MINGGU KE-3
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
T1
T2
T3
T4
T5
Jumlah
Rerata
I
8
9
8
8
8
41
8
II
7
7
8
8
7
37
7
III
7
7
7
8
7
36
7
I
8
8
9
8
8
41
8
II
8
8
7
8
8
39
8
III
7
8
8
7
7
37
7
I
8
8
7
8
8
39
8
II
8
8
8
8
7
39
8
III
8
7
8
8
8
39
8
MINGGU KE-5
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
T1
T2
T3
T4
T5
Jumlah
Rerata
I
11
10
10
10
11
52
10
II
11
11
11
10
10
53
11
III
11
11
11
11
11
55
11
I
10
10
11
11
11
53
11
II
11
10
9
11
11
52
10
III
11
11
10
10
11
53
11
I
11
11
11
10
11
54
11
II
10
10
11
10
11
52
10
III
11
10
11
10
10
52
10
Table 4. Lingkar Batang Tanaman Jagung Pada Minggu Ke-8 Setelah Tanam
MINGGU KE-3
T1
(cm)
T2
(cm)
T3
(cm)
T4
(cm)
T5
(cm)
Jumlah
Rerata
(cm)
(cm)
I
1
0,94
0,94
0,95
1,07
4,9
0,98
II
1,04
0,94
0,93
1,14
1,14
5,23
1,04
III
1
0,94
0,94
0,95
1,07
4,9
0,98
I
1,02
1,10
0,87
0,95
1,25
5,19
1,03
II
1,10
0,96
0,93
0,90
0,96
5,76
1,15
III
0,92
0,95
1,64
1,20
1,07
5,76
1,15
I
0,97
0,98
0,89
0,94
0,92
4,7
0,94
II
0,95
0,92
0,87
0,96
0,90
4,6
0,92
Perlakuan BLOK
CP 1
CP 2
CP 3
III
1,65
0,90
0,91
0,15
0,49
3,1
0,62
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penanaman yang dilakukan, jumlah biji jagung yang dimasukan
ke dalam lubang tanaman adalah sebanyak 2 biji per lubang. Dalam satu bedengan
terdapat 40 lubang tanam dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian, total biji yang ada dalam satu bedengan adalah 2 x 40 = 80 biji yang
berpotensi untuk tumbuh. Setelah satu minggu penanaman, persentase biji yang
tumbuh dalam setiap blok (I, II, dan III) dan dengan semua perlakuan cara
pemupukan (CP 1, CP 2, dan CP 3) dapat diperhitungkan dengan cara seperti berikut.
B.U: Jumlah Biji Tumbuh/Total Biji Ditanam x 100%
1) CP 1
BLOK I (%)
= 54/80 x 100% = 67,5%
BLOK II (%)
= 56/80 x 100% = 70%
BLOK III (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
2) CP 2
BLOK I (%)
= 49/80 x 100% = 61,25%
BLOK II (%)
= 60/80 x 100% = 75%
BLOK III (%)
= 53/80 x 100% = 65,25%
3) CP 3
BLOK I (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
BLOK II (%)
= 50/80 x 100% = 62,5%
BLOK III (%)
= 56/80 x 100% = 70%
Dengan persentase rata-rata sebagai berikut.
1) CP 1
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 200% / 3
= 66,6 %
2) CP 2
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 202,5% / 3
= 67,5 %
3) CP 2
= (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3
= 195% / 3
= 65 %
Berdasarkan persentase rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa potensi tumbuh biji
jagung pada perlakuan CP 2 memiliki persentase 67,5% atau sekitar 162 biji dapat
tumbuh dari 3 bedeng dengan perlakuan yang sama. Dibandingkan dengan CP 1 dan
CP 3, persentase biji tumbuh dari perlakuan CP 2 merupakan yang tertinggi.
Pemberian pupuk dengan cara disebar dengan asumsi tersebar secara merata pada tiap
bagian lahan, lebih tinggi efektifitasnya dibandingkan dengan pemupukan dengan
cara dilarikan atau ditugal melingkari tanaman. Kemudian, pemupukan dengan cara
disebar harus tetap sesuai dosis, secukupnya, dan tidak berlebih-lebihan.
Jumlah daun yang mulai diamati pada minggu ke-3 dari semua sampel ratarata berjumlah 7-8 helai daun. Setelahnya dapat mengalami pengurangan karena
kering dan gugur, dapat pula bertambah. Pada minggu ke-5, helaian daun kebanyakan
berjumlah 10-11 daun, tetapi ada juga sebagian yang berjumlah 9 daun. Dalam
pertumbuhan tanaman jagung, helaian daun dapat memengaruhi jumlah buah yang
akan terbentuk nantinya. Karena bonggol jagung akan terbentuk di ketiak daun. Oleh
karena itu, semakin banyak helaian daun pada tanaman jagung, jumlah bonggol
jagung yang terbentuk akan sama pula banyaknya. Akan tetapi, proses pembentukan
bonggol jagung dapat melambat atau terhambat. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah
daun yang dapat berfotosintesis secara optimal dengan cara harus mendapat sinar
matahari yang cukup. Jika banyak daun yang ternaungi, maka daun tersebut akan sulit
untuk berfotosintesis sehingga fotosintat menjadi lebih sedikit, tetapi distribusi
fotosintat harus terbagi untuk seluruh bagian tanaman tersebut, sehingga tidak cukup
untuk memenuhi proses pembentukan buah. Karena tanaman jagung merupakan salah
satu tanaman yang harus mendapat sinar matahari penuh untuk dapat tumbuh dengan
baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, adapun kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1) Pemupukan dengan cara disebar (CP 2) menghasilkan jumlah biji yang tumbuh
lebih banyak yaitu 162 tanaman dari 3 bedengan yang diberi perlakuan yang
sama.
2) Persentase biji yang tumbuh dari perlakuan CP 1 adalah 66,6%, CP 2 adalah
67,5%, dan CP 3 adalah 65%
3) Helaian daun dapat memengaruhi jumlah buah jagung yang akan terbentuk,
karena bonggol jagung terbentuk di ketiak daun. Oleh karena itu, semakin banyak
helaian daun pada tanaman jagung, jumlah bonggol jagung yang terbentuk akan
sama pula banyaknya.
5.2 Saran
Untuk pihak-pihak yang ingin menanam atau budidaya tanaman jagung
manis, kami selaku mahasiswa yang telah melaksanakan praktikum dengan
memfokuskan perlakuan dalam cara pemupukan menyarankan agar penggunaan
pupuk dalam proses budidaya tanaman jagung manis harus disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, baik itu luas lahan, jarak tanam, jumlah biji yang akan ditanam,
dan faktor-faktor tanah yang ada. Cara pemupukan dengan cara disebar, dalam
praktikum ini, menunjukan keunggulan dari segi potensi biji yang dapat tumbuh dan
lingkar batang. Untuk hasil akhir dari tanaman jagung itu sendiri, perlakuan CP 1, CP
2, dan CP 3, menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda. Keunggulan dari masingmasing sampel tidak hanya diperoleh dari hasil satu perlakuan saja, tetapi ada di
setiap perlakuan cara pemupukan.