TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEM

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN

Oleh :
KELOMPOK 2
1.

Hadrina Pratiwi H (1204950)

2.

Mersa Yulia (1204979)

3.

Pungki Elvi Marta (1204967)

4.


Shinta yunisya (1204978)

5.

Yona Yolanda (1204971)

RM 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UPP IV BUKITTINGGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang
membutuhkan sedikit pengetahuan tentang salah satu materi Psikologi Pendidikan. Materi
yang kami angkat dalam makalah ini tentang teori belajar dan penerapannya dalam
pembelajaran.
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Bukittinggi, 13 Oktober 2014
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah ......................................................................................

1

1.2 Tujuan penulisan makalah ..................................................................................

1

1.3 Rumusan masalah................................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian belajar menurut teori Behavioristik ..................................................

3


2.2 Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar Behavioristik .............................

8

2.3 Penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran ................................

9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................

11

3.2 Saran ...................................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap
benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya
sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran
merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat
tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang
di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar

kelas.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori Behavioristik.
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar Behavioristik.
3. Untuk mengetahui penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran.

1.3 Rumusan Makalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kita bahas
sebagai berikut:
1. Apa saja pengertian belajar menurut teori Behavioristik?
2. Apa saja prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar Behavioristik?
3. Apa saja penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian belajar menurut teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement)

maka

responpun

akan

semakin

kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and

Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement;
(4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark
Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik.
Tokoh aliran behaviorisme diantaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov, Thorndike,
Waston, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
1. Edward LeeThorndike
Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku
binatang sebelum tertarik pada psikologi manusia dan pertama kali mengadakan

eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan hewan kucing melalui prosedur
yang sistemati.(dalam Smith, 2010:75) . Ekseperimennya yaitu:
a. Kucing yang lapar dimasukkan ke dalam kotak kerangkeng (puzzle box)
yang dilengkapi pembuka bila disentuh.
b. Di luar diletakkan daging. Kucing dalam kerangkang bergerak kesana
kemari mencari jalan keluar, tetapi gagal. Kucing terus melakukan usaha
dan gagal, keadaan ini berlangsung terus-menerus.

c. Tak lama kemudian kucing tanpa sengaja menekan tombol sehingga tanpa
sengaja pintu kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat memakan daging
di depannya.
Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang dan pola gerakan kucing sama
saja namun makin lama kucing dapat membuka pintunya. Gerakan usahanya makin
sedikit dan efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan tingkah lakunya.
Dan akhirnya kucing dimasukkan dalam box terus dpat menyentuh tombol pembuka
(sekali usaha, sekali terbuka), hingga pintu terbuka.
2. Burrhus Frederic Skinner
Skinner dilahirkan pada 20 Mei 1904 di Susquehanna Pennylvania, Amerika
Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh dengan
kehangatan namun, cukup ketat dan disiplin.meraih sarjana muda di Hamilton
Colladge, New York, dalam bidang sastra Inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai
memasuki kuliah psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada
bidang tingkah laku hewan dan meraih doktor pada tahun 1931.
Skinner merupakan seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku
individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana
dalam lingkungan yang relatif besar.
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi

perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak
tepat. Operant Conditioningadalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung
merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak sependapat pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan
menurut skinner (dalam Budiningsih,2005:25-26) :
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)

agar ia terbebas dari hukuman.
4 Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang

kadangkala

lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus
dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seseorang siswa
perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja
melakukan kesalahan, maka hukumannya harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu
yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan
malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki
kesalahnnya, maka inilah yang disebut penganut negatif. Lawan dari penganut negatif
adalah penguat positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk
memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah,
sedangkan penganut negatif adalah dikurangi untuk memperkuat respon(dalam
Budiningsih,2005:25-26).

3. Edwin Ray Guthrie

Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Salah asatu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah
percobaannya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzle. Kemudian
kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapai dengan alat yang bila disentuh
dapat membuka kotak puzle tersebut. Selain itu, kotak tersebut juga dilengkapi
dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing di dalam kotak. Alat
tersebut menunjukkan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama
yang diasosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya ketika dia dapat keluar dari
kotak tersebut.
4. Jhon Broadus Waston
Waston adalah seorang tokoh aliran behaviorisme yang datang setelah
Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respo yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walupun ia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting.
Namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum
karena tidak dapat diamati(dalam Budiningsih,2005:22).

Waston adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Asumsinya
bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahanperubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindakan belajar. Para
tokoh aliran behaviorisme cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak
dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang
terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu
penting(dalam Budiningsih,2005:22).
5. Clark Hull
Hull berpendirian bahwa tinkah laku itu berfungsi menjaga agar oranisasi tetap
bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis dan
pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi kelangsungan hidup. Oleh Hull, kebutuhan
ddikonsepkan sebagai dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri,
dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan
primer dan karena itu mendorong timbulnya tigkah laku. Sebagai contoh, stimulus
yang dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti bunyi alat pengebor gigi, dapat
menimbulkan rasa takut, dan takut itu mendorong timbulnya tingkah laku.
Teori Hull ini, memiliki beberapa prinsip (Zalyana, 2010:126), yaitu:
a. Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki
keinginan untuk belajar).
b. Stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat
terjadi (siswa harus mempunyai perhatian).
c. Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif).
d. Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat melalui kebutuhan (belajar
harus dapat memenuhi keinginan siswa).
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behaviorisme
a.

Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviourisme terdapat
beberapa kelebihan (dalam Kamalfachri:2010) di antaranya :
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.

2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian
b.

kekurangan.
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviourisme terdapat
beberapa kelemahan (Zalyana, 2010:27-128)di antaranya :
1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar
adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat
kecuali melalu gejalanya.
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti
mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang
bersifat kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak
kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima,
mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.

2.2 Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar Behavioristik
Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar Behavioristik yaitu (dalam
Muhibbin:2003) :

1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan; Agar klien
terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya
mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan
nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan;

3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terham-batnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan;
4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau
model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung);
5. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang
diinginkan dengan sistem kontrak.

2.3 Penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of
knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Teori
behavioristik ini lebih menekankan pada hasil yang dicapai dan proses yang dilakukan.
Dalam teori ini, segala tingkah laku manusia menjadi suatu prilaku berbahsa yang
menjadi manifestasi stimulus dan respon yang dilakukan terus-menerus menjadi suatu
kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa dilakukan dengan mendahulukan
pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara daripada keterampilan lainnya,
pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara aktif dan terus menerus,
penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif, penggunaan media pembelajaran yang
memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan penutur asli, pembiasaan
motivasi sehingga berbahsa asing menjadi sebuah prilaku kebiasaan (dalam
Fachrurrazi,2010:38)

Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru,
bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai
persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata
pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi
dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode
behavioristik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah,
guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif ,
perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang
sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli di atas
dapat disempulkan bahwa:
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
3. output yang berupa respon.
4. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati.
7. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.
8. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahauan dikatagorikan
sebagai kegagalan yang perlu dihukum
9. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan
evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban
yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan belajaranya.
10. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya,
sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
11. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan pengutan
(reinforcement).
12. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah
mendahului yang lebih sulit.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita
dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada
agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali.
Budiningsih, Asri.2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Rinika
Cipta.
Fachrurrazi, Aziz dkk.2010.Pembelajaran Bahasa asing.Jakarta: Bania Publising
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Chicago: Rand Mc. Nally
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Website file:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 19
Oktober 2014.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon
Smith, Mark K. Dkk.2010.Teori Pembelajaran dan Pengajaran.Jogjakarta: Mirza
Media Pustaka
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Pakar Raya
Zalyana.2010.Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab .Pekanbaru: Almujtahadah Press