PENGINGKARAN DAN PELANGGARAN HAK ASASI M

MAKALAH
PENGINGKARAN HAK WARGA
NEGARA

Oleh:
Ilham Arifaa

(15)

UPTD SMA NEGERI 2 NGANJUK
2013/2014

Kata Peagaatar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya selaku siswa
kelas X MIA 2 SMAN 2 Nganjuk,telah melaksanakan analisis
terhadap pelanggaran hak warga negara dan pembuatan
laporan ini dengan lancar dan sebagai mana mestinya.
Laporan ini merupakan salah satu tugas bidang mata
pelajaran PKn untuk menganalisis pelanggaran hak warga
negara bila di sangkut pautkan dengan pasal 27,28,30,31,34

UUD 1945.
Saya menyadari bahwa laporan ini kurang dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak terutama Ibu guru pengajar selaku pengajar
mata pelajaran PKn saya harapkan untuk kesempurnaan
laporan ini.
Dengan terlaksananya penyusunan dan pembuatan
laporan ini, maka saya berharap telah memenuhi tugas PKn
dalam analisis pelanggaran hak warga negara dan
mendapatkan nilai yang baik. Serta bermanfaat bagi pembaca.

Nganjuk, Februari 2014

Penyusun

Daftar Isi:
Kata
Peagaatar..........................................................
........... (i)
Daftar

Isi......................................................................
......... (ii)

BAB I:
Peadahuluaa...................................
. (1)
1. Latar Belakang
Masalah..........................................................

(1)

2. Rumusan
Masalah...................................................................
(2)
3. Tujuan & Manfaat
laporan......................................................

(2)

BAB II:

Pembahasaa...................................
.(3)
1. Pengertian Pelanggaran Hak Warga
Negara...................................... (3)
2. Bentuk Pelanggaran Hak Warga Negara...............................
...........
(4)

3. Contoh Kasus yang Dikaitkan dengan Beberapa Pasal UUD
1945.....
(4)
4. Solusi dari Kasus-kasus Pelanggaran Hak Warga
Negara.................
.
(7)

BAB III:
Peautup.........................................
.(9)
1. Kesimpulan..............................................................................

........... (9)
2. Daftar
Pustaka....................................................................................
(9)

BAB I:

PENDAHULUAN

1. Latar Belakaag Masalah

Pada dasarnya penetapan hak warga negara adalah hal
mutlak yang harus mendapat perhatian khusus dari negara
sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Pengakuan Hak
sebagai warga negara indonesia dalam konsepnya mendorong
terciptanya suatu masyarakat yang tertata baik. Namun dalam
praktik atau kenyataannya hak warga negara justru hanya
dijadikan slogan pemerintah untuk menarik simpati warga
negara dan diajak untuk “bermimpi” bisa mendapatkan


pengakuan akan hak – hak tersebut secara utuh. Misalnya saja
hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang
layak. Tentunya jika melihat kondisi rakyat di negara Indonesia
ini, hal itu hanya menjadi impian semata. Pengakuan hak hanya
untuk warga negara yang mampu membeli hak – hak tersebut
dengan uang, jabatan dan kekuasaan. Sedangkan untuk rakyat
yang kurang beruntung kehidupannya hanya bisa menunggu
kapan mereka dioerhatikan kesejahteraannya atau menunggu
berubahnya kebijakan pemerintah yang lebih memihak kepada
mereka.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap warga Negara
dijamin haknya oleh pemerintah sesuai dengan yang tercantum
dalam UUD 1945. Namun seperti yang kita ketahui dan kita
rasakan. Hingga saat ini masih banyak perilaku yang dianggap
merupakan pelanggaran terhadap hak warga Negara, baik oleh
Negara ataupun warga Negara lainnya.
Memang didalam pelaksanaannya ada kecenderungan
lebih mengutamakan hak - hak daripada kewajiban –
kewajiban asasi warga negara. Ada kecenderungan menuntut

hak – hak yang berlebihan sehingga merugikan orang lain.
Penuntutan hak – hak yang berlebih – lebihan atau tanpa batas
akan merugikan orang lain yang memiliki hak yang sama. Oleh
sebab itu, pelaksanaan hak – hak warga negara perlu dibatasi,
akan tetapi tidak dihilangkan atau dihapuskan.

2. Rumusaa Masalah
Kita telah mengetahui bahwa seorang warga negara
yang baik harus mentaati segala peraturan yang berlaku. Itu
merupakan salah satu wujud dari kewajiban kita sebagai warga
negara yang baik, dan jika telah memenuhi kewajiban tentunya
kita akan mendapatkan hak, dan hak yang kita dapatkan ini
harus kita manfaatkan dengan baik, dan tidak kita salah
pergunakan. Selanjutnya rumusan masalah dari bab yang
dibahas sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.


Apa saja kasus pelanggaran hak warga negara?
Apa saja kelompok kasus pelanggaran hak warga
negara?
Bagaimana analisis kasus pelanggaran hak warga
negara dari segi pasal 27, 28, 30, 31, 34 UUD 1945?
Apa solusi dari kasus-kasus pelanggaran hak warga
negara tersebut?

3. Tujuaa & Maafaat Laporaa
Dalam setiap pembuatan laporan tentu ada tujuan dan
manfaat dari pembuatan laporan ini. Adapun tujuan dan
manfaatnya, yaitu:
1.
2.
3.

4.

Mengetahui kasus-kasus pelanggaran hak warga

negara.
Mengetahui tentang kelompok dan bentuk kasus
pelanggaran hak warga negara.
Mampu menganalisis kasus pelanggaran hak warga
negara dari segi pasal 27,28,30,31,34 dengan baik dan
benar.
Mengetahui
solusi-solusi
mengenai
kasus-kasus
pelanggaran hak warga negara.

BAB II:PEMBAHASAN
1. Peagertiaa Pelaaggaraa Hak Warga Negara

Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sebetulnya karena
terjadinya pengabaian terhadap kawajiban asasi. Sebab antara
hak dan kawajiban merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Bila ada hak pasti ada kewajiban, yang satu mencerminkan
yang lain. Bila seseorang atau aparat negara melakukan

pelanggaran
HAM,
sebenarnya
dia
telah
melalaikan
kewajibanya yang asasi. Sebaliknya bila seseorang/kelompok
orang atau aparat negara melaksanakan kewajibanya maka
berarti dia telah memberikan jaminan terhadap hak asasi
manusia. Sebagai contoh di negara kita sudah punya UU No.9
tahun 1998 berkenaan dengan hak untuk menyampaikan
aspirasi secara lisan dan tertulis. Disatu sisi undang-undang
tersebut merupakan hak dari seseorang warga negara, namun
dalam penggunaan hak tersebut terselip kewajiban yang perlu
diperhatikan. Artinya seseorang atau kelompok yang ingin
berunjuk rasa dalam undang-undang tersebut harus memberi
tahu kepada pihak keamanan (Polisi) paling kurang 3 hari
sebelum hak itu digunakan.
Hal ini dimaksudkan untuk menghormati hak orang lain
seperti tidak mengganggu kepentingan orang banyak, mentaati

etika dan moral sesuai dengan budaya bangsa kita. Contoh
lain, dalam lingkungan kampus dapat saja terjadi mahasiswa
yang melakukan kegiatan seperti diskusi yang bebas
mengemukakan pendapat tetapi mereka dituntut pula
menghormati hak-hak orang lain agar tidak terganggu. Begitu
pula kebebasan untuk mengembangkan kreativitas, minat dan
kegemaran (olah raga, kesenian, dll) tetapi hendaklah
diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu kegiatan
lain yang dilakukan oleh mahasiswa atau warga kampus
lainnya yang juga merupakan haknya. Banyak contoh lain
dalam lingkungan kita baik di kampus maupun di dalam
masyarakat yang menuntut adanya keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Untuk itu marilah kita laksanakan apa yang
menjadi hak dan kewajiban kita dan itu termuat dalam
berbagai aturan/norma yang ada dalam negara dan
masyarakat.

2. Beatuk Pelaaggaraa Hak Warga Negara
Ada beberapa bentuk pelanggaran hak warga negara,
adapun yang termasuk pelanggaran hak warga negara

menurut UU yaitu:
1.
2.

3.

4.

5.

Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga
stabilitas, tanpa berdasarkan hukum.
Pengeterapan budaya kekerasan untuk menindak
warga masyarakat yang dianggap ekstrim yang dinilai
oleh pemerintah mengganggu stabilitas keamanan
yang
akan
membahayakan
kelangsungan
pembangunan.
Pembungkaman
kebebasan
pers
dengan
cara
pencabutan SIUP, khususnya terhadap pers yang dinilai
mengkritisi kebijakan pemerintah, dengan dalih
mengganggu stabilitas keamanan.
Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap
pemerintah, karena takut dicurigai sebagai oknum
pengganggu stabilitas atau oposan pemerintah
(ekstrim), hilangnya rasa aman demikian ini merupakan
salah satu bentuk pelanggaran hak asasi warga negara.
Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta
menyatakan pendapat, karena dikhawatirkan akan
menjadi oposan terhadap pemerintah.

3. Coatoh Kasus yaag Dikaitkaa deagaa
Beberapa Pasal UUD 1945
Banyak sekali kasus yang mengenai pelanggaran hak
warga negara,Berikut lebih jelasnya:
1.

Hukuman Mati

Kontroversi hukuman mati sudah sejak lama ada di
hampir seluruh masyarakat dan negara di dunia. Indonesia
pun tak luput dari kontroversi ini. Sampai hari ini pihak
yang pro hukuman mati dan yang kontra hukuman mati
masih bersilang sengketa. Masing-masing datang dengan
rasional dan tumpukan bukti yang berseberangan, dan
dalam banyak hal seperti mewakili kebenaran itu sendiri.
Seharusnya kontroversi itu berakhir ketika UUD 1945
mengalami serangkaian perubahan. Dalam konteks

hukuman mati kita sesungguhnya bicara tentang hak-hak
asasi manusia yang dalam UUD 1945 setelah perubahan
masuk dalam Bab XA. Pasal 28A dengan eksplisit
mengatakan: “Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dankehidupannya”.
Jadi, ‘hak untuk hidup’ atau ‘the right to life’ adalah hak
yang paling mendasar dalam UUD 1945. Hak untuk hidup
ini adalah puncak hak asasi manusia yang merupakan
induk dari semua hak asasi lain. Secara keseluruhan contoh
kasus ini sesuai dengan pasal 28A-28J, dan pasal 27 UUD
1945. Secara keseluruhan contoh kasus ini paling sesuai
dengan pasal 28 A,28 B,28 G,28 H,28 I mengenai hak untuk
hidup dan tidak disiksa yang merupakan hak asasi
manusia.
2.

PILKADA

Semestinya ajang pemilihan kepala daerah (pilkada)
menjadi wadah yang menghidupkan demokrasi lokal
dengan berfungsinya organ-organ politik di daerah. Meski
demikian, sepanjang sejarah penyelenggaraan pilkada di
Indonesia, ternyata sarat pelanggaran hak wargaNegara.
Salah satu penyebabnya adalah kebebasan yang
terlalu
meluas
demikian
cepat
menyebabkan
membanjirnya partisipasi dalam pencalonan kandidat
kepala daerah, sementara ruang kompetisi sangat ketat
dan terbatas.
Lagi pula, bayang-bayang potensi kekuasaan dan
kekayaan yang amat menjanjikan dari jabatan kepala
daerah menarik minat banyak kandidat, sementara
kebanyakan dari mereka tidak memiliki integritas moral
dan kapasitas keahlian yang memadai. Karena itu,tidak
jarang cara-cara licik dan premanisme politik,entah sengaja
atau
terpaksa,digunakan
dalam
politik
perebutan
kekuasaan.Di sinilah pelanggaran Hak warga Negara kerap
terjadi. Secara keseluruhan contoh kasus ini paling sesuai
dengan pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi ’’Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan..” serta pasal 28 G.

3.

Email Berujung Bui

Kasus yang menimpah Prita Mulyasari cukup
menarik.Sebetulnya bukan termasuk besar, tetapi rupanya
ada
konspirasi
yang
membesar-besarkan.
Kasus
ini bermula dari kejadian ” Curhat ” dan bersifat pribadi
dari korban ( pasien ) di RS Omni Internasional atas
dampak
pengobatan
yang
mengakibatkan
korban
mengalami luka tambahan dari luka lama. Curhat tersebut
dia ungkapkan kepada sahabatnya via email. Artinya si
Prita dapat disebut sebagai pihak ” Konsumen ” dari
penyedia jasa layanan usaha RS Omni tersebut. Sebagai
konsumen Prita punya hak menyampaikan unekunek ketidakpuasannya terhadap pelayanan penyedia jasa
dan itupun dilindungi Undang – Undang nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen. Penegakan hukum
terhadap Prita jelas-jelas melanggar Haknya Sebagai Warga
Negara, Polres dan Kajari Tangerang dapat dituntut balik
beserta Rumah sakitnya, demi nama baik dan kerugian
yang diderita ibu 2 orang anak Balita ini. Secara
keseluruhan contoh kasus ini paling sesuai dengan pasal 27
dan 28, 28 F UUD 1945 mengenai segala warga negara
kedudukannya sama dihadapan hukum dan setiap orang
berhak untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan.
4.

Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada
12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi
menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang

tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafdin
Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di
dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat
vital seperti kepala, leher, dan dada.
Tragedi ini jelas merupakan pelanggaran HAM dan Hak
Warga Negara khususnya. Secara keseluruhan contoh
kasus ini paling sesuai dengan pasal 28 A,28 B,28 C,28
D,28 F,28 G,28 H,28 I mengenai hak untuk hidup,
memperjuangkan
haknya
secara
kolektif
untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negara serta tidak
disiksa yang merupakan hak asasi manusia.

5. Penggusuran Rumah
Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi
setiap tahun. Tata ruang kota selalu menjadi alasan bagi
pemerintah untuk melakukan kebijakan yang merugikan
bagi sebagian warga kota itu.Kebijakan pemerintah
melakukan penggusuran ini dinilai sebagai bentuk
pelanggaran Hak Warga Negara. Secara keseluruhan
contoh kasus ini paling sesuai dengan pasal 28 A, 28 B, 28
H, 31 dan 34 UUD 1945.

5. Solusi dari Kasus-kasus
Warga Negara

Pelaaggaraa

Hak

Indonesia menganut paham kekeluargan yang tidak
memperbolehkan diskriminasi dalam bentuk apapun dan atas
dasar apapun. Kita tidak mempertentangkan antara mayoritas
dan minoritas. Yang kita dambakan adalah kerukunan,
keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Memang dalam
suatu masyarakat akan dapat terjadi benturan dalam
kehidupan yang berkembang dan dinamis, namun kita tidak
dapat membiarkan konfik itu timbul dan berkembang tanpa
terkendali.
Kita
usahakan
penyelesaiannya
dengan
memperhatikan aspirasi dan kepentingans semua pihak, tanpa
ada yang merasa menang atau merasa kalah, dan tidak ada
yang merasa dimenangkan dan dikalahkan.

Pelanggaran-pelanggaran Hak Warga Negara di Indonesia
selama ini, dan sulitnya melakukan penyelesaian disebabkan
karena kurangnya peraturan perundang-undangan yang
memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaiannya.
Semenjak reformasi telah ada peraturan perundang-undangan
yang memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaian
masalah yang sehubungan dengan HAM ataupun Hak Warga
Negara diantaranya adalah Undang-undang No. 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan UU No. 9 tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.

Pembentukan lembaga yang mengurus Hak Warga Negara
dan pelanggarannya juga merupakan upaya yang memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Lembaga-lembaga
tersebut diantaranya KOMNAS HAM, pusat-pusat/Lembaga
Kajian HAM yang terbentuk di berbagai daerah, LSM dan
sebagainya. Lembaga-lembaga ini di samping berupaya
mensosialisasikan peraturan-peraturan tentang HAM juga
menerima pengaduan-pengaduan pelanggaran HAM dan Hak
Warga Negara dan meneruskan kepada lembaga yang
berwenang untuk memprosesnya. Upaya yang dilakukan
selama ini terkendala oleh beberapa faktor diantaranya
kurangnya perangkat hukum, kurangnya bukti-bukti yang
lengkap dan keterbatasan penegak hukum. Oleh karenanya
bila telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia ataupun hak
warga negara maka secepatnyalah hal ini dilaporkan kepada
yang berwenang.
Upaya yang sangat menentukan perlindungan terhadap
pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara adalah melalui
peradilan. Peradilan yang kuat akan memberikan perlindungan
yang baik terhadap Hak Warga Negara dan berdampak positif
terhadap
tindakan-tindakan
yang
menjurus
kepada

pelanggaran Hak Warga Negara. Untuk mendukung itu
sekarang sudah ada undang-undang tentang pengadilan hak
asasi manusia yaitu Undang-Undang No. 26 tahun 2000.
Undang-undang itu menetapkan disetiap daerah kabupaten
atau kotamadya ada pengadilan HAM yang mengurusi Hak
Warga Negara. Pelaksanaan peradilan HAM juga perlu
dukungan penyidik yang berusaha untuk mencari bukti-bukti
yang kuat tentang pelanggaran Hak warga Negara tersebut.
Bantuan kita bersama dalam memberikan data (bukti) adalah
langkah baik untuk tegaknya HAM di negara Indonesia
khususnya Hak Warga Negara.
Lembaga-lembaga pendidikan juga berperan dalam
memberikan perlindungan terhadap HAM. Lembaga-lembaga
pendidikan terutama lembaga pendidikan formal memberikan
pengetahuan dan kesadaran kepada pelajar, siswa atau
mahasiswa tentang hak asasi manusia, prosedur yang harus
ditempuh bila mengetahui adanya pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Kepedulian terhadap hak asasi sudah berarti
menekan peluang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.

BAB III: PENUTUP
1. Kesimpulaa
Dari materi yang sudah saya sampaikan kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa setiap warga negara wajib
menerima haknya sebagai warga negara setelah menjalankan
kewajibannya. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia
sebetulnya karena terjadinya pengabaian terhadap kawajiban
asasi. Sebab, antara hak dan kawajiban merupakan dua hal
yang tak terpisahkan. Bila ada hak pasti ada kewajiban, yang
satu mencerminkan yang lain. Bila seseorang atau aparat
negara melakukan pelanggaran HAM, sebenarnya dia telah
melalaikan kewajibanya yang asasi. Sebaliknya bila seseorang/
kelompok
orang
atau
aparat
negara
melaksanakan

kewajibanya maka berarti dia telah memberikan jaminan
terhadap hak asasi manusia.
Pembentukan lembaga yang mengurus Hak Warga Negara
dan pelanggarannya juga merupakan upaya yang memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Lembaga-lembaga
tersebut diantaranya KOMNAS HAM, pusat-pusat/Lembaga
Kajian HAM yang terbentuk di berbagai daerah, LSM dan
sebagainya.

2. Daftar Pustaka
https://www.google.com/
http://nurulhidayatunnisa.blogspot.com/2011/06/pelanggaran-hak-warganegara-dan.html
http://www.beritakaget.com/arsip/contoh-kasus-yang-pelanggaran-hakwarga-negara-kasus-tkw.html
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCUQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fnurulhidayatunnisa.blogspot.com
%2F2011%2F06%2Fpelanggaran-hak-warga-negaradan.html&ei=VqsGU5m4DcHIrQeWi4GoCw&usg=AFQjCNEFOvq5qbz5q_130
d61MK-YQURRTA&bvm=bv.61725948,d.bmk
https://www.google.com/search?output=search&sclient=psyab&q=pelanggaran+hak+warga+negara&btnG=