TEMBAK DITEMPAT DAN HAK ASASI MANUSIA

TEMBAK DITEMPAT DAN HAK ASASI MANUSIA
Masril
Fakultas Syariah IAIN Bengkulu
Abstract: Shooting on sight and Human Right. The practice of shooting on sight was implemented
in the past, Indonesia is a consitutional country (rechstaat) and not authoritarian country (machstaat).
The Dead Penalty in Indonesia is mentioned in article 10 KUHP, and was implemented, but the
process should be implemented in the sense of presumption of innocence, initiated by investigation
and ended with binding decisions. Is the present practice of shooting on sight whether in accordance
with the law? In addition, do not violate the human right. The practice of law in constitutional country
such as Indonesia should be guaranteed.
Keywords: shooting on sight, human right, state law
Abstrak: Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia. Praktek tembak ditempat (PTT) pernah
terlaksana di Indonesia, Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machtstaat). Hukuman mati di Indonesia ada (pasal 10 KUHP) dan pernah dilaksanakan,
namun prosesnya berdasarkan hukum yang ada dan berlaku sesuai dengan asasnya diantara asas
praduga tak bersalah, yakni dimulai dari penyidikan dan diakhiri dengan suatu putusan yang mengikat.
Praktek tembak ditempat apakah telah sesuai dengan hukum, sehingga tidak melanggar hak dan asasi
manusia yang ada pada manusia tersebut. Hukum membatasi hak asasi manusia, karena kepastian hak
asasi manusia lebih terjamin dalam negara hukum.
Kata Kunci: Tembak di Tempat. Hak asasi, Praduga Tak Bersalah, Negara Hukum.


dong2. Hal senada juga hampir setiap tahun

Pendahuluan
Kita masih ingant dengan kejadian

adanya pernyataan yang hampir sama,

akhir tahun 1983 dan awal tahun 1984

terutama

menjaga

ketertiban

terhadap

(harian Republika), yakni dengan adanya

bajing loncat pada waktu mau lebaran,


Petrus (Penembakan misterius) terhadap

misal di Bengkulu, Kapolda: Perampok

para penjahat atau mematikan penjahat

tembak ditempat. Jamin pemudik aman

tanpa putusan pengadilan . Kemudian pada

lintas Biduriang3, kemudian begal tembak

harian yang sama menuliskan, praktek

ditempat4Memang kita sadari bahwa polisi

tembak ditempat (PTT), hal ini tidak

dalam menjalankan tugasnya mempunyai


terlepas dengan apa yang diucapkan oleh

hak untuk melumpuhkan orang yang mau

Kapolri

Republik

ditangkap bila orang yang bersangkutan

Indonesia), waktu itu Bapak Mayjend

mengadakan perlawanan atau melarikan

Polisi Dibyo Widodo tentang situasi gawat,

diri,

1


(kepala

kepolisian

namun

demikian

ada

standar

kalau penjahat melawan ya kita tembak
2

.Ibid h 1
.Harian Raknyat Bengkulu, Sabtu 26 Juli 2014,
h.25
4

. Berita berjalan metro TV jam 15.30 tanggal 16
Maret 2015
3

1

.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H 5
kolom 5

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

operasinya

(SOP).

bisa

sesuai dengan salah satu asas yang

dikatakan suatu usaha prepentif terhadap


terkandung dalam sistim hukum pidana

kejahatan.

kita, yakni asas praduga tak bersalah7,

Masih

pada

Hal

sama

dengan arti kata kepada tersangka yang

tentang

akan dieksekusi terhadap kesalahannya


membasmi kejahatan V.S tegakan hak

harus ada suatu proses peradilan, walaupun

asasi manusia, dimana dari 191 responden,

tersangka sudah sering melakukan tindak

32,2 % responden memilih bahwa PTT

pidana

(praktek

bukanlah

residifis dan putusan yang dimaksud

melngar hak asasi manusia dan sebaliknya


diucapkan dalam sidang terbuka untuk

penjahatlah yang melakukan pelanggaran

umum dan akhirnya putusan tersebut

(Repulika),

harian

diatas

dengan

tembak

yang

judul


ditempat)

5

hak asasi manusia . Terakhir baru-baru ini

(keluar

masuk

penjara)

atau

mempunyai kekuatan hukum mengikat.

(awal tahun 2015 hampir semua media
elektronik
terhadap


dan

cetak

hukuman

membicarakan

mati

yang

Asas Praduga Tak Bersalah

telah

Ini adalah suatu asas yang dianut

dieksekusi, namun kedua hal ini tidak sama


dalam hukum acara pidana kita (UU No. 8

prosesnya dan berbeda posisinya.

Tahun 1981), yang diambil (adopsi) dari

Negara Indonesia adalah Negara
Hukum (rechtstaat) dan bukanlah negara
atas

kekuasaan

dengan

arti

belaka

pokok

kekuasaan

kehakiman (UU no. 14 tahun 1970) yang
diperbaiki

dengan
tentang

UU

No.4

Tahun

negara

dalam

2004.(UU

pemerintahan

selalu

kemudian diganti dengan UU No.48 Tahun

berdasarkan hukum, termasuk diantaranya

2009. Hal ini merupakan yang baru dalam

tentang

baru

Hukum Acara Pidana kita dan merupakan

dikatakan bersalah melanggar suatu delik

salah satu dari sekian banyak hal.yang

hukum setelah adanya putusan pengadilan

melatar belakangi perubahan dari HIR ke

yang

KUHAP

melaksanakan

kata

(machtstaat)6,

Undang-undang

peradilan.

menyatakan

Seseorang

kesalahannya

dan

putusan mana telah mempunyai kekuatan
hukum mengikat atau inkrach, hal ini
5
6

. Lokcit h 1
. Pada UUD 1945 yang belum diamandemen hal
ini dicantumkan dalam penjelasan umum,
bahagian sistem pemerintahan negara bahagian I
angka 1 Negara Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat) dan dalam UUD
1945 yang telah diamandemen dicantumkan
dalam pasal 1 ayat 3, yang berbunyi Negara
Indonesia adalah negara hukum

Kehakiman)

dan

Yang dimksud dengan asas Praduga
Tak
7

Bersalah

ini

(Pramsumtion

of

Dalam undang-undang pokok-pokok kekuasan
kehakiman (UU No.4 tahun 2004), pasal 8
merumuskan, setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan
didepan pengadilan wajib dianggab tidak bersalah
sebelum adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan dalam penjelasan pasal
tersebut dinyatakan cukup jelas

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

innonsen.)

adalah

menyebutkan

suatu

seorang

asas

yang

yang

disangka

Proses Persidangan Sampai Dengan
Adanya Putusan Tetap

melakukan tindak pidana dianggap tidak

Dalam hukum pidana Indonesia ada

bersalah sebelum adanya suatu putusan

dikenal dengan tindak pidana umum dan

pengadilan

mempunyai

ada tindak pidana khusus. Dalam tindak

kekuatan mengikat (inkracht) terhadap

pidana umum suatu kasus pidana harus

perbuatan yang disangkakan kepadanya.

didahului proses oleh penyidik, yakni

Suatu putusan dikatakan

inkrach adalah

penyidik sebagaimana yang terdapat dalam

suatu putusan yang dikeluarkan oleh

KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum

pengadilan

yang

Acara Pidana ) atau undang-undang No. 8

dilaksanakan sesuai ketentuan, dimana

Tahun 1981, sedangkan terhadap tindak

putusan tersebut telah bisa di eksekusi atau

pidana yang terdapat diluar KUHP (Kitab

dilaksanakan sesuai dengan amar putusan.

Undang-undang Hukum Pidana) atau yang

Putusan yang mempunyai kekuatan hukum

sering

mengikat ini bisa terjadi pada putusan

khusus, seperti tindak pidana korupsi boleh

Pengadilan Negeri atau pada putusan

dilakukan

Pengadilan Tinggi (putusan banding) atau

penyidik dari Kejaksaan atau pnyidik dari

pada putusan Kasasi di Mahkamah Agung.

KPK (komisi pemberantasan korupsi).

Putusan pengadilan negeri mempunyai

Jadi dalam tindak pidana umum harus

kekuatan hukum mengikat bila telah liwat

dimulai proses berita acara pemerikasaan

dari 7 (tujuh) hari semenjak salinan

(BAP) dari penyidik polisi, stelah itu baru

putusan diterima oleh terdakwa atau pada

dilimpahkan

ke

sidang yang dihadiri oleh terdakwa belum

penununtut

umum

mempelajari

lewat 7 hari semenjak putusan tersebut

membuat

surat

dakwaan

diucapkan, dengan arti kata terdakwa tidak

dilimpahkan kePengadilan untuk diminta

mempergunakan haknya dalam bidang

disidangkan dan diputuskan.

hukum

yang

telah

dalam

untuk

selanjutnya

persidangan

banding,

dengan

dengan

oleh

tindak

penyidik

polisi

kejaksaan,

pidana

atau

Jaksa
dan
untuk

begitupun

Penyidik dalam melakukan tugasnya

banding

untuk membuat berita acara pemeriksaan

putusan

maupun kasasi.

ada

disebut

berdasarkan ketentuan undang-undang dan

Dengan arti kata pada asas ini tidak

menyerahkan berkas perkara ke Penuntut

pemidanaan

umum (pasal 8 ayat 2 KUHAP)8dan

atau

eksekusi

yang

mendahului putusan pengadilan, apalagi
tembak

ditempat

sebagaimana

disinggung pada pendahuluan.

yang

8

Pasal 8 KUHAP merumuskan (1) Penyidik
membuat berita acara tentang pelaksanaan
tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam
undang-undang ini, (2) Penyidik menyerahkan

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

penuntut umum mempelajari berkas yang

dimaksud dengan konpentensinya adalah

dilimpakan oleh penyidik tersebut tentang

tentang pengadilan yang berwenang untuk

telah

BAP

mengadilinya, misal antara pengadilan

tersebut. Tindakan mempelajari tersebutlah

negeri Bengkulu dengan pengadilan negeri

yang sering disebut dengan prapenuntutan.

Seluma mana yang berwenang.

sempurna

atau

belumnya

Bila menurut penuntut umum menganggap

Setelah pengadilan negeri menerimah

BAP yang dilimpahkan oleh penyidik

limpahan perkara dari penuntut umum,

kepadanya ada kekurangan, maka penuntut

maka

umum mengembalikan kepada prnyidik

mempelajarinya (termasuk mempelajari

untuk dilengkapi sesuai dengan petunjuk

kewenangannya untuk mengadili (pasal

yang diminta oleh Jaksa penuntut umum

147,148 KUHAP).11Bila pengadilan yang

serta tenggang waktu yang diberikan oleh

bersangkutan merasa berwenang untuk

undang-undang.9 Dan setelah itu penyidik

mengadilinya,

mengembalikan kepada penuntut umum

negeri membentuk majelis hakim yang

dengan tenggang waktu yang ditentukan

akan menanganinya, ketua pengadilan

oleh undang-undang, selanjutnta penuntut

negeri

umum

mengadili bila ia termasuk dalam majelis

membuat

surat

dakwaan

dan

ketua

juga

pengadilan

maka

negeri

ketua pengadilan

mempunyai

hak

untuk

kemudian dilimpahkan kepengadilan yang
sesuai

dengan

disidangkan

dan

kompentensinya

untuk

diputuskan.10

Yang

berkas perkara kepada penuntut umum, (3)
Penyerahan
berkas
perkara
sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dilakuka: a.Pada tahap
pertama hanya menyerahkan berkas perkara, b
Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai
penyidik menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut
umum.
9
. Pasal 138 KUHAP merumuska (1).Penuntut
umum setelah menerima hasil penyidikan dari
penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan
dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukannya
kepada penyidik apakah hasil penyidikan tersebut
sudah lengkap atau belum. (2) Dalam hal hasil
penyidikan belum lengkap, penuntut umum
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik
disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan
untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas
hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas
perkara itu kepada penuntut umum.
10
Pasal 84 KUHAP merumuskan (1) Pengadilan
berwenang mengadili segala perkara mengenai
tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya. (2) Pengadilan negeri yang didalam

daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal,
berdiam terakhir, ditempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara
terdakwa tersebut, apabila sebahagian tempat
saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang dalam daerah tindak
pidana itu dilakukan. (3). Apabila seorang
terdakwa melakukan beberapa tindak pidana
dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri,
maka tiap pengadilan tersebut masing-masing
berwenang untuk mengadili perkara pidana itu.
(4). Terhadap beberapa perkara pidana yang satu
sama lain ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh
seorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan
negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan
negeri, dengan ketentuan dibuka kemungkinan
penggabungan perkara tersebut.
11
.Pasal 147 KUHAP merumuskan, Setelah
pengadilan negeri menerimah surat pelimpahan
perkara dari penuntut umum, ketua mempelajari
apakah perkara itu termasuk wewenang
pengadilan yang dipimpinnya. pasal 148 KUHAP
merumuskan (1). Dalam hal ketua pengadilan
berpendapat bahwa perkara pidana itu tidak
termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinya,
tetapi termasuk wewenang pengadilan negeri
lainnya ia menyerahkan surat pelimpahan perkara
tersebut kepada pengadilan negeri lainnya yang
dianggap berwenang mengadilinya dengan surat
penetapan yang memuat alasannya.

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

tersebut.

Majelis

menentukan

inilah

hari

yang

sidang

akan
dan

maka putusan bisa dilaksanakan (eksekusi)
sesuai dengan amarnya.

memberitahukan kepada Jaksa Penuntut
umum untuk bersidang dan menghadirkan

Hak Azasi Manusia

tersangka sesuai dengan undang-undang.
Hakim
terdakwa

dalam
biasanya

menyidangkan

perumusan

hak

asasi

manusia sampai sekarang belum ada suatu

dalam

defeniisi yang standar (baku), setiap orang

beberapa kali persidangan dan juga sangat

mengemukakan defenisi yang berbeda dan

tergantung dengan jumlah saksi dan berat

sangat tergantung dari sudut pandang

ringannya suatu kasus. Setelah kasus ini

seseorang. Dan bila dilihat dari beberapa

diputus

defenisi

oleh

berjalan

Mengenai

hakim

dalam

suatu

yang

ada

pada

hakekatnya

persidangan, maka putusan tersebut belum

membicarakan hak yang ada pada manusia

mempunyai kekuatan hukum, karena masih

sebagai machluk hidup.

ada hak terdakwa yang harus diberikan

Prof.Darji Darmo Diharjo memberikan

sesuai dengan ketentuan undang-undang12.

pengertian bahwa hak azasi adalah hak-hak

Tenggang waktu yang diberikan oleh

dasar yang dibawa manusia semenjak lahir

undang-undang untuk menyatakan banding

sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa14,

tersebut

adalah13tujuh

setelah

sedangkan A. Mansur Efendi, memberikan

diucapkan. Bila waktu yang diberikan telah

defenisi, bahwa hak azasi manusia adalah

liwat, maka hak terdakwa untuk banding

hak milik bersama umat manusia yang

gugur dan terdakwa telah berubah menjadi

diberikan

terpidana

Begitupun

hidup15. Dari dua pengertian diatas dapat

selanjutnya dengan putusan banding dan

ditarik suatu kesimpulan bahwa hak asasi

kasasi.

inkrah

manusia adalah hak yang diberikan oleh

(mempunyai kekuatan hukum mengikat)

Tuhan atau hak asasi manusia adalah

(bersalah).

Bila

putusan

hari

telah

oleh

Tuhan

untuk

selama

manivestasi hak istimewa manusia yang
12

.Pasal 67 KUHAP merumuskan terdakwa atau
penuntut umum berhak untuk minta banding
terhadap putusan pengadilan tingkat pertama
kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat. Permintaan
banding tersebut dapat diajukan kepengadilan
tinggi (lihat pasal 233 ayat 1 KUHAP).
13
Pasal 233 ayat 2 merumuskan hanya permintaan
banding sebagaimana dimksud pada ayat 1 boleh
diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam
waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa
yang tidak hadir sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 196 ayat (2) KUHAP

dibawah semenjak lahir sehingga tidak
dapat tidak harus berada pada manusia atau
tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Namun

dalam

perkembangan

selanjutnya mungkinkah hak-hak dasar

14

Bp 7 Pusat. Bahan penataran P.4 Undang-undang
Dasar 1945 h. 20, 21,BP.7 1994
15
Efendi Masyhur. Tempat hak asasi manusia
dalam hukum Internasional / Nasional halaman
20. Alumni Bandung 1980.

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

yang diperoleh semenjak lahir tersebut

(kondisi), yakni bidang politik, karena

dapat

dalam

hukum lahir adalah karena kesepakatan

kenyataannya antara orang yang satu

politik di lembaga negara kita (DPR)16dan

dengan yang lainnya memandang hak

politik dalam prakteknya dibatasi oleh

dasar

lahir

hukum. Dalam prakteknya adakalanya

lingkungan

politik dengan hukum serta hak asasi

keberadaan sangat berbeda, shingga apa

manusia berjalan seiringan dan adakalanya

yang dikatakan oleh Thomas Hobbes

berlawannan arah. Bila terjadi berlawanan

manusia yang satu adalah serigala bagi

arah (politik, hukum dan hak asasi

manusia lainnya (hommo homini lupus)

manusia) sering dimenangkan oleh politik,

dan untuk itulah dibuat suatu aturan atau

misal kasus polisi dan KPK jilit pertama

hukum yang mengatur tentang kehidupan

(kasus cicak dan buaya dll) dimenangkan

manusia dan pembatasannya dan yang

oleh

melanggar

dikenakan

A.Mansyhur Efendi, dimana persoalan hak

sanksi, sehingga manusia tidak bebas lagi

asasi manusia menjadi cukup komplek

untuk mempergunakan haknya demi untuk

aplikasinya, karena hak asasi manusia

kehidupan bersama. Hak mana diatur oleh

dimasuki

dipertahankan,

yang

tersebut

dibawah

berbeda,

aturan

sebab

semenjak

apalagi

tersebut

politik.

Sebagaimana

unsur-unsur

dikatakan

politik

masing-

17

suatu aturan. Dalam konsep negara hukum,

masing negara .Dari kenyataan antara

hukum harus diperhatikan, karena hukum

hukum, politik dan hak asasi manusia akan

merupakan panglima dan dengan hukum

selalu ditentukan oleh politik negara.

kepastian jaminan tentang hak asasi lebih

Dengan demikian aplikasi (perujudan)

terjamin dan mana yang merupakan hak

pelaksanaan hak asasi manusia itu akan

asasi dan mana yang tidak telah diatur

berbeda pada masing-masing negara dan

secara legalitas dalam hukum, sehingga

juga sangat tergantung kepada paham

antara hak asasi dan hukum tak dapat

negara yang bersangkutan. Aplikasi dari

dipisahkan,

hak

sebab

menjamin

tentang

tersebut,

hukumlah

hukumlah

yang

pelaksanaan

hak

manusia

pembangunan

dipengaruhi

politik

negara

oleh
yang

menjamin

bersangkutan (misal tentang hukuman mati

hak-hak

di Australia yang sekarang menghapuskan)

tersebut, dengan demikian hukum secara

kemudian dari politik suatu negara akan

formilnya

tergambar

pengaturan

yang

asasi

penyelenggaraan

telah

mengatur

atau

menyelenggarakan hak asasi tersebut.
Kalau dilihat dari kenyataan bahwa

dalam

sifat

dan

bentuk

pemerintahan negara tersebut. Apabila
negara yang bersangkutan negara hukum,

persoalan hak asasi atau menegakkan hak
16

asasi akan tertumpu pada suatu areal

17

Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 DPR membuat UU.
Loksid 17

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

maka segala sesuatunya dalam urusan

menjamin tentang pelaksanaan hak, dalam

negara harus berdasarkan hukum. Bahwa

hal ini hak yang searah atau seirama

hukum yang baik adalah hukum yang

dengan hukum yang dimaksud.

menghormati hak asasi manusia, dalam arti
kata hukum itu harus mengandung unsur-

Ketentuan

unsur hak, kewajiban dan tanggung jawab,

memperhatikan hak asasi manusia

antara ketiga unsur itu harulah merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Kalau dilihat dalam pergaulan hidup
dan bertitik tolak dari defenisi hak asasi
manusia

yang

terdahulu,

telah

maka

yang

Pada bahagian ini penulis hanya
mengaitkan

perlindungan

hak

asasi

manusia dengan tugas pelaksanaan hukum
dalam pidana.

dikemukakan

dapatlah

undang-undang

Sesuai dengan tujuan hukum pidana,

dikatakan,

dalam hal ini ada beberapa pendapat

dimana disatu sisi hukum mematikan hak

tentang tujuan hukum pidana, diantaranya

asasi manusia dan disisi lain menjamin

Tirta Amidjaya, maksud diadakan hukum

terhadap kepastian hak asasi manusia.

pidana

Dikatakan mematikan hak asasi manusia

masyarakat18.

adalah

Ada beberapa ketentuan undang-undang

terhadap

perbuatan

yang

adalah

berlawanan dengan hukum tersebut, misal

yang

seseorang menikah belum cukup umur

manusia:

melindungi

untuk

terhadap

melindungi

hak

asasi

menurut hukum, maka pernikahannya telah

1. Dalam pasal 1 ayat 1 KUHP (Kitab

melanggar hukum dan ada sanksinya,

Undang-Undang Hukum Pidana),

sementara pernikahan adalah hak dan

yang redaksinya berbunyi”Tiada

menurut keyakinannya (agama) sudah

suatu perbuatanpun boleh dihukum,

membolehkan. Karena hukum merupakan

melainkan atas ketentuan pidana

kesepakatan bersama untuk membentuk

dalam undang-undang yang ada

aturan yang membatasi ruang gerak hak

terlebih dahulu dari pada perbuatan

yang
karena

dimiliki.

Dilakukan

pembatasan

itu”. Pasal ini merupakan pasal

orang

mempunyai

induk dari pemidanaan, dengan arti

setiap

kepentingan

dan

kata boleh hak asasi seseorang

tersebut

dilanggar asal ada undang-undang-

dengan

undang yang mengaturnya dan

orang lain dan bila tidak diatur akan

perbuatan orang tersebut ada dalam

menimbulkan ketidak stabilan dalam hidup

bunyi pasal tersebut. Pasal ini

kemungkinan
bertentangan

yang

berbeda

kepentingan
atau

berlawanan

bersama. Dikatakan hukum melindungi
18

hak asasi manusia karena aturan hukum

Bambang Poernomo, Asas-Asas hukum Pidana,
h:23, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, 1976

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

mengatasi
aparat

kesewenang-wenangan

penegak

hukum

dalm

terdakwa,

jadi

disini

ada

perlindungan hukum.

melaksanakan tugasnya, mulai dari

2. Masih dari KUHP (pasal 1 ayat 1)

penyidikan dan berakhir dengan

dimana hukum pidana tidak berlaku

putusan

dipengadilan.

Dalam

surut,maksudnya kejadian-kejadian

mulai

dari

terdahulu sebelum undang-undang

sebagai

pemberi

terbit dan berlaku, maka terhadap

penyidikan,
pemanggilan

keterangan, kemudian berobah jadi

perbuatan

tersangka

undang-undang

dan

selanjutnya

terdahulu

tesebut

tidak

bisa

penangkapan serta penahanan harus

diterapkan, misal undang-undang

dijelaskan dasarnya, yakni tidak

diberlakukan 1 Januari 2015, maka

pidanananya

yang

terhadap kejadia sebelum 1 Januari

disangkakan. Justru itu penyidik

2015 tidak bisa diterapkan atau

dalam

mengkriminalisasikan

dan

pasal

pemanggilan

seseorang

seseorang

didalam surat panggilan harus ada

terhadap

dasar hukum tindak pidana yang

memang dalam ayat 2 pasal ini

diperisa, penangkapan, penahanan.

kelihatan

Dalam

melimpahkan

pengecualian, dimana terjadinya

kaqsus kePengadilan berupa surat

perubahan undang-undang selalu

dakwaan

diberikan

kejaksaan

jelas

pasal

yang

suatu

tindak

pidana,

adanya

kepada

sedikit

hal

yang

didakwaan. Terakhir pada hakim

menguntungkan

terdakwa,

yang memeriksa dipengadilan harus

maksudnya

kejahatan

jelas tindak pidanannya. Hakim

diproses terjadi perubahan undang-

tidak dibenarkan memutus suatu

undang,

kasus

menguntungkan tersangka, misal

pidana

pembuktian

lain

bila
dari

dalam
surat

dalam

sewaktu

maka

de

diberikan

kriminalisasi

yang

(bukan

dakwaan, misal dalam dakwaan

kriminalisasi),

dituduh

seseorang melakukan tindak pidana

pencurian

(pasal

362

sebagai

contoh

KUHP), tetapi dalam pumbuktian

jahat

terbukti

pasal

hukuman mati, kemudian terjadi

penggelapan (pasal 372 KUHP)

perubahan undang-undang, dimana

yang unsurnya hampir sama, maka

terhadap hukuman mati ditiadakan,

hakim tidak boleh mempidana,

sementara terdakwa belum diputus

tetapi

yang mempunyai kekuatan hukum

melanggar

harus

membebaskan

yang

diancam

dengan

mengikat (inkrah), maka baginya

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

tidak

dapat

diancam

dengan

hukuman mati.

bertindak
dengan

3. Dalam KUHAP (kitab undang-

norma

berdasarkan

hukum

mengindahkan

norma-

keagamaan,

kesopanan,

undang hukum acara pidana) cukup

kesusilaan serta wajib menggali

banyak pasal-pasal yang mengatur

dan menjunjung tinggi nilai-nilai

tentang hak asasi manusia, karena

kemanusiaan, yang hidup dalam

KUHAP merupakan pelaksana dari

masyarakat,

KUHP, sehingga bila menyimpang

menjaga kehormatan dan martabat

dari

profesinya,

pelaksanaannya

adalah

serta

misal

senantiasa

orang

yang

melanggar hak seseorang, misal

sedang diproses hak untuk solat

Penyidik

tidak boleh dihilangkan dll..

dalam

melakukan

penangkapan

harus

memperlihatkan

undang-undang

pokok

perintah

kekuasaan kehakiman (UU No.48

penangkapan (pasal 18 ayat 1

tahun 2009), juga banyak mengenai

KUHAP) dll.

hak asasi manusia, diantaranya:

4. Dalam

surat

6. Dalam

undang-undang

pokok

a.

pasal 5 ayat (1), hakim dan

Kepolisian ( UU No. 2 Tahun

hakim

2002) disebutkan dalam pasal (4).

menggali,

Kepolisian

Negara

Republik

memahami nilai-nilai hukum

Indonesia

bertujuan

untuk

dan rasa keadilan yang hidup

dalam

dalam masyarakat. Dengan arti

negeri yang meliputi terpeliharanya

kata hak seseorang yang berada

keamanan

dalam

mewujudkan

keamanan

dan

ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum,

terselenggaranya

perlindungan,

pengayoman

konstitusi

wajib

mengikuti

dan

masyarakat

harus

diperhatikan.
b. Pasal 6 (1) Tidak seorangpun

dan

dapat

dihadapkan

didepan

pelayanan kepada masyarakat, serta

pengadilan, kecualai undang-

terbinanya

ketenteraman

undang menentukan lain dan

menjunjung

seterusnya sampai dengan pasal

masyarakat

dengan

tinggi hak asasi manusia.
5. Dalam

13 UU No.48 tahun 2009.

undang-undang

pokok

kejaksaan (UU No. 16 Tahun 2004)

Praktek Tembak ditempat dan Hak

pada pasal 8 ayat (4) merumuskan

Asasi Manusia

dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya,

jaksa

senantiasa

Bila diperhatikan tentang hak asasi
manusia

sungguh

banyak

dimensinya

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

(sudut pandang), dalam hal tulisan ini

sebagaiman yang telah diuraikan diatas,

disinggung tentang hak asasi manusia

yakni menjunjung tinggi hukum negara.

terhadap tembak ditempat. Terhadap orang

Kembali kepada kejadian

akhir

yang diduga melakukan tindak pidana yang

tahun 1983 dan awal 1984 sebagaimana

tidak mengindahkan peringatan polisi atau

pada pendahuluan, yakni dengan adanya

melawan petugas yang berwenang dalam

petrus (penembak misterius), tindakan

melaksanakan tugasnya. Kalimat diduga

tersebut melakukan penembakan terhadap

berarti yang bersangkutan belum tentu

penjahat atau mematikan penjahat tanpa

melakukan tindak pidana dan undang-

putusan

undang kita juga memakai praduga tak

penembakan tidak diketahui identitasnya,

bersalah (Pasal 1 ayat 14 KUHAP, pasal 8

yang ada hanya korban. Hal tentang

19

ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009)

dan bila

pengadilan

pemberlakuan

dan

penembakan

pelaku

ditempat

dilihat uraian diatas harus adanya putusan

(misterius ini) baru diketahui setelah

pengadilan

Presiden Suharto dalam otobiografinya,

kekuatan

yang
hukum

telah

mempunyai

mengikat

tentang

pikiran, ucapan dan tindakan saya (1989)

bersalahnya seseorang. Dalam hal tulisan

secara

ini, dimana tersangka belum diputus oleh

penjahat

pengadilan atau belum dibuktikan tenang

pemerintah mengembalikan rasa aman

bersalahnya

warga yang telah dicabik-cabik oleh

seseorang,

bila

terbukti

inplisit
itu

mengakui
sebagai

bersalah dan divonis oleh pengadilan

praktek-praktek

yang

bersalah dan telah mempunyai kekuatan

pada

petrus

hukum

kedengaran lagi.

mengikat,

maka

status

baru

dikatakan terpidana. Bagaiman halnya

akhirnya

Dengan

adanya

penembakan

upaya

aparat

menjijikan20yang
tersebut

praktek

tidak

tembak

dengan orang yang ditembak ditempat

ditempat pada waktu itu, apakah tingkat

(belum

tembak

kejahatan habis atau para pelaku kejahatan

ditempat tersebut mengakibatkan matinya

bisa jera atau takut untuk melakukan

orang tersebut (seakan orang tersebut telah

tindakannya. Perkembangan berita dimedia

menjalankan pidana mati), memang pidana

masa waktu itu lebih sadis dan bringas,

mati di Indonesia masih berlaku (pasal 10

seperti kasus Rohadi, pak datuk diMedan

KUHP) tetapi melalui proses peradilan dan

dll.

disidangkan),

apalagi

adalagi kode etik yang diterapkan untuk
melaksanakan hukum tersebut.
Polisi dalam menjalankan tugasnya

Tahun 1997 timbul istilah praktek
tembak ditempat (PTT), aapakah modelnya
sama dengan petrus tahun 1984, yang jelas

tak terlepas dari ketentuan undang-undang
20
19

.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H.5
Kolom 5

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

kasus ini sudah terlaksana di Surabaya

merampas

(dilaporkan) 28 penjahat tewas ditembak,

demikian pelaku tindak pidana tersebut

28 lainnya terluka dan 11 hilang21,

adalah subjek dalam menerapkan hukum,

sementara penyidik sebagaimana yang

yakni pendukung hak dan kewajiban, maka

telah disinggung terdahulu melakukan

baginya

tindakan yang dimaksud bila yang diduga

hukumlah

melakukan tindak pidana sewaktu mau

perbuatannya, sehingga bila baginya tidak

ditangkap berupaya melarikan diri atau

diberlakukan

melawan

pelanggaran terhadap hak asasi.

yang

akan

mengancam

hak-hak

juga

korban,

berlaku

yang

akan

hukum

namun

hukum,

maka

mengatur

atas

akan

terjadilah

keselamatan petugas.
Praktek tembak ditempat seakan

Jenis Hukuman

suatu vonis yang diberikan kepada pelaku

Dalam hukum pidana juga memakai

tindak pidana tanpa sidang peradilan.

hal sebagaimana diatas, yakni adanya

Perbuatan tersebut bukanlah suatu undang-

aturan tertulis yang harus ditaati yang

undang, tetapi suatu perintah atasan.

bersifat legalitas, bahkan pasal 1 dari

Lahirnya

tentu

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum

berbeda dengan suatu perintah. Undang-

Pidana yang telah disinggung diatas) Hal

undang lahir melalui suatu mekanis yang

ini menghendaki adanya suatu kepastian

akhirnya

Dewan

hukum, begitupun dengan jenis hukuman

Perrwakilan Raknyat untuk mendapatkan

yang akan diterap harus adanya kepastian

persetujuan, sementara perintah banyak

hukum.

suatu

undang-undang

ditetapkan

oleh

Hukum adat adalah hukum yang

merupakan kebijakkan.
Sebagaimana disinggung pada awal

hidup

dan

tumbuh
22

low) pada

dalam

tulisan ini, yakni Indonesia adalah negara

masyarakat(living

asasnya

hukum, dengan arti kata segala aspek

tidak tertulis, apakah ini bisa dilaksanakan

terjangnya adalah berdasarkan hukum,

yang sesuai dengan asas legalitas. Dalam

maka segala kebijakan-kebijakan yang

bidang hukum perdata bisa dilaksanakan,

tidak sesuai atau diatur oleh hukum tidak

namun dalam hukum pidana tidak bisa

dibenarkan. Sedangkan orang yang belum

dilaksanakan. Sebagai contoh seseorang

dihadapkan kedepan sidang pengadilan

yang tertangkap sedang mesum (pelaku

adalah terdakwa dan bukan terpidana

bukan suami isteri), apakah ini boleh

(praduga tak bersalah).

dirajam, karena penduduknya mayoritas

Memang pada kenyataannya pelaku

Islam dan mengangap hukum islam yang

tindak pidana adalah orang-orang yang

telah diresepsi kedalam hukum adat dan

21

22

. Ibid H 1 Kolom 5

Soepomo..............................

Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia

beranggapan bisa untuk dilaksanakan.
Kalau kita konsen dengan asas legalitas
maka

yang

tertulis

saja

yang

bisa

Penutup
Berdasarkan hal diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

dilaksanakan. Namun demikian ada satu

1. Seorang terpidana yang mau dieksekusi

undang-undang (UU Drt No. 1 Tahun

harus melalui putusan Pengadilan

1951), dimana dalam pasal 3 UU tersebut

2. Polisi dalam menjalankan tugasnya

membolehkan untuk diterapkan hukum

untuk menjaga keamanan diperkenakan

adat (pidana adat), dengan ketentuan

melakukan tindakan ditempat

pidana yang dijatuhkan tidak boleh lebih

bertanggung jawab (pasal 5 ayat 1 huruf

dari tiga bulan penjara.

a bahagian 4, pasal 7 ayat 1 bahagian j

Pasal 10 KUHP (tentang jenis
hukuman) merumuskan:

KUHAP dan pasal 16 ayat 1 bahagian i
UU

a. Hukuman pokok

yang

Pokok

Kepolisian),

seperti

melumpuhkan sesuai dengan standar

1e.Hukuman mati

operasinya.

2e.Hukuman penjara

3. tembak ditempat yang tidak melalui

3e.Hukuman kurungan

prosedur

4e.Hukuman denda

pelanggaran terhadap hak asasi.

hukum

merupakan

b. Hukuman-hukuman tambahan
1e. Pencabutan beberapa hak yang

Referensi

tertentu
2e.

Perampasan

barang

yang

BP.7. Bahan penataran P4
Efendi,

tertentu
3e. Pengumuman keputusan hakim.
Bila

dilihat dari redaksi pasal

tersebuut, memang ada hukuman mati,
tetapi konteknya berbeda dengan dengan
tembak ditempat. Yang tecantum dalam
pasal 10 KUHP ini adalah melalui suatu
proses persidangan yang diputus oleh

Masyhur, Tempat hak asasi
manusia
dalam
hukum
Internasional/nasional.
Alumni
Bandung 1980.

Abdurrahman, 1984. Hukum Adat
Menurut
perundang-undangan
Indonesia, Cendana Perss Jakarta
Harian Repulika
Harian Raknyat Bengkulu

pengadilan seperti pelaksanaan hukuman
mati terhadap gembong narkoba yang
membuat agak terganggunya hubungan
Australia dan Brasilia dengan Indonesia..

UU No 8 Tahun 1981, tentang KUHAP
KUHP
UU No, 48 tyahun 2009 Tentang Pokok
Kekuasaan kehakiman

MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015

UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia
UU No. 2 Tahun 1999 Tentang Kepolisian
Republik Indonesia
UU Drt. No. 1 Tahun 1981 Tentang
penerapan hukum adat.
Metro TV