TEMBAK DITEMPAT DAN HAK ASASI MANUSIA
TEMBAK DITEMPAT DAN HAK ASASI MANUSIA
Masril
Fakultas Syariah IAIN Bengkulu
Abstract: Shooting on sight and Human Right. The practice of shooting on sight was implemented
in the past, Indonesia is a consitutional country (rechstaat) and not authoritarian country (machstaat).
The Dead Penalty in Indonesia is mentioned in article 10 KUHP, and was implemented, but the
process should be implemented in the sense of presumption of innocence, initiated by investigation
and ended with binding decisions. Is the present practice of shooting on sight whether in accordance
with the law? In addition, do not violate the human right. The practice of law in constitutional country
such as Indonesia should be guaranteed.
Keywords: shooting on sight, human right, state law
Abstrak: Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia. Praktek tembak ditempat (PTT) pernah
terlaksana di Indonesia, Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machtstaat). Hukuman mati di Indonesia ada (pasal 10 KUHP) dan pernah dilaksanakan,
namun prosesnya berdasarkan hukum yang ada dan berlaku sesuai dengan asasnya diantara asas
praduga tak bersalah, yakni dimulai dari penyidikan dan diakhiri dengan suatu putusan yang mengikat.
Praktek tembak ditempat apakah telah sesuai dengan hukum, sehingga tidak melanggar hak dan asasi
manusia yang ada pada manusia tersebut. Hukum membatasi hak asasi manusia, karena kepastian hak
asasi manusia lebih terjamin dalam negara hukum.
Kata Kunci: Tembak di Tempat. Hak asasi, Praduga Tak Bersalah, Negara Hukum.
dong2. Hal senada juga hampir setiap tahun
Pendahuluan
Kita masih ingant dengan kejadian
adanya pernyataan yang hampir sama,
akhir tahun 1983 dan awal tahun 1984
terutama
menjaga
ketertiban
terhadap
(harian Republika), yakni dengan adanya
bajing loncat pada waktu mau lebaran,
Petrus (Penembakan misterius) terhadap
misal di Bengkulu, Kapolda: Perampok
para penjahat atau mematikan penjahat
tembak ditempat. Jamin pemudik aman
tanpa putusan pengadilan . Kemudian pada
lintas Biduriang3, kemudian begal tembak
harian yang sama menuliskan, praktek
ditempat4Memang kita sadari bahwa polisi
tembak ditempat (PTT), hal ini tidak
dalam menjalankan tugasnya mempunyai
terlepas dengan apa yang diucapkan oleh
hak untuk melumpuhkan orang yang mau
Kapolri
Republik
ditangkap bila orang yang bersangkutan
Indonesia), waktu itu Bapak Mayjend
mengadakan perlawanan atau melarikan
Polisi Dibyo Widodo tentang situasi gawat,
diri,
1
(kepala
kepolisian
namun
demikian
ada
standar
kalau penjahat melawan ya kita tembak
2
.Ibid h 1
.Harian Raknyat Bengkulu, Sabtu 26 Juli 2014,
h.25
4
. Berita berjalan metro TV jam 15.30 tanggal 16
Maret 2015
3
1
.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H 5
kolom 5
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
operasinya
(SOP).
bisa
sesuai dengan salah satu asas yang
dikatakan suatu usaha prepentif terhadap
terkandung dalam sistim hukum pidana
kejahatan.
kita, yakni asas praduga tak bersalah7,
Masih
pada
Hal
sama
dengan arti kata kepada tersangka yang
tentang
akan dieksekusi terhadap kesalahannya
membasmi kejahatan V.S tegakan hak
harus ada suatu proses peradilan, walaupun
asasi manusia, dimana dari 191 responden,
tersangka sudah sering melakukan tindak
32,2 % responden memilih bahwa PTT
pidana
(praktek
bukanlah
residifis dan putusan yang dimaksud
melngar hak asasi manusia dan sebaliknya
diucapkan dalam sidang terbuka untuk
penjahatlah yang melakukan pelanggaran
umum dan akhirnya putusan tersebut
(Repulika),
harian
diatas
dengan
tembak
yang
judul
ditempat)
5
hak asasi manusia . Terakhir baru-baru ini
(keluar
masuk
penjara)
atau
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
(awal tahun 2015 hampir semua media
elektronik
terhadap
dan
cetak
hukuman
membicarakan
mati
yang
Asas Praduga Tak Bersalah
telah
Ini adalah suatu asas yang dianut
dieksekusi, namun kedua hal ini tidak sama
dalam hukum acara pidana kita (UU No. 8
prosesnya dan berbeda posisinya.
Tahun 1981), yang diambil (adopsi) dari
Negara Indonesia adalah Negara
Hukum (rechtstaat) dan bukanlah negara
atas
kekuasaan
dengan
arti
belaka
pokok
kekuasaan
kehakiman (UU no. 14 tahun 1970) yang
diperbaiki
dengan
tentang
UU
No.4
Tahun
negara
dalam
2004.(UU
pemerintahan
selalu
kemudian diganti dengan UU No.48 Tahun
berdasarkan hukum, termasuk diantaranya
2009. Hal ini merupakan yang baru dalam
tentang
baru
Hukum Acara Pidana kita dan merupakan
dikatakan bersalah melanggar suatu delik
salah satu dari sekian banyak hal.yang
hukum setelah adanya putusan pengadilan
melatar belakangi perubahan dari HIR ke
yang
KUHAP
melaksanakan
kata
(machtstaat)6,
Undang-undang
peradilan.
menyatakan
Seseorang
kesalahannya
dan
putusan mana telah mempunyai kekuatan
hukum mengikat atau inkrach, hal ini
5
6
. Lokcit h 1
. Pada UUD 1945 yang belum diamandemen hal
ini dicantumkan dalam penjelasan umum,
bahagian sistem pemerintahan negara bahagian I
angka 1 Negara Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat) dan dalam UUD
1945 yang telah diamandemen dicantumkan
dalam pasal 1 ayat 3, yang berbunyi Negara
Indonesia adalah negara hukum
Kehakiman)
dan
Yang dimksud dengan asas Praduga
Tak
7
Bersalah
ini
(Pramsumtion
of
Dalam undang-undang pokok-pokok kekuasan
kehakiman (UU No.4 tahun 2004), pasal 8
merumuskan, setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan
didepan pengadilan wajib dianggab tidak bersalah
sebelum adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan dalam penjelasan pasal
tersebut dinyatakan cukup jelas
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
innonsen.)
adalah
menyebutkan
suatu
seorang
asas
yang
yang
disangka
Proses Persidangan Sampai Dengan
Adanya Putusan Tetap
melakukan tindak pidana dianggap tidak
Dalam hukum pidana Indonesia ada
bersalah sebelum adanya suatu putusan
dikenal dengan tindak pidana umum dan
pengadilan
mempunyai
ada tindak pidana khusus. Dalam tindak
kekuatan mengikat (inkracht) terhadap
pidana umum suatu kasus pidana harus
perbuatan yang disangkakan kepadanya.
didahului proses oleh penyidik, yakni
Suatu putusan dikatakan
inkrach adalah
penyidik sebagaimana yang terdapat dalam
suatu putusan yang dikeluarkan oleh
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
pengadilan
yang
Acara Pidana ) atau undang-undang No. 8
dilaksanakan sesuai ketentuan, dimana
Tahun 1981, sedangkan terhadap tindak
putusan tersebut telah bisa di eksekusi atau
pidana yang terdapat diluar KUHP (Kitab
dilaksanakan sesuai dengan amar putusan.
Undang-undang Hukum Pidana) atau yang
Putusan yang mempunyai kekuatan hukum
sering
mengikat ini bisa terjadi pada putusan
khusus, seperti tindak pidana korupsi boleh
Pengadilan Negeri atau pada putusan
dilakukan
Pengadilan Tinggi (putusan banding) atau
penyidik dari Kejaksaan atau pnyidik dari
pada putusan Kasasi di Mahkamah Agung.
KPK (komisi pemberantasan korupsi).
Putusan pengadilan negeri mempunyai
Jadi dalam tindak pidana umum harus
kekuatan hukum mengikat bila telah liwat
dimulai proses berita acara pemerikasaan
dari 7 (tujuh) hari semenjak salinan
(BAP) dari penyidik polisi, stelah itu baru
putusan diterima oleh terdakwa atau pada
dilimpahkan
ke
sidang yang dihadiri oleh terdakwa belum
penununtut
umum
mempelajari
lewat 7 hari semenjak putusan tersebut
membuat
surat
dakwaan
diucapkan, dengan arti kata terdakwa tidak
dilimpahkan kePengadilan untuk diminta
mempergunakan haknya dalam bidang
disidangkan dan diputuskan.
hukum
yang
telah
dalam
untuk
selanjutnya
persidangan
banding,
dengan
dengan
oleh
tindak
penyidik
polisi
kejaksaan,
pidana
atau
Jaksa
dan
untuk
begitupun
Penyidik dalam melakukan tugasnya
banding
untuk membuat berita acara pemeriksaan
putusan
maupun kasasi.
ada
disebut
berdasarkan ketentuan undang-undang dan
Dengan arti kata pada asas ini tidak
menyerahkan berkas perkara ke Penuntut
pemidanaan
umum (pasal 8 ayat 2 KUHAP)8dan
atau
eksekusi
yang
mendahului putusan pengadilan, apalagi
tembak
ditempat
sebagaimana
disinggung pada pendahuluan.
yang
8
Pasal 8 KUHAP merumuskan (1) Penyidik
membuat berita acara tentang pelaksanaan
tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam
undang-undang ini, (2) Penyidik menyerahkan
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
penuntut umum mempelajari berkas yang
dimaksud dengan konpentensinya adalah
dilimpakan oleh penyidik tersebut tentang
tentang pengadilan yang berwenang untuk
telah
BAP
mengadilinya, misal antara pengadilan
tersebut. Tindakan mempelajari tersebutlah
negeri Bengkulu dengan pengadilan negeri
yang sering disebut dengan prapenuntutan.
Seluma mana yang berwenang.
sempurna
atau
belumnya
Bila menurut penuntut umum menganggap
Setelah pengadilan negeri menerimah
BAP yang dilimpahkan oleh penyidik
limpahan perkara dari penuntut umum,
kepadanya ada kekurangan, maka penuntut
maka
umum mengembalikan kepada prnyidik
mempelajarinya (termasuk mempelajari
untuk dilengkapi sesuai dengan petunjuk
kewenangannya untuk mengadili (pasal
yang diminta oleh Jaksa penuntut umum
147,148 KUHAP).11Bila pengadilan yang
serta tenggang waktu yang diberikan oleh
bersangkutan merasa berwenang untuk
undang-undang.9 Dan setelah itu penyidik
mengadilinya,
mengembalikan kepada penuntut umum
negeri membentuk majelis hakim yang
dengan tenggang waktu yang ditentukan
akan menanganinya, ketua pengadilan
oleh undang-undang, selanjutnta penuntut
negeri
umum
mengadili bila ia termasuk dalam majelis
membuat
surat
dakwaan
dan
ketua
juga
pengadilan
maka
negeri
ketua pengadilan
mempunyai
hak
untuk
kemudian dilimpahkan kepengadilan yang
sesuai
dengan
disidangkan
dan
kompentensinya
untuk
diputuskan.10
Yang
berkas perkara kepada penuntut umum, (3)
Penyerahan
berkas
perkara
sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dilakuka: a.Pada tahap
pertama hanya menyerahkan berkas perkara, b
Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai
penyidik menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut
umum.
9
. Pasal 138 KUHAP merumuska (1).Penuntut
umum setelah menerima hasil penyidikan dari
penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan
dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukannya
kepada penyidik apakah hasil penyidikan tersebut
sudah lengkap atau belum. (2) Dalam hal hasil
penyidikan belum lengkap, penuntut umum
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik
disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan
untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas
hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas
perkara itu kepada penuntut umum.
10
Pasal 84 KUHAP merumuskan (1) Pengadilan
berwenang mengadili segala perkara mengenai
tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya. (2) Pengadilan negeri yang didalam
daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal,
berdiam terakhir, ditempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara
terdakwa tersebut, apabila sebahagian tempat
saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang dalam daerah tindak
pidana itu dilakukan. (3). Apabila seorang
terdakwa melakukan beberapa tindak pidana
dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri,
maka tiap pengadilan tersebut masing-masing
berwenang untuk mengadili perkara pidana itu.
(4). Terhadap beberapa perkara pidana yang satu
sama lain ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh
seorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan
negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan
negeri, dengan ketentuan dibuka kemungkinan
penggabungan perkara tersebut.
11
.Pasal 147 KUHAP merumuskan, Setelah
pengadilan negeri menerimah surat pelimpahan
perkara dari penuntut umum, ketua mempelajari
apakah perkara itu termasuk wewenang
pengadilan yang dipimpinnya. pasal 148 KUHAP
merumuskan (1). Dalam hal ketua pengadilan
berpendapat bahwa perkara pidana itu tidak
termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinya,
tetapi termasuk wewenang pengadilan negeri
lainnya ia menyerahkan surat pelimpahan perkara
tersebut kepada pengadilan negeri lainnya yang
dianggap berwenang mengadilinya dengan surat
penetapan yang memuat alasannya.
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
tersebut.
Majelis
menentukan
inilah
hari
yang
sidang
akan
dan
maka putusan bisa dilaksanakan (eksekusi)
sesuai dengan amarnya.
memberitahukan kepada Jaksa Penuntut
umum untuk bersidang dan menghadirkan
Hak Azasi Manusia
tersangka sesuai dengan undang-undang.
Hakim
terdakwa
dalam
biasanya
menyidangkan
perumusan
hak
asasi
manusia sampai sekarang belum ada suatu
dalam
defeniisi yang standar (baku), setiap orang
beberapa kali persidangan dan juga sangat
mengemukakan defenisi yang berbeda dan
tergantung dengan jumlah saksi dan berat
sangat tergantung dari sudut pandang
ringannya suatu kasus. Setelah kasus ini
seseorang. Dan bila dilihat dari beberapa
diputus
defenisi
oleh
berjalan
Mengenai
hakim
dalam
suatu
yang
ada
pada
hakekatnya
persidangan, maka putusan tersebut belum
membicarakan hak yang ada pada manusia
mempunyai kekuatan hukum, karena masih
sebagai machluk hidup.
ada hak terdakwa yang harus diberikan
Prof.Darji Darmo Diharjo memberikan
sesuai dengan ketentuan undang-undang12.
pengertian bahwa hak azasi adalah hak-hak
Tenggang waktu yang diberikan oleh
dasar yang dibawa manusia semenjak lahir
undang-undang untuk menyatakan banding
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa14,
tersebut
adalah13tujuh
setelah
sedangkan A. Mansur Efendi, memberikan
diucapkan. Bila waktu yang diberikan telah
defenisi, bahwa hak azasi manusia adalah
liwat, maka hak terdakwa untuk banding
hak milik bersama umat manusia yang
gugur dan terdakwa telah berubah menjadi
diberikan
terpidana
Begitupun
hidup15. Dari dua pengertian diatas dapat
selanjutnya dengan putusan banding dan
ditarik suatu kesimpulan bahwa hak asasi
kasasi.
inkrah
manusia adalah hak yang diberikan oleh
(mempunyai kekuatan hukum mengikat)
Tuhan atau hak asasi manusia adalah
(bersalah).
Bila
putusan
hari
telah
oleh
Tuhan
untuk
selama
manivestasi hak istimewa manusia yang
12
.Pasal 67 KUHAP merumuskan terdakwa atau
penuntut umum berhak untuk minta banding
terhadap putusan pengadilan tingkat pertama
kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat. Permintaan
banding tersebut dapat diajukan kepengadilan
tinggi (lihat pasal 233 ayat 1 KUHAP).
13
Pasal 233 ayat 2 merumuskan hanya permintaan
banding sebagaimana dimksud pada ayat 1 boleh
diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam
waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa
yang tidak hadir sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 196 ayat (2) KUHAP
dibawah semenjak lahir sehingga tidak
dapat tidak harus berada pada manusia atau
tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Namun
dalam
perkembangan
selanjutnya mungkinkah hak-hak dasar
14
Bp 7 Pusat. Bahan penataran P.4 Undang-undang
Dasar 1945 h. 20, 21,BP.7 1994
15
Efendi Masyhur. Tempat hak asasi manusia
dalam hukum Internasional / Nasional halaman
20. Alumni Bandung 1980.
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
yang diperoleh semenjak lahir tersebut
(kondisi), yakni bidang politik, karena
dapat
dalam
hukum lahir adalah karena kesepakatan
kenyataannya antara orang yang satu
politik di lembaga negara kita (DPR)16dan
dengan yang lainnya memandang hak
politik dalam prakteknya dibatasi oleh
dasar
lahir
hukum. Dalam prakteknya adakalanya
lingkungan
politik dengan hukum serta hak asasi
keberadaan sangat berbeda, shingga apa
manusia berjalan seiringan dan adakalanya
yang dikatakan oleh Thomas Hobbes
berlawannan arah. Bila terjadi berlawanan
manusia yang satu adalah serigala bagi
arah (politik, hukum dan hak asasi
manusia lainnya (hommo homini lupus)
manusia) sering dimenangkan oleh politik,
dan untuk itulah dibuat suatu aturan atau
misal kasus polisi dan KPK jilit pertama
hukum yang mengatur tentang kehidupan
(kasus cicak dan buaya dll) dimenangkan
manusia dan pembatasannya dan yang
oleh
melanggar
dikenakan
A.Mansyhur Efendi, dimana persoalan hak
sanksi, sehingga manusia tidak bebas lagi
asasi manusia menjadi cukup komplek
untuk mempergunakan haknya demi untuk
aplikasinya, karena hak asasi manusia
kehidupan bersama. Hak mana diatur oleh
dimasuki
dipertahankan,
yang
tersebut
dibawah
berbeda,
aturan
sebab
semenjak
apalagi
tersebut
politik.
Sebagaimana
unsur-unsur
dikatakan
politik
masing-
17
suatu aturan. Dalam konsep negara hukum,
masing negara .Dari kenyataan antara
hukum harus diperhatikan, karena hukum
hukum, politik dan hak asasi manusia akan
merupakan panglima dan dengan hukum
selalu ditentukan oleh politik negara.
kepastian jaminan tentang hak asasi lebih
Dengan demikian aplikasi (perujudan)
terjamin dan mana yang merupakan hak
pelaksanaan hak asasi manusia itu akan
asasi dan mana yang tidak telah diatur
berbeda pada masing-masing negara dan
secara legalitas dalam hukum, sehingga
juga sangat tergantung kepada paham
antara hak asasi dan hukum tak dapat
negara yang bersangkutan. Aplikasi dari
dipisahkan,
hak
sebab
menjamin
tentang
tersebut,
hukumlah
hukumlah
yang
pelaksanaan
hak
manusia
pembangunan
dipengaruhi
politik
negara
oleh
yang
menjamin
bersangkutan (misal tentang hukuman mati
hak-hak
di Australia yang sekarang menghapuskan)
tersebut, dengan demikian hukum secara
kemudian dari politik suatu negara akan
formilnya
tergambar
pengaturan
yang
asasi
penyelenggaraan
telah
mengatur
atau
menyelenggarakan hak asasi tersebut.
Kalau dilihat dari kenyataan bahwa
dalam
sifat
dan
bentuk
pemerintahan negara tersebut. Apabila
negara yang bersangkutan negara hukum,
persoalan hak asasi atau menegakkan hak
16
asasi akan tertumpu pada suatu areal
17
Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 DPR membuat UU.
Loksid 17
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
maka segala sesuatunya dalam urusan
menjamin tentang pelaksanaan hak, dalam
negara harus berdasarkan hukum. Bahwa
hal ini hak yang searah atau seirama
hukum yang baik adalah hukum yang
dengan hukum yang dimaksud.
menghormati hak asasi manusia, dalam arti
kata hukum itu harus mengandung unsur-
Ketentuan
unsur hak, kewajiban dan tanggung jawab,
memperhatikan hak asasi manusia
antara ketiga unsur itu harulah merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Kalau dilihat dalam pergaulan hidup
dan bertitik tolak dari defenisi hak asasi
manusia
yang
terdahulu,
telah
maka
yang
Pada bahagian ini penulis hanya
mengaitkan
perlindungan
hak
asasi
manusia dengan tugas pelaksanaan hukum
dalam pidana.
dikemukakan
dapatlah
undang-undang
Sesuai dengan tujuan hukum pidana,
dikatakan,
dalam hal ini ada beberapa pendapat
dimana disatu sisi hukum mematikan hak
tentang tujuan hukum pidana, diantaranya
asasi manusia dan disisi lain menjamin
Tirta Amidjaya, maksud diadakan hukum
terhadap kepastian hak asasi manusia.
pidana
Dikatakan mematikan hak asasi manusia
masyarakat18.
adalah
Ada beberapa ketentuan undang-undang
terhadap
perbuatan
yang
adalah
berlawanan dengan hukum tersebut, misal
yang
seseorang menikah belum cukup umur
manusia:
melindungi
untuk
terhadap
melindungi
hak
asasi
menurut hukum, maka pernikahannya telah
1. Dalam pasal 1 ayat 1 KUHP (Kitab
melanggar hukum dan ada sanksinya,
Undang-Undang Hukum Pidana),
sementara pernikahan adalah hak dan
yang redaksinya berbunyi”Tiada
menurut keyakinannya (agama) sudah
suatu perbuatanpun boleh dihukum,
membolehkan. Karena hukum merupakan
melainkan atas ketentuan pidana
kesepakatan bersama untuk membentuk
dalam undang-undang yang ada
aturan yang membatasi ruang gerak hak
terlebih dahulu dari pada perbuatan
yang
karena
dimiliki.
Dilakukan
pembatasan
itu”. Pasal ini merupakan pasal
orang
mempunyai
induk dari pemidanaan, dengan arti
setiap
kepentingan
dan
kata boleh hak asasi seseorang
tersebut
dilanggar asal ada undang-undang-
dengan
undang yang mengaturnya dan
orang lain dan bila tidak diatur akan
perbuatan orang tersebut ada dalam
menimbulkan ketidak stabilan dalam hidup
bunyi pasal tersebut. Pasal ini
kemungkinan
bertentangan
yang
berbeda
kepentingan
atau
berlawanan
bersama. Dikatakan hukum melindungi
18
hak asasi manusia karena aturan hukum
Bambang Poernomo, Asas-Asas hukum Pidana,
h:23, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, 1976
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
mengatasi
aparat
kesewenang-wenangan
penegak
hukum
dalm
terdakwa,
jadi
disini
ada
perlindungan hukum.
melaksanakan tugasnya, mulai dari
2. Masih dari KUHP (pasal 1 ayat 1)
penyidikan dan berakhir dengan
dimana hukum pidana tidak berlaku
putusan
dipengadilan.
Dalam
surut,maksudnya kejadian-kejadian
mulai
dari
terdahulu sebelum undang-undang
sebagai
pemberi
terbit dan berlaku, maka terhadap
penyidikan,
pemanggilan
keterangan, kemudian berobah jadi
perbuatan
tersangka
undang-undang
dan
selanjutnya
terdahulu
tesebut
tidak
bisa
penangkapan serta penahanan harus
diterapkan, misal undang-undang
dijelaskan dasarnya, yakni tidak
diberlakukan 1 Januari 2015, maka
pidanananya
yang
terhadap kejadia sebelum 1 Januari
disangkakan. Justru itu penyidik
2015 tidak bisa diterapkan atau
dalam
mengkriminalisasikan
dan
pasal
pemanggilan
seseorang
seseorang
didalam surat panggilan harus ada
terhadap
dasar hukum tindak pidana yang
memang dalam ayat 2 pasal ini
diperisa, penangkapan, penahanan.
kelihatan
Dalam
melimpahkan
pengecualian, dimana terjadinya
kaqsus kePengadilan berupa surat
perubahan undang-undang selalu
dakwaan
diberikan
kejaksaan
jelas
pasal
yang
suatu
tindak
pidana,
adanya
kepada
sedikit
hal
yang
didakwaan. Terakhir pada hakim
menguntungkan
terdakwa,
yang memeriksa dipengadilan harus
maksudnya
kejahatan
jelas tindak pidanannya. Hakim
diproses terjadi perubahan undang-
tidak dibenarkan memutus suatu
undang,
kasus
menguntungkan tersangka, misal
pidana
pembuktian
lain
bila
dari
dalam
surat
dalam
sewaktu
maka
de
diberikan
kriminalisasi
yang
(bukan
dakwaan, misal dalam dakwaan
kriminalisasi),
dituduh
seseorang melakukan tindak pidana
pencurian
(pasal
362
sebagai
contoh
KUHP), tetapi dalam pumbuktian
jahat
terbukti
pasal
hukuman mati, kemudian terjadi
penggelapan (pasal 372 KUHP)
perubahan undang-undang, dimana
yang unsurnya hampir sama, maka
terhadap hukuman mati ditiadakan,
hakim tidak boleh mempidana,
sementara terdakwa belum diputus
tetapi
yang mempunyai kekuatan hukum
melanggar
harus
membebaskan
yang
diancam
dengan
mengikat (inkrah), maka baginya
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
tidak
dapat
diancam
dengan
hukuman mati.
bertindak
dengan
3. Dalam KUHAP (kitab undang-
norma
berdasarkan
hukum
mengindahkan
norma-
keagamaan,
kesopanan,
undang hukum acara pidana) cukup
kesusilaan serta wajib menggali
banyak pasal-pasal yang mengatur
dan menjunjung tinggi nilai-nilai
tentang hak asasi manusia, karena
kemanusiaan, yang hidup dalam
KUHAP merupakan pelaksana dari
masyarakat,
KUHP, sehingga bila menyimpang
menjaga kehormatan dan martabat
dari
profesinya,
pelaksanaannya
adalah
serta
misal
senantiasa
orang
yang
melanggar hak seseorang, misal
sedang diproses hak untuk solat
Penyidik
tidak boleh dihilangkan dll..
dalam
melakukan
penangkapan
harus
memperlihatkan
undang-undang
pokok
perintah
kekuasaan kehakiman (UU No.48
penangkapan (pasal 18 ayat 1
tahun 2009), juga banyak mengenai
KUHAP) dll.
hak asasi manusia, diantaranya:
4. Dalam
surat
6. Dalam
undang-undang
pokok
a.
pasal 5 ayat (1), hakim dan
Kepolisian ( UU No. 2 Tahun
hakim
2002) disebutkan dalam pasal (4).
menggali,
Kepolisian
Negara
Republik
memahami nilai-nilai hukum
Indonesia
bertujuan
untuk
dan rasa keadilan yang hidup
dalam
dalam masyarakat. Dengan arti
negeri yang meliputi terpeliharanya
kata hak seseorang yang berada
keamanan
dalam
mewujudkan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum,
terselenggaranya
perlindungan,
pengayoman
konstitusi
wajib
mengikuti
dan
masyarakat
harus
diperhatikan.
b. Pasal 6 (1) Tidak seorangpun
dan
dapat
dihadapkan
didepan
pelayanan kepada masyarakat, serta
pengadilan, kecualai undang-
terbinanya
ketenteraman
undang menentukan lain dan
menjunjung
seterusnya sampai dengan pasal
masyarakat
dengan
tinggi hak asasi manusia.
5. Dalam
13 UU No.48 tahun 2009.
undang-undang
pokok
kejaksaan (UU No. 16 Tahun 2004)
Praktek Tembak ditempat dan Hak
pada pasal 8 ayat (4) merumuskan
Asasi Manusia
dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya,
jaksa
senantiasa
Bila diperhatikan tentang hak asasi
manusia
sungguh
banyak
dimensinya
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
(sudut pandang), dalam hal tulisan ini
sebagaiman yang telah diuraikan diatas,
disinggung tentang hak asasi manusia
yakni menjunjung tinggi hukum negara.
terhadap tembak ditempat. Terhadap orang
Kembali kepada kejadian
akhir
yang diduga melakukan tindak pidana yang
tahun 1983 dan awal 1984 sebagaimana
tidak mengindahkan peringatan polisi atau
pada pendahuluan, yakni dengan adanya
melawan petugas yang berwenang dalam
petrus (penembak misterius), tindakan
melaksanakan tugasnya. Kalimat diduga
tersebut melakukan penembakan terhadap
berarti yang bersangkutan belum tentu
penjahat atau mematikan penjahat tanpa
melakukan tindak pidana dan undang-
putusan
undang kita juga memakai praduga tak
penembakan tidak diketahui identitasnya,
bersalah (Pasal 1 ayat 14 KUHAP, pasal 8
yang ada hanya korban. Hal tentang
19
ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009)
dan bila
pengadilan
pemberlakuan
dan
penembakan
pelaku
ditempat
dilihat uraian diatas harus adanya putusan
(misterius ini) baru diketahui setelah
pengadilan
Presiden Suharto dalam otobiografinya,
kekuatan
yang
hukum
telah
mempunyai
mengikat
tentang
pikiran, ucapan dan tindakan saya (1989)
bersalahnya seseorang. Dalam hal tulisan
secara
ini, dimana tersangka belum diputus oleh
penjahat
pengadilan atau belum dibuktikan tenang
pemerintah mengembalikan rasa aman
bersalahnya
warga yang telah dicabik-cabik oleh
seseorang,
bila
terbukti
inplisit
itu
mengakui
sebagai
bersalah dan divonis oleh pengadilan
praktek-praktek
yang
bersalah dan telah mempunyai kekuatan
pada
petrus
hukum
kedengaran lagi.
mengikat,
maka
status
baru
dikatakan terpidana. Bagaiman halnya
akhirnya
Dengan
adanya
penembakan
upaya
aparat
menjijikan20yang
tersebut
praktek
tidak
tembak
dengan orang yang ditembak ditempat
ditempat pada waktu itu, apakah tingkat
(belum
tembak
kejahatan habis atau para pelaku kejahatan
ditempat tersebut mengakibatkan matinya
bisa jera atau takut untuk melakukan
orang tersebut (seakan orang tersebut telah
tindakannya. Perkembangan berita dimedia
menjalankan pidana mati), memang pidana
masa waktu itu lebih sadis dan bringas,
mati di Indonesia masih berlaku (pasal 10
seperti kasus Rohadi, pak datuk diMedan
KUHP) tetapi melalui proses peradilan dan
dll.
disidangkan),
apalagi
adalagi kode etik yang diterapkan untuk
melaksanakan hukum tersebut.
Polisi dalam menjalankan tugasnya
Tahun 1997 timbul istilah praktek
tembak ditempat (PTT), aapakah modelnya
sama dengan petrus tahun 1984, yang jelas
tak terlepas dari ketentuan undang-undang
20
19
.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H.5
Kolom 5
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
kasus ini sudah terlaksana di Surabaya
merampas
(dilaporkan) 28 penjahat tewas ditembak,
demikian pelaku tindak pidana tersebut
28 lainnya terluka dan 11 hilang21,
adalah subjek dalam menerapkan hukum,
sementara penyidik sebagaimana yang
yakni pendukung hak dan kewajiban, maka
telah disinggung terdahulu melakukan
baginya
tindakan yang dimaksud bila yang diduga
hukumlah
melakukan tindak pidana sewaktu mau
perbuatannya, sehingga bila baginya tidak
ditangkap berupaya melarikan diri atau
diberlakukan
melawan
pelanggaran terhadap hak asasi.
yang
akan
mengancam
hak-hak
juga
korban,
berlaku
yang
akan
hukum
namun
hukum,
maka
mengatur
atas
akan
terjadilah
keselamatan petugas.
Praktek tembak ditempat seakan
Jenis Hukuman
suatu vonis yang diberikan kepada pelaku
Dalam hukum pidana juga memakai
tindak pidana tanpa sidang peradilan.
hal sebagaimana diatas, yakni adanya
Perbuatan tersebut bukanlah suatu undang-
aturan tertulis yang harus ditaati yang
undang, tetapi suatu perintah atasan.
bersifat legalitas, bahkan pasal 1 dari
Lahirnya
tentu
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
berbeda dengan suatu perintah. Undang-
Pidana yang telah disinggung diatas) Hal
undang lahir melalui suatu mekanis yang
ini menghendaki adanya suatu kepastian
akhirnya
Dewan
hukum, begitupun dengan jenis hukuman
Perrwakilan Raknyat untuk mendapatkan
yang akan diterap harus adanya kepastian
persetujuan, sementara perintah banyak
hukum.
suatu
undang-undang
ditetapkan
oleh
Hukum adat adalah hukum yang
merupakan kebijakkan.
Sebagaimana disinggung pada awal
hidup
dan
tumbuh
22
low) pada
dalam
tulisan ini, yakni Indonesia adalah negara
masyarakat(living
asasnya
hukum, dengan arti kata segala aspek
tidak tertulis, apakah ini bisa dilaksanakan
terjangnya adalah berdasarkan hukum,
yang sesuai dengan asas legalitas. Dalam
maka segala kebijakan-kebijakan yang
bidang hukum perdata bisa dilaksanakan,
tidak sesuai atau diatur oleh hukum tidak
namun dalam hukum pidana tidak bisa
dibenarkan. Sedangkan orang yang belum
dilaksanakan. Sebagai contoh seseorang
dihadapkan kedepan sidang pengadilan
yang tertangkap sedang mesum (pelaku
adalah terdakwa dan bukan terpidana
bukan suami isteri), apakah ini boleh
(praduga tak bersalah).
dirajam, karena penduduknya mayoritas
Memang pada kenyataannya pelaku
Islam dan mengangap hukum islam yang
tindak pidana adalah orang-orang yang
telah diresepsi kedalam hukum adat dan
21
22
. Ibid H 1 Kolom 5
Soepomo..............................
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
beranggapan bisa untuk dilaksanakan.
Kalau kita konsen dengan asas legalitas
maka
yang
tertulis
saja
yang
bisa
Penutup
Berdasarkan hal diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
dilaksanakan. Namun demikian ada satu
1. Seorang terpidana yang mau dieksekusi
undang-undang (UU Drt No. 1 Tahun
harus melalui putusan Pengadilan
1951), dimana dalam pasal 3 UU tersebut
2. Polisi dalam menjalankan tugasnya
membolehkan untuk diterapkan hukum
untuk menjaga keamanan diperkenakan
adat (pidana adat), dengan ketentuan
melakukan tindakan ditempat
pidana yang dijatuhkan tidak boleh lebih
bertanggung jawab (pasal 5 ayat 1 huruf
dari tiga bulan penjara.
a bahagian 4, pasal 7 ayat 1 bahagian j
Pasal 10 KUHP (tentang jenis
hukuman) merumuskan:
KUHAP dan pasal 16 ayat 1 bahagian i
UU
a. Hukuman pokok
yang
Pokok
Kepolisian),
seperti
melumpuhkan sesuai dengan standar
1e.Hukuman mati
operasinya.
2e.Hukuman penjara
3. tembak ditempat yang tidak melalui
3e.Hukuman kurungan
prosedur
4e.Hukuman denda
pelanggaran terhadap hak asasi.
hukum
merupakan
b. Hukuman-hukuman tambahan
1e. Pencabutan beberapa hak yang
Referensi
tertentu
2e.
Perampasan
barang
yang
BP.7. Bahan penataran P4
Efendi,
tertentu
3e. Pengumuman keputusan hakim.
Bila
dilihat dari redaksi pasal
tersebuut, memang ada hukuman mati,
tetapi konteknya berbeda dengan dengan
tembak ditempat. Yang tecantum dalam
pasal 10 KUHP ini adalah melalui suatu
proses persidangan yang diputus oleh
Masyhur, Tempat hak asasi
manusia
dalam
hukum
Internasional/nasional.
Alumni
Bandung 1980.
Abdurrahman, 1984. Hukum Adat
Menurut
perundang-undangan
Indonesia, Cendana Perss Jakarta
Harian Repulika
Harian Raknyat Bengkulu
pengadilan seperti pelaksanaan hukuman
mati terhadap gembong narkoba yang
membuat agak terganggunya hubungan
Australia dan Brasilia dengan Indonesia..
UU No 8 Tahun 1981, tentang KUHAP
KUHP
UU No, 48 tyahun 2009 Tentang Pokok
Kekuasaan kehakiman
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia
UU No. 2 Tahun 1999 Tentang Kepolisian
Republik Indonesia
UU Drt. No. 1 Tahun 1981 Tentang
penerapan hukum adat.
Metro TV
Masril
Fakultas Syariah IAIN Bengkulu
Abstract: Shooting on sight and Human Right. The practice of shooting on sight was implemented
in the past, Indonesia is a consitutional country (rechstaat) and not authoritarian country (machstaat).
The Dead Penalty in Indonesia is mentioned in article 10 KUHP, and was implemented, but the
process should be implemented in the sense of presumption of innocence, initiated by investigation
and ended with binding decisions. Is the present practice of shooting on sight whether in accordance
with the law? In addition, do not violate the human right. The practice of law in constitutional country
such as Indonesia should be guaranteed.
Keywords: shooting on sight, human right, state law
Abstrak: Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia. Praktek tembak ditempat (PTT) pernah
terlaksana di Indonesia, Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machtstaat). Hukuman mati di Indonesia ada (pasal 10 KUHP) dan pernah dilaksanakan,
namun prosesnya berdasarkan hukum yang ada dan berlaku sesuai dengan asasnya diantara asas
praduga tak bersalah, yakni dimulai dari penyidikan dan diakhiri dengan suatu putusan yang mengikat.
Praktek tembak ditempat apakah telah sesuai dengan hukum, sehingga tidak melanggar hak dan asasi
manusia yang ada pada manusia tersebut. Hukum membatasi hak asasi manusia, karena kepastian hak
asasi manusia lebih terjamin dalam negara hukum.
Kata Kunci: Tembak di Tempat. Hak asasi, Praduga Tak Bersalah, Negara Hukum.
dong2. Hal senada juga hampir setiap tahun
Pendahuluan
Kita masih ingant dengan kejadian
adanya pernyataan yang hampir sama,
akhir tahun 1983 dan awal tahun 1984
terutama
menjaga
ketertiban
terhadap
(harian Republika), yakni dengan adanya
bajing loncat pada waktu mau lebaran,
Petrus (Penembakan misterius) terhadap
misal di Bengkulu, Kapolda: Perampok
para penjahat atau mematikan penjahat
tembak ditempat. Jamin pemudik aman
tanpa putusan pengadilan . Kemudian pada
lintas Biduriang3, kemudian begal tembak
harian yang sama menuliskan, praktek
ditempat4Memang kita sadari bahwa polisi
tembak ditempat (PTT), hal ini tidak
dalam menjalankan tugasnya mempunyai
terlepas dengan apa yang diucapkan oleh
hak untuk melumpuhkan orang yang mau
Kapolri
Republik
ditangkap bila orang yang bersangkutan
Indonesia), waktu itu Bapak Mayjend
mengadakan perlawanan atau melarikan
Polisi Dibyo Widodo tentang situasi gawat,
diri,
1
(kepala
kepolisian
namun
demikian
ada
standar
kalau penjahat melawan ya kita tembak
2
.Ibid h 1
.Harian Raknyat Bengkulu, Sabtu 26 Juli 2014,
h.25
4
. Berita berjalan metro TV jam 15.30 tanggal 16
Maret 2015
3
1
.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H 5
kolom 5
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
operasinya
(SOP).
bisa
sesuai dengan salah satu asas yang
dikatakan suatu usaha prepentif terhadap
terkandung dalam sistim hukum pidana
kejahatan.
kita, yakni asas praduga tak bersalah7,
Masih
pada
Hal
sama
dengan arti kata kepada tersangka yang
tentang
akan dieksekusi terhadap kesalahannya
membasmi kejahatan V.S tegakan hak
harus ada suatu proses peradilan, walaupun
asasi manusia, dimana dari 191 responden,
tersangka sudah sering melakukan tindak
32,2 % responden memilih bahwa PTT
pidana
(praktek
bukanlah
residifis dan putusan yang dimaksud
melngar hak asasi manusia dan sebaliknya
diucapkan dalam sidang terbuka untuk
penjahatlah yang melakukan pelanggaran
umum dan akhirnya putusan tersebut
(Repulika),
harian
diatas
dengan
tembak
yang
judul
ditempat)
5
hak asasi manusia . Terakhir baru-baru ini
(keluar
masuk
penjara)
atau
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
(awal tahun 2015 hampir semua media
elektronik
terhadap
dan
cetak
hukuman
membicarakan
mati
yang
Asas Praduga Tak Bersalah
telah
Ini adalah suatu asas yang dianut
dieksekusi, namun kedua hal ini tidak sama
dalam hukum acara pidana kita (UU No. 8
prosesnya dan berbeda posisinya.
Tahun 1981), yang diambil (adopsi) dari
Negara Indonesia adalah Negara
Hukum (rechtstaat) dan bukanlah negara
atas
kekuasaan
dengan
arti
belaka
pokok
kekuasaan
kehakiman (UU no. 14 tahun 1970) yang
diperbaiki
dengan
tentang
UU
No.4
Tahun
negara
dalam
2004.(UU
pemerintahan
selalu
kemudian diganti dengan UU No.48 Tahun
berdasarkan hukum, termasuk diantaranya
2009. Hal ini merupakan yang baru dalam
tentang
baru
Hukum Acara Pidana kita dan merupakan
dikatakan bersalah melanggar suatu delik
salah satu dari sekian banyak hal.yang
hukum setelah adanya putusan pengadilan
melatar belakangi perubahan dari HIR ke
yang
KUHAP
melaksanakan
kata
(machtstaat)6,
Undang-undang
peradilan.
menyatakan
Seseorang
kesalahannya
dan
putusan mana telah mempunyai kekuatan
hukum mengikat atau inkrach, hal ini
5
6
. Lokcit h 1
. Pada UUD 1945 yang belum diamandemen hal
ini dicantumkan dalam penjelasan umum,
bahagian sistem pemerintahan negara bahagian I
angka 1 Negara Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat) dan dalam UUD
1945 yang telah diamandemen dicantumkan
dalam pasal 1 ayat 3, yang berbunyi Negara
Indonesia adalah negara hukum
Kehakiman)
dan
Yang dimksud dengan asas Praduga
Tak
7
Bersalah
ini
(Pramsumtion
of
Dalam undang-undang pokok-pokok kekuasan
kehakiman (UU No.4 tahun 2004), pasal 8
merumuskan, setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan
didepan pengadilan wajib dianggab tidak bersalah
sebelum adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan dalam penjelasan pasal
tersebut dinyatakan cukup jelas
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
innonsen.)
adalah
menyebutkan
suatu
seorang
asas
yang
yang
disangka
Proses Persidangan Sampai Dengan
Adanya Putusan Tetap
melakukan tindak pidana dianggap tidak
Dalam hukum pidana Indonesia ada
bersalah sebelum adanya suatu putusan
dikenal dengan tindak pidana umum dan
pengadilan
mempunyai
ada tindak pidana khusus. Dalam tindak
kekuatan mengikat (inkracht) terhadap
pidana umum suatu kasus pidana harus
perbuatan yang disangkakan kepadanya.
didahului proses oleh penyidik, yakni
Suatu putusan dikatakan
inkrach adalah
penyidik sebagaimana yang terdapat dalam
suatu putusan yang dikeluarkan oleh
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
pengadilan
yang
Acara Pidana ) atau undang-undang No. 8
dilaksanakan sesuai ketentuan, dimana
Tahun 1981, sedangkan terhadap tindak
putusan tersebut telah bisa di eksekusi atau
pidana yang terdapat diluar KUHP (Kitab
dilaksanakan sesuai dengan amar putusan.
Undang-undang Hukum Pidana) atau yang
Putusan yang mempunyai kekuatan hukum
sering
mengikat ini bisa terjadi pada putusan
khusus, seperti tindak pidana korupsi boleh
Pengadilan Negeri atau pada putusan
dilakukan
Pengadilan Tinggi (putusan banding) atau
penyidik dari Kejaksaan atau pnyidik dari
pada putusan Kasasi di Mahkamah Agung.
KPK (komisi pemberantasan korupsi).
Putusan pengadilan negeri mempunyai
Jadi dalam tindak pidana umum harus
kekuatan hukum mengikat bila telah liwat
dimulai proses berita acara pemerikasaan
dari 7 (tujuh) hari semenjak salinan
(BAP) dari penyidik polisi, stelah itu baru
putusan diterima oleh terdakwa atau pada
dilimpahkan
ke
sidang yang dihadiri oleh terdakwa belum
penununtut
umum
mempelajari
lewat 7 hari semenjak putusan tersebut
membuat
surat
dakwaan
diucapkan, dengan arti kata terdakwa tidak
dilimpahkan kePengadilan untuk diminta
mempergunakan haknya dalam bidang
disidangkan dan diputuskan.
hukum
yang
telah
dalam
untuk
selanjutnya
persidangan
banding,
dengan
dengan
oleh
tindak
penyidik
polisi
kejaksaan,
pidana
atau
Jaksa
dan
untuk
begitupun
Penyidik dalam melakukan tugasnya
banding
untuk membuat berita acara pemeriksaan
putusan
maupun kasasi.
ada
disebut
berdasarkan ketentuan undang-undang dan
Dengan arti kata pada asas ini tidak
menyerahkan berkas perkara ke Penuntut
pemidanaan
umum (pasal 8 ayat 2 KUHAP)8dan
atau
eksekusi
yang
mendahului putusan pengadilan, apalagi
tembak
ditempat
sebagaimana
disinggung pada pendahuluan.
yang
8
Pasal 8 KUHAP merumuskan (1) Penyidik
membuat berita acara tentang pelaksanaan
tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam
undang-undang ini, (2) Penyidik menyerahkan
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
penuntut umum mempelajari berkas yang
dimaksud dengan konpentensinya adalah
dilimpakan oleh penyidik tersebut tentang
tentang pengadilan yang berwenang untuk
telah
BAP
mengadilinya, misal antara pengadilan
tersebut. Tindakan mempelajari tersebutlah
negeri Bengkulu dengan pengadilan negeri
yang sering disebut dengan prapenuntutan.
Seluma mana yang berwenang.
sempurna
atau
belumnya
Bila menurut penuntut umum menganggap
Setelah pengadilan negeri menerimah
BAP yang dilimpahkan oleh penyidik
limpahan perkara dari penuntut umum,
kepadanya ada kekurangan, maka penuntut
maka
umum mengembalikan kepada prnyidik
mempelajarinya (termasuk mempelajari
untuk dilengkapi sesuai dengan petunjuk
kewenangannya untuk mengadili (pasal
yang diminta oleh Jaksa penuntut umum
147,148 KUHAP).11Bila pengadilan yang
serta tenggang waktu yang diberikan oleh
bersangkutan merasa berwenang untuk
undang-undang.9 Dan setelah itu penyidik
mengadilinya,
mengembalikan kepada penuntut umum
negeri membentuk majelis hakim yang
dengan tenggang waktu yang ditentukan
akan menanganinya, ketua pengadilan
oleh undang-undang, selanjutnta penuntut
negeri
umum
mengadili bila ia termasuk dalam majelis
membuat
surat
dakwaan
dan
ketua
juga
pengadilan
maka
negeri
ketua pengadilan
mempunyai
hak
untuk
kemudian dilimpahkan kepengadilan yang
sesuai
dengan
disidangkan
dan
kompentensinya
untuk
diputuskan.10
Yang
berkas perkara kepada penuntut umum, (3)
Penyerahan
berkas
perkara
sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dilakuka: a.Pada tahap
pertama hanya menyerahkan berkas perkara, b
Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai
penyidik menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut
umum.
9
. Pasal 138 KUHAP merumuska (1).Penuntut
umum setelah menerima hasil penyidikan dari
penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan
dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukannya
kepada penyidik apakah hasil penyidikan tersebut
sudah lengkap atau belum. (2) Dalam hal hasil
penyidikan belum lengkap, penuntut umum
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik
disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan
untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas
hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas
perkara itu kepada penuntut umum.
10
Pasal 84 KUHAP merumuskan (1) Pengadilan
berwenang mengadili segala perkara mengenai
tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya. (2) Pengadilan negeri yang didalam
daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal,
berdiam terakhir, ditempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara
terdakwa tersebut, apabila sebahagian tempat
saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang dalam daerah tindak
pidana itu dilakukan. (3). Apabila seorang
terdakwa melakukan beberapa tindak pidana
dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri,
maka tiap pengadilan tersebut masing-masing
berwenang untuk mengadili perkara pidana itu.
(4). Terhadap beberapa perkara pidana yang satu
sama lain ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh
seorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan
negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan
negeri, dengan ketentuan dibuka kemungkinan
penggabungan perkara tersebut.
11
.Pasal 147 KUHAP merumuskan, Setelah
pengadilan negeri menerimah surat pelimpahan
perkara dari penuntut umum, ketua mempelajari
apakah perkara itu termasuk wewenang
pengadilan yang dipimpinnya. pasal 148 KUHAP
merumuskan (1). Dalam hal ketua pengadilan
berpendapat bahwa perkara pidana itu tidak
termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinya,
tetapi termasuk wewenang pengadilan negeri
lainnya ia menyerahkan surat pelimpahan perkara
tersebut kepada pengadilan negeri lainnya yang
dianggap berwenang mengadilinya dengan surat
penetapan yang memuat alasannya.
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
tersebut.
Majelis
menentukan
inilah
hari
yang
sidang
akan
dan
maka putusan bisa dilaksanakan (eksekusi)
sesuai dengan amarnya.
memberitahukan kepada Jaksa Penuntut
umum untuk bersidang dan menghadirkan
Hak Azasi Manusia
tersangka sesuai dengan undang-undang.
Hakim
terdakwa
dalam
biasanya
menyidangkan
perumusan
hak
asasi
manusia sampai sekarang belum ada suatu
dalam
defeniisi yang standar (baku), setiap orang
beberapa kali persidangan dan juga sangat
mengemukakan defenisi yang berbeda dan
tergantung dengan jumlah saksi dan berat
sangat tergantung dari sudut pandang
ringannya suatu kasus. Setelah kasus ini
seseorang. Dan bila dilihat dari beberapa
diputus
defenisi
oleh
berjalan
Mengenai
hakim
dalam
suatu
yang
ada
pada
hakekatnya
persidangan, maka putusan tersebut belum
membicarakan hak yang ada pada manusia
mempunyai kekuatan hukum, karena masih
sebagai machluk hidup.
ada hak terdakwa yang harus diberikan
Prof.Darji Darmo Diharjo memberikan
sesuai dengan ketentuan undang-undang12.
pengertian bahwa hak azasi adalah hak-hak
Tenggang waktu yang diberikan oleh
dasar yang dibawa manusia semenjak lahir
undang-undang untuk menyatakan banding
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa14,
tersebut
adalah13tujuh
setelah
sedangkan A. Mansur Efendi, memberikan
diucapkan. Bila waktu yang diberikan telah
defenisi, bahwa hak azasi manusia adalah
liwat, maka hak terdakwa untuk banding
hak milik bersama umat manusia yang
gugur dan terdakwa telah berubah menjadi
diberikan
terpidana
Begitupun
hidup15. Dari dua pengertian diatas dapat
selanjutnya dengan putusan banding dan
ditarik suatu kesimpulan bahwa hak asasi
kasasi.
inkrah
manusia adalah hak yang diberikan oleh
(mempunyai kekuatan hukum mengikat)
Tuhan atau hak asasi manusia adalah
(bersalah).
Bila
putusan
hari
telah
oleh
Tuhan
untuk
selama
manivestasi hak istimewa manusia yang
12
.Pasal 67 KUHAP merumuskan terdakwa atau
penuntut umum berhak untuk minta banding
terhadap putusan pengadilan tingkat pertama
kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat. Permintaan
banding tersebut dapat diajukan kepengadilan
tinggi (lihat pasal 233 ayat 1 KUHAP).
13
Pasal 233 ayat 2 merumuskan hanya permintaan
banding sebagaimana dimksud pada ayat 1 boleh
diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam
waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa
yang tidak hadir sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 196 ayat (2) KUHAP
dibawah semenjak lahir sehingga tidak
dapat tidak harus berada pada manusia atau
tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Namun
dalam
perkembangan
selanjutnya mungkinkah hak-hak dasar
14
Bp 7 Pusat. Bahan penataran P.4 Undang-undang
Dasar 1945 h. 20, 21,BP.7 1994
15
Efendi Masyhur. Tempat hak asasi manusia
dalam hukum Internasional / Nasional halaman
20. Alumni Bandung 1980.
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
yang diperoleh semenjak lahir tersebut
(kondisi), yakni bidang politik, karena
dapat
dalam
hukum lahir adalah karena kesepakatan
kenyataannya antara orang yang satu
politik di lembaga negara kita (DPR)16dan
dengan yang lainnya memandang hak
politik dalam prakteknya dibatasi oleh
dasar
lahir
hukum. Dalam prakteknya adakalanya
lingkungan
politik dengan hukum serta hak asasi
keberadaan sangat berbeda, shingga apa
manusia berjalan seiringan dan adakalanya
yang dikatakan oleh Thomas Hobbes
berlawannan arah. Bila terjadi berlawanan
manusia yang satu adalah serigala bagi
arah (politik, hukum dan hak asasi
manusia lainnya (hommo homini lupus)
manusia) sering dimenangkan oleh politik,
dan untuk itulah dibuat suatu aturan atau
misal kasus polisi dan KPK jilit pertama
hukum yang mengatur tentang kehidupan
(kasus cicak dan buaya dll) dimenangkan
manusia dan pembatasannya dan yang
oleh
melanggar
dikenakan
A.Mansyhur Efendi, dimana persoalan hak
sanksi, sehingga manusia tidak bebas lagi
asasi manusia menjadi cukup komplek
untuk mempergunakan haknya demi untuk
aplikasinya, karena hak asasi manusia
kehidupan bersama. Hak mana diatur oleh
dimasuki
dipertahankan,
yang
tersebut
dibawah
berbeda,
aturan
sebab
semenjak
apalagi
tersebut
politik.
Sebagaimana
unsur-unsur
dikatakan
politik
masing-
17
suatu aturan. Dalam konsep negara hukum,
masing negara .Dari kenyataan antara
hukum harus diperhatikan, karena hukum
hukum, politik dan hak asasi manusia akan
merupakan panglima dan dengan hukum
selalu ditentukan oleh politik negara.
kepastian jaminan tentang hak asasi lebih
Dengan demikian aplikasi (perujudan)
terjamin dan mana yang merupakan hak
pelaksanaan hak asasi manusia itu akan
asasi dan mana yang tidak telah diatur
berbeda pada masing-masing negara dan
secara legalitas dalam hukum, sehingga
juga sangat tergantung kepada paham
antara hak asasi dan hukum tak dapat
negara yang bersangkutan. Aplikasi dari
dipisahkan,
hak
sebab
menjamin
tentang
tersebut,
hukumlah
hukumlah
yang
pelaksanaan
hak
manusia
pembangunan
dipengaruhi
politik
negara
oleh
yang
menjamin
bersangkutan (misal tentang hukuman mati
hak-hak
di Australia yang sekarang menghapuskan)
tersebut, dengan demikian hukum secara
kemudian dari politik suatu negara akan
formilnya
tergambar
pengaturan
yang
asasi
penyelenggaraan
telah
mengatur
atau
menyelenggarakan hak asasi tersebut.
Kalau dilihat dari kenyataan bahwa
dalam
sifat
dan
bentuk
pemerintahan negara tersebut. Apabila
negara yang bersangkutan negara hukum,
persoalan hak asasi atau menegakkan hak
16
asasi akan tertumpu pada suatu areal
17
Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 DPR membuat UU.
Loksid 17
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
maka segala sesuatunya dalam urusan
menjamin tentang pelaksanaan hak, dalam
negara harus berdasarkan hukum. Bahwa
hal ini hak yang searah atau seirama
hukum yang baik adalah hukum yang
dengan hukum yang dimaksud.
menghormati hak asasi manusia, dalam arti
kata hukum itu harus mengandung unsur-
Ketentuan
unsur hak, kewajiban dan tanggung jawab,
memperhatikan hak asasi manusia
antara ketiga unsur itu harulah merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Kalau dilihat dalam pergaulan hidup
dan bertitik tolak dari defenisi hak asasi
manusia
yang
terdahulu,
telah
maka
yang
Pada bahagian ini penulis hanya
mengaitkan
perlindungan
hak
asasi
manusia dengan tugas pelaksanaan hukum
dalam pidana.
dikemukakan
dapatlah
undang-undang
Sesuai dengan tujuan hukum pidana,
dikatakan,
dalam hal ini ada beberapa pendapat
dimana disatu sisi hukum mematikan hak
tentang tujuan hukum pidana, diantaranya
asasi manusia dan disisi lain menjamin
Tirta Amidjaya, maksud diadakan hukum
terhadap kepastian hak asasi manusia.
pidana
Dikatakan mematikan hak asasi manusia
masyarakat18.
adalah
Ada beberapa ketentuan undang-undang
terhadap
perbuatan
yang
adalah
berlawanan dengan hukum tersebut, misal
yang
seseorang menikah belum cukup umur
manusia:
melindungi
untuk
terhadap
melindungi
hak
asasi
menurut hukum, maka pernikahannya telah
1. Dalam pasal 1 ayat 1 KUHP (Kitab
melanggar hukum dan ada sanksinya,
Undang-Undang Hukum Pidana),
sementara pernikahan adalah hak dan
yang redaksinya berbunyi”Tiada
menurut keyakinannya (agama) sudah
suatu perbuatanpun boleh dihukum,
membolehkan. Karena hukum merupakan
melainkan atas ketentuan pidana
kesepakatan bersama untuk membentuk
dalam undang-undang yang ada
aturan yang membatasi ruang gerak hak
terlebih dahulu dari pada perbuatan
yang
karena
dimiliki.
Dilakukan
pembatasan
itu”. Pasal ini merupakan pasal
orang
mempunyai
induk dari pemidanaan, dengan arti
setiap
kepentingan
dan
kata boleh hak asasi seseorang
tersebut
dilanggar asal ada undang-undang-
dengan
undang yang mengaturnya dan
orang lain dan bila tidak diatur akan
perbuatan orang tersebut ada dalam
menimbulkan ketidak stabilan dalam hidup
bunyi pasal tersebut. Pasal ini
kemungkinan
bertentangan
yang
berbeda
kepentingan
atau
berlawanan
bersama. Dikatakan hukum melindungi
18
hak asasi manusia karena aturan hukum
Bambang Poernomo, Asas-Asas hukum Pidana,
h:23, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, 1976
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
mengatasi
aparat
kesewenang-wenangan
penegak
hukum
dalm
terdakwa,
jadi
disini
ada
perlindungan hukum.
melaksanakan tugasnya, mulai dari
2. Masih dari KUHP (pasal 1 ayat 1)
penyidikan dan berakhir dengan
dimana hukum pidana tidak berlaku
putusan
dipengadilan.
Dalam
surut,maksudnya kejadian-kejadian
mulai
dari
terdahulu sebelum undang-undang
sebagai
pemberi
terbit dan berlaku, maka terhadap
penyidikan,
pemanggilan
keterangan, kemudian berobah jadi
perbuatan
tersangka
undang-undang
dan
selanjutnya
terdahulu
tesebut
tidak
bisa
penangkapan serta penahanan harus
diterapkan, misal undang-undang
dijelaskan dasarnya, yakni tidak
diberlakukan 1 Januari 2015, maka
pidanananya
yang
terhadap kejadia sebelum 1 Januari
disangkakan. Justru itu penyidik
2015 tidak bisa diterapkan atau
dalam
mengkriminalisasikan
dan
pasal
pemanggilan
seseorang
seseorang
didalam surat panggilan harus ada
terhadap
dasar hukum tindak pidana yang
memang dalam ayat 2 pasal ini
diperisa, penangkapan, penahanan.
kelihatan
Dalam
melimpahkan
pengecualian, dimana terjadinya
kaqsus kePengadilan berupa surat
perubahan undang-undang selalu
dakwaan
diberikan
kejaksaan
jelas
pasal
yang
suatu
tindak
pidana,
adanya
kepada
sedikit
hal
yang
didakwaan. Terakhir pada hakim
menguntungkan
terdakwa,
yang memeriksa dipengadilan harus
maksudnya
kejahatan
jelas tindak pidanannya. Hakim
diproses terjadi perubahan undang-
tidak dibenarkan memutus suatu
undang,
kasus
menguntungkan tersangka, misal
pidana
pembuktian
lain
bila
dari
dalam
surat
dalam
sewaktu
maka
de
diberikan
kriminalisasi
yang
(bukan
dakwaan, misal dalam dakwaan
kriminalisasi),
dituduh
seseorang melakukan tindak pidana
pencurian
(pasal
362
sebagai
contoh
KUHP), tetapi dalam pumbuktian
jahat
terbukti
pasal
hukuman mati, kemudian terjadi
penggelapan (pasal 372 KUHP)
perubahan undang-undang, dimana
yang unsurnya hampir sama, maka
terhadap hukuman mati ditiadakan,
hakim tidak boleh mempidana,
sementara terdakwa belum diputus
tetapi
yang mempunyai kekuatan hukum
melanggar
harus
membebaskan
yang
diancam
dengan
mengikat (inkrah), maka baginya
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
tidak
dapat
diancam
dengan
hukuman mati.
bertindak
dengan
3. Dalam KUHAP (kitab undang-
norma
berdasarkan
hukum
mengindahkan
norma-
keagamaan,
kesopanan,
undang hukum acara pidana) cukup
kesusilaan serta wajib menggali
banyak pasal-pasal yang mengatur
dan menjunjung tinggi nilai-nilai
tentang hak asasi manusia, karena
kemanusiaan, yang hidup dalam
KUHAP merupakan pelaksana dari
masyarakat,
KUHP, sehingga bila menyimpang
menjaga kehormatan dan martabat
dari
profesinya,
pelaksanaannya
adalah
serta
misal
senantiasa
orang
yang
melanggar hak seseorang, misal
sedang diproses hak untuk solat
Penyidik
tidak boleh dihilangkan dll..
dalam
melakukan
penangkapan
harus
memperlihatkan
undang-undang
pokok
perintah
kekuasaan kehakiman (UU No.48
penangkapan (pasal 18 ayat 1
tahun 2009), juga banyak mengenai
KUHAP) dll.
hak asasi manusia, diantaranya:
4. Dalam
surat
6. Dalam
undang-undang
pokok
a.
pasal 5 ayat (1), hakim dan
Kepolisian ( UU No. 2 Tahun
hakim
2002) disebutkan dalam pasal (4).
menggali,
Kepolisian
Negara
Republik
memahami nilai-nilai hukum
Indonesia
bertujuan
untuk
dan rasa keadilan yang hidup
dalam
dalam masyarakat. Dengan arti
negeri yang meliputi terpeliharanya
kata hak seseorang yang berada
keamanan
dalam
mewujudkan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum,
terselenggaranya
perlindungan,
pengayoman
konstitusi
wajib
mengikuti
dan
masyarakat
harus
diperhatikan.
b. Pasal 6 (1) Tidak seorangpun
dan
dapat
dihadapkan
didepan
pelayanan kepada masyarakat, serta
pengadilan, kecualai undang-
terbinanya
ketenteraman
undang menentukan lain dan
menjunjung
seterusnya sampai dengan pasal
masyarakat
dengan
tinggi hak asasi manusia.
5. Dalam
13 UU No.48 tahun 2009.
undang-undang
pokok
kejaksaan (UU No. 16 Tahun 2004)
Praktek Tembak ditempat dan Hak
pada pasal 8 ayat (4) merumuskan
Asasi Manusia
dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya,
jaksa
senantiasa
Bila diperhatikan tentang hak asasi
manusia
sungguh
banyak
dimensinya
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
(sudut pandang), dalam hal tulisan ini
sebagaiman yang telah diuraikan diatas,
disinggung tentang hak asasi manusia
yakni menjunjung tinggi hukum negara.
terhadap tembak ditempat. Terhadap orang
Kembali kepada kejadian
akhir
yang diduga melakukan tindak pidana yang
tahun 1983 dan awal 1984 sebagaimana
tidak mengindahkan peringatan polisi atau
pada pendahuluan, yakni dengan adanya
melawan petugas yang berwenang dalam
petrus (penembak misterius), tindakan
melaksanakan tugasnya. Kalimat diduga
tersebut melakukan penembakan terhadap
berarti yang bersangkutan belum tentu
penjahat atau mematikan penjahat tanpa
melakukan tindak pidana dan undang-
putusan
undang kita juga memakai praduga tak
penembakan tidak diketahui identitasnya,
bersalah (Pasal 1 ayat 14 KUHAP, pasal 8
yang ada hanya korban. Hal tentang
19
ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009)
dan bila
pengadilan
pemberlakuan
dan
penembakan
pelaku
ditempat
dilihat uraian diatas harus adanya putusan
(misterius ini) baru diketahui setelah
pengadilan
Presiden Suharto dalam otobiografinya,
kekuatan
yang
hukum
telah
mempunyai
mengikat
tentang
pikiran, ucapan dan tindakan saya (1989)
bersalahnya seseorang. Dalam hal tulisan
secara
ini, dimana tersangka belum diputus oleh
penjahat
pengadilan atau belum dibuktikan tenang
pemerintah mengembalikan rasa aman
bersalahnya
warga yang telah dicabik-cabik oleh
seseorang,
bila
terbukti
inplisit
itu
mengakui
sebagai
bersalah dan divonis oleh pengadilan
praktek-praktek
yang
bersalah dan telah mempunyai kekuatan
pada
petrus
hukum
kedengaran lagi.
mengikat,
maka
status
baru
dikatakan terpidana. Bagaiman halnya
akhirnya
Dengan
adanya
penembakan
upaya
aparat
menjijikan20yang
tersebut
praktek
tidak
tembak
dengan orang yang ditembak ditempat
ditempat pada waktu itu, apakah tingkat
(belum
tembak
kejahatan habis atau para pelaku kejahatan
ditempat tersebut mengakibatkan matinya
bisa jera atau takut untuk melakukan
orang tersebut (seakan orang tersebut telah
tindakannya. Perkembangan berita dimedia
menjalankan pidana mati), memang pidana
masa waktu itu lebih sadis dan bringas,
mati di Indonesia masih berlaku (pasal 10
seperti kasus Rohadi, pak datuk diMedan
KUHP) tetapi melalui proses peradilan dan
dll.
disidangkan),
apalagi
adalagi kode etik yang diterapkan untuk
melaksanakan hukum tersebut.
Polisi dalam menjalankan tugasnya
Tahun 1997 timbul istilah praktek
tembak ditempat (PTT), aapakah modelnya
sama dengan petrus tahun 1984, yang jelas
tak terlepas dari ketentuan undang-undang
20
19
.Harian Republika tanggal 14 April 1997 H.5
Kolom 5
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
kasus ini sudah terlaksana di Surabaya
merampas
(dilaporkan) 28 penjahat tewas ditembak,
demikian pelaku tindak pidana tersebut
28 lainnya terluka dan 11 hilang21,
adalah subjek dalam menerapkan hukum,
sementara penyidik sebagaimana yang
yakni pendukung hak dan kewajiban, maka
telah disinggung terdahulu melakukan
baginya
tindakan yang dimaksud bila yang diduga
hukumlah
melakukan tindak pidana sewaktu mau
perbuatannya, sehingga bila baginya tidak
ditangkap berupaya melarikan diri atau
diberlakukan
melawan
pelanggaran terhadap hak asasi.
yang
akan
mengancam
hak-hak
juga
korban,
berlaku
yang
akan
hukum
namun
hukum,
maka
mengatur
atas
akan
terjadilah
keselamatan petugas.
Praktek tembak ditempat seakan
Jenis Hukuman
suatu vonis yang diberikan kepada pelaku
Dalam hukum pidana juga memakai
tindak pidana tanpa sidang peradilan.
hal sebagaimana diatas, yakni adanya
Perbuatan tersebut bukanlah suatu undang-
aturan tertulis yang harus ditaati yang
undang, tetapi suatu perintah atasan.
bersifat legalitas, bahkan pasal 1 dari
Lahirnya
tentu
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
berbeda dengan suatu perintah. Undang-
Pidana yang telah disinggung diatas) Hal
undang lahir melalui suatu mekanis yang
ini menghendaki adanya suatu kepastian
akhirnya
Dewan
hukum, begitupun dengan jenis hukuman
Perrwakilan Raknyat untuk mendapatkan
yang akan diterap harus adanya kepastian
persetujuan, sementara perintah banyak
hukum.
suatu
undang-undang
ditetapkan
oleh
Hukum adat adalah hukum yang
merupakan kebijakkan.
Sebagaimana disinggung pada awal
hidup
dan
tumbuh
22
low) pada
dalam
tulisan ini, yakni Indonesia adalah negara
masyarakat(living
asasnya
hukum, dengan arti kata segala aspek
tidak tertulis, apakah ini bisa dilaksanakan
terjangnya adalah berdasarkan hukum,
yang sesuai dengan asas legalitas. Dalam
maka segala kebijakan-kebijakan yang
bidang hukum perdata bisa dilaksanakan,
tidak sesuai atau diatur oleh hukum tidak
namun dalam hukum pidana tidak bisa
dibenarkan. Sedangkan orang yang belum
dilaksanakan. Sebagai contoh seseorang
dihadapkan kedepan sidang pengadilan
yang tertangkap sedang mesum (pelaku
adalah terdakwa dan bukan terpidana
bukan suami isteri), apakah ini boleh
(praduga tak bersalah).
dirajam, karena penduduknya mayoritas
Memang pada kenyataannya pelaku
Islam dan mengangap hukum islam yang
tindak pidana adalah orang-orang yang
telah diresepsi kedalam hukum adat dan
21
22
. Ibid H 1 Kolom 5
Soepomo..............................
Masril : Tembak Ditempat dan Hak Asasi Manusia
beranggapan bisa untuk dilaksanakan.
Kalau kita konsen dengan asas legalitas
maka
yang
tertulis
saja
yang
bisa
Penutup
Berdasarkan hal diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
dilaksanakan. Namun demikian ada satu
1. Seorang terpidana yang mau dieksekusi
undang-undang (UU Drt No. 1 Tahun
harus melalui putusan Pengadilan
1951), dimana dalam pasal 3 UU tersebut
2. Polisi dalam menjalankan tugasnya
membolehkan untuk diterapkan hukum
untuk menjaga keamanan diperkenakan
adat (pidana adat), dengan ketentuan
melakukan tindakan ditempat
pidana yang dijatuhkan tidak boleh lebih
bertanggung jawab (pasal 5 ayat 1 huruf
dari tiga bulan penjara.
a bahagian 4, pasal 7 ayat 1 bahagian j
Pasal 10 KUHP (tentang jenis
hukuman) merumuskan:
KUHAP dan pasal 16 ayat 1 bahagian i
UU
a. Hukuman pokok
yang
Pokok
Kepolisian),
seperti
melumpuhkan sesuai dengan standar
1e.Hukuman mati
operasinya.
2e.Hukuman penjara
3. tembak ditempat yang tidak melalui
3e.Hukuman kurungan
prosedur
4e.Hukuman denda
pelanggaran terhadap hak asasi.
hukum
merupakan
b. Hukuman-hukuman tambahan
1e. Pencabutan beberapa hak yang
Referensi
tertentu
2e.
Perampasan
barang
yang
BP.7. Bahan penataran P4
Efendi,
tertentu
3e. Pengumuman keputusan hakim.
Bila
dilihat dari redaksi pasal
tersebuut, memang ada hukuman mati,
tetapi konteknya berbeda dengan dengan
tembak ditempat. Yang tecantum dalam
pasal 10 KUHP ini adalah melalui suatu
proses persidangan yang diputus oleh
Masyhur, Tempat hak asasi
manusia
dalam
hukum
Internasional/nasional.
Alumni
Bandung 1980.
Abdurrahman, 1984. Hukum Adat
Menurut
perundang-undangan
Indonesia, Cendana Perss Jakarta
Harian Repulika
Harian Raknyat Bengkulu
pengadilan seperti pelaksanaan hukuman
mati terhadap gembong narkoba yang
membuat agak terganggunya hubungan
Australia dan Brasilia dengan Indonesia..
UU No 8 Tahun 1981, tentang KUHAP
KUHP
UU No, 48 tyahun 2009 Tentang Pokok
Kekuasaan kehakiman
MIZANI Vol. 25, No.1, Februari 2015
UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia
UU No. 2 Tahun 1999 Tentang Kepolisian
Republik Indonesia
UU Drt. No. 1 Tahun 1981 Tentang
penerapan hukum adat.
Metro TV