MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM

MASA HINDU, BUDHA DAN ISLAM
A. PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA HINDU-BUDHA,
SERTA PENINGGLAN-PENINGGALANNYA
1. Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
Proses masuknya pengaruh agama Hindu maupun Budha ke indonesia melalui hubungan perdagangan India dengan
Indonesia. Dalam hubungan dagang itu, terjadi pergaulan diantara para pedagang. Pergaulan tersebut berlangsung cukup
lama. Akibat hubungan dagang tersebutakhirnya pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia. Masyarakat Indonesia yang
paling awal menerima pengaruh dan menganut agama Hindu adalah raja beserta keluarganya, para bangsawan, dan prajurit,
karena merupakan kasta yang terhormat, baru kemudian rakyat rendah.
Agama Hindu tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera. Sejak abad ke-4 dan ke-5,
pengaruh agama dan kebudayaan Hindu telah masuk ke Indonesia. Bersama dengan berkembangnya agama dan kebudayaan
Hindu di Indonesia, datanglah agama Budha ke tanah air. Agama Budha masuk ke Indonesia juga melalui jalur perdagangan,
bahkan dilakukan secara damai. Sejak abad ke-7 Masehi, Hindu berkembang pesat dan tersebar luas di wilayah Indonesia,
dengan pusat di Kerajaan Sriwijaya.
2. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha serta Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Pengaruh Hindu-Budha begitu luas di Indonesia, dan hampir tidak ada pulau besar yang tidak mendapat pengaruh, kecuali
Papua, Maluku dan sekitarnya, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Penyebab utama tidak masuknya pengaruh Hindu dan
Budha di wilayah Indonesia bagian timur tersebut, karena di anggap terlalu jauh untuk di jangkau pada saat itu.
Daerah yang mendapat pengaruh Hindu-Budha di Indonesia dapat di lihat dari kerajaan-kerajaan yang bercorak HinduBudha, yaitu[1]:
1.


Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500 Masehi, dengan pusat kerajaan terletak pada aliran sungai Mahakam
Kalimantan Timur. Merupakan kerajaan tertua dan masyarakatnya sudah lebih maju sebelum ada kerajaan. Kebudayaan
dan pemerintahanya berkembang seiring dengan perkembangan kerajaan itu sendiri. Raja yang terkenal adalah Raja
Mulawarman dan bukti yang mendukung adanya Kerajaan Kutai adalah tujuah buah Yupa (tugu batu bertulis untuk
peringatan uapacara korban) di daerah aliran sungai Mahakam.

a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kutai
-

Letak Kerajaan Kutai di tepi sungai Mahakam yang subur untuk lahan pertanian sekaligus sungainya dapat dilayari
kapal dagang.

-

Masuknya pengaruh Hindu melalui perdagangan

-


Isi yupa yang menyatakan bahwa Raja Mulawarman memberikan 20000 ekor sapi,maka dapat kita simpulkan bahwa
kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai adalah bertani, beternak, dan berdagang.

b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Kutai

Ditemukannya istilah vaprakeswara dan keberadaan para brahmana dalam prasasti kerajaan Kutai, membawa kita pada
kesimpulan bahwa raja Mulawarman telah menganut agama Hindu. Pada saat itu berlaku kebiasaan, agama yang dianut
pemimpin juga dianut oleh rakyatnya.Dengan demikian, keluarga dan masyarakat Kutai juga menganut agama Hindu.
Dianutnya agama Hindu di Kutai membawa konsekuensi berlakunya ajaran Hindu dalam kehidupan masyarakat, seperti
pembagian kasta dalam masyarakat.
c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Kutai

Kehidupan dan perkembangan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan atau agama yang mereka
anut. Hasil budaya Kerajaan Kutai adalah berupa 7 buah prasasti berupa yupa.
2.


Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
kerajaan Tarumanegara berdiri kurang lebih pada abad ke-5 Masehi, di Jawa Barat dengan Rajanya bernama
Purnawarman. Perkembangan masyarakatnya yang dulu hanya berkelompok, sedangkan kebudayaannya saling
mempengaruhi dengan kebudayaan lama. Bukti yang mendukung adanya Kerajaan Tarumanegara, salah satunya
Prasasti Tugu, isinya yaitu letak ibukota Kerajaan Tarumanegara.

a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanagara

Hasil bumi kerajaan tarumanagara merupakan komoditi utama dalam dunia perdagangan dengan daerah ataupun kerajaan di
sekitarnya. Kehidupan ekonomi Tarumanagara juga tampak dari catatan Fa Hien, seorang musafir Cina. Ia sempat singgah di
kerajaan itu. Ia terkesan dengan ketrampilan para pedagang Tarumanagara. Barang yang di tawarkan terutama beras dan kayu
jati. Dengan demikian, kehidupan ekonomi Tarumanagara bertumpu pada pertanian, perkebunan, dan perdagangan.
b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Tarumanagara
Kehidupan gotong royong dalam kehidupan masyarakat Tarumanagara berkembang dangan baik. Hal ini terlihat dengan
adanya penggalian saluran Gomati secara gotong royong. Kehidupan keagamaan dalam masyarakat juga sudah berjalan

dengan baik. Sebagian masyarakatnya beragama Hindu dan Buddha, sedangkan sebagian masyarakat yang lainnya
masih menganut agama asli.

c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanagara
Hasil budaya yang terkenal dari kerajaan Tarumanagara adalah 7 buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sangsekerta. Informasi yang termuat dalam prasasti menunjukkan kebudayaan masyarakat Tarumanagara sudah
maju.

3.

Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah, dengan pusat lembah Kali Progo, keadaan masyarakatnya sudah lebih
maju, karena sudah ada Kerajaan di Jawa Tengah. Demikian pula dengan kebudayaannya yang sudah lebih maju.Raja-rajanya
seperti, Raja Sanjaya, Raja Panangkaran, Raja Samaratungga. Bukti Kerajaan Mataram Kuno ini yaitu, Candi-candi di Jawa
tengah, seperti; Borobudur, Kalasan, Mendut, dll.

Pada tahun929 M ibukota Maataram Kuno dipindahkan dari Jawa Tengah Ke Jawa Timur Oleh Mpo Sindok.

a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi kerajaan Mataram Kuno bersumber pada usaha pertanian karena letaknya di daerah pedalaman.
Dengan pertanian tersebut kelihatannya masyarakat Mataram Kuno sudah cukup baik tingkat kesejahteraannya.

b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan sosial masyarakat Mataram sangat dilandasi oleh kehidupan religius dab semangat gotong royong.

Alasannya dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit tetap dapat membangun candi dalam jumlah banyak. Selain itu,
toleransi beragama dalam kerajaan Mataram Kuno pun telah bekembang dengan baik. Terbukti dari perkawinan antara Rakai
Pikatan yang beragama Hindu dengan Pramodawardhani yang beragama Buddha. Keduanya membangun tempat suci
menurut kepercayaannya masing-masing.
c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan budaya Kerajaan Mataram Kuno sudah sangat maju. Kemajuan itu ditunjukkan oleh prasasti-prsasasti yang
ditemukan. Selain prasasti, kerajaan Mataram Kuno juga banyak membangun candi-candi, baik candi Hindu maupun

candi Buddha. Candi-candi terseut antara lain sebagai berikut:

-

Candi Sewu

-

Candi Borobudur

-

Komplek Candi Loro Jonggrang

-

Candi Hindu lainnya: Sambisari, Gedong Songo, Dieng, dan Ratu Boko.

-


Candi Buddha lainnya: Kalasan, Mendut, dan Pawon.
4.

Kerajaan Sriwijaya di Sumatera

Sumber pengetahuan tentang Kerajaan Sriwijaya ada dua, yaitu dari prasasti dan dari berita China. Perkembangan
masyarakatnya sudah jauh lebih maju, seiring dengan perkembangan kebudayaannya maupun pemerintahan. Kerajaan
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad ke-7 dan ke-8 M, terutama pada saat diperintah oleh Raja Balaputra Dewa.
Masa keruntuhan Sriwijaya pada akhir abad ke-12.
a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia Tenggara. Kehidupan

agraris di Kerajaan Sriwijaya agaknya tidak begitu mendapat perhatian. Kesimpulan itu berdasarkan perbandingan dengan
kerajaan lain yang terletak di pesisir, seperti Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Ternate. Kerajaan-kerajaan itu lebih
memusatkan perhatian pada perdagangan.
b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha, sehingga kehidupan sosial masyarakatnya pun berdasarkan ajaran

agama Buddha. Untuk meningkatkan kehidupan sosial masyarakatnya, Kerajaan Sriwijaya mengadakan hubungan dengan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya dan mengembangkan pendiddikan. Upaya itu dapat dibuktikan melalui prasasti Nalanda dan
catatan yang dibuat oleh I-Tsing.
Dalam prasati Nalanda disebutkan bahwa di Nalanda banyak terdapat para pelajar dari Kerajaan Sriwijaya yang sedang
memperdalam bebagai ilmu pengetahuan. Lalu, menurut I-Tsing, Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha yang cocok
sebagai tempat menyiapkan diri belajar agama Buddha sebelum ke India.

c.

Kehidupan Budaya Masyarakat Kerajaan Sriwajaya
Keajaan Sriwijaya telah memiliki budaya yang tertinggi. Kemajuan itu terbukti dari prasasti-prasasti yang telah
ditemukan. Hasil budaya Sriwijaya antara lain berupa prassti, Arca Buddha di Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi,
dan Candi Muara Takus.

5.

Kerajaan Kediri di Jawa Timur
Airlangga memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua, yaitu Jenggala dan Kediri untuk dua orang putranya agar tidak


menjadi pertumpahan darah, namun usaha ini tidak berhasil, mereka berselisih dan di menangkan oleh Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri akhirnya menjadi Kerajaan besar. Perkembangan masyarakat, Kebudayaan dan juga Pemerintahannya sudah
jauh lebih maju. Raja Kediri ysng pslin terkenal adalah Raja Jayabaya.
a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kediri
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri bersumber pada usaha pertanian, peternakan, dan perdagangan. Hasil utama

masyarakat Kediri adalah berupa beras. Dalam perdagangan, rakyat Kediri menawarkan barang-barang eams, perak, dan hasil
bumi.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri sudah cukup baik. Kenyataan itu dapat dilihat dari di berikannya penghasilan tetap pada
para pegawai kerajaan. Sebagian pemberian bersumber dari hasil pertanian dan peternakan, sebagian lagi berasal dari
perdagangan.
b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Kediri

Pemerintahan Kerajaan Kediri sangat memperhatikan kehidupan sosial rakyatnya. Hal ini dapat dilihat dari usaha pemerintah
dalam memajukan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Masyarakat hidup dengan tenang karena para pencuri dan

perampok mendapat hukuman berat.
c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Kediri
Kehidupan budaya masyarakat Kediri yang menonjol adalah bidang seni sastra, sedangkan hasil budaya lainnya
hampir dikatakan tidak terlihat. Beberapa hasil karya sastra pada zaman Kediri antara lain sebagai berikut.

-

Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sindok dan Mpu Panuluh.

-

Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh.

-

Kitab Samaradhana, karya Mpu Dharmaja

-


Kitab Lubdaka dan kitab Wartasancaya, karya Mpu Tanakung

-

Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna

-

Kitab Tumana Santaka, karya Mpu Maguna

6.

Kerajaan Singosari
Tumapel di daerah Malang yang masuk wilayah Kerajan Kediri, di kepalai oleh seorang Akuwu yang bernama Tunggul
Ametung, yang kemudian di bunuh oleh Ken Arok. Ken Arok menjadi Raja, namun hanya memerintah selama lima
tahun, perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahanya sudah maju. Pada zaman Raja Kertanegara, wilayah
kekuasaan Kerajaan Singosari menjadi sangat luas.

a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singhasari

Kehidupan ekonomi Kerajaan Singhasari bersumber dari pertanian dan perdagangan. Alasannya, wilayah Singhasari
terletak di daerah pedalaman dan di lalui dua sungai besar, yaitu Bengawan Solo dan Kali Brantas. Kedua sungai itu di
manfaatkan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan.
b.

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Singhasari
Pemerinta Singhasari selalu berusaha untuk meningkatkan kehidupan sosial masyarakatnya. Semasa pemerintahan
Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapatkan perhatian. Anusapati larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Baru masa pemerintahan Wisnuwardhana dan Kertanegara, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Singhasari mulai diatur rapi. Hak-hak rakyat dipulihkan kembali, sehingga rakyat dapat hidup tentram dan damai.

c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Singhasari
Hasil budaya Kerajaan Singhasari berupa bangunan candi dan arca. Peninggalan budaya kerajaan antara lain sebagai
berikut.

-

Candi Kidal, tempat perabuan Anusapati

-

Candi Jago, tempat perabuan Wisnuwardhana

-

Candi Singhasari, tempat perabuan Kertanegara

-

Arca Dewi Prajnaparamita, yang merupakan perwujudan Ken Dedes

-

Arca Joko Dolok dan Amoghapasa yang merupakan perwujudan Kertanegara.

7.

Kerajaan Majapahit
Kerajaan Mjapahit didirikan oleh Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja, setelah berhasil mengalahkan
jayakatwang dengan bantuan tentara Mongolia. Perkembangan masyarakat dan budayanya sudah sangat maju,
bersamaan dengan kebesaran Kerajaan Majapahit itu sendiri. Adapun Raja-raja yang pernah memerintahnya yaitu,
Raden Wijaya, Jayanegara, Hyam Wuruk dll.

a.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit
Dalam bidang pertanian, pemerintah kerajaan memberikan perhatian yang besar. Perhatian itu tampak dari upaya-upaya
berikut:
-

Perbaikan dan pemeliharaan tanggul sepanjang sungai untuk mencegah banjir yang dapat merugikan para petani.

-

Pengaturan pemanfaatan lahan untuk sawah atau lading, agar lahan tetap subur.

Di samping pertanian, pemerintahan kerajaan sangat memperhatikan perdagangan. Perhatian itu tampak dari upayaupaya berikut:

b.

-

Perbaikan jalan dan jembatan sehingga lalu lintas lancar dan perdagangan bertambah ramai.

-

Pemeliharaan sarana

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Majapahit
Kehidupan sosial masyarakat Majapahit secara umum tidak jauh berbeda dengan masyarakat Singhasari. Sebagian besar
masyarakatnya beragama Hindu. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa dan memegang kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan.
Kehidupan sosial masyarakat Majapahit secara umum cukup baik sebab pemerintah sangat memperhatikan kepentingan
rakyat. Keamanan terjamin dan hukum dijalankan dengan tidak pandang bulu. Siapa yang salah harus dihukum.

c.

Kehidupan Budaya Kerajaan Majapahit

Pada zaman Kerajaan Majapahit, kebudayaan berkembang dengan pesat baik di bidang sastra maupun bangunan.

1)

Peninggalan Bangunan

-

Candi Panataran di Blitar

-

Candi Sumber Jati di Blitar

-

Candi Srenggopara di Kapopongan

-

Candi Jabung di Krasakan

-

Candi Surawana di Kediri

-

Candi Pari dekat Porong

-

Candi Wringin Lawang di Trowulan

2)

Peninggalan Kesastraan

-

Kitab Negarakertagama , karya Mpu Prapanca

-

Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular

-

Kitab Pararaton yang menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan Majapahit.

-

Kitab Sundayana, yang berisi tentang Peristiwa Bubat

-

Kitab Sorandaka, yang berisi tentang Pemberontakan Sora

-

Kitab Ranggalawe, yang berisi tentang pemberontakan Ranggalawe

-

Kitab Usana Jawa, yang berisi tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Maja dan Aryadamar

-

Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.

3. Peninggalan-peninggalan Sejarah yang bercorak Hindu-Buddha
1. Macam-Macam Peninggalan Sejarah yang Bercorak Hindu-Buddha
a. Agama
b. Arsitektur (seni bangunan)
c. Kesusastraan
d.Tulisan dan Bahasa
e. Sistem Penanggalan
f. Sistem Pemerintahan
2. Ciri-Ciri Peninggalan Sejarah yang Bercorak Hindu-Buddha yaitu: a. Candi (Kaki Candi, Tubuh Candi, dan Atap Candi) b.
Stupa, c. Arca (Siwa, Brahma, Wisnu, Buddha dan Dhyani Buddha, Dhyani Boddhisatwa .)
B. PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA ISLAM, SERTA
PENINGGALAN-PENINGGALNYA.
1. Proses Masuk dan Berkembangan Pengaruh Islam di Indonesia.
Proses masuknya Islam di Indonesia beberapa sejarawan menyebutkan pada abad ke-7 sebagian lainnya menyebut pada
abad ke-13. Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 berasal dari berita China
dinasti Tang. Catatan ini menerangkan bahwa pada tahun 674 M, di pantai barat Sumatera telah terdapat perkampungan
orang-orang Arab yang beragama Islam, sumber sejarah yang menyatakan Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke13.

pada sekitar abad ke-16 hampir sebagian besar masyarakat Indonesia telah memeluk agama Islam. Mereka melaksankan
ajaran Islam secara menyeluruh. Faktor penyebab mudah berkembangnya agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai
berikut[2]:
a)

Agama Islam di sebarkan dengan cara damai.

b)

Tidak adanya sistem kasta dalam Islam.

c)

Upacara dalam Islam sangat Sederhana.

d)

Syarat seseorang masuk Islam sangat mudah.

e)

Penyebaran Islam menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada.

2. Peranan Pedagang dan Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia
Agama Islam Tumbuh dan berkembang di Indonesia karena peran para pedagang, mubalig, dan ahli tasawuf. Nilai-nilai
ajaran Islam itu di sampaikan melalui saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, dan kesenian. Para ulama
Indonesia tidak kalah pula perananya dalam syiar Islam. Di Jawa, ulama yang di tokohkan masyarakat mendapat sebutan
Walisanga.
a)

Peranan Pedagang dalam Penyebaran Agama Islam.
Awal penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peran para pedagang. Para pedagang yang berdatangan ke
Indonesia berperan sebagai pedagang dan ulama (orang yang memahami ajaran Islam). Oleh karena itu, selain
menjalankan profesi berdagang, mereka juga menyebarkan Islam.

b)

Peranan Walisanga dan Ulama Lain dalam Penyebaran Agama Islam.
Banyak sekali ulama yang berperan menyebarkan Islam di Indonesia. Penyebaran Islam di pulau Jawa di lakukan oleh
sebuah dewan dakwah wali yang terkenal dengan sebutan Walisanga. Para wali kebanyakan bertugas sebagai penasehat
atau pembantu sultan, terutama pada saat kejayaan Kesultanan Demak. Hal inilah yang menyebabkan Para wali
mendapatkan gelar Sunan(yang di jungjung tinggi).
Sejarah mengenai para wali sebagian besar masih diliputi kegelapan. Hanya beberapa nama di antara wali-wali yang di
ketahui sejarahnya, yaitu: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.

1)

Kesultanan-Kesultanan Islam di Indonesia
Perkembangan agama Islam di Indonesia semakin pesat setelah munculnya kesultanan-kesultanan Islam Indonesia. Hal
ini di karenakan sifat masyarakat di Indonesia yang menganggap seorang pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya. Oleh
karean itu, ketika pembesar-pembesar kerajaan memeluk agama Islam, anggota masyarakat yang lain segera
mengikutinya. Adapun kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, yaitu:a. Kesultanan Samudra Pasai, b. Kesultanan
Aceh Darusalam, c. Kesultanan Demak, d. Kesultanan Pajang, e. Kesultanan Mataram, f. Kesultanan Cirebon, g.
Kesultanan Banten, h. Kesultanan Gowa-Tallo (Makasar), dan i. Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore.

2)

Peninggalan-Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam
Di berbagai negara, para penganut Islam berusaha menampilkan citra dan cita keesaan Tuhan lewat bermacam budaya.
Karya-karya budaya bercorak Islam tampil dengan ciri khasnya sendiri yang menambah khazanah budaya Indonesia.
Peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Indonesia, yaitu[3]:

a)

Seni Bangunan, Seni Pahat dan Seni Ukir,

b)

Seni Sastra,

c)

Tradisi dan Upacara

C. PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAH PADA MASA KOLONIAL
EROPA.
Pada pertengahan abad ke-15, kondisi perdagangan bangsa Eropa mengalami kemandegan. Kelesuan ekonomi akibat
jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki Usmani. Bangsa Turki Usmani banyak membuat peraturan yang menyudutkan
lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama untuk memperoleh bahan kebutuhannya seperti rempah-rempah. Untuk
mengatasi hal tersebut, bangsa Eropa mencari jalan langsung ke pusat rempah-rempah, yaitu Indonesia.
1. Aktivitas Perdagangan dan Pelayaran Asia-Eropa sampai Tahun 1453
Pusat-pusat perdagangan di Laut Tengah merupakan salah satu bagian kawasan yang memiliki tingkat kesibukan dan
keramaian yang tinggi dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran kuno dunia. Kota-kota dagang disekitar Laut Tengah
pada umumnya merupakan kota otonom, artinya kota yang memperoleh banyak keleluasaan untuk mengatur dirinya
sendiri dalam bidang politik, ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. kemajuan yang diperoleh kota-kota dagang disekitar
Laut Tengah rupanya tidak terlepas dari peran kota-kota dagang lain disekitarnya.
Kota-kota dagang utama di Eropa bagian selatan mempunyai jalinan ekonomi dengan kota-kota pelabuhan dagang di
Eropa bagian utara atau kota-kota pedalaman di Eropa. Para pedagang besar seperti Inggris dan Belanda sering
mendatangi pusat-pusat perdagangan di Eropa selatan dengan maksud mendapatkan barang-barang yang dibutuhkannya.
Tidak jarang pula negeri-negeri itu mendatangi langsung pusat rempah-rempah di Laut Tengah, yaitu Konstatinopel.
Peran pusat-pusat perdagangan di Laut Tengah kemudian berubah ketika Konstatinopel dikuasai oleh bangsa Turki
Usmani pada tahun 1453.
2. Posisi Indonesia dalam Jaringan Perdagangan dan Pelayarab antara Asia-Eropa
Secara geografis wilayah Indonesia berada pada posisi silang di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi geografis
tersebut bernilai strategis dan terbuka. Strategis bermakna letaknya baik dan menguntungkan. Sedangkan terbuka berarti
Indonesia terbuka oleh jalur hubungan antarpulau dan antarnegara. Sejak abad ke-7 kawasan Indonesia telah berhasil
memainkan peran sebagai salah satu pusat perdagangan dan pintu gerbang lalu lintas perdagangan internasional, antara
India-China di Asia atau di antara mata rantai hubungan Asia-Eropa.
3. Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
Timbulnya aktivitas pelayaran dan perdagangan yang di lakukan bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda tidak
lepas dari peristiwa yang terjadi sebelumnya, yaitu perang salib (1096-1291) dan jatuhnya Konstantinopel ke yangan
bangsa Turki Usmani pada tahun 1453. Sejak jatuhnya kota tersebut, bangsa Turki mempersulit masuknya orang-orang
Eropa. Bangsa Eropa yang memelopori penjelajahan samudera, yaitu Portugis dan Spanyol. Di antara bangsa-bangsa yang
lain, kedua bangsa inimenghadapi kesulitan ekonomi paling parah sejak jatuhnya konstantinopel.
a.

Kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat Indonesia
Sejak Portugis menginjakkan kakinya di Indonesia, konflik antara rakyat Indonesia dengan bangsa asing itu sering
terjadi. Setelah berakhirnya penjajahan Portugis, bangsa Eropa lainnya yang melakukan penindasan kepada masyarakat
Indonesia adalah Belanda. Pada masa penjajahan Belanda itulah berbagai kebijakan yang berkaitan dengan seluruh

aspek kehidupan masyarakat pribumi. Keuntungan tersebut di gunakan untuk kepentingan negerinya dan mandani
penyelenggaraan penjajahan. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Indonesia tersebut Hindia-Belanda.
Adapun Kebijakan-kebijaknnya,yaitu [4]
a)

Kebijakan pemerintah kolonial pada masa pemerintahan Deandels (1808-1811)

b)

Kebijakan pemerintah kolonial pada masa pemerintahan Raffles (1811-1816)

c)

Kebijakan ekonomi pemerintah kolonial Hindia-Belanda (1816-1900)

b.

Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Kolonialisme Bangsa Eropa
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa, terutama Portugis dan Belanda, mendapat reaksi keras dari berbagai masyarakat di
Indonesia. Perlawanan rakyat muncul karena para pedagang asing itu menjalankan monopoli (hak tunggal), penerapan
politik devide et impera (pecah belah dan kuasai), dan penguasaan wilayah secara paksa. Kerajaan-kerajaan dan rakyat
Indonesia, yang saat itu di kenal dengan Nusantara memberikan reaksi yang beragam terhadap kekuasaan Barat. Sejak
munculnya kolonialisme Portugis, reaksi terhadap penjajahan warga asing banyak bermunculan di berbagai daerah,
seperti di Ternate, Aceh, Mataram, Makasar, dan Banten.

c.

Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial terhadap Pendidikan Masyarakat di Indonesia
Sejak Belanda berhasil berhasil memaksakan kekuasaan terhadap bangsa Indonesia, Belanda dengan leluasa dapat
menanamkan pengaruh atas superioritas bangsanya. Keuntunganyang begitu besar dengan sendirinya mengalir ke negeri
Belanda. Akan tetapi, banyak di antara tokoh Belanda yang menaruh simpati atas penderitaan bangsa Indonesia yang di
tandai munculnya gagasan balas budi melalui irigasi, transmigrasi, dan edukasi (pendidikan).
Penyelenggaraan pendidikan Barat oleh penguasa Hindia-Belanda dan pendidikan Islam oleh tokoh-tokoh pribumi
mempunyai andil besar besar dalam melahirkan kaum terpelajar yang kelak tumbuh menjadi elite nasional. Dengan
ilmunya, mereka mencari ide dan pemikiran baru untuk berusaha mengubah pandangan yang bersifat kedaerahan yang
menghambat cita-cita nasionalisme Indonesia. Merekapun berupaya memperkuat persatuan dan kesatuan semua suku
bangsa yang menjadi modal bagi tercapainya cita-cita kemerdekaan Indonesia.