BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Harmonisasi Masyarakat Multi Etnis (Etnis Btak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda)” (Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.Kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua negara. Kemajemukan apabila dikelola dengan baik, merupakan kekuatan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Namun ini sekaligus kelemahan, karena sangat rawan dan rentan terhadap konflik, apabila tidak dikelola secara jujur dan tegas.

  Secara positif harus disyukuri, karena hal itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri, mengingat 68 tahun kemerdekaan itu sudah kita raih, dengan membangun persatuan menuju kesatuan Indonesia yang padu, bersatu berdasarkan pancasila dan UUD 1945 (Sujanto, 2007:72).

  Keberagaman atau kemajemukan masyarakat Indonesia bersifat alamiah dan merupakan sumber kekayaan budaya bangsa yang sudah ada sejak nenek moyang kita.Dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, berbagai perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras atau golongan (SARA), merupakan realita yang seharusnya dipahami dan didayagunakan untuk memajukan bangsa dan negara ini.Persinggungan unsur-unsur SARA secara positif diharapkan justru dapat meningkatkan mutu kehidupan masing-masing unsur, bermanfaat bagi masing-masing pihak, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, masing- masing pihak memiliki keunggulan dalam hal tertentu dari pihak yang lain, sehingga dengan berinteraksi, akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan. Produk budaya suatu bangsa yang satu dapat digemari pula oleh suku bangsa lain, yang bukan produk budayanya sendiri (Sujanto, 2007:2).

  Menurut Sujanto (2007:5) Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku (lebih dari 500 etnis) yang memiliki beranekaragam adat istiadat, bahasa, budaya, agama, keyakinan dan kepercayaan.Berikut ini adalah profil beberapa Etnis dengan populasi jumlah penduduk yang besar di Indonesia: Pertama, Etnis Jawa merupakan Etnis dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, diperkirakan populasinya mencapai 100 juta jiwa. Sebagian besar populasi Etnis ini berdiam di Pulau Jawa, utamanya Jawa bagian tengah dan timur. Penduduk Etnis Jawa terbesar di hampir seluruh wilayah Indonesia, namun tidak hanya mendiami wilayah Indonesia, penyebaran populasi Etnis ini sudah hampir ke luar negeri, Malaysia, Suriname, dan Belandaadalah beberapa negara di dunia yang penduduknya terdapat populasi Etnis Jawa.Kedua, Etnis Sunda merupakan Etnis kedua yang memiliki populasi penduduk kedua terbesar di Indonesia. Sebagian besar penduduk Etnis Sunda mendiami Pulau Jawa bagian Barat.Ketiga, Etnis Melayu sebagian besar penduduk Etnis Melayu mendiami Pulau Sumatera dan sebagian Kalimantan bagian Barat.Keempat, Etnis Bugis dan Makassar sebagian besar mendiami wilayah selatan Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Namun penduduk Etnis Bugis dan Makassar sudah tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara seperti Malaysia dan Afrika Selatan.Kelima, Etnis Bataksebagian besar penduduk etnis ini berdiam di Provinsi Sumatera Utara.Keenam, Etnis Madura mendiami wilayah Pulau Madura dan sebagian besar Pesisir Timur Pulau Jawa.

  Setiap kelompok masyarakat memiliki pola perilaku dan budaya yang sedikit banyak berbeda. Bukan itu saja, kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia juga didiami oleh para pendatang yang berasal dari berbagai ras dan suku bangsa yang berbeda dari berbagai penjuru dunia. Kehadiran mereka dengan berbagai macam budayanya telah menghasilkan bentuk realitas sosial dan budaya yang beragam.

  Kota Medan sejak zaman Kerajaan Haru tahun 1258 sudah menjadi tempat pertemuan berbagai kultur bahkan ras seperti: Karo, Melayu (Islam), India, Mandailing, dan Simalungun. Sebagaimana terlihat dalam keadaan Kota Medan sekarang yang dihuni oleh berbagai suku, agama, ras, dan budaya tetapi kondisinya sampai sekarang relatif aman. Sejak zaman Haru hingga sampai tahun 2013 sekarang, Kota Medan yang berarti tempat berkumpul berbagai etnis, masih menjadi tempat berkumpul berbagai ras dan multi etnis yang berbeda-beda. Mengingat pengalamannya yang panjang sebagai melting pot, tidak heran jika hingga saat ini Kota Medan masih dikenal sebagai daerah yang relatif aman dari berbagai kerusuhan antaretnis. Kota Medan tidak sama dengan daerah lain, Kota Medan ini dibangun dengan beragam suku, budaya dan agama yang didasarkan oleh rasa toleransi yang tinggi yang merupakan miniaturnya Indonesia.

  Keharmonisan yang ditunjukkan oleh Kota Medan tak luput dari peran masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai solidaritas, nilai-nilai kebersamaan yang mereka miliki.

  Kondisi harmonis ini terlihat juga dibeberapa daerah di Sumatera Utara khususnya DesaTeluk Panji II yang berada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menjadi objek penelitian bagi peneliti. Desa Teluk Panji II merupakan desayang harmonis yang di huni berbagai macam agama dan etnis namun mereka selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi sehingga sampai saat ini desa tersebut masih sangat jauh dari konflik antaretnis. Hal ini dapat di lihat pada acara pesta perkawinan yang dilakukan di daerah tersebut dimana jika salah satu etnis melaksanakan pesta maka etnis laindi undang untuk membantu serta aktif mensukseskan acara pesta tesebut. Begitu juga ketika salah seorang warga yang terkena musibah, mereka tidak memandang etnis apa yang terkena musibah, tetapi mereka langsung membantu apa yang bisa di bantu. Desa Teluk Panji II di huni oleh masyarakat pendatang namun komposisi terbesar adalah Etnis Jawa dan dapat di lihat pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis

  Nama Etnis Persentase (%) Frekuensi Etnis Jawa 62% 888 Etnis Mandailing 15% 215 Etnis Sunda 11% 158 Etnis Batak Toba 10% 143 Lain-lain 2%

  29 Jumlah 100 % 1.433

  Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012

  Berdasarkan data tabel 1.1, terlihat bahwa terdapat satu etnis besar atau mayoritas di Desa Teluk panji II yaitu Etnis Jawa. Sedangkan etnis lainnya seperti Etnis Mandailing, Sunda dan Batak Toba berada di bawahnya. Pada tahun 1989 berdasarkan keputusan pemerintah daerah menetapkan bahwa 90% masyarakat transmigrasi berasal dari Pulau Jawa sedangkan 10% untuk masyarakat lokal yang berada di Sumatera Utara.

  Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa di tuntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang baru. Namun kenyataannya masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa gagal beradaptasi di Desa Teluk Panji II di karenakan kondisi pemukiman yang masih semak dan rawa-rawa, infrastruktur jalan yang sangat rusak serta kondisi tanah gambut yang membuat masyarakat kesulitan mencari air bersih. Di tambah lagi mereka sudah terbiasa hidup dikeramaian, mandi dengan air bersih dan lain-lain.

  Hal ini yang mengakibatkan masyarakat yang berasal dari Pulua Jawa sebanyak 27% memutuskan untuk kembali kedaerah asal dan menjual lahan mereka kepada penduduk lokal yang ber Etnis Mandailing, Batak Toba dan Etnis lainnya. Sedangkan masyarakat Pulau Jawa yang bertahan di Desa Teluk Panji II sebanyak 63% sampai saat ini.

  Masyarakat Teluk Panji II pada saat initerdiri dari banyak suku bangsa yaitu masyarakat yang majemuk (multietnis). Demikian pula dengan adanya semboyan dalam lambang negara Republik Indonesia ”Bhineka Tunggal Ika” (berbeda-beda namun satu juga) yang menunjukan bahwa sejak dulu masyarakat Indonesia telah dikenal sebagai masyarakat majemuk (multietnis), yang ditandai oleh adanya berbagai ciri perbedaan yang khas, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Multietnis menuntut masyarakat Teluk Panji II untuk hidup penuh toleransi, hidup harmonis, saling pengertian antaretnis dan antar bangsa dalam membina suatu dunia baru, seperti yang diwujudkan masyarakat Desa Teluk Panji II.

  Setiap etnis memiliki perbedaan karakter masing-masing yang belum tentu masyarakat yang lain dapat menerimanya. Seperti Etnis Jawa yang sifatnya tergolong lamban dalam arti orang jawa tidak menyukai serba tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, dengan sikap lamban keluarlah ungkapan yang hampir sama yaitu alon-alon asal kelakon adalah suatu pekerjaan dilaksanakan dengan

  waton artinya aturan dan ketentuan yang berlaku. Begitu juga dengan Etnis Sunda

  yang tergolong bersifat lemah-lembut, ramah, disiplin, periang, sopan, optimis, dan jujur. Sedangkan Etnis Batak Toba dan Mandailing memiliki sikap yang agak ceroboh, pemberani, kuat, kasar, dan kerja keras namun Etnis Mandailing mempunyai perbedaan logat bahasa yang sedikit berbeda dengan Etnis Toba yaitu tidak terlalu totok bahasanya. Dari perbedaan karakter-karakter masing-masing etnis tersebut, masyarakat Teluk Panji II mampu mewujudkan keharmonisan antaretnis di tengah-tengah perbedaan yang ada serta mampu menyatukan perbedaan-perdaan yang ada dan memberikan pembeda antara desa yang satu dengan desa yang lainnya. Didesa ini masyarakat yang beragam etnis duduk bersama, saling menghargai, saling membantu, bertoleransi dan tidak memandang apakah suatu kelompok masyarakat merupakan kelompok mayoritas atau minoritas sehingga tidak terjadi dominasi mayoritas dan tirani minoritas.

  Masyarakat multietnis sangat rentan terjadi konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut seperti konflik yang terjadi di Ambon, Poso dan Sampit merupakan pertanda rendahnya saling percaya dan tiadanya harmoni didalam masyarakat. Namun kondisi di Desa Teluk Panji II memperlihatkan kondisi yang berbeda, walaupun mereka hidup dalam kemajemukan (multietnis) mereka mampu menjalin hubungan yang harmonis antar etnis yang satu dengan yang lainnya.

  Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti Desa Transmigrasi Teluk Panji II karena desa tersebut memiliki berbagai macam etnik yang hidup harmonis dan dalam proses interaksi sosial dikatakan menarik bila lingkungan suatu masyarakat dihuni oleh berbagai kelompok etnis yang heterogen sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti unsur-unsur apa yang seharusnya di bangun untuk menciptakan suatu hubungan yang baik dan mewujudkan masyarakat yang bertoleran.

  1.2 Rumusan Masalah

  Melalui pemaparan latar belakang diatas maka penulis mengindentifikasikan perumusan masalah yang dijadikan sarana penelitian adalah:

  1. Mengapa terwujud keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II?

  2. Bagaimana bentuk keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah:

  1. Untuk mengetahui Mengapa terwujud keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II.

  2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II.

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Manfaat Teoritis 1. meningkatkan dan

  Hasilpenelitian diharapkandapat mengembangkan ilmu pengetahuan, pada umumnya untuk ilmu sosiologi pada khususnya sosiologi Hubungan Antar Kelompok dan kajian mengenai hubungan sosial.

  2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasisiwa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

  b.

  Manfaat Praktis 1.

  Menjadi sumbangan pemikiran kepada masyarakat agar mampu menjaga keharmonisan yang telah ada saat ini.

  2. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam menjalankan kebijakan pemerataan aktivitas-aktivitas. Seperti aktivitas keagamaan, sosial dan budaya guna tercapainya masyarakat Bhinneka Tunggal Ika.

  3. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi para tokoh adat dan tokoh agama.

1.5 Defenisi Konsep

  Adapun defenisi konsep dalam penlelitian ini adalah: a. Interaksi sosial merupakan suatu proses sosial yang mencakup suatu hubungan antara individu dengan individu, individu dangan kelompok dan kelompok dengan kelompok yang terdiri dari beragam etnis. Biasanya interaksi yang seperti ini di temukan di pasar, jalan, warung, pesta perkawinan dan kemalangan sebagaimana kondisi ini terlihat di Desa Teluk Panji II.

  b.

  Kelompok sosial atau social groupadalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama di Desa teluk Panji II dan masyarakatnya mempunyai kebiasaan saling membantu, tukar menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerjasama dengan antarkelompok sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan yang telah ada di Desa Teluk Panji II.

  c.

  Akulturasimerupakan suatu proses dimana masyarakat Desa teluk Panji II yang ber Etnis Jawa ketika pesta pernikahan menggunakan adat upah-upah yang merupakan adat dari Mandailing, begitu juga dengan Etnis Mandailing yang menggunakan hiburan Jarkep ketika mengadakan suatu acara yang mana kita ketahui bahwa Jarkep itu kebudayaan Etnis Jawa.

  Bukan hanya Etnis Jawa dan Mandailing saja yang menggunakan hal ini tapi rata-rata etnis yang ada di Desa Teluk Panji II seperti Etnis Batak Toba dan Etnis Sunda sudah menggunakan hal ini juga. Walaupun begitu masyarakat Teluk Panji II tidak melupakan budaya yang mereka miliki masing-masing.

  d.

  

Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan

  atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayan yang dianut bersama. Hal seperti ini dapat dilihat di Desa teluk Panji II dimana pada saat salah seorang warga terkena musibah, mengalami kesulitan ekonomi, maka timbul rasa simpati dari kelompok masyarakat lain. Hal ini dilakukan masyarakat Teluk Paanji II karena timbulnya rasa senasip sepenanggungan.

  e.

  Masyarakat Majemuk menurut Furnivall (Sunarto, 2004:161) menyatakan bahwa masyarakat majemuk ialah suatu masyarakat yang di dalamnya kelompok berbeda tercampur tetapi tidak berbaur.

  f.

  Kerjasama yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

  Contohnya di Desa Teluk Panji yang sedang berusaha memajukan desanya dengan memanfaatkan keberagamaan etnis, bekerjasama mensukseskan acara pesta pernikahan yang diadakan salah seorang warga, begitu juga dengan berotong royong secara bersama-sama agar tercipta desa yang bersih dan nyaman. Dalam hal musibah juga bekerjasama meringankan beban orang lain.

Dokumen yang terkait

Harmonisasi Masyarakat Multi Etnis (Etnis Btak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda)” (Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara)

9 107 137

Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Teluk Panji Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 42 224

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Konfigurasi Modal Sosial Etnis Jawa dalam Mendukung Keberhasilan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Desa Sena, Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perencanaan Pelaksanaan Pemekaran Desa di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Sungai Sebagai Pembentuk Permukiman Masyarakat di Pinggiran Sungai Siak (Studi Kasus : Permukiman di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak, Riau)

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Batombe(Tradisi Masyarakat di Daerah Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Diversifikasi Pemanfaatan Lahan Persawahan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani” (Studi di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial - Harmonisasi Masyarakat Multi Etnis (Etnis Btak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda)” (Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara)

0 0 13