Bab I Pendahuluan - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

Bab I Pendahuluan I.I Latar Belakang Dari penjabaran visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan dicapai

  adalah peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs, pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan.

  Dalam pelaksanaanya masyarakat harus dapat berperan aktif sejak dimulainya perencanaan kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2010)

  Fungsi pemerintah lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana, pembinaan dan penyuluhan, serta penyediaan tenaga kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat yang paling dominan dibidang kesehatan saat ini adalah posyandu, yang sudah mampu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta bisa meningkatkan rata-rata umur harapan hidup. Selain itu posyandu juga telah meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Perkembangan terakhir menunjukkan secara kuantitas jumlah posyandu yang ada pada saat ini sudah memadai, namun secara kualitas masih perlu ditingkatkan, misalnya kelengkapan sarana, dan keterampilan kader yang masih rendah yang pada gilirannya akan

  1 berpengaruh terhadap menurunnya status gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan yaitu bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 2008). Posyandu

  

atau Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam

pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan

teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2011). Jadi,

posyandu adalah suatu bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat) yang kegiatannya sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat (Depkes RI, 2011).

  Posyandu adalah merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif dari masyarakat. Masyarakat dapat melakukan peran serta aktif dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat untuk menjadi kader posyandu dan juga peran serta dari ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita dengan melihat perkembangan berat badannya setiap bulan (Depkes RI,2009).

  Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan dasar terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, dan Penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti letak geografis dari satu daerah, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, ataupun jumlah balita yang lebih dari 100 orang, maka dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI,2006).

  Pada pelaksanaannya posyandu melayani 5 program prioritas yaitu KB, KIA, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Dari 5 kegiatan tersebut tidak semua kegiatan bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat, khususnya dalam pelayanan antenatal, pelayanan kontrasepsi (kecuali pil dan kondom) dan imunisasi. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang dilakukan 1 bulan sekali tersebut harus ada setidaknya 2 petugas pusksemas untuk memberikan pelayanan teknis dan bimbingan atau pembinaan (Depkes RI, 2010).

  Secara kuantitas, perkembangan posyandu sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu direncanakan pada Tahun 1984 dari sekitar 90.000 buah posyandu yang tersebar di 40.000 desa, telah meningkat menjadi lebih dari 200.000 buah posyandu yang tersebar di 52.000 desa pada akhir tahun 1988. (Pengertian, pengorganisasian dan penyelenggaraan posyandu)

  Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu :

  1) pendaftaran; 2) Penimbangan; 3) Pencatatan/pengisisan Kartu Menuju Sehat (KMS); 4) Penyuluhan ; 5) Pelayanan kesehatan. ( Depkes RI, 2006)

  Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228 kasus pada 2007. Angka kematian bayi menurun dari 70 kematian per 1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi 34 pada 2007. Demikian pula angka kematian balita, yang menurun dari 69 kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada 2007.

  Posyandu menjadi pelayanan kesehatan penting untuk bayi dan balita yang paling awal. Namun pada kenyataannya di posyandu warga masyarakat sendiri banyak yang tidak memanfaatkan posyandu untuk memantau tumbuh kembang anaknya dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa anak balitanya ke posyandu dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan tumbuh dan kembang pada anak balita. ( Willis,2008)

  Salah satu indikator keberhasilan berjalannya program posyandu adalah meningkatnya status gizi anak sehingga jumlah anak yang berat badannya tidak naik akan semakin menurun. Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara masalah gizi buruk di Sumatera Utara tahun 2007 prevalensi gizi buruk adalah sebesar 4,4% dan prevalensi gizi kurang 18,8%. Kasus gizi buruk sebenarnya dapat dicegah dan diminimalkan asalkan si ibu membawa anak ke posyandu setiap bulan sekali untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sebagai awal deteksi dini (Hasronifathurrahman, 2008).

  Data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) dikutip dari Prasetyo (2006) menunjukkan bahwa terjadi penurunan sebesar 12% terhadap kunjungan posyandu baik oleh ibu dengan balita laki-laki maupun perempuan dalam rentang tahun 1997 hingga 2000. Selain cakupan, kualitas layanan dari posyandu itu sendiri juga menurun yang dengan indikasi adanya 14% penurunan cakupan pemantauan pertumbuhan dari tahun 1997 hingga 2000, serta rendahnya kepemilikan kartu menuju sehat (KMS). Sedangkan pada penelitian tahun 2006 di Posyandu Desa Mendala Kecamatan Sirampong Jawa Tengah di dapatkan adanya penurunan jumlah pengunjung. Sedangkan di daerah kecamatan Natar kabupaten Lampung dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dimulai dari tahun 2006 sampai 2008 diperoleh data masyarakat yang aktif di posyandu pada tahun 2006 adalah 80%, periode 2007 turun menjadi 75 % dan pada tahun 2008 menurun menjadi 65%. Dari kedua daerah tersebut faktor penyebab menurunnya kunjungan hampir sama yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan di posyandu.

Tabel 1.1 Jumlah Balita Ditimbang dan Jumlah Posyandu Berdasarkan Puskesmas Kota Medan Tahun 2011 No Puskesmas Balita yang Balita yang % Posyandu Ada Ditimbang Mandiri

  1 Tutungan 6.671 1.506 22,58

  15

  2 Medan Johor 11.551 4.325 37,44

  35

  3 Amplas 10.812 8.099 74,91

  69 Desa Binjei 13.741 2.648 19,27

  27

  4

  5 Kota Matsum 7.305 2.540 34,77

  30

  78 Jumlah 150626 71425 47,41 803 Partisipasi masyarakat di Kecamatan Medan Sunggal terhadap pemanfaatan posyandu dalam hal imunisasi khususnya di Puskesmas Desa Lalang masih sangat rendah, dapat dilihat dari data di profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012 dimana dari total 10.064 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas desa Lalang hanya 1.915 (19,03 %) ( Dinkes Kota Medan tahun 2012).

  18 Belawan 11.102 8.140 73,32

  57

  17 Terjun 16.253 6.694 41,19

  74

  39

  15 Mandala 11.438 4.182 36,56

  81

  8.611 6.424 74,60

  14 Glugur Darat

  17

  13 Glugur Kota 5.457 2.111 38,68

  12 Petisah 4.142 2.088 50,41

  37

  55

  11 Helvetia 12.941 7.387 57,08

  31

  10 Desa Lalang 10.064 1.915 19,03

  41

  9 PB. Selayang 8.164 4.175 57,75

  32

  8 Polonia 4.809 2.821 58,66

  43

  7 Kampung Baru 3.222 1.778 55,18

  42

  6 Teladan 4.518 2.934 64,94

16 Medan Deli 19.120 9.045 47,31

  Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah seluas 1.544 km dan memiliki 6 kelurahan. Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Medan sunggal adalah sebanyak 112.967 penduduk. Dengan jumlah bayi yang berumur 0-4 tahun sebanyak 10.076 dan wanita yang termasuk dalam WUS sebanyak 31.076 orang .

  Jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang adalah sebanyak 31 posyandu yang termasuk kedalam posyandu tingkat mandiri (Dinkes Kota Medan 2012).

  Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan Widiastuti dalam pemanfaatan penimbangan balita di posyandu adapun faktor-faktor yang memengaruhi kedatangan ibu ke Posyandu antara lain: penetahuan ibu tentang manfaat posyandu, motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu, pekerjaan ibu, dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat, sarana dan prasarana di posyandu dan jarak dari posyandu.

  Salah satu yang menjadi penyebab angka kematian bayi yang masih tinggi adalah kehadiran ibu balita yang masih jarang dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 2007)

  Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa petugas kesehatan di Puskesmas Desa Lalang diketahui bahwa banyak ibu yang datang ke posyandu pada awal imunisasi membawa bayi/balita mereka ke posyandu, namun pada bulan berikutnya tidak membawa bayi/balita mereka kembali ke posyandu. Pendapat senada juga dikatakan oleh beberapa ibu-ibu di wilayah Puskesmas Desa Lalang yang di wawancarai penulis bahwa mereka tidak sempat membawa anak mereka dikarenakan mereka bekerja, hal ini menjadi salah satu penyebab kenapa ibu-ibu tersebut tidak membawa balita mereka ke posyandu.

  Disisi lain banyak ibu-ibu yang hanya memanfaatkan layanan posyandu hanya untuk imunisasi dan penimbangan balita saja, sedangkan untuk layanan pemeriksaan hamil maupun KB ibu-ibu yang berada di Desa Lalang lebih sering melakukannya di tempat lain selain posyandu. Semakin tingginya pendapatan masyarakat dan semakin banyaknya pelayanan kesehatan swasta membuat masyarakat beralih dari posyandu ke pelayanan kesehatan yang lain sehingga pemanfaatan dari pelayanan posyandu semakin menurun.

  Berdasarkan uraian diatas maka penulis berminat melakukan penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pemanfaatan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

  1.2. Perumusan Masalah

  Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya pemanfaatan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

1.4. Manfaat Penelitian

  1. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah di dapatkan penulis dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.

  2. Sebagai bahan masukan kepada seluruh penanggungjawab posyandu di Kota Medan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kualitas pelayanan posyandu.

  3. Sebagai bahan referensi di Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya di bidang Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.