Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING

MEDAN TEMBUNG, TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM.061000156 Y U L I A

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA

LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TEMBUNG, TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM.061000156 Y U L I A

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA

LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TEMBUNG, TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 061000156 Y U L I A

Telah Diuji dan Dipertahankan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 12 Januari 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes.

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP.196501121994022001 drh . Hiswani,M.Kes.

Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH

NIP. 130318031 NIP19640404 199203 1 005

Drs. Jemadi, M.Kes.

Medan, 07 Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyrakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S.


(4)

ABSTRAK

Hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan menjadi faktor risiko stroke dan PJK. Data WHO tahun 2000 menunjukkan 26,4% penduduk di dunia menderita hipertensi. Menurut Riskesdas 2007, di Indonesia prevalensi hipertensi 29,8%. Hipertensi terkait dengan beberapa faktor yaitu, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasan merokok.

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 dilakukan penelitian survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua lansia yang berkunjung di empat posyandu lansia pada Juli 2010 yang berjumlah 104 orang (total sampling). Analisa data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh point prevalens rate hipertensi 35,58%, proporsi responden hipertensi tertinggi pada umur (60-74) tahun (38,33%), jenis kelamin laki-laki (47,06%), suku Minang (46,15%), agama Kristen Protestan (42,86%), pendidikan Akademi/PT (50,00%), tidak bekerja (37,88%), obesitas (75,00%), aktivitas fisik tidak teratur (47,14%), ada riwayat keluarga (60,98%), dan merokok (70,97%). Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi lansia yaitu status obesitas (p=0,000;

RP=3,563), aktivitas fisik (p=0,000; RP=4,007), riwayat keluarga (p=0,000; RP=3,201), dan kebiasaan merokok (p=0,000; RP=3,454). Hasil analisa multivariat

terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan hipertensi yaitu status obesitas, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan persamaan regresi logistik Y = -0,128 + 0,340X1 + 0,311X2 + 0,237X3 + 0, 211X4.

Petugas Posyandu Lansia perlu meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang diet, aktifitas fisik secara teratur dan mengurangi merokok serta menyelenggarakan senam lansia sehingga mengurangi faktor risiko terjadinya hipertensi pada lansia. Dan perlunya penelitian lanjutan tentang pengaruh obesitas terhadap hipertensi.


(5)

ABSTRACT

Hypertension is a problem in the elderly because it is often found to be a risk factor for stroke and CHD. WHO data in 2000 showed 26,4% of the world's population suffer from hypertension. According Riskesdas 2007, in Indonesia the prevalence of hypertension 29,8%. Hypertension is associated with several factors, namely, obesity, physical activity, family history, and smoking habits.

To determine factors associated with hypertension in elderly who visited at the Work Area Health Center Frequently Tembung Medan in 2010 conducted an analytic survey research through cross sectional approach. Population is all seniors who visit the elderly in four neighborhood health center in July 2010, amounting to 104 people (total sampling). Data analysis performed by univariate, bivariate and multivariate.

Based on the results obtained point prevalence rate of hypertension 35,58%, the highest proportion of respondents with hypertension at the age of 60-74 years (38,33%), male gender (47,06%), ethnic Minang (46,15%) , Protestant Christianity (42,86%), education Academy / PT (50,00%), unemployed (37,88%), obesity (75,00%), irregular physical activity (47,14%), family history (60,98%), and smoking (70,97%). Results of bivariate analysis, there are 4 variables that have a significant relationship with the elderly hypertensive obese status (p = 0,000; RP = 3,563), physical activity (p = 0,000; RP = 4,007), family history (p = 0,000; RP = 3,201), and smoking (p = 0,000; RP = 3,454). The result of multivariate analysis, there are 4 variables that had significant associations with hypertension are obesity, smoking habits, physical activity and family history with logistic regression equation Y =-0,128+0,340 X1+0,311X2+0,237X3+0,211X4.

Officers posyandu elderly need to improve health education about diet, regular physical activity and reduce smoking and to hold gymnastic, there by reducing the risk factors of hypertension in the elderly. And the need for continued research on the influence of obesity on hypertension.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia

Tempat/Tanggal Lahir : 21 September 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 7 orang

Alamat Rumat : Jl. Durung No. 195 Medan 20222 Riwayat Pendidikan : 1. SDN 060841 Medan 1994

2. SD Swasta Pahlawan Nasional 1998 3. SMP Swasta Pahlawan Nasional 2000 4. SMA Negeri 4 Medan 2003

Riwayat Organisasi : 1. Sekretasis AMM Ranting Al-Hilal 2008 2. Sekretaris LJ UKMI Ad-Dakwah USU 2008 3. Bendahara LJ UKMI Ad-Dakwah USU 2009


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobilallamin, puji dan syukur kepada Alah SWT atas segala

berkah dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta Ayahanda Yurnalis Somad dan Ibunda Marnelis yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang serta memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H. selaku mantan Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU sekaligus selaku dosen pembimbing akademik.


(8)

4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dr.Achsan Harahap, M.P.H dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Kepala Puskesmas Sering Medan Tembung dan penanggung jawab posyandu lansia beserta kader-kader posyandu lansia yang telah memberikan izin penelitian.

8. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Keluarga yang tersayang, bapak dan mama serta saudara-saudara penulis, Sri, uni Rina beserta keluarga, kak Ilen beserta keluarga, abang Am beserta keluarga, serta pada sepupu uni Titit dan Melly yang telah banyak memberi dukungan.

10. Sahabat penulis yang tersayang, Gim (Ami, Ririn, Desi, Rina, Vera, Alsha, dan Lestari), sahabat Salsabila (Fizo, Ummi, dan Aisyah), teman-teman peminatan Epidemiologi FKM USU, dan teman-teman lain di FKM yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis di kala menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi.


(9)

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skirpsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 7 Maret 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.3.1. Tujuan Umum ...4

1.3.2. Tujuan Khusus ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hipertensi ...7

2.2. Lansia ...8

2.2.1. Pengertian Lansia ...8

2.2.2. Tujuan Posyandu Lansia ...9

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia ...9

2.3. Klasifikasi Hipertensi ... 10

2.3.1. Berdasarkan Penyebab Hipertensi ... 10

2.3.2. Berdasarkan Derajat Tekanan Darah ... 11

2.4. Epidemiologi Hipertensi ... 11

2.4.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi ... 11

2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi ... 13

2.5. Gejala Klinis Hipertensi ... 17

2.6. Komplikasi Hipertensi ... 17

2.6.1. Gangguan pada Otak ... 17

2.6.2. Gangguan pada Sistem Kardiovasikuler ... 18

2.6.3. Gangguan pada Ginjal ... 18

2.6.4. Gangguan pada Mata ... 18

2.7. Diagnosis Hipertensi ... 18

2.8. Pencegahan Hipertensi ... 19

2.8.1. Pencegahan Primordial ... 19

2.8.2. Pencegahan Primer ... 19

2.8.3. Pencegahan Sekunder ... 20


(11)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Definisi Operasional ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

4.2.2. Waktu Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.3.1. Populasi ... 27

4.3.2. Sampel... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5. Jenis Data ... 28

4.5.1. Data Primer... 28

4.5.2. Data Sekunder ... 28

4.6. Instrumen Penelitian ... 29

4.7. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 29

4.8. Teknik Analisa Data ... 30

4.8.1. Analisa Univariat ... 30

4.8.2. Analisa Bivariat ... 30

4.8.3. Analisa Multivariat... 30

BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

5.2. Analisa Univariat ... 36

5.2.1. Status Hipertensi ... 36

5.2.2. Karakteristik Lansia ... 36

5.2.3. Status Obesitas ... 39

5.2.4. Aktivitas Fisik ... 39

5.2.5. Riwayat Keluarga ... 40

5.2.6. Kebiasaan Merokok ... 41

5.3. Analisa Bivariat ... 41

5.3.1. Umur dengan Hipertensi ... 42

5.3.2. Jenis Kelamin dengan Hipertensi ... 43

5.3.3. Suku dengan Hipertensi ... 43

5.3.4. Agama dengan Hipertensi ... 44

5.3.5. Pendidikan dengan Hipertensi... 45

5.3.6. Pekerjaan dengan Hipertensi ... 45

5.3.7. Status Obesitas dengan Hipertensi ... 46

5.3.8. Aktifitas Fisik denganHipertensi ... 46

5.3.9. Riwayat Keluarga dengan Hipertensi ... 47

5.3.10.Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi ... 48


(12)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Prevalence Rate Hipertensi Lansia ... 51

6.2. Analisa Bivariat ... 52

6.2.1. Umur dengan Hipertensi ... 52

6.2.2. Jenis Kelamin dengan Hipertensi ... 54

6.2.3. Suku dengan Hipertensi ... 55

6.2.4. Agama dengan Hipertensi ... 56

6.2.5. Pendidikan dengan Hipertensi ... 57

6.2.6. Pekerjaan dengan Hipertensi ... 58

6.2.7. Obesitas dengan Hipertensi... 59

6.2.8. Aktivitas Fisik dengan Hipertensi ... 60

6.2.9. Riwayat Keluarga dengan Hipertensi ... 61

6.2.10. Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi ... 63

6.2. Analisa Multivariat ... 64

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 67

7.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dan Surat Selesai Penelitian Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Formulir Pengukuran TD, TT, dan BB Lansia Lampiran 4 : Out put Reability

Lampiran 5 : Master Data Lampiran 6 : Out put Data


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Status Hipertensi di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 36 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Karakteristik di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 37 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Status Obesitas di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Aktivitas Fisik di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Riwayat Keluarga

di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Kebiasaan

Merokok di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.7. Hubungan Umur (60 - 74) Tahun dan (45-59) Tahun dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.8 Hubungan Umur (75-90) Tahun dan (45-59) Tahun dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.9 Hubungan Distribusi Proporsi Jenis Kelamin dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.10 Hubungan Distribusi Proporsi Suku dengan Hipertensi

Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 44


(14)

Tabel 5.11 Hubungan Distribusi Proporsi Agama dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.12 Hubungan Distribusi Proporsi Pendidikan dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.13 Hubungan Distribusi Proporsi Pekerjaan dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.14 Hubungan Distribusi Proporsi Status Obesitas dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 46 Tabel 5.15 Hubungan Distribusi Proporsi Aktivitas Fisik dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.16 Hubungan Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.17 Hubungan Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok

dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.18 Identifikasi Variabel Dominan Hipertensi Lansia di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010... 49


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 6.1 Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Status Hipertensi

di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 51 Gambar 6.2 Hubungan Distribusi Proporsi Umur (60 - 74) Tahun dan

(45-59) Tahun dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 52 Gambar 6.3 Hubungan Distribusi Proporsi Umur (75-90) Tahun dan

(45-59) Tahun dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 53 Gambar 6.4 Hubungan Distribusi Proporsi Jenis Kelamin dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 54 Gambar 6.5 Hubungan Distribusi Proporsi Suku dengan Hipertensi

Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering

Medan Tembung Tahun 2001 ... 55 Gambar 6.6 Hubungan Distribusi Proporsi Agama dengan Hipertensi

Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 56 Gambar 6.7 Hubungan Distribusi Proporsi Pendidikan dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 57 Gambar 6.8 Hubungan Distribusi Proporsi Pekerjaan dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 58 Gambar 6.9 Hubungan Distribusi Proporsi Obesitas dengan Hipertensi

Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 59 Gambar 6.10 Hubungan Distribusi Proporsi Aktivitas Fisik dengan

Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 60


(16)

Gambar 6.11 Hubungan Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 61 Gambar 6.12 Hubungan Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok

dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2001 ... 63


(17)

ABSTRAK

Hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan menjadi faktor risiko stroke dan PJK. Data WHO tahun 2000 menunjukkan 26,4% penduduk di dunia menderita hipertensi. Menurut Riskesdas 2007, di Indonesia prevalensi hipertensi 29,8%. Hipertensi terkait dengan beberapa faktor yaitu, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasan merokok.

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 dilakukan penelitian survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua lansia yang berkunjung di empat posyandu lansia pada Juli 2010 yang berjumlah 104 orang (total sampling). Analisa data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh point prevalens rate hipertensi 35,58%, proporsi responden hipertensi tertinggi pada umur (60-74) tahun (38,33%), jenis kelamin laki-laki (47,06%), suku Minang (46,15%), agama Kristen Protestan (42,86%), pendidikan Akademi/PT (50,00%), tidak bekerja (37,88%), obesitas (75,00%), aktivitas fisik tidak teratur (47,14%), ada riwayat keluarga (60,98%), dan merokok (70,97%). Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi lansia yaitu status obesitas (p=0,000;

RP=3,563), aktivitas fisik (p=0,000; RP=4,007), riwayat keluarga (p=0,000; RP=3,201), dan kebiasaan merokok (p=0,000; RP=3,454). Hasil analisa multivariat

terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan hipertensi yaitu status obesitas, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan persamaan regresi logistik Y = -0,128 + 0,340X1 + 0,311X2 + 0,237X3 + 0, 211X4.

Petugas Posyandu Lansia perlu meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang diet, aktifitas fisik secara teratur dan mengurangi merokok serta menyelenggarakan senam lansia sehingga mengurangi faktor risiko terjadinya hipertensi pada lansia. Dan perlunya penelitian lanjutan tentang pengaruh obesitas terhadap hipertensi.


(18)

ABSTRACT

Hypertension is a problem in the elderly because it is often found to be a risk factor for stroke and CHD. WHO data in 2000 showed 26,4% of the world's population suffer from hypertension. According Riskesdas 2007, in Indonesia the prevalence of hypertension 29,8%. Hypertension is associated with several factors, namely, obesity, physical activity, family history, and smoking habits.

To determine factors associated with hypertension in elderly who visited at the Work Area Health Center Frequently Tembung Medan in 2010 conducted an analytic survey research through cross sectional approach. Population is all seniors who visit the elderly in four neighborhood health center in July 2010, amounting to 104 people (total sampling). Data analysis performed by univariate, bivariate and multivariate.

Based on the results obtained point prevalence rate of hypertension 35,58%, the highest proportion of respondents with hypertension at the age of 60-74 years (38,33%), male gender (47,06%), ethnic Minang (46,15%) , Protestant Christianity (42,86%), education Academy / PT (50,00%), unemployed (37,88%), obesity (75,00%), irregular physical activity (47,14%), family history (60,98%), and smoking (70,97%). Results of bivariate analysis, there are 4 variables that have a significant relationship with the elderly hypertensive obese status (p = 0,000; RP = 3,563), physical activity (p = 0,000; RP = 4,007), family history (p = 0,000; RP = 3,201), and smoking (p = 0,000; RP = 3,454). The result of multivariate analysis, there are 4 variables that had significant associations with hypertension are obesity, smoking habits, physical activity and family history with logistic regression equation Y =-0,128+0,340 X1+0,311X2+0,237X3+0,211X4.

Officers posyandu elderly need to improve health education about diet, regular physical activity and reduce smoking and to hold gymnastic, there by reducing the risk factors of hypertension in the elderly. And the need for continued research on the influence of obesity on hypertension.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular. Kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia disebabkan oleh morbiditas dan mortalitas yang mengalami pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular. Perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular ini dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

Transisi epidemiologi sangat dipengaruhi oleh transisi demografi dimana pada tahap transisi demografi terjadinya pola penurunan mortalitas sedangkan fertilitas tetap rendah, sehingga menghasilkan dampak mortalitas dan fertilitas relatif stabil, bahkan kadang fertilitas lebih rendah dari mortalitas sehingga pertumbuhan negatif. 2 Bila mengacu pada batasan usia 65 tahun, maka di Indonesia, pada kelompok penduduk berusia 65 tahun ke atas pada tahun 1994 sebesar 7,5 juta jiwa dengan proporsi 4,6% . Dan pada tahun 2010, proyeksi penduduk berusia 65 tahun ke atas di Indonesia menjadi 11 juta jiwa. Sedangkan tahun 2020 proyeksi proporsi 7,2%.3 Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada tahun 2025 angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka 69,0 tahun pada tahun 2000. Sementara itu


(20)

proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) akan meningkat dari 5,0% tahun 2000 menjadi 8,5% di tahun 2025. 4

Menurut Yugiantoro (2006) secara epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah, baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik yang sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.5 Hipertensi dapat diderita oleh pria maupun wanita.6 Hipertensi juga disebut sebagai the silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar yang perkembangannya berjalan perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya.7 Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan sebagai faktor risiko stroke dan penyakit jantung koroner.8

Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), inaktivitas fisik, dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PerHI) atau Indonesian

Society of Hypertension (InaSH), Soenarto, hipertensi sudah menjadi permasalahan

dunia, tahun 2000, hipertensi menyumbang Proportionated Mortality Rate (PMR) 12,8% dari seluruh kematian dan proporsi dari semua kecacatan 4,4%.9 Data dari The


(21)

dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika. 5

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, di Indonesia prevalensi hipertensi 14% dengan perkiraan 13,4%-14,5%. Peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan pertambahan usia penduduk. Penderita hipertensi lebih banyak pada wanita dengan proporsi 16% dibanding pada pria dengan proporsi 12%. 10 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%.11

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. 12 Sedangkan berdasarkan penelitian Rasmaliah dkk (2004) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan diketahui bahwa prevalensi hipertensi penduduk usia ≥ 26 tahun sebesar 26,4% . 13

Berdasarkan laporan bulanan posyandu lansia bulan Maret 2010 di Puskesmas Sering Medan Tembung diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi yang berkunjung di posyandu lansia pada bulan Maret adalah 11,08% (50 orang dari 451 orang). 14


(22)

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Posyandu Lansia, Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Prevalence Rate (PR) hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi lansia berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status obesitas, aktifitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. c. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) umur dengan hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

d. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) jenis kelamin dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.


(23)

e. Untuk mengetahui hubungan suku dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

f. Untuk mengetahui hubungan agama dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

g. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

h. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) pekerjaan dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

i. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) status obesitas dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

j. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) aktivitas fisik dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

k. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) riwayat keluarga dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

l. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) kebiasaan merokok dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.

m. Untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan yang berhubungan dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Kecamatan Medan Tembung pada umumnya, petugas Puskesmas Sering serta kader Posyandu Lansia pada khususnya.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hipertensi

Menurut WHO (1999), hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. 15 Sedangkan menurut Bustan (2000), hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian tinggi. 16

Menurut Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Menurut Hendraswari (2008) tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyutan) atau tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat. Sedangkan tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan atau tekanan minimum dalam arteri pada suatu saat. 16

Menurut Smeltzer (2001), hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. 17 Menurut defenisi ini, sekitar 18% penduduk


(26)

Amerika Serikat menderita hipertensi dan 50% dari penderita tersebut menderita hipertensi pada usia 65 tahun. (Nelly, 1998) 18

2.2.Lansia

2.2.1. Pengertian Lansia

Lansia merupakan kelompok umur dimana terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial.Menurut UU No.13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia lanjut. Menurut Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari 85 tahun).3 Sedangkan menurut WHO, lansia dapat diklasifikasikan menjadi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 17

Sedangkan Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu Lansia juga merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial.


(27)

2.2.2. Tujuan Posyandu Lansia

Secara garis besar tujuan dari Posyandu Lansia adalah :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukur an dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan

b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi. 19


(28)

2.3.Klasifikasi Hipertensi

2.3.1. Berdasarkan Penyebab Hipertensi a. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas.20 Menurut Yugiantoro (2007), hipertensi esensial

adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu.5

Hipertensi esensial tidak dapat diketahui penyebabnya secara pasti. Sekitar 95% kasus hipertensi merupakan hipertensi esensial. Proporsi hipertensi essensial di Amerika Serikat pada orang kulit putih dewasa 10-15% dan proporsi pada orang kulit hitam dewasa 20-30%. Hipertensi esensial biasanya muncul pada pasien yang berusia antara 25-55 tahun, sedangkan usia dibawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis hipertensi esensial adalah multifaktorial. 21

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit yang sudah ada sebelumnya.22 Kondisi ini biasanya muncul secara tiba-tiba dan

menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer. Beberapa kondisi pemicunya antara lain gangguan fungsi ginjal, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. 15 Kira-kira 5%


(29)

2.3.2. Berdasarkan Derajat Tekanan Darah

Menurut Join Nation Committee On prevention detection, evaluation, and

treatment of high pressure VII (JNC-VII) tahun 2003 mengklasifikasikan hipertensi

untuk melihat faktor risiko dalam pengobatannya sebagai berikut: 23

a. Normal yaitu tekanan darah sistolik ≤ 120 mmHg dan tekanan darah diastolik ≤ 80 mmHg.

b. Prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 – 90 mmHg.

c. Hipertensi Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg

d. Hipertensi Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 100 mmHg.

2.4.Epidemiologi Hipertensi

2.4.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang

Di negara maju seperti di Amerika Serikat, 15% orang dewasa kulit putih menderita hipertensi dan 25-30% golongan kulit hitam juga menderita gangguan tersebut. 10 Proporsi penduduk dewasa dunia yang menderita hipertensi lebih besar dari

20%.20 Banyaknya penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta jiwa tetapi

hanya 4% yang terkontrol. 1

Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria yang berusia lebih dari


(30)

65 tahun menderita hipertensi. 6 Peningkatan tekanan sistolik (>160/80) terjadi pada

8% dari mereka yang berusia 60 sampai 69 tahun, 11% dari mereka yang berusia 70 tahun hingga 79 tahun dan 22% dari mereka yang berusia 80 tahun. 25

b. Tempat

Salah satu penelitian mengemukakan bahwa masyarakat perkotaan mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan stress psikososial yang lebih besar pada masyarakat perkotaan dibanding pedesaan.26 Prevalensi hipertensi di dunia sekitar 5-18%. Prevalensi

hipertensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15%, walaupun dilaporkan adanya prevalensi yang rendah yaitu Ungaran (1,8%) dan Lembah Balim (0,6%), serta adanya prevalensi yang tinggi yaitu Silungkang (19,4%) dan Talang (17,8%).27

Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).11

c. Waktu

Mulai tahun 1995, saat batasan hipertensi berubah, mulai dilakukan penelitian berskala nasional, antara lain Susenas, Surkesnas, dan SKRT. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan


(31)

wanita 29%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan 26,4%.9 Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi hipertensi yang

mendapat cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan sebesar 24 %, dengan kata lain sebanyak 76% kasus hipertensi dalam masyarakat tidak terdiagnosis. 11

2.4.2 Faktor Risiko Hipertensi a. Umur

Hipertensi terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Terjadi peningkatan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. 28 Insidensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya

usia. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70 tahun. 29

b. Jenis Kelamin

Hipertensi baik primer dan sekunder, keduanya menimbulkan masalah. Perkiraan baru-baru ini menunjukkan satu dari tiga orang dewasa menderita hipertensi. Pada kelompok umur dewasa ini, sebahagian tidak terdiagnosa, dan sebahagian tidak terkontrol. Pria lebih cenderung untuk menderita hipertensi daripada wanita hingga usia 55 tahun, setelah usia tersebut proporsi penderita hipertensi wanita melebihi pria.

30

c. Riwayat Keluarga

Kejadian hipertensi dapat dilihat dari riwayat keluarga. Jika salah satu dari orangtua kita menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki risiko


(32)

terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orangtua kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar 60%. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluargannya penderita hipertensi, tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut. 28

Peranan keturunan terhadap hipertensi esensial dapat dibuktikan dengan beberapa kenyataan hipertensi, misalnya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada anak kembar, bila salah satu penderita hipertensi. Selain itu pada 70% - 80 % kasus hipertensi, ternyata terdapat pada keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi. 26

d. Ras atau Suku Bangsa

Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika (Black

American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras

kulit putih (Caucasian). Mereka cenderung sensitif terhadap natrium. Umumnya hipertensi menyerang mereka di usia muda. 31 Statistik di Amerika menunjukkan

prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih. 15

e. Konsumsi Garam

Garam berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi. Gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari, prevalensi hipertensi presentasenya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram per hari akan meningkatkan prevalensi menjadi 15-20 %. Asupan garam dalam kadar normal sebenarnya sangat diperlukan dalam mendukung fungsi organ tubuh, seperti membantu kontraksi otot, membantu konsentrasi otak, dan menjaga agar tubuh tidak lemas. 10


(33)

f. Obesitas

Obesitas adalah keadaan berat badan lebih, kelainan ini dapat diukur dengan

body mass index (BMI) atau index massa tubuh (IMT). BMI dihitung dengan

membagi berat badan badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Berdasarkan WHO (2000) dikatakan obesitas jika BMI ≥ 30 kg/m2. 32

Dari banyak penelitian yang dilakukan ternyata ditemukan bahwa kebanyakan masalah gizi pada lansia berupa masalah gizi lebih atau kegemukan (obesitas) yang pada gilirannya memacu timbulnya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, Gout (rematik), penyakit ginjal, sirosis hati, dan penyakit-penyakit keganasan (kanker). Lansia yang mengalami obesitas lebih sering pada wanita dibanding pria yaitu sebesar 26,1% : 15,6% (Survei IMT, Depkes 1997).

Menurut Monica (1992), kegemukan meningkatkan risiko menderita PJK sebesar 1-3 kali; penyakit hipertensi sebesar 1,5 kali; penyakit diabetes 2,9 kali; dan penyakit empedu sebesar 1-6 kali. 3

g. Hiperlipidemia/Dislipidemia

Hiperlipidemia atau dislipidemia atau kadar lemak di dalam darah meningkat di atas normal. Lemak yang mengalami peningkatan ini meliputi kolesterol, trigliserida, atau kombinasi keduanya.33 Jika kolesterol dalam tubuh jumlahnya berlebih akan menimbulkan sumbatan-sumbatan pada saluran darah. Kondisi ini menyebabkan terganggunya aliran darah, akibatnya tekanan darah meningkat (hipertensi).34 Komplikasi hipertensi akan bertambah parah dengan tingginya kadar lemak. 7


(34)

h. Merokok

Menurut hasil penelitian, diungkapkan bahwa rokok dapat menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. 5 Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan secara nasional, persentase nasional merokok setiap hari pada penduduk umur > 10 Tahun adalah 23,7%. 11

i. Kurangnya Aktifitas Fisik

Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. 6 Latihan fisik aerobik sedang secara teratur (jalan atau renang selama 30-45 menit 3-4 kali semingu) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan olahraga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi (WHO-ISH, 1999).27

Menurut Kingwell dan Jennings (1993) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur diketahui dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru sehingga mampu menurunkan tekanan darah. 15

Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan secara nasional, prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk umur > 10 Tahun adalah 48,2%.11


(35)

2.5 Gejala Klinis

Pada umumnya sebagian besar penderita hipertensi tanpa keluhan dan tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Keluhan biasanya muncul jika sudah ada komplikasi, atau bila terbukti dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tekanan darahnya tinggi dan sudah cukup lama diderita. Gejala hipertensi untuk setiap penderita tidak selalu sama, sebagian penderita akan mengalami sakit kepala berkepanjangan, rasa mual, tetapi sebagian penderita yang lain tidak. 35

2.6 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi berhubungan dengan tekanan darah yang sudah meningkat sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah dan jantung, maupun dengan aterosklerosis yang menyertai dan dipercepat oleh hipertensi yang sudah lama diderita. Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil ini berkaitan dengan kerusakan organ target. 21

2.6.1 Gangguan pada Otak21, 24,31

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Ganggua n ini menyebabkan stroke, demensia dan serangan iskemik otak sementara (transient

ischaemic attack) . Pada otak sering terjadi perdarahan, akibat pecahnya


(36)

2.6.2 Gangguan pada Sistem Kardiovaskuler21, 24,28

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah. Gangguannya terdiri dari arteriosklerosis, aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronaria, hiopertrofi bilik kiri, dan gagal jantung.

2.6.3 Gangguan pada Ginjal 21,24

Gangguan ginjal dapat berupa nekrosis fibrinoid pada pembuluh aferen dan penebalan intima pada arteri interlobularis yang dapat menimbulkan nekrosis kapiler glomelurus. Kelainan ini bermanifaste klinis dengan proteinuria, hematuria, bahkan gagal ginjal akut. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal.

2.6.4 Gangguan pada Mata24

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata. Gangguan pada mata berupa perdarahan pada retina (retinopati hipertensi), gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.

2.7 Diagnosis Hipertensi

Seperti penyakit lain, hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan anamnesis (konsultasi dokter), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan penunjang. Adapun hal-hal yang perlu diberitahukan pada saat konsultasi


(37)

dengan dokter adalah riwayat hipertensi orang tuanya, pengobatan yang sedang dijalaninya saat itu dan data penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko terjadinya hipertensi, misalnya rokok, alkohol, stres, berat badan.

Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi kehamilan, riwayat eklampsia (keracunan kehamilan), riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi perlu juga diberitahukan ke dokter. Agar akurat , sebaiknya pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup. Minimal setelah 5 menit berbaring. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan dengan interval waktu antara 5-10 menit. 6

2.8 Pencegahan Hipertensi 2.9.1 Pencegahan Primordial 1,36

Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Dengan kata lain tidak terdapat faktor risiko. Intervensi dilakukan dengan meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan menciptakan suasana damai, santai, rileks didalam hati, pikiran dalam setiap keadaan dan tindakan.

2.9.2 Pencegahan Primer1,35,36

Pencegahan primer juga masih dilakukan pada orang yang masih sehat atau orang yang tidak ada gejala tetapi memiliki faktor risiko yang telah teridentifikasi. Hal ini dimaksudkan agar orang sehat tetap sehat. Ataupun orang yang sehat tidak menjadi


(38)

sakit. Pencegahan ini dilakukan dengan cara memodifikasi faktor risiko dengan cara memperkuat riwayat alamiah penyakit. Program pencegahan harus didukung dengan sistem data yang akurat (bukti). Dan juga harus fleksibel dan sensitif dengan budaya setempat.

Primary prevention dilakukan dengan cara promosi kesehatan dan pencegahan

khusus atau pencegahan keterpaparan. Misalnya mengurangi makanan yang mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-gorengan. Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, diet rendah garam dan membatasi konsumsi kafein. Menghindari rokok dan alkohol. Mengendalikan stres, emosi, dan ketegangan saraf,. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan tubuh, meningkatkan aktivitas fisik.

2.9.3 Pencegahan Sekunder 1, 35, 36

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan orang yang sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi, pengurangan berat badan dan berhenti merokok.

Sedangkan terapi farmakologis dilakukan dengan pengelolaan menggunakan obat meliputi pengobatan dari dokter dan pengobatan alami dengan tumbuhan (herba). Obat-obatan memang tidak selalu menyembuhkan, tetapi dapat membantu mengendalikan tekanan darah. Obat terutama dibutuhkan untuk mengendalikan hipertensi yang parah. Pada orang yang lebih tua dengan hipertensi diketahui bahwa


(39)

terapi obat anti hipertensi mencegah infark miokard fatal dan non fatal serta keseluruhan mortalitas kardiovasikuler.

2.9.4 Pencegahan Tersier 1,35,36

Pencegahan tersier merupakan upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak dapat diobati atau mengalami kecacatan dengan pemantauan dan penatalaksaan hipertensi. Oleh karena itu sangat diperlukan pemaksimalan fungsi tubuhnya. Pencegahan ini ditujukan untuk penderita hipertensi yang komplikasi dan kronis dalam upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati dengan menjaga kualitas hidup.

Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau penambahan dosis obat. Adapun rehabilitasi dilakukan sesuai komplikasi yang diderita yaitu:

a. Komplikasi Stroke (Otak)37

Menurut Angliadi (2001) komplikasi stroke ditangani melalui rehabilitasi medik yang terdiri dari fase awal dan fase lanjutan. Tujuan dari fase awal adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.

Sedangkan tujuan fase lanjutan adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada


(40)

waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi fisioterapi, okupasi terapi, terapi bicara, ortotik prostetik, dan psikologi.

b. Komplikasi Gagal Jantung21,39

Pasien dapat menderita gagal jantung kiri akut akibat hipertensi yang dideritanya. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain pemberian venodilator, vasodilator, dan inotropik untuk menurunkan beban jantung dan meningkatkan kontraktilitas jantung. Penderita sebaiknya melakukan terapi nonfarmakologis dan farmakologis secara teratur. Terapi nonfarmakologis berupa mengurangi asupan lemak, garam sera minuman alhokol, mengurangi atau menurunkan berat badan, latihan atau olah raga, dan berhenti merokok untuk membantu penurunan tekanan darah selain menggunakan terapi farmakologis. Selain itu dapat juga dilakukan transplantasi jantung, tetapi biaya yang tinggi dan terbatasnya jumlah donor jantung menyebabkan seleksi pasien harus cermat sejak awal.

c. Komplikasi Ginjal5,38

Sebelum adanya obat antihipertensi, komplikasi pada ginjal sering ditemukan pada penderita hipertensi essensial. Untuk itu dilakukan pengendalian tekanan darah yang ketat (< 130 / 80 mmHg). Intervensi terapi yang terintegrasi (obat antihipertensi, statin, terapi antiplatelet, dll) sering harus dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan ginjal. Untuk gagal ginjal stadium akhir dilakukakan terapi penggantian ginjal berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal.


(41)

d. Komplikas Retinopati Hipertensi (Mata) 40

Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy) adalah kerusakan pada retina sebagai akibat tekanan darah tinggi. Tujuan pengobatan Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy) adalah untuk merendahkan tekanan darah. Untuk mengatasi dan mengontrol hipertensi diperlukan obat–obatan antihipertensi. Selain itu juga dilakukan follow up hipertensi setiap 2–3 bulan pertama, selanjutnya setiap 6 – 12 bulan.


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Status hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus dimana tekanan darah sistolik ≥ 14 0 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg, dikelompokkan atas:

1. Hipertensi 2. Tidak hipertensi

3.2.2. Umur adalah usia lansia mulai dari lahir sampai pengumpulan data, menurut WHO (1999) dikelompokkan atas: 17

1. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun 2. Lansia (elderly) 60-74 tahun

3. Lansia tua (old) 75-90 tahun 1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Suku

4. Agama 5. Pendidikan 6. Pekerjaan 7. Status Obesitas 8. Aktivitas Fisik 9. Riwayat Keluarga 10. Kebiasaan Merokok


(43)

Untuk analisa statistik berdasarkan umur, dilakukan dua kali analisa antara umur 45-59 tahun dengan 60-74 tahun dan umur 45-59 tahun dengan 75-90 tahun. 3.2.3. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki lansia, dikelompokan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri lansia, dikelompokkan atas: 1. Batak

2. Melayu 3. Jawa 4. Minang 5. Lain-lain

3.2.5. Agama ádalah kepercayaan yang dianut oleh lansia, dikelompokkan atas: 1. Islam

2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Budha

5. Hindu

3.2.6. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh lansia, dikelompokkan atas:

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/PT

3.2.7. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan lansia di luar atau di dalam rumah untuk memperoleh pendapatan, dikelompokkan atas:

1. Bekerja 2. Tidak Bekerja

3.2.8. Status obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak dimana Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/ m2.32


(44)

BB (kg) BMI =

TB (m) x TB (m) 1. Obesitas

2. Tidak obesitas

3.2.9. Aktivitas fisik adalah frekuensi kegiatan olah raga yang dilakukan lansia sehari-hari, dikelompokkan atas:

1. Tidak Teratur

2. Teratur (30-45 menit 3-4 kali seminggu)

3.2.10. Riwayat keluarga adalah adanya keluarga lansia yang menderita hipertensi yang menjadi faktor risiko risiko lansia untuk menderita hipertensi, dikelompokkan atas:

1. Ada

2. Tidak ada

3.2.11. Kebiasaan merokok adalah gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan

darah yang pernah dilakukan lansia dalam jangka waktu yang lama, dikelompokkan atas:

1. Merokok


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung. Posyandu lansia terdiri dari Posyandu Flamboyan I, Posyandu Flamboyan II, Posyandu Dahlia, dan Posyandu Melati. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Januari 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang berkunjung di empat Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung pada Juli 2010 yang berjumlah 104 lansia. Adapun jumlah lansia yang tercatat di Posyandu Flamboyan I sebanyak 28 lansia, Posyandu Flamboyan II sebanyak 13 lansia, Posyandu Dahlia sebanyak 39 lansia, dan Posyandu Melati sebanyak 24 lansia.


(46)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua lansia yang berkunjung di empat Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung pada Juli 2010, besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan Posyandu Lansia dan laporan tahunan Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2009.

4.5. Jenis Data 4.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lansia melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, meliputi :

a. Karakteristik lansia yaitu umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

b. Aktivitas fisik c. Riwayat keluarga d. Kebiasaan merokok 4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Posyandu Lansia dan Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung, meliputi :

a. Hasil pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan lansia pada Bulan Juli 2010 yang tercatat di empat Posyandu Lansia.


(47)

b. Laporan tahunan Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2009 berupa gambaran Puskesmas Sering.

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

4.7. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur variabel status obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok lansia serta dapat melakukan fungís ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya, maka dilakukan uji kuesioner di luar subjek penelitian yaitu sebanyak 20 lansia. Uji validitas instruyen penelitian menggunakan nilai Corrected item-total correlation pada masing-masing batir pertanyaan. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,444 dianggap memuaskan/valid, sementara reabilitas suatu item/konstruk variabel dikatakan baik/reliabel jika memiliki nilai Croanbach’s Alpha > 0,60. 41

Secara keseluruhan semua item pertanyaan baik variabel status obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok pada kuesioner dinyatakan valid dan reliabel. Hasil statistik menyatakan nilai Corrected item-total correlation dari variabel status obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok adalah > 0,444 yaitu secara berturut-turut 0,586; 0,564; 0,556; dan 0, 482. Sedangkan nilai Croanbach’s Alpha adalah 0,751 > 0,60.


(48)

4.8. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara deskritif dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution).

4.8.1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

4.8.2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok) dengan variabel dependen (hipertensi). Berdasarkan hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji

chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Jika p<0,05 maka ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 4.8.3. Analisa Multivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisa regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan variabel independen yang mempunyai korelasi paling kuat dengan variabel dependen ke dalam model (p<0,05). Selanjutnya disusul oleh variabel lain dengan tetap menguji apakah variabel pertama yang masuk masih signifikan (p<0,05). Jika probabilitas variabel pertama masih signifikan dalam model maka variabel tidak


(49)

dikeluarkan. Jika probabilitas variabel pertama tidak signifikan (p>0,05) maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis. Proses berhenti bila sudah tidak ada lagi variabel independen yang harus masuk atau keluar dalam persamaan (stepwise

method).

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence umur, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga dan kebiasaan merokok dengan hipertensi.

Ratio Prevalence yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko

{a/(a+b)} dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko {c/(c+d)}.

RP dihitung dengan menggunakan rumus :

d c

c b a

a RP

+ × + =

Keterangan :

a : Subjek (+) dengan faktor risiko

b : Subjek (-) dengan faktor risiko

c : Subjek (+) tanpa faktor risiko

d : Subjek (-) tanpa faktor risiko

RP < 1 : Variabel independen merupakan faktor protektif RP = 1 : Variabel independen bukan merupakan faktor risiko RP >1 : Variabel independen merupakan faktor risiko


(50)

Untuk mengetahui nilai Ratio Prevalence (RP) pada level of confidence dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut 41:

) / ( %)

95

( P Z pq n

Cl = ± α

Confidence Interval : Upper RP = Cl(95%)= P+Zα (pq/n)

Lower RP = Cl(95%)= PZα (pq/n)

Kemudian analisa data disajikan ke dalam bentuk tabel, narasi, pie diagram, dan bar diagram.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sering terletak di jalan Sering No.20 Kelurahan Siderejo

Kecamatan Medan Tembung, dengan wilayah kerja meliputi 46 lingkungan dan 3 kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Siderejo dengan jumlah penduduk : 22.068 jiwa 2. Kelurahan Siderejo Hilir dengan jumlah penduduk : 24.256 jiwa 3. Kelurahan Indra Kasih dengan jumlah penduduk : 15.281 jiwa

Puskesmas Sering membawahi 2 Pustu, yaitu : 1. Pustu Siderejo Hilir

2. Pustu Indra Kasih

Secara geografis batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kelurahan Siderejo Kecamatan Medan Tembung adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Siderejo Hilir 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Williem Iskandar

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Bubu dan Jalan Panglima 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Kera


(52)

Puskesmas Sering telah melaksanakan 7 program wajib Kota Medan dan 4 program pengembangan yaitu :

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB 3. Pangan dan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 6. Pengobatan

7. Pencatatan dan Pelaporan 8. Klinik Diabetes

9. Usaha Kesehatan Sekolah dan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) 10. Pembinaan Kelompok Usia Lanjut

11. Pelayanan Kesehatan

Pembinaan kelompok usia lanjut merupakan program pengembangan yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu lansia. Posyandu lansia yang merupakan kelompok binaan Puskesmas Sering dilaksanakan di 4 Posyandu yaitu :

1. Posyandu Flamboyan I (Kelurahan Siderejo) 2. Posyandu Flamboyan II (Kelurahan Siderejo) 3. Posyandu Dahlia (Kelurahan Siderejo Hilir) 4. Posyandu Melati (Kelurahan Indra Kasih)


(53)

Adapun kegiatan yang dilakukan di Posyandu lansia antara lain :

1. Melakukan pendataan terhadap lansia (usia ≥ 45 tahun) yang berkunjung ke Posyandu lansia.

2. Memeriksakan kesehatan, mengukur tekanan darah, dan penimbangan BB lansia secara rutin.

3. Memberikan obat-obatan dan vitamin.

4. Memberikan penyuluhan tentang hidup sehat di usia lanjut. 5. Membentuk kelompok senam lansia

5.2. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel independen (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok) dan variabel dependen (hipertensi).


(54)

5.2.1 Status Hipertensi

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia, diperoleh distribusi proporsi hipertensi berdasarkan status hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Status Hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Status Hipertensi Total

f %

1. Hipertensi 37 35,58

2. Tidak Hipertensi 67 64,42

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.1. di atas dapat diketahui bahwa prevalence rate hipertensi sebesar 35,58% di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010.

5.2.2. Karakteristik Lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia, diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.


(55)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Karakteristik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No. Karakteristik f %

1. Umur (tahun) 45-59 60-74 75-90 35 60 9 33,65 57,70 8,65

Total 104 100,00

2. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 87 17 83,65 16,35

Total 104 100,00

3. Suku Jawa Batak Melayu Minang 43 32 16 13 41,35 30,77 15,38 12,50

Total 104 100,00

4. Agama Islam Protestan 90 14 86,54 13,46

Total 104 100,00

5. Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Akademi/PT 18 34 17 33 2 17,31 32,69 16,35 31,73 1,92

Total 104 100,0

6. Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 38 66 36,54 63,46

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat diketahui bahwa jumlah lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan umur, lebih banyak ditemukan pada golongan umur 60-74 tahun yaitu 60 orang (57,70%), kemudian pada golongan umur 45-59 tahun yaitu 35


(56)

orang (33,65%), dan yang paling sedikit pada golongan umur 70-90 tahun yaitu 9 orang (8,65%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 87 orang (83,65%), sedangkan pada laki-laki yaitu 17 orang (16,35%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan suku, paling banyak ditemukan pada suku Jawa yaitu 43 orang (41,35%), kemudian Batak dan Melayu masing-masing yaitu 32 orang (30,77%) dan 16 orang (15,38%), sedangkan yang paling sedikit adalah Minang yaitu 13 orang (12,50%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan agama, lebih banyak ditemukan pada lansia yang beragama Islam yaitu 90 orang (86,54%), sedangkan pada Protestan yaitu 14 orang (13,46%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan pendidikan terakhir, paling banyak ditemukan lansia yang berpendidikan terakhir SD yaitu 34 orang (32,69%), kemudian SMA, Tidak Sekolah, dan SMP masing-masing yaitu 33 orang (31,73%), 18 orang (17,31%), 17 orang (16,35%) sedangkan yang paling sedikit adalah Akademi/PT yaitu 2 orang (1,92%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010 berdasarkan pekerjaan, lebih banyak


(57)

ditemukan pada lansia yang tidak bekerja yaitu 66 orang (63,46%), sedangkan yang bekerja yaitu 38 orang (36,54%).

5.2.3. Status Obesitas

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia, diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan status obesitas. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Status Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Status Obesitas Total

f %

1. Obesitas 28 26,92

2. Tidak Obesitas 76 73,08

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.3. di atas dapat diketahui bahwa dari 104 lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, 28 orang (26,92%) obesitas dan 76 orang (73,08%) tidak obesitas.

5.2.4. Aktifitas Fisik

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia, diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan aktifitas fisik. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4.


(58)

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Aktivitas Fisik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Aktifitas Fisik Total

f %

1. Tidak Teratur 70 67,31

2. Teratur 34 32,69

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.4. diatas dapat diketahui bahwa dari 104 lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, 70 orang (67,31%) aktivitas fisik tidak teratur dan 34 orang (32,69%) aktivitas fisik teratur.

5.2.5. Riwayat Keluarga

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia , diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan riwayat keluarga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Riwayat Keluarga di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Riwayat Keluarga Total

f %

1. Ada 41 39,42

2. Tidak Ada 63 60,58

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 104 lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, 41 orang (39,42%) memiliki riwayat keluarga hipertensi dan 63 orang (60,58%) yang tidak memiliki riwayat keluarga yang hipertensi.


(59)

5.2.6. Kebiasaan Merokok

Penelitian yang dilakukan terhadap 104 lansia di Posyandu Lansia , diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan status obesitas. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Lansia Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Kebiasaan Merokok Total

f %

1. Merokok 31 29,81

2. Tidak Merokok 73 70,19

Total 104 100,00

Berdasarkan tabel 5.6. di atas dapat diketahui bahwa dari 104 lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, 31 orang (29,81%) yang merokok dan 73 orang (70,19%) yang tidak merokok.

5.3. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok) dengan variabel dependen (hipertensi) dan mengetahui ratio prevalence umur, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, riwayat keluarga dan kebiasaan merokok dengan hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010.


(60)

5.3.1. Umur dengan Hipertensi

Untuk melihat analisa statistik umur dengan hipertensi dilakukan analisa dua kali. Hasil analisa secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara umur dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.7. dan tabel 5.8.

Tabel 5.7. Hubungan Umur (60-74) Tahun dan (45-59) Tahun dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Umur (tahun)

Hipertensi Tidak

Hipertensi Total χ²/p RP*(95%Cl)

f % f % f %

1. 60-74 23 38,33 37 61,67 60 100,00 0,459/ 0,498

1,220 (0,679-2,190) 2. 45-59 11 31,43 24 68,57 35 100,00

Tabel 5.8. Hubungan Umur (75-90) Tahun dan (45-59) Tahun dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Umur (tahun)

Hipertensi Tidak

Hipertensi Total χ²/p RP*(95%Cl)

f % f % f %

1. 75-90 3 33,33 6 66,67 9 100,00 0,012/ 0,913

1,061 (0,373-3,017) 2. 45-59 11 31,43 24 68,57 35 100,00

RP = Ratio Prevalence

Dari tabel 5.7. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok umur (60-74) tahun adalah 38,33% dan pada kelompok umur (45-59) tahun adalah 31,43%. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan

hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur (60-74) tahun dan (45-59) tahun adalah 1,220 (95% Cl=0,679-2,190).

Dari tabel 5.8. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok umur (75-90) tahun adalah 33,33% dan pada kelompok umur (45-59) tahun adalah


(61)

31,43%. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan

hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur (75-90) tahun dan (45-59) tahun adalah 1,061 (95% Cl=0,373-3,017).

5.3.2. Jenis Kelamin dengan Hipertensi

Hasil analisa secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010

No Jenis Kelamin

Hipertensi Tidak

Hipertensi Total χ²/p RP*(95%Cl)

f % f % f %

1. Laki-laki 8 47,06 9 52,94 17 100,00 1,169/ 0,280

1,412 (0,786-2,535) 2. Perempuan 29 33,33 58 66,67 87 100,00

RP = Ratio Prevalence

Dari tabel 5.9. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada jenis kelamin laki-laki adalah 8 orang (47,06%) dan pada perempuan adalah 29 orang (33,33%). Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 1,412 (95%Cl=0,786-2,535).

5.3.3. Suku dengan Hipertensi

Hasil analisa secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara suku dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.10.


(1)

Kebiasaan merokok * Status Hipertensi Responden

Risk Estimate

6.641 2.731 16.144

3.201 1.820 5.632

.482 .323 .720 104

Odds Ratio for Riwayat keluarga (Ada / Tidak Ada)

For cohort Status Hipertensi Responden = Hipertens i

For cohort Status Hipertensi Responden = Tidak Hipertensi N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

Interval

Crosstab

22 9 31

71.0% 29.0% 100.0%

15 58 73

20.5% 79.5% 100.0%

37 67 104

35.6% 64.4% 100.0% Count

% within K ebiasaan merokok

Count

% within K ebiasaan merokok

Count

% within K ebiasaan merokok

Merokok

Tidak Merokok Kebias aan

merokok

Total

Hipertensi

Tidak Hipertensi St atus Hipertensi

Responden


(2)

Chi-Square Tests

24.135b 1 .000

21.985 1 .000

23.891 1 .000

.000 .000

23.903 1 .000

104 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11. 03.

b.

Symm etri c Me asures

.482 .091 5.552 .000c .482 .091 5.552 .000c

104 Pearson's R

Int erval by Interval

Spearman Correlat ion Ordinal by Ordinal

N of V alid Cases

Value

As ymp.

St d. E rrora Approx . Tb Approx . Sig.

Not as suming the null hypothes is. a.

Us ing the asymptotic s tandard error ass uming the null hypot hesis. b.

Based on normal approximation. c.

Risk Estimate

9.452 3.615 24.713

3.454 2.086 5.718

.365 .208 .641 Odds Ratio for Kebiasaan

merokok (Merokok / Tidak Merokok)

For cohort Status Hipertensi Res ponden = Hipertensi

For cohort Status Hipertensi Res ponden = Tidak Hipertens i

Value Lower Upper 95% Confidence


(3)

Descriptive Statistics

1.64 .481 104 1.73 .446 104 1.33 .471 104 1.61 .491 104 1.70 .460 104 Status Hipertensi

Responden Status Obesitas Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Kebias aan merokok

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 .500 .347 .428 .482

.500 1.000 .146 .264 .315

.347 .146 1.000 .185 .096

.428 .264 .185 1.000 .292

.482 .315 .096 .292 1.000

. .000 .000 .000 .000

.000 . .070 .003 .001

.000 .070 . .030 .167

.000 .003 .030 . .001

.000 .001 .167 .001 .

104 104 104 104 104

104 104 104 104 104

104 104 104 104 104

104 104 104 104 104

104 104 104 104 104

Status Hipertensi Responden Status Obesitas Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Kebias aan merokok Status Hipertensi Responden Status Obesitas Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Kebias aan merokok Status Hipertensi Responden Status Obesitas Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Kebias aan merokok Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Status Hipertensi Responden

Status Obesitas

Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga

Kebias aan merokok


(4)

Variables Entered/Removeda

Status

Obesitas .

Stepwise (Criteria: Probabilit y-of-F-to-enter <= .050, Probabilit y-of-F-to-remo ve >= . 100).

Kebias aan

merokok .

Stepwise (Criteria: Probabilit y-of-F-to-enter <= .050, Probabilit y-of-F-to-remo ve >= . 100).

Aktivitas Fis ik Tidak teratur

.

Stepwise (Criteria: Probabilit y-of-F-to-enter <= .050, Probabilit y-of-F-to-remo ve >= . 100).

Riwayat

keluarga .

Stepwise (Criteria: Probabilit y-of-F-to-enter <= .050, Probabilit y-of-F-to-remo ve >= . Model

1

2

3

4

Variables Entered

Variables


(5)

Model Summary

.500a .250 .242 .419 .605b .366 .354 .387 .658c .434 .417 .367 .688d .473 .452 .356 Model

1 2 3 4

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Status Obesitas a.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebiasaan merokok

b.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebiasaan merokok, Aktivitas Fisik Tidak teratur

c.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebiasaan merokok, Aktivitas Fisik Tidak teratur, Riwayat keluarga d.

ANOVAe

5.955 1 5.955 33.968 .000a 17.882 102 .175

23.837 103

8.736 2 4.368 29.213 .000b 15.101 101 .150

23.837 103

10.335 3 3.445 25.515 .000c 13.502 100 .135

23.837 103

11.286 4 2.821 22.255 .000d

12.551 99 .127

23.837 103 Regres sion

Residual Total Regres sion Residual Total Regres sion Residual Total Regres sion Residual Total Model 1

2

3

4

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Status Obesitas a.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebias aan merokok b.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebias aan merokok, Aktivitas Fis ik Tidak teratur

c.

Predictors: (Constant), Status Obesitas, Kebias aan merokok, Aktivitas Fis ik Tidak teratur, Riwayat keluarga

d.

Dependent Variable: Status Hipertens i Res ponden e.


(6)

Coefficientsa

.711 .165 4.296 .000 .382 1.039

.539 .093 .500 5.828 .000 .356 .723

.281 .182 1.544 .126 -.080 .643

.417 .090 .386 4.629 .000 .238 .596

.377 .087 .360 4.312 .000 .203 .550

.015 .190 .079 .937 -.361 .391

.381 .086 .353 4.414 .000 .210 .552

.362 .083 .345 4.350 .000 .197 .526

.268 .078 .262 3.442 .001 .113 .422

-.128 .191 -.668 .506 -.507 .252

.340 .085 .315 4.010 .000 .172 .509

.311 .083 .297 3.768 .000 .147 .475

.237 .076 .233 3.117 .002 .086 .388

.211 .077 .215 2.738 .007 .058 .363

(Constant) Status Obesitas (Constant) Status Obesitas Kebias aan merokok (Constant)

Status Obesitas Kebias aan merokok Aktivitas Fis ik Tidak teratur

(Constant) Status Obesitas Kebias aan merokok Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Model

1 2

3

4

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for B

Dependent Variable: Status Hipertens i Responden a.

Excluded Variablesd

.280a 3.389 .001 .320 .979 .318a 3.806 .000 .354 .930 .360a 4.312 .000 .394 .901 .262b 3.442 .001 .325 .976 .250b 3.093 .003 .295 .882 .215c 2.738 .007 .265 .863 Aktivitas Fis ik Tidak

teratur

Riwayat keluarga Kebias aan merokok Aktivitas Fis ik Tidak teratur

Riwayat keluarga Riwayat keluarga Model

1

2

3

Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance Collinearity

Statistics

Predictors in the Model: (Constant), Status Obesitas a.

Predictors in the Model: (Constant), Status Obesitas, Kebiasaan merokok b.

Predictors in the Model: (Constant), Status Obesitas, Kebiasaan merokok, Aktivitas Fisik Tidak teratur

c.

Dependent Variable: Status Hipertens i Responden d.