PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA YANG MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL.
PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA YANG MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
oleh
YUYUN YUNIARSIH NIM1000874
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA YANG MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL
Oleh Yuyun Yuniarsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yuyun Yuniarsih Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
YUYUN YUNIARSIH
PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA YANG MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Nia Sutisna, M.Si NIP. 19570131 1986031001
Pembimbing II
Drs. Yuyus Suherman, M.Si NIP. 19561025 1993031001
Mengetahui
Ketua Departeman Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198501 1 001
(4)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penjelasan Istilah ... 4
C. Fokus Masalah ... 4
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA DALAM MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL ... 7
A. Perilaku Sosial ... 7
B. Remaja Tunadaksa ... 11
C. Jejaring Sosial Dan Facebook ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Tempat Penelitian ... 24
B. Metode Penelitian ... 24
C. Subjek Penelitian ... 25
D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Pengujian Keabsahan Data ... 35
F. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
(5)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Makna Jejaring Sosial Facebook Menurut Subjek 1 ... 40
b. Perilaku Sosial Subjek 1 di Sekolah ... 41
2. Deskripsi Subjek 2 ... 45
a. Makna Jejaring Sosial Facebook Menurut Subjek 2 ... 46
b. Perilaku Sosial Subjek 2 di Sekolah ... 47
3. Hambatan Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Facebook dalam Berperilaku Sosial di Sekolah ... 52
4. Pihak Sekolah dalam Menyikapi Hambatan Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang Menggunakan Jejaring Sosial Facebook ... 58
B. Pembahasan ... 62
1. Makna Jejaring Sosial Facebook Bagi Remaja Tunadaksa SLB D YPAC Bandung ... 62
2. Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Facebook di Sekolah ... 63
3. Hambatan Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Fcebook dalam Berperilaku Sosial di Sekolah ... 65
4. Pihak Sekolah Dalam Menyikapi hambatan Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang Menggunakan Jejaring Sosial Facebook ... 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Simpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 74
(6)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan dan Ciri-ciri Perkembangan Perilaku Sosial
Individu ... 9
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 27
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 29
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru Wali Kelas ... 32
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa ... 33
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Orang Tua ... 33
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dan Guru Bagian Kesiswaan ... 34
Tabel 3.7 Pedoman Dokumen ... 35
Tabel 4.1 Hasil Dokumentasi Laporan Akademik Pengembangan Diri Abijar ... 44
Tabel 4.2 Hasil Dokumentasi Laporan Akademik Pengembangan Diri Sakha ... 49
Tabel 4.3 Display Data makna Jejaring Sosial dan Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa di Sekolah ... 50
Tabel 4.4 Display Data Hambatan Remaja Tunadaksa Yang Menggunakan Facebook dalam Berperilaku Sosial di Sekolah ... 55
Tabel 4.5 Display Data Pihak Sekolah Dalam Menyikapi Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring Sosial facebook ... 60
(7)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
(8)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Judul penelitian ini: PERILAKU SOSIAL REMAJA TUNADAKSA YANG MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL. Penelitian ini menyangkut tentang perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran pada remaja tunadaksa. Penelitian ini dilaksanakan di SLB D YPAC Bandung dengan mengambil informan dan subjek penelitian dari sekolah tersebut. Informan terdairi dari guru wali kelas, guru bagian kesiswaan, kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa. Pengambilan subjek penelitian adalah dua orang siswa usia remaja yang menggunakan jejaring sosial facebook. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini digunakan karena memiliki tujuan untuk menggambarkan keadaan permasalahan secara objektif dalam kondisi alamiah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Hasil penelitian terhadap remaja tunadaksa yang menggunakan facebook mengenai perilaku sosialnya di sekolah dalam kecenderungan perilaku peran cukup memadai karena menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal seperti memiliki keyakinan diri dalam bergaul, memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin teman dalam kelompok, dan memiliki kemandirian dalam menentukan rencananya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti merekomendasikan agar pihak sekolah dan orang tua untuk senantiasa mengembangkan perilaku sosial remaja tunadaksa agar mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dimanapun. Selain itu penggunaan jejaring sosial bagi remaja tunadaksa perlu pengawasan baik dari pihak sekolah maupun orang tuannya sendiri agar terhindar dari penyimpangan-penyimpangan perilaku atau pengaruh-pengaruh yang tidak diharapkan.
(9)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The title of this study: TEENAGE QUADRIPLEGIC SOCIAL BEHAVIOR USING SOCIAL NETWORK. This study concerns about social behavior in the role of behavioral tendencies in adolescents with physical disabilities. This study was conducted in Bandung SLB D throughout the event by taking informants and subjects of the school. Informants terdairi from homeroom teacher, the student teachers, principals, parents, and students. Retrieval research subjects are two teen-age students who use social networking facebook. The purpose of this study was to obtain an overview of the social behavior of adolescents with physical disabilities throughout the event Bandung SLB D that uses social networking facebook. The research methods used in this research is descriptive method with qualitative approach. This research method is used because it has the purpose to describe the state of the problem objectively under natural conditions. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and documents. The results of a study of adolescents with physical disabilities who use facebook on social behavior at school in sufficient role behavior tendency because it shows characteristics like interpersonal responses have confidence in socializing, having a strong influence on peers, able to lead a friend in the group, and have the independence in determining their own plans. Based on these results the researchers recommended that schools and parents to continuously develop the social behavior of adolescents with physical disabilities to be able to adapt to the environment wherever society. In addition, the use of social networking for teens with physical disabilities need better supervision of the school and her parents own in order to avoid distortions of behavior or effects are not expected. Keywords: Social behavior, teenage quadriplegic, social networking.
(10)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk sosial yang mana saling membutuhkan satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan hidup. Untuk mempertahankan hidupnya maka diperlukan kemampuan dalam berperilaku secara sosial agar dapat diterima oleh suatu kelompok sosial. Kemampuan ini diperoleh dari berbagai pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Menjadi pribadi yang sosial tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat, tetapi diperoleh dari hasil belajar yang searah dengan siklus perkembangan, mulai sejak lahir sampai menjadi dewasa. Perkembangan sosial seorang anak diawali dalam keluarganya. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan termasuk perkembangan sosialnya.
Berbeda dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki hambatan dari segi fisik, sosial, emosi, dan mental. Bagi ABK masalah sosialisasi perlu mendapat perhatian yang serius untuk mencegah kesulitan dalam penyesuaian sosial. Dapat dikatakan bahwa setiap saat mereka akan menemukan dan menghadapi masalah-masalah sosial seperti, pergaulan dengan teman-teman, bagaimana mereka berperilaku, mempelajari perbedaan, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan sopan.
Memberikan pedoman untuk mengajarkan keterampilan sosial bagi ABK tidaklah mudah. Hal yang terpenting adalah melibatkan anak dalam mempelajari dirinya sendiri, menggunakan waktu luangnya untuk sesuatu yang berguna, menemukan kekuatan dalam karakternya, sehingga bisa membantu dirinya menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Ada beberapa kondisi perkembangan sosial ABK, misalnya pada tunadaksa yang memiliki hambatan fisik dan motorik sehingga merasa tidak mampu, bersikap menyerah, rendah diri, menarik diri dari pergaulan, kurang daya sosialibilitasnya
(11)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan selalu merasa naas. Selain itu, penerimaan dan perlakuan keluarga terhadap anaknya yang tunadaksa akan berbeda dengan anak lainnya yang normal secara umum. Kebanyakan orang tua akan bersikap terlalu melindungi, takut anaknya kenapa-kenapa sehingga menjaikan anak tidak mandiri. Ada pula sikap orang tua yang membiarkan anaknya, kurang peduli sehingga anak di titipkan di asrama atau dititipkan dan si urus oleh pengasuhnya. Sehingga anak kurang kasih sayang dari orangtuanya dan suka mecari-cari perhatian dari orang lain.
Perkembangan sosial dan emosi anak tunadaksa berawal dari konsep diri yang cacat dan merasa tidak berguna sehingga mengakibatkan anak menjadi malas belajar, kurang bergaul, dan berperilaku yang kurang sesuai. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat menimbulkan masalah emosi seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, menyendiri, pemalu, dan frustasi. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka yang tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Anak tunadaksa akan melalui masa perkembangan remaja, yang mana masa remaja merupakan masa peralihan fisik dan mental dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, mulai tertarik pada lawan jenis, dan secara emosi labil dalam bertindak. Begitupun remaja tunadaksa akan mengalami masa-masa tersebut. Namun tidak seperti remaja pada umumnya yang lebih banyak menggunakan waktunya bersama teman-temannya, bereksflorasi mencari pengalaman baru, dan senang mencoba hal-hal yang baru. Dikarenakan kondisinya, maka ruang lingkup pergaulan dan pengalaman akan terhambat dan terbatas. Sehingga kurang memiliki keterampilan dalam berperilaku sosialnya. Selain di sekolah, remaja tunadaksa lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Maka untuk mengurangi kebosanannya remaja tunadaksa mencari kegiatan lain yang bisa dilakukan dirumah.
Melalui perkembangan jaman yang semakin maju, akses internet dimana-mana dengan berjuta aplikasi dan informasi yang mudah di dapatkan. Maka
(12)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
remaja tunadaksapun tidak ketinggalan jaman bagi mereka yang memiliki kemampuan kognisi baik dan dapat memahami teknologi. Seperti penggunaan handphone, komputer, internet, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat membantu remaja tunadaksa dalam berkomunikasi, menulis, mencari informasi, belajar, dan sebagainya. Begitupun aplikasi jejaring sosial yang marak di internet dan dapat di akses selain menggunakan komputer juga dapat digunakan melalui hanphone yang menyediakan layanan tersebut. Jejaring sosial dapat menghubungkan seseorang dengan orang lain baik yang kenal maupun yang tidak kenal. Jejaring sosial telah menarik minat banyak orang untuk menggunakan aplikasi tersebut karena menampilkan profil dan foto diri, menulis status, menyimpan foto, memberikan komentar, dan melakukan obrolan.
Seperti halnya remaja tunadaksa yang menggunakan salah satu aplikasi jejaring sosial yang paling banyak penggunanya di seluruh dunia, yaitu facebook. Facebook sebagai suatu jaringan sosial yang kreatif dan inovatif hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai cara untuk bersosialisai dan mendapatkan informasi dengan mudah dan efisien. Banyak penggunanya dari kalangan remaja. Tak ketinggalan remaja tunadaksapun yang secara kognitif baik, ikut menikmati layanan facebook.
Bagi remaja tunadaksa, facebook merupakan suatu cara mudah untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang dikenalnya bahkan bisa mendapatkan teman baru dari berbagai negara. Melalui facebook remaja tunadaksa dapat mengekspresikan diri dengan menulis, berkomentar, dan menyimpan foto. Namun apakah dengan penggunaan facebook dapat mengembangkan perilaku sosialnya secara langsung, adakah dampak dari penggunaan facebook tersebut dalam perilaku sosialnya.
Berdasarkan pemikiran peneliti tersebut, maka penelitian ini akan membahas mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa dalam menggunakan facebook. Penelitian ini dilakukan di sekolah sebagai situasi sosial yang paling
(13)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
efektif dan diteliti kepada siswa tunadaksa usia remaja yang aktif menggunakan facebook.
B. Penjelasan Istilah
Berdasarkan pada judul penelitian dan agar lebih terfokus, maka peneliti menjelaskan definisi judul dan hal-hal yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu:
1. Perilaku Sosial; Baron & Byrne (dalam Ibrahim, 2001, hlm.19) mengungkapkan bahwa “perilaku sosial identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain.” Perilaku sosial yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kecenderungan perilaku peran (Role Disposition), yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu. Kecenderungan perilaku peran ini meliputi pemberani-pengecut secara sosial, berkuasa-patuh, inisiatif-pasif, dan mandiri-tergantung.
2. Remaja Tunadaksa; merupakan individu yang memiliki suatu kelainan yang disebabkan oleh tidak normalnya fungsi otot, tulang, dan persendian sehingga menghambat dirinya dalam melakukan aktivitasnya. Remaja tunadaksa yang dijadikan subjek penelitian dengan kisaran usia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun, yang memiliki kemampuan kognitif dan komunikasi yang baik.
3. Jejaring Sosial; yaitu, website yang ditujukan untuk menjalin pertemanan dan sosialisasi di internet (Krisianto, 2014, hlm.65). Salah satu jejaring sosial yang berkaitan dengan penelitian ini adalah facebook. Facebook merupakan jejaring sosial yang paling populer dikalangan remaja. Setelah mendaftar di facebook, pengguna dapat membuat profil pribadi, bertukar pesan, bergabung
(14)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan komunitas (grup) yang memiliki ketertarikan yang sama, dan lain sebagainya.
C. Fokus Masalah
Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring
Sosial” khusunya remaja tunadaksa yang menggunakan facebook. Kemudian dari fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah makna jejaring sosial facebook bagi remaja tunadaksa di SLB D YPAC Bandung?
2. Bagaimanakah perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial facebook di sekolah?
3. Apakah yang menjadi penghambat remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial di sekolah?
4. Bagaimanakah pihak sekolah dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook?
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1) Makna jejaring sosial facebook bagi remaja tunadaksa di SLB D YPAC Bandung.
(15)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa yang menggunakan facebook di sekolah.
3) Hambatan remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial di sekolah.
4) Pihak sekolah dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam Pendidikan Khusus mengenai perilaku sosial anak berkebutuhan khusus. Pengembangan tersebut berkaitan dengan perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat :
1) Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang perilaku sosial anak tunadaksa.
2) Sebagai kajian dan panduan bagi guru maupun orang tua agar lebih memahami karakteristik anak sehingga perkembangan sosial anak dapat diarahkan dengan baik.
(16)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Peneliti bermaksud melakukan penelitian di Sekolah Luar Biasa Yayasan Penyandang Anak Cacat Bandung (YPAC) yang beralamat di Jalan Mustang No.46 Kelurahan Sukawarna Kecamatan Sukajadi Bandung. Ditempat inilah data-data untuk kepentingan penelitian akan diperoleh.
B. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian keberadaan metode penelitian sangat menentukan dalam proses mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, Selain itu, metode penelitian tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, dalam suatu penelitian metode yang akan digunakan harus benar-benar diperhatikan. Hal ini bertujuan agar penelitian tersebut dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini digunakan karena metode penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan permasalahan secara objektif dalam kondisi yang alamiah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2011, hlm.6) bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
(17)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa diperoleh melalui wawancara, observasi/pengamatan, maupun dokumentasi.
C. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian diharapkan mampu menyaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Menurut Moleong (1997, hlm.165) penentu subjek penelitian dalam penelitian kualitatif, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu;
2.Pemilihan sampel secara berurutan, teknik “snowball Sampling” dengan cara responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan responden berikutnya diminta pula menunjuk lagi dan begitu seterusnya, sehingga semakin lama sampling akan semakin banyak;
3.Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya pada saat informasi. Semakin banyak diperoleh dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar fokus penelitian;
4.Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel dihentikan.
Adapun yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini adalah dua orang remaja tunadaksa yang berusia 15 tahun dan 17 tahun, sedangkan guru dan orang tua sebagai subjek tambahan.
D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat penelitian dalam penelitian kulitatif adalah peneliti itu sendiri. Sesuai pernyataan dari Nasution (1988) (dalam Sugiyono, 2010, hlm.223) yaitu:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan
(18)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Berikut adalah instrumen penelitian sederhana atau rancangan penelitian yang peneliti buat dalam halaman selanjutnya:
(19)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tujuan Fokus Masalah Aspek yang diungkap Jenis Data Sumber
Data
Teknik Pengumpulan Data
Ingin mendapat gambaran mengenai perilaku sosial remaja
tunadaksa dalam menggunakan jejaring
sosial.
a. Makna jejaring sosial facebook bagi remaja tunadaksa di SLB D YPAC Bandung.
- Opini siswa tentang jejaring sosial facebook
- Hal-hal yang
dilakukan siswa dalam menggunakan facebook
- Manfaat facebook menurut siswa
Segala sesuatu yang dapat dijadikan
sumber untuk memenuhi kelengkapan penelitian
Siswa - Wawancara - Dokumentasi
b. Perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial facebook di sekolah
- Keyakinan diri dalam bergaul - Dominan/memiliki
makna pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya
- Kemampuan
memimpin teman dalam kelompok - Mandiri secara
sosial/tidak mudah terpengaruh orang
Segala sesuatu yang dapat dijadikan
sumber untuk memenuhi kelengkapan penelitian Siswa Guru Orang tua - Wawancara - Observasi - Dokumentasi
(20)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lain dalam bergaul.
Tujuan Fokus Masalah Aspek yang diungkap Jenis Data Sumber
Data
Teknik Pengumpulan Data
Ingin mendapat gambaran mengenai perilaku sosial remaja
tunadaksa dalam menggunakan jejaring
sosial.
c. Hambatan remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial.
- Faktor internal: komunikasi,
persepsi, kontrol gerak
- Faktor eksternal: perlakuan guru terhadap siswa, pengembangan potensinsi siswa, penerimaan teman, orang tua, dan masyarakat terhadap siswa.
Data perilaku Segala sesuatu yang dapat dijadikan
sumber untuk memenuhi kelengkapan penelitian Siswa Guru - Observasi - Wawancara - Dokumentasi
d. Pihak sekolah dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan facebook.
- Pengawasan sekolah terhadap siswa yang menggunakan
- Fasilitas sekolah dalam mendukung penggunaan jejaring sosial
- Bimbingan sekolah
Segala sesuatu yang dapat dijadikan
sumber untuk memenuhi kelengkapan penelitian Guru kesiswaan Kepala sekolah - Observasi - Wawancara - Dokumentasi
(21)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap siswa yang menggunakan
jejaring sosial facebook
(22)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Teknik Pengumpulan Data
Secara umum teknik pengumpulan data terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan /triangulasi (Sugiyono, 2010, hlm.225). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung. Melalui observasi peneliti dapat belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010, hlm.226) menyatakan bahwa:
Observasi dikelompokkan menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).
Berikut adalah pedoman observasi yang peneliti susun: Tabel 3.2
Pedoman Observasi No. Aspek yang di
observasi
Instrumen Catatan Analisis
1 Perilaku sosial dalam
kecenderungan perilaku peran remaja
tunadaksa yang menggunakan
facebook di
sekolah
Ascendance yaitu kecenderungan
menampilkan keyakinan diri
(pemberani), dengan arah
berlawanannya socialtimidity yaitu takut (pengecut) dan malu bila bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal.
Dominace yaitu kecenderungan
untuk menguasai orang lain, bertindak tegas, berkemauan keras,
dengan arah berlawanannya
kecenderungan submissive, yaitu mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain.
social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, selain itu suka sosial masukan atau saran dalam berbagai pertemuan, dengan arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif
(23)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan tak acuh.
No. Aspek yang di observasi
Instrumen Catatan Analisis
Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain. Contoh dari sifat ini yaitu membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasehat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan arah berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya labil.
2 Hambatan
remaja
tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku
sosial di
sekolah.
Faktor internal:
Komunikasi
Persepsi
Kontrol gerak Fakor eksternal:
perlakuan guru terhadap remaja tunadaksa,
pengembangan potensi siswa secara akademik, keterampilan, maupun perilaku sosialnya.
penerimaan teman/siswa lain
terhadap Abijar dan Sakha yang memiliki tingkat ketunadaksaan yang berbeda.
Keikut sertaan Abijar dan Sakha dalam kegiatan kelompok
penerimaan masyarakat terhadap siswa SLB D YPAC Bandung khususnya Abijar dan Sakha yang memiliki ketunadaksaan
perlakuan orang tua terhadap anaknya (Abijar dan Sakha) yang memiliki ketunadaksaan
3 Pihak sekolah
dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja
Pengawasan sekolah terhadap remaja tunadaksa yang menggunakan facebook
Fasilitas sekolah dalam mendukung penggunaan jejaring sosial facebook
Bimbingan sekolah terhadap remaja tunadaksa yang menggunakan
(24)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tunadaksa SLB
D YPAC
Bandung dalam menggunakan jejaring sosial facebook.
Upaya atau cara-cara sekolah dalam mengembangkan perilaku sosial remaja tunadaksa.
2) Wawancara
“Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono, 2010, hlm.231). Dengan wawancara, peneliti akan lebih mengetahui mengenai hal-hal yang berhubungan dengan partisipan dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Esterberg (Sugiyono, 2010, hlm.233) mengemukakan “beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur”.
Berikut adalah pedoman wawancara yang peneliti susun pada halaman selanjutnya:
(25)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Guru Wali Kelas
No Aspek yang diungkap Pertanyaan Wawancara Jawaban Penjelasan
1 Perilaku sosial dalam
kecenderungan perilaku peran
remaja tunadaksa yang
menggunakan jejaring sosial facebook di sekolah.
Menurut pandangan ibu, bagimanakah siswa remaja tunadaksa yang menggunakan facebook terutama terhadap Abijar dan Sakha?
Apakah terlihat ada pengaruhnya dari segi perilaku sosial bagi Abijar dan Sakha sebagai pengguna facebook?
Apakah Abijar dan Sakha memiliki keyakinan diri (pemberani) dalam bergaul ataukah malu (pengecut)?
Apakah Abijar dan Sakha cenderung mendominasi atau menguasai temannya, dan memiliki kemauan keras ataukah mudah menyerah dan tunduk/patuh pada orang lain?
Apakah Abijar dan Sakha cenderung memiliki inisiatif memimpin teman-temannya ataukah cenderung pasif dan acuh?
Apakah Abijar dan Sakha memiliki kemandirian dalam hal bebas dari pengaruh orang lain, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, tidak suka meminta nasehat atau dukungan dari orang lain, ataukah cenderung bergantung pada orang lain?
2 Hambatan remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial.
Apakah Abijar dan Sakha dapat berkomunikasi atau mengungkapkan keinginan dengan mudah terhadap lawan bicaranya?
Apakah Abijar dan Sakha dapat melakukan mobilitas (kontrol gerak) dengan mudah? Apakah siswa dapat memahami (persepsi) apa yang diungkapkan lawan bicaranya? Bagaimana perlakuan guru-guru terhadap Abijar dan Sakha?
Apakah guru mengasah atau mengoptimalkan potensi siswa baik akademik maupun perilaku sosialnya?
Bagaimanakah penerimaan teman/siswa lain terhadap Abijar dan Sakha yang memiliki tingkat ketunadaksaan yang berbeda?
Apakah Abijar dan Sakha suka diikut sertakan dalam kegiatan kelompok?
(26)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abijar dan Sakha yang memiliki ketunadaksaan?
Bagaimana perlakuan orang tua terhadap anaknya (Abijar dan Sakha) yang memiliki ketunadaksaan?
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Siswa
No Aspek yang diungkap Pertanyaan Wawancara Jawaban Penjelasan
1 Makna jejaring sosial
facebook bagi remaja
tunadaksa
Menurut siswa, apakah yang dimaksud dengan jejaring sosial facebook? Apa yang biasanya siswa lakukan dalam menggunakan facebook?
Menurut siswa apakah manfaat yang dirasakan dari jejaring sosial facebook? Menurut siswa apakah kelebihan dari jejaring sosial facebook?
Apakah kekurangan dari jejaring sosial facebook?
Menurut siswa, lebih baik bersosialisasi di jejaring sosial facebook (dunia maya) atau bersosialisasi secara langsung?
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Orang Tua
No Aspek yang diungkap Pertanyaan Wawancara Jawaban Penjelasan
1 Perilaku sosial dalam
kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa
yang menggunakan
jejaring sosial facebook di sekolah.
Menurut pandangan ibu, bagimanakah siswa remaja tunadaksa yang menggunakan facebook terutama terhadap Sakha?
Apakah terlihat ada pengaruhnya dari segi perilaku sosial bagi Sakha sebagai pengguna facebook?
Apakah Sakha memiliki keyakinan diri (pemberani) dalam bergaul ataukah malu (pengecut)?
Apakah Sakha cenderung mendominasi atau menguasai temannya, dan memiliki kemauan keras ataukah mudah menyerah dan tunduk/patuh pada orang lain?
(27)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Apakah Sakha cenderung memiliki inisiatif memimpin teman-temannya ataukah cenderung pasif dan acuh?
Apakah Sakha memiliki kemandirian dalam hal bebas dari pengaruh orang lain, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, tidak suka meminta nasehat atau dukungan dari orang lain, ataukah cenderung bergantung pada orang lain?
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dan Guru Bagian Kesiswaan
No Aspek yang diungkap Pertanyaan Wawancara Jawaban Penjelasan
1 Pihak sekolah dalam
menyikapi hambatan
remaja tunadaksa dalam berperilaku sosial
Bagaimana menurut bapak mengenai siswa remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial facebook?
Bagaimana pandangan bapak mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan facebook di sekolah?
Apakah ada perubahan perilaku sosial bagi remaja tunadaksa yang menggunakan facebook?
Pernahkah bapak menangani masalah dari siswa remaja tunadaksa karena menggunakan facebook?
Jika ada, bagaimana pihak sekolah dalam menangani remaja tunadaksa yang memiliki masalah tersebut?
Apakah bapak melakukan pengawasan terhadap remaja tunadaksa di jejaring sosial facebook?
Apakah ada fasilitas sekolah dalam mendukung penggunaan jejaring sosial?
Bagaimana bimbingan yang diberikan sekolah kepada siswa yang mempunyai facebook terutama siswa usia remaja?
Adakah dari pihak sekolah mempunyai cara-cara untuk mengembangkan perilaku sosial siswa tunadaksa khususnya usia remaja dalam hal kecenderungan perilaku
(28)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu peran?
(29)
35 3) Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bentuknya bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam hal ini adalah buku-buku atau sumber-sumber tertulis yang relevan dengan masalah yang sedang di teliti. Dengan menggunakan dokumen maka data hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya.
Tabel 3.7 Pedoman Dokumen Dokumen gambar atau foto
mengenai segala sesuatu yang berkaitan tentang aktivitas siswa di
sekolah dan facebook
Arsip-Arsip atau hasil karya yang berkaitan dengan siswa dan
sekolah
E. Pengujian Keabsahan Data
Agar hasil penelitian tidak diragukan kebenarannya baik dari alat penelitian maupun sumber penelitian, maka dilakukan uji keabsahan data. Uji keabsahan data dalam penelitian biasanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. “Sedangkan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan comfirmability (obyektivitas)” (Sugiyono, 2010,
hlm.270).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas suatu data dengan teknik triangulasi. Triangulasi disini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu. Kemudian dalam teknik triangulsi peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data. Yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Menurut Patton (Moleong, 2010, hlm.330) “triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.” Hal ini menurut Moleong (2010, hlm.331) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
(30)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui observasi/pengamatan, wawancara, dan dokumentasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan diorganisasi. Kemudian dilakukan crosscheck atau cek silang diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di cek silang dengan dua sumber data lainnya. Dengan demikian validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan, karena data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai sumber data yang ada.
Data hasil wawancara Data hasil observasi
Data hasil dokumentasi
Bagan 3.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Bagan diatas merupakan alur teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti, data hasil observasi dibandingkan dengan di cek silang dari data hasil dokumentasi dan data hasil wawancara dari berbagai sumber. Data hasil wawancara juga dibandingkan dengan dicek silang dari data hasil dokumentasi dan observasi. Demikian pula data hasil dokumentasi di cek silang dengan data
(31)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hasil wawancara dan observasi. Langkah terakhir adalah mengambil dan memutuskan kesimpulan secara keseluruhan.
F. Analisis Data
Menurut pernyataan Bogdan (dalam Sugiyono, 2010, hlm.244) analisis data adalah “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain”. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan melalui hipotesis. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Secara lebih rinci analisis data dalamp enelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data (data reduction)
“Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi” menurut Silalahi (2010, hlm.339).Pada tahap ini peneliti memilih hal-hal pokok dari data yang diperoleh di lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Penulis memilah-milah data yang penting yang berkaitan dengan focus penelitian dan membuat kerangka penyajiannya.
2. Penyajian data (display data)
Setelah melakukan reduksi data, tahap selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, peneliti akan melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis ataukah mengambil tindakan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data yang diperoleh. Pada tahap ini peneliti menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi, masing-masing topik
(32)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian dipisahkan, topik yang sama disimpan dalam satu tempat untuk diberi tanda. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam penggunaan data supaya tidak terjadi kekeliruan.
3. KesimpulandanVerifikasi(Conclusion drawing/verification)
Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, dan alur sebab akibat. Mula-mula kesimpulan belum jelas, tetapi kemudian kian meningkat menjadi lebih terperinci. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran peneliti atau pun suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan.Makna-makna yang mucul dari data harus diuji kebenarannya, kekukuhannya, dankecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.
(33)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini merupakan suatu proses untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa dalam menggunakan jejaring sosial. Adapun jejaring sosial yang digunakan adalah facebook dan perilaku yang diamati adalah kecenderungan perilaku peran di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan mengenai makna jejaring sosial menurut remaja tunadaksa khususnya facebook. Dengan demikian bahwa facebook merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan oleh orang dari seluruh negara. Facebook juga dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi penggunanya. Mereka juga mengungkapkan bahwa dengan facebook dapat menjalin silaturahmi dengan saudara-saudara. Melalui jejaring sosial facebook maka remaja tunadaksa yang memiliki keterbatasan melakukan mobilitas dapat bersosialisasi tanpa harus berpindah-pindah. Maksudnya bahwa facebook dapat dengan mudah diakses dimanapun selama terhubung ke jaringan internet. Intinya bahwa facebook merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan jaringan yang lebih luas, cepat, dan efisien.
Perilaku sosial remaja tunadaksa di sekolah dalam kecenderungan perilaku peran cukup memadai karena menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal seperti memiliki keyakinan diri dalam bergaul, memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin teman dalam kelompok, dan memiliki kemandirian dalam menentukan rencananya sendiri. Meskipun ada beberapa hal yang kurang memadai dikarenakan latar belakang remaja tersebut. Seperti halnya keterhambatan mereka dalam fisik motorik yang cukup berat, menjadikan mereka masih bergantung kepada orang lain, meskipun secara itelegensinya cukup baik. Facebook membantu remaja tunadaksa mengembangkan hubungansosialnya sedangkan lingkungan sekolah merupakan situasi sosial yang cocok sebagai
(34)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengembangan perilaku sosial secara langsung dan terarah. Hambatan remaja tunadaksa dalam berperilaku sosial terdapat beberapa faktor seperti terbatasnya mobilitas serta kurangnya motivasi dari dalam diri maupun dari luar untuk dapat mengembangkan perilaku sosialnya. Selain itu, dari pihak guru kurang optimal mengembangkan kemampuan siswa baik secara akademik, keterampilan, dan sosialnya. Seperti, kurang variasinya guru dalam membuat kegiatan siswa yang melibatkan kelompok teman sebaya. Serta pandangan orang tua yang masih menganggap remaja tunadaksa seperti anak-anak yang belum bisa apa-apa. Perilaku sosial yang sesuai harus dimiliki remaja tunadaksa agar mampu percaya diri dalam menghadapi situasi sosial di masyarakat yang sebenarnya.
Pihak sekolah dalam menyikapi hambatan remaja tunadaksa dalam berperilaku sosial dengan memberikan dukungan dan membolehkan penggunaannya selama penggunaannya yang positif. Sekolah menyediakan jaringan wifi yang bisa digunakan guru dan siswanya di lingkungan sekolah secara gratis. Kemudian untuk menghindari penggunaan facebook yang salah, pihak guru melakukan pengawasan terhadap aktivitas siswanya di facebook dan memberikan bimbingan bagaimana menggunakan facebook yang sesuai dengan norma yang berlaku. Pihak sekolah juga terbuka menerima acara-acara sosial dari pihak luar yang melibatkan seluruh siswa SLB D YPAC Bandung. Seperti, kunjungan dari universitas, sekolah umum, dan suatu lembaga/instasi. Kemudian sekolah juga mengajak seluruh siswanya berkegiatan di luar lingkungan sekolah, seperti karyawisata dan olah raga bersama.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada:
1. Siswa tunadaksa
Mengikuti perkembangan jejaring sosial sangat baik demi kemajuan potensi diri, namun alangkah lebih baik jika selektif dalam menggunakannya
(35)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan demi tujuan yang baik. Yaitu dengan memahami manfaat dari layanan jejaring sosial yang digunakan serta mengembangkan dan mengamalkan ilmu atau pengalaman yang baik di kehidupan sehari-harinya. Jejaring sosial facebook benar-benar penggunaannya untuk menjalin silaturahmi dengan kerabat yang jauh.
2. Guru
Berkaitan dengan perkembangan kemampuan sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial, diharapkan guru mengikutiperkembangan teknologi dan jejaring sosial. Agar dapat memahami mengenai kelebihan dan kekurangannya serta manfaatnya bagi siswa. Seperti halnya guru memiliki akun salah satu jejaring sosial yang siswanya gunakan seperti facebook, kemudian di facebook melakukan pertemanan dengan siswanya. Sehingga guru dapat memonitor/mengawasi aktivitas siswanya di luar sekolah dengan mudah.
3. Orang tua
Bagi orang tua sebagai orang terdekat anak, diharapkan untuk ikut serta mengawasi aktivitas anaknya di jejaring sosial. Oleh karena itu orang tua juga diharapkan dapat memahami jejaring sosial apa yang anak gunakan dan manfaatnya bagi anak. Dengan begitu, aktivitas anak akan terkontrol dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai pelajar. Seperti orang tua juga diharapkan memiliki akun jejaring sosial yang anaknya gunakan, sehingga orang tua dapat mengetahui aktivitas anaknya di jejaring sosial. Terutama orang tua yang memiliki anak tunadaksa selain hal di atas juga diharapkan dapat bersikap sewajarnya agar anak mampu mandiri dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Karena remaja biasanya senang melakukan hal-hal yang baru dan suka berekpresi maka lebih baik diberikan ruang untuk mengekspresikan dirinya namun tetap dalam pengawasan orang tua.
(36)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan penting bagi keberhasilan pendidikan, diharapkan lebih mengawasi siswanya yang memiliki jejaring sosial. Agar siswa terpantau aktivitasnya di luar sekolah dan tidak mengganggu akademiknya. Misalnya guru melakukan percakapan di jejaring social dengan sisiwanya, selain itu guru dapat melihat status atau tulisan dan percakapan siswanya dengan orang lain di jejaring social tersebut. Fasilitas yang sudah di sediakan sekolah, penggunaannya bagi siswa belum optimal. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan dapat memberikan program pembelajaran atau bimbingan mengenai penggunaan layanan internet terutama jejaring sosial agar pemanfaatannya lebih baik lagi bagi siswa. Misalnya bimbingan mengenai etika dalam menggunakan internet atau program pembelajaran yang memanfaatkan jejaring sosial seperti membuat surat yang dikirimkan melalui email.
(37)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Bandung : Depdikbud. Astati. (2009). Modul 7 Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan
Tunalaras. Bandung: UPI
Budiman, D. (tanpa tahun). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas PGSD. Bandung: UPI.
Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim, R. (2001). Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Geniofam. (2010). Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta : Garailmu.
Krisianto, A. (2014). Internet Untuk Pemula. Jakarta : PT Elex Madia Komputindo.
Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Silalahi, U. (2010). MetodePenelitianSosial.Bandung: PT RefikaAditama.
Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks. Somad, P., Casmini, M., dan Pujiasri. (2008). Buku Materi Pokok Mata Kuliah :
Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.
Somantri, S.T. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Sudrajat, A. (2008). Perilaku Sosial Individu Menurut Krech, at.al. [Online].
Tersedia di :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial-individu/. [Diakses 12 Desember 2013].
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(38)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syamsuddin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Valentino. (2013). Hasil Studi Tentang Manfaat Facebook. [Online]. Tersedia di: http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/01/05/hasil-studi-tentang-manfaat-facebook-516742.html. [Diakses 13 Juli 2014].
Wikipedia Bahasa Indonesia. (2013). Jejaring Sosial. [Online]. Tersedia di: http://id.m.wikipedia.org/wiki/jejaring_sosial. [Diakses 1 November 2013] Yusuf, S.L. dan Sugandhi, N.M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
(1)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini merupakan suatu proses untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa dalam menggunakan jejaring sosial. Adapun jejaring sosial yang digunakan adalah facebook dan perilaku yang diamati adalah kecenderungan perilaku peran di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan mengenai makna jejaring sosial menurut remaja tunadaksa khususnya facebook. Dengan demikian bahwa facebook merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan oleh orang dari seluruh negara. Facebook juga dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi penggunanya. Mereka juga mengungkapkan bahwa dengan facebook dapat menjalin silaturahmi dengan saudara-saudara. Melalui jejaring sosial facebook maka remaja tunadaksa yang memiliki keterbatasan melakukan mobilitas dapat bersosialisasi tanpa harus berpindah-pindah. Maksudnya bahwa facebook dapat dengan mudah diakses dimanapun selama terhubung ke jaringan internet. Intinya bahwa facebook merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan jaringan yang lebih luas, cepat, dan efisien.
Perilaku sosial remaja tunadaksa di sekolah dalam kecenderungan perilaku peran cukup memadai karena menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal seperti memiliki keyakinan diri dalam bergaul, memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin teman dalam kelompok, dan memiliki kemandirian dalam menentukan rencananya sendiri. Meskipun ada beberapa hal yang kurang memadai dikarenakan latar belakang remaja tersebut. Seperti halnya keterhambatan mereka dalam fisik motorik yang cukup berat, menjadikan mereka masih bergantung kepada orang lain, meskipun secara itelegensinya cukup baik. Facebook membantu remaja tunadaksa mengembangkan hubungansosialnya sedangkan lingkungan sekolah merupakan situasi sosial yang cocok sebagai
(2)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengembangan perilaku sosial secara langsung dan terarah. Hambatan remaja tunadaksa dalam berperilaku sosial terdapat beberapa faktor seperti terbatasnya mobilitas serta kurangnya motivasi dari dalam diri maupun dari luar untuk dapat mengembangkan perilaku sosialnya. Selain itu, dari pihak guru kurang optimal mengembangkan kemampuan siswa baik secara akademik, keterampilan, dan sosialnya. Seperti, kurang variasinya guru dalam membuat kegiatan siswa yang melibatkan kelompok teman sebaya. Serta pandangan orang tua yang masih menganggap remaja tunadaksa seperti anak-anak yang belum bisa apa-apa. Perilaku sosial yang sesuai harus dimiliki remaja tunadaksa agar mampu percaya diri dalam menghadapi situasi sosial di masyarakat yang sebenarnya.
Pihak sekolah dalam menyikapi hambatan remaja tunadaksa dalam berperilaku sosial dengan memberikan dukungan dan membolehkan penggunaannya selama penggunaannya yang positif. Sekolah menyediakan jaringan wifi yang bisa digunakan guru dan siswanya di lingkungan sekolah secara gratis. Kemudian untuk menghindari penggunaan facebook yang salah, pihak guru melakukan pengawasan terhadap aktivitas siswanya di facebook dan memberikan bimbingan bagaimana menggunakan facebook yang sesuai dengan norma yang berlaku. Pihak sekolah juga terbuka menerima acara-acara sosial dari pihak luar yang melibatkan seluruh siswa SLB D YPAC Bandung. Seperti, kunjungan dari universitas, sekolah umum, dan suatu lembaga/instasi. Kemudian sekolah juga mengajak seluruh siswanya berkegiatan di luar lingkungan sekolah, seperti karyawisata dan olah raga bersama.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada:
1. Siswa tunadaksa
Mengikuti perkembangan jejaring sosial sangat baik demi kemajuan potensi diri, namun alangkah lebih baik jika selektif dalam menggunakannya
(3)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan demi tujuan yang baik. Yaitu dengan memahami manfaat dari layanan jejaring sosial yang digunakan serta mengembangkan dan mengamalkan ilmu atau pengalaman yang baik di kehidupan sehari-harinya. Jejaring sosial facebook benar-benar penggunaannya untuk menjalin silaturahmi dengan kerabat yang jauh.
2. Guru
Berkaitan dengan perkembangan kemampuan sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial, diharapkan guru mengikutiperkembangan teknologi dan jejaring sosial. Agar dapat memahami mengenai kelebihan dan kekurangannya serta manfaatnya bagi siswa. Seperti halnya guru memiliki akun salah satu jejaring sosial yang siswanya gunakan seperti facebook, kemudian di facebook melakukan pertemanan dengan siswanya. Sehingga guru dapat memonitor/mengawasi aktivitas siswanya di luar sekolah dengan mudah.
3. Orang tua
Bagi orang tua sebagai orang terdekat anak, diharapkan untuk ikut serta mengawasi aktivitas anaknya di jejaring sosial. Oleh karena itu orang tua juga diharapkan dapat memahami jejaring sosial apa yang anak gunakan dan manfaatnya bagi anak. Dengan begitu, aktivitas anak akan terkontrol dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai pelajar. Seperti orang tua juga diharapkan memiliki akun jejaring sosial yang anaknya gunakan, sehingga orang tua dapat mengetahui aktivitas anaknya di jejaring sosial. Terutama orang tua yang memiliki anak tunadaksa selain hal di atas juga diharapkan dapat bersikap sewajarnya agar anak mampu mandiri dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Karena remaja biasanya senang melakukan hal-hal yang baru dan suka berekpresi maka lebih baik diberikan ruang untuk mengekspresikan dirinya namun tetap dalam pengawasan orang tua.
(4)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan penting bagi keberhasilan pendidikan, diharapkan lebih mengawasi siswanya yang memiliki jejaring sosial. Agar siswa terpantau aktivitasnya di luar sekolah dan tidak mengganggu akademiknya. Misalnya guru melakukan percakapan di jejaring social dengan sisiwanya, selain itu guru dapat melihat status atau tulisan dan percakapan siswanya dengan orang lain di jejaring social tersebut. Fasilitas yang sudah di sediakan sekolah, penggunaannya bagi siswa belum optimal. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan dapat memberikan program pembelajaran atau bimbingan mengenai penggunaan layanan internet terutama jejaring sosial agar pemanfaatannya lebih baik lagi bagi siswa. Misalnya bimbingan mengenai etika dalam menggunakan internet atau program pembelajaran yang memanfaatkan jejaring sosial seperti membuat surat yang dikirimkan melalui email.
(5)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Bandung : Depdikbud. Astati. (2009). Modul 7 Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan
Tunalaras. Bandung: UPI
Budiman, D. (tanpa tahun). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas PGSD. Bandung: UPI.
Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim, R. (2001). Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Geniofam. (2010). Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta : Garailmu.
Krisianto, A. (2014). Internet Untuk Pemula. Jakarta : PT Elex Madia Komputindo.
Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Silalahi, U. (2010). MetodePenelitianSosial.Bandung: PT RefikaAditama.
Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks. Somad, P., Casmini, M., dan Pujiasri. (2008). Buku Materi Pokok Mata Kuliah :
Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.
Somantri, S.T. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Sudrajat, A. (2008). Perilaku Sosial Individu Menurut Krech, at.al. [Online].
Tersedia di : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial-individu/. [Diakses 12 Desember 2013].
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(6)
Yuyun Yuniarsih, 2014
Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syamsuddin, A.M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Valentino. (2013). Hasil Studi Tentang Manfaat Facebook. [Online]. Tersedia di: http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/01/05/hasil-studi-tentang-manfaat-facebook-516742.html. [Diakses 13 Juli 2014].
Wikipedia Bahasa Indonesia. (2013). Jejaring Sosial. [Online]. Tersedia di: http://id.m.wikipedia.org/wiki/jejaring_sosial. [Diakses 1 November 2013] Yusuf, S.L. dan Sugandhi, N.M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: