Studi Kasus Terhadap Putusan Perkara Perdata Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB Terkait Tidak Diterimanya Gugatan (Niet Ontvankelijke Verklaard)Akibat Bukti Formal Yang Tidak Dapat Menunjukkan Adanya Kerugian Dalam Kasus Perbuatan Melawan Hukum Yang Dilakukan Oleh
i
Studi Kasus Terhadap Putusan Perkara Perdata Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB Terkait Tidak Diterimanya Gugatan (Niet Ontvankelijke Verklaard) Akibat Bukti Formal Yang Tidak Dapat Menunjukkan Adanya Kerugian Dalam Kasus
Perbuatan Melawan Hukum Yang Dilakukan Oleh Pekerja Sehingga Menimbulkan Kerugian Bagi Perusahaan
ABSTRAK
Pekerja dan perusahaan merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Perusahaan dengan pekerja diikat oleh perjanjian kerja. Maka para pihak harus memenuhi hak dan kewajibannya. Pada praktiknya ada perbuatan-perbuatan diluar perjanjian yang dilakukan oleh pekerja dan dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud berujung pada gugatan secara perdata dan tuntutan secara pidana di pengadilan seperti halnya pada kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pekerja sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan seperti contoh pada perkara Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB. Kasus sebagaimana dimaksud, pelaku selain dituntut secara pidana yang berakhir dengan vonis 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan, juga digugat secara perdata. Namun dalam gugatan perdata terjadi problematika hukum dimana hakim tidak menerima gugatan dengan alasan adanya bukti formal yang tidak dapat menunjukkan adanya kerugian.
Penulisan dalam studi kasus ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam praktiknya. Dengan metode sebagaimana dimaksud, tujuan yang hendak dicapai adalah para pihak yang membacanya dapat memahami dan mengerti mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kasus yang sedang terjadi atau yang telah terjadi.
Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah penggugat mendalilkan adanya kerugian akibat perbuatan yang dilakukan oleh tergugat. Pada saat proses pembuktian, bukti yang diajukan tidak relevan dengan dalil yang disebutkan dalam artian bukti formil yang diajukan tidak menunjukkan adanya kerugian. Seharusnya majelis hakim memberikan putusan menolak gugatan bukan tidak menerima gugatan karena proses pembuktian sudah masuk kepada pokok perkara dan di dalam pertimbangan Putusan Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB hakim tidak menggunakan putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai bahan pertimbangan karena penggugat tidak memperlihatkan atau mengajukan alat bukti pidana dalam persidangan perkara perdata. Di dalam sistem hukum Common Law hakim terikat untuk kasus perdata dan juga untuk kasus pidana, namun di dalam sistem hukum Civil Law hakim tidak menganut keterikatan sebagaimana halnya Indonesia (yang
(2)
ii
menganut Civil Law). Maka putusan perdata yang tidak menggunakan putusan pidana sebagai bahan pertimbangan tidak dapat dipersalahkan, meskipun pada dasarnya hakim dapat menggunakannya.
Kata Kunci: Putusan perkara perdata, Tidak diterimanya gugatan, Kerugian, Perbuatan melawan hukum
(3)
iii
Case Studies Towards the Civil Lawsuit Decision Number
19/PDT.G/2014/PN/.BB. in Relations to the Objection of the Claim (Niet Ontvankelijke Verklaard) Caused by the failure of the Formal Proof to Present the Damage in Law-Breaking Cases by the Workers in Which Causes Damage to
the Company ABSTRACT
Workers and company are two inseparable factors towards each other. Therefore, a company and its workers are bind in a lawful working contract. The parties are to complete the necessary rights and obligations. In the implementation, there are things which go against the contract done by workers and are categorized as law-breaking deeds. The law-breaking deeds mentioned above end up with a claim in the civil law as well as claim in the criminal law in the court as in the case of the law-breaking deeds done by the working which cause the damage towards the company as seen in the Case Number 19/PDT.G/2014/PN.BB. The particular case, the doer is claimed criminally with a verdict of 1 year 8 months prison punishment. However, problems starts happening in the claim when the judge finds out that there is authentic proof which does not present the damage.
The writing in this particular case studies is using Normative Juridical Research Method which is a research being done deductively starting with an analysis of the chapters in the constitution rules which deal with the problems mentioned above. The Law Research using the method of Juridical is furthermore described about the existing literature studies or second data that is in use. Meanwhile, to have the manner of normative is a law research that aims for getting the knowledge about the relation between one rule to the others together with the implementation. By using this method, the goal is for the readers to understand and acknowledge the rules in the constitution dealing with the case that is happening or has already happened.
The conclusion derived from the research is that the plaintiff demonstrates the existence of the damage caused by the accused one. however, in the process of proving it, the proof is not relevant to the accusations mentioned in terms of authentication and so it does not show damage. The honorable courts should have given a decree to refuse the claim and not ignore the claim since the evidential process has already been accepted by the core of the lawsuit and in the decree consideration which number is 19/PDT.G/2014/PN.BB, the judge did not use the criminal verdict for consideration because the plaintiff did not submit evidence showing or criminal in court, yet in the system of Civil Law the judge has nothing to do with both cases as implemented in Indonesia’s system. Then the civil verdict that does not use criminal decisions as consideration can not be blamed, though basically the judge can use.
(4)
iv DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL...i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………..ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………...iii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN………..iv
LEMBAR PERSETUJUAN REVISI………...v
KATA PENGANTAR………...vi
ABSTRAK………..ix
ABSTRACT………...xi
DAFTAR ISI………..xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kasus……….1
B. Kasus Posisi………...………...6
BAB II TINJAUAN TEORITIK A. Masalah Hukum………9
B. Perjanjian Sebagai Dasar Perikatan antara Perusahaan dan Pekerja 1. Pengertian Perjanjian………..9
2. Asas-Asas Perjanjian……….13
(5)
v
C. Perjanjian Kerja Dalam Hukum Positif di Indonesia
1. Pengertian Perjanjian Kerja……….20
2. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja………..21
3. Syarat Sahnya Perjanjian Kerja………...23
4. Isi Perjanjian Kerja………..24
5. Berakhirnya Perjanjian Kerja………..26
6. Wanprestasi Dalam Perjanjian……….27
D. Pembuktian Dalam Lingkup Hukum Perdata 1. Pengertian Pembuktian……….29
2. Alat Bukti Perdata………31
3. Teori Hukum Pembuktian………35
E. Gugatan Dalam Perkara Perdata 1. Pengertian Gugatan dan Jenis-Jenis Gugatan………..37
2. Syarat-Syarat Gugatan……….39
F. Perbuatan Melawan Hukum Dalam Ranah Hukum Perdata 1. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum………..44
2. Ruang Lingkup Perbuatan Melawan Hukum………..48
3. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum………..50
4. Dasar Hukum Perbuatan Melawan Hukum………53
5. Macam-Macam Bentuk Perbuatan Melawan Hukum……….54
(6)
vi BAB III RINGKASAN PUTUSAN
A. Nomor Putusan………56
B. Kepala Putusan………56
C. Identitas Para Pihak……….56
D. Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan Putusan……….57
E. Amar Putusan………...63
BAB IV ANALISIS KASUS A. Pembuktian Terkait Bukti Formal yang Tidak Dapat Menunjukkan Adanya Kerugian Secara Nyata Tidak Dapat Dijadikan Dasar Tidak Diterimanya Suatu Gugatan………...64
B. Putusan Pidana yang Berkekuatan Hukum Tetap Dapat Dijadikan Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Perdata yang Memiliki Korelasi dengan Perkara Pidana Atas Pelaku yang Sama………67
BAB V KESIMPULAN A. Pembuktian Terkait Bukti Formal yang Tidak Dapat Menunjukkan Adanya Kerugian Secara Nyata Tidak Dapat Dijadikan Dasar Tidak Diterimanya Suatu Gugatan……….71
B. Putusan Pidana yang Berkekuatan Hukum Tetap Dapat Dijadikan Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Perdata yang Memiliki Korelasi dengan Perkara Pidana Atas Pelaku yang Sama………..72
(7)
vii
DAFTAR PUSTAKA………..74
LAMPIRAN……….77
(8)
1 BAB I
LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI
A. Latar Belakang Pemilihan Kasus
Pada dasarnya pekerja dan perusahaan merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap perusahaan sangat membutuhkan pekerja demikian sebaliknya. Untuk itu perusahaan dengan pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja. Perjanjian kerja berfungsi untuk menjamin hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha dalam hal ketenagakerjaan. Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan kedua belah pihak yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan termasuk juga menyangkut pekerja.1
Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua atau lebih pihak yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk memberi prestasi.2 Dari pengertian singkat
1 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Abadi, 1992, hlm. 93. 2
(9)
2
tersebut dijumpai beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain: hubungan hukum (rechsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.
Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian senantiasa diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi tersebut para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk adanya kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar tersebut.3
Latar belakang dibuatnya suatu perjanjian karena adanya perbedaan kepentingan para pihak akan dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak yang dikenal dengan istilah perjanjian kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Adapun yang menjadi kewajiban para pekerja dan pengusaha adalah wajib melaksanakan ketentuan yang ada di dalam perjanjian
3Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008. hlm 1.
(10)
3
kerja bersama, wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja. Oleh karena itu melalui hubungan perjanjian, perbedaan tersebut dapat dipersatukan dengan sebuah perangkat hukum yang mengikat para pihak. Mengenai sisi kepastian hukum dan keadilan, justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para pihak dapat terakomodir melalui sebuah mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang dan terarah.4 Seringkali salah satu pihak tidak mematuhi perjanjian kerja, salah satunya dilakukan oleh pekerja dengan melakukan pelanggaran berat. Adapun hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pekerja yang termasuk dalam kategori pelanggaran berat adalah menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakaerjaan adalah:
1. “Pekerja telah melakukan penipuan, pencurian, penggelapan barang dan atau uang milik perusahan.
2. Pekerja memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahan.
3. Pekerja mabuk, minum - minuman keras, memakai atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat aktif lainnya, dilingkungan kerja. 4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja. 5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi, teman
sekerja atau perusahaan dilingkungan kerja.
6. Membujuk teman sekerja atau perusahaan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang-undang.
7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau perusahaan dalam keadaan bahaya ditempat kerja.
9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.”
4
(11)
4
Dalam praktik kehidupan masyarakat pada umumnya, norma-norma yang berlaku dan larangan sering sekali dilanggar.Pelanggaran yang terjadi dikemudian hari dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perekonomian yang sangat lemah maupun karakter manusia yang mempunyai itikad buruk. Pelanggaran tersebut dapat berupa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang pekerja atau buruh terhadap perusahaan.
Jika seorang pekerja melakukan perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan tempat dia bekerja maka adalah wajar jika perusahaan menghukum pekerja tersebut untuk membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat perbuatan pekerja tersebut. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata Indonesia, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang, yang karena kesalahannya itu telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Jadi inti dari Pasal 1365 KUHPerdata adalah jika ada seseorang yang melakukan kesalahan dan menimbulkan kerugian bagi orang lain, ia dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dan ia wajib mengganti kerugian tersebut.
Adapun contoh kasus yang penulis ambil dalam hubungan dengan ketenagakerjaan adalah kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
(12)
5
Ny. Y sebagai tergugat terhadap PT. RKMA yang berdomisili di Bandung sebagai penggugat berdasarkan Putusan Pengadilan Perkara Perdata Nomor: 19/Pdt.G/2014/PN.BB di Pengadilan Negeri Bale Bandung. Contoh kasusnya secara singkat adalah sebagai berikut: Ny Y bekerja sebagai seorang sales pada PT RKMA yang bergerak dalam bidang distribusi penjualan minuman beralkohol. Ny Y dinilai orang yang tekun dalam bekerja serta memiliki integritas yang tinggi. Kemudian Tn E selaku direktur PT. RKMA mendapatkan laporan dari karyawan mengenai adanya beberapa account konsumen yang telah melakukan pemesanan dan telah dikeluarkan barang sesuai dengan pesanan namun belum menyelesaikan pembayaran para konsumen menolak dikarenakan mereka merasa tidak pernah melakukan pemesanan sehingga tidak memiliki kewajiban untuk membayar. Kemudian timbul kecurigaan yang mengarah kepada Ny Y. Ny.Y dipanggil untuk dimintai keterangan dan pada akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat purchase order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan. (uraian lebih jelasnya terdapat pada kasus posisi).
Kasus ini secara pidana sudah diputus dengan dasar penggelapan dalam jabatan (Ny Y divonis dengan hukuman 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan). Selain secara pidana, Ny Y digugat secara perdata karena diduga telah
(13)
6
merugikan perusahaan. Majelis hakim dalam Putusan Pengadilan atas Perkara Perdata Nomor: 19/Pdt.G/2014/PN.BB tentang kasus perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny. Y adalah majelis hakim tidak menerima gugatan (niet ontvankelijke verklaard) yang diajukan oleh penggugat dengan alasan bukti yang diajukan tidak disertai dengan bukti asli. Di sisi lain, dalam perkara pidana dengan Putusan Nomor. 371/Pid.B/2014/PN.BDG memvonis Ny. Y dengan hukuman 1 tahun 8 bulan (satu tahun delapan bulan) karena terbukti melakukan penyalahgunaan jabatan. Putusan perdata sebagaimana dimaksud tidak didukung oleh putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap.
B. Kasus Posisi
Pada tanggal 1 Februari 2013, Tn E selaku direktur PT RKMA melalui bagian Human Resource Departement (HRD) menerima Ny Y untuk menjadi karyawan sebagaimana surat Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang mana masa kesepakatan kerja telah ditetapkan selama 12 (dua belas) bulan terhitung mulai tanggal 1 Februari 2013 dan berakhir pada tanggal 1 Februari 2014. Tn E menerima Ny Y untuk menjadi karyawan dikarenakan Ny Y adalah orang yang dianggap sangat dekat oleh Tn E dan Ny Y dinilai orang yang tekun dalam bekerja serta memiliki integritas yang tinggi. Selama beberapa bulan menjadi karyawan, Ny Y menjalani pekerjaan dengan baik bahkan dinilai sebagai salah satu karyawan yang berprestasi dapat memberikan pemasukan
(14)
7
yang baik bagi perusahaan. Pada tanggal 19 November 2013, Tn E mendapatkan laporan dari karyawan mengenai adanya beberapa account konsumen yang telah melakukan pemesanan dan telah dikeluarkan barang sesuai dengan pesanan namun belum menyelesaikan pembayaran. Pada tanggal 20 November 2013, Tn E melakukan konfirmasi kepada setiap konsumen terkait pemesanan tersebut sekaligus mengirimkan penagihan pembayaran atas pesanan yang dimaksud, namun para konsumen menolak dikarenakan mereka merasa tidak pernah melakukan pemesanan sehingga tidak memiliki kewajiban untuk membayar. Kemudian Tn E dibantu oleh beberapa karyawan melakukan penelurusan yang berkaitan dengan hal tersebut, hingga timbul kecurigaan yang mengarah kepada Ny Y. Tn E memanggil Ny Y untuk dimintai keterangan terkait kecurigaan Tn E dan pada akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat Purchase Order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen, lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan. Total kerugian Tn E berdasarkan perhitungan adalah Rp. 1.029.446.396 (satu miliar dua puluh sembilan juta empat ratus empat puluh enam ribu tiga ratus sembilan puluh enam rupiah). Karena perbuatan Ny. Y, Tn E telah mengalami banyak kerugian maka Ny Y dihukum untuk membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat perbuatannya.
(15)
8
Dari kasus posisi di atas terdapat permasalahan hukum mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny Y terhadap perusahaan. Ny Y membuat invoice palsu terkait pemesanan minuman beralkohol yang mengatasnamakan tempat-tempat karaoke. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y melakukan transaksi fiktif dengan cara membuat Purchase Order atas nama konsumen tanpa sepengetahuan konsumen, lalu membuat lembar penagihan (invoice) dari perusahaan tanpa sepengetahuan perusahaan.
Pada tanggal 22 November 2013 Ny Y dilaporkan kepada pihak kepolisian dan dimintai keterangan seputar adanya pengaduan karyawan lain yang menyatakan bahwa ada pemesanan produk yang belum diselesaikan dan beberapa konsumen yang dihubungi mengaku tidak pernah memesan produk yang dimaksud dan akhirnya Ny Y mengakui perbuatannya yang telah melakukan transaksi fiktif dengan menggunakan account-account konsumen milik perusahaan. Ny Y telah ditahan oleh Kepolisian Sektor Sukasari dan segera akan dimasukkan ke dalam persidangan pidana di Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 20 Maret 2014. Ny Y dipanggil untuk hadir dalam persidangan perkara perdata pada tanggal 18 Februari 2014 dengan dasar perbuatan yang dilakukan oleh tergugat adalah perbuatan melawan hukum dan diputus pada tanggal 16 Juni 2014.
(16)
71 BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis kasus yang telah diuraikan dalam Bab IV, dapat ditarik kesimpulan:
A. Pembuktian Terkait Bukti Formal yang Tidak Dapat Menunjukkan Adanya Kerugian Secara Nyata Tidak Dapat Dijadikan Dasar Tidak Diterimanya Suatu Gugatan
Pembuktian merupakan salah satu bagian dari proses persidangan dalam perkara perdata. Pembuktian adalah proses membuktikan dari apa yang didalilkan para pihak. Pembuktian dilakukan untuk meyakinkan hakim bahwa apa yang didalilkan para pihak adalah benar, sebagai dasar hakim dalam membuat pertimbangan. Jika dalam proses pembuktian gugatan mengandung cacat formil maka, gugatan tidak dapat diterima tetapi jika gugatan mengandung cacat materiil artinya sudah masuk kepada pokok perkara, maka gugatan ditolak.
Di dalam kasus ini, penggugat mendalilkan adanya kerugian akibat perbuatan yang dilakukan oleh tergugat. Namun, pada saat proses pembuktian, bukti yang diajukan tidak relevan dengan dalil yang disebutkan dalam artian bukti formil yang diajukan tidak menunjukkan adanya kerugian.
(17)
72
Berdasarkan hal tersebut, seharusnya majelis hakim memberikan putusan menolak gugatan bukan tidak menerima gugatan karena proses pembuktian sudah masuk kepada pokok perkara, dimana penggugat tidak dapat membuktikan bahwa bukti surat tersebut benar-benar telah dipalsukan atau tidaknya oleh Ny Y, disamping itu penggugat tidak menghadirkan saksi untuk menguatkan dalil gugatannya.
B. Putusan Pidana yang Berkekuatan Hukum Tetap Dapat Dijadikan Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Perdata yang Memiliki Korelasi dengan Perkara Pidana Atas Pelaku yang Sama
Sistem hukum Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden (sesuatu yang telah terjadi sebelumnya dan dijadikan sebagai pertimbangan), sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Inkuisitorial maksudnya, bahwa dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara. Hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Berbeda dengan sistem hukum Common Law, di dalam sistem hukum Common Law dikenal asas stare decisis yang mempunyai arti keputusan hakim terdahulu mengikat keputusan hakim yang kemudian. Asas ini dianut oleh negara Inggris, Amerika Serikat.
(18)
73
Dalam pertimbangan kasus dengan Putusan Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB, hakim tidak menggunakan putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai bahan pertimbangan karena penggugat tidak memperlihatkan atau mengajukan alat bukti pidana dalam persidangan perkara perdata. Di dalam sistem hukum Common Law hakim terikat untuk kasus perdata dan juga untuk kasus pidana, namun di dalam sistem hukum Civil Law hakim tidak menganut keterikatan sebagaimana halnya Indonesia (yang menganut Civil Law) dalam arti putusan pidana tersebut boleh disertakan dalam persidangan perkara perdata atau boleh juga tidak. Maka putusan perdata yang tidak menggunakan putusan pidana sebagai bahan pertimbangan tidak dapat dipersalahkan, meskipun pada dasarnya hakim dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan putusan berdasarkan kewenangannya.
(19)
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI:
Nama : Grace Indah Putri
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 27 November 1991 Alamat : Jl. Marakas no 10, Bandung Nomor Handphone : 083821712334
E-mail : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN:
1. Tahun 1996-1998 di Taman Kanak-Kanak Kristen Yahya, Bandung. 2. Tahun 1998-2004 di Sekolah Dasar Kristen Yahya, Bandung.
3. Tahun 2004-2007 di Sekolah Menengah Pertama Kristen Yahya, Bandung. 4. Tahun 2007-2010 di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya, Bandung.
5. Tahun 2010-2015 di Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha, Bandung. PENGALAMAN:
1. Anggota pramuka di Sekolah Dasar Kristen Yahya. 2. Anggota OSIS di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya.
3. Anggota paduan suara di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya. 4. Peserta Welcome to Maranatha tahun 2010.
5. Peserta kuliah umum “Ketatanegaraan Dalam Konstitusi” tahun 2011.
6. Peserta seminar “Strategic Natural Resources Investment in Indonesia” tahun 2011.
(20)
7. Peserta “Outbond Life Supercamp” tahun 2011. 8. Peserta “Equality in Diversity” tahun 2011.
9. Peserta seminar “Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia” tahun 2011. 10.Peserta seminar nasional “Call For Paper” tahun 2011.
11.Peserta seminar “Kenakalan Remaja Dalam Bidang Informasi Teknologi Di Kota
Bandung” tahun 2013.
12.Panitia seminar “Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN)” tahun 2013.
13.Kerja praktik (magang) di Pusat Bantuan Hukum Universitas Kristen Maranatha tahun 2013.
14.Peserta seminar bedah buku “Hukum Pidana Korporasi” tahun 2014.
15.Peserta video contest “16 Days Activism Against Gender-Based Violence
Campaign” tahun 2014.
Bandung, 10 Agustus 2015
(Grace Indah Putri) NPM. 1087002
(21)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 1992.
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008. Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya,
Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2010.
Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah, Malang, 2002.
Lalu Husni, Perjanjian Kerja, Bandung: Rajawali Pers, 2003.
Lukma Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994. , Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 2005.
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1996. , Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
(22)
Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1979.
R.Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni, 1977. , Hukum Pembuktian, Bandung: Alumni, 1977. , Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1987.
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, cetakan 1, 2006.
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Yogyakarta: Liberty, 2006. Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007.
Victor M. Situmorang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi. Jakarta: Intermasa, 2010.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Sumur, 1983. , Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT Bale,
1986.
Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
B. Undang-Undang:
(23)
Putusan Mahkamah Agung No. 3609 K/Pdt/1985
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
C. Jurnal:
Ridwan Khaidandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
D. Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) - edisi 3 - cetakan 1, Jakarta; Balai Pustaka, 2001.
E. Rujukan Elektronik:
Diana Kusumasari, (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3157/arti gugatan-dikabulkan,-ditolak,-dan-tidak-dapat-diterima), 5 Oktober 2012. Tiar Ramon, Hukum Acara Perdata,
(https://tiarramon.wordpress.com/2010/06/04/bab-ii-bahankuliah-perihal-gugatan/), 4 Juni 2010.
(1)
73
Dalam pertimbangan kasus dengan Putusan Nomor 19/PDT.G/2014/PN.BB, hakim tidak menggunakan putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai bahan pertimbangan karena penggugat tidak memperlihatkan atau mengajukan alat bukti pidana dalam persidangan perkara perdata. Di dalam sistem hukum Common Law hakim terikat untuk kasus perdata dan juga untuk kasus pidana, namun di dalam sistem hukum Civil Law hakim tidak menganut keterikatan sebagaimana halnya Indonesia (yang menganut Civil Law) dalam arti putusan pidana tersebut boleh disertakan dalam persidangan perkara perdata atau boleh juga tidak. Maka putusan perdata yang tidak menggunakan putusan pidana sebagai bahan pertimbangan tidak dapat dipersalahkan, meskipun pada dasarnya hakim dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan putusan berdasarkan kewenangannya.
(2)
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI:
Nama : Grace Indah Putri
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 27 November 1991 Alamat : Jl. Marakas no 10, Bandung Nomor Handphone : 083821712334
E-mail : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN:
1. Tahun 1996-1998 di Taman Kanak-Kanak Kristen Yahya, Bandung. 2. Tahun 1998-2004 di Sekolah Dasar Kristen Yahya, Bandung.
3. Tahun 2004-2007 di Sekolah Menengah Pertama Kristen Yahya, Bandung. 4. Tahun 2007-2010 di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya, Bandung.
5. Tahun 2010-2015 di Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha, Bandung. PENGALAMAN:
1. Anggota pramuka di Sekolah Dasar Kristen Yahya. 2. Anggota OSIS di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya.
3. Anggota paduan suara di Sekolah Menengah Atas Kristen Yahya. 4. Peserta Welcome to Maranatha tahun 2010.
5. Peserta kuliah umum “Ketatanegaraan Dalam Konstitusi” tahun 2011.
6. Peserta seminar “Strategic Natural Resources Investment in Indonesia” tahun 2011.
(3)
7. Peserta “Outbond Life Supercamp” tahun 2011. 8. Peserta “Equality in Diversity” tahun 2011.
9. Peserta seminar “Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia” tahun 2011.
10. Peserta seminar nasional “Call For Paper” tahun 2011.
11.Peserta seminar “Kenakalan Remaja Dalam Bidang Informasi Teknologi Di Kota
Bandung” tahun 2013.
12. Panitia seminar “Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN)” tahun 2013.
13.Kerja praktik (magang) di Pusat Bantuan Hukum Universitas Kristen Maranatha tahun 2013.
14.Peserta seminar bedah buku “Hukum Pidana Korporasi” tahun 2014.
15. Peserta video contest “16 Days Activism Against Gender-Based Violence Campaign” tahun 2014.
Bandung, 10 Agustus 2015
(Grace Indah Putri) NPM. 1087002
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 1992.
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008. Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya,
Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2010.
Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah, Malang, 2002.
Lalu Husni, Perjanjian Kerja, Bandung: Rajawali Pers, 2003.
Lukma Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994. , Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 2005.
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1996. , Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
(5)
Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1979.
R.Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni, 1977. , Hukum Pembuktian, Bandung: Alumni, 1977. , Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1987.
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, cetakan 1, 2006.
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Yogyakarta: Liberty, 2006. Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007.
Victor M. Situmorang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi. Jakarta: Intermasa, 2010.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Sumur, 1983. , Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT Bale,
1986.
Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
B. Undang-Undang:
(6)
Putusan Mahkamah Agung No. 3609 K/Pdt/1985
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
C. Jurnal:
Ridwan Khaidandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
D. Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) - edisi 3 - cetakan 1, Jakarta; Balai Pustaka, 2001.
E. Rujukan Elektronik:
Diana Kusumasari, (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3157/arti gugatan-dikabulkan,-ditolak,-dan-tidak-dapat-diterima), 5 Oktober 2012. Tiar Ramon, Hukum Acara Perdata,
(https://tiarramon.wordpress.com/2010/06/04/bab-ii-bahankuliah-perihal-gugatan/), 4 Juni 2010.