Efek Larvasida Infusa Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Aedes sp.
vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
EFEK LARVASIDA INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP Aedes sp.
Michelle Augustine, 2014 ; Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Vektor utama penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Salah satu upaya mengurangi insidensi penyakit DBD dengan pengendalian vektor menggunakan temefos namun berefek samping. Tanaman yang mudah didapat dan berpotensi sebagai insektisida nabati adalah bawang putih (Allium sativum L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui infusa bawang putih (IBP) berefek larvasida terhadap Aedes sp. dan nilai LD50-nya. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorik sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif terhadap 750 larva Aedes sp. yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yang berbeda, yaitu IBP 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, temefos 1% sebagai kontrol positif, akuades sebagai kontrol negatif. Data yang diamati adalah jumlah larva mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan α=0,05. LD50 dicari dengan menggunakan analisis probit.
Hasil percobaan menunjukkan rerata larva mati pada IBP 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kontrol negatif berturut-turut 13,6%, 38,4%, 60%, 84,8%, 0% yang masing-masing berbeda signifikan (p<0,05). LD50 IBP terhadap larva Aedes sp. adalah sebesar 6,347%.
Dapat disimpulkan IBP mempunyai efek larvasida terhadap Aedes sp. dan LD50 larvasida IBP berkisar pada konsentrasi 6,347%.
(2)
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE LARVICIDAL EFFECT OF GARLIC INFUSION (Allium sativum L.) AGAINST Aedes sp.
Michelle Augustine, 2014 ; Tutor : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a communicable disease that becomes health issue in Indonesia. Main vector of DHF is Aedes aegypti. An effort to reduce DHF’s incidence is by controlling vector with temephos but has side effect. Plant that is easily obtainable and has potential as natural insecticide is garlic (Allium sativum L.). The aim of this study is to find out garlic infusion (GI) has larvicidal effect against Aedes sp. and the value of LD50.
This study is a real laboratory experimental research with completely randomized design and comparative using 750 Aedes larvae that were divided into 6 groups with different treatment, that is 2.5%, 5%, 7.5%, 10% of GI, temephos 1% as positive control, water as negative control. Observed data was the amount of dead larvae counted after 24 hours. Post-treatment data was
analyzed using one way ANOVA, followed by multiple comparison Fisher’s LSD test with α=0.05. LD50 was obtained by using probit analysis.
The average of dead larvae that were given 2.5%, 5%, 7.5%, 10% of GI, negative control were 13.6%, 38.4%, 60%, 84.8%, 0% and each of them was significantly different (p<0.05). LD50 of GI against Aedes sp. was 6.347%.
GI has larvicidal effect against Aedes sp. and its LD50 is 6.347%.
(3)
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aedes sp. ... 4
2.1.1 Taksonomi Aedes sp. ... 4
2.1.2 Siklus Hidup Aedes sp. ... 4
(4)
x Universitas Kristen Maranatha
2.1.3.1 Telur ... 5
2.1.3.2 Larva ... 6
2.1.3.3 Pupa ... 7
2.1.3.4 Nyamuk Dewasa ... 8
2.1.4 Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes sp. ... 9
2.1.5 Perilaku Nyamuk Aedes sp. ... 9
2.2 Nyamuk Aedes sp. sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 10
2.2.1 Pengertian DBD ... 10
2.2.2 Etiologi DBD ... 11
2.2.3 Epidemiologi DBD... 11
2.2.4 Patogenesis dan Patofisiologi DBD ... 12
2.2.5 Gambaran Klinis DBD ... 13
2.2.6 Mekanisme Penularan DBD ... 14
2.2.7 Pencegahan Penularan DBD ... 15
2.3 Bawang Putih ... 17
2.3.1 Taksonomi Bawang Putih ... 18
2.3.2 Sifat Botani Tanaman Bawang Putih ... 18
2.3.2.1 Daun ... 18
2.3.2.2 Batang ... 19
2.3.2.3 Akar ... 19
2.3.2.4 Siung dan Umbi... 20
2.3.2.5 Bunga ... 21
2.3.3 Kandungan Kimia Bawang Putih dan Khasiatnya ... 21
2.3.4 Manfaat Bawang Putih ... 23
2.3.5 Efek Samping dan Kontraindikasi Bawang Putih ... 24
2.4 Bawang Putih sebagai Larvasida ... 24
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 27
3.1.1 Alat Penelitian ... 27
(5)
xi Universitas Kristen Maranatha
3.1.3 Subjek Penelitian ... 28
3.2 Metode Penelitian... 28
3.2.1 Desain Penelitian ... 28
3.2.2 Penentuan Besar Sampel ... 28
3.2.3 Variabel Penelitian ... 29
3.2.4 Definisi Operasional Variabel ... 29
3.3 Prosedur Kerja ... 29
3.3.1 Persiapan Hewan Coba ... 29
3.3.2 Persiapan Bahan Uji ... 29
3.3.3 Prosedur Penelitian ... 30
3.4 Metode Analisis ... 31
3.4.1 Hipotesis Statistik ... 31
3.5.2 Kriteria Uji ... 31
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.5.1 Tempat Penelitian... 32
3.5.2 Waktu Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33
4.2 Pembahasan ... 34
4.3 Uji Hipotesis Penelitian... 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38
5.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN ... 42
(6)
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Rerata Persentase Jumlah Larva yang Mati Setelah 24 jam ... 33 4.2 Hasil Uji Fisher’s LSD ... 34
(7)
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Siklus Hidup Aedes sp. ... 5
2.2 Telur Aedes sp. ... 6
2.3 Larva Aedes sp. ... 7
2.4 Pupa Aedes sp. ... 7
2.5 Nyamuk Dewasa Aedes sp. ... 8
2.6 Fase dan Gambaran Klinis Dengue ... 14
2.7 Daun Bawang Putih ... 19
2.8 Akar Bawang Putih ... 20
2.9 Bunga Bawang Putih ... 21
(8)
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
(9)
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Dosis Infusa Bawang Putih dan Temefos ... 42
Lampiran 2 ANOVA ... 43
Lampiran 3 LSD ... 44
Lampiran 4 Probit Analysis ... 45
(10)
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita. Vektor penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti (Fathi, Keman, & Wahyuni, 2005). Penyakit yang dapat disebabkan oleh Aedes sp. adalah demam dengue, demam berdarah dengue, filariasis, encephalomyelitis, yellow fever (Agnetha, 2010).
DBD merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Komplikasi yang bisa terjadi adalah syok karena terjadi kebocoran pembuluh darah, perdarahan, kerusakan organ, dan kematian (Capeding, 2009).
Pada tahun 1998 terjadi pandemik DBD dan terdapat 1,2 juta kasus DBD. Sekitar 500.000 orang dirawat di rumah sakit karena DBD yang berat dengan pasien terbanyak adalah anak-anak dan sekitar 2,5% dilaporkan meninggal (WHO, 2013). Di Indonesia, DBD yang terbesar terjadi pada tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang. Pada tahun 2008, terjadi kasus DBD sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang, serta tahun 2009 terjadi kasus sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang (Candra, 2010).
Salah satu upaya untuk mengurangi insidensi penyakit DBD adalah dengan melakukan pengendalian terhadap vektor penyakit tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada setiap stadium perkembangan nyamuk mulai dari telur-larva-pupa-nyamuk dewasa. Cara yang paling populer saat ini adalah secara kimiawi dengan menggunakan insektisida, contohnya temefos. Tetapi hal ini mempunyai dampak negatif antara lain pencemaran lingkungan, kematian predator, dan resistensi serangga sasaran (Susanna, 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan insektisida alami yang berasal dari tanaman, bersifat toksik terhadap
(11)
2 Universitas Kristen Maranatha serangga akan tetapi ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi manusia, dan mudah digunakan (Dinata, 2006).
Larvasida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti daun, batang, dan akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri, contohnya bawang putih, daun gandarusa, dan daun legundi. Bawang putih dipilih sebagai alternatif insektisida kimia karena tanaman ini sudah dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat serta mudah diperoleh di seluruh Indonesia (Agnetha, 2010). Efek larvasida ekstrak etanol bawang putih terhadap Aedes sp. sudah diteliti, namun belum ada penelitian tentang efek larvasida infusa bawang putih terhadap Aedes sp. sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap Aedes sp.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap Aedes sp.
Berapa nilai LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp.
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap Aedes sp.
Untuk mengetahui nilai LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan farmakologi tumbuhan alami infusa bawang putih yang mempunyai efek larvasida.
(12)
3 Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Manfaat Praktis
Bawang putih dapat digunakan sebagai larvasida alternatif untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes sp.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Bawang putih mengandung allicin (diallyl thiosulfinate atau diallyl disulfide) yang mempunyai efek antivirus, antibakteri, antifungi, dan antiparasit. Allicin bekerja dengan cara menggangu sintesis membran sel larva nyamuk sehingga tidak dapat berkembang ke stadium pupa (Agnetha, 2010).
Bawang putih pun mengandung steroid saponins yang dapat merusak membran sel larva dengan cara berikatan dengan protein dan lipid membran sel. Saponin juga mempunyai rasa yang pahit sehingga menurunkan nafsu makan larva dan larva akan mati karena kelaparan (Musman, Karina, & Almukhsin, 2013).
Kandungan dari bawang putih lain yang diduga berperan dalam kematian larva adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan larva (Agnetha, 2010).
Saponin dan flavonoid akan menginaktivasi kerja enzim pada metabolisme sel sehingga terjadi penurunan ketersediaan energi dan akhirnya larva mati akibat kehabisan energi (Pratiwi, Haryono, & Rahayu, 2013).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
(13)
38 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Infusa bawang putih mempunyai efek larvasida terhadap Aedes sp.
2. Dari analisis probit, diperkirakan LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp. berkisar pada konsentrasi 6,347%.
5.2 Saran
1. Penelitian menggunakan spesies larva yang berbeda. 2. Penelitian lanjutan dengan sediaan galenik lain.
3. Pengamatan jumlah larva yang mati dengan interval waktu yang berbeda 4. Penelitian lanjutan dengan menggunakan stadium perkembangan nyamuk
yang berbeda.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai lama dari efektifitas infusa bawang putih terhadap larva Aedes sp.
6. Disarankan pada masyarakat untuk menggunakan infusa bawang putih untuk membunuh jentik nyamuk pada tempat perindukannya di luar rumah.
(14)
39 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Agnetha, A. Y. (2010). Retrieved January 15, 2014, from
http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18071/1/Efek-ekstrak-bawang-putih(Allium-sativum-L)sebagai-larvasida-nyamuk-Aedes-sp.pdf Ardiani, F. (2012). Retrieved July 16, 2014, from USU Institutional Repository:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35240/4/Chapter%20ll.pdf .
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Aspirator, 2, 110-119.
Capeding, M. R. (2009). Retrieved January 19, 2014, from
http://www.pidsphil.org/pdf/2010/10Lec-Dengue%20Update_WHO2009%20Guideline%20REVISED.pdf
Centers for Disease Control and Prevention. (2012, September 27). Entomology.
Retrieved July 16, 2014, from
http://www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/
Centers for Disease Control and Prevention. (2014, June 19). Epidemiology. Retrieved July 16, 2014, from http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/ Darmadi, & Ruslie, R. H. (2012, October). Peranan Bawang Putih (Allium sativum)
terhadap Hipertensi. Jurnal Cetak Fakultas Kedokteran UWKS, I. Dinata, A. (2006). Retrieved January 7, 2014, from www.litbang.depkes.go.id Farmakope Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia (4th ed.). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Fathi, Keman, S., & Wahyuni, C. U. (2005, July). Peranan Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan, II, 1-10. Retrieved January 7, 2014, from www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf Fidiana, D. F., Mifbakhuddin, & Nurullita, U. (2012). Daya Bunuh Ekstrak Kulit
Duku (Lansium Domesticum Corr) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Retrieved July 17, 2014, from Digital Library Universitas Muhammadiyah: http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11597 Groei & Bloei. (2012). Allium sativum. Retrieved from
(15)
40 Universitas Kristen Maranatha Hanafiah, A. K. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Horticulture New Zealand. (2007, January). Onions, Leeks and Garlic. Retrieved from
http://www.vegetables.co.nz/resources/1files/pdf/booklet_onion_leek_garl ic.pdf
Ikhtiarsyah, Y. G., Armandari, I., Supriyati, M. D., & Sulistyorini, E. (2014). Retrieved August 7, 2014, from Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM: http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=441 Metteshard, T. D. (2008). Retrieved January 9, 2014, from
http://www.herballegacy.com/Motteshard_Chemical.html
Mirelman, & Ankri. (1999). Retrieved January 9, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/10594976
Musman, M., Karina, S., & Almukhsin, S. (2013). Larvicide of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) from Ipomoea pes-caprae (Solanales: Convolvulaceae). Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation International Journal of the Bioflux Society, 6, 446-452.
Palgunadi, B. U., & Rahayu, A. (2012, February 2). Retrieved July 16, 2014, from
E Library Fakultas Kedokteran UWKS:
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol2.no1.Januari2011/AEDE S%20AEGYPTI%20SEBAGAI%20VEKTOR%20PENYAKIT%20DEM AM%20BERDARAH%20DENGUE.pdf.
Pratiwi, Y. C., Haryono, T., & Rahayu, Y. S. (2013). Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllantus acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. Lentera Bio, 2, 197-201.
Purwaningsih, E. (2007). Manfaat Bawang Putih. Bekasi: Ganeca Exact.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010, Agustus). Demam Berdarah Dengue di Indonesia tahun 1968 - 2009. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 1-14.
Roberts, J. J., & Reigart, J. R. (1999). Recognition and Management of Pesticide Poisoning (fifth ed.). South Carolina: U.S. Environmental Protection Agency.
(16)
41 Universitas Kristen Maranatha Sudjana, P. (2010, August). Diagnosis Dini Penderita Demam Berdarah Dengue
Dewasa. Buletin Jendela Epidemiologi, 21-25.
Sukowati, S. (2010, August). Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan Pengendaliannya di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 26 - 30. Sulistyoningsih, D., Santosa, B., & Sumanto, D. (2009, December). Efektivitas
Larutan Bawang Putih dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, 2.
Susanna, D. (2004). Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh Larva Aedes
Aegypti. Retrieved January 7, 2014, from
www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/DSusana2_2.pdf.
Tadashi, W. (1998). Penyembuhan dengan Bawang Putih (Vol. I). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
WebMD. (2011). Garlic. Retrieved from WebMD:
http://www.webmd.com/vitamins-supplements/ingredientmono-300-garlic.aspx?activeingredientid=300&activeingredientname=garlic
WHO & TDR. (2009). Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control -- New edition. French.
WHO. (2013). Dengue and Severe Dengue. Retrieved January 19, 2014, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
Zettel, C., & Kaufman, P. (2013, March). Aedes aegypti. Retrieved from http://entomology.ifas.ufl.edu/creatures/aquatic/aedes_aegypti.htm
(1)
2 Universitas Kristen Maranatha serangga akan tetapi ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi manusia, dan mudah digunakan (Dinata, 2006).
Larvasida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti daun, batang, dan akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri, contohnya bawang putih, daun gandarusa, dan daun legundi. Bawang putih dipilih sebagai alternatif insektisida kimia karena tanaman ini sudah dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat serta mudah diperoleh di seluruh Indonesia (Agnetha, 2010). Efek larvasida ekstrak etanol bawang putih terhadap Aedes sp. sudah diteliti, namun belum ada penelitian tentang efek larvasida infusa bawang putih terhadap Aedes sp. sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap Aedes sp.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap Aedes sp.
Berapa nilai LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp.
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah infusa bawang putih berefek larvasida terhadap
Aedes sp.
Untuk mengetahui nilai LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan farmakologi tumbuhan alami infusa bawang putih yang mempunyai efek larvasida.
(2)
3 Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Manfaat Praktis
Bawang putih dapat digunakan sebagai larvasida alternatif untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes sp.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Bawang putih mengandung allicin (diallyl thiosulfinate atau diallyl disulfide) yang mempunyai efek antivirus, antibakteri, antifungi, dan antiparasit. Allicin bekerja dengan cara menggangu sintesis membran sel larva nyamuk sehingga tidak dapat berkembang ke stadium pupa (Agnetha, 2010).
Bawang putih pun mengandung steroid saponins yang dapat merusak membran sel larva dengan cara berikatan dengan protein dan lipid membran sel. Saponin juga mempunyai rasa yang pahit sehingga menurunkan nafsu makan larva dan larva akan mati karena kelaparan (Musman, Karina, & Almukhsin, 2013).
Kandungan dari bawang putih lain yang diduga berperan dalam kematian larva adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan larva (Agnetha, 2010).
Saponin dan flavonoid akan menginaktivasi kerja enzim pada metabolisme sel sehingga terjadi penurunan ketersediaan energi dan akhirnya larva mati akibat kehabisan energi (Pratiwi, Haryono, & Rahayu, 2013).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
(3)
38 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Infusa bawang putih mempunyai efek larvasida terhadap Aedes sp.
2. Dari analisis probit, diperkirakan LD50 infusa bawang putih sebagai larvasida terhadap Aedes sp. berkisar pada konsentrasi 6,347%.
5.2 Saran
1. Penelitian menggunakan spesies larva yang berbeda. 2. Penelitian lanjutan dengan sediaan galenik lain.
3. Pengamatan jumlah larva yang mati dengan interval waktu yang berbeda 4. Penelitian lanjutan dengan menggunakan stadium perkembangan nyamuk
yang berbeda.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai lama dari efektifitas infusa bawang putih terhadap larva Aedes sp.
6. Disarankan pada masyarakat untuk menggunakan infusa bawang putih untuk membunuh jentik nyamuk pada tempat perindukannya di luar rumah.
(4)
39 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Agnetha, A. Y. (2010). Retrieved January 15, 2014, from
http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18071/1/Efek-ekstrak-bawang-putih(Allium-sativum-L)sebagai-larvasida-nyamuk-Aedes-sp.pdf Ardiani, F. (2012). Retrieved July 16, 2014, from USU Institutional Repository:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35240/4/Chapter%20ll.pdf .
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Aspirator, 2, 110-119.
Capeding, M. R. (2009). Retrieved January 19, 2014, from
http://www.pidsphil.org/pdf/2010/10Lec-Dengue%20Update_WHO2009%20Guideline%20REVISED.pdf
Centers for Disease Control and Prevention. (2012, September 27). Entomology.
Retrieved July 16, 2014, from
http://www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/
Centers for Disease Control and Prevention. (2014, June 19). Epidemiology. Retrieved July 16, 2014, from http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/ Darmadi, & Ruslie, R. H. (2012, October). Peranan Bawang Putih (Allium sativum)
terhadap Hipertensi. Jurnal Cetak Fakultas Kedokteran UWKS, I. Dinata, A. (2006). Retrieved January 7, 2014, from www.litbang.depkes.go.id Farmakope Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia (4th ed.). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Fathi, Keman, S., & Wahyuni, C. U. (2005, July). Peranan Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan, II, 1-10. Retrieved January 7, 2014, from www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf Fidiana, D. F., Mifbakhuddin, & Nurullita, U. (2012). Daya Bunuh Ekstrak Kulit
Duku (Lansium Domesticum Corr) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Retrieved July 17, 2014, from Digital Library Universitas
Muhammadiyah: http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11597 Groei & Bloei. (2012). Allium sativum. Retrieved from
(5)
40 Universitas Kristen Maranatha Hanafiah, A. K. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Horticulture New Zealand. (2007, January). Onions, Leeks and Garlic. Retrieved from
http://www.vegetables.co.nz/resources/1files/pdf/booklet_onion_leek_garl ic.pdf
Ikhtiarsyah, Y. G., Armandari, I., Supriyati, M. D., & Sulistyorini, E. (2014). Retrieved August 7, 2014, from Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM: http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=441 Metteshard, T. D. (2008). Retrieved January 9, 2014, from
http://www.herballegacy.com/Motteshard_Chemical.html
Mirelman, & Ankri. (1999). Retrieved January 9, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/10594976
Musman, M., Karina, S., & Almukhsin, S. (2013). Larvicide of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) from Ipomoea pes-caprae (Solanales: Convolvulaceae). Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation
International Journal of the Bioflux Society, 6, 446-452.
Palgunadi, B. U., & Rahayu, A. (2012, February 2). Retrieved July 16, 2014, from
E Library Fakultas Kedokteran UWKS:
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol2.no1.Januari2011/AEDE S%20AEGYPTI%20SEBAGAI%20VEKTOR%20PENYAKIT%20DEM AM%20BERDARAH%20DENGUE.pdf.
Pratiwi, Y. C., Haryono, T., & Rahayu, Y. S. (2013). Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllantus acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti.
Lentera Bio, 2, 197-201.
Purwaningsih, E. (2007). Manfaat Bawang Putih. Bekasi: Ganeca Exact.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010, Agustus). Demam Berdarah Dengue di Indonesia tahun 1968 - 2009. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 1-14.
Roberts, J. J., & Reigart, J. R. (1999). Recognition and Management of Pesticide
Poisoning (fifth ed.). South Carolina: U.S. Environmental Protection
(6)
41 Universitas Kristen Maranatha Sudjana, P. (2010, August). Diagnosis Dini Penderita Demam Berdarah Dengue
Dewasa. Buletin Jendela Epidemiologi, 21-25.
Sukowati, S. (2010, August). Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan Pengendaliannya di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 26 - 30. Sulistyoningsih, D., Santosa, B., & Sumanto, D. (2009, December). Efektivitas
Larutan Bawang Putih dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Jurnal
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, 2.
Susanna, D. (2004). Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh Larva Aedes
Aegypti. Retrieved January 7, 2014, from
www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/DSusana2_2.pdf.
Tadashi, W. (1998). Penyembuhan dengan Bawang Putih (Vol. I). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
WebMD. (2011). Garlic. Retrieved from WebMD:
http://www.webmd.com/vitamins-supplements/ingredientmono-300-garlic.aspx?activeingredientid=300&activeingredientname=garlic
WHO & TDR. (2009). Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and
control -- New edition. French.
WHO. (2013). Dengue and Severe Dengue. Retrieved January 19, 2014, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
Zettel, C., & Kaufman, P. (2013, March). Aedes aegypti. Retrieved from http://entomology.ifas.ufl.edu/creatures/aquatic/aedes_aegypti.htm