Usulan Pengendalian Persediaan Obat dan Pengaturan Penyususnan Obat Di Unit Pelaksana Teknis Layanan Kesehatan Perguruan Tinggi "X".

(1)

i

ABSTRAK

Apotek “B” adalah bagian dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Kesehatan Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung yang menyediakan obat untuk eksekutif, staf, mahasiswa, dan pensiunan pegawai Perguruan Tinggi “X” Bandung. Permasalahan yang dihadapi pengelola apotek adalah terjadinya stock out untuk beberapa jenis obat, sedangkan beberapa jenis obat lain mengalami over

stock. Beberapa obat yang mengalami over stock bahkan melewati batas masa

kedaluwarsa, sehingga obat tersebut tidak dapat dijual kepada konsumen. Hal ini menunjukkan belum baiknya pengendalian persediaan yang diterapkan saat ini. Masalah lain yang teramati penulis adalah pengaturan penyusunan obat yang belum baik, dimana obat yang sama ditempatkan di beberapa lokasi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan kurangnya pengawasan terhadap jumlah maupun masa kedaluwarsa obat. Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis akan mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan dan pengaturan penyusunan obat yang sebaiknya diterapkan.

Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pengelola apotek, langkah awal yang dilakukan penulis adalah melakukan klasifikasi ABC untuk menentukan obat-obat yang akan menjadi objek penelitian, yaitu obat-obatan yang termasuk dalam kelas A. Hasil klasifikasi menunjukkan terdapat 67 obat yang berasal dari 18 supplier yang termasuk dalam kelas A. Semua obat tersebut mewakili 39.964% dari total jumlah penjualan keseluruhan obat dan memiliki nilai penjualan sebesar 54.792%. Langkah selanjutnya adalah melakukan peramalan dengan bantuan software WinQSB. Kriteria pemilihan metode peramalan adalah nilai Mean Square Error (MSE) terkecil. Untuk menentukan kebijakan pengendalian persediaan, penulis melakukan perhitungan koefisien variabilitas (VC). Nilai VC dari seluruh objek penelitian kurang dari 0.2, sehingga metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat digunakan pada penelitian ini. Metode usulan adalah metode EOQ Single Items dengan Mempertimbangkan Masa Kedaluwarsa dan All Unit Discount serta EOQ Multi

Items dengan Mepertimbangkan Masa Kedaluwarsa dan All Unit Discount.

Selanjutnya penulis melakukan pengaturan penyusunan obat kelas A dengan menggunakan Dedicated Storage Location Policy. Pengelompokan obat dilakukan berdasarkan supplier yang sama. Supplier yang memiliki frekuensi keluar dan masuk yang lebih besar akan menempati slot-slot dengan jangkauan yang paling mudah.

Dengan menerapkan kebijakan pengendalian persediaan usulan, dapat diperoleh penghematan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 1,208,529.64 atau 17.37% dari total biaya pengendalian persediaan sebelumnya. Penghematan juga didapatkan dari segi biaya pembelian yang disebabkan oleh faktor all unit discount yaitu sebesar Rp 2,251,147.71 atau 0.456%. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pengaturan penyusunan obat usulan adalah kemudahan pengambilan obat untuk obat-obatan yang memiliki nilai annual

usage yang tertinggi dari keseluruhan obat yang dimiliki dan kemudahan


(2)

iv

DAFTAR ISI

COVER

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR NOTASI MATEMATIS ... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1Latar Belakang Masalah ... 1-1 1.2Identifikasi Masalah ... 1-2 1.3Pembatasan Masalah dan Asumsi ... 1-3 1.4Perumusan Masalah ... 1-3 1.5Tujuan Penelitian ... 1-4 1.6Sistematika Penulisan... 1-4 BAB 2 LANDASAN TEORI ... 2-1 2.1Persediaan ... 2-1 2.1.1 Definisi Persediaan ... 2-1 2.1.2 Jenis Persediaan ... 2-1 2.1.3 Fungsi Persediaan ... 2-3 2.1.4 Klasifikasi Permasalahan Persediaan...2-4 2.1.5 Tujuan Pengendalian Persediaan...2-6 2.1.6 Biaya Persediaan...2-7 2.2Klasifikasi ABC ... 2-9 2.3Variability Coefficient ... 2-11 2.4Peramalan ... 2-11 2.4.1 Karakteristik Peramalan ... 2-11 2.4.2 Prinsip Peramalan ... 2-12 2.4.3 Periode Peramalan ... 2-13


(3)

v

2.4.4 Keakuratan Peramalan ... 2-13 2.4.5 Pendekatan Peramalan ... 2-13 2.4.6 Model Peramalan ... 2-14 2.4.7 Error Peramalan ... 2-16 2.4.8 Metode Peramalan ... 2-17 2.5Model Persediaan Single Item dengan Mempertimbangkan Faktor

Kedaluwarsa dan All Unit Discount ... 2-18 2.6Model Multi Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa dan All Unit Discount ... 2-21 2.7Dedicated Storage Location Policy ... 2-24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 3-1 3.1Penelitian Pendahuluan ... 3-1 3.2Pembatasan Masalah dan Asumsi ... 3-1 3.3Perumusan Masalah ... 3-4 3.4Tujuan Penelitian ... 3-5 3.5Studi Literatur ... 3-5 3.6Penentuan Metode Penyelesaian Masalah ... 3-5 3.7Pengumpulan Data ... 3-6 3.8Pengolahan Data dan Analisis ... 3-7 3.9Kesimpulan dan Saran... 3-10 BAB 4 PENGUMPULAN DATA ... 4-1 4.1 Proifl UPT ‘X’... 4-1 4.1.1Sejarah Singkat Perusahaan ... 4-1 4.1.2Struktur Organisasi ... 4-2 4.1.3Visi dan Misi Apotek ‘B’ ... 4-3 4.1.4Denah Apotek ‘B’ ... 4-4 4.2Manajemen Persediaan Obat Saat Ini ... 4-4 4.2.1Perencanaan Pembelian ... 4-4 4.2.2Penyimpanan/Penataan ... 4-5 4.2.3Pencatatan Stok Obat dan Stok Opname ... 4-7 4.2.4Penanganan Obat Kedaluwarsa ... 4-7


(4)

vi

4.3Data Jenis Obat ... 4-8 4.4 Data Purchase Cost ... 4-8 4.5 Data Penjualan Obat ... 4-9 4.6 Lead Time ... 4-11 4.7 Stockout Cost ... 4-11 4.8 Data Usia Kedaluwarsa Obat ... 4-13 4.9 Data Laju Keluar dan Masuk Obat ... 4-14 BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ... 5-1 5.1Klasifikasi ABC ... 5-1 5.2Variabilitas Pola Permintaan ... 5-3 5.3Forecasting ... 5-5 5.4Perhitungan Biaya Pesan ... 5-7 5.4.1 Biaya Tenaga Kerja ... 5-8 5.4.2 Biaya Telepon ... 5-9 5.5Perhitungan Biaya Simpan ... 5-10 5.5.1 Biaya Modal ... 5-10 5.5.2 Biaya Ruang Penyimpanan ... 5-11 5.4.2.1. Biaya Maintenance ... 5-11 5.4.2.2. Biaya Listrik ... 5-12 5.5.3 Pajak dan Asuransi ... 5-13 5.5.4 Kerusakan dan Keusangan ... 5-14 5.4.4.1. Kedaluwarsa Obat ... 5-14 5.4.4.2. Depresiasi Inventaris ... 5-14 5.4.4.3. Depresiasi Bangunan ... 5-15 5.5.5 Stock Opname ... 5-16 5.5.6 Total Biaya Simpan ... 5-17 5.6Pengendalian Persediaan Saat Ini ... 5-19 5.7Model EOQ Single Item dengan Mempertimbangkan Masa

Kedaluwarsa ... 5-27 5.8Model EOQ Multi Item dengan Mempertimbangkan Masa


(5)

vii

5.9Pengaturan Penyusunan Obat dengan Dedicated Storage Location Policy ... 5-38 5.10 Analisis ... 5-41 5.10.1 Kelemahan Kebijakan Pengendalian Persediaan Obat Kelas A

Yang Diterapkan Apotek “B” Saat Ini. ... 5-41 5.10.2 Usulan Kebijakan Pengendalian Persediaan Obat Kelas A Yang

Sebaiknya Diterapkan Pengelola Apotek “B”. ... 5-42 5.10.3 Manfaat Yang Dapat Diperoleh Pengelola Apotek “B” Dengan

Menerapkan Kebijakan Pengendalian Persediaan Obat Kelas A Usulan. ... 5-44 5.10.4 Kelemahan Pengaturan Penyimpanan Obat Kelas A Yang

Diterapkan Apotek “B” Saat Ini. ... 5-45 5.10.5 Usulan Pengaturan Penyimpanan Obat Kelas A Yang Sebaiknya

Diterapkan Pengelola Apotek “B”. ... 5-47 5.10.6 Manfaat Yang Dapat Diperoleh Pengelola Apotek “B” Dengan

Menerapkan Pengaturan Penyimpanan Obat Kelas A Usulan. . 5-48 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6-1 6.1Kesimpulan ... 6-1 6.2Saran ... 6-2 DAFTAR PUSTAKA


(6)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Jenis Obat yang Diteliti – Kelas A 4-8

4.2 Purchase Cost Kelas A 4-9

4.3 Penjualan Obat Kelas A Periode Oktober 2012 –

September 2013 4-10

4.4 Stockout Cost Kelas A 4-12

4.5 Usia Kedaluwarsa Kelas A 4-13

4.6 Laju Keluar dan Masuk Obat 4-14

5.1 Daftar Obat Kelas A 5-2

5.2 Daftar Supplier Obat Kelas A 5-3

5.3 Nilai VC Obat Kelas A 5-3

5.4 Hasil Forecasting 5-5

5.5 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja 5-8

5.6 Total Biaya Pesan 5-10

5.7 Total Luas Area Penyimpanan 5-11

5.8 Biaya Listrik/Bulan 5-12

5.9 Kisaran Nilai Jual Tanah Bandung 5-13

5.10 Depresiasi Inventaris 5-15

5.11 Depresiasi Bangungan untuk Area Penyimpanan 5-15

5.12 Biaya Stock Opname 5-16

5.13 Nilai Rata-Rata Barang yang Disimpan per Tahun 5-18

5.14 Persentase Biaya Simpan 5-19

5.15 Ringkasan Metode Pengendalian Persediaan Saat Ini 5-20 5.16 Perhitungan Kebijakan Pengendalian Persediaan Saat Ini EPM 5-25 5.17 Biaya Pengendalian Persediaan Saat Ini 5-27 5.18 Ringkasan Hasil Perhitungan Metode EOQ Single Item 5-27 5.19 Ringkasan Hasil Perhitungan Metode EOQ Multi Item 5-29


(7)

ix

5.20 Perhitungan Kebijakan Pengendalian Persediaan Usulan EPM 5-36

5.21 Biaya Pengendalian Persediaan Usulan 5-38

5.22 Ringkasan Elemen Biaya Pengendalian Persediaan Saat Ini 5-42 5.23 Ringkasan Elemen Biaya Pengendalian Persediaan Usulan 5-43 5.24 Perbandingan Total Biaya Pengendalian Persediaan 5-44

5.25 Perbandingan Total Biaya Pembelian 5-44


(8)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1 Diagram Alir Penelitian 3-2

4.1 Bagan Struktur Organisasi UPT ‘X’ 4-3

4.2 Denah Apotek ‘B’ 4-4

4.3 Penyimpanan Obat -1 4-5

4.4 Penyimpanan Obat -2 4-6

4.5 Penyimpanan Obat -3 4-6

4.6 Penyimpanan Obat Pada Etalase 4-7

5.1 Tarif Telepon Telkom 5-9

5.2 BI Rate Deposito 5-10

5.3 Alokasi Kotak untuk Masing-Masing Obat – Tablet 5-39 5.4 Alokasi Kotak untuk Masing-Masing Obat – Tablet 5-40 5.5 Elemen Biaya Pengendalian Persediaan Saat Ini 5-42 5.6 Elemen Biaya Pengendalian Persediaan Usulan 5-43


(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Data Jenis Obat, Harga Obat dan Penjualan Obat Oktober L1-1 2012 – September 2013

2 Perhitungan Klasifikasi ABC L2-1

3 Perhitungan VC L3-1

4 Forecasting L4-1

5 Perhitungan Pengendalian Persediaan Saat Ini L5-1 6 Perhitungan EOQ Single Items dengan Mempertimbangkan

Masa Kedaluwarsa L6-1

7 Perhitungan EOQ Multi Items dengan Mempertimbangkan

Masa Kedaluwarsa L7-1


(10)

vi

DAFTAR NOTASI MATEMATIS

��� : peramalan permintaan untuk periode i �� : permintaan aktual untuk periode i � : jumlah pengamatan atau periode waktu ��− ��� : deviasi atau error peramalan

���− ���� : deviasi absolut

��� : peramalan permintaan untuk periode t ��−� : permintaan aktual dalam periode t – i

�� : harga beli per unitbarang untuk kuantitias tertentu (Rupiah) ��� : harga beli per unit barang untuk jenis barang ke-L (Rupiah)

�� : jumlah perminaan barang jenis ke-l dalam satu periode perencanaan (Unit)

�� : biaya pemesanan untuk setiap kali pesanan diajukan untuk jenis barang ke-L (Rupiah)

�∗ :biaya pemesanan untuk setiap kali pesanan diajukan jika melakukan kebijakan joint order (Rupiah)

ℎ� : fraksi biaya simpan barang per unit per periode perencanaan untuk jenis barang ke-L (Rupiah)

��� : biaya kekurangan barang per unit untuk jenis barang ke –L (Rupiah)

� : Harga jual per unit barang yang akan kadaluwarsa untuk jenis barang ke-L (Rupiah)

��� : total biaya pembelian selama satu periode perencanaan (Rupiah) ��� : total biaya pemesanan selama satu periode perencanaan (Rupiah) ��� : total biaya penyimpanan selama satu periode perencanaan (Rupiah) ���� : total biaya kekurangan selama satu periode perencanaan (Rupiah) ���� : total biaya kadaluwarsa selama satu periode perencanaan (Rupiah)


(11)

vii

�1 : periode penyimpanan barang sebelum kadaluwarsa (tahun) �2 : periode terjadinya kekurangan barang (tahun)

TAC : biaya total persediaan (Rupiah)

U : batas jumlah barang yang dipesan dimana terjadi perubahan harga beli (unit)

�� : fraksi barang baik untuk jenis barang ke-l (o<��<1)

1 - � : fraksi barang yang akan kadaluwarsa untuk jenis barang ke-L �� : jumlah pesanan yang optimum untuk jenis barang ke-L(unit) �� : jumlah barang yang akan kadaluwarsa (unit)

��� : jumlah barang yang akan kadaluwarsa untuk jenis barang ke-L (unit)

�∗ : waktu antar pemesanan barang dari satu siklus ke siklus berikutnya (tahun)

q : jumlah slot

m : jumlah poin input/output (dock)

Sj : jumlah slot yang dibutuhkan untuk produk j

Tj : jumlah keluar/masuk dari penyimpanan untuk produk j (through put)

Ti :persentase keluar/masuk dari tempat penyimpanan dari/ke i

��� :jarak (waktu) yang diperlukan untuk perpindahan dari poin keluar/masuk i ke lokasi penyimpanan k

��� = 1, jika produk j ditempatkan ke lokasi penyimpanan k, jika tidak ���= 0


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesuksesan sebuah badan usaha sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam memenuhi permintaan konsumen. Apabila badan usaha tersebut tidak dapat memenuhi permintaan konsumen saat dibutuhkan, maka hilangnya keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh (lost sales) bahkan konsumen akan beralih ke pesaing. Untuk itu perlu adanya persediaan, namun persediaan perlu dikendalikan, mengingat adanya persediaan menimbulkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyimpanan.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Kesehatan Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung memberikan pelayanan kesehatan yang terbuka untuk umum, khususnya eksekutif, staf, mahasiswa, dan pensiunan pegawai Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung. Penyediaan obat merupakan salah satu aktivitas vital yang dilakukan Apotek “B” yang merupakan bagian dari UPT ‘X’. Apotek ini membuat perencanaan, pengadaan, pengendalian, dan penyimpanan obat. Dari hasil wawancara dengan Kepala Apoteker, diperoleh informasi mengenai adanya masalah dalam sistem pengendalian persediaan dan penyimpanan obat yang dibeli dari para supplier. Masalah yang terjadi diantaranya adalah terjadinya stock out untuk beberapa jenis obat dan sebaliknya beberapa jenis obat lain mengalami over stock. Beberapa obat yang over stock bahkan melewati batas masa kadaluarsa, sehingga obat tersebut tidak dapat dijual kepada konsumen. Penyimpanan obat nampak belum baik, dimana beberapa jenis obat disimpan di beberapa lokasi yang berbeda, sehingga menyulitkan dalam hal pengawasan persediaan dan masa kedaluwarsa.

Masalah-masalah di atas telah disadari oleh pihak pengelola dan juga telah dilakukan upaya untuk mengatasi masalah dengan melakukan perubahan SIM (Sistem Informasi Manajemen) dalam bentuk System Operational


(13)

Bab 1 – Pendahuluan 1-2

tersebut, diperlukan kebijakan pengendalian persediaan yang optimal dan pengaturan tata letak penyimpanan persediaan yang baik. Untuk itulah penulis melalui penelitian ini akan mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan dan pengaturan tata letak penyimpanan persediaan obat yang sebaiknya diterapkan oleh Apotek “B”.

1.2 Identifikasi Masalah

Kebijakan pengendalian persediaan yang diterapkan Apotek “B” selama ini adalah melakukan pemeriksaan jumlah stock obat dalam periode satu bulan sekali. Setelah melakukan pemeriksaan, staff senior Koordinator Pembelian akan melakukan pemesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) sebagai supplier. Penentuan kuantitas pemesanan obat ke supplier bersifat subjektif yaitu berdasarkan perkiraan atau estimasi dari Koordinator Pembelian, dengan memperhatikan masukan dari Asisten Apoteker mengenai jenis obat yang sedang banyak dibeli konsumen. Namun metode pemesanan tersebut kurang tepat, karena terjadinya masalah stock out dan over stock yang dihadapi oleh Apotek “B” selama ini.

Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di Apotek “B”, penulis akan mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan yang sebaiknya diterapkan perusahaan, dimana kebijakan yang diusulkan telah mempertimbangkan besar permintaan masing-masing jenis obat dan seluruh elemen biaya pengendalian persediaan. Dengan demikian diharapkan total biaya pengendalian persediaan yang timbul dapat diminimasi.

Penyimpanan obat saat ini ditata berdasarkan perbedaan jenis sediaan (solid, semisolid topikal, cairan oral, non-oral). Masing-masing bentuk sediaan disusun secara alfabetis dan disimpan di ruang penyimpanan. Umumnya ruang penyimpanan yang utama adalah di gudang, tetapi sediaan obat juga disimpan di etalase pada ruang penyerahan obat untuk memudahkan konsumen memilih produk obat yang dibutuhkan dan untuk kemudahan peracikan obat beberapa sediaan obat disimpan di rak penyimpanan yang terdapat pada ruang racik obat. Hal ini menyebabkan beberapa jenis obat yang sama disimpan di


(14)

Bab 1 – Pendahuluan 1-3

beberapa tempat yang berbeda dan menyulitkan dalam pengawasan stok serta masa kedaluwarsa. Oleh karena itu penulis akan mengusulkan pengaturan penyimpanan obat yang sebaiknya diterapkan oleh Apotek “B”.

1.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi

Berhubung luasnya ruang lingkup penelitian yang dapat dilakukan dan keterbatasan waktu yang dimiliki penulis dalam melakukan penelitian, penulis menetapkan beberapa batasan dan asumsi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

Perencanaan pengendalian persediaan obat hanya dilakukan untuk obat yang termasuk dalam klasifikasi A berdasarkan klasifikasi ABC.

Data permintaan obat yang digunakan untuk peramalan adalah data permintaan bulanan selama periode Oktober 2012 – September 2013. Pengaturan penyimpanan obat-obatan hanya dilakukan pada obat yang termasuk pada kelas A berdasarkan klasifikasi ABC.

Data laju keluar dan masuk obat yang digunakan adalah data laju keluar dan masuk obat selama periode Oktober 2012 – September 2013.

Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan penelitian ini adalah:

Pola permintaan pada masa yang akan datang mengikuti pola permintaan masa lalu.

Persentase rata-rata keuntungan obat sebesar 18% dari HPPN. Jumlah hari dalam 1 bulan adalah 22 hari.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah serta asumsi yang ditetapkan, maka permasalahan yang dihadapi perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa kelemahan kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A yang diterapkan Apotek “B” saat ini?


(15)

Bab 1 – Pendahuluan 1-4

2. Bagaimana kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A yang sebaiknya diterapkan pengelola Apotek “B”?

3. Manfaat apa yang dapat diperoleh pengelola Apotek “B” dengan menerapkan kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A usulan? 4. Apa kelemahan pengaturan penyimpanan obat kelas A yang diterapkan

pengelola Apotek “B” saat ini?

5. Bagaimana pengaturan penyimpanan obat kelas A yang sebaiknya diterapkan pengelola Apotek “B”?

6. Manfaat apa yang dapat diperoleh pengelola Apotek “B” dengan menerapkan pengaturan penyimpanan obat kelas A usulan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelemahan kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A yang diterapkan Apotek “B” saat ini.

2. Mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A yang sebaiknya diterapkan pengelola Apotek “B”.

3. Mengemukakan manfaat yang dapat diperoleh pengelola Apotek “B” dengan menerapkan kebijakan pengendalian persediaan obat kelas A usulan.

4. Menganalisis kelemahan pengaturan penyimpanan obat kelas A yang diterapkan pengelola Apotek “B” saat ini.

5. Mengusulkan pengaturan penyimpanan obat kelas A yang sebaiknya diterapkan pengelola Apotek “B”.

6. Mengemukakan manfaat yang dapat diperoleh pengelola Apotek “B” dengan menerapkan pengaturan penyimpanan obat kelas A usulan.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan tugas akhir ini terdiri dari enam bab, dimana masing-masing bab berisi sebagai berikut:


(16)

Bab 1 – Pendahuluan 1-5

• Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, serta sistematika penulisan.

• Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pengendalian persediaan, meliputi klasifikasi ABC, peramalan permintaan, dan model-model persediaan yang mempertimbangkan masa kadaluarsa untuk single item dan multi item, serta tata letak gudang.

• Bab 3 : Metodologi Penelitian

Bab ini dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini, baik dalam bentuk flowchart maupun penjelasan dari tiap langkah yang dilakukan.

• Bab 4 : Pengumpulan Data

Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. • Bab 5 : Pengolahan Data dan Analisis

Bab ini menjabarkan langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan serta analisis terhadap hasil pengolahan data yang diperoleh.

• Bab 6 : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran yang harus diperhatikan UPT ‘X’ dalam menerapkan metode usulan.


(17)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kebijakan pengendalian persediaan saat ini melakukan pemesanan setiap satu bulan sekali dengan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 6,957,437.96. Kelemahan dari kebijakan ini adalah tingginya biaya pesan yaitu hampir 50% dari total biaya pengendalian persediaan. Biaya simpan yang tinggi disebabkan periode pemesanan (t) yang panjang sehingga tingkat persediaan dalam satu periode relatif tinggi.

2. Usulan kebijakan pengendalian persediaan adalah dengan menggunakan metode EOQ Single Item dengan mempertimbangkan masa kadaluarsa

dan all unit discount serta EOQ Multi Item dengan mempertimbangkan

masa kadaluarsa dan all unit discount, sesuai dengan pengelompokan kelas A. Total biaya pengendalian persediaan usulan adalah Rp 5,748,908.32.

3. Manfaat yang diperoleh perusahaan jika menerapkan metode usulan adalah penghematan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 1,208,529.64 atau 17.37% dari total biaya pengendalian persediaan saat ini. Selain itu metode pengendalian persediaan usulan memiliki periode pemesanan (t) yang lebih pendek, sehingga dapat mengurangi rata-rata tingkat persediaan. Penghematan juga didapatkan dari segi biaya pembelian yang disebabkan oleh faktor all unit discount yaitu sebesar Rp 2,251,147.71 atau 0.456% dari biaya pembelian saat ini.

4. Kelemahan pengaturan penyimpanan obat kelas A saat ini adalah obat-obatan memiliki beberapa tempat penyimpanan yang berbeda, sehingga sehingga lemahnya pengawasan terhadap jumlah persediaan dan masa kedaluwarsa.


(18)

Bab 6 - Kesimpulan 6-2

5. Usulan pengaturan penyimpanan obat yang diajukan adalah menempatkan obat-obat yang termasuk dalam kelas A dalam suatu lemari. Penyusunan obat menggunakan dedicated storage location policy dengan pengelompokkan per supplier. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per supplier kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per jenis obat.

6. Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan pengaturan penyimpanan obat yang diusulkan adalah kemudahan pengambilan obat untuk obat-obatan yang memiliki nilai annual usage yang tertinggi dari keseluruhan obat yang dimiliki pihak apotek dan pengawasan jumlah persediaan serta masa kedaluwarsa obat.

6.2 Saran

1. Sistem pengendalian persediaan usulan perlu didukung dengan sistem informasi manajemen yang baik dan akurat. Tanpa adanya sistem informasi yang akurat, maka sistem pengendalian persediaan usulan tidak dapat berjalan dengan baik.

2. Untuk kemudahan perhitungan, disarankan untuk membuat program yang menggunakan metode usulan penelitian ini. Dengan kemudahan perhitungan maka dapat dilakukan pengendalian persediaan pada seluruh

supplier dan obat-obatan yang dimiliki oleh Apotek “B” agar dapat

meminimasi total biaya persediaan keseluruhan.

3. Perlu dilakukan pengaturan penyusunan obat untuk obat-obat yang tidak termasuk dalam objek penelitian..

4. Untuk mendukung usulan pengaturan penyusunan obat, sebaiknya pengelola apotek melakukan pengelompokkan warna berdasarkan kelompok supplier dan memberikan label stiker sebagai batas area kotak acyrlic yang akan digunakan.

5. Dalam mengukur varibilitas pola permintaan dalam penelitian ini menggunakan ukuran nilai VC (Variability Coefficient). Batasan nilai VC


(19)

Bab 6 - Kesimpulan 6-3

menjadi dasar penentuan metode pengendalian persediaan yang akan digunakan (deterministik atau heuristik). Batasan nilai VC memiliki kesamaan dengan batasan nilai CV (Coefficient of Variance), dimana nilai CV digunakan untuk menentukan pola data permintaan (stasioner atau non stasioner). Bila ditinjau dari rumusan, nilai VC akan lebih kecil dari nilai CV (VC = CV/ permintaan rata-rata). Hal tersebut memungkinkan terjadinya kondisi dimana metode pengendalian persediaan deterministik digunakan untuk pola permintaan non stasioner. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai keterkaitan antara kedua hal ini.


(20)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Francis, Richard L., Mc.Ginnis, Jr., White, John A.; “Facility Layout and Location: An Analytical Approach”, Prentice Hall, 1992.

Gasperz, Vincent.; “Production Planning and Inventory Control”, Gramedia Pustaka Utama, 1988.

Gupta, R. C., Chitale, A. K.; “Materials Management : Text and Cases”, Prentice Hall, 2006.

Narasimhan, S.L., Mc.Leavey, D., W., Billington, P., J.; “Production Planning and Inventory Control”, Prentice-Hall Inc., 1995.

Silver, E.A., Pvke, D.F., Peterson R.: “Inventory Management and Production Planning and Scheduling”.; John Wiler and Sons, Inc., 1998.

Smith, B. Spencer.; “Computer Based Production and Inventory”, Prentice-Hall Inc., 1989.

Tersine, Richard J.;. “Principle of Inventory and Materials Management”. New Jersey: Prentice Hall., 1994

Jurnal Penelitian:

Limansyah, T., (2011). “Analisis Model Persediaan Barang EOQ dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount.” Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, 2011.


(21)

Universitas Kristen Maranatha Limansyah, T., (2011). “Model Persediaan Multi Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount.”

Jurnal Teknik Industri Vol 13, No.2, Desember 2011, 87-94

Prasetyo, H., Nugroho, Munajat T., dan Pujiarti A., (2006). “Pengembangan Model Persediaan Bahan Baku dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan Faktor Unit Diskon”.


(1)

Bab 1 – Pendahuluan 1-5

Proposal Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

• Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, serta sistematika penulisan.

• Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pengendalian persediaan, meliputi klasifikasi ABC, peramalan permintaan, dan model-model persediaan yang mempertimbangkan masa kadaluarsa untuk single item dan multi item, serta tata letak gudang.

• Bab 3 : Metodologi Penelitian

Bab ini dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini, baik dalam bentuk flowchart maupun penjelasan dari tiap langkah yang dilakukan.

• Bab 4 : Pengumpulan Data

Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

• Bab 5 : Pengolahan Data dan Analisis

Bab ini menjabarkan langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan serta analisis terhadap hasil pengolahan data yang diperoleh.

• Bab 6 : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran yang harus diperhatikan UPT ‘X’ dalam menerapkan metode usulan.


(2)

6-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kebijakan pengendalian persediaan saat ini melakukan pemesanan setiap satu bulan sekali dengan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 6,957,437.96. Kelemahan dari kebijakan ini adalah tingginya biaya pesan yaitu hampir 50% dari total biaya pengendalian persediaan. Biaya simpan yang tinggi disebabkan periode pemesanan (t) yang panjang sehingga tingkat persediaan dalam satu periode relatif tinggi.

2. Usulan kebijakan pengendalian persediaan adalah dengan menggunakan metode EOQ Single Item dengan mempertimbangkan masa kadaluarsa dan all unit discount serta EOQ Multi Item dengan mempertimbangkan masa kadaluarsa dan all unit discount, sesuai dengan pengelompokan kelas A. Total biaya pengendalian persediaan usulan adalah Rp 5,748,908.32.

3. Manfaat yang diperoleh perusahaan jika menerapkan metode usulan adalah penghematan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 1,208,529.64 atau 17.37% dari total biaya pengendalian persediaan saat ini. Selain itu metode pengendalian persediaan usulan memiliki periode pemesanan (t) yang lebih pendek, sehingga dapat mengurangi rata-rata tingkat persediaan. Penghematan juga didapatkan dari segi biaya pembelian yang disebabkan oleh faktor all unit discount yaitu sebesar Rp 2,251,147.71 atau 0.456% dari biaya pembelian saat ini.

4. Kelemahan pengaturan penyimpanan obat kelas A saat ini adalah obat-obatan memiliki beberapa tempat penyimpanan yang berbeda, sehingga sehingga lemahnya pengawasan terhadap jumlah persediaan dan masa kedaluwarsa.


(3)

Bab 6 - Kesimpulan 6-2

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 5. Usulan pengaturan penyimpanan obat yang diajukan adalah menempatkan obat-obat yang termasuk dalam kelas A dalam suatu lemari. Penyusunan obat menggunakan dedicated storage location policy dengan pengelompokkan per supplier. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per supplier kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per jenis obat.

6. Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan pengaturan penyimpanan obat yang diusulkan adalah kemudahan pengambilan obat untuk obat-obatan yang memiliki nilai annual usage yang tertinggi dari keseluruhan obat yang dimiliki pihak apotek dan pengawasan jumlah persediaan serta masa kedaluwarsa obat.

6.2 Saran

1. Sistem pengendalian persediaan usulan perlu didukung dengan sistem informasi manajemen yang baik dan akurat. Tanpa adanya sistem informasi yang akurat, maka sistem pengendalian persediaan usulan tidak dapat berjalan dengan baik.

2. Untuk kemudahan perhitungan, disarankan untuk membuat program yang menggunakan metode usulan penelitian ini. Dengan kemudahan perhitungan maka dapat dilakukan pengendalian persediaan pada seluruh supplier dan obat-obatan yang dimiliki oleh Apotek “B” agar dapat meminimasi total biaya persediaan keseluruhan.

3. Perlu dilakukan pengaturan penyusunan obat untuk obat-obat yang tidak termasuk dalam objek penelitian..

4. Untuk mendukung usulan pengaturan penyusunan obat, sebaiknya pengelola apotek melakukan pengelompokkan warna berdasarkan kelompok supplier dan memberikan label stiker sebagai batas area kotak acyrlic yang akan digunakan.

5. Dalam mengukur varibilitas pola permintaan dalam penelitian ini menggunakan ukuran nilai VC (Variability Coefficient). Batasan nilai VC


(4)

Bab 6 - Kesimpulan 6-3

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha menjadi dasar penentuan metode pengendalian persediaan yang akan digunakan (deterministik atau heuristik). Batasan nilai VC memiliki kesamaan dengan batasan nilai CV (Coefficient of Variance), dimana nilai CV digunakan untuk menentukan pola data permintaan (stasioner atau non stasioner). Bila ditinjau dari rumusan, nilai VC akan lebih kecil dari nilai CV (VC = CV/ permintaan rata-rata). Hal tersebut memungkinkan terjadinya kondisi dimana metode pengendalian persediaan deterministik digunakan untuk pola permintaan non stasioner. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai keterkaitan antara kedua hal ini.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Francis, Richard L., Mc.Ginnis, Jr., White, John A.; “Facility Layout and Location: An Analytical Approach”, Prentice Hall, 1992.

Gasperz, Vincent.; “Production Planning and Inventory Control”, Gramedia Pustaka Utama, 1988.

Gupta, R. C., Chitale, A. K.; “Materials Management : Text and Cases”, Prentice Hall, 2006.

Narasimhan, S.L., Mc.Leavey, D., W., Billington, P., J.; “Production Planning and Inventory Control”, Prentice-Hall Inc., 1995.

Silver, E.A., Pvke, D.F., Peterson R.: “Inventory Management and Production Planning and Scheduling”.; John Wiler and Sons, Inc., 1998.

Smith, B. Spencer.; “Computer Based Production and Inventory”, Prentice-Hall Inc., 1989.

Tersine, Richard J.;. “Principle of Inventory and Materials Management”. New Jersey: Prentice Hall., 1994

Jurnal Penelitian:

Limansyah, T., (2011). “Analisis Model Persediaan Barang EOQ dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount.” Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, 2011.


(6)

Universitas Kristen Maranatha Limansyah, T., (2011). “Model Persediaan Multi Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount.”

Jurnal Teknik Industri Vol 13, No.2, Desember 2011, 87-94

Prasetyo, H., Nugroho, Munajat T., dan Pujiarti A., (2006). “Pengembangan Model Persediaan Bahan Baku dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan Faktor Unit Diskon”.