Edelove : Perancangan Busana Ready-to-Wear Deluxe dengan Inspirasi Edelweis dan Cerita Mitos Dibalik Edelweis.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Koleksi busana ready-to-wear deluxe yang berjudul “Edelove” dengan tema bunga Edelweis terinspirasi dari bunga Edelweis itu sendiri dan mitos kisah cinta dibalik bunga Edelweis yang menceritakan asal usul bunga Edelweis berasal dari tetesan air mata karena sakit hati yang mendalam.

“Edelove” merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu Edelweis yang merupakan inspirasi utama untuk koleksi ini dan love berasal dari Bahasa Inggris yang artinya cinta, maka “Edelove” merupakan makna cinta bunga Edelweis.

Edelweis yang sering disebut juga bunga abadi karena diketahui tidak pernah mati atau layu sudah cukup dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Kecantikan dan keabadian Edelweis telah menginspirasi desainer untuk menghasilkan koleksi busana ready-to-wear deluxe yang menggambarkan tahapan mitos kisah cinta tersebut secara visual melalui motif yang terdapat pada busana. Tahapan mitos kisah cinta tersebut akan memperlihatkan bahwa setiap sesuatu yang ada di muka bumi ini tercipta dengan suatu alasan untuk menuju harapan yang lebih baik lagi untuk saling menghargai. Motif dan busana akan didesain oleh desainer sendiri sehingga terciptanya desain yang dapat menginspirasi. Warna yang digunakan mayoritas berwarna broken white, monokrom abu muda ke abu tua, dengan sentuhan warna kuning, oranye, dan hitam sebagai pelengkap.

Rancangan busana, siluet, bahan, dan teknik disesuaikan dengan konsep. Material yang digunakan adalah kain taffeta dan tile sedangkan teknik produksi yang digunakan adalah teknik jahit, bordir, printing, embellishment, dan french knot stitching. Pembuatan busana ini diawali dengan pembuatan sketsa desain, pembuatan motif, pembuatan pola, pemotongan kain, dan penyatuan kain yang dijahit bersamaan dengan printing dan embellishment yang sudah dibuat terpisah. Lalu terakhir pemasangan zipper, kancing bungkus, dan pengaplikasian bordiran bunga Edelweis yang sudah di

french knot stitching yang telah dibuat terpisah.

Koleksi busana ini diharapkan menjadi sebuah rancangan baru yang memiliki keunikan dan karakter tersendiri yang dapat diterima oleh masyarakat khususnya wanita berusia 23-30 tahun yang ingin berpenampilan feminim, romantis, dan chic melalui penggunaan busana ini.


(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Ready-to-wear deluxe fashion collection entitled "Edelove" with a floral theme inspired from Edelweis flower itself and mythical love story behind the Edelweiss flower that tells the origin of Edelweis flowers which tells the origin Edelweis interest comes from tears because of the deep hurt. "Edelove" is a combination of the two syllables that Edelweis which is the main inspiration for this collection and love comes from the English word which means love, Then "Edelove" is the meaning of love from Edelweis flower.

Edelweiss which often also called perennial flowers because it is known that the flower is never die or wither. It is well known by all the people in the world. Beauty and immortality Edelweiss has inspired designers to produce a ready-to-wear deluxe fashion collection that illustrate the stages of the mythical love stor yvisually through motifs found on clothing. Mythical stage of love story will show that every thing that is in the earth created with a reason to get a better hope again for mutual respect. Motif and clothing will be designed by the designer herself so that creation of designs which can be inspiring. Colors used in the majority are broken white, monochrome light gray to dark gray, with touches of yellow, orange, and black as a complements.

Fashion design, silhouettes, materials, and techniques are adapted to the concept. The material used is the taffeta fabric and tile while the production technique used is the technique of sewing, embroidery, printing, embellishment, and french knots stitching. Clothing manufacture begins with sketching the design, pattern making, pattern making, cutting fabric, and the unification of fabric are sewn together with printing and embellishment are made separatedly. Then the final installation of the zipper, button packs, and application of Edelweiss flower embroidered french knots are already in the stitching which have been made separately.

Fashion collection is expected to be a new design that has a unique and distinctive character which can be accepted by the public, especially women aged 23-30 years who wants to look feminine, romantic and chic through the use of this dress.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Edelweis mempunyai nama Latin yaitu Leontopodium alpinum tumbuh di pegunungan tinggi Himalaya dan Siberia. Dalam bahasa Jerman, “edel” berarti mulia dan “weis” berarti putih. Edelweis merupakan simbol dari keberanian dan kemurnian karena mampu tumbuh di iklim pegunungan yang keras dan tumbuh di bebatuan puncak gunung. Saat bunga ini dipetik dan disimpan di tempat yang kering dengan temperatur yang dingin dan lembab, bunga ini tidak akan berubah warna, seolah tetap hidup dan abadi.

Warna Edelweis sendiri adalah broken white, kekuning-kuningan, dan keabu-abuan. Edelweis mempunyai paras yang cantik, namun dibalik kecantikannya mempunyai mitos mengenai kisah cinta menyedihkan yang cukup dikenal dan di percaya oleh banyak orang. Mitos tersebut berasal dari Eropa, namun tidak banyak orang mengetahuinnya. Mitos tersebut menceritakan tentang kisah cinta abadi seorang ratu terhadap pendaki yang merasa terkhianati cintanya sehingga kesedihan yang datang menghasilkan bunga Edelweis sebagai simbol cinta abadi.

Saat ini, banyak orang memetik bunga Edelweis dijadikan souvernir atau buah tangan untuk orang yang mereka cintai tanpa memperhatikan mitos/kepercayaan yang mengandung makna di dalamnya. Semakin lama bunga Edelweis hampir punah. Bunga Edelweis termasuk juga bunga langka karena bunga ini hanya tumbuh di daerah tebing bebatuan yang cukup sulit dijangkau. Melalui busana ready-to-wear deluxe ini, desainer ingin menyampaikan makna di balik kecantikan bunga Edelweis untuk melestarikan bunga tersebut.

Perlu diketahui, bunga Edelweis dengan nama latin Anaphalis javanica yang sering ditemukan di daerah pengunungan Bromo, Gunung Gede, dan di bagian Indonesia lainnya, bukan bunga Edelweis aslinya. Bunga tersebut memiliki kelopak


(4)

Universitas Kristen Maranatha bunga yang kecil-kecil dan berumpun, bunga tersebut juga tidak bisa layu, sehingga masyarakat sekitar menyebut bunga tersebut dengan bunga Edelweis.

Sesuai tren dari “Re+Habitat 2015” dengan penggabungan tema Alliance yang bersubtema Mirage digabungkan dengan tema Veracious yang bersubtema Primeva. Bunga Edelweis menjadi inspirasi utama dan mitos dibalik keindahan bunga Edelweis menjadi inpirasi dasar dalam merancang busana ready-to-wear deluxe ini. Perpaduan material transparan digunakan sebagai salah satu ciri khas subtema Mirage. Desainer mengambil warna-warna alam dari Primeva dan penggunaan bordir sebagai bentuk inspirasi. Warna-warna alam yang diterapkan untuk menguatkan sub tema Primeva yang menjadi salah satu ciri khas dalam koleksi ready-to-wear deluxe ini.

Selain itu, desain koleksi ready-to-wear deluxe wanita yang berjudul “Edelove” ini diangkat dengan latar belakang untuk memenuhi kebutuhan para pecinta fashion akan busana dengan karakter romantis dan feminin yang terinspirasi dari mitos bunga Edelweis. Dalam keterkaitannya dengan hal ini maka desainer memberikan sentuhan feminin yang mulai digunakan sekitar tahun 1890-an. Feminin berasal dari bahasa Latin yaitu femina (perempuan). Feminin bukan berarti wanita secara biologis tetapi secara mental, sikap, gaya berpakaian, peran dan lain sebagainya.

Tujuan dari koleksi “Edelove” adalah untuk lebih mengeksplor lagi keindahan dibalik bunga Edelweis dan mitos kisah cinta abadi yang dituangkan ke dalam koleksi busana ready-to-wear deluxe, di setiap busana mengandung cerita yang dituangkan dalam bentuk siluet wajah dan siluet bentuk busana, memadukan teknik printing (sublime) dan bordir, menggunakan payet dan sulaman untuk menciptakan tekstur pada kain. Target market karya busana ini ditunjukkan kepada wanita kalangan atas yang memiliki hasrat dan selera yang baik dalam berbusana seperti sosialita, artis, maupun yang bergerak dalam dunia seni, dunia hiburan, dan dunia bisnis dengan usia antara 23 – 30 tahun untuk acara formal dan semi formal seperti wedding party, red carped, fashion show.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menerapkan cerita mitos kisah cinta antara sang ratu dan pendaki yang terkandung di balik bunga Edelweis ke dalam 4 busana koleksi “Edelove”. 2. Bagaimana memadukan subtema Primeva dan Mirage dengan karakter feminin dan romantis agar menjadi koleksi busana ready-to-wear deluxe dengan judul “Edelove”.

3. Penggunaan reka bahan dan material yang sesuai dengan inspirasi bunga Edelweis.

1.3 Batasan Masalah

Dalam uraian masalah di atas maka terdapat batasan masalah sebagai berikut :

1. Desainer menerapkan cerita kisah cinta antara sang ratu dan pendaki ke dalam 4 koleksi busana melalui kain yang di print (sublime) siluet dan melalui potongan bentuk siluet busana.

2. Desainer menggunakan warna-warna alam seperti warna broken white, abu tua, abu muda, dan kuning, hitam sebagai aksen. Desainer memakai perpaduan material taffeta broken white dengan bahan transparan seperti tile namun tetap berkarakter feminin dan romantis.

3. Reka bahan yang digunakan adalah print (sublime), french knot stitch, bordir, dan embellishment dan material dasar yang digunakan adalah taffeta dan tile.

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan dari koleksi busana “Edelove” yaitu sebagai berikut :

1. Menampilkan busana ready-to-wear deluxe dengan inspirasi keindahan bunga Edelweis berkarakter feminin dan romantis.

2. Menyediakan busana ready-to-wear deluxe dengan pesan yang ingin

disampaikan, mengingat bunga Edelweis semakin punah dan memiliki makna kepercayaan di dalam bunga tersebut.

3. Ditujukan untuk wanita kalangan atas, berusia 23-30 tahun yang berkarakter feminin dan romantis dipakai pada acara formal dan semi formal.


(6)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Metode Perancangan

Gambar 1.1 Metode Perancangan

Sumber: Carensa, 2015

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terdiri dari sub bab yang ada pada setiap bab yang menjelaskan secara rinci mengenai konsep dan inspirasi yang mendukung dalam pembuatan busana, yaitu sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN, bab ini menjelaskan tentang pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang menjelaskan tentang teori fashion, pengertian fashion, pengertian tren, teori busana, pengertian busana, fungsi busana, bentuk busana, teori pola, teori jahit, teori tekstil, pengertian tekstil, reka bahan tekstil, teori desain, unsur desain, prinsip desain, komposisi, teori warna.

BAB 3 OBJEK PERANCANGAN, bab ini menjelaskan unsur desain yang digunakan pada rancangan busana dan pembahasan secara mendalam dan detail mengenai tema, konsep, sumber inspirasi serta segmentasi pasar yang akan dituju.

Pra Produksi

Mencari inspirasi dan konsep

Riset data

Moodboard dan narasi konsep

Pematangan konsep

Sketsa busana

Sample reka bahan

Ilustrasi final

Produksi

Pembuatan motif untuk reka bahan

Pola dasar dan pecah pola

Pemiihan material

Pemotongan kain

Membuat reka bahan

Menjahit kain

Finishing

Pasca Produksi

Show / Runway


(7)

Universitas Kristen Maranatha BAB 4 KONSEP PERANCANGAN, bab ini mengenai penjelasan koleksi busana dengan judul “Edelove” yang terdiri dari moodboard, narasi konsep, gambaran mengenai seluruh koleksi, dan penjelasan pengerjaan seluruh koleksi desain.

BAB 5 KESIMPULAN, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran laporan dari koleksi busana “Edelove”. Kesimpulan dan saran dengan harapan dapat mengembangkan dan memperbaiki desain koleksi busana yang telah dirancang.


(8)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui proses koleksi yang berjudul “Edelove” ini, maka telah tercapai tujuan awal yaitu sebagai busana ready-to-wear deluxe yang menggunakan teknik reka bahan dengan pembuatan tangan yang tidak mudah dalam proses pengerjaannya, yaitu kombinasi dari french knot stitching, embellishment, dan bordir dengan teknik reka bahan yang menggunakan mesin yaitu print (sublime). Pengaplikasian reka bahan menggunakan warna-warna alam seperti warna bunga Edelweis dan tebing-tebing bebatuan. Kesan feminin dan romantis dari koleksi ini pun dapat terlihat melalui detail dari reka bahan dan siluet dari koleksi ini bertujuan menghasilkan karya busana dengan inspirasi bunga Edelweis dan mitos kisah cinta bunga Edelweis dengan menggunakan teknik reka bahan print (sublime), embellishment, french knot stitching, dan bordir. Penggunaan material kain dengan tekstur yang licin, menampilkan beberapa bentuk tubuh, juga reka bahan yang detail dan cukup mengembang guna memperjelas kesan busana yang romantis dan feminim. Siluet busana dengan potongan sack dress fit body, dengan penerapan yang modern dan masa kini.

Busana pada koleksi ini cocok dengan karakter wanita yang feminim ,detail, ditujukan bagi wanita yang urban dan percaya diri. Target market yang dituju merupakan target market yang berusia 23-30 tahun. Wanita tersebut berasal dari kalangan atas, telah mempunyai usaha dalam bidang fashion, entertaiment, bisnis, seperti artis, fashion designer, fashionista, pengusaha, dan lain sebagainya.

5.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan pembuatan koleksi “Edelove” maka terdapat berbagai saran yang dapat diberikan oleh desainer. Koleksi dengan judul “Edelove”, memerlukan pencarian data yang lebih lagi sehingga tidak salah menafsirkan tema


(9)

Universitas Kristen Maranatha dan konsep yang diambil ke dalam rancangan. Diperlukan pencarian data yang lebih untuk sebagai pertimbangan. Selain itu terdapat saran berupa teknis, yaitu:

1. Pemilihan reka bahan yang lebih bervariasi seperti laser cut atau embossed. 2. Penggunaan material yang lebih bervariasi seperti sifon, fur untuk membuat

reka bahan bunga Edelweis.

Dalam keseluruhan proses perancangan yang telah dilakukan terdapat beberapa kendala, yaitu:

1. Teknik reka bahan print (sublime) yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menghambat proses penjahitan.

2. Kendala berupa teknis, kain yang digunakan dalam pembuatan reka bahan harus memiliki karakter yang pas, agar menghasilkan hasil yang baik.

3. Kendala teknis dalam pembuatan reka bahan embellishment, french knot stitching, dan bordir yang cukup memakan waktu.

4. Kendala teknis dalam penerapan konsep yang lebih baik sehingga dapat dimengerti oleh peminat.


(10)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bamard, Malcolm. 2009. Fashion sebagai Komunikasi (terj. Idy Subandi Ibrahim). Yogyakarta: Penerbit Jalasutra.

Boedijono, Yogi S.Pd. 2013. Panduan Lengkap Menjahit. Jakarta: Kawan Pustaka.

Hopkins, John. 2012. Fashion Design: The Complete Guide. United Kingdom: AVA. Noe’man, Irvan A., M.ID,dkk. 2014. Trend Forecasting 2015 Re+Habitat. Jakarta:

BD+A Design

Poespo, Goet. 2009. A to Z Istilah Fashion. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Soekarno. 2012. Buku Penuntun Membuat Pola Pakaian Tingkat Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.


(11)

Universitas Kristen Maranatha Artikel dan Laman Web Internet:

David Briggs (2007) : The Ryb Hue Circle or “Artists Colour Wheel”, Artikel Laman, http://www.huevaluechroma.com/072.php. Terakhir diakses pada 23 Maret 2015 pukul 14.20

Gemma d’Urso (2011) : The Edelweiss-Switzerland’s National Flower?, Artikel Laman, http://www.swissinfo.ch. Terakhir diakses pada 27 Januari 2015 pukul 13.30

Ridho Nugroho (2015) : Inilah Alasan Busana Haute Couture Mahal Harganya, Artikel Laman, http://www.desainbusana.com. Terakhir diakses pada 10 Maret 2015 pukul 20.03

Templateism (2015) : Dongeng Tentang Edelweis, Artikel Laman, http://www.belantaraindonesia.org/2012/04/dongeng-tentang-edelweiss.html. Terakhir diakses pada 5 Maret 2015 pukul 09.55


(1)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Metode Perancangan

Gambar 1.1 Metode Perancangan Sumber: Carensa, 2015 1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terdiri dari sub bab yang ada pada setiap bab yang menjelaskan secara rinci mengenai konsep dan inspirasi yang mendukung dalam pembuatan busana, yaitu sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN, bab ini menjelaskan tentang pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang menjelaskan tentang teori fashion, pengertian fashion, pengertian tren, teori busana, pengertian busana, fungsi busana, bentuk busana, teori pola, teori jahit, teori tekstil, pengertian tekstil, reka bahan tekstil, teori desain, unsur desain, prinsip desain, komposisi, teori warna.

BAB 3 OBJEK PERANCANGAN, bab ini menjelaskan unsur desain yang digunakan pada rancangan busana dan pembahasan secara mendalam dan detail mengenai tema, konsep, sumber inspirasi serta segmentasi pasar yang akan dituju.

Pra Produksi

Mencari inspirasi dan konsep

Riset data

Moodboard dan narasi konsep

Pematangan konsep

Sketsa busana

Sample reka bahan

Ilustrasi final

Produksi

Pembuatan motif untuk reka bahan

Pola dasar dan pecah pola

Pemiihan material

Pemotongan kain

Membuat reka bahan

Menjahit kain

Finishing

Pasca Produksi

Show / Runway


(2)

Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN, bab ini mengenai penjelasan koleksi busana dengan judul “Edelove” yang terdiri dari moodboard, narasi konsep, gambaran mengenai seluruh koleksi, dan penjelasan pengerjaan seluruh koleksi desain.

BAB 5 KESIMPULAN, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran laporan dari koleksi busana “Edelove”. Kesimpulan dan saran dengan harapan dapat mengembangkan dan memperbaiki desain koleksi busana yang telah dirancang.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui proses koleksi yang berjudul “Edelove” ini, maka telah tercapai tujuan awal yaitu sebagai busana ready-to-wear deluxe yang menggunakan teknik reka bahan dengan pembuatan tangan yang tidak mudah dalam proses pengerjaannya, yaitu kombinasi dari french knot stitching, embellishment, dan bordir dengan teknik reka bahan yang menggunakan mesin yaitu print (sublime). Pengaplikasian reka bahan menggunakan warna-warna alam seperti warna bunga Edelweis dan tebing-tebing bebatuan. Kesan feminin dan romantis dari koleksi ini pun dapat terlihat melalui detail dari reka bahan dan siluet dari koleksi ini bertujuan menghasilkan karya busana dengan inspirasi bunga Edelweis dan mitos kisah cinta bunga Edelweis dengan menggunakan teknik reka bahan print (sublime),

embellishment, french knot stitching, dan bordir. Penggunaan material kain dengan

tekstur yang licin, menampilkan beberapa bentuk tubuh, juga reka bahan yang detail dan cukup mengembang guna memperjelas kesan busana yang romantis dan feminim. Siluet busana dengan potongan sack dress fit body, dengan penerapan yang modern dan masa kini.

Busana pada koleksi ini cocok dengan karakter wanita yang feminim ,detail, ditujukan bagi wanita yang urban dan percaya diri. Target market yang dituju merupakan target market yang berusia 23-30 tahun. Wanita tersebut berasal dari kalangan atas, telah mempunyai usaha dalam bidang fashion, entertaiment, bisnis, seperti artis, fashion designer, fashionista, pengusaha, dan lain sebagainya.

5.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan pembuatan koleksi “Edelove” maka terdapat berbagai saran yang dapat diberikan oleh desainer. Koleksi dengan judul “Edelove”, memerlukan pencarian data yang lebih lagi sehingga tidak salah menafsirkan tema


(4)

Universitas Kristen Maranatha dan konsep yang diambil ke dalam rancangan. Diperlukan pencarian data yang lebih untuk sebagai pertimbangan. Selain itu terdapat saran berupa teknis, yaitu:

1. Pemilihan reka bahan yang lebih bervariasi seperti laser cut atau embossed. 2. Penggunaan material yang lebih bervariasi seperti sifon, fur untuk membuat

reka bahan bunga Edelweis.

Dalam keseluruhan proses perancangan yang telah dilakukan terdapat beberapa kendala, yaitu:

1. Teknik reka bahan print (sublime) yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menghambat proses penjahitan.

2. Kendala berupa teknis, kain yang digunakan dalam pembuatan reka bahan harus memiliki karakter yang pas, agar menghasilkan hasil yang baik.

3. Kendala teknis dalam pembuatan reka bahan embellishment, french knot

stitching, dan bordir yang cukup memakan waktu.

4. Kendala teknis dalam penerapan konsep yang lebih baik sehingga dapat dimengerti oleh peminat.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bamard, Malcolm. 2009. Fashion sebagai Komunikasi (terj. Idy Subandi Ibrahim). Yogyakarta: Penerbit Jalasutra.

Boedijono, Yogi S.Pd. 2013. Panduan Lengkap Menjahit. Jakarta: Kawan Pustaka. Hopkins, John. 2012. Fashion Design: The Complete Guide. United Kingdom: AVA.

Noe’man, Irvan A., M.ID,dkk. 2014. Trend Forecasting 2015 Re+Habitat. Jakarta:

BD+A Design

Poespo, Goet. 2009. A to Z Istilah Fashion. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Soekarno. 2012. Buku Penuntun Membuat Pola Pakaian Tingkat Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Artikel dan Laman Web Internet:

David Briggs (2007) : The Ryb Hue Circle or “Artists Colour Wheel”, Artikel Laman, http://www.huevaluechroma.com/072.php. Terakhir diakses pada 23 Maret 2015 pukul 14.20

Gemma d’Urso (2011) : The Edelweiss-Switzerland’s National Flower?, Artikel

Laman, http://www.swissinfo.ch. Terakhir diakses pada 27 Januari 2015 pukul 13.30

Ridho Nugroho (2015) : Inilah Alasan Busana Haute Couture Mahal Harganya, Artikel Laman, http://www.desainbusana.com. Terakhir diakses pada 10 Maret 2015 pukul 20.03

Templateism (2015) : Dongeng Tentang Edelweis, Artikel Laman, http://www.belantaraindonesia.org/2012/04/dongeng-tentang-edelweiss.html. Terakhir diakses pada 5 Maret 2015 pukul 09.55