PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG :Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler:.

(1)

No. Daftar: 21/S1-PKh/Agustus/2014

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU

DI SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler )

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Departemen Pendidikan Khusus

Oleh :

KHUTAMY KHAIRUNNISA 0906755

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG (Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler )

Oleh

KHUTAMY KHAIRUNNISA 0906755

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© KHUTAMY KHAIRUNNISA 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KHUTAMY KHAIRUNNISA 0906755

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG (Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Permanarian Somad, M.Pd

NIP. 19540408 198103 2 001

PEMBIMBING II

Dr. Sunardi, M.Pd

NIP. 19600201 198703 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd.


(4)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penyesuaian Diri Peserta didik Tunarungu di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung

(Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler ) (Khutamy Khairunnisa, 0906755)

Latar belakang penelitian ini adalah adanya tiga peserta didik yang pindah dari sekolah khusus ke sekolah reguler. Dilingkungan baru, ketiga peserta didik tersebut harus menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh berbagai faktor dan upaya orang disekitarnya, baik yang mendorong maupun menghambat. Setiap peserta didik akan mendapatkan dampak yang berbeda dari penyesuaiannya diri yang dilakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor pendorong dan hambatan peserta didik tunarungu dalam penyesuaian diri di sekolah reguler, dampak penyesuaian diri yang dilakukan oleh peserta didik tunarungu, dan bagaimana upaya orangtua dan guru dalam mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang peserta didik tunarungu di kelas satu dan satu orang peserta didik tunarungu di kelas dua. Alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa faktor pendorong tunarungu dalam menyesuaikan diri adalah motivasi, rasa percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi, dan pola asuh orangtua yang memberikan kesempatan tunarungu untuk bergaul secara luas. Faktor yang menghambat tunarungu adalah ketunarunguannya serta sulitnya meredam emosi. Hasil belajar peserta didik tunarungu di sekolah reguler mengalami perkembangan yang baik jika dibandingkan dengan saat masih bersekolah di sekolah khusus. Permasalahan dalam pembelajaran adalah sulitnya memahami konsep yang bersifat abstrak. Peserta didik yang dapat menyesuaikan diri dengan baik,menerima respon yang positif, sedangkan perserta didik yang menyesuaikan diri dengan kurang baik, menerima respon negatif. Upaya yang dilakukan oleh orangtua peserta didik tunarungu adalah mengikutsertakan tunarungu dalam les akademik dan terapi bicara untuk menunjang komunikasinya. Upaya dari guru adalah aktif melibatkan tunarungu dalam kegiatan di kelas dan membekali diri dengan mengikuti seminar dan penyuluhan.


(5)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(6)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan banyak kesempatan dan proses belajar yang sangat berarti. Bahwa bersyukur adalah lebih utama dari apapun. Tidak lupa kepada junjunan kami Nabi Muhammad SAW. yang mengajarkan banyak hal yang positif kepada umatnya hingga akhir zaman.

Dengar penuh rasa syukur penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH

DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG (Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler )”. Dalam skripsi ini memuat faktor pendorong dan hambatan penyesuaian diri, dampak penyesuaian diri, dan upaya orangtua dan guru untuk peserta didik tunarungu di SD Dewi Sartika Kota Bandung.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyusun skripsi sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Dan tidak lupa penulis mengucapkan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak khususnya civitas akademika SD Dewi Sartika Kota Bandung, apabila selama berlangsungnya penelitian ini ada ucapan dan tingkahlaku yang kurang berkenan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses belajar, suatu kesalahan pasti selalu ada, untuk itu penulis menerima dengan terbuka atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberi manfaat bukan hanya bagi penulis, tetapi untuk anak, orangtua, guru, serta pihak - pihak terkait, terutama demi kemajuan pendidikan secara umum dan khususnya untuk kemajuan pendidikan khusus.


(7)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(8)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA MUTIARA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PERNYATAAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH DASAR REGULER ... 9

A. Penyesuaian Diri ... 9

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 9

2. Aspek Penyesuaian Diri ... 10

3. Bentuk – bentuk Penyesuaian Diri ... 11

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 11

B. Tunarungu ... 13

1. Dampak Ketunarunguan ... 13

C. Pendidikan Inklusif ... 23

1. Pengertian Inklusif ... 23


(9)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Latar dan Subjek Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 31

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Wawancara ... 33

2. Observasi ... 34

3. Studi Dokumentasi ... 36

D. Pengujian Keabsahan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 37

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian …… ... 42

1. Kasus 1 ... 43

2. Kasus 2 ... 47

3. Kasus 3 ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS ... xii


(10)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL


(11)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

1. Kisi-kisi Instrumen 2. Pedoman Wawancara 3. Pedoman Observasi

Lampiran 2

1. Hasil Wawancara 2. Hasil Observasi 3. Rekap Hasil Nilai 4. Rekap Hasil Tes BERA

Lampiran 3

1. Catatan Lapangan 2. Triangulasi Data

Lampiran 4

1. Dokumentasi Foto

2. Dokumentasi Buku Ulangan 3. Dokumentasi Hasil Tes BERA

Lampiran 5


(12)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak setiap orang. Begitu pula pendidikan untuk orang – orang yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa:

Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Berdasarkan pada peraturan tersebut, setiap warga negara Indonesia, terutama usia anak sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh hak pendidikan. Begitu juga bagi seorang anak tunarungu. Mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan selayaknya anak pada umumnya. Menurut Hallahan & Kauffman (1991:266): tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Sedangkan Dwidjosumarto (1988) menyatakan bahwa: “tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang

terutama melalui indera pendengaran”.

Salah satu sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan hak pendidikan disebut SLB B (Sekolah Luar Biasa bagian B atau Tunarungu). Sekolah khusus bagian B menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang dikhususkan bagi anak dan remaja dengan gangguan


(13)

2

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendengaran. Sekolah khusus ini biasanya menggunakan basis kompetensi berbahasa dan komunikasi untuk kecakapan hidup. Namun dengan adanya sekolah inklusi, beberapa sekolah dapat menerima peserta didik penyandang tunarungu. Sekolah inklusif menggunakan kurikulum yang digunakan untuk sekolah reguler. Namun untuk membantu peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus maka di sekolah inklusi biasanya menyediakan guru pendamping khusus untuk membantu peserta didik mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

Dengan adanya sekolah inklusi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa seorang anak tunarungu bersekolah di sekolah reguler. Perkembangan tunarungu secara fisik seperti pada anak pada umumnya, namun tuanrungu memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi verbal. Selain itu, tunarungu juga memiliki tugas perkembangan yang sama dengan anak pada umumnya yaitu penyesuaian diri dan sosial. Perlu diperhatikan bagaimana perkembangan sosial peserta didik dalam aspek penyesuaian diri di sekolah. Schneider menyatakan bahwa :

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencangkup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan–kebutuhan dalam dirinya, ketegangan–ketegangan, konflik–konflik, dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkann oleh lingkungan dimana ia tinggal (Desmita, 2009:192).

Dari definisi yang dikemukakan oleh Schneider diatas disebutkan bahwa seseorang dikatakan menyesuaikan diri apabila orang tersebut melakukan sebuah respon untuk mewujudkan keselarasan dengan lingkungan dimanapun orang tersebut berada.

Istilah lain yang dikenal masyarakat untuk penyesuaian diri adalah adaptasi (adjusment). Gunarsa (Sobur, 2003: 529) mengatakan bahwa bentuk penyesuaian diri (adjusment) ada dua, yaitu adaptive dan adjustive. Adaptive atau adaptasi lebih bersifat badani, dan adjustive lebih bersifat


(14)

3

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psikis, yaitu penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan–aturan atau norma.

Dari penjelasan tersebut dapat ditafsirkan bahwa seseorang dapat menyesuaiakan diri dengan baik jika dirinya dapat menanggulangi ketegangan serta konflik yang ada di sekitarnya. Secara keseluruhan penyesuaian diri yang dilakukan oleh peserta didik tidak hanya dalam lingkup pembelajaran di kelas. Tetapi juga dari bagaimana dirinya dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, ketaatannya pada peraturan sekolah, ketergantungan pada seseorang, dan penyesuaian secara keseluruhan pada lingkungan barunya.

Sekolah merupakan tempat untuk tunarungu belajar berkomunikasi dan bersosialisasi serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan hambatan mendengar dan berkomunikasi yang dimiliki oleh tunarungu, tentu bukan hal yang mudah bagi tunarungu untuk menyesuaikan diri di lingkungan barunya.

Beberapa kasus ditemui di lapangan, diantaranya adalah beberapa anak tunarungu pindahan yang sebelumnya bersekolah di sekolah khusus dan sekarang bersekolah di sekolah reguler. Adanya perbedaan lingkungan dari yang sebelumnya homogen menjadi heterogen tentu harus dilakukan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung, ada 2 orang peserta didik kelas 1 dan 1 orang peserta didik kelas 2 yang merupakan peserta didik pindahan dari sekolah luar biasa. Salah satu peserta didik berinisial HG terlihat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah barunya. Hal ini dibuktikan dari tidak adanya ketegangan antara HG dengan teman– teman satu kelasnya. Meskipun memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, namun HG mampu meminimalisir kesenjangan yang ada antara dirinya dan lingkungan.

Di sekolah, HG diantar oleh ibunya dan ditunggu hingga pembelajaran selesai. Apabila mengalami kesulitan, HG bisa dapat


(15)

4

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langsung meminta tolong kepada ibunya. Ketika tidak dapat melakukan sesuatu, HG menunjukkan rasa kesal dan ditunjukkan dengan menangis.

Tidak jauh berbeda dengan HG, peserta didik IB menunjukkan penyesuaian diri yang lebih positif. IB lebih berani dalam menyampaikan keinginannya dibandingkan dengan HG. IB lebih percaya diri untuk bergaul dengan orang yang yang baru dikenalnya. Namun, IB memiliki permasalahan saat mengontrol emosinya. IB beberapa kali terlihat marah– marah saat menghadapi situasi yang tidak diinginkanya.

Jika HG diantar dan ditunggu pada saat berada di sekolah, IB hanya diantar kemudian ditinggal oleh ibunya. IB akan dijemput oleh ibunya jika pembelajaran sudah selesai. Jika IB menghadapi kesulitan, ia akan meminta tolong kepada guru atau temannya.

Dari ketiga peserta didik tersebut yang paling mononjol dalam permasalahan penyesuaian diri adalah NN. NN menunjukkan adanya ketegangan emosional dengan teman sekelasnya di karenakan sikapnya yang agresif sehingga menyebabkan teman–teman satu kelasnya tidak ingin mendekatinya. Hasil belajarnya pun dibawah rata–rata kelas dan sulit untuk memahami perkataan oranglain. Perlakuan guru yang berbeda untuk NN adalah karena emosi NN sulit diredam sehingga guru memiliki perhatian lebih untuk NN. Pada saat menghadapi situasi gagal, NN terlihat marah dan memukul–mukul meja.

Namun nenek dari NN begitu sabar selalu membantu dan mendampingi NN. Saat berada di sekolah, neneknya tidak boleh pergi dan harus menunggu di luar kelas. Tingkat percaya diri NN pun sangat tinggi dan NN memiliki keterbukaan untuk bergaul dengan siapa saja.

Dari permasalahan ketiga peserta didik tunarungu diatas ditemukan bahwa dalam menyesuaikan diri, seseorang akan mendapatkan dorongan dan hambatan untuk melakukan penyesuaian diri. Faktor pendorong dan penghambat dari penyesuaian diri yang dilakukan seorang individu dapat berasal dari aspek internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi


(16)

5

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis yang terjadi pada tunarungu dikhususkan pada kemampuan pendengarannya. Dari kemampuan pendengarannya dapat dilihat apakah kondisi tersebut menjadi faktor pendorong atau justru penghambat seorang tunarungu dalam menyesuaiankan diri. Selain kondisi fisiologis, kondisi psikologis yang ada pada tunarungu juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri yang dilakukannya. Kondisi psikologis secara garis besar meliputi keadaan emosi, mekanisme pertahanan diri, hubungan dengan orang lain, kemampuan menyatakan perasaan, dan keterbukaan mengenal lingkungan. Seperti halnya kondisi fisiologis, kondisi psikologis tunarungu juga dapat mempengaruhi penyesuaian dirinya.

Dari aspek ekternal, faktor yang dapat mempengaruhi adalah penerimaan dari lingkungan di sekitar tunarungu. Orangtua, guru, dan teman satu kelas akan menjadi faktor yang dapat mendorong maupun menghambat penyesuaian diri tunarungu di lingkungan sekolah. Pola asuh orang tua, pemahaman guru dan teman sebaya terhadap kondisi tunarungu menjadi aspek yang dilihat dalam penyesuaian ini.

Setelah faktor yang dapat mendorong dan menghambat, seorang tunarungu akan melakukan penyesuaian diri sesuai dengan faktor mana yang lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian dirinya. Kemudian akan terlihat bagaimana dampak dari penyesuaian diri yang telah dilakukan. Dampak tersebut akan dilihat dari aspek hasil belajar dan respon lingkungan terhadap penyesuaian diri yang dilakukan.

Selain dari faktor pendorong dan penghambat, upaya–upaya yang dilakukan oleh lingkungan sekitar tunarungu terutama orangtua dan guru sebagai pembimbing tunarungu di rumah dan sekolah juga akan berpengaruh pada penyesuaian diri tunarungu di lingkungan sekolah. Upaya–upaya tersebut yang kemudian akan dilihat sejauh mana dan seperti apa.


(17)

6

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berlatar belakang hal tersebut, peneliti tertarik untuk memotret bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak tunarungu yang bersekolah di sekolah reguler, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan barunya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul :

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung (Studi Deskriptif pada Peserta didik Tunarungu di Sekolah Reguler )

B. Fokus Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan fokus masalah adalah tertuju

kepada ”Bagaimana penyesuaian diri peserta didik tunarungu di SD Dewi

Sartika Kota Bandung?”. Dengan subfokus masalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat peserta didik tunarungu dalam penyesuaian diri di sekolah reguler?

2. Bagaimana dampak dari penyesuaian diri yang dilakukan peserta didik tunarungu di sekolah?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru dan orangtua untuk mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah?

C. Tujuan Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian Secara Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah reguler.

b. Tujuan Penelitian Secara Khusus

1) Untuk mengetahui faktor pendorong keberhasilan dan hambatan peserta didik tunarungu dalam menyesuaikan diri


(18)

7

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sehat di SD Dewi Sartika Kota Bandung ditinjau dari aspek internal dan eksternal.

2) Untuk mengetahui bagaimana dampak dari penyesuaian diri yang dilakukan peserta didik tunarungu di SD Dewi Sartika Kota Bandung ditinjau dari hasil belajar peserta didik, respon lingkungan yang mencangkup orangtua, guru, dan teman sebaya.

3) Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua peserta didik tunarungu dan guru untuk mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu di SD Inklusi Dewi Sartika Kota Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bahan pengembangan dalam ilmu pendidikan luar biasa. Khususnya tentang penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah reguler.

b. Secara praktis

1) Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai pengalaman, pembelajaran, dan pengetahuan dalam menyatukan pengetahuan teoritis berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan memberikan gambaran penyesuaian diri anak tunarungu yang bersekolah di sekolah reguler.


(19)

8

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi Sekolah Dasar Reguler, khususnya SD Dewi Sartika Kota Bandung, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam mengoptimalkan penyesuaian diri anak tunarungu di sekolah reguler.

3) Guru

Sebagai masukan terhadap gambaran kondisi peserta didik tunarungu dalam menyesuaikan diri di sekolah sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membantu peserta didik mengoptimalkan dirinya dalam menyesuaikan diri di sekolah.

4) Orangtua

Sebagai masukan terhadap gambaran kondisi anak tunarungu dalam menyesuaikan diri di sekolah sehingga dapat dijadikan bahan motivasi untuk mengoptimalkan penyesuaian diri anak tunarungu di sekolah.


(20)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiono (2008) mengungkapkan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen (human instrument). Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu untuk bertanya, menganalisis, memotret, dan merekontruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

A. Latar dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung yang beralamatkan di Jl. Kautamaan Istri No.12 Kota Bandung dan mengambil penelitian untuk peserta didik tunarungu kelas 1 dan 2 SD pindahan dari sekolah luar biasa. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada kebutuhan data penelitian.

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah:

1. Peserta didik 1 (IB)

Subjek peserta didik 1, merupakan siswa kelas 1 SD yang mempunyai nama berinisial IB. IB adalah salah satu peserta didik tunarungu yang paling menonjol dalam


(21)

29

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dia adalah salah satu peserta didik pindahan dari SLBN Cicendo. Meskipun cukup aktif, tetapi dia adalah anak yang cukup dapat diandalkan untuk memimpin teman–temannya.

2. Peserta didik 2 (HG)

Subjek peserta didik 2 merupakan siswa laki-laki yang duduk di kelas 1 SD dan mempunyai nama berinisial HG. HG adalah peserta didik yang patuh terhadap perintah namun HG termasuk siswa yang lambat dalam memahami suatu materi. 3. Peserta didik 3 (NN)

Peserta didik 3 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas 2 SD dan mempunyai nama berinisial NN. NN adalah siswa yang sangat agresif. NN tidak segan memaksa untu tahu apa yang ingin diketahuinya. Dibandingkan dengan teman– temannya yang lain, NN yang paling menonjol menunjukkan ketegangan dengan teman satu kelasnya.

Sedangkan informan adalah pihak–pihak yang bersedia memberikan informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah:

1. Guru Wali Kelas 1 dan Kelas 2 (YH)

Subjek guru dalam penelitian ini berinisial YH berusia 61 tahun dan sudah 30 tahun mengajar di sekolah dasar dan sudah 11 tahun berpengalaman mengajar tunarungu di kelas. YH adalah seorang guru yang memiliki pengalaman beragam tentang mengajar dikelas kecil dengan peserta didik yang memiliki hambatan beragam. Sebagai guru kelas terutama di kelas kecil, beliau dapat memahami bagaimana kebutuhan setiap peserta didik baik pada kegiatan di kelas maupun diluar kelas untuk menunjang kebutuhan hidup peserta didiknya.


(22)

30

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orang tua IB memiliki inisial ES, beliau adalah ibu dari IB. ES selalu bersifat terbuka kepada anak dan orang–orang yang ada di sekitar IB. ES berusaha tidak memanjakan anaknya dengan setiap hari selalu ditunggu disekolah, tetapi dia memilih untuk mengantar dan menjemput saja. Meski tidak jarang terlihat dia menunjukkan sikap keras kepada anaknya, namun anaknya tidak menunjukkan sikap berontak kepada orangtuanya. 3. Ibu HG (JL)

JL adalah ibu dari HG. Beliau selalu mengantarkan HG ke sekolah. Tak jarang JL menunggu HG di sekolah. JL selalu menunjukkan perhatian kepada HG.

4. Nenek NN (TS)

TS adalah nenek dari NN. Beliau selalu mengantarkan dan memperhatikan NN kemanapun NN pergi. TS lebih sering terlihat di sekolah menunggu cucunya dibandingkan orangtua peserta didik lain. Tak jarang juga TS menunjukkan sikap protektif terhadap NN. TS sangat ramah dan terbuka kepada siapapun.

5. Peserta didik Kelas 1 (SF)

SF adalah salah satu peserta didik perempuan di kelas 1 SD. SF adalah anak yang periang dan suka membantu teman-temannya yang tunarungu. Meskipun sering jahil, tetapi dia sangat perhatian. Sikap penerimaan terhadap kondisi teman– temannya yang tunarungu ia tunjukkan dengan membantu menjelaskan penjelasan dari guru.

6. Peserta didik Kelas 2 (MD, JM, dan AI)

MD, JM, dan AI dalah beberapa peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus di kelas 2 SD. Dari peserta didik yang lain, mereka yang paling sering menunjukkan sikap perhatian kepada


(23)

31

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teman–temannya terutama yang tunarungu. Beberapa kali mereka terlihat menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan peserta didik tunarungu. Mereka juga bersikap terbuka dan suka menolong. Meskipun demikian, mereka juga kadang menunjukkan ketidaksukaanya terhadap temannya, khususnya NN.

B. Metode Penelitian

Narbuko (2009:2) mengungkapkan bahwa:

metode dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang akan muncul sehubungan dengan masalah itu.

Jadi, metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara-cara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian dan pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306)


(24)

32

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. “Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya” (Sugiono,2008:305).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2008: 308).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Lofland (Moleong


(25)

33

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2007:157) “sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”.

1. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal, hasil wawancara direkam agar memudahkan peneliti untuk mendokumentasikan berbagai data dan informasi yang disampaikan reponden. Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara dilakukan terhadap guru kelas, orang tua subjek, dan teman sebaya subjek. Wawancara terhadap subjek tidak dilakukan dikarenakan kondisi ketunarunguannya yang tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggali informasi guna diperoleh data secara jelas sehingga dapat melengkapi temuan-temuan dari penelitian.

Wawancara digunakan kepada orangtua untuk mengungkap data tentang :

1. Psikologis peserta didik tunarungu 2. Pola asuh orangtua

3. Penerimaan lingkungan

4. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 5. Respon lingkungan

6. Upaya mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu disekolah

Sedangkan wawancara kepada guru digunakan untuk mengungkap data tentang :


(26)

34

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Psikologis peserta didik tunarungu 2. Penerimaan lingkungan

3. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 4. Nilai ulangan

5. Penerimaan konsep pelajaran 6. Respon lingkungan

7. Upaya guru untuk mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah

Wawancara kepada teman sekelas digunakan untuk mengungkap data tentang :

1. Psikologis peserta didik tunarungu 2. Penerimaan lingkungan

3. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 4. Penerimaan konsep pelajaran

5. Respon lingkungan

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur. Dalam pelaksanaannya pertanyaan yang diajukan lebih bebas namun masih dalam satu garis besar. Tujuannya adalah agar informan memberikan informasi dengan lebih terbuka dan dapat dimintai pendapatnya.

2. Observasi/pengamatan

Observasi/pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeran serta sebagai pengamat. Moleong (2004) mengungkapkan bahwa,

Pemeran sert sebagai pengamat adalah peranan peneliti sebgai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia berperan sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya.


(27)

35

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini dimaksudkan agar data yang didapatkan murni perilaku yang biasa ditunjukkan oleh subjek.

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik tunarungu. Sedangkan informan dari penelitian ini adalah orang tua peserta didik yang bersangkutan, guru kelas, dan teman kelas

Observasi digunakan kepada peserta didik tunarungu untuk mengungkap data tentang :

1. Psikologis peserta didik tunarungu 2. Penerimaan konsep pelajaran

Observasi kepada orangtua digunakan untuk mengungkap data tentang :

1. Penerimaan lingkungan

2. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 3. Respon lingkungan

4. Upaya orangtua untuk mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah

Sedangkan observasi kepada guru digunakan untuk mengungkap data tentang :

1. Penerimaan lingkungan

2. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 3. Respon lingkungan

4. Upaya guru untuk mengoptimalkan penyesuaian diri peserta didik tunarungu di sekolah

Observasi kepada teman sekelas digunakan untuk mengungkap data tentang :


(28)

36

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pandangan pribadi terhadap peserta didik tunarungu 3. Respon lingkungan

Observasi yang dilakukan oleh peneliti memperhatikan hal-hal seperti : (1) isi dari pengamatan, (2) mencatat pengamatan, (3) ketepatan pengamatan, dan (4) hubungan antar pengamat dengan yang diamati.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya bila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada.

Studi dokumentasi didapat dengan mengumpulkan hasil tes audiometer, hasil ulangan, portofolio karya peserta didik, catatan pelajaran peserta didik, dan foto–foto kegiatan untuk mengungkap data tentang :

1. Fisiologis peserta didik tunarungu 2. Nilai ulangan

3. Penerimaan konsep pelajaran 4. Respon lingkungan

D. Pengujian Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsalah data mempunyai tujuan untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data. Pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang digunakan dalam suatu penelitian.

Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Moleong (2007:330) menyebutkan bahwa


(29)

37

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Triangulasi menurut Patton (Moleong, 2007:331) terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi di reduksi dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang isi yang tidak perlu dari data tersebut. Kemudian melakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan cek silang diantara kedua data tersebut. Setiap data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai metode pengambilan data.

E. Teknik Analisis Data

Stainback (Sugiyono, 2009:89) mengemukakan bahwa analisis data adalah :

Proses pencarian dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan oranglain.


(30)

38

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data kualitaif menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2007:248) adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mengintensifkannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada oranglain.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh Miles & Huberman (Sugiyono, 2010:91) yaitu : “aktifitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing / verifikasi.

1. Reduksi data. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi di reduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang isi data yang tidak perlu. Kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek silang diantara kedua data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas dari data yang ada dapat dipertanggungjawabkan. 2. Penyajian Data. Penyajian data ini berupa sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat


(31)

39

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu sendiri.

F. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap analisis data seperti yang disampaikan oleh Moleong (2010:127-158).

1. Tahap Pralapangan

a. Menyusun Rencana Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Intinya, berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI yang mana telah mendapat persetujuan proposal penelitian diseminar.

b. Memilih lapangan Penelitian

Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data yang ditemukan oleh peneliti di SD Dewi Sartika Kota Bandung.

c. Mengurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif, dilakukan mulai dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM, sampai ke Dinas Pendidikan Kota Bandung.


(32)

40

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan mempermudah kegiatan pengumpulan data di lapangan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memahami Latar Penelitian

1) Pembatasan Penelitian. Pembatasan penelitian menjadi sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus berada.

2) Penampilan. Dalam melaksanakan penelitian, sudah seharusnya peneliti memperhatikan penampilan. Karena lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah, maka peneliti juga harus tampil sopan dan formal.

3) Pengenalan Hubungan Peneliti Di Lapangan. Penelitian ini bersifat pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian penuh keakraban, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian.

4) Jumlah Waktu Studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul dengan baik.

b. Memasuki Lapangan.

1) Keakraban Hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lingkungan penelitian


(33)

41

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selalu berusaha dijaga oleh peneliti. Hal itu untuk mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.

2) Peranan Peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi penelitian tidaklah terlalu besar, karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta. Dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi dan perilaku di lokasi penelitian. c. Berperan Serta dan Mengumpulkan Data

1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah pada fokus penelitian yang akan diterliti. Pengarahan batas studi sangat penting agar peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah diluar fokus masalah penelitian. 2) Mencatat data. Mencatat data dilakukan peneliti pada

saat dan sesudah pengumpulan data, pada saat wawancara dan sesudah observasi berlangsung.


(34)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Dewi Sartika Kota Bandung Kelas 1 dan 2, peneliti paparkan kesimpulan hasil penelitian, sebagai berikut:

1. Faktor yang dapat mendorong keberhasilan dalam menyesuaiakan diri tunarungu di sekolah reguler adalah adanya sikap percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi, dan motivasi yang baik yang ditunjang oleh pola asuh orangtua. Faktor yang dapat menghambat peserta didik tunarungu dalam menyesuaikan diri di sekolah reguler adalah kemampuan mendengar pada tunarungu yang menghambat dalam pemahaman terhadap informasi yang diberikan, sehingga kecurigaan dan emosi yang labil memicu hambatan lainnya dalam menyesuaikan diri.

2. Dampak dari penyesuaian diri yang dilakukan peserta didik tunarungu di sekolah terhadap hasil belajar cukup beragam dan tidak dipengaruhi oleh kemampuan mendengar. Pada umumnya mereka lemah dalam pemahaman terutama konsep abstrak. Respon yang diberikan oleh lingkungan juga beragam. Ada yang menerima dengan positif maupun negatif. Penerimaan positif adalah ketika tunarungu melakukan tindakan yang menyenangkan bagi lingkungannya, begitu pun sebaliknya. Sikap yang kurang baik dan tidak membuat nyaman akan mendapat respon negatif dari lingkungan.

3. Upaya yang dilakukan oleh orangtua adalah dengan mengikutsertakan anaknya untuk terapi bicara dan memberikan les di bidang akademik. Di luar itu, orangtua belum merasa perlu untuk mengikutsertakan


(35)

69

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anaknya dalam kegiatan kelompok di luar bidang akademik. Selain orangtua, guru mengupayakan pengoptimalan penyesuaian diri peserta didik tunarungu dengan cara aktif melibatkan tunarungu dalam berbagai kegiatan di dalam kelas. Guru membantu tunarungu dalam menjelaskan konsep dengan menggunakan metodeyang berbeda dengan anak lainnya. Guru juga membekali diri dengan ikut di berbagai seminar dan pelatihan.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian diatas, peneliti merekomendasi bagi pihak sekolah, bagi orangtua dan bagi peneliti selanjutnya yang dianggap perlu sebagai masukan dan tindak lanjut dari penelitian ini.

1. Bagi kepala sekolah

a. Diharapkan jika suasana sekolah lebih di siapkan untuk menunjang tunarungu melakukan penyesuaian diri dengan lebih optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih banyak melakukan kegiatan–kegiatan di luar pembelajaran di dalam kelas yang melibatkan seluruh peserta didik dan elemen sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan staff lainnya.

b. Diharapkan sekolah juga memfasilitasi peserta didik tunarungu untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam berbicara dengan mengadakan mata pelajaran artikulasi.

2. Bagi guru/wali kelas

a. Diharapakan dalam proses pembelajaran, guru menempatkan posisi duduk yang lebih strategis untuk tunarungu agar dapat menerima pembelajaran dengan baik. Keterarahan wajah sangat membantu tunarungu dalam memahami informasi yang disampaikan.


(36)

70

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Diharapkan media pembelajaran lebih variatif untuk membantu pemahaman tunarungu terhadap sebuah konsep.

c. Diharapkan guru mengadakan komunikasi yang lebih intens dengan tunarungu, juga melatih tunarungu dalam berujar dan berkomunikasi dengan oranglain.

d. Diharapakan pula guru melibatkan tunarungu dalam keputusan–keputusan yang diambil oleh peserta didik lain dengan porsi yang lebih banyak, sehingga melatih percaya diri dan kemampuan untuk memimpin teman–temannya.

3. Bagi orangtua

a. Diharapkan orangtua dapat lebih fokus terhadap apa yang paling menonjol pada diri anak. Tidak terlalu memaksakan anak untuk memperbaiki kelemahan–kelemahannya sedangkan kelebihannya tidak tergali secara optimal.

b. Sama halnya seperti guru, diharapkan pula orangtua dapat melibatkan anak pada kegiatan–kegiatan keluarga terutama dalam diskusi dan pengambilan keputusan dalam keluarga. Berikan pula motivasi–motivasi yang membangun agar anak lebih percaya diri.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan agar dapat meneliti hal lain yang berkaitan dengan penyesuaian diri tunarungu dengan menggali pada subjek lain atau menggali aspek lain yang belum tergali pada penelitian ini.

b. Diharapkan mampu melakukan penambahan kajian tentang teori yang berhubungan dengan penyesuaian diri tunarungu disekolah lain sebagai pengembangan dari penelitian ini.


(37)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, Dwidjosumarto (1990). Psikologi ABK. Jakarta : Depdikbud. _______. (1988). Seminar Ketunarunguan (Jurnal). Bandung (tidak

diterbitkan).

Anni, Hasni. (2013). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal. Diunduh pada 3 Oktober 2013, dari Konsep Sehat:

http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan_10.html.

Bungin, M. Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. ______. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosda.

Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Hallahan, Daniel P., Kauffman,James M. (1991). Exceptional children: intoduction toS\ special education/ Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman.New Jersey: Englewood Cliffs.

Haryanto. (2010). Penyesuaian Diri sebagai Adaptasi (Adaptation). Diunduh pada tanggal 3 Oktober 2013, dari belajarpsikologi.com:

http://belajarpsikologi.com/penyesuaian-diri-sebagai-adaptasi-adaptation.html.

Herdiyani, Dedeh. (2013). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal. Diunduh pada 3 Oktober 2013, dari Psikologi: http://dedeh89-

psikologi.blogspot.com/2013/03/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.


(38)

72

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta: Depdikbud.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Riadi, Muchlisin. (2013). Teori Penyesuaian Diri. Diunduh pada tanggal 3

Oktober 2013, dari Kajian Pustaka:

http://www.kajianpustaka.com/2013/01/teori-penyesuaian-diri.html. Sadja’ah, Edja. (2013). Bina Bicara, Persepsi Bunyi, dan Irama. Bandung:

Refika Aditama. Salim, Mufti. (1984).

Sari, Nofiana. (2010). Pengaruh Social Percaya Diri dan Penyesuaian Diri Terhadap Kemampuan Berinteraksi Social Siswa Kelas X di SMK Negeri 2 Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan Madiun: BK FIP IKIP PGRI Madiun.

SLB Kartini Batam. (2010). Pendidikan Inklusi. Diunduh pada tanggal 20 April 2014, dari SLB Kartini Batam: http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=78.hmtl

Smith, J. David. (2009). INKLUSI Sekolah Ramah untuk Semua.Bandung: Nuansa

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Somad,P. dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunrungu. Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian KOMBINASI (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.


(39)

73

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Utami, Septria. (2012). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan. Diunduh pada tanggal 3 Oktober 2013, dari septriautami’s blog: http://septriautami.blogspot.com/2012/04/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html.

Wasito,D. R., Sarwindah,D., & Suliatiani,W. (2010). Penyesuaian Sosial Remaja Tuna Rungu yang Bersekolah di Sekolah Umum.Skripsi tidak diterbitkan Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya.


(1)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Dewi Sartika Kota Bandung Kelas 1 dan 2, peneliti paparkan kesimpulan hasil penelitian, sebagai berikut:

1. Faktor yang dapat mendorong keberhasilan dalam menyesuaiakan diri tunarungu di sekolah reguler adalah adanya sikap percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi, dan motivasi yang baik yang ditunjang oleh pola asuh orangtua. Faktor yang dapat menghambat peserta didik tunarungu dalam menyesuaikan diri di sekolah reguler adalah kemampuan mendengar pada tunarungu yang menghambat dalam pemahaman terhadap informasi yang diberikan, sehingga kecurigaan dan emosi yang labil memicu hambatan lainnya dalam menyesuaikan diri.

2. Dampak dari penyesuaian diri yang dilakukan peserta didik tunarungu di sekolah terhadap hasil belajar cukup beragam dan tidak dipengaruhi oleh kemampuan mendengar. Pada umumnya mereka lemah dalam pemahaman terutama konsep abstrak. Respon yang diberikan oleh lingkungan juga beragam. Ada yang menerima dengan positif maupun negatif. Penerimaan positif adalah ketika tunarungu melakukan tindakan yang menyenangkan bagi lingkungannya, begitu pun sebaliknya. Sikap yang kurang baik dan tidak membuat nyaman akan mendapat respon negatif dari lingkungan.

3. Upaya yang dilakukan oleh orangtua adalah dengan mengikutsertakan anaknya untuk terapi bicara dan memberikan les di bidang akademik. Di luar itu, orangtua belum merasa perlu untuk mengikutsertakan


(2)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anaknya dalam kegiatan kelompok di luar bidang akademik. Selain orangtua, guru mengupayakan pengoptimalan penyesuaian diri peserta didik tunarungu dengan cara aktif melibatkan tunarungu dalam berbagai kegiatan di dalam kelas. Guru membantu tunarungu dalam menjelaskan konsep dengan menggunakan metodeyang berbeda dengan anak lainnya. Guru juga membekali diri dengan ikut di berbagai seminar dan pelatihan.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian diatas, peneliti merekomendasi bagi pihak sekolah, bagi orangtua dan bagi peneliti selanjutnya yang dianggap perlu sebagai masukan dan tindak lanjut dari penelitian ini.

1. Bagi kepala sekolah

a. Diharapkan jika suasana sekolah lebih di siapkan untuk menunjang tunarungu melakukan penyesuaian diri dengan lebih optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih banyak melakukan kegiatan–kegiatan di luar pembelajaran di dalam kelas yang melibatkan seluruh peserta didik dan elemen sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan staff lainnya.

b. Diharapkan sekolah juga memfasilitasi peserta didik tunarungu untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam berbicara dengan mengadakan mata pelajaran artikulasi.

2. Bagi guru/wali kelas

a. Diharapakan dalam proses pembelajaran, guru menempatkan posisi duduk yang lebih strategis untuk tunarungu agar dapat menerima pembelajaran dengan baik. Keterarahan wajah sangat membantu tunarungu dalam memahami informasi yang disampaikan.


(3)

70

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Diharapkan media pembelajaran lebih variatif untuk membantu pemahaman tunarungu terhadap sebuah konsep.

c. Diharapkan guru mengadakan komunikasi yang lebih intens dengan tunarungu, juga melatih tunarungu dalam berujar dan berkomunikasi dengan oranglain.

d. Diharapakan pula guru melibatkan tunarungu dalam keputusan–keputusan yang diambil oleh peserta didik lain dengan porsi yang lebih banyak, sehingga melatih percaya diri dan kemampuan untuk memimpin teman–temannya.

3. Bagi orangtua

a. Diharapkan orangtua dapat lebih fokus terhadap apa yang paling menonjol pada diri anak. Tidak terlalu memaksakan anak untuk memperbaiki kelemahan–kelemahannya sedangkan kelebihannya tidak tergali secara optimal.

b. Sama halnya seperti guru, diharapkan pula orangtua dapat melibatkan anak pada kegiatan–kegiatan keluarga terutama dalam diskusi dan pengambilan keputusan dalam keluarga. Berikan pula motivasi–motivasi yang membangun agar anak lebih percaya diri.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan agar dapat meneliti hal lain yang berkaitan dengan penyesuaian diri tunarungu dengan menggali pada subjek lain atau menggali aspek lain yang belum tergali pada penelitian ini.

b. Diharapkan mampu melakukan penambahan kajian tentang teori yang berhubungan dengan penyesuaian diri tunarungu disekolah lain sebagai pengembangan dari penelitian ini.


(4)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, Dwidjosumarto (1990). Psikologi ABK. Jakarta : Depdikbud. _______. (1988). Seminar Ketunarunguan (Jurnal). Bandung (tidak

diterbitkan).

Anni, Hasni. (2013). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal. Diunduh pada 3 Oktober 2013, dari Konsep Sehat:

http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan_10.html.

Bungin, M. Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. ______. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosda.

Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Hallahan, Daniel P., Kauffman,James M. (1991). Exceptional children: intoduction toS\ special education/ Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman.New Jersey: Englewood Cliffs.

Haryanto. (2010). Penyesuaian Diri sebagai Adaptasi (Adaptation). Diunduh pada tanggal 3 Oktober 2013, dari belajarpsikologi.com:

http://belajarpsikologi.com/penyesuaian-diri-sebagai-adaptasi-adaptation.html.

Herdiyani, Dedeh. (2013). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal. Diunduh pada 3 Oktober 2013, dari Psikologi: http://dedeh89-

psikologi.blogspot.com/2013/03/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

72

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta: Depdikbud.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Riadi, Muchlisin. (2013). Teori Penyesuaian Diri. Diunduh pada tanggal 3

Oktober 2013, dari Kajian Pustaka:

http://www.kajianpustaka.com/2013/01/teori-penyesuaian-diri.html. Sadja’ah, Edja. (2013). Bina Bicara, Persepsi Bunyi, dan Irama. Bandung:

Refika Aditama. Salim, Mufti. (1984).

Sari, Nofiana. (2010). Pengaruh Social Percaya Diri dan Penyesuaian Diri Terhadap Kemampuan Berinteraksi Social Siswa Kelas X di SMK Negeri 2 Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan Madiun: BK FIP IKIP PGRI Madiun.

SLB Kartini Batam. (2010). Pendidikan Inklusi. Diunduh pada tanggal 20 April 2014, dari SLB Kartini Batam: http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=78.hmtl

Smith, J. David. (2009). INKLUSI Sekolah Ramah untuk Semua.Bandung: Nuansa

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Somad,P. dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunrungu. Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian KOMBINASI (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.


(6)

Khutamy Khairunnisa, 2014

Penyesuaian Diri Peserta Didik Tunarungu Disekolah Dasar Dewi Satika Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Utami, Septria. (2012). Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan. Diunduh pada tanggal 3 Oktober 2013, dari septriautami’s blog: http://septriautami.blogspot.com/2012/04/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html.

Wasito,D. R., Sarwindah,D., & Suliatiani,W. (2010). Penyesuaian Sosial Remaja Tuna Rungu yang Bersekolah di Sekolah Umum.Skripsi tidak diterbitkan Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya.