Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir pada Siswa Sekolah Menengah Atas (Suatu Intervensi Mengenai Perencanaan Karir Pendekatan Trait -Factor Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan Perguruan Tinggi pada Siswa-Siswi Kelas

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Perguruan Tinggi. Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor ini terdiri dari tiga tahapan sebagai berikut : (1) Gaining Self Understanding (Self-Analysis), (2) Obtaining Knowledge About The World of Career dan (3) Integrating Information about Self and the World of Career. Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung. Metode penelitian yang diajukan bersifat quasi experimental, yaitu suatu penelitian eksperimental semu yang bermaksud mencari hubungan sebab akibat di kehidupan nyata. Rancangan penelitian menggunakan randomized pre-test-postest control group, dimana terdapat dua kelompok penelitian yaitu empat belas orang kelompok eksperimen yang mendapatkan pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dan empat belas orang kelompok kontrol. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) Ada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan perguruan tinggi sebelum dan setelah pelatihan perencanaan karir. (2) Ada perbedaan antara tingkat kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan perguruan tinggi pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu, observasi, wawancara, angket, skala kesulitan dalam pengambilan keputusan, lembar tugas rumah dan dokumentasi. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah pemberian pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Terdapat perbedaan rata-rata 2,91 nilai Asymp Sig (1-tailed) (0.014) < (0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor efektif dalam meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Sementara hasil uji analisis dengan uji 2 Sampel Independen Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai Asymp Sig (1-tailed) (0.001) < (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi yang mengikuti pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusannya daripada siswa-siswi yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Sebagai tindak lanjut, peneliti melakukan evaluasi terhadap reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Follow- up dengan metode diskusi dan wawancara terhadap kemajuan pengembangan pada setiap subjek dilakukan dalam rentang dua minggu setelah pelaksanaan pelatihan.

Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor.


(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the effectiveness of ‘the career planning with the trait-factor approach training’ , in order to improve one’s ability to make a decision in choosing college majors. This training consist of 3 stages : (1) Gaining Self Understanding (Self-Analysis), (2) Obtaining Knowledge About The World of Career and (3) Integrating Information about Self and the World of Career. The subject of this research is grade XI student at SMU “XYZ”, Bandung. The method of this research is quasi experimental , which is an experimental research with a purpose to find a causative connection in the real life. This research is using randomized pre-test-postest control group, where there are two research groups, each consist of 14 people. The first group is the trained group, while the other group is the control group. The hypothesis of this research are 1) There is an improvement in the ability of taking decisions about college majors before and after the training. (2) There is a difference between the ability in making decisions about University majors between the experimental groups compared to the control group. The collection of data is done by doing a few methods which are : observation, interview, questionaire, the difficulty scale in making decisions, homework and documentations. The result of the statistic trial using Wilcoxon Signed-Rank Test shows a significant differences between the experimental group before and after the training. There is a 2,91 value of Asymp Sig (1-tailed) (0.014 < ( 0.05) difference. That number shows that the training is effective in order to improve the ability to make a decision in choosing University major. Meanwhile the result of the analytical test using 2 Kolmogorov-Smimov Independent Sample is Asymp Sig (1-tailed) (0.001) < (0.05). This concludes that the students participating in the training shows an improvement in the decision making ability, compared to the students who did not participate in the training. As a follow up, the researcher is doing an evaluation on the reaction, the learning process , the attitude and the result. Also there were round of discussions and interview for the improvement of the development, as another follow up method on every subject which was executed two weeks after the training.

Keyword : Career Decision-Making, Trait-factor career plan training


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GRAFIK xvi

DAFTAR BAGAN xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 12

1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14

1.3.1. Maksud Penelitian ... 14

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 14

1.3.3. Kegunaan Penelitian ... 15

1.4. Metodologi Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18


(4)

2.1.1. Definisi karir ... 18

2.1.2. Perkembangan teori karir ... 20

2.1.3. Pengertian trait and factor... 22

2.1.4. Penanganan karir pendekatan trait and factor... 24

2.1.5. Tahapan penanganan karir trait and factor ... 25

2.1.6. Faktor yang mempengaruhi sebuah pilihan ………. ... 33

2.1.7. Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir ... 36

2.1.8. Fase pengambilan keputusan karir ... 46

2.2 Perkembangan masa remaja ... 49

2.2.1 Tugas perkembangan remaja ... 49

2.2.2 Remaja dan perubahan ... 51

2.2.3 Perkembangan remaja dalam pengambilan keputusan ... 55

2.3 Evaluasi program pelatihan ... 56

2.4 Kerangka pemikiran ... 60

2.5 Asumsi ... 69

2.6 Hipotesis penelitian ... 69

BAB III METODOLOGI ... 70

3.1. Rancangan penelitian ... 70

3.2. Variabel penelitian ... 76

3.2.1 Kemampuan pengambilan keputusan pilihan jurusan dan karir.... 77

3.2.2 Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor.…….…... 78


(5)

3.4 Metode pengumpulan data ... 82

3.4.1 kuesioner ... 82

3.4.2 Alat ukur dan skala pengukuran... 82

3.5 Teknik analisis data ... 88

3.6 Modul pelatihan perencanaan karir ... 89

3.6.1 Tahapan pelaksanaan program pelatihan ... 90

3.6.2 Lama dan tempat pelatihan ... 92

3.6.3 Metode pelatihan ... 92

3.6.4 Media pembelajaran ... 92

3.6.5 Tugas rumah ... 93

3.6.6 Observasi dan dokumentasi ... 94

3.6.7 Evaluasi program dan follow-up ... 94

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 96

4.1 Gambaran Subjek Penelitian... 96

4.2. Hasil analisis kuantitatif... 98

4.2.1. Hasil pretest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen ... 98

4.2.2. Hasil pretest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok kontrol ... 100

4.2.3. Hasil posttest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen ... 102


(6)

4.2.4. Hasil posttest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada

kelompok kontrol ... 104

4.2.5. Hasil perbedaan kemampuan pengambilan keputusan ... 106

4.2.5.1. Hasil analisis pretest-posttest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen ... 107

4.2.5.2. Hasil analisis pretest-posttest tingkat kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok kontrol ... 111

4.2.6. Hasil evaluasi pelatihan perencanaan karir trait-factor ... 117

4.2.7. Hasil follow-up... 119

4.3. Pembahasan hasil penelitian ... 124

4.3.1 Pelatihan perencanaan karir trait-factor pada kelompok eksperimen ... 125

4.3.2 Pelatihan perencanaan karir trait-factor pada kelompok eksperimen ... 125

4.3.3 Reaksi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan perencanaan karir trait-factor ... 132

4.3.4 Pembelajaran yang diperoleh dari pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan perencanaan karir trait-factor ... 134

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 136

5.1. Simpulan ... ... 136


(7)

DAFTAR TABEL

   

 

Tabel A Indikator Alat Ukur CDDQ 84

Tabel B Kategori Kesulitan Pengambilan Keputusan Alat Ukur CDDQ 85

Tabel C Reliabilitas Pengukuran 85

Tabel D Reliabilitas Aspek Alat Ukur 86

Tabel E Analisis Item tiap item Alat Ukur 87

Tabel F Rincian Materi Pelatihan Perencanaan Karir trait-factor 92

Tabel G Hasil Skor Pretest Kesulitan Pengambilan Keputusan

dan Kategori Subjek Penelitian 96

Tabel H Pengelompokkan subjek penelitian dan hasil pretest Kesulitan

Pengambilan Keputusan 97

Tabel I Uji Homogenitas Skor Pretest Pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 98

Tabel J Pretest skor kesulitan pengambilan keputusan pada

kelompok Eksperimen 99

Tabel K Pretest skor kesulitan pengambilan keputusan pada

kelompok Kontrol 101

Tabel L Posttest kesulitan pengambilan keputusan pada


(8)

Tabel M Posttest kesulitan pengambilan keputusan pada

kelompok Kontrol 105

Tabel N Pretest-Posttest skor pengukuran pada

Kelompok Eksperimen 107

Tabel O Uji Wilcoxon Skor pada pada Kelompok Eksperimen

(Sebelum-Sesudah Perlakuan) 108

Tabel P Hasil Pretest-Posttest Aspek Readiness pada

Kelompok Eksperimen (Sebelum-Sesudah Perlakuan) 109 Tabel Q Hasil Pretest-Posttest Aspek Lack of Information

pada Kelompok Eksperimen (Sebelum-Sesudah Perlakuan) 110 Tabel R Hasil Pretest-Postest Aspek Inconsistent Information

pada Kelompok Eksperimen (Sebelum-Sesudah Perlakuan) 110 Tabel S Pretest-Posttest pengukuran pada Kelompok Kontrol 111

Tabel T Uji Wilcoxon Skor pada pada Kelompok Kontrol 112

Tabel U Hasil Pretest-Postest Aspek Readiness pada

Kelompok Kontrol 113

Tabel V Hasil Pretest-Postest Aspek Lack of Information

pada Kelompok Kontrol 114

Tabel W Hasil Pretest-Postest Aspek Inconsistent Information pada


(9)

Tabel X Pretest-Posttest Kemampuan Pengambilan Keputusan

pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol 115 Tabel Y Uji 2 Sampel Independen Kolmogorov-Smirnov Pretest

pada kelompok Eksperimen dan Kontrol 116 Tabel Z Uji 2 Sampel Independen Kolmogorov-Smirnov Posttest

pada kelompok Eksperimen dan Kontrol 116 Tabel AA Evaluasi Program Pelatihan Perencanaan Karir 117

Tabel AB Hasil Follow-up mengenai Rencana tindakan dalam karir 119

                                 


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1.6.1 Perbedaan skor kesulitan dalam pengambilan

keputusan pada Kelompok Eksperimen (Sebelum-Sesudah

Perlakuan)...108 Grafik 4.1.6.2 Perbedaan skor kesulitan dalam pengambilan keputusan

pada Kelompok Kontrol (Sebelum-Sesudah Perlakuan pada


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan Taksonomi Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ………. 43 Bagan Kerangka Pikir ………. 68 Bagan Design Eksperimen ……….. 71 Bagan Alur Pelaksanaan Pelatihan Perencanaan Karir pada kelompok Eksperimen 74 Bagan Alur Penelitian ………... 76 Bagan Proses Mendapatkan Subjek Penelitian ……… 81


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

I. Pengkategorian Pengukuran Kesulitan Pengambilan Keputusan (Tabel L1) II. Pengelompokkan Subjek Penelitian

III.1. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin (Tabel L2) III.2. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Jurusan sekolah

(Tabel L3)

III.3. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Rata-rata Nilai Akademik

(Tabel L4)

III.4 Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Aspirasi terhadap Perguruan Tinggi (Tabel L5)

III.5 Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Aspirasi Pendidikan Tertinggi (Tabel L6)

III.6. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Level Pendidikan orang tua (Tabel L7)

III.7. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Dukungan Orang Tua

(Tabel L8)

III.8. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Dukungan Teman Sebaya

(Tabel L9)

III.9. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Dukungan Guru Sekolah

(Tabel L10)


(13)

(Tabel L11)

III.11. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Integrasi Sosial

(Tabel L12)

III.12. Pengelompokkan Subjek Penelitian berdasarkan Penilaian terhadap kepuasan sekolah (Tabel L13)

IV. Hasil Kuesioner

IV. 1 Hasil Kuesioner Values Inventory (Tabel L14) IV. 2 Hasil Kuesioner Interest Inventory (Tabel L15) IV. 3 Hasil Kuesioner Skill Checklist (Tabel L16)

IV. 4 Hasil Kuesioner Occupational Checklist (Tabel L17) IV. 5 Hasil Kuesioner Pengelompokkan Karir (Tabel L18) IV. 6 Hasil Kuesioner Pengukuran Karir (Tabel L19) IV. 7 Hasil Kuesioner Rencana Tindakan (Tabel L20) IV. 8 Hasil Kuesioner Optimisme Karir (Tabel L21) IV. 9 Hasil Kuesioner Penilaian Sifat Diri (Tabel L22) IV.10 Hasil Kuesioner Karir dan Kesesuaian Diri (Tabel L23) V. Blue Print Angket Evaluasi (Tabel L24)

V. 1 Hasil Evaluasi Pelatihan Perencanaan Karir Trait-Factor Evaluasi Penyelenggaraan (Tabel L25)

Evaluasi Materi Pelatihan (Tabel L26) Evaluasi Trainer (Tabel L27)


(14)

Evaluasi Saran (Tabel L29)

V. 2 Skor Optimisme Karir (tugas rumah) (Tabel L30) V. 3 Hasil Observasi

VI. Materi Pelatihan Perencanaan Karir traif-factor VII Lembar Kerja

VII. 1 Lembar Kerja Values Inventory VII. 2 Lembar Kerja Interest Inventory VII. 3 Lembar Kerja Skill Checklist VII. 4 Lembar Kerja Occupational Choice VII. 5. Lembar Kerja Pengelompokkan karir VII. 6 Lembar Kerja Pengukuran karir VII. 7 Lembar Kerja Rencana Tindakan VII. 8 Lembar Kerja rumah Optimisme Karir VII. 9 Lembar Tugas rumah Penilaian sifat diri VII.10 Lembar Tugas rumah Karir dan kesesuaian VII.11 Lembar Kuesioner Pengerjaan tugas

VIII Kuesioner-kuesioner

VIII.1 Kuesioner Latar Belakang Siswa

VIII.2 Kuesioner Career Decision-Making Difficulties IX Pernyataan izin penggunaan alat ukur


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa salah satu komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah karir, karir juga sangat menentukan kebahagian hidup manusia sehingga tidak mengherankan jika masalah karir praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu orang dewasa. Oleh karena sesuatu yang penting dan diperlukan perhatian maka sewajarnya seseorang akan merasa kebingungan jika dihadapkan dengan pilihan-pilihan karir.

Karir secara spesifik dapat dikatakan aktivitas berkegiatan secara produktif yang memiliki peran besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan psikologis. Secara ekonomis karir dicapai untuk memperoleh penghasilan yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial karir dicapai untuk mendapatkan penghargaan di mata masyarakat, artinya seseorang yang memiliki karir tentu akan mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak memiliki karir dan seseorang yang memiliki karir tertentu secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetensi diri, sehingga dapat dikatakan karir dapat menjadi jalan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.


(16)

Dewasa ini, masyarakat sering memandang sebuah karir sebagai suatu pekerjaan tertentu, sementara menurut kajian literatur pekerjaan tidak serta merta merupakan sebuah karir. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa sementara kata karir (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Oleh karena itu pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar memilih pekerjaan yang sifatnya hanya sementara waktu.

Mengingat betapa pentingnya masalah karir dalam kehidupan dewasa, maka perlu adanya persiapan saat seseorang berada di usia remaja, karena salah satu persiapan untuk memasuki masa dewasa adalah mempersiapkan karir yang dipandang sebagai suatu cita-cita/harapan yang diinginkan, yang menyangkut penghargaan dan pemenuhan kebutuhan. Menurut Donald Super (1975) Perkembangan karir umumnya berawal dari minat dan aspirasi pada suatu bidang pekerjaan, sementara bidang pekerjaan selayaknya merupakan hasil pembelajaran yang spesifik pada pendidikan di jurusan-jurusan yang mengarah pada bidang pekerjaan tersebut, sehingga persiapan karir berawal dari pemilihan bidang jurusan pendidikan ternetu. Dan bagi para siswa-siswi remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, perkembangan karir yang dimaksudkan terkait dengan persiapan memilih jurusan di Perguruan Tinggi.


(17)

Pacinski dan Hirsh (1971:8) memaparkan bahwa siswa di Sekolah

Menengah Atas umumnya mendapat kesempatan pembelajaran yang cukup spesifik untuk mempersiapkan diri memasuki karir sehingga proses pemilihan suatu bidang jurusan di Perguruan Tinggi merupakan faktor penting yang mengarah pada pilihan karirnya.

Sekolah Menengah Atas “XYZ” (SMA “XYZ”) merupakan institusi pendidikan mengenah atas yang berdiri pada tahun 1956 dan merupakan sekolah kategori swasta yang cukup populer di kota Bandung, sebagai institusi pelayanan pendidikan, SMA “XYZ” memiliki komitmen dalam mengutamakan proses pembelajaran Long-Life Education. Pembelajaran Long-Life Education menekankan pada pendidikan yang berorientasi pada tujuan di masa depan (menghadapi dunia kerja dan karir) dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa yang meliputi penanaman nilai-nilai, kualitas prestasi di segala bidang (Hiemstra, Roger, 2002). Berdasarkan tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya SMA “XYZ” berupaya meningkatkan kualitas pembelajarannya untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Terkait dengan permasalahan pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi, peneliti telah mengumpulkan sejumlah informasi yang didapatkan melalui wawancara dan survei awal kepada siswa/I kelas XII yang saat ini telah selesai menempuh ujian nasional, beberapa siswa kelas XI dan kelas X yang akan menghadapi ujian semester untuk kenaikan kelas, selain itu informasi juga didapatkan dari beberapa guru mata pelajaran dan guru bimbingan konseling di sekolah.


(18)

Informasi pertama, mengenai sikap dan antusiasme para siswa/i kelas XII dalam mengikuti ujian saringan masuk Perguruan Tinggi. Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan bahwa sebanyak 119 siswa (65% dari seluruh siswa kelas XII) sudah mengikuti ujian saringan masuk yang dilaksanakan Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri. Hasil yang didapatkan sebanyak 74 siswa (62% dari 119 siswa) sudah dinyatakan lolos masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), baik melalui jalur PMDK maupun sistem gelombang. Sementara 38% sisanya gagal. Hasil dari wawancara singkat kepada beberapa orang siswa kelas XII mengenai alasan mengikuti ujian saringan masuk, bahwa pada umumnya tujuan mereka mengikuti ujian saring masuk hanya ingin sekedar memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh institusi Perguruan Tinggi. Sementara faktor khusus yang mempengaruhi keikutsertaan mereka adalah karena saran dari orangtua, saran dari guru di sekolah dan sekedar mengikuti teman-temannya. Umumnya para siswa kelas XII menggunakan kesempatan untuk mendaftar dan mengikuti ujian saringan masuk pada beberapa Perguruan Tinggi yang dianggap populer di masyarakat, informasi mengenai kepopuleran sejumlah Perguruan Tinggi ini didapatkan dari para alumni, guru-guru dan masyarakat. Kenyataan yang ada bahwa sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (jalur PMDK) dan Perguruan Tinggi Swasta di Bandung membuka program ujian saringan masuk gelombang I mulai pada bulan Desember 2009, tepatnya lima bulan saat siswa duduk di kelas XII (masih dalam kegiatan belajar-mengajar di SMA). Dan dalam beberapa bulan mendatang, situasi ini yang akan dihadapi pula oleh para siswa kelas XI saat naik ke kelas XII mendatang.


(19)

Informasi kedua, untuk menggali informasi berkaitan dengan reaksi atas hasil penerimaan mahasiswa, sebanyak 20 orang siswa kelas XII (27%) dari 74 orang siswa yang sudah dinyatakan lolos pun ternyata masih memiliki keinginan ingin mencoba mengikuti ujian saringan masuk yang dibuka kembali oleh beberapa PTS, alasan para siswa mengikuti kembali adalah untuk mendapatkan tempat kuliah yang sesuai dengan keinginan, menempati pada jurusan yang lebih diminati dan sekedar untuk mendapatkan jurusan cadangan. Sementara bagi siswa yang gagal (73%) sisanya, alasan dari beberapa siswa mensikapi bahwa kegagalannya karena salah pilih jurusan, sementara siswa lainnya merasa tidak siap dan alasan kondisi kesehatan. Walau demikian hampir seluruh siswa menaruh harapan besar untuk diterima pada ujian saringan masuk mahasiswa PTN yang serentak dilakukan pada pertengahan tahun 2010 mendatang.

Informasi ketiga, pelaksanaan ujian saringan masuk Perguruan Tinggi juga dikeluhkan oleh beberapa guru sekolah setempat, umumnya mereka merasa khawatir jika para siswanya tidak benar-benar dan serius memilih jurusan yang sesuai dengan dirinya, saat pembelajaran di kelas banyak ditemukan para siswa/i masih merasa bingung menentukan pilihan jurusan yang akan dipilihnya, sementara waktu pelaksanaan ujian saringan masuk di Perguruan Tinggi yang dirasakan semakin awal dari tahun ke tahun seolah memaksa para siswa/i sudah harus menentukan pilihannya. Menurut guru bimbingan konseling setempat, selama ini memang belum ada kegiatan secara khusus membantu siswa dalam menangani pemilihan jurusan kuliah.


(20)

Informasi keempat, hasil yang didapatkan melalui kuesioner kepada 32 orang siswa kelas XII (baik yang sudah mengikuti dan belum mengikuti ujian saringan masuk), umumnya memiliki jumlah pilihan minat jurusan yang beragam. Terdapat 6% yang memiliki satu pilihan minat jurusan, 25% memiliki dua dan tiga pilihan minat jurusan, sebesar 68% sisanya memiliki lebih dari empat pilihan minat jurusan dan dua orang diantaranya memiliki enam pilihan minat jurusan. Bagi siswa-siswi kelas XI, sebesar 80% (120 orang) dari seluruh jumlah siswa (150 orang) belum memiliki pilihan minat jurusan di Perguruan Tinggi, sementara 20% sisanya (30 orang) sudah menentukan namun masih tidak yakin.

Fenomena kelima, didapatkan informasi bahwa minat-minat jurusan yang dipilih umumnya mengarah pada jurusan yang sama dipilih oleh teman-teman yang lainnya dan terdapat bidang pilihan yang saling tidak selaras, contohnya minat jurusan akuntansi dan seni rupa, minat jurusan kedokteran-hukum dan seni rupa, jurusan biologi- kedokteran-fikom dan hukum. Walau demikian ditemukan pula beberapa siswa yang memiliki minat dalam bidang yang selaras, antara lain jurusan manajemen dan akuntansi, jurusan psikologi dan fikom serta jurusan manajemen dan fikom.

Informasi keenam, menurut guru bimbingan konseling setempat, dari seluruh siswa kelas XII yang berjumlah 170 orang, hanya sebesar 5%-8% yang berinisiatif datang berkonsultasi ke ruang guru bimbingan konseling yang mengeluhkan mengenai masalah pilihan jurusan. Umumnya mereka mengalami kebingungan akan pilihan, belum mengetahui minat, ingin mendapatkan informasi lebih jelas mengenai


(21)

jurusan-jurusan dan ada juga siswa yang masing merasa bingung atas pilihan orang tuanya mengenai pilihannya yang secara jujur tidak diminati. Tujuan kedatangan siswa ke ruang guru bimbingan konseling adalah meminta saran pilihan jurusan dan bebarapa upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling adalah merekomendasikan siswa untuk mengikuti tes minat dan penjurusan di biro psikologi dan mencari informasi lebih luas mengenai prospek jurusan dan pekerjaan, upaya ini pun masih dikeluhkan oleh beberapa siswa bahwa setelah siswa mendapatkan pilihan jurusan yang direkomendasikan, mereka masih mengalami kebingungan untuk mengambil keputusan dan masih belum merasa mantap akan pilihannya. Sementara untuk kelas XI dan kelas X, belum ada satu orang pun yang mendiskusikan mengenai hal tersebut kepada guru BK.

Salah satu fungsi bimbingan dan konseling di sekolah sebagai salah satu fungsi kegiatan bimbingan karir sebagai bantuan dalam perencanaan kegiatan penyelesaian studi dan perkembangan karir siswa. (Depdiknas. dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling, 2003). Sementara sejauh ini, peran dari guru bimbingan konseling di SMA “XYZ” masih dalam tataran pemberian informasi satu arah untuk menjawab pertanyaan siswa mengenai pilihan jurusan yang akan ditempati, hal ini juga berdasarkan hasil pengamatan kepada siswa selama berada di sekolah. Proses bantuan dalam pemberian informasi mengenai bidang-bidang jurusan tampak belum diupayakan. Selama ini diakui bahwa peran guru BK fokusnya lebih diarahkan pada penanganan kesulitan belajar dan belum pada masalah keluhan pilihan jurusan.


(22)

Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan karir di SMA “XYZ” sejauh ini belum berjalan dengan efektif, hal ini didukung oleh informasi bahwa belum banyak guru bimbingan konseling yang memiliki pengetahuan mengenai dunia karir dan pilihan jurusan yang dapat diambil siswa dengan minat dan bakat yang dimiliki. Sementara itu guru BK diharapkan dapat membangun dialog dengan siswa, sehingga mampu memecahkan perselisihan antara orang tua dan siswa itu sendiri dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. (Dra. Fanny Zefanja, Psi, dalam Seminar “Mempersiapkan Siswa Memasuki Perguruan Tinggi”, 2009).

Fenomena ini diperkuat lebih lanjut dari hasil wawancara kepada sepuluh orang siswa mengenai sikap terhadap peran konseling karir di sekolah, seluruhnya mensikapi tidak ada keinginan untuk konseling di sekolah, ada perasaan malas bertemu guru, proses konseling banyak terganggu karena banyak orang dan mensikapi karena waktu proses konseling yang lama. Dengan situasi tersebut penentuan pemilihan jurusan para siswa sering bergantung pada saran teman-teman dan pilihan orang tuanya. Khusus untuk orang tua, tak jarang menuntut harapan dan karir anak-anak mereka yang kurang realistis dan tidak relevan dengan kondisi diri anak-anak mereka yang sebenarnya, hal ini seringkali terjadi konflik yang tidak terselesaikan.

Menurut Crites (1973) dalam studinya mengenai aktivitas memilih jurusan di sekolah, umumnya mereka merasakan kebimbangan saat menentukan pilihan, mengalami kebingungan dan seringkali pilihannya tersebut diarahkan pada pilihan


(23)

orang lain yang dirasakan cukup mengenal dirinya. Menurut Gati (2001) bahwa fenomena yang peneliti sampaikan diatas merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Seluruh fenomena diatas sebagian besar didapatkan dari hasil survei dan pengamatan kepada para siswa siswi kelas XII sebagai tolak ukur informasi, sementara menjadi perhatian khusus bagi siswa kelas XI yang mulai akan mendapatkan penjurusan studi (IPA/IPS) dan persiapan menghadapi situasi pemilihan jurusan dalam beberapa tahun mendatang.

Bagi para siswa-siswi kelas XI, sebagai informasi ketujuh diperoleh data hasil survei yang dilakukan secara acak mengenai rencana pilihan jurusan di Perguruan Tinggi, hasilnya menunjukkan sebesar 86.7% siswa merasa bingung dan tidak tahu pilihan jurusan apa yang akan dipilih, sementara itu dari upaya yang dilakukan sebesar 70% tidak tahu bagaimana membuat pilihan minat jurusan. Melalui kajian fenomena sebelumnya, masalah pemilihan jurusan erat kaitannya dengan beberapa hal diantaranya aspirasi diri, pengaruh pilihan orang lain (orangtua/teman), pertimbangan jurusan yang populer dan tempat kuliah yang bergengsi. Sumber-sumber diatas tampaknya dapat memberikan kesulitan atau kemudahan bagi siswa, Ditemukan siswa yang mensikapi permasalahan tersebut dengan biasa saja karena mereka sudah mampu menentukan pilihan jurusan dan yakin akan pengambilan keputusan yang akan dipilih. Namun dari seluruh fenomena yang disampaikan peneliti umumnya para siswa menunjukkan gejala belum mampunya pengambilan keputusan mengenai jurusan di Perguruan Tinggi sehingga hal ini perlu dilakukan penanganan lebih lanjut.


(24)

Pemilihan jurusan merupakan sebuah momentum penting bagi tahap perkembangan remaja yang ikut menentukan kehidupan di masa depannya, terutama dalam lingkungan pendidikan lanjutnya, karir dan pekerjaan yang akan dijalani. Dewasa ini, banyak penanganan-penanganan masalah karir yang diarahkan untuk membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap pilihan-pilihan karir. Dan salah satu penanganan yang memenuhi validitas dalam tahapan penanganan karir adalah model menggunakan pendekatan trait-factor

(T-F) yang digagas oleh Frank Parson (1909).

Menurut teori T-F, pengambilan keputusan atas pilihan-pilihan yang dilakukan harus sesuai dengan dirinya, salah satu determinan keberhasilan atau pengambilan keputusan yang efektif adalah ditentukan dari kongruensi (kesesuaian) antara disposisi diri personal dengan karakter lingkungan jurusan kuliah. Kesesuaian antara karakter diri dengan pilihan jurusan akan memberikan kualitas keterlibatan individu yang positif dalam studinya, hasil prestasi studi yang baik, stabilitas individu dalam menjalani studinya dan mencapai kepuasan dan kenyamanan berada dalam bidang studi dan karir (Holland, 1985). Menurut teori ini juga bahwa penentuan pilihan jurusan dan karir individu seharusnya adalah hasil dari proses pengenalan diri, pemahaman tentang peluang-peluang karir, dan tindakan mengintegrasikan secara rasional dua domain ini untuk menentukan sebuah pilihan.

T-F merupakan pendekatan pertama sepanjang perkembangan teori dalam upaya penanganan karir, trait adalah karakter yang ada dalam diri individu sementara informasi tentang karakter individu tersebut didapatkan melalui pengukuran.


(25)

Pengukuran karakter yang dipandang sebagai seseuatu yang relatif stabil diantaranya adalah minat (interest), kemampuan khusus (special aptitudes), kepribadian (personality). Sementara factor adalah bukti secara statistik bahwa trait benar-benar ada. Dengan demikian factor dapat diartikan sebagai trait yang sudah terukur dengan berbagai macam alat dengan teknik analisis faktor.

Asumsi dasar teori T-F adalah bahwa pilihan seseorang ditentukan oleh

trait-factor dan lapangan kerja (occupation). Untuk melakukan penanganan ini , terdapat

tiga tahapan yang dilakukan, yaitu pertama dengan mempelajari individu dengan cara menggali informasi tentang diri melalui pengukuran dan kuesioner. Kedua, dengan mempelajari pilihan-pilihan bidang yang ada sehingga individu memperoleh gambaran tentang ciri-ciri, tuntutan, imbalan yang akan diperoleh, dan segala resiko yang terkandung serta tantangan yang akan dihadapi, trend bidang pekerjaan mutakhir, dan peluang sukses dalam pekerjaan tertentu. Dan ketiga, dengan mengintegrasikan tahapan pertama dan kedua, yaitu dengan cara mencocokkan karakter yang dimiliki dengan pilihan pilihan bidang, sehingga individu memliki dasar yang kuat dalam menentukan pilihan, baik untuk jurusan kuliah (major study) maupun karir (career) (Brown, 1989). Pemberian tahapan melalui pendekatan ini harus disesuaikan dengan tingkatan masa usia individu.

Perencanaan karir dengan pendekatan T-F dipandang sebagai kerangka pikir dan sekaligus sebagai dasar penanganan bagi siswa untuk melakukan analisis diri, analisis pekerjaan (misalnya kegiatan bimbingan kelompok yang bertujuan memperoleh gambaran diri vokasional, pemberian dan eksplorasi informasi karir),


(26)

dan mengintegrasikan keduanya sehingga diharapkan siswa dapat mampu mengambil keputusan mengenai pilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Proses penanganan T-F selama ini seringkali menggunakan bentuk konseling, dimana seorang konselor membantu individu secara individu dalam mengatasi keluhan-keluhan yang unik dialami, namun mengingat fenomena dan mempertimbangkan sikap yang kurang positif terhadap bentuk penanganan secara konseling sehingga bentuk penanganan yang dilakukan adalah bentuk dalam bentuk career course atau dikenal dengan pelatihan perencanaan karir (Reardon, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan pelatihan perencanaan karir menggunakan pendekatan trait-factor sebagai suatu teknik perencanaan karir pada siswa Sekolah Menengah Atas untuk memperoleh gambaran mengenai proses dan hasil dari pelatihan yang dilakukan. Gambaran ini akan memperlihatkan efektivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi pada siswa-siswi kelas XI di Sekolah Menengah Atas “XYZ” Bandung.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada siswa-siswi kelas XI di Sekolah Menengah Atas “XYZ” Bandung mengarah pada ketidakmampuan dalam mengambil keputusan dalam memilih jurusan Perguruan Tinggi. Hal ini menjadi perhatian penting mengingat tugas perkembangan pada masa usia remaja sudah harus mulai


(27)

menentukan pilihan-pilihan yang realistis dalam kaitannya dengan karir dan pekerjaan yang diawali dari penentuan bidang studi lanjut (jurusan Perguruan Tinggi). Dalam upaya menangani permasalahan karir yang dialami, para ahli mengupayakan bentuk-bentuk penanganan seputar karir seperti bentuk konseling, bimbingan dan pelatihan karir yang secara umum dilakukan dengan maksud membantu merencanakan dan mempersiapkan karir individu sehingga individu memiliki kemampuan dan keyakinan diri dalam mengambil keputusan terhadap pilihan-pilihan yang ada. Sementara kondisi ketidakmampuan yang dialami individu berbeda antara satu sama lainnya sehingga beberapa pendekatan dalam penanganannya pun dipilih sesuai dengan masalah yang dialami.

Pelatihan merupakan bentuk penanganan yang saat ini populer di masyarakat, mulai dari usia remaja sampai dewasa, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan secara kelompok dan mengarah pada hasil analisa kebutuhan yang pada umumnya teralami oleh sebagian besar individu. Berdasarkan fenomena dan analisa kebutuhan mengenai penanganan dan perencanaan karir, maka pelatihan diarahkan pada perencanaan karir. Trait and factor merupakan pendekatan pertama sepanjang upaya penanganan karir yang bertujuan untuk memahami diri, memahami pilihan-pilihan dan menyesuaikan keduanya. Tujuan-tujuan dalam pendekatan ini diupayakan untuk memberikan informasi secara komprehensif dalam membantu individu untuk memiliki kemampuan mengambil keputusan dalam menentukan pilihan suatu karir tertentu yang diawali dari penentuan bidang jurusan di Perguruan Tinggi yang mengarah pada karirnya mendatang. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan


(28)

pada penelitian ini adalah “ Apakah Pelatihan Perencanaan Karir pendekatan

Trait-Factor efektif dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam

memilih jurusan Perguruan Tinggi pada siswa-siswi kelas XI di Sekolah Menengah Atas “XYZ” Bandung ?”

1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan di Perguruan tinggi.

1.3.2. Tujuan Peneltian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ;

1. Memperoleh data empiris mengenai peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan sebelum dan setelah pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor,

2. Memperoleh informasi mengenai perbedaan kemampuan siswa yang mendapat pelatihan dengan siswa yang tidak mendapat pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor, dan

3. Mendapatkan evaluasi atas reaksi dan proses pembelajaran setelah pelatihan dilakukan.


(29)

1.3.3. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini diarahkan untuk kegunaan yang bersifat praktis dan teoritis.

Kegunaan Praktis

• Bagi pihak sekolah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan secara nyata pada program bimbingan karir yang ada di sekolah setempat sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan di Perguruan Tinggi para siswa.

• Bagi orang tua siswa yang bersangkutan, dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan gambaran kondisi yang dialami siswa dalam rangka peran

support system untuk mengarahkan dan memberikan bimbingan dan

pengawasan di lingkungan keluarga.

• Bagi siswa yang bersangkutan, dapat dimanfaatkan sebagai informasi yang berguna dalam merencanakan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi serta karirnya mendatang.

Kegunaan Teoritis

• Dalam bidang praktek psikologi, hasil peneltian ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu metode intervensi yang efektif untuk meningkatkan


(30)

kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan di Perguruan Tinggi.

• Bagi perkembangan ilmu psikologi pendidikan dan psikologi industri dan organisasi, hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi untuk memperkaya khazanah keilmuan.

• Bagi peneliti lainnya dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4. Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan menggunakan penelitian quasi eksperimen, yaitu mencari hubungan sebab akibat kehidupan nyata. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok yang setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Penelitian eksperimen bersifat prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikat. (Latipun, 2002, h.6). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.


(31)

Desain ini merupakan desain eksperimen yang di dalamnya terdapat dua pengukuran dengan menggunakan dua kelompok partisipan yang berbeda (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen). Adapun sebelumnya akan dilakukan pengukuran pertama (Pretest) terhadap kedua kelompok (kontrol dan eksperimen). Sementara pengukuran yang kedua (Post-test) dilakukan setelah kelompok eksperimen diberikan suatu perlakuan atau suatu (treatment) dalam bentuk pelatihan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan Hasil (Post-test) akan memberikan informasi mengenai perubahan kedua kelompok partisipan setelah dilakukan (treatment) dalam masa inkubasi satu minggu pelatihan berakhir. Perlakuan yang diberikan kepada kedua kelompok partisipan dalam pengukuran ini memberikan dampak perbedaan hasil pengukuran (Pre-test) dan (Post-test) untuk kemudian dibandingkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Penggunaan quasi eksperimen dalam penelitian ini dapat mengukur perubahan yang terjadi pada suatu situasi, fenomena, isu, masalah, atau sikap yang diteliti dan merupakan disain yang paling sesuai untuk mengukur dampak atau efektivitas suatu program. Pengujian hasil pretest dan posttest akan menggunakan statictic non


(32)

136

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian tentang efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas “XYZ” Bandung diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan kemampuan yang signifikan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan berupa pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen sesudah perlakuan lebih meningkat daripada sebelum perlakuan. 2. Ada perbedaan yang signfikan antara kemampuan pengambilan keputusan

pada siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung yang mendapat pelatihan perencanaan karir (kelompok eksperimen) dengan siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung yang tidak mendapatkan pelatihan perencanaan karir (kelompok kontrol). Kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen lebih meningkat daripada kemampuan pengambilan keputusan yang dimiliki oleh kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karir dapat meningkatkan


(33)

137

kemampuan pengambilan keputusan seputar pilihan jurusan Perguruan Tinggi pada siswa-siswi kelas XI di SMA “XYZ” Bandung

3. Hasil evaluasi pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor yang telah diikuti oleh para siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung berhasil mencapai sasaran yang berkaitan dengan kesan positif dari peserta, memperoleh pengetahuan hingga merasakan manfaatnya dalam memahami diri dan untuk pengembangan diri dan tercapainya sasaran dalam penerapan pengetahuan atau materi-materi yang diberikan dalam pelatihan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Perlu dilakukan monitoring yang disertai konsultasi secara individu yang dilakukan oleh pihak sekolah (guru BK secara kontinu dalam rangka proses evaluasi lebih lanjut. Tujuannya untuk melihat sejauhmana pemahaman yang telah dimiliki subjek penelitian dapat dilaksanakan.

2. Kepada para psikolog (pendidikan / industri dan organisasi / konselor karir) dapat disarankan untuk menerapkan pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas sebagai metode yang efektif dalam meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan di Perguruan Tinggi.


(34)

138

3. Kepada peneliti lain, karena situasi pengambilan keputusan pada usia remaja bukanlah peristiwa yang sederhana melainkan suatu kajian yang melibatkan beberapa unsur sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang memberikan pengaruh terhadap situasi pengambilan keputusan

4. Perlu adanya pengembangan dan penelitian-penelitian lain tentang pelatihan perencanaan karir pada permasalahan-permasalahan psikologi yang lain dengan konteks yang lebih luas, sehingga efektivitas metode pelatihan ini memperoleh hasil yang lebih tepat sasaran secara personal dan disarankan untuk melakukan penelitian studi kasus dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Albion, J Majella & Fogarty J. Gerard, 2001, Factors Influencing Career Decision

Making in Adolescents and Adults, University of Southern Queensland,

Toowoomba, Australia

Amir, T., Gati, I., & Kleiman, T. ,2008. Understanding and interpreting career

decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16, 281-309

Brown, D. ,1996. Brown's values-based, holistic model of career and life-role

choices and satisfaction. In D. Brown (Eds.), Career choice and development.

San Francisco: Jossey-Bass.

Brown, Steven & Rector, Christopher, 2007, Toward a Taxonomy of Career

Decision-Making Difficulties. Symposium on Vocational Psychology and Career Guidance Practice: An International Partnership, Padova, Italy.

Brown, S & R. W. Lent, 1997, Handbook of Counseling Psychology. New York:

Wiley.

Cites, J. O. ,1969. Vocational psychology. New York: McGraw-Hill.

Crites, J., & Taber, B. (2002). Appraising adults’ career capabilities: Ability,

interest and personality. In S. Niles (Ed.), Adult career development:

Concepts, issues and practices (pp. 120–138). Tulsa, OK: National Career

Development Association.

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Rosda, Bandung

Gati, I., & Asher, I..,2001. The PIC model for career decision making: Prescreening,

In-depth exploration, and Choice. In F. T. Leong & A. Barak (Eds.)

Contemporary models in vocational psychology (pp. 7-54). Mahwah, NJ:

Erlbaum.

Gati, I., & Blumberg, D. ,1991. Computer versus counselor interpretation of interest

inventories: The case of the Self-Directed Search. Journal of Counseling

Psychology, 38, 350-366.

Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. ,1996.. A taxonomy of difficulties in career


(36)

Holland, J. L. ,1973. Making vocational choices: A theory of careers. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Holland, J. L. ,1986.. The Self-Directed Search. Toronto: The Guidance Centre,

University of Toronto.

Holland, J. L. ,1985. Making vocational choices: A theory of vocational

personalities and environments. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Jones, L. K. ,1987. The Career Key. Chicago: Ferguson.

Krumboltz, J. D. ,1992. The wisdom of indecision. Journal of Vocational Behavior,

41, 239-244.

Lan Sheelley Tien, Hsiu, 2007, Career Decision-Making Difficulties

Perceived by College Students in Taiwan, National Pingtung Teacher College,

Taiwan

Peterson, G. W., Sampson, J. P., Jr., Lenz, J. G., & Reardon, R. C. ,2002.

Becoming career problem solvers and decision makers: A cognitive information processing approach. In D. Brown (Ed.), Career choice and development. San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Pyle, Richard,1986. Group Career Counseling : Principles and Practices.

Educational Resource Information Center (ERIC). University of Michigan

Saka, N., & Gati, I. ,2007. Emotional and personality-related aspects of persistent

career decision-making difficulties. Journal of Vocational Behavior, 40, 340-358.

Saka, N., Gati, I., & Kelly, K. R. ,2008. Emotional and personality-related aspects

of career decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16, 403-424.

Sampson, J. P., Jr., Peterson, G. W., Lenz, J. G., Reardon, R. C., & Saunders, D. E. 1998. The design and use of a measure of dysfunctional career thoughts

among adults, college students, and high school students: The Career

Thoughts Inventory. Journal of Career Assessment, 6, 115-134.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1994. Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persana,


(37)

Sonja Pečjak, Katja Košir, 2007, Personality, Motivational Factors And Difficulties

In Career Decision-Making In Secondary School Students. University of

Ljubljana,Slovenija.

Schmitt, P., & Growick, B..,1985. Trait-factor approach to counseling:

Revisited and reapplied. Journal of Applied Rehabilitation Counseling, 16, 39-42.

Spokane, A. R., & Oliver, L. W. ,1983. The outcomes of vocational intervention. In

S. H. Osipow & W. B. Walsh (Eds.), Handbook of vocational psychology, Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Trihendradi, C. Statistik Inferen Teori Dasar & Aplikasinya Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2007.

Reardon, R., Lenz, J., Sampson, J., & Peterson, G.,2000. Career development and

planning: A comprehensive approach. Pacific Grove, CA:

Wadsworth-Brooks/Cole.

Reardon, R., & Regan, K.,1981. Process evaluation of a career planning course.

Vocational Guidance Quarterly, 29, 265-269.

Reardon, R., Zunker, V., & Dyal, M.,1979. The status of career planning programs

and career centers in colleges and universities. Vocational Guidance

Quarterly, 28, 154-159.

Zunker, Vernon G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning.


(1)

136

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian tentang efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas “XYZ” Bandung diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan kemampuan yang signifikan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan berupa pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen sesudah perlakuan lebih meningkat daripada sebelum perlakuan. 2. Ada perbedaan yang signfikan antara kemampuan pengambilan keputusan

pada siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung yang mendapat pelatihan perencanaan karir (kelompok eksperimen) dengan siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung yang tidak mendapatkan pelatihan perencanaan karir (kelompok kontrol). Kemampuan pengambilan keputusan pada kelompok eksperimen lebih meningkat daripada kemampuan pengambilan keputusan yang dimiliki oleh kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karir dapat meningkatkan


(2)

137

kemampuan pengambilan keputusan seputar pilihan jurusan Perguruan Tinggi pada siswa-siswi kelas XI di SMA “XYZ” Bandung

3. Hasil evaluasi pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor yang telah diikuti oleh para siswa-siswi kelas XI SMA “XYZ” Bandung berhasil mencapai sasaran yang berkaitan dengan kesan positif dari peserta, memperoleh pengetahuan hingga merasakan manfaatnya dalam memahami diri dan untuk pengembangan diri dan tercapainya sasaran dalam penerapan pengetahuan atau materi-materi yang diberikan dalam pelatihan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Perlu dilakukan monitoring yang disertai konsultasi secara individu yang dilakukan oleh pihak sekolah (guru BK secara kontinu dalam rangka proses evaluasi lebih lanjut. Tujuannya untuk melihat sejauhmana pemahaman yang telah dimiliki subjek penelitian dapat dilaksanakan.

2. Kepada para psikolog (pendidikan / industri dan organisasi / konselor karir) dapat disarankan untuk menerapkan pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas sebagai metode yang efektif dalam meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan jurusan di Perguruan Tinggi.


(3)

138

3. Kepada peneliti lain, karena situasi pengambilan keputusan pada usia remaja bukanlah peristiwa yang sederhana melainkan suatu kajian yang melibatkan beberapa unsur sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang memberikan pengaruh terhadap situasi pengambilan keputusan

4. Perlu adanya pengembangan dan penelitian-penelitian lain tentang pelatihan perencanaan karir pada permasalahan-permasalahan psikologi yang lain dengan konteks yang lebih luas, sehingga efektivitas metode pelatihan ini memperoleh hasil yang lebih tepat sasaran secara personal dan disarankan untuk melakukan penelitian studi kasus dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Albion, J Majella & Fogarty J. Gerard, 2001, Factors Influencing Career Decision

Making in Adolescents and Adults, University of Southern Queensland,

Toowoomba, Australia

Amir, T., Gati, I., & Kleiman, T. ,2008. Understanding and interpreting career decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16, 281-309 Brown, D. ,1996. Brown's values-based, holistic model of career and life-role

choices and satisfaction. In D. Brown (Eds.), Career choice and development.

San Francisco: Jossey-Bass.

Brown, Steven & Rector, Christopher, 2007, Toward a Taxonomy of Career

Decision-Making Difficulties. Symposium on Vocational Psychology and Career Guidance Practice: An International Partnership, Padova, Italy. Brown, S & R. W. Lent, 1997, Handbook of Counseling Psychology. New York:

Wiley.

Cites, J. O. ,1969. Vocational psychology. New York: McGraw-Hill.

Crites, J., & Taber, B. (2002). Appraising adults’ career capabilities: Ability, interest and personality. In S. Niles (Ed.), Adult career development:

Concepts, issues and practices (pp. 120–138). Tulsa, OK: National Career

Development Association.

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Rosda, Bandung

Gati, I., & Asher, I..,2001. The PIC model for career decision making: Prescreening, In-depth exploration, and Choice. In F. T. Leong & A. Barak (Eds.)

Contemporary models in vocational psychology (pp. 7-54). Mahwah, NJ:

Erlbaum.

Gati, I., & Blumberg, D. ,1991. Computer versus counselor interpretation of interest inventories: The case of the Self-Directed Search. Journal of Counseling

Psychology, 38, 350-366.

Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. ,1996.. A taxonomy of difficulties in career decision making. Journal of Counseling Psychology, 43, 510-526.


(5)

Holland, J. L. ,1973. Making vocational choices: A theory of careers. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Holland, J. L. ,1986.. The Self-Directed Search. Toronto: The Guidance Centre, University of Toronto.

Holland, J. L. ,1985. Making vocational choices: A theory of vocational

personalities and environments. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Jones, L. K. ,1987. The Career Key. Chicago: Ferguson.

Krumboltz, J. D. ,1992. The wisdom of indecision. Journal of Vocational Behavior,

41, 239-244.

Lan Sheelley Tien, Hsiu, 2007, Career Decision-Making Difficulties

Perceived by College Students in Taiwan, National Pingtung Teacher College,

Taiwan

Peterson, G. W., Sampson, J. P., Jr., Lenz, J. G., & Reardon, R. C. ,2002.

Becoming career problem solvers and decision makers: A cognitive information processing approach. In D. Brown (Ed.), Career choice and development. San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Pyle, Richard,1986. Group Career Counseling : Principles and Practices. Educational Resource Information Center (ERIC). University of Michigan Saka, N., & Gati, I. ,2007. Emotional and personality-related aspects of persistent

career decision-making difficulties. Journal of Vocational Behavior, 40, 340-358.

Saka, N., Gati, I., & Kelly, K. R. ,2008. Emotional and personality-related aspects of career decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16, 403-424.

Sampson, J. P., Jr., Peterson, G. W., Lenz, J. G., Reardon, R. C., & Saunders, D. E. 1998. The design and use of a measure of dysfunctional career thoughts

among adults, college students, and high school students: The Career

Thoughts Inventory. Journal of Career Assessment, 6, 115-134.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1994. Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persana, Jakarta


(6)

Sonja Pečjak, Katja Košir, 2007, Personality, Motivational Factors And Difficulties

In Career Decision-Making In Secondary School Students. University of

Ljubljana,Slovenija.

Schmitt, P., & Growick, B..,1985. Trait-factor approach to counseling:

Revisited and reapplied. Journal of Applied Rehabilitation Counseling, 16, 39-42.

Spokane, A. R., & Oliver, L. W. ,1983. The outcomes of vocational intervention. In S. H. Osipow & W. B. Walsh (Eds.), Handbook of vocational psychology, Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Trihendradi, C. Statistik Inferen Teori Dasar & Aplikasinya Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2007.

Reardon, R., Lenz, J., Sampson, J., & Peterson, G.,2000. Career development and

planning: A comprehensive approach. Pacific Grove, CA:

Wadsworth-Brooks/Cole.

Reardon, R., & Regan, K.,1981. Process evaluation of a career planning course.

Vocational Guidance Quarterly, 29, 265-269.

Reardon, R., Zunker, V., & Dyal, M.,1979. The status of career planning programs and career centers in colleges and universities. Vocational Guidance

Quarterly, 28, 154-159.

Zunker, Vernon G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning.

Second Edition, California: Brooks/Cole Publishing Company