Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XII SMUN-4 Medan.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN LAYANAN

BIMBINGAN KARIR DENGAN PERENCANAAN KARIR

PADA SISWA KELAS XII SMUN-4 MEDAN

S K R I P S I

Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

AUDITA CHRISTINA SILAEN

021301003

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SKRIPSI

Hubungan Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XII SMU Negeri 4 Medan

Dipersiapkan dan disusun oleh

AUDITA CHRISTINA SILAEN 021301003

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 08 April 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Pembantu Dekan I

Prof. dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) Dr.Irmawati, M.Si

NIP. 140 080 762 NIP.

Dewan Penguji

1. Dra. Sri Supriyantini, M.Si Penguji I __________

NIP. 132 282 647 Merangkap Pembimbing

2. Fillia Dina Anggraeni, S.Sos Penguji II __________ NIP. 132 255 302

3. Etti Rahmawati, M.Si Penguji III _________ NIP.


(3)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara April 2008

Audita Christina : 021301003

Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XII SMUN-4 Medan.

xiv + 80 halaman + 16 tabel + 1 gambar + 5 lampiran Bibliograpi 39 (1986-2007)

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir. Perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan membuat penalaran yang rasional sebelum mengambil keputusan mengenai karir yang diinginkan. Pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah penggunaan berbagai layanan-layanan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan pemberian bimbingan karir, yaitu: layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok.

Penelitian ini melibatkan 100 orang siswa kelas XII SMUN-4 Medan dengan menggunakan teknik random sampling. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah skala pemanfaatan layanan bimbingan karir dan alat ukur yang digunakan untuk variabel perencanaan karir adalah skala perencanaan karir, yang mana kedua skala tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan aspek masing-masing variabel yang tercantum dalam landasan teori. Hasil uji coba skala perencanaan karir menunjukkan koefisien reliabilitas dengan nilai alpha 0.902 dan nilai validitas bergerak dari 0.308 sampai 0.623, sedangkan untuk skala pemanfaatan layanan bimbingan karir menunjukkan koefisien reliabilitas dengan nilai alpha 0.960 dan nilai validitas bergerak dari 0.399 sampai 0.746. Aitem-aitem yang valid kemudian disusun ulang dan dijadikan alat ukur penelitian setelah diberi penomoran baru. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisa data korelasi

Pearson Product-Moment dengan menggunakan SPSS version 12.0 for windows.

Hasil utama penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir, dengan nilai korelasi rxy = 0.388 dan  = 0.000 (p < 0.05). Sumbangan efektif dari pemanfaatan

layanan bimbingan karir dalam perencanaan karir sebesar 15%.


(4)

KATA PENGANTAR

Halleluya! Segala puji syukur hanya bagimu Tuhan, sebab hanya Kau yang layak dipuja. Terima kasih Tuhan Yesus, karena hanya berkat dan kasih-Mu yang begitu besar yang memampukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul Hubungan Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir guna memenuhi persyaratan ujian sarjana Psikologi.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih sebesarnya kepada:

1. Bapak Prof.dr.Chairul Yoel, Sp.A(K), selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Para Dekanat Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra.Sri Supriyantini, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan banyak bantuan ide, saran, kritik, dan dorongan pada peneliti selama proses penyusunan seminar dan skripsi. Terima kasih banyak Bu, atas segala kesabaran dan ketulusan Ibu dalam membimbing selama ini. Budi baik Ibu tidak akan pernah peneliti lupakan, kiranya Tuhan memberikan semua yang terbaik untuk Ibu dan keluarga.

4. Ibu Fillia Dina Anggaraeni, S.Sos dan Bapak Ferry Novliadi, M.Si. selaku dosen penguji skripsi ini. Terima kasih atas ketulusan ibu dan bapak yang telah meluangkan waktunya sebagai dosen penguji dan telah memberikan masukan-masukan untuk menyempurnakan penelitian ini.


(5)

5. Ibu Sukaesih, M.Si dan Ibu Etti, M.Si yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penyusunan skala psikologis. Peneliti tidak akan lupa akan hari-hari diskusi itu. Peneliti doakan kiranya Tuhan memberkati Ibu dan keluarga. 6. Ibu Josetta Maria RT, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing dan memberi masukan yang sangat berarti selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Zulkarnaen, S.Psi, Psi. untuk ide, saran, dan kritik yang membangun. 8. Ibu Elvi Andriani, M.Si, Psi. untuk pengertian dan kebesaran hati yang Ibu

berikan sewaktu peneliti mengambil seminar. Saya masih mengingat hari itu, kiranya Tuhan memberikan semua berkat yang terbaik bagi ibu dan keluarga. 9. Ibu Mila, yang sering sekali bertanya kapan peneliti tamat; seluruh dosen dan

staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah membekali peneliti dengan berbagai disiplin ilmu, terima kasih.

10.Bapak Drs.Namora Holong selaku kepala sekolah SMUN-4, Ibu Dra.Supiah dan Ibu Maria selaku guru pembimbing. Bapak Drs.Karbin Tarigan, MPd selaku kepala sekolah SMUN-17 Medan dan Ibu Sinurat selaku guru pembimbing, serta para siswa kelas XII yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam proses pengambilan data di sekolah. 11.Pak Aswan, Pak Iskandar, Ibu Sari, Kak Ari, Kak Devi, Bang Ali, Adek

Perpus, dan staf administrasi lainnya, yang telah membantu dan memberikan penulis kemudahan dalam proses surat perizinan skripsi.

12.Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan kedua orangtua saya. Rasa hormat dan terima kasih peneliti berikan pada ayahanda Drs.T.H.Silaen,Ak,SH. dan ibunda Dra.M.Panjaitan,Ak. yang tercinta, atas


(6)

kesabarannya dalam membesarkan dan mendidik, serta tak henti-hentinya memberikan banyak bantuan moril dan materiil selama ini, terutama untuk BK 6667 KY dan Laptop Acer 3680, dua hal utama yang menjadikan skripsi ini selesai. Maaf, karena sering membuat bapak dan mama kecewa. Anakmu ini tidak akan pernah bisa membalas semuanya itu, hanya Tuhan yang bisa membalas semua kebaikan bapak dan mama. Hanya doa peneliti panjatkan, kiranya kasih Tuhan tetap menyertai bapak, mama, dan anak-anakmu semua. 13.Kakakku dr.Ester Silaen, serta adik-adikku Daniel, David, dan Maria Silaen,

terima kasih banyak untuk dukungan dan semangatnya di dalam masa susah dan senang yang kita lewati bersama. Hidup Pembangunan 124-d!

14.Kedua Opung tercinta atas doa dan pasu-pasunya: Op.Ester Silaen br Sitorus dan Opung Timbo br Napitupulu, semoga Tuhan memberikan umur yang panjang untuk Opung sehingga bisa melihat semua cucunya wisuda.

15.Keluarga besar pomparan Op.Ester Silaen br Sitorus dan pomparan Op.E.Panjaitan, terima kasih untuk kasih sayang dan dukungannya. Dan terutama, dua orang paribanku tersayang; Bossie, yang saat ini jauh menuntut ilmu di Inggris; dan Ando, yang sama-sama kita berjuang di USU itu dari titik nol, kaulah kawan sejatiku!

16.Teman-teman seperjuangan 2002, untuk tahun-tahun yang sudah dilewatkan bersama. Terutama, thanx a lot buat Nazwa (bab.4) dan Christina (PSP!). 17.CadavraGenxQ, sahabat saya selama kuliah. Monika, Minda (partner sejati),

Fadia (thanx a lot buatmu say!), Ellak, dan Nina. Tetap kipkun ya brai… 18.Medan Gaul: Eldha dan Gustrya. Kenangan kita, selamanya yang terindah..


(7)

19.Teman-teman di berbagai Fakultas Psikologi di Indonesia, yang telah menyumbangkan pemikiran, jurnal, dan literatur sejak seminar sampai skripsi. Terima kasih terutama untuk Ruth yang telah membantu pengambilan data, juga untuk K’Vina, K’Wina, Ocha, Adesti, Rolly, Merlin, dan K’ Ayu Azizah. 20.Junior-junior kesayangan: Nani, Novi, Masitah (2005) dan Siti (2006).

21.Seluruh mahasiswa stambuk 1999-2006 yang merasa pernah membantu peneliti di masa perkuliahan.

22.Lembaga bimbingan belajar PIK-SSC Medan tahun 2002 yang membimbing peneliti untuk masuk Psikologi; Pak Harapan selaku pimpinan, dan semua tentor: Bang Septian, Bang Bule, Bang Hendra, Bang Marlon, Bang Robert, Bang Ucung, Bang Santo, Bang Grey, Bang Ronald, Kak Hana, Kak Betti, dan Kak Nelva. Peneliti tidak akan pernah lupa hari-hari penuh kerja keras itu. 23.Teman-teman seperjuangan di PIK-SSC 2002 yang telah lulus di berbagai

disiplin ilmu dari Universitas-Universitas ternama. Terutama, para “lelaki idaman wanita”, sahabat peneliti di waktu-waktu katarsis selama PIK-SSC: Roys, Agustian, Robi, Naor (semoga persahabatan kita bartahan hingga ujung waktu), Adi, Yudi, Mus, Bobo, Oot, Ivan, Edo (selamat yah lagi S2!), serta teman-teman yang lainnya, yang tidak bisa peneliti sebut namanya karena keterbatasan tempat. Semuanya, tetap kipkun yah.. kapan reuni??

24.Sahabat peneliti sejak 1996 di Jayapura, terpisah antar kota, pulau, negara, bahkan benua, semua itu bukan halangan bagi persahabatan kita. Terima kasih untuk persahabatan dan dukungan yang begitu tulus; Mace Acid di Sydney;


(8)

25.Semua pegawai Tama Group atas dukungan dan kerja kerasnya. Ibu Nana, untuk dukungan dan doanya.

26.Para kawula muda dan teman-teman di YM! (halo Dodo!), friendlist FS, dan rekan FB yang telah memberikan semangat dalam berbagai comments.

Semoga semua kebaikan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Tuhan YME.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan baik dalam tata tulis maupun isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan dan bagi penulis sendiri.

Medan, April 2008


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ……… i

Kata Pengantar ………... ii

Daftar Isi ……….…. vii

Daftar Tabel ………. xi

Daftar Gambar ………. xii

Daftar Lampiran ………. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

I.1. Latar Belakang ……….………. 1

I.2. Tujuan Penelitian ………...………. 10

I.3. Manfaat Penelitian ………..……….... 10

I.4. Sistematika Penelitian ………...……….. 11

BAB II. LANDASAN TEORI ………. 13

II.1.Perencanaan Karir ………..….... 13

II.1.1. Pengertian Karir ……….. 13

II.1.2. Pengertian Perencanaan Karir ………. 14

II.1.3. Aspek-Aspek Perencanaan Karir ………. 17

II.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir ………. 17

II.2. Bimbingan ………. 20

II.2.1. Pengertian Bimbingan ………. 20

II.2.2. Tujuan Bimbingan ………... 21


(10)

II.2.4. Bidang Layanan Bimbingan ………... 24

II.2.5. Jenis Layanan Bimbingan ………... 25

II.3. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ………... 27

II.3.1. Definisi Bimbingan Karir ……… 27

II.3.2. Definisi Layanan Bimbingan Karir ……….……… 29

II.3.3. Jenis Layanan Bimbingan Karir ……….. 29

II.3.4. Tujuan Layanan Bimbingan Karir ………... 31

II.3.5. Fungsi Layanan Bimbingan Karir ………... 32

II.3.6. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ………...…….. 33

II.4. Siswa Sekolah Menengah Umum ……….. 36

II.4.1. Siswa SMU Sebagai Remaja ………... 36

II.4.2. Minat Remaja ………..… 36

II.4.3. Perencanaan Karir Remaja ………..… 38

II.4.4. Tipe Perencanaan Karir Remaja ……….. 39

II.5. Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir ………...…. 40

II.6. Hipotesis Penelitian ………... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 43

III.1. Identifikasi Variabel Penelitian ……….………... 43

III.2. Definisi Operasional ……… 43

III.2.1. Perencanaan Karir ……….. 43

III.2.2. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ……… 44


(11)

III.3.1. Populasi ……….. 44

III.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……….. 46

III.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 46

III.4.1. Skala Perencanaan Karir ……… 48

III.4.2. Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ………….……. 49

III.5. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ………... 50

III.5.1. Validitas Alat Ukur ……… 50

III.5.2. Uji Daya Beda Aitem ………... 51

III.5.3. Reliabilitas Alat Ukur ……… 52

III.6. Hasil Uji Coba Alat Ukur ………... 53

III.6.1. Skala Perencanaan Karir ………..……….. 53

III.6.2. Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ……….. 55

III.7. Prosedur Penelitian ……….. 57

III.7.1. Tahap Persiapan ………. 57

III.7.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ……… 61

III.7.3. Tahap Pengolahan Data ………. 61

BAB IV. ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ………. 63

IV.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ……….………... 63

IV.1.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia …….... 63

IV.1.2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 64

IV.1.3. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jurusan Kelas ………... 64


(12)

IV.2. Uji Asumsi Penelitian ………... 65

IV.2.1. Uji Normalitas Sebaran ………... 65

IV.2.2. Uji Linearitas Hubungan ……….... 66

IV.3. Hasil Utama Penelitian ……… 67

IV.4. Deskripsi Data Penelitian ………...….. 68

IV.4.1. Kategorisasi Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir …………. 68

IV.4.2. Kategorisasi Perencanaan Karir ………... 70

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ………. 73

V.1. Kesimpulan ………... 73

V.2. Diskusi ………... 74

V.3. Saran ……….. 75

V.3.1. Saran Praktis ……….. 76

V.3.2. Saran Metodologis ………. 76


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi aitem-aitem skala perencanaan karir sebelum uji coba …... 49 Tabel 2 : Distribusi aitem-aitem skala pemanfaatan layanan bimbingan karir

sebelum uji coba ……….. 50 Tabel 3 : Subjek uji coba alat ukur ……….. 53 Tabel 4 : Aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi setelah uji coba

pada Skala Perencanaan Karir ………...………. 54 Tabel 5 : Distribusi aitem Skala Perencanaan Karir dengan nomor baru ...…… 55 Tabel 6 : Aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi setelah uji coba

pada Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir ……….. 56 Tabel 7 : Distribusi aitem Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

dengan nomor baru …... 57 Tabel 8 : Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia ……...……….. 63 Tabel 9 : Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin …….…..…... 64 Tabel 10 : Gambaran subjek penelitian berdasarkan jurusan kelas …………... 65 Tabel 11 : Uji Normalitas Sebaran ………... 66 Tabel 12 : Korelasi Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

dengan Perencanaan Karir ………... 67 Tabel 13: Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik pemanfaatan

layanan bimbingan karir …………...………... 68 Tabel 14 : Kategorisasi data empirik pemanfaatan layanan bimbingan karir ….. 69 Tabel 15 : Deskripsi data perencanaan karir ………..……….. 70 Tabel 16 : Kategorisasi data empirik perencanaan karir …………...…………... 72


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Data mentah Skala Perencanaan Karir

2. Data mentah Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

LAMPIRAN B

1. Uji Daya Beda Aitem Skala Perencanaan Karir 2. Reliabilitas Skala Perencanaan Karir

3. Uji Daya Beda Aitem Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir 4. Reliabilitas Skala Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

LAMPIRAN C 1. Uji Normalitas 2. Uji Linearitas

3. Korelasi antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir dengan Perencanan Karir

LAMPIRAN D

1. Kategorisasi Perencanaan Karir


(16)

LAMPIRAN E

1. Surat Ijin Penelitian 2. Skala Ukur Try Out 3. Skala Ukur Penelitian


(17)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara April 2008

Audita Christina : 021301003

Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XII SMUN-4 Medan.

xiv + 80 halaman + 16 tabel + 1 gambar + 5 lampiran Bibliograpi 39 (1986-2007)

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir. Perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan membuat penalaran yang rasional sebelum mengambil keputusan mengenai karir yang diinginkan. Pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah penggunaan berbagai layanan-layanan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan pemberian bimbingan karir, yaitu: layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok.

Penelitian ini melibatkan 100 orang siswa kelas XII SMUN-4 Medan dengan menggunakan teknik random sampling. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah skala pemanfaatan layanan bimbingan karir dan alat ukur yang digunakan untuk variabel perencanaan karir adalah skala perencanaan karir, yang mana kedua skala tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan aspek masing-masing variabel yang tercantum dalam landasan teori. Hasil uji coba skala perencanaan karir menunjukkan koefisien reliabilitas dengan nilai alpha 0.902 dan nilai validitas bergerak dari 0.308 sampai 0.623, sedangkan untuk skala pemanfaatan layanan bimbingan karir menunjukkan koefisien reliabilitas dengan nilai alpha 0.960 dan nilai validitas bergerak dari 0.399 sampai 0.746. Aitem-aitem yang valid kemudian disusun ulang dan dijadikan alat ukur penelitian setelah diberi penomoran baru. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisa data korelasi

Pearson Product-Moment dengan menggunakan SPSS version 12.0 for windows.

Hasil utama penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir, dengan nilai korelasi rxy = 0.388 dan  = 0.000 (p < 0.05). Sumbangan efektif dari pemanfaatan

layanan bimbingan karir dalam perencanaan karir sebesar 15%.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam era pembangunan ini, perhatian khusus diberikan pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini harus dikembangkan untuk menjadi sarana pembangunan sebagai pemikir, perencana, penggerak, pelaksana, dan pendukung pembangunan. Pendidikan nasional ditugaskan untuk mengembangkan manusia Indonesia, bukan hanya sebagai tujuan dari pembangunan, tetapi sekaligus sebagai sarana yang memegang kunci sukses atau gagalnya pembangunan itu sendiri. Generasi muda yang sedang menjalani proses perkembangan dengan belajar di institusi pendidikan mempersiapkan diri untuk kelak berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan sebagai tenaga kerja yang tidak bekerja asal kerja, tetapi memegang suatu jabatan yang bermakna bagi pembangunan dan sekaligus mengandung potensi untuk mengembangkan dan memperkaya dirinya sendiri. Karena itu, setiap generasi muda harus dibantu menemukan tempatnya dalam dunia kerja yang sesuai baginya dan sekaligus memberikan sumbangan maksimal bagi pembangunan nasional (Winkel & Hastuti, 2006).

Pemilihan pekerjaan yang diharapkan seseorang tidak dapat terlepas dari serangkaian pendidikan yang harus diselesaikan dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan bidang pekerjaan tersebut melalui


(19)

pemberian bekal keterampilan, wawasan, dan bimbingan yang yang berkaitan dengan dunia kerja (Winkel, dalam Wati, 2005).

Grotevant (dalam Kartini, 2006) mengemukakan bahwa sekolah merupakan konteks sosial yang berpengaruh dalam pemilihan karir remaja. Sebelum memilih karir, di sekolah remaja dapat memperoleh berbagai macam informasi dan pengetahuan lain mengenai alternatif pilihan pendidikan lanjutan dan perencanaan karir melalui proses belajar mengajar dan bimbingan karir. Selanjutnya, Winkel (1991) menyatakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan bidang pekerjaan tersebut melalui pemberian bekal keterampilan, wawasan, dan bimbingan yang berkaitan dengan dunia kerja.

Menurut Levinson & Ohler (2007), tujuan utama dari pendidikan di sekolah ialah untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kehidupan yang mandiri dalam masyarakat. Sekolah menjadi tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan akademis dan kemampuan interpersonal yang diperlukan nantinya agar dapat berfungsi sebagai warga negara yang produktif.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal, maupun


(20)

informal, dengan berbagai jenjang, mulai pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi.

Menurut Hayadin (2006), Sekolah Menengah Umum (SMU) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh anak Indonesia dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Jenjang ini merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan dan masa depan anak Indonesia. Pada jenjang ini anak Indonesia berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pada tahap ini pula anak Indonesia bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan kompetisi.

Menurut Ridwan (2005), siswa SMU dalam fase perkembangannya termasuk dalam kelompok remaja akhir, yaitu berusia 16-18 tahun. Selanjutnya menurut Havighurst (1992) pada usia tersebut remaja telah menaruh minat dalam banyak hal, termasuk diantaranya minat pada pendidikan dan minat pada pekerjaan. Remaja juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui di usia remaja, salah satunya adalah memilih serta mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan.

Super (dalam Brown, 2002) menyatakan usia remaja termasuk dalam fase eksplorasi (exploration stage), yaitu semua individu berusia 15-24 tahun, yang mana tugas perkembangan karir individu adalah perencanaan garis masa depan (crystallization), yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Pada fase ini individu telah memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.


(21)

Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menyatakan bahwa ketika berada di usia remaja individu mulai merumuskan ide mengenai pekerjaan yang sesuai dan mulai mengembangkan konsepsi diri mengenai pekerjaan yang berimplikasi terhadap keputusan tentang pilihan studi lanjutan. Remaja mulai mengenal dan menerima hal-hal yang diperlukan untuk membuat keputusan karir dan memperoleh keputusan lain yang relevan. Remaja mulai menyadari minat dan bakatnya dan bagaimana bakat dan minat itu nantinya berhubungan dengan kesempatan kerja. Remaja juga mulai mampu mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang ada sehubungan dengan bakat dan minat ini serta mengikuti pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan bakat dan minat mereka agar lebih optimal saat bekerja nanti.

Memiliki perencanaan untuk pemilihan karir dan mempersiapkan diri dalam masa transisi dari sekolah ke dunia kerja sangatlah penting dan dapat dikembangkan sedini mungkin. Sayangnya kebanyakan peserta didik tidak memiliki persiapan dan perencanaan sebelum memutuskan pilihan karir mana yang diinginkan (Levinson & Ohler, 2007).

Quint & Plimpton (2002) menemukan bahwa kualitas perencanaan karir peserta didik di sekolah maupun di rumah serta tingkat aktivitas perencanaan dalam pendidikan lanjutan masih rendah. Hal ini dikarenakan sekalipun peserta didik berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi namun mereka tidak juga mengambil langkah-langkah atau melakukan hal-hal penting yang dibutuhkan untuk pendidikan lanjutan.

Penelitian Triana (dalam Wati, 2005) menunjukkan bahwa 45% siswa SMU belum memiliki perencanaan mengenai karir yang akan dipilihnya, karena


(22)

masih mengalami keraguan. Dapat dikatakan siswa belum memiliki perencanaan karir yang terarah.

Menurut Wati (2005), siswa SMU seringkali mengalami kesulitan dan kebimbangan dalam menentukan pilihan Perguruan Tinggi dan jurusan yang hendak dipilihnya. Tidak jarang siswa memilih Perguruan Tinggi tanpa disertai dengan pemahaman yang baik mengenai bakat, minat, dan kemampuan dirinya.

Hal yang sama juga peneliti temui di Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Medan (SMUN-4 Medan). Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada beberapa orang siswa kelas XII saat pra penelitian, diketahui bahwa mereka masih belum mengetahui cita-citanya, masih belum mengetahui jurusan apa yang akan diambil, dan juga masih mengalami kebingungan mengenai pekerjaan yang dinginkan, padahal siswa sudah berada di tingkat akhir yang menurut Super (2002), pada usia mereka seharusnya sudah memiliki perencanaan tentang pendidikan lanjutan atau pekerjaan.

Owens (2002) menyatakan bahwa pada periode remaja, minat pada karir seringkali menjadi pikiran. Hal ini disebabkan karena bagi remaja pada umumnya, masa depan baru merupakan suatu bayangan, suatu konsep yang belum jelas.

Menurut Wati (2005), belum terarahnya perencanaan karir siswa dimungkinkan karena siswa tidak memahami dirinya, tidak hanya bakat, tetapi juga minat, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Padahal, pemahaman diri menjadi hal yang penting bagi individu supaya dapat berperilaku secara realistis, baik dalam pemilihan pendidikan maupun pemilihan karir. Walaupun pemahaman diri tidak merupakan jaminan bagi pengambilan keputusan yang baik, tetapi keputusan yang


(23)

baik tidak mungkin dapat dicapai tanpa adanya gambaran yang realistis tentang kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki.

Menurut Witko, Magnusson, Bardick, & Bernes (2005), sebelum mengambil keputusan mengenai karir terlebih dahulu siswa harus melewati suatu proses yang mengarahkan dalam pengambilan keputusan karir yang disebut perencanaan karir.

Menurut Triana (dalam Wati, 2005), perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dalam dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya. Perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan.

Menanggapi tantangan kehidupan masa depan dan relevansi pendidikan formal dengan tuntutan dunia kerja, maka siswa perlu dibantu untuk mengenal bakat, minat dan kemampuannya serta merencanakan karir yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja (Winkel & Hastuti, 2006).

Dalam memenuhi tugas perkembangan memilih serta mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan, remaja membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya dalam merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya (Mappiare, 2001).

Menurut Rahman (2005), dengan adanya layanan bimbingan, peserta didik akan memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai kehidupan masa depan yang suskes dan bahagia, sebab upaya mengantarkan peserta didik menjadi


(24)

manusia seutuhnya membutuhkan peran dari berbagai pihak, guru saja tidak cukup. Selanjutnya menurut Bandono (2007), adanya pemanfaatan kegiatan bimbingan akan mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif, mengembangkan arah karir dan masa depan.

Akan tetapi, menurut Rahman (2005) belum dimanfaatkannya layanan bimbingan yang diberikan guru pembimbing di sekolah oleh siswa mengakibatkan tidak jarang dijumpai siswa yang mengalami kesulitan di Perguruan Tinggi nantinya, karena bidang yang dipilih ternyata kurang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

Buchori dalam tulisannya di harian Kompas 10 Agustus 1995 (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menguraikan alasan mengapa siswa di sekolah menengah membutuhkan pelayanan bimbingan. Mereka membutuhkan bimbingan dalam cara belajar karena ternyata banyak teknik studi yang tidak dikuasai; bimbingan mengenai karir untuk mengenal pendidikan lanjutan dan dunia kerja karena kebanyakan mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kesempatan kerja yang terdapat di pasaran kerja dan mengenai kesempatan pendidikan/pelatihan tambahan untuk memperbesar peluang memasuki lapangan kerja tertentu dalam era ekonomi informasi dewasa ini; bimbingan sosial untuk memahami proses transformasi sosio-kultural yang sedang berlangsung dalam masyarakat.

Menurut Winkel & Hastuti (2006), sesuai dengan makna pelayanan bimbingan sebagai upaya menopang perkembangan siswa yang optimal, pelayanan bimbingan harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya


(25)

manusia. Bimbingan karir merupakan salah satu ragam bidang bimbingan. Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan yang telah dimasuki.

Kasim (2001) menyatakan bahwa secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu siswa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan mengenai karir di masa depan. Selanjutnya menurut Wati (2005), bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam memahami dirinya dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang memberikan kepuasan bagi dirinya. Tugas guru pembimbing di sekolah adalah memberikan pendampingan dalam kegiatan bimbingan konseling khususnya Bimbingan Karir sebagai sebuah kegiatan merencanakan profesi masa depan.

Menurut Winkel & Hastuti (2006), seluruh kegiatan bimbingan terselenggarakan dalam rangka suatu program bimbingan (guidance program), yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi, selama periode tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Kegiatan-kegiatan bimbingan ini kerap disebut layanan-layanan bimbingan (guidance services), yaitu jalur atau saluran formal untuk memberikan pelayanan kepada siswa, calon siswa, dan mantan siswa.

Sesuai dengan tujuan dan sistem pendidikan nasional, maka pemberian layanan bimbingan karir secara objektif memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam memahami dirinya sendiri, memahami lingkungannya, dan memampukan


(26)

mereka untuk merencanakan masa depannya. Layanan dalam bimbingan karir akan membantu siswa dalam menghadapi masalah-masalah karir, yang bersumber pada kurangnya kompetensi karir, seperti perencanaan karir dan aktualisasi diri mereka sendiri (Surya, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Witko, Magnusson, Bardick, & Bernes (2005) menemukan bahwa perencanaan karir ternyata penting bagi siswa SMU terutama yang berada pada tingkat akhir. Sedangkan penelitian oleh Whiston & Sexton (2007) menemukan bahwa peserta didik sangat memerlukan bantuan konselor dan layanan bimbingan karir dalam hal perencanaan karir dan materi-materi yang terkait dengan pemilihan karir.

Kedua hasil penelitian tersebut sejalan dengan studi sebelumnya oleh Hughey, Gysberg, dan Starr (1993), yang menemukan bahwa perencanaan karir adalah salah satu area dimana kebutuhan akan bimbingan dirasa paling penting bagi siswa. Siswa mengharapkan bantuan dari guru pembimbing melalui layanan bimbingan karir dalam melakukan perencanaan karir.

Dari uraian-uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir. Alasan inilah yang mengarahkan peneliti untuk mengambil judul skripsi: “Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Kelas XII SMUN-4 Medan”.


(27)

I.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk melihat hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir pada siswa kelas XII SMUN-4 Medan.

I.3. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Psikologi terutama Psikologi Pendidikan, khususnya mengenai hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para siswa kelas XII SMUN-4 Medan tentang perencanaan karir yang dimiliki dan pemanfaatan layanan bimbingan karir yang telah mereka lakukan, sehingga diharapkan agar para siswa dapat lebih mematangkan perencanaan karirnya serta mengoptimalkan pemanfaatan layanan bimbingan karir. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan kepada SMUN-4 Medan (kepala sekolah, guru kelas, guru bimbingan konseling, dan staf sekolah) dalam pembinaan karir bagi siswa-siswinya.


(28)

I.4. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab dan masing-masing bab terbagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori variabel-variabel yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai perencanaan karir, bimbingan karir, dan remaja. Bab ini juga mengajukan hipotesa penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian.

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian.


(29)

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab yang terakhir ini akan memberikan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, berbagai kemungkinan yang terjadi engenai alasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan teori yang dipakai, serta saran-saran praktis sesuai dengan hasil penelitian dan saran yang dapat memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti lain.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Perencanaan Karir II.1.1. Pengertian Karir

Sebelum mengenal karir, harus terlebih dahulu mengenal konsep bekerja, pekerjaan, jabatan, lalu karir. Bekerja ialah konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita lakukan karena kita menginginkannya, dan dengan harapan dapat kita nikmati. Pekerjaan adalah posisi ketenagakerjaan dalam suatu jabatan, mungkin kita dapat melakukan banyak pekerjaan dalam suatu jabatan, sebab pekerjaan itu menghasilkan uang yang kita butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun untuk melakukan serta membeli hal-hal yang kita sukai. Jabatan adalah lapangan kerja kita, profesi kita, yang mungkin saja berganti-ganti selama beberapa waktu sepanjang hidup kita. Karir adalah seluruh kehidupan kerja kita. Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita (Corey & Corey, 2006).

Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

Gibson dkk (1995) merumuskan karir sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus


(31)

berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Sedangkan menurut Soetjipto (2002), karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan hidup.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karir adalah rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan dan melibatkan pilihan dari berbagai macam kesempatan yang terjadi akibat interaksi individu dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

II.1.2. Pengertian Perencanaan Karir

Menurut Rosari (2002) perencanaan karir adalah proses yang sengaja dibuat agar individu menjadi sadar akan atribut-atribut yang berkenaan dengan karir personal (personal career related) dan serangkaian panjang tahap-tahap yang menyumbang pada pemenuhan karirnya. Dapat dikatakan juga perencanaan karir adalah proses seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran itu.

Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya menurut Kleineckht & Hefferin (dalam Gail, Janice, Linda & Mary, 2004), perencanaan karir adalah proses penilaian diri dan penetapan tujuan karir yang selalu berkesinambungan.

Witko, Bernes, Magnusson, Bardick (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati sebelum melakukan pengambilan keputusan karir. Perencanaan karir menjadi suatu hal yang penting karena dengan adanya perencanaan karir maka akan mengurangi ketegangan dan


(32)

kekalutan individu dalam mencari informasi karir pengambilan keputusan akan karir yang diinginkan.

Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Kleinknecht & Hefferin (dalam Donner & Wheeler, 2001) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan karir adalah suatu proses berkelanjutan dari penilaian diri dan penetapan tujuan. Sedangkan menurut Crane (1986), perencanaan karir adalah proses individual dalam memilih pekerjaan dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) merumuskan perencanaan karir sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Proses ini mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja.

Menurut Harris-Bowlsbey (1992) perencanaan karir adalah cara dalam memutuskan apa yang ingin individu lakukan dalam hidupnya. Dengan adanya perencanaan karir akan membantu individu dalam melihat gambaran pekerjaan apa yang ideal bagi dirinya. Perencanaan karir akan menentukan apa yang menjadi minat, potensi, dan kemampuan kita, membantu memutuskan apa yang


(33)

terbaik, dan mengarahkan kepada pekerjaan apa yang paling kita sukai untuk dilakukan. Perencanaan karir akan membantu efektivitas keputusan ketika harus memilih karir atau mengubah karir yang berubah sesuai dengan tuntutan jaman.

Menurut Simamora (2001) perencanaan karir adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan karir merupakan proses untuk: (1) menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi; (2) mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir; (3) penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir. Melalui perencanaan karir, setiap idividu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir, dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam perencanaan karir haruslah sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan membuat penalaran yang rasional sebelum mengambil keputusan mengenai karir yang diinginkan.


(34)

II.1.3. Aspek-Aspek Perencanaan Karir

Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu perencanaan karir, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemamahan akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

II.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam membuat perencanaan karir (dalam Winkel & Hastuti, 2006), antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri


(35)

yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.

2) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok idaknya suatu pekerjaan untuk pria dan wanita.

4) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

5) Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

6) Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan yang telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan


(36)

tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat. 7) Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orangtua sendiri dan kakak-adik

sekandung dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan memberi pengaruh besar bagi anak dalam menyusun dan merencanakan karirnya. Orangtua, saudara kandung orangtua, dan saudara kandung sendiri menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.

8) Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu. 9) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi

harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan.


(37)

10)Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dlaam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan. 11)Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orangtua, yaitu

dlaam kondisi keluaarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan maupun pekerjaan di masa mendatang.

II.2. Bimbingan

II.2.1. Pengertian Bimbingan

Rumusan tentang bimbingan muncul sejak dimulainya bimbingan yang pertama kali diprakarsai oleh Frank Parsons tahun 1909. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.

Menurut Gunawan (2001), bimbingan adalah proses bantuan individual untuk membantu siswa mengerti diri mereka dan dunianya. Menurut Schmidt (1993), bimbingan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kurikulum pendidikan yang berhubungan dengan area afektif dan psikologis. Kurikulum bimbingan ini memiliki tujuan yang tepat dan objektif bagi setiap tingkatan kelas dan idealnya diberikan secara terpadu di dalam kelas oleh guru yang bekerja bersama-sama dengan konselor (guru pembimbing) sekolah.


(38)

Menurut Rahman (2003), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

Menurut Miller (dalam Willis, 2004), bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Yusuf & Nurihsan (2005), bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Bimbingan merupakan pemberian bantuan yang menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik itu sendiri.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No.29/1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Bandono, 2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada individu untuk dapat memahami diri dan lingkungan yang terarah kepada pencapaian tujuan yaitu mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

II.2.2. Tujuan Bimbingan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam definisi bimbingan diatas bahwa bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu dengan demikian


(39)

bimbingan menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, menurut Prayitno (dalam Hallen, 2005) pelayanan bimbingan diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

Menurut Prayitno (dalam Hallen, 2005) bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sementara, bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial-ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan da mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya, keluarga, dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi, dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.

II.2.3. Fungsi Bimbingan

Pelayanan bimbingan mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Hallen (2005), fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup:


(40)

1. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

2. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

3. Fungsi Pengentasan yaitu pelayanan bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.

4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan.

5. Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara maksimal.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut.


(41)

II.2.4. Bidang Layanan Bimbingan

Pelayanan bidang bimbingan di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah, dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik (Hallen, 2005).

Menurut Rahman (2003), kegiatan bimbingan secara keseluruhan mencakup empat bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier. Berikut akan diuraikan masing-masing bidang bimbingan.

1. Bimbingan Pribadi. Bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang

diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang di miliki.

2. Bimbingan Sosial. Bimbingan sosial adalah layanan bimbingan yang

diberikan kepada siswa untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

3. Bimbingan Belajar. Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang

diberikan kepada siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Bimbingan Karir. Bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang diberikan

kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.


(42)

Realisasi pelayanan dari keempat bidang bimbingan tersebut dilaksanakan melalui tujuh jenis layanan yang relevan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling pribadi, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

II.2.5. Jenis Layanan Bimbingan

Menurut Hallen (2005), ada tujuh jenis layanan bimbingan yang semuanya mengacu pada bidang-bidang bimbingan, sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

1. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya. Layanan orientasi ditujukan pada siswa baru dan pihak-pihak lain (terutama orang tua/wali siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya. Fungsi utama layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

2. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien) dalam merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga, dan masyarakat. Fungsi utama dalam layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.


(43)

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan, kegiatan co-ekstrakurikuler, pilihan pekerjaan/karir, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadi secara fisik dan psikis. Layanan ini berfungsi dalam hal pencegahan, pemeliharaan, dan advokasi.

4. Layanan Pembelajaran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5. Layanan Konseling Individual, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perseorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya. Layanan ini dilaksanakan untuk seluruh masalah siswa secara individual (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir).

6. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari Guru Pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan


(44)

dan/atau tindakan tertentu dalam berbagai bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir). Fungsi utama layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.

7. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memunginkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; permasalahan yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bmbingan pribadi, sosial, karir, dan belajar). Fungsi utama dalam layanan ini adalah fungsi pengentasan masalah.

Untuk selanjutnya dalam penelitian ini bimbingan hanya akan berfokus pada bidang karir dan bentuk serta isi layanan yang diberikan juga mengacu pada bidang karir. Dari definisi ketujuh jenis layanan tersebut, layanan yang sesuai untuk bimbingan karir adalah layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling individual, dan layanan konseling kelompok.

II.3. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir II.3.1. Definisi Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh Frank Parsons tahun 1909 di Boston, Amerika Serikat, dengan tujuan agar kaum muda mempunyai bekal untuk terjun ke masyarakat. Konsep model Parsons sangat sederhana, yaitu sekedar membandingkan dan mengkombinasikan antara hasil analisis individual dan hasil analisis dunia kerja (Gunawan, 2001).


(45)

Menurut Winkel (1991), bimbingan karir (vocational guidance) ialah bimbingan dalam memilih pekerjaan atau jabatan atau profesi dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang pekerjaan tertentu.

Yusuf dan Nurihsan (2005) mendefinisikan bimbingan karir sebagai bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Sedangkan menurut Hallen (2005), dalam bidang bimbingan karir, pelayanan bimbingan ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karir.

Dengan adanya bimbingan karir di sekolah, diharapkan para siswa mendapatkan bantuan dalam: (1) Mendapat pemahaman yang lebih baik dan akurat mengenai dirinya; (2) Memanfaatkan lebih banyak lagi sumber-sumber kehidupan; (3) Persiapan diri memasuki dunia kerja dan dunia kehidupan umumnya; (4) Pemilihan yang adekuat sesuai dengan lapangan kehidupan yang sesuai; (5) Menyelesaikan masalah spesifik yang berkaitan dengan kerja dan kehidupan sehari-hari; dan (6) Memuat penilaian yang sehat dan objektif terhadap karir (Surya, 2001).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir.


(46)

II.3.2. Definisi Layanan Bimbingan Karir

Layanan bimbingan karir adalah pemberian upaya bantuan dalam bentuk bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir (Rahman, 2003). Sedangkan menurut Gunawan (2001), layanan bimbingan karir adalah strategi dan cara-cara yang digunakan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan dari pemberian bimbingan karir.

II.3.3. Jenis Layanan Bimbingan Karir

Menurut Hallen (2005), ada tujuh jenis layanan bimbingan yang semuanya mengacu pada bidang-bidang bimbingan, sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Dalam bidang bimbingan karir, layanan yang diberikan adalah layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.

1) Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan dalam bimbingan yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Dalam bidang bimbingan karir, materi yang dapat diangkat melalui layanan ini antara lain informasi pendidikan tinggi, informasi jabatan, informasi keberagaman sosial budaya dan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan kerja.


(47)

2) Layanan Penempatan/Penyaluran

Melalui layanan penempatan dan penyaluran, siswa diberi kemungkinan untuk berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karir, kegiatan ekstra kurikuler, program pelatihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Materi yang dapat diangkat antara lain penempatan di dalam kelas, penempatan dan penyaluran kelompok belajar, penyaluran pada kegiatan ekstra dan kokurikuler, penempatan jurusan dan program studi.

3) Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual dalam bimbingan karir memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing bertujuan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami peserta didik sehubungan dengan bidang karir.

4) Layanan Bimbingan Kelompok

Melalui layanan bimbingan kelompok akan melahirkan dinamika kelompok, yang dapat membahas berbagai hal yang beragam yang berguna bagi peserta didik dalam bidang bimbingan karir. Dalam bimbingan kelompok ini, peserta didik akan diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Bimbingan kelompok lebih


(48)

merupakan diskusi mengenai suatu topik tertentu dalam kelompok. Materi yang dapat diangkat dalam bimbingan kelompok bidang karir antara lain:

a. Pemahaman tentang dunia kerja,

b. Pemahaman tentang pilihan dan pengembangan karir

c. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan diri memasuki jabatan/program studi lanjutan dan pendidikan lanjutan

d. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif

e. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain apa adanya.

5) Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok dalam bimbingan karir akan memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan bagi pembahasan masalah mengenai karir/pendidikan lanjutan melalui dinamika kelompok. Dalam layanan konseling kelompok masalah yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan termasuk permasalahan dalam bidang karir/pendidikan lanjutan. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif dalam kelompok, satu persatu tanpa terkecuali, sehingga semua masalah terbicarakan.

II.3.4. Tujuan Layanan Bimbingan Karir

Kasim (2001) menyatakan bahwa secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu siswa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan mengenai karir di masa depan.


(49)

Menurut Winkel & Hatuti (2006), tujuan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa berefleksi atas gaya hidup (life style) dalam berbagai dimensi yang didambakan bagi diriny sendiri yang kerap berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang menjadi pegangan dalam hidup; membantu siswa untuk memilih bidang atau golongan jabatan tertentu dan memulai memandang dirinya sebagai calon pemegang jabatan yang harus memiliki konstelasi kualifikasi tertentu; membantu siswa untuk menyadari berbagai faktor eksternal dan faktor internal yang berpengaruh terhadap perkembangan karir serta mengidentifikasikan senua faktor itu dalam pribadinya sendiri, dalam keluarga, dan dalam masyarakat; membantu siswa untuk menghubungkan aneka faktor itu satu sama lain sehingga mampu membuat pilihan karir secara bijaksana dan bertanggung jawab; serta membantu siswa untuk mengimplementasikan pilihannya dalam suatu rencana persiapan jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang.

Rahman (2003), menyatakan bahwa tujuan pemberian layanan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa agar dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir. Sedangkan Hallen (2005) mengemukakan tujuan pelayanan bimbingan karir adalah untuk mengenal potensi diri, mengembangkan, dan memantapkan pilihan karir.

II.3.5. Fungsi Layanan Bimbingan Karir

Menurut Winkel & Hastuti (2006), fungsi dari bimbingan karir ialah:

1. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum


(50)

pengajaran yang disediakan di sekolah; memilih kegiatan ektrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik di sekolah yang bersangkutan; menentukan program studi lanjutan yang sesuai bagi dirinya setelah tamat dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya di masa mendatang.

2. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.

II. 3.6. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

Menurut kamus pintar Bahasa Indonesia (1995), kata pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang artinya guna atau faedah. Dengan demikian kata pemanfaatan berarti menggunakan sesuatu untuk mendapatkan kegunaan atau faedah dari objek tersebut.

Menurut Kasim (2001), secara umum tujuan dari pemberian bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu siswa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan mengenai karir di masa depan. Sedangkan menurut Rahman (2003), tujuan pemberian layanan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa agar dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah penggunaan layanan-layanan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan pemberian bimbingan karir, yaitu mengenal dan pemahaman diri agar dapat melakukan perencanaan,


(51)

pengembangan, pemantapan pilihan dalam melakukan pengambilan keputusan karir atau pendidikan lanjutan.

Pemanfaatan layanan ini dapat dilakukan siswa pada guru BK yang memberikan layanan dengan berbagai cara. Pada guru BK, siswa dapat melakukan diskusi, konsultasi, konseling, bertanya, debat kelompok, menyuarakan ide dan pikiran, meminta brosur, membaca buku-buku panduan BK, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi-materi bimbingan karir (Winkel & Hastuti, 2006). Selanjutnya, menurut Hallen (2005), ada lima jenis layanan-layanan yang dapat dimanfaatkan oleh siswa, yaitu:

1) Pemanfaatan Layanan Informasi

Dalam bidang bimbingan karir, layanan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa antara lain informasi pendidikan tinggi, informasi jabatan, informasi keberagaman sosial budaya dan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan kerja.

2) Pemanfaatan Layanan Penempatan/Penyaluran

Pemanfaatan layanan ini berarti siswa dapat bertanya atau berkonsultasi pada Guru BK mengenai penempatan di dalam kelas, penempatan dan penyaluran kelompok belajar, penyaluran pada kegiatan ekstra dan kokurikuler, penempatan jurusan dan program studi yang sesuai dengan diri siswa tersebut.


(52)

3) Pemanfaatan Layanan Konseling Individual

Pemanfaatan terhadap layanan ini berarti siswa bebas untuk melakukan konseling secara pribadi (individual) bersama Guru BK untuk membahas dan mengentaskan segala permasalahan yang dialami siswa sehubungan dengan bidang karir.

4) Pemanfaatan Layanan Bimbingan Kelompok

Pemanfaatan layanan bimbingan kelompok berarti siswa menggunakan dinamika kelompok yang dibentuk Guru BK dalam kelas untuk mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Adapun hal-hal yang didiskusikan bersama antara lain:

a) Pemahaman tentang dunia kerja,

b) Pemahaman tentang pilihan dan pengembangan karir

c) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan diri memasuki jabatan/program studi lanjutan dan pendidikan lanjutan

d) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif

e) Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain apa adanya.

5) Pemanfaatan Layanan Konseling Kelompok

Pemanfaatan layanan konseling kelompok mengandung arti siswa dapat menceritakan masalah yang dialaminya dalam sesi konseling bersama Guru BK dan beberapa siswa lain melalui pertemuan (konseling) khusus. Dalam konseling


(53)

kelompok, siswa dapat berperan aktif untuk membantu memecahkan masalah siswa lain dengan menyumbangkan pemikirannya.

II.4. Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU)

II.4.1. Siswa SMU Sebagai Remaja 

Siswa SMU sebagai kelompok sosial menurut fase perkembangannya masuk dalam kelompok remaja akhir, yaitu berusia 16-18 tahun. Siswa SMU sebagai remaja secara psikologis, adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja, memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock, 2004).

II.4.2. Minat Remaja

Menurut Hurlock (2004), pada masa remaja terjadi perubahan minat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Ada tujuh minat utama pada masa remaja, yaitu (1) minat rekreasi; (2) minat sosial; (3) minat-minat pribadi; (4) minat pendidikan; (5) minat pekerjaan; (6) minat pada agama; dan (7) minat pada simbol dan status.

Dalam kaitanya dengan perencanaan karir remaja, ada dua minat remaja yang penting, yaitu:


(54)

1. Minat pendidikan. Minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang memerlukan pendididkan tinggi, maka mereka akan mengangap pendidikan sebagai batu loncatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja pada pendidikan antara lain: sikap teman sebaya, sikap orangtua, nilai-nilai, sikap terhadap guru, keberhasilan remaja dalam mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan derajat dukungan sosial.

2. Minat pada pekerjaan. Anak sekolah menengah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi pikiran. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, individu belajar membedakan anatara pilihan pekerjaan yang disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja yang lebih tua akan lebih memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu dilakukan. Semakin mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, semakin ia kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan. Selain itu remaja juga memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Karena sikap terhadap perkejaan lambat kaun menjadi realistik, sebagian besar remaja mengubah pandangannya tentang penjajakan dan mungkin bekerja sambilan sesudah pulang sekolah. Pengalaman kerja akan memberikan informasi lebih banyak sehingga dapat dijadikan dasar dalam membuat keputusan akhir mengenai karir.


(55)

II.4.3. Perencanaan Karir Remaja

Winkel & Hastuti (2006) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dihadapi oleh siswa remaja antara lain adalah mengembangkan rasa tanggung jawab, sehingga dapat melepaskan diri dari ikatan emosional yang kekanak-kanakan dan membuktikan diri pantas diberi kebebasan yang sesuai dengan umurnya; mempersiapkan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa; memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita (sexual role); merencanakan masa depannya di bidang studi dan pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan masyarakat yang nyata. Tantangan pokok bagi siswa remaja terletak dalam hal membentuk diri sendiri dan menginternalisasi seperangkat nilai dasar kehidupan (value) yang patut diperjuangkan.

Selanjutnya Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menyatakan bahwa ketika berada di usia remaja individu mulai merumuskan ide mengenai pekerjaan yang sesuai dan mulai mengembangkan konsepsi diri mengenai pekerjaan yang berimplikasi terhadap keputusan tentang pilihan studi lanjutan. Remaja mulai mengenal dan menerima hal-hal yang diperlukan untuk membuat keputusan karir dan memperoleh keputusan lain yang relevan. Remaja mulai menyadari minat dan bakatnya dan bagaimana bakat dan minat itu nantinya berhubungan dengan kesempatan kerja. Remaja juga mulai mampu mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang ada sehubungan dengan bakat dan minat ini serta mengikuti pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan bakat dan minat mereka agar lebih optimal saat bekerja nanti.


(56)

Menurut Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) perencanaan garis besar masa depan (crystallizaion) terjadi antara umur 14 sampai 18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Perencanaan karir merupakan tugas perkembangan karir pada fase eksplorasi (exploration), dari umur 15 sampai 24 tahun, dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Fase ini merupakan fase paling penting sesudah fase paling awal yang harus dilalui pertama kali, yaitu fase pengembangan (growth), dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure).

II.4.4. Tipe Perencanaan Karir Remaja

Menurut Kerr & Lally (2005), ada dua tipe perencanaan karir bagi siswa yang duduk di bangku sekolah menengah, yaitu:

1) Early Career Plans, adalah siswa yang telah mampu memahami dirinya sendiri, mengetahui karir profesional seperti apa yang dicita-citakannya, mengetahui langkah apa yang sebaiknya diambil dan memiliki perencanaan yang baik untuk mencapai karir tersebut.

2) Late Career Plans,adalah siswa yang tidak mampu juga mengenali bakat dan minatnya, tidak mempunyai rencana tentang kerja dan karir di masa depan, dan kalaupun mereka merencanakan, maka yang direncanakan itu tidak sesuai dengan tujuan karir yang ingin dicapai.


(57)

II.5. Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir

Mappiare (2001) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.

Menurut Witko et.al. (2005), perencanaan karir menjadi suatu hal yang penting karena dengan adanya perencanaan karir maka akan mengurangi ketegangan dan kekalutan siswa dalam mencari informasi karir untuk pengambilan keputusan akan karir yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh Witko et.al (2005) menemukan bahwa perencanaan karir ternyata penting bagi siswa SMU. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana (dalam Wati, 2005) bahwa perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan.

Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan karir dan persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya Triana (2004, dalam Wati, 2005) menyatakan bahwa perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dalam dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan karir, remaja membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya dalam merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya.


(58)

Kosteck-Bunch (dalam Turner & Lapan, 2002) menyatakan bahwa dasar program bimbingan karir di sekolah bertujuan untuk memberi bantuan kepada siswa mengenai informasi pendidikan dan perencanan karir serta memberikan bantuan materiil dan sumber-sumber yang diperlukan.

Menurut Rahman (2003), inti dari pemberian layanan bimbingan adalah pengembangan diri. Dengan demikian seluruh peserta didik berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi. Sependapat dengan pernyataan diatas, Wati (2005) menyatakan bahwa pemahaman diri menjadi hal yang penting bagi individu supaya dapat berperilaku secara realistis, baik dalam pemilihan pendidikan maupun pemilihan karir.

Bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam memahami dirinya dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya. Agar siswa dapat mengambil keputusan yang tepat, maka layanan dalam bimbingan karir membantu siswa memahami diri, tidak hanya bakat tetapi juga minat, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Pemahaman diri menjadi hal yang penting dalam perencanaan karir supaya individu dapat berpikir realistis, baik dalam pemilihan maupun pemilihan karir. Walaupun pemahaman diri tidak menjadi jaminan bagi pengambilan keputusan yang baik, tetapi keputusan yang baik tidak mungkin dapat dicapai tanpa adanya gambaran yang realistis tentang kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki (Wati, 2005).

Akan tetapi, belum dimanfaatkannya layanan bimbingan karir yang diberikan guru pembimbing di sekolah oleh siswa mengakibatkan tidak jarang


(59)

dijumpai mahasiswa yang mengalami kesulitan di Perguruan Tinggi karena bidang yang dipilih ternyata kurang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Apabila layanan bimbingan karir dimanfaatkan sebaik mungkin, hal ini dapat mengurangi kecemasan peserta didik dalam merencanakan masa depannya, karena dengan bimbingan karir peserta didik dibantu untuk memahami dirinya dan potensinya serta memahami dunia kerja yang berguna dalam perencanaan sebelum mengambil keputusan penting mengenai karir masa depan atau pendidikan lanjutan yang diinginkan (Wati, 2005).

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa melalui pemanfaatan layanan bimbingan karir maka siswa akan terbantu untuk memahami dan mengenal potensi dirinya dan hal ini akan memudahkan mereka dalam perencanaan karir. Semakin dini perencanaan karir dilakukan maka akan mengurangi kekalutan dan kesalahan pengambilan keputusan di masa depan mengenai pilihan karir dan pendidikan lanjutan yang diinginkan.

II.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir. Diasumsikan bahwa semakin sering pemanfaatan layanan bimbingan karir maka semakin terarah perencanaan karir siswa. Sebaliknya, semakin jarang pemanfaatan layanan bimbingan karir maka semakin tidak terarah perencanaan karirnya.


(1)

dalam buku rapor dan dianggap hanya dibutuhkan oleh teman yang bermasalah (Winkel & Hastuti, 2006).

Berdasarkan kategorisasi perencanaan karir, subjek umumnya (40%) tidak tergolongkan dalam kategori perencanaan karir terarah atau perencanaan karir tidak terarah, mereka masih mengalami keraguan dalam perencanaan karirnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sumbangan efektif pemanfaatan layanan bimbingan karir oleh subjek penelitian dalam perencanaan karir sebesar 15%, artinya ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi subjek dalam perencanaan karir sebesar 85%.

Menurut Winkel & Hastuti (2006) banyak faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak yang duduk di jenjang akhir sekolah menengah umum dalam membuat suatu perencanaan karir; diantaranya tingkat sosial ekonomi, kondisi masyarakat, peranan keluarga inti dan keluarga besar, keadaan fisik dan jasmani, pergaulan dengan teman sebaya, dan lain sebagainya; yang mana kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam membuat suatu perencanaan karir, sebab ia terlebih dahulu harus menyesuaikan keinginan dan rencana-rencananya dengan kondisi realita yang dimilikinya.

V.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan diskusi dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran. Saran-saran berikut ini diharapkan berguna bagi perkembangan pihak sekolah, siswa, manajemen, maupun studi ilmiah tentang pemanfaatan layanan bimbingan karir dan perencanaan karir.


(2)

V.3.1. Saran Praktis

V.3.1.1. Saran Bagi Siswa Kelas XII SMUN-4 Medan

1. Mengingat pentingnya perencanaan karir, siswa diharapkan dapat memanfaatkan layanan bimbingan karir semaksimal mungkin; mencari informasi ataupun berkonsultasi dengan Guru BK, sehingga perencanaan karir siswa menjadi lebih terarah

2. Siswa dapat mengusulkan tema-tema yang dirasa perlu untuk diketahui Guru Pembimbing mengenai karir tertentu diluar tema-tema yang pernah disampaikan oleh Guru Pembimbing.

V.3.1.2. Saran Bagi Pihak Sekolah SMUN-4 Medan

1. Guru Pembimbing diharapkan mampu memberikan layanan bimbingan karir yang bervariasi serta bersikap lebih proaktif dan persuasif sehingga siswa kelas XII SMUN-4 Medan mau memanfaatkan layanan bimbingan karir.

V.3.2. Saran Metodologis

1. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah pemanfaatan layanan bimbingan karir dan perencanaan karir dapat melakukan penelitian dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas cakupan sampel dari sekolah swasta, atau menggunakan sampel yang berbeda pada subjek yang duduk di kelas X dan XI.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan variabel-variabel lain yang diperkirakan mempengaruhi perencanaan karir siswa, seperti status ekonomi sosial orangtua, peranan keluarga, dan pergaulan dengan teman sebaya.


(3)

3. Menambah jumlah aitem pada skala perencanaan karir, sehingga proporsional dengan aitem skala pemanfaatan layanan bimbingan karir.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2000). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

________ (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bandono. (2007). Program kerja BK 2007. [On-line: 7-11-2007]. FTP: http://programkerjabk/sma07/seveners/mr.bands/pdf.

Brown, D. (2002). Career Choice and Development (4th ed). United States of America : Jossey-Bass.

Corey, G., Corey, M. S. (2006). I Never Knew I Had A Choice : Exploration In

Personal Growth (8th ed). United States of America : Thomson

Brooks-Cole Corp.

Craig, G. J. (1996). Human Development. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.

Crane, D. P. (1986). PERSONNEL : The Management Of Human Resources (4th ed). Boston, Massachusetss : Wadsworth, Inc.

Ermananti., Priyatno. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.

Gunawan, Y. (2001). Pengantar Bimbingan dan Konseling : Buku Panduan

Mahasiswa. Jakarta : Prehallindo.

Gibson. (1995). Titik ekonomi unair. [Online: 14-12-2006]. FTP: http://www.damandiri.or.id/file/titikekonomiunairbab2.pdf.

Hadi, S. (2000). Metodologi Penelitian (Jilid 1). Yogyakarta : ANDI.

Hallen, A. (2005). Bimbingan dan Konseling (Edisi Revisi). Jakarta : Quantum Teaching.

Harris-Bowlsbey, J. (2002). Career Development Interventions In The 21st

Century. Upper Saddle River, New Jersey : MerrilPrentice-Hall.

Hayadin. (2006). Pengambilan keputusan profesi pada siswa jenjang pendidikan menengah (Survei pada SMA, MA, dan SMK di DKI Jakarta). Jurnal


(5)

Hughes, K. L., Karp. M. M. (2004). A school-based career development : A

synthesis of literature. [On-line: 26-12-2006]. FTP:

http://216.109.125.130.search/cache?p

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga.

Kartini, T. (2006). Hubungan pola interaksi guru BP dengan remaja dalam layanan bimbingan karir dan kemandirian remaja dengan eksplorasi

dan komitmen identitas vokasional remaja akhir. [On-line:

27-10-2006]. FTP: http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=68.

Kasim, A. (2001). Bimbingan Konseling di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Bimbingan Konseling Universitas Negeri Jakarta.

Kerr, G. A., Lally, P. S. (2005). The career planning: athletic identity and student role identity of intercolligate student athletes. American Alliance for

Health, Physical Education, Recreation, and Dance, 78, 275-285.

Kosteck-Bunch, L. (2000). Guidance and placement. [On-line: 10-11-2006]. FTP: http://www.dese.state.mo.us./divvoced/guid/.

Kristanto, R.S. (2000). Paradigma baru dalam mengembangkan karir di abad 21.

Fokus Ekonomi. [On-line: 14-12-2006]. FTP : http://

www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal/EDISI

_AGUSTUS_2003/PARADIGMA_BARU_DALAM_MENGEMBA NGKAN_KARIR_DI_ABAD_21.htm.

Mappiare, A. (2001). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Owens, K. B. (2002). Child and Adolescence Development: An Integrated

Approach. United States of America : Woodsworth Group.

Ridwan. (2005). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sapri, E. R. (2006). Cita-cita anak versus keinginan orangtua. [On-line:

15-11-2006]. FTP: http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0604/13/hikmah/utama2.htm.

Schmidt, J. (1993). Counseling in School: Essentials Services and Comprehensive Programs. Boston : Allyn & Bacon.

Simamora. (2001). Titik ekonomi unair. [On-line: 14-12-2006]. FTP: http://www.damandiri.or.id/file/titikekounairbab2.pdf.


(6)

Soetjipto. (2002). Titik ekonomi unair. [On-line: 14-12-2006]. FTP: http://www.damandiri.or.id/file/titikekounairbab2.pdf.

Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta : UI Press.

Surya, M. (2001). Kebutuhan bimbingan karir di Indonesia. [On-line:

10-12-2006]. FTP: http://www.spc.org.sg/9thARACD/CAREER%20GUIDANCE%20IN

%20INDONESIA.doc.

Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.

Wati, C. L. (2005). Sikap siswa terhadap layanan bimbingan karir di SMA Tarsius Vireta Tangerang. Psiko-Edukasi. Jurnal Pendidikan, Psikologi, dan

Konseling, 3, 112-127. Jakarta : Atmajaya.

Wilson, J. A. (2006). Career Planning. [On-line: 18-10-2006]. FTP: http://www.does.dc.gov/does/cwp/view,a,1233,q,538499.asp.

Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Cetakan VII). Jakarta : Grasindo.

Winkel, W. S., Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan (Edisi Revisi, Cetakan Kelima). Jogjakarta : Universitas

Sanatha Dharma, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Witko, K., Magnusson, K., Bardick, A. D., Bernes, K. B. (2005). Senior high school career planning : what student want. Journal of Educational

Enquiry, 6, 33-49. [On-line: 26-12-2006]. FTP:

http://72.14.234.104/search?q=cache:CZ_KO3TmlAoJ:nr.stic.gov.tw/ ejournal/

Yasyin, S. (1995). Kamus Pintar Bahasa Indonesia: dengan EYD & Kosakata Baru. Surabaya : Amanah.

Yusuf, S., Nurihsan, A. J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY KARIR DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KAB.DEMAK

21 65 155

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIER DAN SELF- Hubungan Layanan Bimbingan Karier Dan Selfefficacy Dengan Keputusan Karir Siswa.

0 1 16

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DAN SELF EFFICACY DENGAN KEPUTUSAN KARIR SISWA Hubungan Layanan Bimbingan Karier Dan Selfefficacy Dengan Keputusan Karir Siswa.

1 2 22

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA SISWI KELAS XII SMK NEGERI 4 SURAKARTA Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Siswi Kelas XII SMK Negeri 4 Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Siswi Kelas XII SMK Negeri 4 Surakarta.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA SISWI KELAS XII SMK Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perencanaan Karir Pada Siswa Siswi Kelas XII SMK Negeri 4 Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL Hubungan Layanan Bimbingan Karir Dan Dukungan Keluarga Dengan Kematangan Vokasional Siswa SMP.

0 3 15

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL Hubungan Layanan Bimbingan Karir Dan Dukungan Keluarga Dengan Kematangan Vokasional Siswa SMP.

1 3 17

PERENCANAAN KARIR siswa smk DAN

0 1 14

LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XI MIA 3 DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MEDAN

4 12 150