Efektivitas Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Pemilihan Karir Siswa Sma Cahaya Medan

(1)

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN PEMILIHAN KARIR SISWA SMA CAHAYA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

OLEH :

YOSUA PARADY PURBA 050902061

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Yosua Parady Purba

Nim : 050902061

ABSTRAK

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN PEMILIHAN KARIR SISWA SMA CAHAYA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 29 tabel, 9 lampiran, serta 27 kepustakaan)

Salah satu upaya pemenuhan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menyoroti bidang pendidikan. Peran dan tanggungjawab guru dalam dunia pendidikan sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan dari seorang guru yaitu guru Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karir di masa mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kemampuan siswa memanfaatkan bakat, potensi dan kemampuan mereka agar memiliki masa depan yang cerah nantinya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang terdapat di Medan yaitu di SMA Cahaya Medan.

Sampel dari penelitian ini adalah siswa SMA Cahaya Medan kelas XI dan kelas XII yang berjumlah 79 orang. Hal ini dilakukan mengingat salah satu objek penelitian ini aalah bimbingan karir, sehingga kelas X tidak diikut sertakan dalam populasi penelitian. Sampel diambil dengan menggunakan penarikan sampel

proporsional stratified random sampling. Metode yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif dengan analisa data kualitatif. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data tunggal.

Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Cahaya Medan, memperlihatkan bahwa program bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan pemilihan karir siswa, berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini terbukti dengan intensitas bimbingan, kemampuan guru bimbingan membantu siswa dalam penyelesaian masalah siswa dan kemampuan siswa itu sendiri memahami bakat dan potensi yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Bahkan siswa-siswa mampu memilih sendiri karirnya kini dan kelak, terutama setelah bimbingan dengan guru bimbingan mereka. Siswa juga sudah mengetahui dan mampu untuk mengatasi resiko yang akan dihadapinya dengan karir yang mereka pilih. Keefektifan layanan bimbingan konseling tercipta karena tercapainya kesejahteraan bagi siswa di SMA Cahaya Medan.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Yosua Parady Purba

Nim : 050902061

ABSTRACT

GUIDANCE COUNSELING EFFECTIVENESS OVERCOME DIFFICULTIES IN STUDENT SELECTION SMA CAHAYA’S CAREER

MEDAN

(Thesis consists of 6 chapters, 94 pages, 29 tables, 9 appendix, and 27 libraries) One effort to fulfill the quality of human resources is to highlight the field of education. Roles and responsibilities of teachers in education as a crucial component of successful schools create quality human resources and competitive advantages which will become the future generation to realize it needed the services of a teacher of Guidance and Counseling teachers in an effort to provide direction and guidance to students in determine the future career. Without the guidance and direction from teachers, guidance and counseling students will not get a picture of the future tailored to their talents, potential and capabilities. The problem that arises is how the students' ability to utilize the talent, potential and their ability to have a bright future will be. For this reason this study was conducted in one school located in the Medan Medan Cahaya in high school.

Samples from this study are Cahaya high school’s student class XI and XII classes totaling 79 people. This thing did remember to career guidance is one of the objects of study. Samples taken by using proportional sampling stratified random sampling. The method used is descriptive research method with qualitative data analysis. Data screening instruments used are questionnaires and interviews, and tabulation of data contained in a single data tabulation.

The Cahaya high school study results showed that guidance counseling programs in career selection to overcome the difficulties students worked well and effectively. This is evidenced by the quantity of guidance with counselor, ability of counselor to helping student to solve hiss problwm, ability of students to understand the talent and potential by itself. Even students can choose their own future career, especially after counseling with the guidance of their teachers. Students also have to know and be able to overcome the risk being faced with a career they choose. Efectivity of guidance and counseling get because welfare of student on Cahaya high school was get too.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “EFEKTIFITAS BIMBINGAN KONSELING

DALAM MENGATASI KESULITAN PEMILIHAN KARIR SISWA SMA CAHAYA MEDAN”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus buat kedua orang tuaku tercinta Drs. M. Purba dan I. Situmorang yang sudah menjadi semangat buat saya serta keluarga besar Purba dan Situmorang yang telah mendukung penulis selama ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis menghaturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Tuti Atika MSP, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih Bu sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya

4. Seluruh dosen FISIP USU, khususnya dosen-dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU.

5. Sr. Ludovika Situmorang, S. Psi sebagai kepala sekolah SMU Cahaya, Bapak J. Siagian sebagai wakil kepala sekolah urusan kesiswaan yang telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian di SMA Cahaya terutama saat pengumpulan data serta semua staf yang ada di SMA Cahaya. 6. Kepada semua siswa/siswi SMU Cahaya yang bersedia sebagi responden

dalam melakukan penelitian ini.

7. Buat Orang tua terkasih Bapak Drs. M. Purba dan Ibunda tersayang I. Situmorang dan buat adik-adik tercinta Shinta Theresia Purba, Hestifa Adelina Purba, Johanes Hendro Purba,Saut Purba yang selalu mendukung dan mensuport serta selalu memberikan doa selama ini, saya benar-benar bangga dan bahagia berada di tengah-tengah keluarga ini. Terima kasih buat cintanya. 8. Buat Saudara-saudara Ompung tercinta, tante Nela, Tulang, Nantulang, Pak

Tua, Mak Tua, Pak Uda, Inang Uda, Amang Boru, Namboru, Abang, Kakak dan Adik-adik dari Keluarga Besar Purba dan Situmorang.

9. Buat Echa Tambunan tersayang yang selalu membantu dalam penyusunan skripsi ini mulai dari pemilihan judul hingga sampai hari ini. Keep spirit babe. 10.Buat teman-teman Kesos ’05 (KOMA) Tetap berikan yang terbaik dan jangan berhenti berjuang. Buat Agung PB, Erwin, Iko, Dany, Moris, Timo, Jul, Jolly,


(6)

Kiel, Ardi, Jonnis, Maxuel, Revri, Ramot, Samri, Jefri, Afgan, , Bang Dul, Putra, , Agung Aulia, Rohani, Kristina, Sri R, Iron yang sering menyediakan tempat menginap. Semua senior dan junior di Kessos. Keluarga besar IMIKS dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih untuk semuanya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTACT ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR BAGAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 6

1.3 Identifikasi Masalah ... ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ... ... 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ... ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas ... ... 10

2.2 Bimbingan dan Konseling ... ... 11

2.2.1 Pengertian Bimbingan ... ... 12

2.2.2 Pengertian Konseling ... ... 16

2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... ... 17

2.2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... ... 19

2.2.5 Pendekatan Bimbingan dan Konseling ... ... 20

2.2.6 Hubungan Bimbingan Konseling dengan Pendidikan... 24

2.2.7 Jenis-jenis Bimbingan di Sekolah... ... ... 27

2.2.8 Komponen-komponen Kegiatan Bimbingan... ... ... 28

2.3 Pengertian Karir ... ... 31

2.3.1Bimbingan Karir Bagi Siswa ... ... 33

2.3.2 Pentingnya Pemilihan Karir Bagi Siswa ... ... 34


(8)

2.3.4 Upaya Guru Dalam Mengatasi Masalah Pemilihan Karir

Siswa ... ... 37

2.4 Kerangka Pemikiran ... ... 38

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... ... 42

2.5.1Defenisi Konsep ... ... 42

2.5.2 Defenisi Operasional ... ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... ... 44

3.2 Lokasi Penelitian ... ... 44

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 45

3.3.1 Populasi ... ... 45

3.3.2 Sampel ... ... 45

3.4 Pengumpulan Data ... ….. 48

3.5 Teknik Analisa Data ... ... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... ... 50

4.1.1 Pemanfaatan Pekarangan Sekolah ... ... 51

4.1.2 Pemanfaatan Gedung Sekolah ... ... 52

4.2 Keadaan Sekolah ... ... 53

4.2.1 Visi ... ... 53

4.2.2 Misi ... ... 53

... 4.3 Keadaan Siswa... ... ... 55

4.4 Struktur Organisasi ... ... 64

4.5 Program Pelayanan Bimbingan ... ... 66

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Analisis Identitas Responden ... ... 70


(9)

5.2 Analisis Pembahasan ... ... 72 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Mengenal

dan Mengetahui Adanya Bimbingan Konseling

di Sekolah ... ... 72 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan

Terhadap Guru Bimbingan Konseling ... ... 73 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepedulian

Guru Bimbingan Terhadap Keluhan ... ... 78 5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian

Penjelasan Bimbingan Karir Oleh Guru Bimbingan... 82 5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian

Petunjuk Untuk Pengembangan Karir ... ... 88 5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kesadaran

Terhadap Minat Bakat dan Kemampuan Untuk

Menentukan Program Pemilihan Karir ... ... 90 5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian

Layanan Informasi Mengenai Kemungkinan Timbulnya

Masalah Dalam Menentukan Pemilihan Karir ... ... 92 5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Yang

Berperan Jelas dalam Membantu Pemilihan Karir ... ... 94 5.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Manfaat

Dari Bimbingan Dengan Guru Bimbingan ... ... 94

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... ... 97 6.2 Saran ... ... 99

Daftar Pustaka Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Penarikan Sampel Tiao Kelas ... …… 47

Tabel 4.1 Pemanfaatan Pekarangan Sekolah ... …… 51

Tabel 4.2 Pemanfaatan Gedung Sekolah ... …… 52

Tabel 4.3 Distribusi Siswa Menurut Agama ... …… 55

Tabel 4.4 Distribusi Siswa Menurut Jenis Kelamin ... …… 56

Tabel 4.5 Distribusi Siswa Menurut Umur ... …… 57

Tabel 4.6 Perkembangan Prestasi Sekolah ... …… 58

Tabel 4.7 Urutan Pergantian Kepala Sekolah... …… 59

Tabel 4.8 Sarana Pendukung Pembelajaran ... …… 60

Tabel 4.9 Daftar Nama Guru/Pegawai SMA Cahaya Medan ... …… 61

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... …… 68

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... …… 61

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ... …… 72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Inisiatif Datang ke Kantor Untuk Bimbingan ... …… 74

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Ketika Dipanggil Guru Bimbingan ke Dalam Ruangan Kelas ... …… 75

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Saat Berbicara Dengan Guru Bimbingan ... …… 76

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Siapa Yang Lebih Banyak Berbicara Ketika Bimbingan ... …… 77

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Merasa Rugi Jika Tidak Mengikuti Bimbingan ... …… 79

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Semangat Dalam Mengikuti Bimbingan ... …… 80

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Mengikuti Bimbingan Dalam Jangka Waktu Satu Semester ... …… 81 Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Layanan


(11)

Penempatan dan Penyaluran Tentang Pemilihan Karir Atau Program Jurusan Seusai Dengan Minat, Bakat dan

Cita-cita Oleh Guru Bimbingan ... …… 83 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap

Bimbingan Karir ... …… 84 Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Layanan

Pembinaan Pengembangan Penyaluran Minat, Bakat dan

Cita-cita ... …… 85 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Mengikuti

Kegiatan Penentuan Karir ... …… 86 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Guru Bimbingan

Pernah Memberi Motivasi Dalam Pemilihan Karir ... …… 87 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan Cara

Pemahaman Diri Terhadap Pemilihan Karir ... …… 89 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengarahan Kepada

Kemampuan Minat dan Bakat Dalam Pemilihan Karir ... …… 91 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Terhadap

Saran Guru Bimbingan Dalam Pemilihan Karir ... …… 93 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap

Bimbingan di Sekolah... …… 95 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Untuk


(12)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Alur Pemikiran……..……… 41

2. Bagan Struktur Organisasi SMA Cahaya………. 64 3. Bagan Program Pelayanan Bimbingan SMA Cahaya Medan……….. 66


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Yosua Parady Purba

Nim : 050902061

ABSTRAK

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN PEMILIHAN KARIR SISWA SMA CAHAYA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 29 tabel, 9 lampiran, serta 27 kepustakaan)

Salah satu upaya pemenuhan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menyoroti bidang pendidikan. Peran dan tanggungjawab guru dalam dunia pendidikan sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan dari seorang guru yaitu guru Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karir di masa mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kemampuan siswa memanfaatkan bakat, potensi dan kemampuan mereka agar memiliki masa depan yang cerah nantinya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang terdapat di Medan yaitu di SMA Cahaya Medan.

Sampel dari penelitian ini adalah siswa SMA Cahaya Medan kelas XI dan kelas XII yang berjumlah 79 orang. Hal ini dilakukan mengingat salah satu objek penelitian ini aalah bimbingan karir, sehingga kelas X tidak diikut sertakan dalam populasi penelitian. Sampel diambil dengan menggunakan penarikan sampel

proporsional stratified random sampling. Metode yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif dengan analisa data kualitatif. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data tunggal.

Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Cahaya Medan, memperlihatkan bahwa program bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan pemilihan karir siswa, berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini terbukti dengan intensitas bimbingan, kemampuan guru bimbingan membantu siswa dalam penyelesaian masalah siswa dan kemampuan siswa itu sendiri memahami bakat dan potensi yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Bahkan siswa-siswa mampu memilih sendiri karirnya kini dan kelak, terutama setelah bimbingan dengan guru bimbingan mereka. Siswa juga sudah mengetahui dan mampu untuk mengatasi resiko yang akan dihadapinya dengan karir yang mereka pilih. Keefektifan layanan bimbingan konseling tercipta karena tercapainya kesejahteraan bagi siswa di SMA Cahaya Medan.


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Yosua Parady Purba

Nim : 050902061

ABSTRACT

GUIDANCE COUNSELING EFFECTIVENESS OVERCOME DIFFICULTIES IN STUDENT SELECTION SMA CAHAYA’S CAREER

MEDAN

(Thesis consists of 6 chapters, 94 pages, 29 tables, 9 appendix, and 27 libraries) One effort to fulfill the quality of human resources is to highlight the field of education. Roles and responsibilities of teachers in education as a crucial component of successful schools create quality human resources and competitive advantages which will become the future generation to realize it needed the services of a teacher of Guidance and Counseling teachers in an effort to provide direction and guidance to students in determine the future career. Without the guidance and direction from teachers, guidance and counseling students will not get a picture of the future tailored to their talents, potential and capabilities. The problem that arises is how the students' ability to utilize the talent, potential and their ability to have a bright future will be. For this reason this study was conducted in one school located in the Medan Medan Cahaya in high school.

Samples from this study are Cahaya high school’s student class XI and XII classes totaling 79 people. This thing did remember to career guidance is one of the objects of study. Samples taken by using proportional sampling stratified random sampling. The method used is descriptive research method with qualitative data analysis. Data screening instruments used are questionnaires and interviews, and tabulation of data contained in a single data tabulation.

The Cahaya high school study results showed that guidance counseling programs in career selection to overcome the difficulties students worked well and effectively. This is evidenced by the quantity of guidance with counselor, ability of counselor to helping student to solve hiss problwm, ability of students to understand the talent and potential by itself. Even students can choose their own future career, especially after counseling with the guidance of their teachers. Students also have to know and be able to overcome the risk being faced with a career they choose. Efectivity of guidance and counseling get because welfare of student on Cahaya high school was get too.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Roda jaman terus melaju, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, dunia terus berkembang. Diawali dengan jaman pertanian, diikuti jaman industrialisasi, selanjutnya memasuki era informasi. Periodisasi tersebut bersifat umum dan dialami oleh semua negara belahan dunia, baik negara kaya maupun negara miskin, baik disadari maupun tidak. Ibarat gelombang air, terus mengalir menuju ke muara, menyeret dan menerjang apapun yang dilalui.

Menghentikan gelombang perubahan tidaklah mungkin dan bahkan tidak ada alasan untuk mencegahnya. Gelombang perubahan telah berjalan dan perubahan yang semakin besar dan semakin cepat akan terus terjadi. Tiada alasan untuk mengelak kecuali hanya berpikir bagaimana menghadapinya.

Manusia diciptakan Tuhan sesungguhnya dibekali dengan berbagai potensi. Pada dasarnya manusia mempunyai kekuatan dan kemampuan luar biasa untuk menghadapi segala tantangan. Hanya apakah potensi yang telah diberikan tersebut dapat diaktualisasikan dan dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Manusia juga diberikan kemampuan otak yang luar biasa, bahkan sebenarnya mampu melebihi kehebatan komputer. Namun sungguh sangat disayangkan, kemampuan tersebut pada umumnya tidak disadari sehingga manusia hanya sedikit sekali memanfaatkan potensi yang dimiliki, itupun telah merasa optimal.


(16)

Rahman (2003: 3) menyatakan pendidikan merupakan jalan yang paling efektif dalam pengembangan kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk menjadi dirinya sendiri yaitu diri yang memiliki potensi yang luar biasa. Melalui kurikulum yang terbaru, peserta didik diarahkan untuk menjadi manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

Namun pada kenyataannya pendidikan belum mampu memerankan tugas dan fungsinya secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi peserta didik secara umum serta masih banyaknya kenakalan siswa dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Tingginya tingkat kenakalan dan penyimpangan-penyimpangan itulah yang menjadikan pendidikan belum optimal terutama di Indonesia.

Rahman (2003: 4) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi kendala terbesar di dunia pendidikan adalah peserta didik belum mampu mengaktualisasikan segenap potensi yang dimiliki. Dengan kata lain “prestasi di bawah kemampuan”. Sungguh luar biasa seandainya para peserta didik menyadari potensi sesungguhnya yang dimiliki dan kemudian mampu memanfaatkannya. Niscaya globalisasi dengan segala aspeknya bukanlah sesuatu hambatan dan ancaman melainkan tantangan yang menarik untuk dihadapi.

Dewa Ketut Sukardi (1988: 18) pendidikan terjadi di dalam diri individu dan merupakan sesuatu yang esensial. Sesuatu yang terjadi di dalam diri individu tersebut merupakan suatu proses perubahan. Pada saat dilahirkan, manusia adalah insan yang paling tidak berdaya. Manusia bergantung pada orang lain saat diberi makan, minum, dirawat serta dilindungi untuk mempertahankan hidupnya dan menjamin


(17)

pertumbuhan yang optimal. Pertumbuhan manusia yang optimal akan berpotensi memunculkan bibit-bibit manusia unggul atau sumber daya manusia yang berkualitas.

Peran dan tanggungjawab guru sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Sekolah merupakan institusi sebagai penjabaran undang-undang di atas yang di dalamnya tempat mempersiapkan dan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dipahami, karena sekolah mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas, dapat dilihat dengan adanya kurikulum, metode, media pendidikan dan lain-lain.

Pendidikan yang diterapkan melalui lembaga pendidikan seperti sekolah, mempunyai fungsi yang amat penting dalam mengubah human asset (manusia sebagai aset) menjadi human capital (manusia sebagai modal). Pada umumnya manusia adalah aset penting berdirinya suatu negara, akan tetapi seiring perkembangan jaman, sekolah dituntut untuk mengubah manusia itu menjadi suatu modal yang berharga bagi perkembangan negaranya (Schultz, dalam Tingkilisan, 2004: 229).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang dibuat oleh pemerintah maupun mitra pemerintah melalui kebijakan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang di dalam pembukaan UUD 1945. (Tingkilisan, 2004: 230).

Pada umumnya setiap peserta didik menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolahnya dengan tujuan mencapai suatu hasil yang maksimal. Namun bukan berarti


(18)

para peserta didik akan terhindar dari masalah yang mungkin akan muncul saat mereka mengikuti proses belajar- mengajar. Masalah itu dapat berupa kesulitan belajar, masalah ekonomi keluarga, masalah dengan teman sekolah dan masalah penyesuaian dengan peraturan yang berlaku.

Hallen (2005: 4) menyatakan salah satu bentuk bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan masalah-masalah adalah melalui kegiatan bimbingan. Oleh karena itu, selayaknya setiap bentuk dan jenis bimbingan terdapat di sekolah sebagai wadah para peserta didik mengikuti belajar-mengajar.

Pelayanan bimbingan secara profesional di Indonesia difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan inipun paling terealisasi pada tahap sekolah lanjutan. Sekolah lanjutan yang dimaksud adalah sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas atau sekarang disebut sekolah menengah atas.

Alasan yang mendukung bahwa program bimbingan lebih dikembangkan di jenjang pendidikan menengah dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya karena peserta didik di jenjang pendidikan menengah lebih berperan sendiri dalam menentukan masa depan, dengan memilih program studi yang nantinya selaras di perguruan tinggi. Dari perguruan tinggi akan berlanjut hingga penentuan karir selanjutnya di dunia kerja (Winkel, 1997: 21).

Siswa sekolah menengah atas akan dibantu untuk mengenal dunia kerja dan dirinya sendir dalam kaitan satu sama lain, sejauh mereka cenderung untuk memilih bidang atau golongan jabatan tertentu dan memulai memandang dirinya sendiri


(19)

sebagai calon pemegang jabatan yang harus memiliki tingkat kualifikasi tertentu. Siswa juga akan dibantu dalam hal gaya hidup (life style) dalam berbagai dimensi yang didambakan bagi dirinya sendiri yang kerap berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang menjadi pegangan dalam hidup. Masih banyak jenis masalah yang bisa dan mampu untuk diselesaikan bersama dalam kegiatan bimbingan ini. Siswa di sekolah lanjutan tentu telah lebih paham akan tuntutan pembangunan negara di masa modern ini dan lebih siap untuk berpartisipasi sebagai manusia pembangunan dalam pengembangan bangsa dibandingkan dengan siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Dimana siswa di sekolah menengah atas mulai sadar akan dirinya sendiri dan mulai mengalami banyak tantangan yang menyangkut dirinya sendiri.

SMA Cahaya Medan merupakan sekolah swasta yang berada dalam naungan yayasan Seri Amal. Pada umumnya seorang siswa menengah atas berusia antara 13 hingga 20 tahun. Pada rentang usia ini, mereka tergolong ke masa remaja dimana seorang remaja sudah pasti dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Akan tetapi tidak semua remaja mampu untu k memprediksikan atau meramalkan masa depannya (Winkel dan Hastuti, 2006: 676).

Penyelesaian masalah remaja biasanya berdampak terhadap kebahagiaan di masa dewasanya kelak. Masalah yang sering dihadapi oleh seorang remaja pada umumnya datang dari lingkungan bergaulnya dalam hal ini lingkungan sekolah. Oleh karena itu pelayanan bimbingan di SMA Cahaya Medan diperlukan bagi siswa atau peserta didik yang menuntut ilmu disana. Layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di SMA Cahaya Medan terhadap kaum remaja yang bersekolah diharapkan


(20)

mampu menciptakan kesempatan yang luas untuk mendampingi mereka dalam perkembangan supaya berlangsung seoptimal mungkin.

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang baik dari sekolahnya. Berawal dari bimbingan orangtua di rumah dan belajar di sekolah hingga akhirnya lulus dengan nilai baik dan memiliki arah dan tujuan bagi masa depannya. Untuk mencapai masa depan yang terjamin, tidak cukup hanya dengan mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, melainkan juga dengan mengikuti kegiatan lain yang diselenggarakan pihak sekolah, seperti mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan bakat dan kegiatan bimbingan konseling.

Tingginya tingkat pembangunan akhir-akhir ini menuntut generasi muda untuk lebih berkompeten dalam menjajaki dunia kerja. Tahap awal sebelum seorang individu mendalami dunia kerja atau dunia karir yaitu melalui dunia pendidikan seperti sekolah. Hal ini tergantung bagaimana sekolah sebagai lembaga pendidikan dan peserta didik sebagai calon SDM berkualitas menjalani perannya masing-masing dengan sebaik mungkin (Gunawan, 1992: 35).

Di sini SMA Cahaya Medan menawarkan bantuan bagi para peserta didiknya dalam memberikan solusi menghadapi kemungkinan sulitnya peserta didik dalam menentukan posisi mereka di dunia karir. Oleh karena itu, peneliti ingin mengangkat masalah karir dengan judul penelitian “Efektivitas Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Masalah Kesulitan Pemilihan Karir Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Cahaya Medan”.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan bagian yang sangat penting atau bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian (Arikunto, 1992: 47). Untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah kesulitan pemilihan karir siswa di sekolah menengah atas (SMA) Cahaya Medan?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis bermaksud mengidentifikasi masalah yang ada yaitu :

1. Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan guru pembimbing sangat penting bagi siswa khususnya bimbingan karir.

2. Layanan bimbingan keberadaannya sangat dibutuhkan dalam memilih karir siswa.

3. Pemilihan karir merupakan masalah yang perlu dicari segera pemecahannya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Setiap orang yang melakukan penelitian tentu saja mempunyai tujuan yang hendak dicapai atau yang ditargetkan untuk apa suatu penelitian itu dilakukan. Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kesulitan pemilihan karir siswa di SMA Cahaya Medan.


(22)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan gambaran dan harapan-harapan peneliti akan hasil akhir dari penelitian tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru bimbingan dan konseling dapat dijadikan bahan masukan program layanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa dalam memilih karir yang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki.

2. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan masukan dalam merencanakan program layanan bimbingan dan konseling di masa yang akan datang, khususnya layanan bimbingan dan konseling karir.

3. Bagi peneliti, untuk dapat pengalaman dan pemahaman tentang bimbingan dan konseling karir, dan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana sosial.


(23)

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian dan teknik pengumpulan serta teknik analisis data.

BAB 4 : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang semua gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB 5 : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian dan data dari hasil penelitian dan analisanya.

BAB 6 : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil penelitian.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Disebut efektif apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 207).

Menurut Cambel J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121).

Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Cambel, 1989: 47).


(25)

Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indikator efektivitas. Sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.

Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri. Dari beberapa uraian di atas dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.

2.2 Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian program layanan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik dan lebih optimal. Bimbingan konseling diselenggarakan di


(26)

sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan tingkat tinggi (Rahman, 2003: 11).

2.2.1 Pengertian Bimbingan

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang artinya menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian, tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Misalnya seorang mahasiswa membantu seorang nenek yang ingin menyebrang. Bukan bantuan seperti ini yang dimaksud.

Banyak orang yang mengatakan bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Pendapat tersebut dapat dikatakan benar jika ditinjau dari segi bahasa secara umum, yaitu memberikan bantuan, namun memberikan bantuan bukanlah berarti bimbingan. Seperti salah satu contohnya adalah seorang guru membantu kesulitan anak dalam menjawab salah satu soal yang sedang dikerjakan siswa. Perlakuan guru tersebut dikatakan memberikan bantuan tetapi bukan merupakan bimbingan. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli.

Rachman Natawidjaja (1988: 7) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan


(27)

sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Tujuan akhir dari layanan bimbingan dan konseling itu adalah mencapai kehidupan yang tidak hanya sukses, namun juga bahagia. Hal ini dicapai dengan 3M yaitu memahami, menyesuaikan dan mengembangkan diri (Parson dalam Rahman, 2003: 13).

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (Natawidjaja dalam Rahman, 2003: 13).

Hallen (2005: 5) memaparkan beberapa pengertian bimbingan adalah sebagai berikut :

a. Suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. b. Suatu proses membantu individu. Membantu dalam hal ini berarti dalam

kegiatan bimbingan tidak terdapat adanya unsur paksaan.

c. Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan


(28)

memberikan bantuan kepada setiap individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa.

Proses bimbingan memiliki beberapa karakter khusus yang membedakan bimbingan dengan kegiatan lain yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Prayitno dan Erman Amti (1994: 98) antara lain :

a. Bimbingan merupakan suatu proses.

Hal ini berarti layanan bimbingan bukanlah aktivitas yang sekali jadi, melainkan melalui perjalanan panjang penuk dinamika. Untuk itu diperlukan kesabaran dan keuletan dari semua pihak baik dari konselor maupun klien. b. Bimbingan merupakan pemberian bantuan

Sejak awal konselor harus berlapang dada untuk memberikan bantuan dengan segenap kemampuan. Bantuan yang diberikan lebih bersifat non materi yakni penyadaran individu untuk pengembangan pribadi lebih baik dan penyadaran akan potensi yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri.

c. Bantuan diberikan kepada individu

Hal ini dilakukan baik secara perorangan atau individu maupun secara perkelompok. Sasaran bimbingan adalah individu-individu, dapat diberikan secara kelompok maupun individu. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, walaupun mereka berada dalam satu kelompok yang sama.

d. Pemecahan masalah oleh klien.

Pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri bukan oleh konselor. Tugas seorang konselor adalah mengembangkan kemampuan klien untuk dapat


(29)

menyelesaikan masalahnya sendiri dan mengembangkan diri, bukan untuk mencarikan jalan keluar bagi kliennya. Sebab klien lebih berhak dalam menentukan sendiri masa depan dirinya sendirri sesuai dengan keberadaannya.

e. Bimbingan diberikan kepada semua siswa.

Semua siswa berhak mendapatkan layanan bimbingan baik bermasalah ataupun tidak. Sebab tugas terpenting seorang konselor adalah bukan membantu menyelesaikan masalah tetapi membantu mengembangkan diri, sebab semua siswa memiliki potens yang berhak untuk dikembangkan.

Menurut Sukardi (1988: 2) bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat. Menurut beliau, meskipun aspek pilihan jabatan selalu ditekankan dalam bimbingan, tetapi ruang lingkup bimbingan jauh lebih luas dari itu, yaitu menyangkut seluruh individu dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya antara individu dalam masyarakat.

Gunawan (1992: 41) menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses penemuan diri dan dunianya sehingga individu dapat memilih, merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah, menyesuaikan secara bijaksana dan berkembang sepenuh kemampuan dan kesanggupannya. Individu juga diharapkan dapat memimpin diri sendiri sehingga individu dapat menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya dan produktif bagi lingkungannya.

Bimbingan adalah upaya membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi


(30)

yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan. Bimbingan juga sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematis untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan kehidupannya (Miller, dalam Rahman, 2003: 12).

2.2.2 Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasehat (Hallen, 2005: 9). Disamping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling merupakan suatu yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lannya. Bimbingan itu lebih luas dari istilah konseling, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan. Agar lebih jelas mengenai defenisi konseling, di bawah ini akan dipaparkan pendapat para ahli mengenai konseling.

Pada awal perkembangan di Indonesia, istilah yang dikenal sebelum konseling adalah penyuluhan. Namun sejak tahun 1980-an istilah penyuluhn diubah menjadi konseling. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan dengan istilah penyuluhan pertanian, penyuluhan hukum, penyuluhan keluarga berencana dan sebagainya.

Rahman (2003: 15) berpendapat bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk di atasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Konselor tidak


(31)

memecahkan masalah untuk klien, konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan.

Counseling is series of direct contacs with the individual which aims offer him a assistance in changing his attitude and behaviour”. Konseling adalah serangkaian

hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya (Roger dalam Hallen, 2005: 9).

Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing dengan klien dengan tujuan agar klien mampu untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Robinson dalam Hallen, 2005: 10).

2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif. Perkembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Gunawan (1992: 18) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar klien dapat:

a. Mengikuti kemauan atau saran-saran konselor b. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif


(32)

c. Melakukan pemecahan masalah

d. Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi

e. Mengembangkan penerimaan diri f. Memberikan pengukuhan

Dengan memperhatikan butir-butir tujuan bimbingan dan konseling sebagaimana tercantum dalam kutipan-kutipan tersebut, tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya) berbagai latar belakang yang ada (seperti keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya (Gunawan, 1992: 19). Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas dan sangkutpautnya serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya (Sukardi, 1988: 20).


(33)

2.2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Fungsi utama bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubugan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan, dan juga menjadi perantara dari dalam hubungannya dengan para guru maupun tenaga administrasi. Berikut fungsi-fungsi bimbingan menrut pendapat beberapa ahli.

Fungsi bimbingan yang dapat diartikan sebagai sifat bimbingan, yaitu: memahami individu, preventif dan pengembangan individu, membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya (Catherine dalam Yusuf, 1992: 42). Prayitno dan Erman Amti (1999: 197) berpendapat bahwa, fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokan menjadi lima fungsi pokok, yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan.

Sedangkan fungsi bimbingan menurut Winkel (1991: 85- 86) adalah :

1. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan serta membantu siswa mendapat program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan di sekolah.

2. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.

3. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga pendidikan yang lain di sekolah.


(34)

Sementara Nurihsan (2005 : 16), mengatakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah :

1. Fungsi pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis.

2. Fungsi Preventif yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik yang lain. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan siswa dalam keseluruhan, proses dan kegiatan pendidikan. Pemberian Layanan bimbingan dan konseling kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri secara optimal.

2.2.5 Pendekatan Dalam Bimbingan Konseling

Terdapat beberapa pendekatan atau teknik yang digunakan oleh para pakar konseling dalam rangka memberikan terapi atau rawatan terhadap klien, dan setiap pendekatan atau tehnik yang ada mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.


(35)

a. Pendekatan behavioristik

Pendekatan behavioristik atau behaviorisme termasuk salah satu aliran psikologi yang sangat berpengaruh dari psikologi yang ada dewasa ini. Pendekatan

behavioristik sering juga disebut sebagai terapi prilaku dan pengubahan prilaku,

pendekatan ini merupakan salah satu dari beberapa ”revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi terapi (Singgih, 1992: 191).

Mansur (1993: 125) menyatakan bahwa pendekatan konseling tingkah laku diperkenalkan oleh Skinner, beliau berpendapat bahwa tingkah laku yang dibentuk dan ditentukan oleh keadaan serta kejadian pada masa sekarang bukanlah pengaruh dari dalam diri seseorang, tetapi hal itu merupakan aplikasi dari pada masa lalu. Tetapi konsseling tingkah laku dapat dikatakan sebagai pendekatan baru yang berlandaskan pada teori-teori sebelumnya, yaitu teori pembelajaran yang dikenal sebagai pemahaman tingkah laku. Berdasarkan teori pembelajaran inilah konseling tingkah laku pada dasarnya mempunyai kaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang.

Pendekatan tingkah laku (behavioristik) dewasa ini banyak dipergunakan untuk melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempit. Pendekatan ini juga menitikberatkan peranan lingkungan sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi seseorang. Pendekatan ini memandang bahwa perkembangan seseorang akan tumbuh seperti apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Behaviorisme mengikuti metode eksperimen penelitian ilmiah. Perhatian mereka hanya tertuju terhadap yang dapat diamati secara ilmiah (Poduska, 1990: 39).


(36)

b. Pendekatan pemusatan klien (client centered therapy)

Pendekatan pemusatan klien (client centered therapy) adalah salah satu pendekatan yang sangat populer dalam konseling pada abad ke-20. Terapi pemusatan klien ini sering juga disebut sebagai konsep diri. Terapi ini memfokuskan pendekatan hasil dari reaksinya terhadap pendekatan tradisi sebelumnya yaitu pendekatan psikoanalisis yang menekankan kepada aspek-aspek diagnostik dan penafsiran. Dalam teori ini, proses konseling lebih menitikberatkan kepada suatu rumusan dimana klien meyakini dirinya sendiri, tidak kaku, tidak mudah terpengaruh dan menjadikan dirinya lebih berupaya untuk membuat pilihan nilai subjektif yang sesuai (Awang, 1987: 49)

Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan pemusatan klien bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi klien di saat itu saja, tetapi juga lebih diutamakan untuk mencapai perasaan bebas dan seimbang pada masa-masa mendatang, karena pada dasarnya tujuan konseling adalah untuk membantu klien dalam proses perkembangan agar ia dapat menghadapi dan mengatasi masalah sekarang dan masalah masa depan (Awang, 1987: 54).

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka klien harus melepaskan dirinya dari persoalan-persoalan apa yang membalut dirinya selama ini untuk dapat berhadapan dengan kenyataan (Mansur, 1993: 189).

c. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif sangat sering digunakan oleh ahli psikologi, khususnya psikologi sosial. Ahli psikologi sosial umumnya berpendapat bahwa manusia pada dasarnya bersifat konsisten dan orang akan berbuat sesuatu sesuai dengan sikapnya,


(37)

sebaliknya orang akan berusaha untuk menjauh dari sesuatu jika tidak sesuai dengan sikap dan pembawaannya.

Terapi kognitif ini diperkenalkan oleh Albert Ellis. Beliau mengatakan bahwa teori psikoanalisis tidak begitu mendalam dan merupakan salah satu bentuk pemulihan yang tidak saintifik (Mansur, 1993: 103). Pada awal tahun 1995, Ellis menggabungkan terapi kemanusiaan, filosofikal dan tingkah laku ke dalam terapi emosi rasional. Sejak itulah Albert Ellis dikatakan sebagai peletak batu pertama aliran ini.

d. Pendekatan Psikoanalisis

Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah pendekatan atau teori psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan berkaitan dengan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi, yang kedua adalah behaviorisme dan ketiga adalah psikologi

eksistensial humanistik , namun nampaknya pendekatan ini belum banyak dikenal

dan dipraktekkan, terlebih lagi dalam dunia bimbingan konseling (Lubis, 2006: 120). Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Dorongan-dorongan ini sebahagian disadari dan sebahagian lagi tidak disadari sama sekali. Konflik timbul karena adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan sebagai manifestasi dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial di samping biologis (Singgih, 1992: 169).

Menurut pandangan psikoanalisis, struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. Dimana ketiganya adalah nama bagi


(38)

proses-proses psikologis. Id merupakan komponen yang sangat erat kaitannya dengan biologis, ego erat kaitannya dengan komponen psikologis sedangkan superego erat kaitannya dengan komponen sosial. Oleh karena itu jelaslah terlihat bahwa psikoanalisis adalah suatu kaedah untuk memberi perawatan atau penyembuhan kepada klien yang punya masalah khususnya dengan cara psikologi (kejiwaan) dan bukan dengan cara fisik, bahkan Freud percaya bahwa manusia dilahirkan dengan dorongan-dorongan naluri yang bersifat biologis (Awang, 1987: 43).

2.2.6 Hubungan Bimbingan Konseling Dengan Pendidikan

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara bimbingan konseling dengan pendidikan, lebih khusus lagi antara bimbingan dan pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa bimbingan lebih banyak berbicara masalah pencegahan atau preventif, informasi dan orientasi, walaupun ada bicara mengenai penyelesaian masalah (problem solving), namun dalam skala yang terbatas. Demikian juga yang terlihat pada pendidikan, dimana pendidikan sangat banyak memberikan informasi, orientasi, bimbingan dan tuntunan kepada klien agar mereka lebih terarah, terfokus dan berbuat sebagaimana yang diharapkan.

Demikian juga halnya kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, paling tidak terlihat pada kegiatan pendidikan, dimana ketiga-tiganya juga bagian dari konseling, yaitu:

1. Bidang instruksional dan kurikulum.

Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap


(39)

kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab dari setiap pengajar.

2. Bidang administrasi dan kepemimpinan.

Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas, pengawasan dan sebagainya.

3. Bidang pembinaan pribadi.

Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting, karena proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila para peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana hidup yang kondusif (Hallen, 2005: 34- 35).

Proses belajar-mengajar yang baik, efektif dan efisien dan kegiatan pendidikan yang baik dan ideal akan tercapai jika ketiga aspek tersebut selalu berintegrasi dan berkesinambungan. Disaat proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana dengan baik, peserta didik tidak dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya, lambatnya peserta didik dalam menerima dan mencerna pelajaran, tidak konsentrasinya peserta didik dalam proses mengajar, kurikulum selalu berubah,


(40)

sarana dan fasilitas yang kurang mendukung, kemampuan guru yang terbatas dalam mengajar, pelajar mendidik tidak mampu menguasai kelas dan banyak lagi persoalan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, semua ini tentunya memerlukan penyelesaian atau pemecahan masalah, disinilah peranan bimbingan dan konseling mutlak diperlukan.

Demikian juga halnya dengan administrasi dan kepemimpinan tentunya terdapat segudang persoalan mulai dari administrasi yang tidak lengkap dan terkesan semraut, pembagian tugas (job describtion) yang tidak jelas. Hampir sama halnya dengan pemimpin yang otoriter, kejam dan bengis, semangat kerja menurun, disiplin menurun, persaingan meninggi, keahlian kerja tidak ada dan berbagai masalah timbul, semua ini tentunya menganggu proses belajar dan mengajar. Dalam menghadapi permasalahan seperti ini, peranan konselor (bimbingan konseling) mutlak diperlukan.

Masalah yang hampir sama juga terlihat pada aspek pembinaan pribadi. Pembinaan pribadi mutlak diperlukan, karena dari sinilah sebenarnya berawal segalanya, artinya kalau kepribadian seseorang telah baik, maka besar kemungkinan problempun sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi, permasalahan yang sering ditemukan di lapangan adalah banyaknya pelajar (klien) yang tidak dapat menerima dirinya, tidak puas terhadap apa yang dimilikinya, sulit beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain, perasaan bersalah yang berlebihan, tidak punya kepercayaan diri, memiliki kepribadian yang menyimpang, mengganggu orang lain, mengancam, iri, dengki, khianat, takabur dan sebagainya (Lubis, 2006: 34).

Dalam mencermati beberapa persoalan seperti ini diperlukan pemikiran dan analisis yang tajam untuk memulai dari mana harus datang dan memulai penyelesaian


(41)

masalah dalam menghadapi beberapa persoalan pribadi seperti yang disebutkan di atas, diperlukan suatu telaahan yang serius dan tentunya peranan konselor dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan demikian, terlihatlah kedekatan antara bimbingan dan konseling terhadap pendidikan serta kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

2.2.7 Jenis-jenis Bimbingan di Sekolah

Yusuf dan Nuhrisan (2005: 20) menyatakan ada 7 (tujuh) jenis layanan yang dapat dilakukan oleh setiap guru pembimbing untuk setiap satuan pendidikan atau sekolah. Jenis layanan yang mana yang akan digunakan oleh guru pembimbing dalam bidang-bidang (pribadi, sosial, belajar dan karir) tergantung kepada :

a. Keperluan atau kebutuhan di sekolah

b. Program layanan yang sudah disusun di sekolah

Lubis (2006: 17) mengemukakan bahwa setiap jenis layanan yang disebutkan memerlukan waktu 2 jam untuk satu kali kegiatan layanan bimbingan. Jenis layanan tersebut antara lain:

1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (terutama orang tua siswa) memahami lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. 2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan

pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (orang tua) menerima dan memahami informasi pendidikan.


(42)

3. Layanan penempatan dan penyuluhan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat, misalnya, penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus.

4. Layanan bimbingan dan pembelajaran yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan siswa berkenaan dengan sikap kebiasaan belajar yang baik dan cocok.

5. Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dapat mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalah.

6. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi. 7. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan

siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan pemecahan masalah melalui dinamika kelompok yang berbeda.

2.2.8 Komponen-Komponen Kegiatan Bimbingan

Yang dimaksudkan dengan komponen dalam kegiatan bimbingan ialah saluran khusus untuk melayani siswa, rekan tenaga pendidik yang lain serta orang tua siswa. Kegiatan-kegiatan bimbingan dapat ditujukan kepada siswa yang sedang mengikuti program pendidikan di sekolah, kepada alumni, guru dan orangtua ataupun menyangkut program bimbingan sendiri yang dikelola oleh sumber tenaga bimbingan itu sendiri (Winkel dan Hastuti, 2006: 120).


(43)

Di bawah ini masing-masing komponen yaitu antara lain adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data.

Komponen ini mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang para peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data itu. Tujuan penyimpanan data itu adalah mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik serta membantu siswa mendapatkan pemahaman akan dirinya sendiri.

b. Pemberian Informasi

Komponen ini mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda. Lingkungan hidup mencakup lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, informasi yang disampaikan itu mengenai banyak hal misalnya tata tertib sekolah, cara berteman yang baik, cara bergaul yang sehat, cara memilih jurusan yang tepat, persiapan memegang posisi serta organisasi muda mudi setempat. c. Penempatan

Komponen ini mencakup segala usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan sesudah tamat memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. Tujuan pada pelayanan bimbingan ini ialah supaya siswa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non-akademik, yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa


(44)

depan. Komponen ini berkaitan dengan komponen pemberian informasi, sejauh siswa masih terdaftar di institusi pendidikan dibekali pengetahuan tentang keadaan di lingkungan pendidikan lanjutan dan keadaan di pasar kerja.

d. Konseling

Komponen ini mencakup usaha membantu suswa merefleksikan diri melalui wawancara konseling secara individual atau secara kelompok, terlebih bila siswa menghadapi masalah yang belum dapat terselesaikan secara tuntas. Layanan bimbingan ini dipandang sebagai layanan inti atau jantung pelayanan bimbingan, karena siswa seluruhnya dapat memusatkan perhatiannya pada keadaan dirinya sendiri serta dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya. Konseling tetap terpusat pada bagaimana pikiran dan perasaan konseli, namun sekaligus membantu konseli untuk berefleksi atas pikiran dan perasaan itu.

e. Konsultasi

Komponen ini mencakup semua usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik di sekolah dan kepada orangtua siswa demi perkembangan siswa yang lebih baik. Pelayanan ini dimungkinkan karena konselor sekolah adalah rekan seprofesi pendidikan dan mungkin memiliki keahlian khusus di bidang pendidikan anak muda, terlebih menyangkut perkembangan kepribadian serta kaitan psikologisnya.


(45)

f. Evaluasi Program

Komponen ini mencakup usaha menilai efisiensi dan efektivitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan program bimbingan. Penilaian efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan ini tidaklah mudah sehingga dituntut harus diadakan suatu penelitian dengan mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan dari suatu data yang diperoleh, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan. Sementara penelitian yang dilakukan melibatkan banyak variabel yang tidak semuanya dapat dikontrol secara ketat. Selain itu kriteria keberhasilan suatu program bimbingan juga bermacam-macam.

Dalam literatur profesional, komponen-komponen di atas juga dapat disebut layanan bimbingan. Namun sempitnya defenisi mengenai layanan yang hanya mencakup pertemuan konselor dengan siswa menjadi salah satu penyebab layanan bimbingan tersebut di atas dikenal sebagai komponen bimbingan (Winkel dan Hastuti, 2006: 121).

2.3 Pengertian Karir

Menurut Gibson (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang


(46)

merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu.

Pengertian karir meliputi elemen-elemen objektif dan subjektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan elemen subjektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan mengubah lingkungan objektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subjektif tentang suatu situasi misalnya dengan mengubah harapan (Irianto dalam Simamora, 2001: 94).

Simamora (2001: 504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subjektif. Dipandang dari perspektif yang subjektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang objektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai- nilai, dan aspirasi- aspirasi seseorang selama rentang hidupnya.

Sedangkan menurut Soetjipto (2002: 276) karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan


(47)

hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorang menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan.

2.3.1 Bimbingan Karir bagi siswa

Winkel dan Hastuti (2006: 673) menyatakan bahwa layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing kepada klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu sebagai berikut:

1. Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir atau pekerjaan untuk memperoleh penyesuaian sebaik-baiknya dengan masa depannya.

2. Bimbingan karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat :

a. Memilih bidang pekerjaan.

b. Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan. c. Membina karir dalam bidang tersebut.

3. Bimbingan karir adalah program pendidikan yang merupakan layanan terhadap siswa agar siswa:

a. Mengenal dirinya sendiri b. Mengenal dunia kerja


(48)

c. Dapat memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan

d. Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkannya di samping pekerjaan untuk mencari nafkah.

4. Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya di masa mendatang. Dari keempat pendapat tersebut di atas mengenai bimbingan karir ini terdapat perbedaan-perbedaan dalam penyampaiannya, namun terdapat persamaan- persamaan mengenai :

a. Bantuan, layanan, dan cara pendekatan b. Individu, seseorang, siswa dan remaja

c. Masalah karir, penyesuaian diri, persiapan pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk kehidupan yang diharapkan, serta pemilihan keputusan yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya dan dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu keputusan.

2.3.2 Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa

Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan. Untuk membentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang


(49)

didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di masyarakat.

Winkel dan Hastuti (2006: 676) mengemukakan keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, diperlukan beberapa hal antara lain :

a. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan.

b. Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya.

c. Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya.

d. Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tertentu.

e. Pemilihan jabatan/ karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya.

f. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/ karir yang diinginkan.

g. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya.


(50)

h. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang.

i. Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan datang.

j. Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.

Berdasarkan hal tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir

Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah dapat dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup dalam usaha mengapai kehidupan yang baik di masa mendatang (Winkel, 1997: 663). Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pemilihan karir antara lain:

1. Faktor yang ada dalam diri siswa di antaranya adalah tingkat intelegensi, sikap mental, jenis kelamin, agama dan minat terhadap suatu karir.

2. Faktor di luar siswa di antaranya tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat.

Dari kedua faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mendasar, namun masih banyak lagi faktor yang menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir, salah


(51)

satu faktornya adalah faktor kebutuhan dimana kebutuhan manusia terdapat lima macam, yaitu:

a. Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang erat kaitannya dengan kebutuhan jasmani.

b. Kebutuhan rasa aman yaitu memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut, ketegangan, kelaparan dan kehilangan.

c. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk memiliki dan butuh bantuan dari orang lain misalnya, bergaul, berorganisasi, berkelompok dan saling mengenal.

d. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yaitu untuk mempertahankan harga dirinya dan kebutuhan untuk dihargai, misalnya memperoleh penghormatan.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu untuk menampakkan dirinya sebagai seorang pribadi yang khas (berbeda dari orang lain).

2.3.4 Upaya Guru dalam Mengatasi Masalah Pemilihan Karir Siswa

Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya tersebut.

Sukardi (1988: 79) menjelaskan dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


(52)

1 Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

2 Sikap positif dan wajar.

3 Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan. 4 Pemahaman siswa secara empatik.

5 Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu. 6 Penampilan diri secara asli di hadapan siswa.

7 Kekongkritan dalam menyatakan diri. 8 Penerimaan siswa secara apa adanya.

9 Perlakuan siswa secara premisive. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu.

10 Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus.

Kesadaran bahwa tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka tidak akan kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ke tempat yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.

2.4 Kerangka Pemikiran

Banyaknya rumor yang berkembang di masyarakat terutama kalangan siswa, bahwa setelah menyelesaikan pendidikan, akan terasa sulit untuk memperoleh suatu pekerjaan. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal seperti berikut:


(53)

1. Ketidaktahuan siswa akan potensi yang ada di dalam dirinya. 2. Ketidaktahuan siswa mengenai jurusan ataupun program studi.

3. Ketidaktahuan siswa akan pentingnya kegiatan bimbingan terutama pemecahan permasalahan karir siswa.

Karena kurangnya pemahaman dalam diri siswa tentang kemampuan yang dimilikinya, sehingga karir merupakan salah satu hal yang menjadi teka teki bagi siswa, untuk mendapatkan karir yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki siswa dibutuhkan pengetahuan dalam diri siswa tentang karir yang akan ditekuninya kelak. Namun tidak bisa disangkal oleh banyak pihak bahwa kesempatan kerja hanya diperoleh bagi orang yang memiliki koneksi atau dengan cara-cara yang tidak wajar. Hal ini tidak selamanya dikatakan benar, para siswa atau remaja belum banyak yang menyadari arti kerja itu, yang sebenarnya adalah peningkatan kemampuan karir yang penilaiannya berdasarkan hasil kerja atau prestasi.

Pemahaman arti dan penelusuran karir atas dasar keinginan sendiri tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya tanpa adanya bantuan dan dorongan dari orang yang lebih dewasa darinya, kegiatan ini dinamakan dengan bimbingan. Oleh karena itulah guru bimbingan sekaligus konselor membantu siswa dalam penanganan masalah karirnya yang memiliki tujuan :

1. Membantu memecahkan masalah

2. Membantu menemukan potensi dari dalam diri siswa 3. Memberikan solusi terbaik mengenai karirnya.

Pemberian layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah yang efektif dan memiliki kontinuitas akan bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh berbagai


(54)

macam informasi karir, jabatan, pemahaman, diri, pengambilan keputusan sendiri, dan memecahkan masalah itu sendiri. Kemampuan siswa terhadap pemahaman kemampuan dan potensi diri tersebut merupakan indikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling karir. Efektif tidaknya layanan bimbingan dan konseling karir yang dilaksanakan di sekolah tergantung pada kemampuan siswa untuk mengambil keputusan tentang karir dan menanggung segala bentuk resiko yang akan dihadapinya kelak.


(55)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pemikiran

Hasil yang diharapkan :

Siswa mampu mengambil keputusan tentang karir dan resikonya.

Sekolah Menengah Atas Cahaya Medan

Bimbingan Konseling di Sekolah :

• Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri .

• Membantu siswa menemukan potensi dalam diri siswa.

• Membantu memecahkan masalah dengan

memberikan solusi terbaik

Bimbingan studi (academic guidance)

Bimbingan Pribadi dan Sosial (Personal and

Social Guidance).

Bimbingan Karir (Vocational


(56)

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial digunakan mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan maka disini peneliti membatasi konsep yang akan digunakan yaitu sebagai berikut :

1 Efektivitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya baik yang dilaksanakan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga maupun pemerintahan.

2 Bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada klien agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan penyesuaian diri dengan lingkungan. 3 Bimbingan karir bertujuan membantu klien dalam hal ini siswa/ siswi SMA

Cahaya untuk dapat berkembang dalam pemahaman diri sehingga mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk dapat menentukan karir di masa depannya.

2.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 33). Untuk mengukur


(57)

variabel dalam penelitian ini yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Pemahaman atau pengenalan diri sendiri. 2. Pengenalan siswa terhadap bidang karir. 3. Persiapan dalam pemilihan karir.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu keadaan subjek/ objek penelitian (seseorang, lembaga atau masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 63).

Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki agar jelas keadaan atau kondisinya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Cahaya Medan yang beralamat di Jl. Hayam Wuruk No.11 Kelurahan Petisah Hulu Medan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta yang memiliki fasilitas bimbingan konseling yang cukup baik. Alasan lain penulis memilih lokasi ini juga karena kualitas kegiatan belajar mengajar dan kesuksesan sekolah dalam melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler kepada siswa dimana kegiatan ekstrakulikuler juga termasuk sebagai salah satu bagian dari kegiatan bimbingan konseling.


(59)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber-sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991: 141). Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Cahaya Medan kecuali siswa kelas X (kelas I). Hal ini disebabkan karena mengingat salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai bimbingan karir, dimana kelas X belum menerima bimbingan karir akan tetapi masih mengenai bimbingan studi atau bimbingan lain. Bimbingan karir mulai diberikan oleh guru bimbingan pada saat siswa memasuki kelas XI (kelas 2) dan kelas XII (kelas 3). Oleh karena itu keseluruhan jumlah populasi adalah :

Kelas XI (kelas 2) = 260 siswa Kelas XII (kelas 3) = 259 siswa

Jumlah = 519 siswa

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto, jika jumlah populasi lebih dari 100 maka disarankan untuk menentukan jumlah sampel antara 10%- 15%, 20%- 25% dari jumlah populasi dan ini telah dianggap representatif (Arikunto, 1993: 149).

Dalam penelitian ini penulis mengambil 15% dari jumlah populasi untuk dijadikan sebagai sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :


(60)

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik penarikan sampel

proporsional stratified random sampling yang memungkinkan untuk memberi

peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rahmat, 2004: 79).

Oleh karena itu, digunakan rumus dalam menentukan jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.

N n n nx= 1× Dimana :

nx = jumlah sampel kelas x

n1 = jumlah siswa tiap kelas n = jumlah sampel


(1)

Prayitno dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling: Rineka Cipta: Jakarta

Rahman, Hibana. 2003. Bimbingan Konseling Pola 17. Ucy Press: Yogyakarta

Simamora, Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN. Yogyakarta

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta Soetjipto dan Raflis, Kosasi. 2002. Profesi Keguruan. Rineka Cipta: Jakarta Sukardi, Dewa Ketut.. 1988. Bimbingan Konseling. Bina Aksara: Jakarta Tingkilisan. 2004. Kebijakan Publik yang Membumi. Bulairung: Yogyakarta

Winkel, WS. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Grassido: Jakarta

_____________dan Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Media Abadi: Yogyakarta

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan Konseling. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Sumber lain :

Jambak, Wanne. 2007. Perlunya Bimbingan di Sekolah.

Diakses tanggal 21 Oktober 2009 pukul 21.13 WIB

Sudrajat, Akhmad. 2008. Fungsi, Prinsip dan Azas Bimbingan Konseling


(2)

No. Responden :... DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner)

a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya. Petunjuk pengisian :

b. Pilihlah jawaban yang sesuai atau yang paling mendekati dengan jawaban anda.

IDENTITAS RESPONDEN : Nama Responden :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Umur : tahun

Kelas :

1. Apakah anda mengetahui adanya layanan bimbingan konseling atau bimbingan penyuluhan di sekolah?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda mengenal dengan baik guru bimbingan anda di sekolah? a. Tidak tahu c. Tidak mau tahu

b. Tahu

3. Apakah anda mau datang ke kantor BK atau kantor BP untuk bimbingan? a. Ya c. Hanya apabila ada panggilan


(3)

4. Apakah yang anda rasakan ketika guru bimbingan memanggil nama anda ke dalam ruangan kelas?

a. Takut / tegang c. Biasa saja

b. Senang d. Bingung

5. Bagaimana perasaan anda saat berbicara dengan guru bimbingan?

a. Tegang c. Santai

b. Bosan, ingin segera selesai

6. Dalam memberikan bimbingan konseling siapakah yang lebih banyak berbicara ?

a. Guru bimbingan c. Seimbang b. Saya

7. Pada saat anda menceritakan masalah anda, apakah anda pernah merasakan bahwa guru bimbingan peduli terhadap masalah anda?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

8. Apakah anda merasa rugi bila suatu waktu tidak mengikuti kegiatan bimbingan?

a. Sangat rugi c. Tidak rugi

b. Kadang-kadang rugi

9. Apakah dalam kegiatan bimbingan membuat anda bersemangat dalam belajar?

a. Sangat semangat c. Tidak semangat b. Kadang-kadang semangat


(4)

10. Berapa kali dalam 1 semester (6 bulan) anda melakukan bimbingan dengan guru bimbingan?

a. 1-2 kali c. Lebih dari 4 kali b. 3-4 kali d. Tidak pernah

11. Apakah guru bimbingan pernah memberikan penjelasan tentang dunia karir?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

12. Apakah guru bimbingan pernah memberikan layanan penempatan dan penyaluran tentang pemilihan karir atau program jurusan sesuai dengan potensi, minat bakat dan cita-cita?

b. Ya c. Tidak pernah

c. Kadang-kadang

13. Apakah bimbingan mengenai pemilihan karir menarik selalu perhatian anda? a. Sangat menarik c. Tidak menarik

b. Sedikit menarik

14. Apakah guru bimbingan pernah memberikan layanan pembinaan, pengembangan dan penyaluran minat bakat dan cita-cita?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

15. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan bimbingan karir yang diberikan oleh guru bimbingan dalam menentukan pemilihan karir?

a. Ya c. Tidak pernah


(5)

16. Apakah guru bimbingan selalu memberikan motivasi kepada anda dalam pemilihan karir?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

17. Apakah guru bimbingan selalu memberikan petunjuk bagaimana mengembangkan karir kepada anda?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

18. Apakah guru bimbingan pernah menjelaskan cara memahami diri (minat, bakat dan potensi) terhadap pemilihan karir anda kelak?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

19. Apakah anda sadar terhadap minat bakat dan kemampuan anda untuk menentukan program pemilihan karir?

a. Ya b. Tidak tahu

20. Apakah guru bimbingan di sekolah anda pernah memberikan pengarahan kepada kemampuan minat dan bakat dalam pemilihan karir?

a. Selalu c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

21. Apakah guru bimbingan pernah memberikan layanan informasi mengenai kemungkinan timbulnya masalah dalam menentukan pemilihan karir?

a. Ya c. Tidak pernah


(6)

22. Apakah anda selalu mengikuti saran guru bimbingan dalam menentukan pilihan karir?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

23. Apakah layanan bimbingan karir di sekolah berperan jelas dalam membantu anda dalam pemilihan karir?

a. Ya b. Tidak

24. Apakah anda mendapatkan manfaat dari bimbingan yang anda lakukan dengan guru pembimbing?

a. Ya c. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

25. Bagaimana tanggapan anda terhadap kegiatan bimbingan di sekolah? a. Masih kurang c. Sudah maksimal

b. Perlu ditingkatkan

26. Apakah setelah melakukan bimbingan tersebut dengan guru bimbingan, apakah anda sudah mampu untuk menentukan karir anda?

a. Mampu c. Tidak mampu b. Belum mampu d. Tidak tahu


Dokumen yang terkait

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMU Islam Al-Azhar 3

1 30 107

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KENAKALAN SISWA SMA NEGERI 8 GARUT

0 4 94

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS Implementasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Menulis Siswa Kelas I Di SD Negeri 01 Tempuran, Simo, Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

0 10 17

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MENULIS Implementasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Menulis Siswa Kelas I Di SD Negeri 01 Tempuran, Simo, Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 16

KOMPETENSI DAN PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KOMPETENSI DAN PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI PUCANGAN 03 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 15

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008.

0 0 17

PERAN GURU SEBAGAI PETUGAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PERAN GURU SEBAGAI PETUGAS BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN MANGGUNG 2 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 13

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TRAIT AND FACTOR TERHADAP KEMAMPUAN DALAM MENGATASI KESULITAN PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 3 MAGELANG -

0 0 63

Bimbingan Karir Kolaboratif dalam Pemantapan Perencanaan Karir Siswa SMA

0 2 7

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di MIN 2 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 83