Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Bayu 1 OKE

(1)

REDESIGN

TAMAN SATWA TARU JURUG

SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dikerjakan oleh :

BAYU BUDI PRASTOWO

NIM : I 8708021

PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

(3)

commit to user

MOTTO

9

Tidak ada usaha yang sia-sia jika kita mau mengambil hikmah

dari semua usaha.

9

Hidup tanpa cita-cita itu mati, cita-cita tanpa usaha itu mimpi,

doa tanpa usaha itu kosong, usaha tanpa doa itu sombong.

9

Jika tidak dapat apa yang kita suka, maka belajarlah untuk

menyukai apa yang kita dapat ( bersyukur), niscaya nikmat akan Allah berikan.


(4)

commit to user

P

PE

ER

RS

SE

EM

MB

BA

AH

HA

AN

N

Tugas akhir ini penyusun persembahkan untuk:

Ibu dan Bapak, untuk kasih sayang yang tak lekang oleh waktu dan pelajaran berharga dari mereka untuk berbagi, mencintai, menghargai, berbakti, serta selalu mensyukuri karunia yang telah diperoleh daripada merasa gelisah karena menghendaki lebih banyak. Dan aku merasa bersyukur karena aku terlahir ke dunia berkat mereka.

SHPXDDQDN,QIUDV·8. Kalian adalah sahabatku yang berharga, dan aku merasa terhormat memiliki teman seperti kalian. Tolong maafkan aku, bila aku pernah meninggalkan lubang di pagar hati kalian.

Kepada sahabat **DDSSOOHH··VV **DDQQNNVV terimakasih atas semua bantuan yang kalian


(5)

commit to user

ABSTRAK

Bayu Budi Prastowo. 2011. Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan. FT Universitas Sebelas Maret. PembimbingIr. Kuswanto Nurhadi, MSp.

Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Surakarta dan merupakan penyumbang retribusi yang cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Surakarta. Seiring berjalannya waktu citra Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Surakarta kini mulai memudar yang ditandai dengan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.

Untuk menyelamatkan kondisi Taman Satwa Taru Jurug yang memprihatinkan perlu dilakukan redesign secara menyuluruh pada kawasan wisata ini. Kebun binatang didesain ulang dan dikondisikan agar binatang merasa nyaman selayak berada dihabitatnya dan untuk menarik minat wisatawan berkunjung dibangun sarana rekreasi dan pendidikan baru seperti waterboom, playground, outbound, museum, perpustakaan dan lain-lain.

Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada konsep desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung penempatan zona. Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang yang ada danfungsi akan membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana pengunjung akan menikmati fasilitas yang ada.

Hasil dari Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug adalah satwa dapat beraktivitas selayak dihabitatnya sehingga pengunjung dapat menikmati nuansa yang alami, pengunjung dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, dan dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung akan meningkatkan pendapatan daerah kota Surakarta.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Bayu Budi Prastowo. 2011. Preparation of Site Plan Redesign Taru Jurug Surakarta Animal Park. Final Project. Department of D-III Civil Engineering Urban Infrastructure. Faculty of Engineering Sebelas Maret University Surakarta. Supervising Ir. Kuswanto Nurhadi, MSp.

Animal Park Taru Jurug is one of the icons of Surakarta and is a contributor to levy substantial increase vitality and revenue in the city of Surakarta. Over time the image of Taru Jurug Animal Park as an icon of the city of Surakarta now starting to fade a marked decrease in the number of tourists visiting.

To save the condition of Satwa Taru Jurug Garden of concern need to be redesigned in menyuluruh in this tourist area. The zoo was redesigned and is conditioned to feel comfortable selayak animals are habitat and to attract tourists visiting built new facilities such as recreation and education waterboom, playground, outbound, museums, libraries, and others.

Function space approach is used as the basis for the laying of the zones on the design concept. Through the function can know the needs that support the placement of the zone. So the approach is a reference to the placement of the spaces that exist danfungsi will form a pattern. This pattern will tell you how the visitor will enjoy the facilities.

Results of Planning Site Plan Redesign Taru Jurug Animal Park is able to move selayak wildlife habitat so that visitors can enjoy the feel of a natural, guests are pampered with a range of facilities offered, and with increasing number of tourists visiting the area will increase the income of Surakarta.


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Teknik.

Atas bimbingan, saran, arahan dan segala sesuatu yang bermanfaat dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini. 2. Ibu Ir.Koosdaryani, MT. selaku dosen pembimbing akademik

3. Seluruh jajaran pengurus Jurusan Taknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Segenap karyawan-karyawati Perusda Taman Satwa Taru Jurug.

5. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang telah memberikan semua yang terbaik demi kelancaran selama perkuliahan dan penyusunan laporan ini. 6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan

UNS angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan tuagas akhir.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta bagi pengembangan ilmu di bidang Teknik Sipil khususnya

Surakarta, 5 Juli 2011


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR KOMUNIKAS DAN PEMANTAUAN ... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Judul Proyek ... 1

1.2. Latar Belakang Masalah ... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Perencanaan... 4

1.5. Manfaat Perencanaan ... 4

1.6. Sistematika Penulisan Laporan... 5

1.7. Batasan Perencanaan ... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan ... 7

2.2. Taman Marga Satwa ... 8

2.2.1. Pengertian Taman Margasatwa ... 8

2.2.2. Fungsi Taman Margasatwa... 8

2.2.3. Faktor yang Diperlukan ... 9


(9)

commit to user

2.3.1. Pengertian Hutan Kota ... 10

2.3.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Kota ... 10

2.3.1. Tipe Hutan Kota ... 11

2.4. Sejarah Taman Satwa Taru Jurug ... 13

2.5. Gambaran Taman Satwa Taru jurug... 16

BAB 3 METODE PERENCANAAN 3.1. Tahap Persiapan... 25

3.1.1. Identifikasi Objek ... 25

3.1.2. Perumusan Tujuan Perencanaan ... 25

3.1.3. Observasi Lapangan... 25

3.1.4. Studi Pustaka ... 25

3.1.5. Metode Pengumpulan Data... 26

3.2. Pengolahan Data ... 26

3.3. Tahap Analisa dan Kesimpulan ... 27

3.4. Penyusunan Laporan ... 27

BAB 4 PERENCANAAN LAHAN 4.1. Kriteria Pemilhan Lahan... 28

4.2. Analisa Lahan ... 29

4.2.1. Tata Guna Lahan ... 29

4.2.2. Ukuran Lahan ... 29

4.2.3. Kemiringan Lahan ... 30

4.2.4. Sumber Air ... 30

4.2.5. Sistem Pembuangan... 31

4.2.5.1. Pembuangan Air Hujan ... 31

4.2.5.2. Saluran Kotoran ... 32

4.2.5.3. Sampah ... 32

4.2.6. Sistem Listrik... 32

4.2.7. Penghijauan ... 33


(10)

commit to user

4.3. Analisa Sirkulasi ... 33

4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ... 35

BAB 5 PERANCANGAN BANGUNAN 5.1. Konsep Desain ... 38

5.2. Pendekatan Perancangan ... 38

5.3. Fasilitas Bangunan... 39

5.3.1. Zona Kenun Binatang ... 39

5.3.1.1. Aves ... 39

5.3.1.2. Reptilia ... 41

5.3.1.3. Mamalia ... 43

5.3.1.4. Pisces ... 47

5.3.1.5. Ukuran Shelter Hewan ... 48

5.3.1.6. Bangunan Karantina ... 49

5.3.1.7. Poloklinik Hewan ... 49

5.3.1.8. Gudang dan Penyimpanan Makanan ... 50

5.3.2. Zona Pendidikan ... 50

5.3.2.1. Museum ... 51

5.3.2.2. Perpustakaan ... 53

5.3.2.3. Greenhouse ... 54

5.3.3. Bangunan Rekreasi ... 55

5.3.3.1. Waterboom ... 55

5.3.3.2. Foodcourt dan Pusat Souvenir... 58

5.3.3.3. Arena Outbound... 59

5.3.3.4. Wisata Danau ... 60

5.3.3.5. Pertunjukan Hewan ... 61

5.3.3.6. Playground ... 61

5.3.3.7. Taman Gesang ... 63

5.3.4. Fasilitas Penunjang ... 63

5.3.4.1. Kantor ... 63


(11)

commit to user

5.3.4.3. Sarana Ibadah... 65

5.3.4.1. Lain-lain ... 65

5.4. Rencana Anggaran Biaya ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 72

6.1. Saran ... 72

PENUTUP...xviii

DAFTAR PUSTAKA...xix LAMPIRAN


(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo ... 16

Tabel 2.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug ... 18

Tabel 5.1. Ukuran Shelter Kandang Hewan ... 48

Tabel 5.2. Bangunan Karantina ... 49

Tabel 5.3. Poliklinik Hewan ... 50

Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan ... 52

Tabel 5.5. Kebutuhan Ruang Museum ... 52

Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan ... 54

Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom ... 56

Tabel 5.8. Kebutuhan Ruang Kantor... 64

Tabel 5.9. Rencana Anggaran Biaya ... 67


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Foto Udara Taman Satwa Taru Jurug ... 1

Gambar 2.1. Tampak Depan Taman Satwa Taru Jurug ... 18

Gambar 2.2. Situasi Didalam Taman Satwa Taru Jurug ... 19

Gambar 2.3. Fasilitas Bangunan yang Terbengkalai ... 19

Gambar 2.4. Kondisi Kandang Satwa yang Tidak Terawat ... 20

Gambar 2.5. Kondisi Fasilitas Umum yang Tidak Terawat ... 21

Gambar 2.6. Tumpukan Sampah di Taman Satwa Taru Jurug ... 22

Gambar 3.1. Diagram Alir Metodologi Perencanaan ... 24

Gambar 4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo ... 28

Gambar 4.2. Gambar Lahan Taman Satwa Taru Jurug ... 29

Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan ... 30

Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih ... 31

Gambar 4.5. Akses Jalan ... 34

Gambar 4.6. Sistem Entrance ... 34

Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang ... 35

Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi ... 36

Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan ... 37

Gambar 4.10. Kebutuhan Ruang Perawatan ... 37

Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji ... 40

Gambar 5.2. Desain Kandang Aves Karnivora ... 41

Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana... 42

Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya ... 43

Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora ... 44

Gambar 5.6. Desain Kandang Primata ... 45

Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas ... 46

Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang ... 47

Gambar 5.9. Denah Zona Pisces ... 48


(14)

commit to user

Gambar 5.11. Situasi Didalam Perpustakaan ... 54

Gambar 5.12. Gambaran Bentuk Greenhouse ... 55

Gambar 5.13. Denah Waterboom ... 57

Gambar 5.14. Fasilitas Waterboom ... 57

Gambar 5.15. Denah Foodcourt dan Pusat Souvenir ... 58

Gambar 5.16. Gambaran Situasi Arena Outbound ... 59

Gambar 5.17. Denah Bangunan wisata Danau... 60

Gambar 5.18. Wisata Perahu ... 61

Gambar 5.19. Playground ... 62

Gambar 5.20. Taman Gesang ... 63


(15)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi, bertujuan untuk meningkatkan devisa dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Tujuan lain dari pariwisata adalah untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

Propinsi Jawa Tengah dengan luas 34.504 km² berpotensi besar di bidang kepariwisataan, baik wisata budaya, alam maupun tempat rekreasi. Propinsi Jateng dan DIY merupakan salah satu dari 10 Daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang menempati urutan teratas setelah Bali.

Kota Surakarta memiliki potensi yang sangat besar di bidang budaya dan keindahan alam. Potensi yang ada dapat dikembangkan sebagai aset untuk mewujudkan kota Surakarta sebagai kota budaya sekaligus kota wisata. Dengan adanya bandara internasional Adi Soemarmo maka keberadaan kota Surakarta merupakan salah satu pintu gerbang Internasional di Indonesia.

Strategi dan kebijaksanaan pembangunan kota Surakarta tercermin dalam visi misi kota Surakarta menjadi kota tujuan wisata yang bernuansa budaya, mengingat kota Surakarta memiliki potensi wisata budaya yang beragam. Dalam melaksanakan program atau kebijaksanaan pemerintah, khususnya bidang kepariwisataan, pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah untuk menunjang terwujudnya kota Surakarta sebagai pintu gerbang pariwisata di Jawa Tengah. Usaha ini dikaitkan dengan perwujudan Tri Krida Utama kota Surakarta, yaitu sebagi kota budaya, kota pariwisata dan kota olah raga, yang dalam program pelaksanaanya juga ditunjang dengan program BERSERI (Bersih Sehat Rapi Indah). Selain itu usaha ini juga dikaitkan dengan visi kota Surakarta yaitu "Terwujudnya Kota Sala Sebagai Kota Budaya yang Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata, dan Olahraga´ Beberapa aset


(16)

pariwisata yang ada di kota Surakarta salah satunya kawasan wisata Taman Satwa Taru Jurug .

Bila ditinjau dari sudut industri pariwisata, keberadaan aset Taman Satwa Taru Jurug yang merupakan tempat rekreasi yang berupa kebun binatang dan hutan kota sangat menunjang sarana rekreasi kota. Bila dilihat dari lokasinya, Taman Satwa Taru Jurug sangat strategis dan memiliki potensi yang tinggi, berdampingan dengan sungai Bengawan Solo dan dekat dengan Universitas Sebelas Maret serta pemukiman penduduk. Secara makro, menjadi kawasan transisi antara Jawa Timur dan Jawa Barat.

Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo. Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam, dan peduli akan masa depan.

Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo. Hal tersebut nampak dari persentase retribusi pendapatan kota Solo yang dihasilkan dari Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo

No. Objek Persentase

1 Keraton Surakarta 3,24 %

2 Mangkunegaran 9,66 %

3 Museum Radya Pustaka 0,73 %


(17)

Lanjutan Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo

4 Taman Wisata Budaya Sriwedari 21,24 %

5 Wayang Orang Sriwedari 6,16 %

6 Taman Hiburan Rakyat Sriwedari 9,43 %

7 Taman Satwa Taru Jurug 48.08 %

8 Taman Wisata Balekambang 1,47 %

Jumlah 100 %

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam, dan peduli akan masa depan. Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan Taman Satwa Taru Jurug mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua itu dapat dilhat dari kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug sangat memprihatinkan, selain fasilitas yang minim, satwa juga dalam kondisi stres sehingga banyak yang mati. Diantara satwa yang mati adalah : harimau, komodo, buaya dan orangutan. Bahkan koleksi orangutan tang dinilai paling memprihatinkan di Taman Satwa Taru Jurug yaitu tinggal satu ekor.

(Seto Hariwibowo, http://newslines.files.wordpress.com )

Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit dan hanya ramai pada saat hari besar tertentu, dengan kata lain yang menarik perhatian adalah acara tersebut dan bukan lagi Taman Satwa Taru Jurug. Demikian pula dengan wisatawan mancanegara jumlahnya juga semakin menurun. Taman Satwa Taru Jurug sudah

NHKLODQJDQ ³MDWL GLULQ\D´ VHEDJDL VDODK VDWX LNRQ NRWD 6ROR %HUGDVDUNDQ

pendataan dari pihak pengelola Taman Satwa Taru Jurug jumlah pengunjung mengalami penurunan mulai tahun 2006 terutama di event khusus. Hanya


(18)

mengalami lonjakan jumlah pengunjung pada saat hari minggu dan hari besar. Pada hari biasa jumlah pengunjung juga mengalami penurunan, lihat Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug

Tahun Anak Dewasa Jumlah

2006 2.640 268.221 270.861

2007 30.273 233.387 263.660

2008 22.158 186.171 208.329

2009 23.606 197.223 220.829

2010 24.329 195.358 219.687

Sumber : Pengelola Taman Satwa Taru Jurug


(19)

Gambar 1.2. Situasi didalam TSTJ

Gambar diatas menunjukan area permainan. Kondisi peralatan yang kurang terawat, banyak tempat yang belum dimaksimalkan potensinya (terbengkalai) dan kurang teratur. Kapal yang dulunya beroperasi, kini tidak lagi terpakai karena rusak. Lihat Gambar 1.2.


(20)

Banyak lahan di Taman Satwa Taru Jurug yang terbengkalai dimana sebenarnya memiliki potensi besar untuk dioptimalkan penggunaannya. Banyak fasilitas yang kurang terawat seperti gazebo yang menghadap danau buatan, satwa air yang ditutup, pendopo yang tidak lagi terpakai, pedestrian yang rusak yang tidak sesuai degan misinya dan saluran air yang tidak terawat. Dimana sebenarnya berpotensi bagus apabila kondisinya baik dan terawat sesuai dengan visi, misi, dan tujuan dibangunnya Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Gambar 1.3.

Kondisi TSTJ saat ini memang cukup memprihatinkan, hal ini dapat terlihat pada kondisi kandang yang 90 persennya rusak. Kandang satwa yang kurang terawat dan tidak memadai sebagai habitat satwa yang bersangkutan memberikan dampak buruk dalam perawatan dan pelestarian satwa tersebut. Kandang satwa banyak yang berkarat dan rapuh, selain itu identitas tentang satwa kurang menarik dan seakan-akan hanya sekedar tempelan untuk melengkapi kandang agar tidak terkesan polos. (http://www.soloposfm.com/2011/03). Lihat Gambar 1.4.


(21)

Gambar 1.5. Kondisi Fasilitas Umun yang Tidak Terawat

Kenyamanan para pengunjung masih belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kenyamanan yang disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak terawat seperti toilet ( yang menimbulkan keengganan untuk menggunakannya), tempat berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya tanpa pengaturan dan pemeliharaan. Sekitar 60 % dari keseluruhan jalan setapak yang ada di Taman Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan yang cukup parah. Lihat Gambar 1.5. (http://www.harianjoglosemar.com/berita/60-persen-jalan-setapak-di-tstj-rusak-30584.html).


(22)

Gambar 1.6. Tumpukan sampah di TSTJ

Sampah-sampah bertebaran di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah kesemrawutan Taman Satwa taru Jurug. Kurang adanya pengelolaan sampah yang baik sehingga sampah menjadi menumpuk di berbagai tempat. Lihat Gambar 1.6.

Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan, rusaknya pagar TSTJ dimanfaatkan oleh para pemancing ikan ilegal yang masuk tanpa tiket. Selain itu, akibat kerusakan pagar, banyak tanaman untuk pakan satwa juga raib.( http://www.harianjoglosemar.com/berita/tstj/26/03/2011 ).

Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda bahwa kota Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan fisik, kota Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya mall-mall baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama dengan kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah satu peradapannya. Oleh karena itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan pengembangan kawasan tersebut.


(23)

Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan Taman Satwa Taru Jurug mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua itu dapat dilhat dari Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit. Semua itu diakibatkan karena kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug kini memprihatinkan, selain fasilitas yang minim kandang 90 persennya rusak sehingga mengakibatkan satwa juga dalam kondisi stress, sehingga banyak yang mati.

Hal lain yang mengakibatkan kemunduran Taman Satwa Taru Jurug adalah kondisi peralatan di Taman Satwa Taru Jurug yang kurang terawat sehingga banyak yang mengalami kerusakan.Kenyamanan para pengunjungpun masih belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kenyamanan yang disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak terawat seperti toilet tempat berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya Sampah-sampah bertebaran di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah kesemrawutan Taman Satwa Taru Jurug. Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug juga mengalami kerusakan.

7DPDQ6DWZD7DUX-XUXJVXGDKNHKLODQJDQ³MDWLGLULQ\D´VHEDJDLVDODKVDWXLNRQ

kota Solo. Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda bahwa kota Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan fisik, kota Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya mall-mall baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama dengan kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah satu peradapannya. Oleh karna itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan pengembangan kawasan tersebut.

Tugas akhir ini merupakan Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug. Bila dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah area Taman Satwa Taru Jurug merupakan area terbuka hijau. Pemakaian area sebagai kebun binatang telah sesuai dengan peruntukan area tersebut. Area ini sangat tepat bila dijadikan


(24)

sebagai ikon kota Solo, karena berada pada pintu masuk kota Solo dan dilalui jalan arteri sekunder pada bagian Selatan dan pada sisi Barat dilalui jalan kolektor sekunder. Selain itu area ini juga berada di dekat Universitas Sebelas Maret dan tepat di sisi Barat Sungai bengawan Solo. Lokasi berada pada Jl. Ir. Sutami 18, Surakarta dengan luas area ± 14,7 ha.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyusunan site plan komplek wisata yang memenuhi standar. 2. Bagaimana penyusunan Rencana Anggaran Biaya Redesign Taman Gesang.

1.3. Tujuan Perencanaan

1. Mendesain site plan yang dikondisikan agar satwa dapat bergerak secara leluasa dan beraktifitas sebagaimana mestinya, pengunjung agar tidak tersesat atau kebingungan dalam mengamati seluruh area, dan menciptakan suatu kondisi agar pengunjung dapat melihat dan mengamati

dengan aman dan leluasa.

2. Menyusun Rencana Anggaran Biaya Taman Gesang

1.4. Manfaat Perencanaan 1. Bagi Pemerintah

a.) Memulihkan citra taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo b.) Mendatangkan pemasukan untuk daerah.

2. Bagi Masyarakat Kota Solo

Memberikan tampat bagi masyarakat kota Solo sebagai area konservasi, rekreasi, penelitian, dan pendidikan.

3. Bagi Pendidikan Teknik Sipil

Memberikan teladan bagi para mahasiswa dan orang-orang yang bergerak di bidang teknik sipil, bahwa teknik sipil tidak berbicara tentang dirinya sendiri melainkan juga lingkungannya.


(25)

4. Bagi Lingkungan

Menyediakan area terbuka yang diperuntukan sebagai hutan kota, tempat resapan air dan juga paru-paru kota.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang signifikasi mengapa penelitian ini layak dan menarik untuk dilakukan, berisikan abstraksi perihal yang dibahas dalam tulisan ini, tujuan penelitian dan sistematika laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang landasan yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Bab ini berisi tentang metedologi survei pengambilan data di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta.

BAB IV PERENCANAN LAHAN

Bab ini berisi paparan tentang kondisi lahan yang akan direncanakan.Perencanaan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta.

BAB V PERANCANGAN BANGUNAN

Bab ini berisi tentang gambaran dan detail dari rancangan bangunan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dari laporan Perencanaan Pengembangan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug.

1.6.Batasan Perencanaan

Perencanaan Pengembangan Taman Satwa Taru Jurug hanya terbatas pada pembuatan site plan dan RAB.


(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan Tapak (Site Planning)

Site plan merupakan tanmpak atas bangunan yang dilengkapi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan tapak (site planning) sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia.

Faktor lingkungan alam merupakan suatu sistem ekologi dari air, udara, energi, tanah, tumbuhan (vegetasi), dan bentuk-bentuk kehidupan yang saling mempengaruhi dan membentuk suatu komunitas yang saling menyesuaikan diri dan berkembang bila lingkungan berubah. Kegiatan manusia merupakan bagian penting dari sistem ekologi ini. Karena itu dalam pembangunan yang menjadi persoalan ialah bagaimana mempertahankan keselarasan dan tidak melampaui kapasitas alam dari sistem tersebut guna menunjang kegiatan manusia. Suatu rancangan tapak yang baik akan meningkatkan kegiatan manusia di samping menonjolkan potensi tapak yang alami.

Faktor lingkungan buatan manusia terdiri dari bentuk elemen dan struktur kota yang dibangun, meliputi struktur fisik dan pengaturan ruang serta pola-pola perilaku sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik. Kedua perspektif ini saling mempengaruhi. Seringkali dalam tata lingkungan terjadi pelanggaran faktor lingkungan alam yang disengaja. Kota memiliki berbagai sistem prasarana yang luas untuk air, energi listrik, transportasi, saluran pembuangan air hujan, sanitasi lingkungan dan sebagainya. Dalam perencanaan dan perancangan tapak dikaji bagaimana kesesuaian suatu tapak dengan berbagai sistem lingkungan binaan manusia ini. Jadi perencanaan dan perancangan tapak


(27)

meliputi hubungan dengan sistem alam maupun dengan sistem buatan manusia, diperkotaan maupun di lingkungan yang jauh dari perkotaan.

2.1.1. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Tapak

1. Luas tapak harus sesuai dibandingkan dengan luas bangunan atau fasilitas lain.

2. Tapak merupakan persil yang tidak digunakan,status lahan & ruang bebas. 3. Memiliki topografi, seperti pohon peneduh, pemandangan bagus & lereng

yang menyenangkan.

4. Kualitas lingkungan (dampak proyek terhadap lingkungan sekitarnya). 5. Bahaya: Kemungkinan banjir, longsoran, kedekatan terhadap jalur kereta

api, lalu lintas cepat, bantaran tinggi, perairan yang tidak terlindungi, keberadaan serangga pengganggu seperti rayap, nyamuk, muka air tanah yang tinggi sehingga menyebabkan kelembaban pada bangunan.

6. Gangguan: kedekatan terhadap pabrik, rel kereta api, bengkel, lalu lintas dan sebagainya, yang mengakibatkan gangguan suara, asap, debu, bau-bauan atau getaran.

7. Pertimbangan lingkungan menjadi aspek penting dalam proses perencanaan tapak, mencakup analisis iklim mikro dan makro, ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi, vegetasi, serta kondisi tanah bawah permukaan.

8. Kesesuaian terhadap Pola Perkotaan

Kesesuaian terhadap rencana tata kota yang telah disetujui, rencana sementara atau beberapa kecenderungan dalam penggunaan tanah. Penzonaan (zoning); kemungkinan perubahannya.

Persetujuan dari badan-badan perencanaan setempat.

Kemungkinan penutupan jalan yang ada dan pembuatan jalan baru. Akibat peraturan bangunan serta kemungkinan rencana penyesuaian.


(28)

Pengumpulan dan pembuangan sampah.

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran yang dipengaruhi oleh lokasi dan pencapaian tapak.

Jalan: penerangan, pembersihan, pemeliharaan, penanaman phonon dan sebagainya.

Perlindungan keamanan polusi. 10.Ketersediaan fasilitas lingkungan dan sosial.

2.2. Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lanscap, hardscap, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) ditetapkan dalam instruksi Mendagri no.1 tahun 2007\DQJPHQ\DWDNDQ³5XDQJWHUEXNDKLMDX\DQJSRSXODVLQ\DGLGRPLQDVLROHK penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemnfaatan dan fungsinya adalah areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah pekotaan dengan besaran minimal 30% dari luas area.

Tujuan penataan RTHKP adalah :

1. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan 2. mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buata 3. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih.

Fungsi RTHKP adalah :

1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan 2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara 3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati 4. Pengendali tata air; dan


(29)

Manfaat RTHKP adalah :

1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah 2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan 3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial 4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan

5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah 6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula.

Berikut ini adalah rumus-rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah terbuka dengan wilayah terbangun

Tabel 2.1 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah Terbangun dengan Luas lahan total

Tabel 2.2 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah terbuka dengan Luas Lahan Total

2.3. Taman Margasatwa

2.3.1. Pengertian Taman Margasatwa

Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, taman margasatwa berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang yang dipelihara sebagian besar adalah hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air dipelihara di akuarium.


(30)

Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No. 20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.

2.3.2. Fungsi Taman Margasatwa

Berdasarkan fungsi taman margasatwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut :

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di Indonesia.

2. Sebagai sarana konservasi jenis satwa yang langka atau terancam punah. 3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada. 4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/eko logi

jenis-jenis satwa koleksi dalam rangka melengkapi data.

5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat satwa semi alami.

6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau sebagai produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan.

7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif, dengan mengunjungi taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan dan perilaku satwa yang menarik.

8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan


(31)

kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat dapat melihat berbagai jenis satwa liar.

2.3.3. Faktor yang Diperlukan dalam Pembinaan Taman Margasatwa 1. Bentuk-bentuk tempat satwa (kandang biasa, kandang bentuk gua, dataran,

unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran).

2. Keamanan (pagar, kandang pemisah dan pemeriksaan kandang). 3. Pelayanan teknis (tenaga ahli, perawatan dan kesehatan satwa). 4. Pelayanan masyarakat dan pembiayaan.

5. Kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa.

2.4. Hutan Kota

2.4.1. Pengertian Hutan Kota

Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota.

2.4.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Kota

Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut :

1. Fungsi Lansekap

Meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsure struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau. Meliputi


(32)

fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif. Hutan kota bagi orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. 2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain :

D0HQ\HJDUNDQXGDUDDWDXVHEDJDL³SDUX-SDUX´NRWDGHQJDQPHQJDPELO CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat

diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan.

b.) Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.

c.) Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya.

d.) Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

e.) Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah. f.) Peredam kebisingan.

g.) Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. h.) Menyuburkan tanah.

3. Fungsi Estetika

Erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.


(33)

2.4.3. Tipe Hutan Kota

Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe pemukiman, tipe kawasan undustri, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe perlindungan, dan tipe pengamanan.

1. Tipe Pemukiman

Hutan Kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.

2. Tipe Kawasan Industri

Hutan Kota yang dikembangkan di kawasan industri hendaknya memilih jenis tanaman yang tahan dan mampu menyerap serta menyerap polutan. 3. Tipe Rekreasi dan Keindahan

Rekreasi pada kawasan Hutan Kota bertujuan menyegarkan kembali kondisi yang jenuh dengan kegiatan rutin melalui sajian alam yang indah, segar, dan penuh ketenangan. (Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007)

4. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah

Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk Hutan Kota yang memenuhi kriteria ini antara lain taman hutan raya, kebun raya, an kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan Hutan Kota untuk pelestarian plasma nutfah, yaitu :

a.) Sebagai koleksi plasma nutfah, khususnya pengembangan vegetasi secara ex-situ.

b.) Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang dilindungi atau yang akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan vegetasi.

5. Tipe Perlindungan

Areal kota dengan mintakat kelima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi dan ditandai oleh adanya tebing-tebing curam ataupun daerah tepian sungai, yang perlu dijaga dengan membangun Hutan Kota agar terhindar dari bahaya erosi dan tanah longsor.


(34)

6. Tipe Pengaman

Hutan Kota tipe pengaman berbentuk jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Tanaman perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan karena pecah ban, patah stir atau pengemudi mengantuk.


(35)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB III

METODE PERENCANAAN

Perencanaan Tugas Akhir ini dilakukan untuk optimasi pemanfaatan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan langkah-langkah penelitian yang tepat dan berurutan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data, kemudian dilakukan analisa melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan yang digunakan dalam penyusunan landasan program perencanaan dan perancangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

Survey data primer (kawasan) yang berisi fenomena dalam benuk potensi dan masalah melalui pengamatan langsung (observasi), observasi lapangan, digunakan untuk memperoleh data mengenai lokasi perencanaan dan perancangan, serta data studi banding.

Survey data penunjang yang berisi data-data kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan kawasan Taman Satwa Taru jurug.

Wawancara pihak terkait, dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dari masyarakat dan pihak-pihak terkait, guna melengkapi data-data yang diperoleh dari studi literatur dan observasi lapangan.

Studi literatur, untuk memperoleh landasan teori yang tepat sebagai pegangan dalam menganalisa data-data yang diperoleh.

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti dalam pembuktian kebenaran, analisa, dan perbaikan kesalahan yang juga berguna bagi pengembangan selanjutnya. Dalam bagian ini akan diuraikan langkah-langkah perencanaan yang akan dilakukan dalam memecahkan permasalahan, sehingga perencanaan ini dapat terselesaikan dengan baik.


(36)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Secara skematis, metodologi perencanaan ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodelogi Perencanaan Identifikasi Permasalahan

Perumusan Masalah dan Tujuan Perencanaan

Pengamatan Kondisi Lapangan Pengumpulan Data

Studi Lapangan

Perhitungan dan Perencanaan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug

Surakarta

Pembuatan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta

Selesai

Pembahasan dan Kesimpulan Mulai


(37)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 3.1. Tahap Persiapan 3.1.1. Identifikasi Objek

Sebagai langkah awal dalam perencanaan ini, objek yang ingin dikembangkan harus diidentifikasikan secara jelas untuk menghindari kesalahan perencanaan.

3.1.2. Perumusan Tujuan Perencanaan

Setelah objek teridentifikasi, maka ditentukan tujuan apa saja yang ingin dicapai dengan diadakannya peencanaan ini dan menjadikan pedoman dalam perencanaan pengembangan Taman Satwa taru Jurug sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.

3.1.3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan. Dengan demikian diperoleh gambaran umum tentang objek yang akan dikembangkan.

3.1.4. Studi Pustaka

Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan hasil perencanaan. Studi ini dilakukan untuk memperoleh dan lebih memahami teori-teori yang berhubungan dengan perencanaan. Selain itu juga untuk mengetahui perencanaan- perencanaan terdahulu yang telah dilakukan untuk meyakinkan bahwa perencanan ini belum pernah dilakukan atau merupakan pengembangan dari perencanaan terdahulu.

3.1.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data yang dimiliki oleh instansi yang langsung mengelola Taman Satwa Taru Jurug, serta pengukuran langsung di


(38)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

lapangan sebagai perbandingan dan pelengkap. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Wawancara

Didalam pelaksanaannya penulis berinteraksi dengan informan menanyakan secara langsung atau memburu informasi. Jenis wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara tidak terstruktur yakni dengan mengajukan secara bebas sesuai dengan informasi yang diperlukan kemudian dari hasil jawaban nara sumber dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

2. Metode Observasi

Metode observasi digunakan penulis untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang gambaran objek yang akan direncanakan pengembangannya. Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan dipelajari.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode pengumpulan data yang paling utama yakni dilakukan dengan mempelajari dan mereview data pada dokumen milik Taman Satwa Taru Jurug.

3.2. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Pada tahap mengolah data atau menganalisis data dilakukan dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.

Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir tentang pembuatan site plan tersebut. Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1


(39)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

3.3. Tahap Analisa dan Kesimpulan

Tahap akhir ini terdiri dari tahap analisa dan interpretasi data dan tahap kesimpulan dan saran

3.4. Penyusunan Laporan

Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang dapat memberikan solusi mengenai Perencanaan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta.


(40)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB IV

PERENCANAAN LAHAN

4.1. Kriteria Pemilihan Lahan

Dasar pemilihan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo. Lahan yang tersedia telah dipetakan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat pelestarian alam. Demikian pula dengan Taman Satwa Taru Jurug yang berfungsi sebagai tempat pelestarian satwa dan tumbuhan. Lihat Gambar 4.1.


(41)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 4.2. Analisa Lahan

Kondisi setiap lahan tidak pernah sama. Hal ini dipengaruhi berbagai aspek. Kemiringan tanah, kondisi air, ruang hijau, pemandangan, kebisingan, dan lain-lain. Konsep desain juga dipengaruhi oleh kondisi lahan.

4.2.1. Tata Guna Lahan

Lahan ini tepat digunakan sebagai Taman Satwa Taru Jurug yang berfungsi sebagai wadah melestarikan satwa dan tumbuhan. Sekaligus sebagai tempat rekreasi dan bersantai.

4.2.2. Lokasi Lahan

Taman Satwa Taru Jurug Terletak pada Jl. Ir. Sutami 18, Kelurahan Jebres Surakarta. Lihat Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Gambar Lokasi Taman Satwa Taru Jurug Sumber: Bakosurtanal


(42)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 4.2.3. Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan Taman Satwa Taru Jurug adalah ± 15o . Dengan kondisi kemiringan menuju sungai bengawan Solo, sehingga pada saat hujan air mengalir menuju sungai, Selain itu ada juga yang menuju danau buatan. Lihat Gambar 4.3.

Kemiringan Lahan

Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan

Sumber : Google Earth

Melihat kondisi kemiringan tanah, maka perancangan saluran air dibuat mengikuti arah kemiringan sehingga pada saat hujan area pedestrian tidak kebanjiran.

4.2.4. Sumber Air

Sumber air yang digunakan adalah air PDAM dan juga dari sumur bor. Air PDAM hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air kantor. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air seluruh areal Taman Satwa Taru Jurug yang begitu besar berasal dari air sumur bor dalam.


(43)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Sistem pendistribusian air bersih yang digunakan adalah sistem downfeet. Perlengkapn yang digunakan dalam sistem ini antara lain : meter air, tandon bawah yang dilengkapi pompa yang terbagi atas masing-masing blok massa, dan tandon atas yang terletak pada kontur yang paling tinggi.

Pompa

Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih

Sumber: Novi Dian 2010

Sistem pendistribusian air bersih dibuat seperti bagan diatas karena jarak lahan ini memiliki kontur yang miring 150 . Dari tandon tas inilah pendistribusian air dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih secara downfeet ke tandon-tandon bawah yang tersebar disetiap blok massa dengan menggunakan pompa dan dialirkan ke tempat yang membutuhkan.

4.2.5. Sistem Pembuangan 4.2.5.1. Pembuangan Air Hujan

Dalam pembangunan kawasan wisata aspek harus diperhatikan adalah tersedianya prasarana drainase yang mampu menjamin kawasan tersebut tidak tergenang air pada waktu musim hujan. Di kawasan Taman Satwa Taru Jurug saluran terletak di sisi luar bangunan atau di samping jalan lingkungan yang saling berhubungan dan dialirkan ke sungai atau danau buatan . Pada setiap 15 m di saluran drainase

Sumur

Bor Tandon Atas Tandon Bawah Distribusi Tandon Bawah

Tandon Bawah

Tandon Bawah

Distribusi

Distribusi


(44)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

terdapat sumur resapan air hujan dengan diameter dalam 70 cm, tebal 15 cm. Sumur tersebut terdiri dai 5 lapisan dengan masing-masing kedalaman 40 cm dan setiap lapisan diisi dengan batu kali. Dinding saluran drainase tersebut terbuat dari bahan beton dengan lebar dasar saluran 40 cm dan kedalaman 75 cm.

4.2.5.2. Saluran Kotoran

Kotoran buangan dari kloset yang berupa limbah padat dialirkan melalui pipa pembuangan untuk kemudian disalurkan ke septictank. Pipa pembuangan secara horizontal memiliki kemiringan 2% dari jarak horizontal yang ditempuh.

4.2.5.3. Sampah

Sistem pembuangan sampah dari bangnan, akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pembuangan sampah yang dihasilkan manusia dan sampah yang dihasilkan hewan. Pembuangan sampah yang dihasilkan manusia termasuk sampah yang dibuang oleh pengunjung. Untuk sampah jenis ini telah disediakan tempat sampah yang berada di area sirkulasi para pengunjung. Sistem pembuangan yang diplih adalah sistem pembuangan kolektif oleh petugas kebersihan, untuk kemudian ditampung terlebih dahulu dan dibuang ke TPA.

Sampah dari kotoran binatang, untuk sampah jenis ini akan dibersihkan oleh petugas kebun binatang. Sebagian akan dibakar ditempat pembakaran yang telah disediakan dan sebagian akan diolah menjadi pupuk.

4.2.6. Sistem Listrik

Pada prinsipnya distribusi listrik ke tiap bangunan bersumber dari PLN. Dari gardu PLN yang terletak pada bangunan gardu induk, dari sini dihubungkan ke mesin trafo kemudian didistribusikan melalui panel control.


(45)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Pada proyek ini ruang panel terdapat di dekat area kantor pengelola. dari panel induk listrik dialirkan ke tiap gedung, pada tiap zona massa terdapat satu ruang panel.

4.2.7. Penghijaun

Kondisi eksisting Taman Satwa Taru Jurug memiliki jenis tanaman yang sangat bervariasi. pepohonan peneduh, tanaman obat-obatan , dan lain-lain. Fungsi

XWDPDQ\DDGDODKVHEDJDLSHQJKLMDXDQ7DPDQ6DWZD7DUX-XUXJGDQ³SDUX-SDUX´ kota Solo. Perancangan bangunan akan lebih baik bila tidak menumbangkan tanaman yang ada tetapi justru mengikuti pola tanaman. Namun bila terpaksa tanaman tersebut bisa direlokasi atau diganti tanaman baru pada tempat yang berbeda.

4.2.8. Kebisingan

Tingkat kebisingan pada sisi Barat site lebih rendah, disebabkan hanya digunakan sebagai jalan lokal. Tingkat kebisingan pada sisi Selatan sangat tinggi, disebabkan digunakan sebagai jalan arteri sekunder. Jadi sebaiknya peletakan satwa pada sisi utara yang jauh dari kebisingan, karena satwa peka terhadap suara dan mempengaruhi proses perkembangbiakan.

4.3. Analisa Sirkulasi

Kondisi lahan strategis karena dilalui 2 jalan, yaitu jalan utama dengan lebar 12 m berada di sisi Selatan dan jalan sekunder dengan lebar 6 m berada di sisi Barat. Lihat Gambar 4.5.


(46)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 Jalan

Sekunder

Jalan Utama

Gambar 4.5. Akses Jalan

Sumber : Google Earth

Bila arah masuk melalui jalan utama dan keluar melalui jalan sekunder, maka keuntungannya adalah tidak terjadi crossing . namun kekurangannya pada jalan sekunder akan menjadi ramai bahkan bisa menyebabkan kemacetan.

Bila arah masuk lokasi melalui jalur utama dan keluar melalui jalan yang sama pada sisi yang berbeda. Kelebihannya tidak terjadi croosing karena berupa jalur satu arah. Selain itu entrance lebih terlihat, karena berada pada jalan utama.


(47)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Masuk

Keluar

Gambar 4.6. Sistem entrance

Sumber : Google Earth

Jadi sebaiknya arah masuk dari jalan utama yang berada pada sisi Selatan. Perancangan arah masuk berdasarkan kenyamanan kendaraan yang masuk dan keluar agar tidak terjadi crossing serta tidak terjadi kemacetan lalu lintas.

4.4. Analisa Kebutuhan Ruang

Berdasarkan hasil analisa dan kebutuhan, Taman Satwa Taru Jurug memerlukan ruang-ruang yang memiliki fungsi tertentu.

Pada zona kebun binatang terbagi atas empat sub zona, yaitu mamalia, aves, reptil, dan pisces. Lihat Gambar 4.7.


(48)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang

Pada zona rekreasi terbagi atas zona waterboom, outbound, pemancingan, foodcourt, galeri seni, pertunjukan, dan playground. Lihat Gambar 4.7.

Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi Zona Kebun Binatang

Mamalia

Aves

Reptil

Pisces

Zona Rekreasi

Waterboom Outbound

Wisata Danau

Food court

Pusat Souvenir dan Cinderamata

Pertunjukan


(49)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Zona pendidikan difungsikan untuk menunjukan koleksi yang ada di Taman Satwa Taru Jurug dan mempelajari lebih dalam mengenai aneka flora dan fauna sekaligus sebagai sarana pembelajaran tentang pengawetan. Zona pendidikan terdiri atas ruang perpustakaan, museum, diorama hewan, diorama tumbuhan, greenhouse, dan lab. pengawetan. Lihat Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan

Pada zona keempat terdapat zona perawatan satwa yang terdiri atas klinik hewan, ruang karantina, dan gudang serta penyimpanan makanan.

Gambar 4.10. Kebutuhan Ruang Perawatan Zona Pendidikan

Diorama Hewan

Diorama Tumbuhan

Greenhouse Perpustakaan

Museum

Zona Perawatan

Klinik

Karantina

Gudang dan Penyimpanan Makanan


(50)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Bagian terakhir adalah fasilitas pendukung yang terdiri dari kantor, lahan parkir, sarana ibadah, rumah pompa, jalan, taman, toilet, gudang, pos keamanan, dan lain-lain.


(51)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB V

PERANCANGAN BANGUNAN

5.1. Konsep Desain

Kenyamanan satwa beraktivitas selayak dihabitatnya dan pengembangan kawasan menjadi suatu objek wisata yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung menjadi konsep utama dalam Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Hal ini tidak lepas dari kondisi kawasan yang sangat memiliki potensi apabila dikembangkan.

5.2. Pendekatan Perancangan

Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada konsep desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung penempatan zona. Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang yang ada danfungsi akan membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana pengunjung akan menikmati fasilitas yang ada.

Karena bangunan kebun binatang ini terletak pada lahan yang cukup luas sehingga pola pengaturan sirkulasi harus diperhatikan. Selain itu, karena lahan yang dipakai masih cukup asri, maka pola penataan sirkulasi harus dibuat sedemikian rupa agar tidak membingungkan dan dapat membuat orang merasa nyaman.

Pola yang akan digunakan pada perancangan ini adalah pola linier. Pola linier mengarahkan pengunjung untuk menikmati seluruh area. Kelebihan pola ini bagi pengunjung yang pertama kali berkunjung tidak perlu takut untuk tersesat. Dengan demikian pengunjung dapat menikmati fasilitas dengan bebas satu per satu ataupun hanya fasilitas yang diinginkan saja, ditambah lagi pengunjung


(52)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

hanya membayar untuk fasilitas yang digunakan saja dan bukan hanya membayar satu kali diawal untuk menikmati seluruh fasilitas.

5.3. Fasilitas Bangunan

Fasilitas bangunan yang ada pada proyek dibagi dalam banyak massa, sesuai dengan karakter dan fungsi setiap massa yang ada. Berikut adalah program dan luasan ruang pada perencanaan bangunan redesign Taman Satwa Taru Jurug.

5.3.1 Zona Kebun Binatang 5.3.1.1. Aves

Koleksi hewan golongan aves yang terdapat pada Taman Satwa Taru Jurug sebagian besar merupakan golongan pemakan tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian. Namun ada juga yang merupakan pemakan daging (karnivora) seperti : elang, burung hantu, gagak, dan Rajawali. Oleh karena itu, kandang aves didesain 2 massa bangunan dimana massa bangunan pertama didesain untuk berbagai ordo aves pemakan tumbuhan dan biji-bijian serta yang kedua untuk ordo karnivora.

Golongan ordo pemakan biji dan buah ditempatkan dalam suatu kubah berdiameter 56 m dan setinggi 20 m, mereka berada dalam suatu bangunan yang memiliki ekosistem. Habitatnya yang bermacam-macam seperti danau, rawa, padang rumput, dan pepohonan diolah menjadi satu kesatuan habitat yang saling menunjang. kandang ini didesain agar satwa memperoleh makanan dari lingkungannya sendiri, melalui pepohonan yang telah disediakan. Tetapi juga disediakan makanan dari pihak pengelola dengan menggunakan sistem teknologi berupa alat yang mampu mengeluarkan biji-bijian jenis tertentu pada waktu tertentu. Alat ini dipasang dipepohonan yang telah direncanakan dan dioperasikan melalui sistem komputer.


(53)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Massa bangunan yanag kedua didesain untuk aves yang memakan daging (karnivora). Kandang ini didesain mendekati kondisi habitatnya walaupun dalam keadaan terbatas dan tidak sebebas kandang aves jenis pemakan biji buah. Sistem pemberian makan dengan memasukan makanan alami dari hewan tersebut seperti ular atau tikus yang menjadi makanan dari elang. Namun tidak sepenuhnya semua makanan berasal dari hewan hidup, ada kalanya pegelola memberikan daging segar karena tidak mudah untuk mencari makanan alami yang biasa di buru hewan penghuni kandang ini.

Pada zona kandang aves ini area pengunjung untuk mengamati dibuat 2 view, yaitu view dari sudut pandang manusia dan dari sudut pandang burung yang berada ( 8 m pada tingkat 1 dan 10 m pada tingkat 2 ) dari permukaan tanah yang terdiri dari 4 buah tower. Tujuannya agar pengunjung dapat mengamati sedekat mungkin dan menyajikan suasana yang berbeda. Namun hal ini hanya bisa diterapkan pada kandang aves pemakan biji dan buah-buahan, karena bila diterapkan pada aves golongan karnivora dikhawatirkan akan membahayakan pengunjung.

Potongan A-A

Tower Kubah


(54)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Tampak Atas Jalan

Tower

Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji

Kubah

Potongan A-A

Tampak Atas

Jalan


(55)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 5.3.1.2. Reptilia

Pada zona reptilia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu buaya, ular, dan iguana. Kandang golongan buaya terbagi atas beberapa jenis disesuaikan dengan ordo buaya yang ada. Demikian pula dengan golongan ular, dan iguana.

Kandang buaya didesain seperti habitatnya, yaitu rawa-rawa lengkap dengan ilalang atau tumbuhan air dan batang pohon ditengah rawa. Dimana biasanya buaya berendam untuk mendinginkan badan dan berburu mangsanya. Sistem pemberian makan melalui pintu air yang dirancang khusus sebagai akses untuk memasukan bebek atau ikan dan lain-lain. Mereka memperoleh makanan hidup sehingga serasa hidup di habitat asalnya.

Kandang ular didesain sesuai dengan jenis ularnya, ada ular yang melilit pada dahan pohon, bersembunyi pada ilalang, ataupun berada pada pasir seperti halnya ular gurun. Dari pihak pengelola memberi makanan berupa tikus atau ayam dalam keadaan hidup, sehingga ular dapat memburu mangsanya. Pada setiap jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m2 dengan dinding terbuat dari bahan kaca.

Kandang iguana didesain lebih dominan dengan aksen bebatuan dan pepohonan yang tumbang. Hewan ini tergolong paling tidak berbahaya dibandingkan dengan ular dan buaya. Interaksi antara satwa dan pengunjng bersifat lebih terbuka, namun disediakan area privasi untuk masa kawin, melahirkan, dan membesarkan anaknya. Pada setiap jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m2 dengan dinding terbuat dari bahan kaca.


(56)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

5 m

6 m

1,5 m 1,5 m

Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana

Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang

Kolam Buatan Area Berjemur

Buaya

Area Shelter Area Berjemur

Buaya

Area Shelter Sirkulasi

Pengunjung Sirkulasi

Pengunjung Pagar Batas Pengunjung

Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya


(57)

Bayu Budi Prastowo I 8708021 5.3.1.3. Mamalia

Dalam perencanaan pembuatan site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug zona mamalia terbagi atas 3 zona, yaitu karnivora, herbivora, dan primata.

Untuk jenis herbivora tidak ada desain khusus dalam pembuatan kandangnya. Karena hewan jenis ini cenderung tidak berbahaya maka hewan ini dilepaskan pada suatu area tertentu dengan luasan tertentu yang telah didesain dengan aksen pepohonan, rumput, dan semak agar mereka merasa nyaman dan serasa berada pada habitatnya. Untuk keamanan pengunjung diberikan batas berupa pagar setinggi 2 m dan tentunya berbeda pada kandang gajah. Untuk kandang landak dan musang memiliki desain tersendiri karena bila dilepas bebas dikhawatirkan akan hilang. Pengunjung dan hewan juga dapat berinteraksi langsung dengan ditemani oleh petugas pada waktu tertentu untuk sekedar mengelus atau memberi makan. Lihat Gambar 5.5.

Zona primata yang dulunya sangat memprihatinkan disulap menjadi kandang satwa yang lelusasa dan bebas bagi para primata. Paara primata bebas bergelantungan pada pohon yang telah disediakan dan jauh dari kesan terkekang dalam jeruji besi. Walaupun dikelilingi air, petugas bisa mengakses area satwa untuk member makan dan membersihkan kandang dengan melewati jembatan yang telah didesain khusus agar dapat dinaikan dan diturunkan sesuai kebutuhan. Lihat Gambar 5.6.


(58)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

150 cm 50 cm

Pagar Pembatas

Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora

Sumber : Google

Zona karnivora terdiri atas berbagai jenis satwa diantaranya singa, harimau, dan beruang. Mereka ditempatkan dalam kandang yang terpisah, karena memiliki kecenderungan untuk saling menyerang dalam jenis yang berbeda. Jenis ini ditempatkan pada kandang yang cukup luas sesuai dengan pola aktivitasnya. Kandang untuk singa dan berbagai jenis harimau berukuran 30 x 20 m2 dan untuk beruang berukuran 20 x 20 m2. Pengunjung dapat melihat satwa jenis ini yang berativitas dengan bebas dan jauh dari keadaan terkekang. Tentunya keamanan pengunjung juga diperhatikan, walaupun bebas namun antara pengunjung dan satwa dibatasi oleh air yang mengelilingi area satwa dan tembok setinggi lebih dari 4 m. Pola pemberian makan dimasukan melalui jalur khusus makanan yang telah direncanakan sebelumnya. Lihat Gambar 5.7.


(59)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Area Vegetasi Area Bermain Hewan

Shelter

Jembatan Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang Air

2 0 0 cm 2 2 0 cm 8 0 cm 1 0 0 cm

Batas Pengunjung Batas

Pengunjung A ir TanahAreal A ir

1 5 m 3 m

3 m

1 5 m 3 m2 m

3 m 2 m

4 m

4 m

Gambar 5.6. Desain Kandang Primata


(60)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Area Vegetasi Area Bermain Hewan

Shelter

Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang Air

Batas Pengunjung Batas

Pengunjung A ir TanahAreal A ir

3 0 m

2 0 0 cm 2 2 0 cm

8 0 cm

3 m 3 m

3 6 m

2 0 m

1 0 0 cm

2 m 3 m 3 m

2 m

4 m

4 m 1 m

Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas


(61)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

4 m

1,5 m 1,5 m

4 m

Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang Sumber : www.soloaja.com 5.3.1.4. Pisces

Zona Pisces menempati area seluas 4194 m2. Untuk ikan air laut penyajiannya didesain seperti berada dibawah laut, namun sesungguhnya pengunjung melihat empat akuarium seluas 1000 m2 ( 4 x 250 m2). Ekosistem air laut dibuat lengkap dengan terumbu karang dan tanaman laut. Untuk jenis ikan laut tentunya memerlukan penanganan khusus karena perlu adanya pengaturan kondisi air baik suhu, pH, maupun kadar garam.

Sedangkan untuk ikan air tawar disediakan kolam-kolam penampungan ikan pada bagian yang berbeda dengan ikan air laut. Terdapat empat kolam dengan luas masing-masing 250 m2. Pengunjung dapat melihat koleksi ikan yang berada pada kolam yang diberi pagar pembatas.


(62)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Kolam Ikan Air Tawar Kantor Pengelola Aquarium Ikan Laut Pintu Masuk dan Loket Luas Area ( 4194 m )2

Gambar 5.9.Denah Zona Pisces

5.3.1.5. Ukuran Shelter Kandang Hewan

Luasan Ruang kandang hewan berdasarkan standart Taman Satwa Taru Jurug, dan luasan ini merupakan ukuran minimal satwa agar dapat beraktivitas dengan nyaman. Lihat Tabel 5.1.

Tabel 5.1.Ukuran Shelter Kandang Hewan Per Ekor

Hewan P (m) L (m) T (m)

Gajah 8 8 6

Beruang 3 3 2.5

Macan 4 4 3

Singa 4 4 3

Rusa 3 3 3

Onta 6 6 5

Kuda 3 3 3

Kanguru 3 3 2.5

Banteng 5 3 3

Primata 3 2 2.5


(63)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Ukuran diatas hanyalah ukuran untuk shelter saja, sedangkan ruang gerak hewan

•[GDULshelter.

5.3.1.6.Bangunan Karantina

Bangunan ini dirancang untuk menampung satwa sementara, baik karena sakit atau bila ada koleksi baru. Lihat Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Bangunan Karantina

Jenis Satwa Ukuran Satwa Kapasitas (spesimen) Luas per Specimen

(m2)

Total Luasan

(m2)

Mamalia Besar 2 54 105

Sedang 6 18 108

Kecil 6 9 54

Reptilia Besar 2 18 36

Sedang 8 9 72

Aves Besar 4 4 72

Sedang 18 4 72

Pisces 18 2 36

Sirkulasi 30% 165

Luas Total 720

5.3.1.6. Poliklinik Hewan

Ruangan yang dirancang untuk hewan yang sakit. Namun pada kondisi darurat pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan di kandangnya. Kebutuhan ruang poliklinik hewan dapat dilihat di Tabel 4.3.


(64)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Tabel 5.3. Poliklinik Hewan

Nama Ruangan Luasan Ruang

(m2) Laboratorium

Pemeriksaan

Air Susu 15

Kotoran 15

Ruang Opname Aves 25

Mamalia 25

Reptilia 25

Rung Operasi 25

Ruang Bayi Hewan 25

Klinik 24

Ruang Farmasi 16

Ruang Steril 10

Ruang Tamu 12

Ruang Servis Lavatory 12

Gudang 12

Ruang Karyawan 30

Toilet 6

Sirkulasi 30% 84

Luas Total 360

5.3.1.7. Gudang dan Penyimpanan Makanan

Gudang dan penyimpanan makanan digunakan untuk tempat penyimpanan makanan serta alat-alat yang berhubungan dengan satwa. Luasan ruang direncanakan 100 m2.

5.3.2. Zona Pendidikan

Bangunan ini berada dalam satu komplek, yang terdiri dari perpustakaan, museum (didalamnya terdapat diorama hewan dan tumbuhan), dan laboratorium pengawetan. Selain itu terdapat greenhouse pada tempat yang berbeda.


(65)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Ruang Buku dan Loby

Greenhouse

Perpustakaan ( 450 m )

Museum ( 788 m )

Greenhouse ( 700 m )

2 2 2 Ruang Buku dan Loby Ruang Baca Buku Ruang Diorama Hewan Ruang Diorama Tumbuhan Ruang Seminar Lab Pengawetan Greenhouse Toilet Gudang Kantor Pengelola Loby

Zona Bersama ( 202 m )2

Gambar 5.10. Denah Zona Pendidikan

5.3.2.1. Museum

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan. Di museum, masyarakat dapat memperoleh tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.Masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, mengurusi benda-benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena kemegahannya, dan kadang agak kurang terurus. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena dibalik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budayaa dari suatu lingkungan


(66)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi.

Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan

Jenis Satwa Ukuran Kapasitas Luas (m2)

Mamalia Besar 2 spesimen @ 6 m2 12

Sedang 5 spesimen @ 4 m2 20 Kecil 10 spesimen @ 1 m2 10 Reptilia Sedang 10 spesimen @ 3 m2 30 Kecil 18 spesimen @ 1 m2 18

Aves 40 spesimen @ 1 m2 40

Pisces 20 spesimen @ 1 m2 20

Luas Total 150

Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang Museum

Nama Ruangan Kapasitas Luas (m2)

Lobby 50

Ruang Staff 10 60

Diorama Hewan 150

Diorama Tumbuhan 150

Lab. Pengawetan 100

Ruang Seminar 100

Gudang 15

Toilet 4 10

Sirkulasi 30% 193

Luas Total 838

Museum berperan penting dalam Taman Satwa Taru Jurug, karena menunjukan gambaran koleksi yang ada didalam Taman Satwa taru Jurug. disini pengunjung


(67)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

dapat belajar mengenai flora dan fauna yang terdpat dalam Taman Satwa Taru Jurug.

Didalam museum terdapat berbagai fasilitas, diantaranya diorama hewan, diorama tumbuhan, laboratorium pengawetan, ruang seminar, toilet, dan lain-lain. Luasan museum yang direncanakan adalah 1100 m2.

Kebutuhan ruang untuk seminar dengan asumsi pengunjung kebun binatang yang diharapkan >2000/hari. Jumlah yang masuk ruangan ini diperkirakan 5%, maka direncanakan terdapat 1unit ruangan kapasitas 50 kursi dan 2 x pemakaian / hari dengan luasan ruang sekitar 100 m2.

Untuk kebutuhan diorama tumbuhan tidak dijelaskan secara spesifik, namun direncanakan memerlukan luasan lahan hampir sama dengan kebutuhan diorama hewan yaitu 150 m2. Sedangkan kebutuhan luasan ruang untuk laboratorium pengawetan 158 m2. Namun pada pengaplikasiannya dibangun lebih luas dari rencana.

5.3.2.2. Perpustakaan

Perpustakaan menyediakan berbagai koleksi buku yang berkaitan dengan duni flora dan fauna, sejarah kota Solo, serta ilmu pengetahuan lan. Dalam perpustakaan terdapat berbagai fasilitas diantaranya ruang baca, ruang buku dan staff, ruang nformasi, dan toilet.


(68)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan Nama Ruangan Kapasitas Luas

(m2)

Ruang Baca 50 200

Ruang Buku 100

Kantor staff dan Informasi 80

Toilet 4 12

Sirkulasi 30% 123

Luas Total 445

Gambar 5.11. Situasi Didalam Perpustakaan Sumber : www.bappeda.surakarta.go.id

5.3.2.3. Greenhouse

Greenhouse digunakan sebagai sarana penelitian dan pengembangan serta budidaya tanaman langka. Direncanakan membutuhkan luasan lahan sekitar 700 m2.. Didalam greenhouse terdapat berbagai jenis tanaman dari Sabang sampai


(69)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Merauke. Disini juga dilakukan riset-riset mengenai tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang unggul.

Gambar 5.12. Gambaran Bentuk Greenhouse Sumber : Google 5.3.3. Bangunan Rekreasi

Fasilitas yang direncanakan untuk memanjakan pengunjung Taman Satwa Taru Jurug diantaranya waterboom, foodcourt, pusat souvenir dan cinderamata, arena outbound, wisata danau, pertunjukan hewan, dan playground.

5.3.3.1. Waterboom

Wisata air yang satu ini sangatlah cocok dibangun di wilayah kota Solo yang panas. Ditambah lagi belum terdapat banyak kolam renang di pusat kota Solo. Pada bagian kolam direncanakan terdapat fasilitas untuk kolam renang anak, kolam renang dewasa, kamar ganti dan ruang bilas untuk pria dan wanita, cafe, kantor petugas, loket, dan taman. Ditambahkan pula perosotan dan bak ember raksasa yang akan menumpahkan air setiap beberapa menit.


(70)

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom Nama Ruangan Luas (m2) Kolam Anak < 5 tahun 1025

Kolam Dewasa 3120

Kamar Ganti dan Ruang Bilas 240

Cafe 240

Kantor Petugas 80

Loket dan Pintu Masuk 40

Taman 1580

Jalan Dan lain-lain 1841

Total Luas 8166

Lokasi Taman Satwa Taru Jurug yang sangat strategis diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung menikmati fasilitas ini, terutama wisatawan dari dalam kota dan para mahasiswa dari kampus-kampus yang berada tak jauh dari tempat ini. Dari berbagai macam fasilitas waterboom yang paling diharapkan menyedot wisatawan selain daya tarik dari kebun binatang.


(71)

(1)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Universitas Sebelas Maret Surakarta

kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi.

Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan

Jenis Satwa Ukuran Kapasitas Luas (m2)

Mamalia Besar 2 spesimen @ 6 m2 12

Sedang 5 spesimen @ 4 m2 20

Kecil 10 spesimen @ 1 m2 10

Reptilia Sedang 10 spesimen @ 3 m2 30

Kecil 18 spesimen @ 1 m2 18

Aves 40 spesimen @ 1 m2 40

Pisces 20 spesimen @ 1 m2 20

Luas Total 150

Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang Museum

Nama Ruangan Kapasitas Luas (m2)

Lobby 50

Ruang Staff 10 60

Diorama Hewan 150

Diorama Tumbuhan 150

Lab. Pengawetan 100

Ruang Seminar 100

Gudang 15

Toilet 4 10

Sirkulasi 30% 193

Luas Total 838

Museum berperan penting dalam Taman Satwa Taru Jurug, karena menunjukan gambaran koleksi yang ada didalam Taman Satwa taru Jurug. disini pengunjung


(2)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Universitas Sebelas Maret Surakarta

dapat belajar mengenai flora dan fauna yang terdpat dalam Taman Satwa Taru Jurug.

Didalam museum terdapat berbagai fasilitas, diantaranya diorama hewan, diorama tumbuhan, laboratorium pengawetan, ruang seminar, toilet, dan lain-lain. Luasan museum yang direncanakan adalah 1100 m2.

Kebutuhan ruang untuk seminar dengan asumsi pengunjung kebun binatang yang diharapkan >2000/hari. Jumlah yang masuk ruangan ini diperkirakan 5%, maka direncanakan terdapat 1unit ruangan kapasitas 50 kursi dan 2 x pemakaian / hari dengan luasan ruang sekitar 100 m2.

Untuk kebutuhan diorama tumbuhan tidak dijelaskan secara spesifik, namun direncanakan memerlukan luasan lahan hampir sama dengan kebutuhan diorama hewan yaitu 150 m2. Sedangkan kebutuhan luasan ruang untuk laboratorium pengawetan 158 m2. Namun pada pengaplikasiannya dibangun lebih luas dari rencana.

5.3.2.2. Perpustakaan

Perpustakaan menyediakan berbagai koleksi buku yang berkaitan dengan duni flora dan fauna, sejarah kota Solo, serta ilmu pengetahuan lan. Dalam perpustakaan terdapat berbagai fasilitas diantaranya ruang baca, ruang buku dan staff, ruang nformasi, dan toilet.


(3)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan

Nama Ruangan Kapasitas Luas

(m2)

Ruang Baca 50 200

Ruang Buku 100

Kantor staff dan Informasi 80

Toilet 4 12

Sirkulasi 30% 123

Luas Total 445

Gambar 5.11. Situasi Didalam Perpustakaan

Sumber : www.bappeda.surakarta.go.id

5.3.2.3. Greenhouse

Greenhouse digunakan sebagai sarana penelitian dan pengembangan serta

budidaya tanaman langka. Direncanakan membutuhkan luasan lahan sekitar 700 m2.. Didalam greenhouse terdapat berbagai jenis tanaman dari Sabang sampai


(4)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Merauke. Disini juga dilakukan riset-riset mengenai tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang unggul.

Gambar 5.12. Gambaran Bentuk Greenhouse Sumber : Google

5.3.3. Bangunan Rekreasi

Fasilitas yang direncanakan untuk memanjakan pengunjung Taman Satwa Taru Jurug diantaranya waterboom, foodcourt, pusat souvenir dan cinderamata, arena

outbound, wisata danau, pertunjukan hewan, dan playground.

5.3.3.1. Waterboom

Wisata air yang satu ini sangatlah cocok dibangun di wilayah kota Solo yang panas. Ditambah lagi belum terdapat banyak kolam renang di pusat kota Solo. Pada bagian kolam direncanakan terdapat fasilitas untuk kolam renang anak, kolam renang dewasa, kamar ganti dan ruang bilas untuk pria dan wanita, cafe, kantor petugas, loket, dan taman. Ditambahkan pula perosotan dan bak ember raksasa yang akan menumpahkan air setiap beberapa menit.


(5)

commit to user

Bayu Budi Prastowo I 8708021

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom

Nama Ruangan Luas (m2)

Kolam Anak < 5 tahun 1025

Kolam Dewasa 3120

Kamar Ganti dan Ruang Bilas 240

Cafe 240

Kantor Petugas 80

Loket dan Pintu Masuk 40

Taman 1580

Jalan Dan lain-lain 1841

Total Luas 8166

Lokasi Taman Satwa Taru Jurug yang sangat strategis diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung menikmati fasilitas ini, terutama wisatawan dari dalam kota dan para mahasiswa dari kampus-kampus yang berada tak jauh dari tempat ini. Dari berbagai macam fasilitas waterboom yang paling diharapkan menyedot wisatawan selain daya tarik dari kebun binatang.


(6)