PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR DAN PENGARUHNYA BAGI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA

PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR DAN PENGARUHNYA

BAGI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013 )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : LILIS SURYATI

0908108

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE DEMONTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR DAN PENGARUHNYA BAGI MANUSIA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013 )

OLEH : LILIS SURYATI

0908108

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

PEMBIMBING I

Dr. H.Y Suyitno, M.Pd NIP : 19500908 198101 1 001

PEMBIMBING II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP : 19590508 198403 1 002

Mengetahui

Ketua Prodi PGSD FIP UPI Bandung

Drs. H. Dede Somarya, M.Pd NIP : 19580305 198403 1 002


(3)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA

PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR DAN PENGARUHNYA

BAGI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013 )

Oleh Lilis Suryati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lilis Suryati

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Lilis Suryati , 2013

ABSTRAK

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR DAN PENGARUHNYA BAGI MANUSIA

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh : Lilis Suryati

Latar belakang permasalahan pada penelitian ini antara lain : kondisi siswa dalam pembelajaran kurang kondusif kelihatan monoton, hasil belajar siswa belum memenuhi KKM, dan penggunaan metode demontrasi jarang dilakukan dalam pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penggunaan metode demontrasi? Bagaimanakah aktitivas belajar siswa dengan penggunaan metode demontrasi pada pembelajaran IPA ? Apakah dengan penerapan metode demontrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa ? Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan metode demontrasi pada pembelajran IPA.Untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas belajar siswa dengan penggunaan metode demontrasi pada pembelajaran IPA.Untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan metode demontrasi pada pembelajaran IPA dalam meningkatkan hasil belajar siswa.di kelas V SDN Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Cianjur. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc, Taggart. Model ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada penelitian in, untuk memperoleh data digunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi,lembar wawancara, tes akhir dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode demontrasi harus betul-betul dirancang agar tujuan yang diharapkan tercapai. Dan perencanaan pembelajaran ini dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sehingga dalam pelaksanaan penerapan metode demontrasi dapat merangsang siswa aktif kreatif dan termotivasi dalam belajar. hal ini terbukti dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa Pada siklus I Pada siklus I ini yang diperoleh dari aktivitas guru adalah 2,77 atau dikatagorikan sedang dan rata-rata aktivitas siswa yang diperoleh adalah 3 atau dikatagorikan baik. Pada siklus 2 ini yang diperoleh dari aktivitas guru adalah 3,6 atau dikatagorikan baik dan aktivitas siswa adalah 2,16 atau dikatagorikan sedang Hal ini terbukti bahwa penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran. Penerapan metode demontrasi pada pembelajaran IPA tentang daur air dan pengaruhnya bagi manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa pada siklus 1 dari siklus pertama rata-rata kelasnya yaitu 7,39 terjadi peningkatan pada siklus dua yaitu rata-rata kelasnya 8,20 sudah sesuai dengan harapan.


(5)

Lilis Suryati , 2013

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN ………...…..

ABSTRAK ………

i ii

KATA PENGANTAR ………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. DAFTAR ISI ... iv vi DAFTAR TABEL ..……….... viii

DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR GAMBAR ……….... ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ………... 6

D. Kegunaan penelitian ………... 6

E. Hipotesis ………...…. 7

F. Penjelasan istilah ...………... 7

G. Metode Penelitian ……….. 9

BABII PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPS TEMA KOPERASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A. Metode Diskusi ...…...… 10

B. MataPelajaran IPS Tema Koperasi ... 17

C. Hasil Belajar ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode……….… 33

B. Desain Penelitian ………..…... 36


(6)

Lilis Suryati , 2013

D. Prosedur Penelitian………..……… 39

E. Instrumen Penelitian F. Analisis Data

………. ………..

42 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskrifsi Sekolah ... B. Hasil Penelitian ………...………..………

64

C. Pembahasan Penelitian ………..……….……... 64

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………. 68

B. Rekomendasi……… 69

DAFTAR PUSTAKA ………... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(7)

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi, dewasa ini lembaga pendidikan di negara kita terus berupaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan di era globalisasi. Peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan akan berpengaruh tehadap lulusan suatu lembaga pendidikan. Banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan yaitu perbaikan dan penyempurnaan : kurikulum, bahan-bahan intruksional, manajemen pendidikan, peningkatan kualitas guru dan proses belajar-mengajar (Proses Pembelajaran). Proses belajar–mengajar merupakan interaksi antara komponen-komponen pembelajaran sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Adapun komponen-komponen pembelajaran terdiri dari tujuan, bahan, metode dan alat (media) dan evaluasi. Ke-empat komponen itu saling berhubungan dan saling berpengaruh. Diantara komponen pendidikan yang terkait dalam sistem pendidikan, guru sebagai komponen pendidikan mempunyai peran yang paling dominan atas keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan proses belajar-mengajar tidak terlepas dari bagaimana cara pendidik mengajar dan bagaimana siswa belajar sebab baik tidaknya hasil proses belajar mengajar dapat dilihat dan dirasakan oleh pendidik dan siswa itu sendiri. Seorang guru harus mengenal berbagai cara atau metode mengajar dan dapat memilihnya secara tepat sesuai dengan kemampuan dirinya yang


(9)

disesuaikan dengan keadaan lingkungan, meskipun tidak ada satu metode yang paling tepat untuk segala tujuan dan kondisi. Karenanya guru dituntut harus memiliki sejumlah kemampuan untuk menciptakan situasi yang melahirkan suasana proses belajar dan mengajar yang dapat menarik dan merangsang minat belajar siswa, agar mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1996 : 46) yang menyatakan : keberhasilan seorang guru di dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keterampilan memilih metoda mengajar sesuai bahan pengajaran yang akan disampaikan.

Metode pengajaran merupakan faktor penunjang dalam menyampaikan pembelajaran, seperti yang telah dikemukakan oleh Sudjana dalam bukunya

Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (2000:76) bahwa : “Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.”

Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Penggunaan metode secara bervariasi bertujuan agar proses pembelajaran lebih menarik, tidak membuat siswa bosan, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar yang salah satunya adalah metode Demonstrasi. Menurut Sudjana (2009:79) “Metode Demonstrasi adalah tukar-menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan


(10)

Penggunaan metode Demonstrasi dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dengan adanya siswa lebih mengingat materi pelajaran, kreatifitas dan cara berfikir siswa lebih tergali, siswa terdorong untuk mempelajari materi tersebut, siswa lebih menguasai materi pelajaran, siswa lebih percaya diri, siswa dapat melakukan hubungan sosial, siswa lebih disiplin dalam belajar, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas, siswa lebih bertanggung jawab, dan nilai yang cukup memuaskan.

Dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah, diantaranya diberikan berbagai jenis mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah yaitu pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan bagian dari materi pelajaran yang disajikan di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran IPA disajikan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo dalam Samatowa, 2006:2). IPA adalah “ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek dan menggunakan metode ilmiah” (Samatowa, 2006:3). lPA adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara vang terkontrol.

Penerapan metode Demonstrasi pada pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Situasi dan kondisi proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur berdasarkan nilai yang diperoleh rata-rata siswa pada pembalajaran IPA adalah 5,4 sedangkan KKM yang harus dicapai siswa pada pembelajaran IPA adalah 6,7 terdiri dari 9 orang siswa telah mencapai KKM sekitar 26,47 % dan 25 orang siswa belum mencapai


(11)

KKM sekitar 73,52 % . Dari hasil observasi dan identifikasi masalah selama peneliti mengajar dapat digambarkan dari hasil observasi dan identifikasi masalah selama peneliti mengajar antara lain :

1. Kondisi siswa dalam pembelajaran kurang kondusif kelihatan monoton 2. Hasil belajar siswa belum memenuhi KKM

3. Penggunaan metode Demonstrasi jarang dilakukan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA tentang Daur Air dan Pengaruhnya bagi Manusia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sbb :

1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode demonstrasi?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Demonstrasi pada pembelajaran IPA ?

3. Bagaimanakah dengan penerapan metode Demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian


(12)

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajran IPA.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA.

3. Untuk mendeskripsikan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu untuk siswa, guru, dan sekolah antara lain :

1. Manfaat untuk Siswa

Meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran IPA tema daur air dan meningkatkan aktivitas kegiatan siswa pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi.

2. Manfaat untuk Guru

Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan pembelajaran IPA tema daur air dan memberikan perbaikan cara mengajar untuk meningkatkan kemampuan profesional dan kreativitas guru sekolah dasar.

3. Manfaat untuk Sekolah

Meningkatkan kualitas peserta didik dalam pembelajaran perubahan lingkungandengan menggunakan metode Demonstrasi.


(13)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah :

Penggunaan Metode Demonstrasi pada pembelajaran IPA tentang Daur Air dan pengaruhnya bagi manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa .

F. Definisi Operasional

1. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah bagaimana proses terjadinya sesuatu, yang mana dapat membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar”. Dengan kata lain metode Demonstrasi yaitu salah satu cara penyajian pelajaran memperagakan atau menunjukkan kepada siswa proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun benda tiruan yang disertai dengan penjelasan lisan”.

b. Teori Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi menurut Ruslan (1996:12) adalah ”Salah satu cara menyajikan pelajaran dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama”. Menurut Sudjana (2009:87) ” metode Demonstrasi tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.”


(14)

c. Prinsip-prinsip Metode Demonstrasi

 Memperhatikan taraf atau tingkat kemampuan murid

 Pembagian tugas kepada setiap siswa untuk bergiliran melakukan Demonstrasi

 Petunjuk dan pelaksanaan Demonstrasi harus jelas dipahami siswa

 Demonstrasi dapat dilakukan dengan berulang-ulang d. Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut : 1). Perencanaan Demonstrasi

a. Tujuan Demonstrasi harus jelas

b. Materi pelajaran harus sesuai dengan metode Demonstrasi c. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan Demonstrasi

d. Membuat garis besar yang akan diDemonstrasikan 2). Pelaksanaan Demonstrasi

a. Memeriksa peralatan yang akan digunakan de3montrasi b. Memberi petunjuk pelaksanaan Demonstrasi

c. Pokok-pokok Demonstrasi harus mencapai sasaran

d. Memperhatikan keadaan siswa dalam pelaksanaan Demonstrasi e. Demonstrasi diselingi humor agar tidak tegang

f. Memberikan kesempatan untuk melakukan Demonstrasi berkali-kali 3). Tindak lanjut Demonstrasi

a. Membuat hasil/kesimpulan dari Demonstrasi b. Membuat rangkuman dan tugas kepada siswa


(15)

c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan Demonstrasi.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh setelah proses pembelajaran berlangsung yang tergambar dalam indikator sebagai penjabaran dari Kompetensi Dasar yang diukur dengan tes. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti satu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam beberapa bentuk hasil belajar yaitu adanya perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.” Pengertian lainnya hasil belajar merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman-pengalaman belajarnya.

3. Mata Pelajaran IPA

Salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD adalah mata pelajaran IPA. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya melalui proses dan menghasilkan suatu produk sains.

Dalam mata pelajaran IPA yang menjadi fokus dalam pembelajaran adalah adanya interaksi antara siswa dengan obyek atau alam secara langsung. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar


(16)

siswa dapat mengamati dan memahami obyek IPA. Dengan demikian siswa dapat menenukan konsep dan membangunnya dalam struktur kognitifnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari materi pelajaran yang disajikan di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran IPA disajikan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

4. Materi Daur Air

Salah satu materi yang ada dalam mata pelajaran IPA yang diberikandi semester II di kelas V SD adalah daur air dan pengaruhnya bagi manusia . Materi daur air ini termasuk kedalam kajian konsep dalam pembelajaran IPA. Dalam KTSP materi daur air dan pengaruhnya bagi manusia merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus ditempuh di kelas V SD. Materi Daur air meliputi pengertian air, manfaat air dan proses daur air.

Penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon kabupaten Cianjur dengan Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 34 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut :

Zainal Aqib (2006:13) menyatakan bahwa “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan tejadi dalam

sebuah kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar”.

Pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian PTK adalah dari Kusumah dan Dwitagama, (2009:9) adalah :

Menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dari pengertian di atas, diperoleh gambaran bahwa PTK dilakukan oleh guru yang difokuskan pada situasi kelas dan mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran. Dalam hal ini menandakan bahwa guru dapat meneliti dengan cermat sebuah pembelajaran yang sedang dilaksanakan di kelasnya. Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat mencoba menerapkan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa di kelas tersebut, baik dari segi metodenya, teknik, dan strategi belajar mengajarnya sehingga pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian guru dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelasnya.


(18)

Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam literatur berbahasa Inggris disebut

classroom action research (CAR), merupakan penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai guru, sehinggga hasil belajar siswa meningkat

Dari pengertian-pengertian di atas, diperoleh gambaran bahwa PTK dilakukan oleh guru yang difokuskan pada situasi kelas dan mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran. Dari beberapa pengertian ditemukan karakteristik dari PTK yang membedakan dari penelitian lain, yaitu penelitian ini karena adanya kerisauan pada diri seorang guru akan kinerjanya setelah melakukan refleksi, memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran, penelitian difokuskan di dalam kelas, adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan.

Dalam hal ini menandakan bahwa guru dapat meneliti dengan cermat sebuah pembelajaran yang sedang laksanakan di kelasnya. Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat mencoba menerapkan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa di kelas tersebut, baik dari segi metodenya, teknik, dan strategi belajar mengajarnya sehingga pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian guru dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelasnya. PTK merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya. Meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah, PTK berbeda dengan penelitian formal akademik umumnya.


(19)

Selanjutnya menurut pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto, (2008:3) tentang pengertian dari PTK :

PTK adalah merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Dari beberapa pengertian di atas ditemukan karakteristik dari PTK yang membedakan dari penelitian lain, yaitu penelitian ini karena adanya kerisauan pada diri seorang guru akan kinerjanya setelah melakukan refleksi, memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran, penelitian difokuskan di dalam kelas, adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan.

Karakteristik dari PTK menurut Zainal Aqib (2008: 16) adalah sebagai berikut:

1)Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2)Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3)Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

4)Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek instruksional. 5)Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dalam beberapa siklus.

Selain ditemukannya karakteristik dari PTK juga terdapat beberapa prinsip dasar dari PTK (Kusumah dan Dwitagama, 2009:11) adalah sebagai berikut:

1)Berkelanjutan, PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara

siklustis.

2)Integral, PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti.

3)Ilmiah, diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata.

4)Motivasi dari dalam, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh

dari dalam

5)Lingkup, masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan

luar ruang kelas.

Selain itu dalam PTK guru mempunyai peran bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti, fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru


(20)

merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada metode Kemmis dan Mc Taggart (Soedarsono, 1997:16). Metode ini terdiri dari empat komponen yaitu:

1. Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan dan sikap sebagai solusi.

2) Tindakan : Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

3) Observasi : Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

4) Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.

Bedasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan satu sama lain. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap tindakannya agar mencapai hasil yang maksimal. Langkah kedua adalah


(21)

melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Langkah selanjutnya yaitu kegiatan observasi dapat dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh observer yang akan mengamati berlangsungnya proses pembelajaran. Selama berlangsungnya tindakan, dilakukan observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh seorang observer dengan menggunakan panduan berupa lembar observasi. Selain adanya kegiatan observasi, peneliti menuliskan temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung dalam catatan lapangan. Setiap selesai melaksanakan satu kali tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara, observasi, catatan lapangan, hasil diskusi dengan observer dijadikan sebagai bahan analisis dan refleksi dari setiap tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan PTK adalah tahap refleksi. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini memberikan kemudahan untuk melakukan perubahan pada tindakan berikutnya.

Keempat langkah tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang diinginkan, maka sistem pelaksanaannya pun dipersiapkan sebelumnya dengan matang, mulai dari tindakan I siklus I sampai tindakan 2 siklus II.

Secara garis besar langkah-langkah yang dilaksanakan pada penelitian ini, dapat digambarkan pada alur sesuai dengan pelaksanaannya sebagai berikut:


(22)

Gambar 3.1

Alur Pelaksanaan Tindakan Dalam Penelitian Tindakan Kelas (Kasbolah, 1998:15)

Pelaksanaan

Perencanaan tindakan 1 Observasi

Refleksi tindakan 1 SIKLUS 1

Pelaksanaan

Perencanaan tindakan 2 Observasi

Refleksi tindakan 2 SIKLUS 2

Kesimpulan dan rekomendasi Observasi awal


(23)

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan di SDN Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon kabupaten Cianjur dengan Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 34 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

Pertimbangan pemilihan sekolah yang dijadikan tempat penelitian, yaitu:

1) SDN Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur merupakan tempat peneliti bekerja sebagai guru, sehingga peneliti telah mengenal situasi, lingkungan sekolah dan mempermudah dalam mendapatkan informasi.

2) Siswa kelas V yang dijadikan subjek penelitian dapat diajak bekerjasama karena mereka telah mengenal peneliti.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode siklus berulang dan berkelanjutan yang berpatokan pada metode yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Metode ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Dalam PTK tahap kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah membuat perencanaan. Tahap perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(24)

a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur .

b. Observasi dan wawancara

Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran awal mengenai situasi, kondisi dan proses pembelajaran IPA khususnya di kelas V. Kegiatan observasi meliputi pengamatan terhadap kondisi kelas, sikap dan perilaku siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran serta kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan.

c. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran didalam kelas yang dirasakan perlu adanya perubahan.

d. Merumuskan pendekatan, metode dan media yang digunakan

Kegiatan selanjutnya dalam tahap perencanaan adalah merumuskan pendekatan, metode dan media yang akan digunakan dalam setiap tindakan.

e. Membuat perencanaan pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana kegiatan pembelajaran yaitu RPP

f. Menetapkan instrumen penelitian

Instrumen penelitian pada saat tindakan sangat diperlukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa lembar observasi, catatan lapangan dan lembar wawancara.


(25)

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penelitian terdiri proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi pada setiap siklus. Penelitian terdiri dari dua siklus yaitu:

Observasi awal dan identifikasi masalah Siklus I

1) Merencanakan pembelajaran membuat RPP dan LKS 1 untuk siklus 1 2) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. 3) Melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Observasi itu sendiri dilakukan oleh seorang observer.

4) Melaksanakan evaluasi dan refleksi guna pelaksanaan pada siklus 2

Siklus II

1) Membuat rencana pembelajaran RPP dan LKS 2 sebagai hasil dari refleksi pada siklus 1

2) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang direncanakan.

3) Melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung.

4) Melaksanakan evaluasi dan refleksi terhadap permasalahan kemudian menyimpulkan dan merekomendasikan.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung dan dilakukan oleh seorang observer untuk menemukan titik kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di kelas.


(26)

4. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan dengan cara melihat hasil analisis pelaksanaan pembelajaran yang tercatat pada lembar observasi, catatan lapangan dan hasil wawancara. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan upaya perbaikan untuk digunakan pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dalam merencanakan tindakan selanjutnya. Sehingga guru dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan adanya instrumen. Instrumen ini mempermudah peneliti memperoleh data. Instrumen penelitian dapat digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti pada saat melaksanakan PTK yaitu:

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sasaran pengamatan dalam lembar observasi adalah penerapan pendekatan yang digunakan, kegiatan guru dan siswa dalam setiap tahap pembelajaran. 2. Lembar Pedoman Wawancara

Lembar pedoman wawancara digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data melalui wawancara dengan siswa. Pedoman wawancara


(27)

diperlukan untuk mempermudah melakukan wawancara. Lembar wawancara ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung di ruangan kelas dengan menggunakan perpustakaan sekolah. 3. Dokumentasi kegiatan/Foto

Untuk mengabadikan kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran dapat digunakan kamera foto. Foto dapat dijadikan sebagai bukti fisik mengenai penelitian yang dilaksanakan.

4. Lembar Tes akhir

Tes akhir merupakan langkah yang perlu dilakukan setelah pembelajaran disampaikan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh dari kumpulan instrumen yang digunakan pada penelitian. Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis. Data kualitatif bisa langsung ditafsirkan, karena data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan observasi Hasil penafsiran kemudian dideskrifsikan dan disimpulkan.


(28)

1. Analisis terhadap Hasil Pembelajaran Siswa

Analisis terhadap hasil belajar setelah mengalami pembelajaran IPA untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dengan teknik perhitungan sebagai berikut :

R (rata-rata kelas)

=

X 100 % Tabel 3.1 Pedoman Penskoran

Siklus Jumlah Soal No Soal Skor Skor Total

1. 5 1

2 3 4 5 20 20 20 20 20 100

2. 5 1

2 3 4 5 20 20 20 20 20 100

Tabel 3.2 Prosentase Nilai dan Kategorinya

No Nilai Prosentase Kategori

1. ≥ 90 ≥ 90% Baik Sekali

2. 70 - 89 70% - 89% Baik

3. 50 – 69 50% – 69% Cukup

4. 30 – 49 30% – 49% Kurang

5. ≤ 29 ≤ 29% Sangat Kurang

(Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud : 1980)

2. Analisis Hasil Observasi Guru dan Siswa

Analisis hasil dari observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitasnya dalam proses pembelajaran.


(29)

Dengan teknik penilaian :

R (rata-rata)

=

X 100 % Tabel 3.3

Kategori Aktivitas Guru dan Siswa

Skor Rata-rata Kategori

4 4,00 – 3,50 Sangat Baik

3 3,49 – 3,00 Baik

2 2,99 – 2,50 Sedang

1 < 2,50 Kurang

G. Jadwal Penelitian

Jadwal Pelaksanaan penelitian siklus I sampai siklus II dimulai pada bulan Maret 2013, untuk lebih jelas penulis menjabarkan melalui jadwal pelaksanaannya sebagai berikut :


(30)

Tabel 3.4. Jadwal penelitian

NO Kegiatan

Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan proposal X

2. Revisi proposal X X

3. Penyusunan skripsi dan bimbingan X X X X X X X X X X X X

4. Penyusunan Instrumen X X X

5. Pelaksanaan Penelitian X X


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur pada Siswa kelas V dan pembahasan yang terdapat pada Bab IV, maka peneliti dapat menyimpulkan semua hasil penelitian sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajran IPA tema daur air dan pengaruhnya bagi manusia dengan penerapan metode demontrasi cukup efektif dan berhasil. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi harus betul-betul dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan langkah-langkahnya. RPP yang dilaksanakan meliputi bahan/materi yang akan diajarkan, alat atau media yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga apa yang akan direncanakan betul betul terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran antara lain mengacu pada tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode dan alat bantu mengajar, dan evaluasi atau penilaian. Perencanaan pembelajaran ini sudah sesuai dengan langkah-langkahnya yaitu merumuskan tujuan instruksional khusus, pengembangan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar, menetapkan program kegiatan, dan pelaksanaan program.


(32)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi ternyata membawa dampak adanya peningkatan aktifitas kegiatan guru dan belajar siswa terbukti dari tiap siklusnya ada peningkatan. pada siklus I diperoleh dari aktivitas guru adalah 2,77 atau dikatagorikan sedang sementara aktivitas siswa adalah 3 atau dikatagorikan baik. Pada siklus 2 aktivitas guru adalah 3,6 atau dikatagorikan baik dan aktivitas siswa adalah 2,16 atau dikatagorikan sedang. Berdasarkan hal tersebut maka aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dari kurang aktiv meningkat menjadi aktiv. Dan aktivitas Guru meningkat dalam membimbing siswa baik secara kelompok maupun individu, mengarahkan siswa dalam mengarahkan tugas yang diberikan terutama dalam pelaksanaan demontrasi, dan penggunaan pasilitas yang optimal sehingga mendukung pelaksanaan pembelajaran.

3. Penerapan metode demontrasi pada pembelajaran IPA tentang daur air dan pengaruhnya bagi manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari hasil belajar tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata 7,39 dan yang tuntas baru 23 siswa, yang belum tuntas berjumlah 11 siswa ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus I belum sesuai dengan harapan. Pada siklus II hasil belajar siswa rata-rata 8,20 dan yang tuntas (94,11%) dengan kategori baik sekali ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus 2 sudah sesuai dengan harapan.


(33)

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka berikut ini disajikan saran-saran mudah-mudahan menjadi masukan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam peningkatan kualitas pendidikan.

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan penerapan metode demontrasi dalam menemukan dan mencari sendiri suatu konsep yang konkrit.

2. Bagi Guru

Dalam memilih metode/strategi pembelajaran, guru sebaiknya terlebih dahulu merancang metode/strategi apa yang akan digunakan, menyiapkan bahan-bahan materi, sumber belajar, perkembangan siswa dan pengunaan alat atau media yang akan disajikan kepada siswa dalam bentuk RPP.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pembelajaran IPA sekaligus pembinaan terhadap guru untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih baik terutama dalam penggunaan metode demontrasi atau metode yang sesuai dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini terbatas pada hasil dan aktivitas belajar. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya lebih meningkatkan dan menambah wawasan yang lebih luas dan bermanfaat terutama tentang penerapan metode/strategi dalam pembelajaran bagi peneliti selanjutnya.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : P.T Bumi Aksara. Depdiknas, (2003), Undang-Undang SISDIKNAS 2003, Fokusmedia Bandung. Dimyati, M, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Bineka Cipta.

Hanafiah, R., (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama. Hermawan, R. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.

Bandung : UPI PRESS.

Hamalik, O. (1985). Mengajar Asas Metode Teknik Jilid II. Bandung. CV. Pustaka.

………., (1991). Pendekatan Baru dan Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung. CV. Sinar Baru.

Haryanto.(2007), Sains. Jakarta.Erlangga

Ilman M. (1974). Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Wijaya

Kusumah, W. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks. Makmun, A.S.( 2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya. Muhammad, A (1992). Guru dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung. CV.

Sinar Baru.

……….., (1991). Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran.

Jakarta : Sarana Panca Karya

Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

……….... dan Hamijaya (1992). Pedoman Pelaksanaan CBSA dalam Proses

Belajar Mengajar. Jakarta : Nine Karya Jaya.

Syah, M, (1989), Cara Belajar siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. CV. Sinar Baru.


(35)

……….., (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. CV. Sinar

Baru Algensindo.

Tabran, R. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta. CV. Sinar Baru.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006), Kurikulum

Pembelajaran Bandung : UPI.

Uzer, U, (1993). Upaya Oftimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winataputra, U.S., (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Widodo, A. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bandung : UPI Press. Zainal, A, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Yrama Widya Bandung.


(1)

Tabel 3.4. Jadwal penelitian

NO Kegiatan

Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pembuatan proposal X

2. Revisi proposal X X

3. Penyusunan skripsi dan bimbingan X X X X X X X X X X X X 4. Penyusunan Instrumen X X X

5. Pelaksanaan Penelitian X X


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Warudoyong Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur pada Siswa kelas V dan pembahasan yang terdapat pada Bab IV, maka peneliti dapat menyimpulkan semua hasil penelitian sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajran IPA tema daur air dan pengaruhnya bagi manusia dengan penerapan metode demontrasi cukup efektif dan berhasil. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi harus betul-betul dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan langkah-langkahnya. RPP yang dilaksanakan meliputi bahan/materi yang akan diajarkan, alat atau media yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga apa yang akan direncanakan betul betul terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran antara lain mengacu pada tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode dan alat bantu mengajar, dan evaluasi atau penilaian. Perencanaan pembelajaran ini sudah sesuai dengan langkah-langkahnya yaitu merumuskan tujuan instruksional khusus, pengembangan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar, menetapkan program kegiatan, dan pelaksanaan program.


(3)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi ternyata membawa dampak adanya peningkatan aktifitas kegiatan guru dan belajar siswa terbukti dari tiap siklusnya ada peningkatan. pada siklus I diperoleh dari aktivitas guru adalah 2,77 atau dikatagorikan sedang sementara aktivitas siswa adalah 3 atau dikatagorikan baik. Pada siklus 2 aktivitas guru adalah 3,6 atau dikatagorikan baik dan aktivitas siswa adalah 2,16 atau dikatagorikan sedang. Berdasarkan hal tersebut maka aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dari kurang aktiv meningkat menjadi aktiv. Dan aktivitas Guru meningkat dalam membimbing siswa baik secara kelompok maupun individu, mengarahkan siswa dalam mengarahkan tugas yang diberikan terutama dalam pelaksanaan demontrasi, dan penggunaan pasilitas yang optimal sehingga mendukung pelaksanaan pembelajaran.

3. Penerapan metode demontrasi pada pembelajaran IPA tentang daur air dan pengaruhnya bagi manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari hasil belajar tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata 7,39 dan yang tuntas baru 23 siswa, yang belum tuntas berjumlah 11 siswa ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus I belum sesuai dengan harapan. Pada siklus II hasil belajar siswa rata-rata 8,20 dan yang tuntas (94,11%) dengan kategori baik sekali ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus 2 sudah sesuai dengan harapan.


(4)

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka berikut ini disajikan saran-saran mudah-mudahan menjadi masukan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam peningkatan kualitas pendidikan.

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan penerapan metode demontrasi dalam menemukan dan mencari sendiri suatu konsep yang konkrit.

2. Bagi Guru

Dalam memilih metode/strategi pembelajaran, guru sebaiknya terlebih dahulu merancang metode/strategi apa yang akan digunakan, menyiapkan bahan-bahan materi, sumber belajar, perkembangan siswa dan pengunaan alat atau media yang akan disajikan kepada siswa dalam bentuk RPP.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pembelajaran IPA sekaligus pembinaan terhadap guru untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih baik terutama dalam penggunaan metode demontrasi atau metode yang sesuai dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini terbatas pada hasil dan aktivitas belajar. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya lebih meningkatkan dan menambah wawasan yang lebih luas dan bermanfaat terutama tentang penerapan metode/strategi dalam pembelajaran bagi peneliti selanjutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : P.T Bumi Aksara. Depdiknas, (2003), Undang-Undang SISDIKNAS 2003, Fokusmedia Bandung. Dimyati, M, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Bineka Cipta.

Hanafiah, R., (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama. Hermawan, R. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.

Bandung : UPI PRESS.

Hamalik, O. (1985). Mengajar Asas Metode Teknik Jilid II. Bandung. CV. Pustaka.

………., (1991). Pendekatan Baru dan Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung. CV. Sinar Baru. Haryanto.(2007), Sains. Jakarta.Erlangga

Ilman M. (1974). Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Wijaya

Kusumah, W. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks. Makmun, A.S.( 2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya. Muhammad, A (1992). Guru dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung. CV.

Sinar Baru.

……….., (1991). Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran.

Jakarta : Sarana Panca Karya

Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

……….... dan Hamijaya (1992). Pedoman Pelaksanaan CBSA dalam Proses

Belajar Mengajar. Jakarta : Nine Karya Jaya.

Syah, M, (1989), Cara Belajar siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. CV. Sinar Baru.


(6)

……….., (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. CV. Sinar Baru Algensindo.

Tabran, R. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta. CV. Sinar Baru.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006), Kurikulum Pembelajaran Bandung : UPI.

Uzer, U, (1993). Upaya Oftimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Rosdakarya.

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winataputra, U.S., (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Widodo, A. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bandung : UPI Press. Zainal, A, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Yrama Widya Bandung.