PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI PADA LATAR KELOMPOK BERMAIN DI KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORETIK A. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal ... 11

B. Pembelajaran dalam Pendidikan Nonformal ... 15

C. Permasalahan dan Tantangan Pendidikan Nonformal ... 18

D. Tujuan dan Sasaran Pembangunan dalam Pendidikan Nonformal ... 20

E. Kegiatan Pokok Program Pembangunan dalam Pendidikan Nonformal ... 23

F. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ... 25

G. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini ... 28

H. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia DIni ... 35

I. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini ... 57

J. Kualitas Layanan Pendidikan Anak Usia Dini ... 69

K. Kualifikasi dan Kompetensi Tutor Pendidikan Anak Usia Dini ... 75

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 94

B. Variabel dan Operasional Variabel Penelitian ... 94

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 96


(2)

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 97

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 99

E. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 100

1. Instrumen Pengungkap Data Latar Belakang Pendidikan Tutor ... 101

2. Instrumen Pengungkap Data Pengalaman Tutor ... 102

3. Instrumen Pengungkap Data Kompetensi Tutor ... 103

4. Instrumen Pengungkap Data Mutu Pendidikan Anak Usia Dini ... 104

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 106

1. Tahap Persiapan ... 106

2. Tahap Pengumpulan Data ... 107

3. Penyekoran Kuesioner ... 108

1) Latar Belakang Pendidikan Tutor ... 108

2) Pengalaman Tutor ... 109

3) Kompetensi Tutor ... 109

4) Mutu PAUD ... 110

4. Penentuan Data Penelitian ... 111

G. Rancangan Pengujian Hipotesis ... 112

1. Penetapan Hipotesis ... 112

2. Pemilihan Tes Statistik dan Pengujian Hasil Tes Statistik . 113 3. Penetapan Tingkat Signifikansi ... 115

4. Penarikan Kesimpulan ... 115

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 116

A. Gambaran Objek Penelitian ... 116

1. Latar Belakang Pendidikan Formal Tutor ... 116

2. Latar Belakang Pengalaman Tutor ... 117

3. Kompetensi Tutor ... 121

4. Mutu Pembelajaran ... 122

B. Pengujian Hipotesis ... 125

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 125

2. Hipotesis Kedua ... 127

3. Hipotesis Ketiga ... 132

4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 133

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 137

1. Gambaran Umum Variabel ... 137

2. Hasil Uji Hipotesis ... 139

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 149

A. Simpulan ... 149

B. Rekomendasi ... 151

1. Bagi Penyelenggara Kober ... 151

2. Bagi Pengambil Kebijakan/Dinas Pendidikan ... 151

3. Bagi Penelitian lebih Lanjut... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 154

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 158


(3)

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Kasar dan Halus

Anak Usia Dini ... 37 Tabel 2.2 Pola Emosi yang Umum pada Awal Masa Kanak-kanak ... 40 Tabel 2.3 Pola Perilaku Sosial dan Tidak Sosial Masa

Kanak-kanak Awal... 44 Tabel 2.4 Standar Kompetensi Pendidik PAUD/TK/RA ... 84 Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Latar Belakang

Pendidikan Tutor ... 101 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Pengalaman

Tutor ... 102 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Kompetensi

Tutor ... 103 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Tumbuh Kembang

Anak ... 104 Table 3.5 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Mutu Layanan

Pendidikan... 105 Tabel 3.6 Cara Penyekoran Kuesioner Latar Belakang Pendidikan

Tutor ... 108 Tabel 3.7 Cara Penyekoran Kuesioner Pengalaman Tutor ... 109 Tabel 3.8 Cara Penyekoran Kuesioner Kompetensi Tutor ... 109 Tabel 3.9 Cara Penyekoran Kuesioner Pengungkap Data Tumbuh

Kembang Anak ... 110 Tabel 3.10 Cara Penyekoran Kuesioner Pengungkap Data Mutu

Layanan Pendidikan ... 110 Tabel 4.1 Gambaran Latar Belakang Pendidikan Tutor ... 116 Tabel 4.2 Pengalaman Mengajar Para Tutor pada Lembaga Kober ... 118 Tabel 4.3 Pengalaman Mengajar Para Tutor pada Lembaga PAUD

Bukan Kober ... 119 Tabel 4.4 Pengalaman Mengajar Para Tutor Mengikuti Pelatihan


(5)

Bidang PAUD ... 120

Tabel 4.5 Pengalaman Mengajar Para Tutor Mengikuti Pelatihan Bukan Bidang PAUD ... 121

Tabel 4.6 Gambaran Skor Kompetensi ... 122

Tabel 4.7 Gambaran Mutu Layanan Pembelajaran E ... 123

Tabel 4.8 Gambaran Mutu Layanan Pembelajaran P ... 123

Tabel 4.9 Gambaran Tumbuh Kembang Anak ... 124

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi dan Korelasi Latar Belakang Pendidikan Tutor dengan Mutu layanan Pembelajaran ... 126

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi dan Korelasi Pengalaman Mengajar Para Tutor dengan Mutu Layanan Pembelajaran ... 129

Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi dan Korelasi Pengalaman Mengajar Para Tutor dengan Intensitas Tumbuh Kembang Anak ... 130

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi dan Korelasi Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Mengajar, Pengalaman Mengikuti Pelatihan, dan Kompetensi Tutor, dengan Mutu Layanan Pembelajaran ... 134


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian ... 9

Gambar 2.1 Model Kesenjangan Layanan Mutu ... 73

Gambar 2.2 Model Strategi Perangkat Kompenen suatu Kompetensi ... 79


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis... 158

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 159

Lampiran 3. Data Lembaga Kober yang Menjadi Objek Penelitian ... 175

Lampiran 4. Data Uji Coba Instrumen Penelitian ... 187

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 212

Lampiran 6 Data Penelitian untuk Uji Hipotesis ... 239 Lampiran 7 Analisis Data Penelitian


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mulai tahun 1999, arah kebijakan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia mengacu pada pengembangan SDM sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya yang melibatkan seluruh komponen bangsa (GBHN, 1999). Kebijakan ini menempatkan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada posisi strategis dalam upaya mempersiapkan SDM berkualitas di masa depan serta menuntut keterlibatan yang luas dari segenap warga masyarakat dalam menciptakan rangkaian stimulasi melalui berbagai satuan PAUD.

Penciptaan stimulasi lingkungan yang tepat bagi anak usia dini amat penting karena penelitian mutakhir tentang kecerdasan otak menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan kepandaian anak, stimulasi harus diberikan sejak tiga tahun pertama dalam kehidupannya. Anak yang terbiasa menerima stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupannya, mempunyai IQ 20 poin lebih tinggi dibanding mereka yang kurang menerima rangsangan. Sebaliknya, anak yang tidak banyak menerima stimulasi pada awal usianya, mempunyai ukuran otak 20-30% lebih kecil dari ukuran normal. Di samping itu, stimulasi awal juga dapat mereduksi kecelakaan anak pada usia rawan hingga 80% (Oberlander, 2000). Hal ini belum disadari benar oleh sebagian besar para orang tua di Indonesia. Mereka umumnya baru mengenal dan memulai pendidikan anaknya pada usia 5-6 tahun melalui pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK). Itupun, karena berbagai kemungkinan


(9)

alasan, hanya dapat diakses oleh sebagian kecil anak usia dini. Padahal berdasarkan penegasan Oberlander (2000) stimulasi yang dimulai pada usia lima tahun atau lebih, sudah sangat terlambat.

Pentingnya stimulasi yang tepat sejak dini terhadap anak, juga didasarkan atas evidensi ilmiah bahwa otak anak hanya mau menerima rangsangan spesifik yang diberikan pada satu waktu tertentu. Bila kesempatan tersebut terlewatkan, maka akan membuat anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar. Seorang bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 milyar sel otak. Ini menunjukkan bahwa selama sembilan bulan kehamilan, setiap menit dalam pertumbuhan otak, minimal diproduksi 250.000 sel otak. Sel-sel otak itu dibentuk berdasarkan stimulasi dari luar. Setiap sel otak saling terhubung dengan lebih dari 15.000 simpul syaraf elektrik kimia yang sangat rumit. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan supaya terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlahnya akan semakin berkurang atau fungsinya akan ditapiskan untuk dialihkan ke tugas-tugas lain di luar pengembangan kecerdasan. Proses penapisan ini akan terus berlangsung hingga usia pubertas, yaitu pada saat berhentinya pertumbuhan sel-sel syaraf di otak (Oberlander, 2000).

Menyadari betapa pentingnya stimulasi dini bagi perkembangan anak, pemerintah secara serius telah menetapkan berbagai kebijakan yang melandasi pentingnya PAUD dan merancang berbagai program PAUD, namun pada kenyataannya hingga tahun 2007 jumlah dan mutu layanan PAUD masih rendah. Penyebabnya antara lain adalah masih rendahnya kesadaran orang tua, keluarga, dan masyarakat terhadap pentingnya layanan pendidikan bagi anak sejak dini serta


(10)

masih terbatasnya jumlah lembaga layanan PAUD, khususnya PAUD Nonformal, yang mampu menjangkau masyarakat pedesaan (Direktorat PAUD, 2008).

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan penulis selama beberapa tahun terlibat dalam pengembangan program dan master trainer PAUD, ada indikasi bahwa secara umum anak yang belum terlayani itu kebanyakan berasal dari keluarga miskin. Selama ini, layanan pendidikan anak dini usia biayanya sangat mahal bagi ukuran masyarakat miskin. Meskipun ada peluang untuk menyelenggarakan program PAUD dengan biaya yang direduksi seminimal mungkin, namun jika dilihat dari potensi kualitas sumber daya penyelenggara, anak dari keluarga miskin di pedesaan akan tetap kesulitan untuk berpartisipasi. Kesulitan ini terutama bersumber dari latar belakang pendidikan, kompetensi, dan pengalaman orang tua mereka yang berada di bawah standar kelayakan minimal yang disyaratkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program PAUD. Pendidikan orang tua yang rendah, bahkan banyak yang masih belum melek huruf dibarengi dengan pendapatan yang minim, mengakibatkan perhatian mereka terhadap pentingnya pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan anak menjadi kurang optimal.

Menyadari betapa pentingnya stimulasi dini bagi perkembangan anak, pemerintah secara serius telah merancang berbagai program PAUD. Namun, program PAUD yang selama ini telah terselenggara ternyata belum mampu melayani kebutuhan populasi yang ada. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, secara nasional, jumlah anak usia 0-6 tahun adalah 26,09 juta (12,85% dari jumlah penduduk). Dari jumlah tersebut yang memperoleh layanan pendidikan anak dini usia baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi diberikan oleh


(11)

Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%) dan Raudhatul Athfal (1,5%). Kontribusi program Penitipan Anak dan Kelompok Bermain (Kober) masih sangat kecil, yakni masing-masing baru sekitar 0,4% dan 0,02%. Sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun (12,2 juta anak) yang sudah terlayani baru sekitar 16% (2 juta anak) yakni di Taman Kanak-Kanak 1,6 juta anak dan Raudahtul Athfal 0,4 juta anak (EFA Indonensia dalam Depdiknas, 2008).

Di Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009 jumlah anak usia 0-6 tahun adalah 6.050.696 orang, dengan rincian usia 0-3 tahun sebanyak 4.034.967 orang dan usia 4-6 tahun sebanyak 2.015.729 orang. Dari jumlah tersebut, yang terlayani program PAUD hanya 2.197.426 orang, dengan rincian usia 0-3 tahun 1.421.206 orang dan usia 4-6 tahun 1.239.509 orang (Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2009). Data itu mengisyaratkan bahwa anak usia 0-6 tahun yang terlayani melalui program PAUD di Provinsi Jawa Barat adalah sekitar 36,32%. Dari sebanyak 3.853.270 orang anak dini usia yang belum terlayani, sebagian besar adalah usia 0-3 tahun, yaitu 2.613.761 orang. Sisanya sebanyak 1.239.509 orang berusia 4-6 tahun.

Paparan di atas mengisyaratkan bahwa posisi Kober sangat strategis dalam upaya mendidik anak usia tiga tahun ke bawah. Sehubungan itu, penelitian ini memfokuskan kajian pada penyelenggaraan PAUD pada latar Kober. Penyelenggaraan pendidikan pada latar Kober di Kota Bandung hingga saat ini sangat beragam dilihat dari mutu layanan pendidikan, kualifikasi tutor, sarana dan prasarana pendidikan, maupun pihak penyelenggaranya.

Dalam penyelenggaraan PAUD pada latar Kober, peranan dan tanggung jawab tutor sangat penting karena baik buruknya mutu layanan pendidikan sangat


(12)

ditentukan oleh kualifikasi dan kompetensi tutor. Berkenaan dengan kualifikasi tutor, sesuai dengan peraturan yang ada maka seluruh pendidik PAUD minimal adalah lulusan S1 dan memiliki sertifikat pendidik. Permasalahannya bagaimana mungkin dapat membuat S1 semua pendidik PAUD sejumlah 359.000 orang (Ditjen PMPTK, 2008) untuk dapat melayani 28 juta orang anak usia dini. Bahkan persoalan selanjutnya adalah bahwa ternyata hampir sebagian besarnya merupakan lulusan dari SMP dan SMA, hanya sebagian kecil S1 apalagi yang memiliki sertifikat pendidik.

Kendati demikian, kondisi tutor seperti itu dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi yang serba minim, telah dan sedang memberikan kontribusi tertentu terhadap mutu layanan PAUD di Indonesia. Sehubungan itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman, dan Kompetensi Tutor terhadap Mutu Pembelajaran Anak Usia Dini pada Latar Kelompok Bermain di Kota Bandung”

B. Rumusan Masalah

Mutu pembelajaran anak usia dini pada latar Kober antara lain dapat ditelaah dari mutu layanan pendidikan dan intensitas tumbuh kembang anak, khususnya aspek kognitif. Mutu pembelajaran anak usia dini pada latar Kober sangat ditentukan oleh kinerja tutor. Kinerja tutor PAUD dalam melakukan proses pembelajaran kepada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor untuk mengembangkan pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini. Latar belakang


(13)

pendidikan diperoleh melalui jalur pendidikan formal atau yang sederajat, pengalaman diperoleh melalui kursus, pelatihan, atau kegiatan sejenis yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, sedangkan kompetensi tutor dapat diketahui dengan menguji kompetensi pendidik yang mencakup kompetensi akademik, profesional, kepribadian, dan personal. Sehubungan itu, permasalahan utama penelitian ini adalah: “Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung?”. Secara operasional, masalah penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana gambaran latar belakang pendidikan formal, pengalaman, dan kompetensi tutor serta mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

2) Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan formal tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

3) Seberapa besar pengaruh pengalaman tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

4) Seberapa besar pengaruh kompetensi tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

5) Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor, secara bersama-sama, terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.


(14)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1) Gambaran latar belakang pendidikan formal, pengalaman, dan kompetensi tutor serta mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung

2) Pengaruh latar belakang pendidikan formal tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. 3) Pengaruh pengalaman tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini

pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

4) Pengaruh kompetensi tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

5) Pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor, secara bersama-sama, terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan teori dan kepentingan praktik sebagai berikut.

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya khasanah teori tentang peran tutor PAUD dalam mengembangkan


(15)

pembelajaran yang bermutu pada lembaga Kober yang tampak pada kualitas layanan pendidikan dan perkembangan kognitif anak. Sebagaimana diuraikan di awal bahwa 50% variabilitas perkembangan kognitif individu terjadi pada usia 0-3 tahun (Bloom dalam Siskandar, 2003), dan empat tahun pertama kehidupan anak adalah kurun waktu dimana seorang anak sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan akan stimulasi (Saidah, 2003). Memahami bahwa keadaan lingkungan yang paling besar pengaruhnya pada perkembangan anak ada pada usia dimana anak masih sepenuhnya dalam pengasuhan orang tua, terutama ibu (Saidah, 2003). Dengan demikian para orang tua khususnya Ibu dan pengasuh anak usia dini seyogianya memberikan stimulasi kepada anak sedini mungkin sehingga anak dapat menikmati kegiatan stimulasi sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan sehingga memberikan manfaat besar bagi perkembangan kognitifnya (Pujiastuti & Soemarno, 2003). Dalam latar Kober, selama pembelajaran peran ibu itu digantikan sepenuhnya oleh tutor.

2) Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak lembaga PAUD, khususnya Kober formal maupun nonformal dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dikelolanya melalui analisis kualifikasi tutor yang dimilikinya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan empirik bagi pembinaan para tutor dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan dan peningkatan perkembangan kognitif anak.


(16)

E. Hipotesis Penelitian

Masalah penelitian nomor 2 sampai dengan 5 dijabarkan ke dalam hipotesis penelitian sebagai berikut.

1) Terdapat pengaruh latar belakang pendidikan formal tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. 2) Terdapat pengaruh pengalaman tutor terhadap mutu pembelajaran anak

usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

3) Terdapat pengaruh kompetensi tutor terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

4) Terdapat pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor, secara bersama-sama, terhadap mutu pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

Konstelasi hubungan antar variabel sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis penelitian tersebut, secara skematik dapat diilustrasikan dalam paradigma penelitian sebagai berikut.

Gambar 1.1. Paradigma Penelitian X1

X3


(17)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan korelasional. Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan kuesioner, observasi, dan tes. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan komunikasi langsung dimana peneliti langsung berhadapan dengan responden penelitian. Data penelitian diolah secara kuantitatif dengan menggunakan statistik. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi.

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lembaga Kober yang berada di Kota Bandung. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling. Lembaga Kober dipilah ke dalam tiga stratifikasi, yakni kelompok maju, berkembang, dan rintisan. Selanjutnya, pada masing-masing strata ditetapkan sampel secara proporsional. Sedangkan yang menjadi subjek penelitiannya adalah para tutor dan orang tua peserta didik. Dalam penelitian ini dipilih secara acak masing-masing 10 lembaga Kober pada setiap strata. Dengan demikian yang menjadi sasaran penelitian ini adalah 30 Kober.


(18)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan dari sampel selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik untuk dijadikan inferensi dalam menaksir karakteristik populasi. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan korelasional karena menelaah suatu objek pada masa sekarang dengan menguji hubungan antar variabel. Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1988: 63). Dalam arti yang luas, metode ini tidak semata-mata hanya memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

B. Variabel dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan judulnya, ada empat variabel yang menjadi lingkup penelitian ini, yaitu latar belakang pendidikan formal tutuor (X1), pengalaman kerja tutor (X2), kompetensi profesional tutor (X3), dan mutu pendidikan anak


(19)

usia dini (Y). Variabel mutu pendidikan anak usia dini, ditelaah dari dua hal, yaitu mutu layanan pendidikan dan intensitas tumbuh kembang anak usia dini.

Secara operasional, masing-masing variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut.

1) Latar belakang pendidikan tutor adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh tutor, yakni SD, SMP, SMA, D3/Sarjana Muda, D4/S1, S2, atau S3 baik bidang kependidikan maupun nonkependidikan serta pendidikan nonformal yang pernah diikuti dan diselesaikan tutor.

2) Pengalaman kerja tutor mengacu pada pengalaman dalam bidang pendidikan anak usia dini dan lama menjadi tutor PAUD

3) Kompetensi profesional tutor mengacu pada PP No 19 th 2005, yakni mencakup kompetensi akademik, kepribadian, profesional, dan sosial. 4) Mutu pendidikan anak usia dini mengacu pada dua hal, yaitu mutu layanan

pendidikan dan intensitas tumbuh kembang anak usia dini. Mutu layanan pendidikan mengacu pada seberapa besar celah (gap) yang ada di antara persepsi (P) pelanggan dan ekspektasi (E) pelanggan terhadap penyedia jasa PAUD sebagaimana diukur oleh instrumen service quality (SERVQUAL). Cakupan SERVQUAL meliputi lima dimensi kualitas jasa yaitu: (1) tangibles (2) empathy (3) reliability (4) responsiveness dan (5) assurance. Sementara itu, intensitas tumbuh kembang anak usia dini mengacu pada parameter tumbuh kembang anak usia tiga tahun yang sedang menjadi peserta didik pada Kober yang dijadikan lokasi penelitian.


(20)

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinan ataupun metode yang ada tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan (Nazir, 1998: 211).

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data penelitian diungkap dengan menggunakan teknik angket, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penggunaan setiap teknik pengumpul data adalah sebagai berikut.

1) Angket digunakan untuk mengungkap data latar belakang pendidikan formal, pengalaman kerja, dan kompetensi tutor serta mutu layanan pendidikan. Angket latar belakang pendidikan formal, pengalaman kerja, dan kompetensi tutor diisi oleh para tutor yang terpilih menjadi anggota sampel masing-masing satu orang tutor untuk setiap lembaga Kober. Sementara itu angket mutu layanan pendidikan diisi oleh orang tua peserta didik yang dididik oleh tutor tersebut dan anaknya terpilih sebagai sampel yang diobservasi tumbuh kembangnya. Pada setiap lembaga Kober dipilih lima orang anak. Rata-rata skor mutu layanan pendidikan kelima orang tua


(21)

anak ini nantinya menjadi data mutu layanan pendidikan di lembaga Kober yang bersangkutan.

2) Wawancara dilakukan dengan pimpinan lembaga Kober dan para tutor yang digunakan untuk menentukan lima orang peserta didik yang akan diobservasi tumbuh kembangnya. Wawancara juga digunakan untuk mengetahui kondisi riil penyelenggaraan PAUD di lembaga Kober yang bersangkutan.

3) Observasi terhadap peserta didik untuk mengetahui tingkat tumbuh kembang peserta didik yang dipilih menjadi sampel, masing-masing lima orang untuk setiap lembaga Kober. Data hasil observasi ini dipadukan dengan laporan tumbuh kembang peserta didik dalam dokumen buku raport. 4) Studi dokumentasi dilakukan terhadap dokumen penyelenggaraan

pendidikan, daftar personel serta peserta didik di lembaga, serta laporan tumbuh kembang peserta didik. Kober. Studi dokumentasi ini digunakan untuk melakukan cross check data yang diungkap dengan kuesioner dan wawancara.

2. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah angket. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui angket divalidasi dan di-cross check kebenarannya melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya suatu penelitian, serta benar tidaknya data sangat tergantung pada baik tidaknya instrumen pengumpul


(22)

data. Instrumen pengumpul data yang baik haruslah memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliable (Arikunto, 1998: 159).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner sebagai instrumen, observasi, dan tes sebagai alat pengumpul data, dan untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah memenuhi dua persyaratan di atas atau belum, maka haruslah dilakukan suatu pengujian data.

Uji Validitas. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai instrumen dan untuk menguji validitas kuesioner tersebut digunakan analisis butir/item dengan menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Item-item yang tidak memenuhi persyaratan kualitas tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes.

Pengujian ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor item/butir terhadap skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X sedangkan skor total dipandang sebagai nilai Y. Koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis koefisien korelasi Pearson. Item-item yang memiliki koefisien korelasi lebih kecil atau sama dengan nilai kritis tersebut harus dibuang atau direvisi karena memiliki tingkat validitas yang rendah. Sedangkan yang diikutkan


(23)

dalam penelitian adalah hanya item-item yang hanya memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritisnya. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pengujian validitas item ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS.

Uji Reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Selain itu, reliabilitas juga menunjukkan konsistensi suatu instrumen di dalam mengukur gejala yang sama. Pengujian terhadap tingkat reliabilitas atau keandalan dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen (kuesioner) yang reliable berarti mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini, digunakan teknik Cronbach’s Alpha.

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Anggota populasi penelitian ini adalah semua tutor yang ada di semua lembaga Kober nonformal di Kota Bandung yang memperoleh dana bantuan pada tahun 2010. Jumlah Kober Nonformal di Kota Bandung yang memperoleh dana bantuan ada 60 lembaga dengan Tutor sebanyak 75 orang. Sampel penelitian ditetapkan dengan teknik stratified proportional random sampling. Lembaga Kober dipilah ke dalam tiga stratifikasi, yakni kelompok maju, berkembang, dan rintisan. Selanjutnya, pada masing-masing strata ditetapkan sampel secara proporsional.


(24)

Sebagai sampel penelitian dipilih secara acak sebanyak 30 orang tutor, masing-masing mewakili tutor dari Lembaga Kober stratifikasi maju, berkembang, dan rintisan, sebanyak 10 orang. Pada masing-masing Kober dipilih lima peserta didik yang dididik oleh tutor yang menjadi anggota sampel untuk diamati tumbuh kembangnya dan orang tua siswa yang bersangkutan untuk diminta pendapatnya tentang mutu layanan pendidikan yang diterima anaknya di Kober tersebut. Dengan demikian, penelitian ini melibatkan 30 orang tutor, 150 siswa kober, dan 150 orang tua siswa. Skor mutu layanan pendidikan dan intensitas tumbuh kembang anak bagi setiap tutor adalah rata-rata skor mutu layanan pendidikan dari lima orang tua dan rata-rata skor tumbuh kembang anak dari lima siswa Kober yang didiknya.

E. Penyusunan Instrumen Penelitian

Sesuai dengan lingkup variabel yang menjadi kajian penelitian ini, maka disusun seperangkat instrumen masing-masing mengungkap data latar belakang pendidikan formal tutuor (X1), pengalaman kerja tutor (X2), kompetensi profesional tutor (X3), dan mutu pendidikan anak usia dini (Y). Variabel mutu pendidikan anak usia dini, ditelaah dari dua hal, yaitu mutu layanan pendidikan (Y1) dan intensitas tumbuh kembang anak usia dini (Y2).

Prosedur penyusunan instrumen penelitian ini secara umum menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan ruang lingkup dan indikator setiap variabel dari definisi operasional variabel.


(25)

2) Menyusun kisi-kisi instrumen untuk mengungkap data setiap variabel berdasarkan ruang lingkup dan indikator setiap variabel.

3) Merumuskan butir-butir pertanyaan berdasarkan kisi-kisi instrumen untuk setiap variabel.

4) Menguji coba setiap instrumen untuk mengetahui validitas butir item setiap pernyataan dan reliabilitas instrumen.

5) Menata ulang setiap instrumen hasil uji coba untuk kemudian digunakan dalam pengumpulan data.

Deskripsi penyusunan setiap instrumen dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut.

1. Instrumen Pengungkap Data Latar Belakang Pendidikan Tutor

Merujuk kepada definisi operasional variabel penelitian, untuk mengungkap data latar belakang pendidikan tutor dikembangkan kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Latar Belakang Pendidikan Tutor

Aspek Ruang Lingkup No.

Item

1. Pendidikan Formal Jenjang Nama lembaga Tahun lulus

1 1

2. Jurusan/ Prodi di PT

Strata Jurusan Keahlian Tahun lulus

2 1

3. Pendidikan Nonformal Jenis program Penyelenggara Tahun lulus

3 1


(26)

Instrumen ini sebelum digunakan diuji terlebih dahulu aspek keterbacaannya serta makna yang terungkap dalam setiap pernyataan. Hal ini dilakukan terhadap lima orang tutor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua Tutor memahami secara jelas apa yang diungkap oleh setiap butir item kuesioner.

2. Instrumen Pengungkap Data Pengalaman Tutor

Merujuk kepada definisi operasional variabel penelitian, untuk mengungkap data pengalaman tutor dikembangkan kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Pengalaman Tutor

Aspek Ruang Lingkup No.

Item

1. Pengalaman Mengajar pada lembaga Kober

Nama lembaga Kober Alamat lembaga Materi yang diampu Tahun

1 1

2. Pengalaman Mengajar pada lembaga PAUD lainnnya (Selain Kober)

Nama lembaga PAUD Alamat lembaga Materi yang diampu Tahun

2 1

3. Pengalaman mengajar/tutorial pada lembaga bukan PAUD

(seperti kursus, diklat, atau mengajar di lembaga pendidikan formal)

Nama lembaga PAUD Alamat lembaga Materi yang diampu Tahun

3 1

4. Pengalaman pendidikan dan latihan pengembangan profesi yang pernah diikuti (dalam lima tahun terakhir)

Nama Diklat Penyelenggara Lama Diklat Tahun

4 1

Jumlah 4

Instrumen ini sebelum digunakan juga diuji terlebih dahulu aspek keterbacaannya serta makna yang terungkap dalam setiap pernyataan. Hal ini dilakukan terhadap lima orang tutor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua Tutor memahami secara jelas apa yang diungkap oleh setiap butir item kuesioner.


(27)

3. Instrumen Pengungkap Data Kompetensi Tutor

Merujuk kepada definisi operasional variabel penelitian, untuk mengungkap data kompetensi tutor dikembangkan kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen untuk Mengungkap Data Kompetensi Tutor

Aspek Ruang Lingkup No. Item

1. Kompetensi Pedagogis

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

1-37 37

2. Kompetensi Kepribadian

kemampuan kepribadian yang: mantap,

stabil, dewasa, arif, berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia

38-50 13

3. Kompetensi Sosial kemampuan tenaga pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan:

Peserta didik,

sesama tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar

51-59 9

4. Kompetensi Profesional

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

60-74 15

Jumlah 74

Sebelum digunakan, instrumen ini diuji validitas dan reliabilitasnya secara empirik kepada 30 orang tutor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua butir item memiliki koefisien validitas yang signifikan pada α = 0,05. Hasil perhitungan reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha diperoleh angka 0,978 dan signifikan


(28)

pada α = 0,05. Dengan demikian, instrumen ini dipandang memadai untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

4. Instrumen Pengungkap Data Mutu Pendidikan Anak Usia Dini

Merujuk kepada definisi operasional variabel penelitian, untuk mengungkap data mutu pendidikan anak usia dini yang dalam penelitian ini ditelaah dari dua hal, yaitu intensitas tumbuh kembang anak usia dini dan mutu layanan pendidikan, dikembangkan kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.4.

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Tumbuh Kembang Anak

Aspek Ruang Lingkup No. Item

Tumbuh Kembang Perkembangan Kognisi 1-29 29

Perkembangan Emosi 30-42 13

Perkembangan Bahasa 43-60 18

Kemampuan Penyesuaian Sosial 61-66 6

Perkembangan Motorik 67-83 17

Jumlah 83

Sebelum digunakan, instrumen ini diuji validitas dan reliabilitasnya secara empirik kepada 30 orang tutor untuk mengobservasi masing-masing lima orang peserta didik di tempat tutor tersebut bekerja sehingga terkumpul hasil observasi terhadap 150 orang peserta didik. Dari 150 hasil observasi itu, hanya 143 yang memadai untuk dijadikan data uji coba. Hasilnya menunjukkan bahwa semua butir item memiliki koefisien validitas yang signifikan pada α = 0,05. Hasil perhitungan reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha untuk setiap aspek perkembangan diperoleh angka sebagai berikut: (1) 0,965 untuk perkembangan kognisi, (2) 0,809 untuk perkembangan aspek emosi, (3) 0,921 untuk perkembangan bahasa, (4) 0,838 untuk perkembangan kemampuan penyesuaian sosial, dan (5) 0,931


(29)

untuk perkembangan motorik. Koefisien reliabilitas untuk kelima aspek perkembangan anak tersebut signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, instrumen ini dipandang memadai untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Sementara itu, kisi-kisi kuesioner mutu layanan pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut.

Tabel 3.5.

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Mutu Layanan Pendidikan

Aspek Ruang Lingkup No. Item

1. Tangible aspek yang terlihat secara fisik misal peralatan dan personel petugas

1-4 4

2. Reliability kemampuan untuk memiliki performa yang bisa diandalkan dan akurat

5-9 5

3. Responsiveness kemauan untuk merespon keinginan atau kebutuhan akan

bantuan dari peserta pembelajaran, serta pelayanan yang cepat

10-13 4

4. Assurance kemampuan para personel untuk menimbulkan rasa percaya

dan aman kepada peserta pembelajaran

14-17 4

5. Emphaty kemauan personel untuk peduli dan memperhatikan setiap peserta pembelajaran

18-22 5

Jumlah 22

Mutu layanan ini diperoleh dengan cara menganalisis kesenjangan (gap) antara harapan (expectation) yang lazim dinotasikan dengan E dengan kenyataan yang dialami (perseption) yang lazim dinotasikan dengan P. Dengan demikian, uji coba instrumen ini dilakukan baik untuk E maupun P.

Proses uji coba dilakukan terhadap 150 orang tua siswa yang anaknya dijadikan objek observasi tumbuh kembang. Dari 150 orang tua siswa tersebut yang memadai untuk dijadikan data uji coba adalah 143. Hasil uji coba untuk


(30)

instrumen dimensi E, diketahui ada satu butir item, yaitu nomor 5, memiliki koefisien validitas negatif dan tidak signifikan. Sedangkan koefisien reliabilitasnya adalah 0,658 yang signifikan pada α = 0,05. Sementara itu hasil uji coba untuk dimensi P diketahui ada tiga butir item yang koefisien reliabilitasnya tidak signifikan pada α = 0,05 yakni nomor 14, 15, dan 16. Koefisien reliabilitas untuk dimensi P adalah 0,444 yang signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, kedua instrumen untuk mengungkap mutu layanan PAUD dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Kendati demikian, karena skor mutu layanan itu diperoleh dari selisih atau kesenjangan antara E dengan P, agar jumlah item dimensi E dan P sebanding maka selain item nomor 5, tiga butir item pada dimensi E tidak digunakan, yakni nomor 14, 15, dan 16 (ketiga item ini pada dimensi P memiliki koefisien validitas tidak signifikan). Pada instrumen dimensi P, selain item nomor 14, 15, dan 16, item nomor 5 juga tidak digunakan. Dengan cara ini, jumlah butir item dimensi E dan P yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah 18 butir item.

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data. Proses pengumpulan data ini menempuh dua langkah, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis mulai dengan melakukan observasi kepada 30 lembaga Kober yang dipilih sebagai lokasi penelitian untuk memperoleh berbagai


(31)

informasi mengenai keadaan lapangan yang berhubungan dengan penelitian, terutama keadaan populasi dan sampel. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan sekaligus penyampaian maksud dan tujuan penelitian ini kepada pimpinan lembaga dan para tutror di lembaga tersebut. Setelah data dan keterangan yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya mengurus berbagai perizinan kepada pihak yang terkait.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data dengan cara mengobservasi, mengadakan wawancara dan menyebarkan instrumen/angket penelitian. Peneliti mengadakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di setiap Kober. Pelaksanaan observasi ini di fokuskan kepada kegiatan layanan pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor pada saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperkuat hasil observasi, maka peneliti mengadakan wawancara dengan tutor mengenai latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kegiatan layanan pembelajaran yang telah dilaksanakannya pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu juga untuk mengetahui kemampuan yang dicapai oleh anak didik, maka diberikan kuesioner mengenai perilaku yang semestinya dikuasai oleh anak usia dini. Pengumpulan data dilaksanakan pada waktu yang sama, yaitu semua data dari responden dikumpulkan dan dicek jumlahnya berdasarkan jumlah sampel.

Penyebaran kuesioner juga dilakukan terhadap para orang tua siswa yang terpilih untuk mengungkap data kualitas layanan pendidikan di Kober berdasarkan


(32)

pendapat para orang tua sebagai pengguna jasa pendidikan. Setiap Kober dipilih 10 orang tua yang anaknya terpilih sebgai sampel yang diobservasi tingkat penguasaan perkembangannya.

3. Penyekoran Kuesioner

Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan penyekoran terhadap semua instrumen penelitian sehingga diperoleh skor yang akan menjadi data penelitian. Cara penyekoran untuk setiap instrumen adalah sebagai berikut.

1) Latar Belakang Pendidikan Tutor

Cara penentuan skor latar belakang pendidikan setiap tutor PAUD adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Cara Penyekoran Kuesioner Latar Belakang Pendidikan Tutor

Jawaban Skor

SD/ MI 1

SMP/MTs 2

SMA/MA/SMK 3

Diploma I 4

Diploma II 5

Sarmud/Diploma III 6

SI/DIV 7

S II 8

S III 9

Catatan: Jika jurusan di PT-nya adalah PAUD maka diberi bobot 2

Dengan demikian, skor minimal untuk latar belakang pendidikan tutor adalah 1 dan skor maksimalnya adalah 18.


(33)

2) Pengalaman Tutor

Cara penentuan skor pengalaman kerja dan pengalaman mengikuti pendidikan dan latihan setiap tutor PAUD adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Cara Penyekoran Kuesioner Pengalaman Tutor

Jawaban Skor

Pengalaman mengajar/tutorial pada lembaga kober Jumlah tahun x 3 Pengalaman mengajar/tutorial pada lembaga PAUD lainnya

(selain kober)

Jumlah tahun x 2 Pengalaman mengajar/tutorial pada lembaga bukan PAUD

(seperti kursus, diklat, atau mengajar di lembaga pendidikan formal)

Jumlah tahun x 1 Pengalaman pendidikan dan latihan pengembangan profesi tutor yang

pernah diikuti (dalam lima tahun terakhir) dalam bidang PAUD

Jumlah jam x 2 Pengalaman pendidikan dan latihan pengembangan profesi tutor yang

pernah diikuti (dalam lima tahun terakhir) dalam bidang pendidikan bukan PAUD

Jumlah jam x 1

Catatan: Pengalaman tutor dipilah ke dalam dua bagian, yakni pengalaman mengajar dan pengalaman mengikuti pendidikan dan pelatihan pengembangan profesi

3) Kompetensi Tutor

Cara penentuan skor kompetensi profesional setiap tutor PAUD adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8

Cara Penyekoran Kuesioner Kompetensi Tutor

Jawaban Skor

Sangat Menguasai (SM) 3

Cukup Menguasai (CM) 2

Kurang Menguasai (KM) 1

Jumlah item kuesioner kompetensi tutor adalah 74. Dengan demikian, skor minimal idealnya adalah 74 dan skor maksimal idealnya adalah 222.


(34)

4) Mutu PAUD

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, untuk mengungkap data mutu pendidikan anak usia dini yang dalam penelitian ini ditelaah dari dua hal, yaitu intensitas tumbuh kembang anak usia dini dan mutu layanan pendidikan. Cara penentuan skor tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Cara Penyekoran Kuesioner Pengungkap Data Tumbuh Kembang Anak

Jawaban Skor

Baik 3

Cukup 2

Kurang 1

Jumlah item kuesioner tumbuh kembang anak adalah 88, yang dibagi ke dalam lima aspek, yaitu aspek motorik 17 item, aspek bahasa 18 item, aspek emosi 13 item, aspek kognisi 34 item, dan aspek sosial 6 item. Dengan demikian, secara keseluruhan, skor minimal idealnya adalah 88 dan skor maksimal idealnya adalah 264 (Catatan: Dalam daftar item kuesioner untuk aspek kognisi hanya tertulis 29 item, namun karena item nomor 22 ada lima sub item dan item nomor 23 ada dua sub item, maka jumlah item untuk aspek kognitif diperhitungkan menjadi 34 butir. Sementara itu, cara penentuan skor mutu layanan pendidikan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10

Cara Penyekoran Kuesioner Pengungkap Data Mutu Layanan Pendidikan

Jawaban Skor

Setuju 3

Ragu 2


(35)

Jumlah item kuesioner mutu layanan pendidikan adalah 18. Dengan demikian, secara keseluruhan, skor minimal idealnya adalah 18 dan skor maksimal idealnya adalah 54.

Cara penentuan skor ini berlaku untuk dimensi E maupun P. Skor mutu diperoleh dari kesenjangan antara skor E dengan P. Makin kecil skor kesenjangan, maka makin baik mutu layanan. Sebaliknya, makin besar skor kesenjangan, maka makin kurang mutu layanan.

4. Penentuan Data Penelitian

Setelah proses penentuan skor selesai dilakukan terhadap semua lembaran jawaban responden, selanjutnya adalah menentukan data penelitian yang menjadi dasar dalam analisis dan pengujian hipotesis. Data penelitian ini meliputi nama Kober, nama tutor, latar belakang pendidikan tutor, pengalaman mengajar dan pengalaman Diklat para tutor, kompetensi tutor, tumbuh kembang anak yang dididik para tutor, dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh para tutor. Khusus untuk data tumbuh kembang anak yang dididik para tutor dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh para tutor, data diperoleh dari hasil rata-rata tumbuh kembang lima anak yang diobservasi oleh tutor dan rata-rata mutu layanan pendidikan berdasarkan pendapat orang tua anak yang diobservasi tumbuh kembangnya.

Untuk memudahkan proses analisis, data penelitian setiap variabel terlebih dahulu diubah ke dalam skala 100 dengan menggunakan T-score, rumusnya


(36)

adalah: {(Skor-rerata)/simpangan baku}x10+50. Dengan demikian, setiap variabel memiliki skala pengukuran yang sama, yaitu skala 100.

G. Rancangan Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Untuk itu, ditempuh tiga langkah kegiatan, yaitu : (1) penetapan hipotesis; (2) pemilihan tes statistik dan pengujian hasil tes statistik; dan (3) penerapan tingkat signifikansi.

1. Penetapan hipotesis

Rancangan hipotesis ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dimana hipotesis nol (H0) yaitu suatu hipotesis yang umumnya diformulasikan untuk ditolak atau menyatakan tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, sedangkan hipotesis alternatif (H1) merupakan hipotesis penelitian yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dalam penelitian ini dirumuskan lima hipotesis yang terdiri atas empat hipotesis bivariat dan satu hipotesis multivariat.

Dalam penelitian ini, hipotesis bivariat dirumuskan dalam hipotesis statistik sebagai berikut.

H0 : ρ = 0 H1 : ρ > 0

Sedangkan hipotesis multivariat dirumuskan dalam hipotesis statistik sebagai berikut.


(37)

[

][

]

− − − = 2 2 2 2 ) ( . ) ( ) ).( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy

H0 : R = 0 H1 : R > 0

2. Pemilihan Tes Statistik dan Pengujian Hasil Tes Statistik

Untuk menguji hipotesis tersebut bivariat, digunakan statistik korelasi sederhana. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Signifikansi koefisien korelasi diuji dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 2 r 1 2 n r t − − =

Koefisien korelasi dianggap signifikan jika thitung lebih besar dari ttabel pada α=0,05 atau 0,01 dengan dk = (n-2)

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: H0 diterima jika harga t hitung lebih kecil atau sama dengan harga t tabel pada α = 0,05 dengan dk sebesar (n-2). Sedangnkan jika harga t hitung lebih besar dari harga t tabel pada α = 0,05 dengan dk sebesar (n-2) maka H0 ditolak.

Apabila hasil pengujian hipotesis menunjukkan korelasi yang signifikan, dalam arti apabila H0 ditolak dan HA diterima, selanjutnya untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan koefisien


(38)

determinasi (KD) yang tiada lain merupakan kuadrat koefisien korelasi dikalikan 100% atau kalau dinyatakan dalam rumus adalah sebagai berikut:

KD = rs x rs x 100%

Selanjutnya dari koefisien korelasi yang dihasilkan, dapat diinterpretasikan derajat hubungan antara kedua variabel yang disajikan dalam tabel berikut (Jalaludin Rakhmat, 1995: 29):

0,0 ≤ r < 0,2 : Pengaruh lemah

0,2 ≤ r < 0,4 : Pengaruh rendah tapi pasti 0,4 ≤ r < 0,7 : Pengaruh cukup berarti 0,7 ≤ r < 0,9 : Pengaruh kuat

0,9 ≤ r < 1,0 : Pengaruh sangat tinggi, dapat diandalkan Sementara itu, untuk menguji hipotesis tersebut multivariat, digunakan statistik korelasi jamak. Rumus yang digunkan adalah sebagai berikut.

2 12 12 2 1 2 2 2 1 12 . 1 2 r r ry r r r

Ry y y y

− + + =

ry1 = koefisien korelasi antara Y dan X1 ry2 = koefisien korelasi antara Y dan X2 r12 = koefisien korelasi antara X1 dan X2

) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R F

Koefisien korelasi dianggap signifikan jika Fhitung lebih besar dari Ftabel pada α=0,05 dengan dk = (k; n-k-1).


(39)

3. Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel serta dengan pertimbangan bahwa tingkat signifikansi tersebut merupakan tingkat signifikansi konvensional yang biasa digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (Sudjana, 1990: 55).

4. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis, selanjutnya dilakukan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitiatif. Analisis tersebut akan membahas pengaruh antar variabel. Selanjutnya dari hasil analisis dan pembahasan tersebut, ditarik kesimpulan dan dibuat saran-saran baik bagi perbaikan kinerja lembaga PAUD yang diteliti maupun bagi penelitian selanjutnya.


(40)

149

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Dalam penelitian ini terungkap bahwa latar belakang pendidikan tutor sangat bervariasi, paling rendah adalah SMA/Sederajat dan paling tinggi adalah S1. Sebagian besar tutor berpendidikan paling tinggi SMA/Sederajat. Sebagian kecil dari mereka yang berpendidikan S1 bukan berlatar belakang jurusan PAUD. Para tutor memiliki pengalaman mengajar pada lembaga Kober bervariasi mulai dari satu tahun hinga 18 tahun. Pengalaman mengajar para tutor pada lembaga Kober sebagian besar adalah lima tahun ke bawah. Selain mengajar pada lembaga Kober, para tutor juga memiliki pengalaman mengajar pada lembaga PAUD lainnya yang bukan Kober. Pengalaman mereka bervariasi dari nol tahun hingga 27 tahun. Pengalaman mengajar para tutor pada lembaga PAUD bukan Kober sebagian besar adalah satu sampai dengan lima tahun. Selain itu, para tutor juga ada yang pernah dan sedang mengajar pada lembaga pendidikan lainnya, seperti di lembaga formal. Para tutor mengikuti pelatihan dalam bidang PAUD dalam lima tahun terakhir (2005-2010), bervariasi mulai dari 11 jam hingga 280 jam. Pengalaman para tutor mengikuti pelatihan bidang PAUD sebagian besar adalah 11-150 jam. Kompetensi tutor sebagian besar termasuk


(41)

kategori sedang. Dengan kompetensi yang dimilikinya, mereka telah mampu mengembangkan pembelajaran yang bermutu dan memfasilitasi tumbuh kembang anak yang umumnya berada pada kategori sedang.

2. Latar belakang pendidikan formal tutor berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. Namun, latar belakang pendidikan formal tutor tersebut tidak berpengaruh terhadap intensitas tumbuh kembang anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

3. Pengalaman mengajar dan pengalaman pelatihan para tutor berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. Akan tetapi pengalaman mengajar dan pengalaman pelatihan itu tidak berpengaruh terhadap intensitas tumbuh kembang anak usia dini.

4. Kompetensi tutor tidak berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran dan intensitas tumbuh kembang anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung.

5. Latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kompetensi tutor, secara bersama-sama, berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada latar kelompok bermain di Kota Bandung. Kendati demikian variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap intensitas tumbuh kembang anak usia dini


(42)

B. Rekomendasi

Dari temuan penelitian ini, diperoleh beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti dan direkomendasikan kepada pihak yang terkait. Rekomendasi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Bagi Penyelenggara Kober

Untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran dan mengakselerasi tumbuh kembang anak, penyelenggara Kober perlu meningkatkan kualifikasi tutor baik berkenaan dengan pendidikan maupun keahliannya. Sejalan dengan itu, para tutor dituntut untuk meningkatkan kompetensi diri dengan cara meningkatkan pendidikan dan mengikuti pelatihan yang relevan. Upaya ini tentu diharapkan tidak sekedar formalitas melainkan harus betul dibarengi dengan peningkatan kemampuan yang nyata.

Penyelenggara dan tutor perlu proaktif dan memperluas akses untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi. Tutor yang diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan harus betul-betul yang memiliki motivasi internal yang kuat untuk mengembangkan diri, bukan sekedar ingin memperoleh ijazah atau sertifikat.

2. Bagi Pengambil Kebijakan/Dinas Pendidikan

Akses penyelenggara dan tutor Kober untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan profesi, terutama yang didanai oleh Dinas Pendidikan, harus dibuka secara luas sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama untuk


(43)

berpartisipasi. Selain itu, dalam penyelenggaraan pelatihan PAUD perlu dilakukan perubahan paradigma dalam penentuan syarat kelulusan untuk memperoleh sertifikat. Keikutsertaan saja belum cukup untuk memperoleh sertifikat tanpa adanya hasil uji kompetensi atas materi yang dilatihkan. Kecenderungan peserta pelatihan yang selama ini acuh tak acuh, kurang sungguh-sungguh menguasai materi pelatihan, orientasi pada formalitas sertifikat, perlu segera dibenahi. Kalau perlu, sertifikat hanya diberikan kepada mereka yang menguasai materi pelatihan secara tuntas. Pada setiap kegiatan pelatihan, tidak perlu semua peserta memperoleh sertifikat, kalau yang bersangkutan tidak menguasai materi pelatihan secara tuntas. Dengan cara ini, diharapkan peserta pelatihan berubah pikiran dari semula berorientasi pada pemilikan sertifikat menjadi kepada penguasaan materi. Sertifikat merupakan konsekuensi logis dari penguasaan materi pelatihan.

Pihak Dinas Pendidikan juga perlu melakukan kontrol mutu terhadap kinerja tutor, penyelenggaraan pendidikan, maupun kelengkapan fasilitas pembelajaran. Dengan demikian, kendati keberadaan Kober itu penting, namun perlu ada kendali mutu sehingga mereka dapat memenuhi standar minimal layanan.

3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Ada beberapa hal yang menarik direkomendasikan untuk dikaji lebih lanjut sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Perlu melakukan validasi terhadap hasil penelitian ini, karena ada beberapa hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini secara empirik


(44)

ditolak. Caranya adalah masalahnya sama dengan penelitian ini, namun dengan ukuran sampel yang lebih luas dan representatif.

2) Meneliti faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu layanan pembelajaran dan intensitas tumbuh kembang anak, selain latar belakang pendidikan tutor, pengalaman mengajar, dan kompetensi tutor.

3) Perlu melakukan uji kompetensi tutor dengan menggunakan instrumen khusus dan indikator spesifik kompetensi tutor. Uji kompetensi itu dilakukan secara nyata, bukan melalui self report seperti dilakukan dalam penelitian ini.

4) Perlu melakukan kajian tentang kompetensi tutor, kualitas layanan pembelajaran, dan tumbuh kembang anak yang dilakukan melalui observasi pakar. Dengan cara ini diharapkan diperloleh gambaran riil tentang kompetensi tutor, kualitas layanan pembelajaran, dan tumbuh kembang anak. Hal ini perlu dilakukan karena dalam penelitian ini kompetensi tutor diungkap dari tutor sendiri melalui self report, kualitas layanan pembelajaran diungkap dari pendapat orang tua anak, dan tumbuh kembang anak diungkap berdasarkan pengamatan tutor.


(45)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta. S. (1988). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat: Jakarta: Depdikbud

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Binakasih, R. (2005). Kontribusi Pengalaman Pelatihan, Latar Belakang Pendidikan Dan Sikap Profesional Terhadap Kualitas Kinerja. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20 pendidikan/Abstrakadpen05.Html

Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Botkin. J. W. Elmandjra. M., and Malitza M. (1979) No Limit To Learning. Oxford-New York-Toronto-Sydney-Paris-Franfurt. Pergamon Press.

Cropley, A. J. (1974). Pendidikan Seumur Hidup: Suatu Analisis Psikologis. Penyunting: Sardjan Kadir. Surabaya: Usaha Nasional.

_____. (1978). Lifelong Education: a Psychological Analysis, Oxford: Pergamon Press.

Daengsari, D. P. (1996). Metoda Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud- Dikti, P2TK.

Daradjat, Z. (1982). Perawatan Jiwa Anak. Jakarta : Bulan Bintang

Dave, R. H. (1973). Foundation of Lifelong Education. Oxford: Pergamon. Depdikbud. (1994a). Kurikulum Taman Kanak-Kanak 1994. Jakarta: Depdikbud. _____. (1994b). Petunjuk Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2002). Keputusan Menteri No. 087/U/2002 tentang Akreditasi Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dinas Pendidikan Jabar. (2003) Profil program Pendidikan Anak Dini Usia di Jawa Barat. Bandung: Sub Dinas PLS


(46)

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Ditjen PLS Depdiknas.

_____. (2008). Pedoman Bantuan Kerja sama dengan Lembaga Mitra PAUD. Jakarta: Ditjen PNFI Depdiknas.

Dumadezier, J. (1991). The School and Continuing Education. Paris: UNESCO. Ernawulan. (1999) Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang Tua, dan

Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak-kanak Aisiyah XI, Bumi Siliwangi dan Angkasa I Bandung, (Tesis), Bandung : PPS IKIP

Everett, R., & Shoemaker, F. (1971). Communication of Innovation, New York: The Free Press a Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Fatimah, D., et al. ( 2000). Nestapa Pembangunan Sosial, Jogjakarta: Yayaysan Litera Indonesia- IDEA.

Faure, E. (1981). Belajar Untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Ini dan Esok, Jakarta: Bharata Karya Aksara

Freire, P. (2000). Pendidikan sebagai Proses, Surat-Menyurat Paedagogis dengan para Pendidik Guinea-Bissau, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fuad, H. (1999). Studium Generale. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gerald, Z., Kolter, P. & Kaufman, I. (1977). Creating Social Change, New York. Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas Toronto: Holt Rinehart and Winstaon, Inc.

Gross, R. (1991). Peak Learning: a Master Course in Learning How to Lear. New York: Penguin Inc.

Hamijoyo, S. (1977). Pendidikan Nonformal: Falsafah Wawasan Sejarah Asas, Bandung: IPPS FIP IKIP

Hanurani, L. (2004). Kompetensi Dasar Pelatih. Bandung: BPKB Jawa Barat Harianti, D. (1996). Program Kegiatan Belajar di Taman Kanak-kanak 1994.

Jakarta; Depdikbud – Dikti, P2TK

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan. (terjemahan Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga.

Jalal, F. & Supriadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.


(47)

Kartono, K. (1986). Psikologi Anak. Bandung: Alumni.

Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process. USA. Knowles, M. S. (1970). The Modern Practice Of Adults Education: Andragogy

Versus Pedagogy. Chicago: Association Press.

_____. (1984) The Adults Learner: A Neglected Species. Houston: Gulf Publishing Company.

_____. (1989) Self-Directed Learning A Guide For Learners And Teachers. Company/Chicago Association Press Follett Publishing Co.

Korten, C. (1993). Menuju Abad ke 21. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.

Mahayana, D. (1999). Menjemput Masa Depan. Bandung : Remadja Rosda Karya.

Moeslichatoen. (1996). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta; Depdikbud Dirjen-Dikti, P2TK.

Namasivayam, P. (2007). Materi NEST. Jakarta: Depdiknas. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian: Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oberlander, J. R. (2000). Slow and Steady, Get Me Ready. New York: US Departement of Education.

Patmonodewo, S. (1995). Buku Ajar Pendidikan Pra sekolah. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Peraturan Pemerintah RI No. 73 tahun 1991. Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan PLS FIP IKIP Bandung.

Safuri. (1999). Metode dan Teknik Fasilitasi. Bandung: Unicef Kerjasama dengan Pemda Jabar dan BPKB Jawa Barat.

_____. (2000). Teknik Memfasilitasi. Flores: Pokja PRA Kerjasama dengan YMTM, FPPM dan SDM.

Sardjunani, N. (2006). Pengembangan Sumber Daya Manusia Sejak Dini. Makalah Semiloka Universitas Negeri Semarang 04 Desember 2006. Semarang: UNNES.


(48)

Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

Subarkah, W. (2010) Kontribusi Kemampuan Profesional Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajarnya Pada Sma Negeri Di Kota Cimahi. Tersedia di

Http://Directory.Umm.Ac.Id/Data%20hibah/Hibah%20mutu%20pendidikan /Abstrakadpen05.Html

Sudjana, H. D. (2004). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukukung, Asas,. Bandung: Falah Production.

Sudjana, N. & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Suena, I. W. (2005) Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru, Bandung Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20 pendidikan/Abstrakadpen05.Html

Sukirman. (2008). Stimulasi Perkembangan Anak pada Setting Kelompok Bermain dan Relevansinya dengan Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini dan Bimbingan. Disertasi. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Surachmad, W. (1986). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Tilaar, H. A. R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam

Perspektif Abad ke-21. Magelang: Indonesia Tera.

Trisnamansyah, S. (1984). Pengaruh Motif Berafiliasi Keterbukaan Berkomunikasi, Persepsi dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Modern Petani.Disertasi. FPS IKIP Bandung.

_____. (1993). Konsep Pendidikan Luar Sekolah. (Jurusan PLS IKIP Bandung. UNESCO. (2000). Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam Damai Dan Harmoni.

Kantor Prinsipal UNESCO Kawasan ASIA PASIFIK.

Wuviani, V. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru, Studi Tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sman Di Kota Bandung Tahun 2004. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20pendidikan/Abstrakadpen05.Html Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan anak dan Remaja. Bandung: Remaja


(1)

berpartisipasi. Selain itu, dalam penyelenggaraan pelatihan PAUD perlu dilakukan perubahan paradigma dalam penentuan syarat kelulusan untuk memperoleh sertifikat. Keikutsertaan saja belum cukup untuk memperoleh sertifikat tanpa adanya hasil uji kompetensi atas materi yang dilatihkan. Kecenderungan peserta pelatihan yang selama ini acuh tak acuh, kurang sungguh-sungguh menguasai materi pelatihan, orientasi pada formalitas sertifikat, perlu segera dibenahi. Kalau perlu, sertifikat hanya diberikan kepada mereka yang menguasai materi pelatihan secara tuntas. Pada setiap kegiatan pelatihan, tidak perlu semua peserta memperoleh sertifikat, kalau yang bersangkutan tidak menguasai materi pelatihan secara tuntas. Dengan cara ini, diharapkan peserta pelatihan berubah pikiran dari semula berorientasi pada pemilikan sertifikat menjadi kepada penguasaan materi. Sertifikat merupakan konsekuensi logis dari penguasaan materi pelatihan.

Pihak Dinas Pendidikan juga perlu melakukan kontrol mutu terhadap kinerja tutor, penyelenggaraan pendidikan, maupun kelengkapan fasilitas pembelajaran. Dengan demikian, kendati keberadaan Kober itu penting, namun perlu ada kendali mutu sehingga mereka dapat memenuhi standar minimal layanan.

3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Ada beberapa hal yang menarik direkomendasikan untuk dikaji lebih lanjut sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Perlu melakukan validasi terhadap hasil penelitian ini, karena ada beberapa hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini secara empirik


(2)

153

ditolak. Caranya adalah masalahnya sama dengan penelitian ini, namun dengan ukuran sampel yang lebih luas dan representatif.

2) Meneliti faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu layanan pembelajaran dan intensitas tumbuh kembang anak, selain latar belakang pendidikan tutor, pengalaman mengajar, dan kompetensi tutor.

3) Perlu melakukan uji kompetensi tutor dengan menggunakan instrumen khusus dan indikator spesifik kompetensi tutor. Uji kompetensi itu dilakukan secara nyata, bukan melalui self report seperti dilakukan dalam penelitian ini.

4) Perlu melakukan kajian tentang kompetensi tutor, kualitas layanan pembelajaran, dan tumbuh kembang anak yang dilakukan melalui observasi pakar. Dengan cara ini diharapkan diperloleh gambaran riil tentang kompetensi tutor, kualitas layanan pembelajaran, dan tumbuh kembang anak. Hal ini perlu dilakukan karena dalam penelitian ini kompetensi tutor diungkap dari tutor sendiri melalui self report, kualitas layanan pembelajaran diungkap dari pendapat orang tua anak, dan tumbuh kembang anak diungkap berdasarkan pengamatan tutor.


(3)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta. S. (1988). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat: Jakarta: Depdikbud

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Binakasih, R. (2005). Kontribusi Pengalaman Pelatihan, Latar Belakang Pendidikan Dan Sikap Profesional Terhadap Kualitas Kinerja. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20 pendidikan/Abstrakadpen05.Html

Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Botkin. J. W. Elmandjra. M., and Malitza M. (1979) No Limit To Learning. Oxford-New York-Toronto-Sydney-Paris-Franfurt. Pergamon Press.

Cropley, A. J. (1974). Pendidikan Seumur Hidup: Suatu Analisis Psikologis. Penyunting: Sardjan Kadir. Surabaya: Usaha Nasional.

_____. (1978). Lifelong Education: a Psychological Analysis, Oxford: Pergamon Press.

Daengsari, D. P. (1996). Metoda Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud- Dikti, P2TK.

Daradjat, Z. (1982). Perawatan Jiwa Anak. Jakarta : Bulan Bintang

Dave, R. H. (1973). Foundation of Lifelong Education. Oxford: Pergamon. Depdikbud. (1994a). Kurikulum Taman Kanak-Kanak 1994. Jakarta: Depdikbud. _____. (1994b). Petunjuk Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2002). Keputusan Menteri No. 087/U/2002 tentang Akreditasi Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dinas Pendidikan Jabar. (2003) Profil program Pendidikan Anak Dini Usia di Jawa Barat. Bandung: Sub Dinas PLS


(4)

155

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Ditjen PLS Depdiknas.

_____. (2008). Pedoman Bantuan Kerja sama dengan Lembaga Mitra PAUD. Jakarta: Ditjen PNFI Depdiknas.

Dumadezier, J. (1991). The School and Continuing Education. Paris: UNESCO. Ernawulan. (1999) Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang Tua, dan

Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak-kanak Aisiyah XI, Bumi Siliwangi dan Angkasa I Bandung, (Tesis), Bandung : PPS IKIP

Everett, R., & Shoemaker, F. (1971). Communication of Innovation, New York: The Free Press a Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Fatimah, D., et al. ( 2000). Nestapa Pembangunan Sosial, Jogjakarta: Yayaysan Litera Indonesia- IDEA.

Faure, E. (1981). Belajar Untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Ini dan Esok, Jakarta: Bharata Karya Aksara

Freire, P. (2000). Pendidikan sebagai Proses, Surat-Menyurat Paedagogis dengan para Pendidik Guinea-Bissau, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fuad, H. (1999). Studium Generale. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gerald, Z., Kolter, P. & Kaufman, I. (1977). Creating Social Change, New York. Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas Toronto: Holt Rinehart and Winstaon, Inc.

Gross, R. (1991). Peak Learning: a Master Course in Learning How to Lear. New York: Penguin Inc.

Hamijoyo, S. (1977). Pendidikan Nonformal: Falsafah Wawasan Sejarah Asas, Bandung: IPPS FIP IKIP

Hanurani, L. (2004). Kompetensi Dasar Pelatih. Bandung: BPKB Jawa Barat Harianti, D. (1996). Program Kegiatan Belajar di Taman Kanak-kanak 1994.

Jakarta; Depdikbud – Dikti, P2TK

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan. (terjemahan Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga.

Jalal, F. & Supriadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.


(5)

Kartono, K. (1986). Psikologi Anak. Bandung: Alumni.

Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process. USA. Knowles, M. S. (1970). The Modern Practice Of Adults Education: Andragogy

Versus Pedagogy. Chicago: Association Press.

_____. (1984) The Adults Learner: A Neglected Species. Houston: Gulf Publishing Company.

_____. (1989) Self-Directed Learning A Guide For Learners And Teachers. Company/Chicago Association Press Follett Publishing Co.

Korten, C. (1993). Menuju Abad ke 21. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.

Mahayana, D. (1999). Menjemput Masa Depan. Bandung : Remadja Rosda Karya.

Moeslichatoen. (1996). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta; Depdikbud Dirjen-Dikti, P2TK.

Namasivayam, P. (2007). Materi NEST. Jakarta: Depdiknas. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian: Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oberlander, J. R. (2000). Slow and Steady, Get Me Ready. New York: US Departement of Education.

Patmonodewo, S. (1995). Buku Ajar Pendidikan Pra sekolah. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Peraturan Pemerintah RI No. 73 tahun 1991. Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan PLS FIP IKIP Bandung.

Safuri. (1999). Metode dan Teknik Fasilitasi. Bandung: Unicef Kerjasama dengan Pemda Jabar dan BPKB Jawa Barat.

_____. (2000). Teknik Memfasilitasi. Flores: Pokja PRA Kerjasama dengan YMTM, FPPM dan SDM.

Sardjunani, N. (2006). Pengembangan Sumber Daya Manusia Sejak Dini. Makalah Semiloka Universitas Negeri Semarang 04 Desember 2006. Semarang: UNNES.


(6)

157

Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

Subarkah, W. (2010) Kontribusi Kemampuan Profesional Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajarnya Pada Sma Negeri Di Kota Cimahi. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/Data%20hibah/Hibah%20mutu%20pendidikan /Abstrakadpen05.Html

Sudjana, H. D. (2004). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukukung, Asas,. Bandung: Falah Production.

Sudjana, N. & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Suena, I. W. (2005) Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru, Bandung Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20 pendidikan/Abstrakadpen05.Html

Sukirman. (2008). Stimulasi Perkembangan Anak pada Setting Kelompok Bermain dan Relevansinya dengan Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini dan Bimbingan. Disertasi. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Surachmad, W. (1986). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Tilaar, H. A. R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam

Perspektif Abad ke-21. Magelang: Indonesia Tera.

Trisnamansyah, S. (1984). Pengaruh Motif Berafiliasi Keterbukaan Berkomunikasi, Persepsi dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku Modern Petani.Disertasi. FPS IKIP Bandung.

_____. (1993). Konsep Pendidikan Luar Sekolah. (Jurusan PLS IKIP Bandung. UNESCO. (2000). Belajar Untuk Hidup Bersama Dalam Damai Dan Harmoni.

Kantor Prinsipal UNESCO Kawasan ASIA PASIFIK.

Wuviani, V. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru, Studi Tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sman Di Kota Bandung Tahun 2004. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id/ Data%20hibah/Hibah%20mutu%20pendidikan/Abstrakadpen05.Html Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan anak dan Remaja. Bandung: Remaja