HUBUNGAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MUTU LAYANAN TUTOR DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI :Studi Deskriptif dan Korelasional Pada Kelompok Bermain Kota Bengkulu.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PANGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Kerangka Pikir ... 11

H. Definisi Operasional ... 13

BAB II. LANDASAN TEORI A. Konsep Kompetensi ... 17

1. Pengertian Kompetensi ... 17

2. Kebutuhan terhadap Kompetensi ... 19

3. Kompetensi Tutor PAUD ... 28

4. Fungsi dan Manfaat Kompetensi ... 34

B. Konsep Motivasi Berprestasi ... 35

1. Teori Motivasi ... 35

2. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 40

3. Karakteristik Motivasi Berprestasi ... 41


(2)

1. Tinjauan Umum tentang Mutu Layanan ... 42

a. Definisi Mutu ... 42

b. Definisi Layanan dan Mutu Layanan ... 46

2. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 52

3. Tugas Tutor dalam Pembelajaran ... 53

4. Program Kelompok Bermain ... 54

D. Referensi Penelitian ... 56

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel ... 61

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 64

D. Langkah-langkah Penelitian ... 66

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 76

F. Langkah-langkah Pengolahan dan Penulisan Laporan ... 84

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 86

B. Gambaran Umum Profil Responden ... 90

C. Pengolahan Data ... 92

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi ... 31

Tabel 3.1 Penjabaran Variabel Penelitian ... 67

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ... 76

Tabel 3.3 Analisis Varians (ANAVA) regresi sederhana ... 80

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 90

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 91

Tabel 4.3 Deskripsi Harga Rata-rata Untuk Setiap Variabel ... 93

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi ... 94

Tabel 4.5 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 ... 97

Tabel 4.6 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X2 ... 99

Tabel 4.7 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X3 ... 101

Tabel 4.8 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X4 ... 103

Tabel 4.9 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X5 ... 106

Tabel 4.10 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, dan X4, ... 109

Tabel 4.11 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, X4, dan X5 ... 112

Tabel 4.12 Data Statistik Penelitian ... 113


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 13

Gambar 2.1 Alur Pengembangan Kompetensi PAUD ... 33

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 60


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Merupakan keharusan kita bersama untuk memberikan hak-hak anak sedini mungkin untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sebagai individu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial serta mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak adalah dengan melayani dan memenuhi kebutuhan anak secara holistik meliputi asupan gizi, kesehatan, dan pendidikan yang memadai. Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan (hereditas) dan faktor lingkungan yang termaksud didalamnya intervensi pendidikan.

Pendidikan formal maupun nonformal merupakan lembaga yang berperan utama sebagai kunci untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan bangsa berdasarkan aspek intelektual, dan memadukan aspek keterampilan dengan kepribadian. Dalam penyelenggaraan pendidikan, tutor merupakan sosok utama yang mengemban tugas mempersiapkan masa depan anak.

Hasil penelitian Osborn, White dan Bloom ( Yusuf, 2000) mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%, dan genap 100% setelah anak berusia 18 tahun. Berdasarkan penelitian di atas, maka tidaklah berlebihan apabila para ahli menyebutkan usia dini adalah usia emas (golden age) yang terjadi hanya satu kali


(6)

seumur hidup. Dalam kaitan ini upaya stimulus dari lingkungan sangat diperlukan anak dalam mengembangkan potensi kecerdasanya. Maka upaya pendidikan sebagai bentuk stimulasi psikososial sedini dan seoptimal mungkin pada anak usia dini menjadi hal yang sangat penting.

Pentingnya stimulasi yang tepat sejak dini terhadap anak juga didasarkan atas evidensi ilmiah bahwa otak anak hanya mau menerima rangsangan spesifik yang diberikan pada satu waktu tertentu. Bila kesempatan tersebut terlewatkan, maka akan membuat anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar. Seorang bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 milyar sel otak. Ini menunjukkan bahwa selama sembilan bulan kehamilan, setiap menit dalam pertumbuhan otak minimal diproduksi 250.000 sel otak. Sel-sel otak dibentuk berdasarkan stimulasi dari luar. Setiap sel otak saling berhubungan dengan lebih dari 15.000 simpul syaraf elekrik kimia yang sangat rumit. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan supaya terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlahnya akan semakin berkurang atau fungsinya akan ditapiskan untuk dialihkan ke tugas-tugas lain diluar pengembangan kecerdasan. Proses penepisan ini akan terus berlangsung hingga usia pubertas, yaitu pada saat berhentinya pertumbuhan sel-sel syaraf di otak (Oberland, 2000). Oleh sebab itu pada usia 0 – 6 tahun merupakan periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui pembelajaran yang deselenggarakan oleh berbagai program layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia dini yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan sembilan aspek kecerdasan anak (Multiple Intelegency) meliputi kecerdasan linguistik, logika matematik, visual spasial,


(7)

musical, kinestetik, naturalistik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual (Jurnal PAUD, 2010).

Menurut Undang- undang no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 28 ayat 4, menjelaskan bahwa :

Pendididikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut.

Menyadari betapa pentingnya stimulasi dini bagi perkembangan anak, pemerintah secara serius telah menetapkan berbagai kebijakan yang melandasi pentingnya pendidikan anak usia dini dan merancang berbagai program pendidikan anak usia dini, namun pada kenyataannya hingga tahun 2007 jumlah mutu layanan pendidikan anak usia dini masih rendah. Penyebabnya antara lain adalah masih rendahnya kesadaran orang tua, keluarga, dan masyarakat terhadap pentingnya layanan pendidikan bagi anak usia sejak dini serta masih terbatasnya jumlah lembaga layanan pendidikan anak usia dini, khususnya pendidikan anan usia dini Nonformal yang mampu menjangkau masyarakat pedesaan (Direktorat PAUD, 2008)

Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan di luar sekolah adalah program Kelompok Bermain. Pelaksanaan dan pengembangan pendidikan kelompok bermain dilatar belakangi oleh suatu kenyataan bahwa anak usia dini yang terlayani pendidikan pra-sekolah masih rendah. Kelompok bermain adalah layanan pendidikan anak usia dini bagi anak usia 3–6 tahun yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan yang diperlukan bagi anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Proses


(8)

pembelajaran dalam kelompok bermain memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dirangsang dan dieksplorasi melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, dengan cara melalui bermain sambil belajar. Mutu hasil belajar kelompok bermain, seperti halnya program pendidikan luar sekolah manapun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sudjana (2003:34) menjelaskan bahwa mutu keluaran pembelajaran dipengaruhi oleh masukan mentah (raw input), masukan sarana (instrument input), masukan lain (other input), dan proses pembelajaran. Tutor sebagai salah faktor dalam masukan sarana, mempunyai konstribusi dan peran stategis dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu tutor dituntut aktif dalam menciptakan situasi proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif belajar, karena pada hakekatnya yang belajar itu peserta didik bukan pihak lain.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak pada kelompok bermain, sangatlah bergantung pada peran tutor untuk meningkatkan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Secara ideal ketenagaan pendidikan anak usia dini mencakup seluruh orang tua yang memiliki anak usia dini, akan tetapi pada saat penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dilembagakan dengan mengikuti aturan dan program terstruktur, maka para tutorlah yang memiliki andil besar dalam meningkatkan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Kenyataan dilapangan menunjukkan, kemampuan tutor pada kelompok bermain sangat beragam, hal ini berdampak terhadap mutu layanan pembelajaran anak usia dini. Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan menggunakan metode mengajar yang inovatif serta


(9)

motivasi tutor dalam mengajar masih kurang, sehingga output yang dihasilkannyapun masih rendah, sementara itu tuntutan masyarakat akan pelayanan pendidikan anak usia dini yang bermutu semakin mendesak. Kenyataan mutu tutor yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dilihat dari latar belakang pendidikan tutor, pengalaman, kompetensi, motivasi, keterampilan dan lain sebagainya. Dengan demikian mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain masih sangat perlu ditingkatkan.

B. Identifikasi Masalah

Berhubungan dengan peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini, ada banyak cara yang dilakukan. Keterampilan dalam mengajar sebagai salah satu penunjang mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh seorang tutor yang professional. Dalam pengembangan proses pembelajaran anak usia dini, seorang tutor harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial. Untuk itu karena tugas dan peran tenaga tutor anak usia dini sangatlah mulia dan memerlukan perhatian serta kesabaran, maka sangat diharapkan tutor yang bermutu yang memiliki kemampuan kompetensi yang komplit sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kinerja tutor dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak usia dini.

Selain memiliki kemampuan kompetensi yang komplit bagi seorang pendidik, abilitas dan motivasi adalah faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja, dimana motivasi sebagai aspek psikologis individu seorang tutor juga merupakan faktor


(10)

yang dapat meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak usia dini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi sebagai keadaan pada diri seseorang (individu) yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1998: 164). Tutor yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas penting dengan luar biasa, dan berpikiran akan kemajuan kariernya. Di samping itu motivasi juga dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan dengan sempurna, dengan demikian tutor kelompok bermain mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dapat mendorong meningkatkan mutu layanan pada pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Mitchel dan Larson dalam Danimin (2005: 9) tentang pengaruh kecakapan dan motivasi pada kinerja. Mereka mengatakan bahwa kecakapan tanpa motivasi, dan motivasi tanpa kecakapan tidak akan menghasilkan output yang tinggi. Artinya disini bisa dikatakan bahwa output yang baik akan memberikan dampak yang baik pula terhadap gambaran mutu layanan pembelajaran yang dilakukan..

Persoalan mendasar saat ini adalah rendahnya mutu pelayanan yang diberikan oleh tutor dalam proses pembelajaran anak usia dini yang diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan tutor dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi anak usia dini yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi dan motivasi berprestasi tutor itu sendiri. Masalah-masalah tersebut tampak terlihat dari kenyataan yang ada dilapangan yang menunjukan bahwa masih sangat banyak tutor pendidikan anak usia dini khususnya pada kelompok bermain yang masih berkualifikasi SMP atau SMA, ini dapat dilihat bahwa akademik tutor pendidikan anak usia dini tersebut masih di bawah dari standar yang diinginkan, hal ini


(11)

berdampak pada kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh tutor pendidikan anak usia dini khususnya pada kelompok bermain belum optimal sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tutor yang profesional.

Menyikapi permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada pendalaman kompetensi tutor dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, selanjutnya masalah yang diajukan dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan kompetensi tutor dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain di Kota Bengkulu ?

Agar penelitian ini lebih terfokus, secara operasional permasalahan tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

2. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi kepribadian tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi profesional dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

5. Bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?


(12)

6. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ? 7. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,

tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

D. Hipotesis

Berdasarkan pola fikir yang digunakan, hipotesis yang harus diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi kepribadian

tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi professional dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi hubungan sosial

tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain


(13)

6. Terdapat hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ? 7. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik,

kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain. 2. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi

kepribadian tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

3. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi profesional dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

4. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

5. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

6. Untuk memperolah gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi


(14)

hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

7. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan nonformal, khususnya berkaitan dengan mutu layanan bagi anak usia dini.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan terhadap kajian teoritis tentang mutu layanan pembelajaran anak usia dini program kelompok bermain dan hubungannya dengan kompetensi dan motivasi berprestasi tutor.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi tutor terhadap implementasi kemampuan kompetensi dan motivasi berprestasi yang ada dalam melaksanakan tugas dan perannya sehingga memperoleh kepuasan kerja. Hal ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah atau memperbaiki sistem kerja sehingga dapat meningkatkan mutu mutu layanan pembelajaran anak usia dini.

2. Bagi penyelenggara program kelompok bermain, sebagai bahan masukan untuk mereevaluasi kegiatan program kelompok bermain yang dapat


(15)

dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki sistem dalam proses pembelajaran anak usia dini.

G. Kerangka Pikir

Dalam pendidikan nonformal, tutor sebagai komponen mikro penentu dominan pendidikan haruslah bermutu dan berkinerja baik dalam era globalisasi dengan berusaha menguasai berbagai teknologi informasi dan komunikasi, karena salah satu aspek yang mengalami perubahan dahsyat dalam era globalisasi adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi yang membuat dunia ini terasa semakin sempit. Tutor sebagai komponen mikro penentu mutu pendidikan dalam sistem pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran secara khusus dan dalam proses pendidikan secara umum.

Pengelolaan dan proses pembelajaran dengan tutor sebagai inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan tutor sebagai pemegang utama. Dengan demikian tutor memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya dan berdampak kepada mutu layanan yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran anak usia dini. Sebagai konsekuensi dari betapa pentingnya peranan seorang tutor dalam proses pembelajaran anak usia dini, dia harus selalu berusaha meningkatkan kualitas kompetensinya, karena tutor yang berkompoten akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada dalam tingkat optimal.

Selain dibutuhkannya tutor yang berkompoten dengan memiliki keempat kompetensi yakni sebagai seorang tutor profesional dalam memberikan layanan


(16)

pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, motivasi berprestasi tutor dari individu tutor itu sendiri juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap mutu layanan yang diberikan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Malayu Hasibuan (1994 : 137) mengemukakan bahwa untuk mendorong orang untuk dapat bekerja lebih produktif maka perlu mengetahui motif seseorang (tutor) bekerja dan aneka ragam kebutuhan yang dicapai dari hasil kerjanya. Dengan demikian untuk mendapatkan tutor yang kualifid dan dapat memberikan pelayanan yang baik dalam proses pembelajaran anak usia dini, maka perlu sekali memaksimalkan standar kompetensi dasar yang harus dimilki oleh seorang tutor yang terdiri dari : 1) kompetensi pedagogik; 2) kompetensi kepribadian; 3) kompetensi profesional; dan 4) kompetensi sosial, serta memberikan dorongan motivasi berprestasi terhadap tutor PAUD dalam meningkatkan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Keterkaitan antar komponen penelitian ini dalam kerangka pemikiran dapat digambarkan secara praktis mengenai hubungan kompetensi dan motivasi berprestasi tutor terhadap mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut :


(17)

Input Proses Output

Feed back

Gambar 1.1 Kerangka pikir

H . Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan permasalahan penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional beberapa istilah yang berkaitan dengan komponen yang terlibat dalam penelitian ini.

1. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan (Herry, 1998). Dalam penelitian ini kompetensi yang dimaksud yaitu kompetensi yang diarahkan pada para guru atau tutor. Seorang guru di samping senantiasa dituntut untuk mengembangkan pribadi dan profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, seseorang guru harus mampu mengembangkan empat aspek kompetensi bagi yaitu mencakup kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki

Kemampuan kompetensi 1.Pedagodik 2.Kepribadian 3.Profesional 4.Sosial Motivasi berprestasi - Tanggung jawab - Keinginan berprestasi - Berpikir antisipatif - Kreatifitas

- Keinginan mencapai tujuan

- Berani mengambil resiko

Kinerja tutor

Mutu layanan dalam proses pembelajaran Anak usia dini

- T, tangible (berwujud) - E, emphaty (empati) - R, responsivenes (daya

tanggap)

- R, reability (keandalan) - A, assurance (jaminan)


(18)

oleh seorang tutor berkenaan dengan pribadi yang arif, beraklak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan tutor dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak termasuk kepada peserta didik, dan kompetensi profesional ialah kemampuan tutor dalam menunjukan keahliannya sebagai seorang tutor yang profesional. Adapun Indikator setiap kompetensi tutor adalah sebagai berikut : 1) Kompetensi Pedagogik yaitu merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, dan Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. 2) Kompetensi Kepribadian yaitu Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur. 3) Kompetensi Profesional yaitu Memahami tahapan perkembangan anak. Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak. Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Membangun kerja sama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak. 4) Kompetensi Sosial yaitu Beradaptasi dengan lingkungan dan Berkomunikasi secara efektif

2. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Abdulhak (1996 : 11-12) motivasi secara hipotesis merupakan sebuah definisi yang mengungkapkan tingkah laku manusia yang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini motivasi berprestasi yang di maksud adalah daya dorong pada seorang individu untuk melaksanakan pekerjaan, dengan mengatasi segala hambatan dan tantangan dalam mencapai kebutuhan dan tujuan tertentu dengan hasil yang terbaik. Dorongan tersebut dapat datang dari dalam diri seseorang (instrinsik) dan dapat juga berasal dari luar diri seseorang (ekstrinstik) dalam melaksanakan proses pembelajaran anak usia dini. Adapun Indikator motivasi berprestasi tutor dalam penelitian ini yaitu : 1) Tanggung jawab secara


(19)

individuKeinginan berprestasi, 2) Berpikir antisipatif, 3) Berkreatifitas untuk mencapai tujuan, 4) Keinginan mencapai tujuan, 5) Berani mengambil resiko 3. Mutu layanan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, keinginan dan

kepuasan setiap peserta didik terhadap mutu layanan yang diberikan oleh tutor dalam proses pembelajaran anak usia dini. Indikator mutu layanan terdiri atas : (1) tangible, yaitu : layanan pembelajaran melalui sarana dan prasarana atau fasilitas, dalam hal ini terkait dengan media pembelajaran yang dikembangkan dan dibuat oleh tutor yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; (2) emphaty, yaitu: sikap tegas, tetapi penuh perhatian terhadap peserta didik atau dapat merasakan seperti yang dirasakan peserta didik. Sikap dan perhatian dari tutor ataupun pengelola seperti menghadapi keluhan peserta didik dalam proses pembelajaran anak usia dini; (3) responsiveness, yaitu kesanggupan atau kesiapan tutor untuk membantu dan menyediakan layanan cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan peserta didik. Tutor mampu menyuguhkan menu pembelajaran yang sistematis dalam proses pembelajaran kepada warga belajar; (4) reliability, yaitu kemampuan dan keandalan untuk menyediakan layanan yang terpercaya. Tutor dapat diuji tingkat keprofesionalannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran anak usia dini, sehingga tumbuh kepercayaan dan kepuasan atau kesenangan yang dirasakan oleh peserta didik; dan (5) assurance, yaitu kemampuan dalam memberikan jaminan dan keramahan serta sopan santun tutor, dan stakeholders lainnya dalam proses pembelajaran anak usia dini. performa tutor haruslah muncul dalam tataran akademik, kepribadian, sosial, dan profesional dalam proses pembelajaran anak usia dini.

4. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (Yuliani Nurani 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa


(20)

seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pendekatan kuantitatif merupakan penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk angka. Analisa terhadap fokus permasalahan dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif korelasional. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kusioner. Setelah data diperolah kemudian hasilnya akan dipaparkan secara dekriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian (Effendi, 2003: 3). Sedangkan Arikunto (1998: 10) mengemukakan bahwa metode deskriptif menjelaskan penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan saat terjadinya, maka penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998: 63).

Sedangkan penelitian korelasional ialah penelitian yang menggambarkan dan menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan interprestasi tentang arti data. Melalui analisis tersebut diharapkan diperoleh jawaban terhadap hipotesis yang diajukan. Suryabrata (2000: 82) menjelaskan


(22)

bahwa tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi-variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Penelitian korelasional memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak. Menurut Sugiono (2003: 170-172) analisis deskritif inferensial digunakan untuk menganalisa data sampel dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk polulasi, sehingga memerlukan uji signifikan.

Sedangkan menurut Trisnamansyah (2010:12) penelitian korelasional berkaitan dengan pengukuran hubungan-hubungan di antara dua variabel atau lebih. Jenis penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi untuk mengukur hubungan-hubungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi. Ukuran hubungan adalah pernyataan tentang derajat asosiasi antara variabel-variabel yang dikaji, korelasinya bisa positif atau negatif.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan metode analisis deskriptif korelasioanl cocok digunakan dalam penelitian ini karena dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), variabel tingkat kompetensi professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi ( X5 ) dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ). Berikut ini dapat digambarkan lingkup kajian penelitian tentang hubungan kompetensi tutor dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan


(23)

pembelajaran anak usia dini. Supaya lebih jelasnya, keterkaitan variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 desain penelitian sebagai berikut :

Keterangan:

X1 : Tingkat kompetensi pedagogik X2 : Tingkat kompetensi kepribadian X3 : Tingkat kompetensi professional X4 : Tingkat kompetensi hubungan sosial X5 : Motivasi berprestasi

Y : Mutu layanan pembelajaran

Gambar 3.1 Desain Penelitian

X 1

X 2

X 3

X 4

X 5


(24)

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002: 57).

Nazir (1988: 3) mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Kemudian menurut (Hamdani, 1995: 141) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kualitatif maupun kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap.

Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitannya dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun symbol-simbol yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Karena penelitian ini berhubungan dengan kemampuan tutor anak usia dini dalam hal ini kelompok bermain, maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pendidik (tutor) di setiap kelompok bermain Kota Bengkulu yaitu sebanyak 67 lembaga kelompok bermain yaitu sebanyak 297 tutor.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti menyangkut karakteristik dan jumlahnya (Arikunto,1993: 104) sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini,


(25)

yaitu hubungan kompetensi dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini, sehingga untuk menghindari adanya distorsi hasil penelitian, maka pengambilan sampel dikerjakan memakai teknik Simple Random Sampling (sampling acak sederhana)

Sutaryat (2010: 7) menjelaskan teknik sampling acak sederhana adalah cara pengambilan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi. Teknik ini dilakukan jika polulasi bersifat homogen, dilakukan dengan cara undian atau dengan menggunakan daftar bilangan acak.

Arikunto (1996: 107) mengemukakan bahwa untuk sekedar encer-ancer apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% tau lebih.

Memperhatikan pertanyaan di atas menurut Surakhman (1994: 100) menyarankan, apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100 (seratus), pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000 (seribu), maka ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 297 orang tutor.

Merujuk pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel diambil dari 15 % dari ukuran populasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%)


(26)

Keterangan :

S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi

berdasarkan rumus diatas, maka pengambilan sampel dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%) 1000-100

S = 15% + 1000 – 297 . (50% -15%) 1000 – 100

= 15% + 703 . (50%-15%) 900

= 15% + 0,781 . (35%) = 15% + 27,335% = 42,335%

Jadi, jumlah sampel sebesar 297 x 42,335% = 125,39 = 125 responden Bertolak dari kondisi-kondisi tersebut, maka mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya (Nasution,1991: 135).

Sedangkan untuk pembagian besarnya sampel yang harus diambil dari tiap

kelompok bermain (Play Group) digunakan alokasi proposional ( proporsional Allocation), yaitu :

n

i

=

X

n

N Keterangan :

n i : Jumlah sampel untuk Kelompok bermain ke-i N i : Jumlah populasi tutor untuk Kelompok bermain ke-i


(27)

N : Jumlah populasi keseluruhan ( semua Kelompok bermain) n : Jumlah sampel keseluruhan ( semua kelompok bermain)

Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh ukuran sampel untuk tutor kelompok bermain (play group) di Kota Bengkulu sebanyak 125 orang tutor.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan rumusan masalah dan agar dapat menguji hipotesisnya, maka memerlukan alat pengumpul data (instrument pengumpulan data). Untuk penelitian ini data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan menggunakan kuisioner serta dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisnamansyah (2007: 42) menyatakan bahwa “Kita mengenal beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, tes, skala, studi documenter, dll”. Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel seperti variabel bebas (X) yakni tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ), tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi (X5), sedangkan untuk variabel terikat yakni mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ). Selain menggunakan kuisioner juga menggunakan observasi dan catatan-catatan atau dokumentasi tentang motivasi kerja tutor yang menjadi responden dalam penelitian ini.

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik utnuk mendapatkan keterangan atau hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Dilakukan terhadap beberapa


(28)

tutor dan masyarakat sekitar. Hasil wawancara sangat bermanfaat terutama untuk membuat instrument pengumpulan data.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam penelitian ini adalah untuk mengamati langsung kemampuan kompetensi dan motivasi dari tutor yang ada di setiap kelompok bermain.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan atau tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui arsip-arsip laporan.

d. Angket atau Kuisioner

Angket yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tertutup. Angket atau kuisioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang diterima lebih lengkap, akurat dan konsisten. Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini juga dikumpulkan dari berbagai sumber wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik

b. Dengan alat pengumpulan data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang obyektif


(29)

c. Penelitian ini dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

D.Langkah-langkah Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap persiapan ; tahap dimana peneliti melakukan penjajakan dan pengkajian terhadap fokus masalah penelitian, menentukan populasi dan sampel, kelengkapan administrasi, studi pendahuluan, penyusunan instrument pengumpulan data serta kelengkapan-kelengkapan lainnya.

2. Pengumpulan data merupakan tahapan dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuisioner yang telah divalidasi dan direvisi

3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk pertanggung jawaban. Data-data diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik.

Berikut ini secara rinci dikemukakan proses perumusan instrument kuisioner dan pengolahan data yang terkumpul.

1. Penyusunan Kuisioner

Untuk mengungkapkan hubungan tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ), tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan motivasi berprestasi (X5), dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ). Digunakan skal tertentu untuk meminta seseorang atau responden agar memberikan jawaban atau pilihan dari beberapa statemen yang ada dalam lembaran kuisioner.


(30)

Setiap statemen disusun berdasarkan penjabaran elemen-elemen yang terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini hasil wawancara dan observasi serta studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat mendukung dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Penjabaran setiap variabel tersebut terlihat seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Penjabaran variabel penelitian

Variabel penelitian Indikator Jumlah item

Variabel tingkat

kompetensi pedagogik (X1)

a. Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.

b. Melaksanakan proses

pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan

c. Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.

4 butir

7 butir

4 butir

variabel tingkat

kompetensi kepribadian (X2)

a. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak.

b. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur.

6 butir

3 butir

3 butir

variabel tingkat

kompetensi professional

a. Memahami tahapan

perkembangan anak.

b. Memahami pertumbuhan dan

5 butir


(31)

( X3) perkembangan anak.

c. Memahami pemberian

rangsangan pendidikan,

pengasuhan, dan perlindungan. d. Membangun kerja sama dengan

orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak.

4 butir

4 butir

variabel tingkat

kompetensi hubungan sosial

(X4)

a. Beradaptasi dengan lingkungan b. Berkomunikasi secara efektif

8 butir 3 butir

Variabel motivasi berprestasi

(X5)

a. Tanggung jawab secara individu b. Keinginan berprestasi

c. Berpikir antisipatif

d. Berkreatifitas untuk mencapai tujuan

e. Keinginan mencapai tujuan f. Berani mengambil resiko

3 butir 5 butir 5 butir 4 butir 5 butir 4 butir Variabel mutu layanan

pembelajaran anak usia dini

( Y )

a. Tangible (Berwujud) b. Empathy (Empati)

c. Responsiveness (Daya tanggap) d. Reliability (Keandalan)

e. Assurance (Jaminan)

9 butir 7 butir 4 butir 7 butir 4 butir

Alat ukur penelitian ini berbentuk angket, dengan tingkat pengukuran ordinal. Kategori jawaban terdiri atas 5 (lima) tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif, maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dan nilai 1 sampai 5 sebagai berikut :


(32)

Variabel kompetensi pedagogik (X1), kompetensi kepribadian (X2), kompetensi profesional (X3), dan kompetensi hubungan sosial (X4), alternatif jawabannya yaitu :

5 = Sangat Baik 4 = Baik

3 = Cukup Baik 2 = Kurang Baik 1 = Tidak Baik

Variabel motivasi berprestasi (X5), dan variabel mutu layanan pembelajaran anak usia dini (Y), alternatif jawabannya yaitu :

5 = Selalu 4 = Sering

3 = Kadang-kadang 2 = Jarang

1 = Tidak Pernah

2. Uji coba validitas dan reliabilitas intrumen

Sebelum instrument diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara yaitu melalui justifikasi pakar dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrument penelitian adalah untuk menguji validitas dan reabilitas intrumen tersebut.

Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan intrumen adalah sebagai berikut :


(33)

1)Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti

2)Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1

3)Membuat kisi-kisi instrument dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir, dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator

4)Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari dependen ke independen, dan sebagainya.

5)Menulis butir-butir instrument yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Biasanya butir instrument yang dibuat terdiri dari atas dua kelompok. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif, sedangkan butir negatif adalah pernyataan mengenai cirri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif. 6)Butir-butir yang ditulis merupakan konsep instrument yang harus melalui

proses validasi, baik validasi teoritik maupun empirik.

7)Tahap validasi pertama adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh


(34)

indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrument yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator. 8)Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil

panel

9)Setelah konsep instrument dianggap valid secara teoritik atau secara konseptual, dilakukanlah penggadaan instrument secara terbatas untuk keperluan uji coba

10) Uji coba instrument dilapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji caba tersebut, instrument diberikan kepada sejumlah responden sebagai uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau equivalen dengan karakteristik polulasi penelitian. Jawaban responden dari uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrument yang dikembangkan.

11) Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah instrument itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah instrument atau hasil ukur tertentu di luar istrumen yang dijadikan sebagai kriteria

12) Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau seperangkat instrument. Jika menggunakan kriteria internal yaitu skor total sebagai kriteria, maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrument dan proses pengujiannya bisa disebut analisis butir, sedangkan jika menggunakan kriteria eksternal yaitu instrument atau ukuran lain


(35)

diluar instrument yang dijadikan kriteria, maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrument sabagai suatu kesatuan.

13) Untuk kriteria internal atau validitas internal berdasakan analisis butir maka butir- butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diuji coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrument untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara kontenen butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrument yang terakhir ini menjadi instrument vital yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

14) Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai (0 - 1) adalah besaran yang menunjukan kualias atau konsistensi hasil ukur instrument. Makin tinggi koefisien reliabilitas, maka makin tinggi pula kualitas instrument tersebut. Mengenai batas nilai koefisian yang dianggap layak btergantung pada presisi yang dikendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu, dapat merujuk pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara acak tidak ada tabel atau distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.

15) Perakitan butir-butir instrument yang valid untuk dijadikan instrument final.

a. Uji validitas intrumen penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Uji valididtas setiap iterm kuisioner dilakukan melalui prosedur dan perhitungan statistik. Dalam hal


(36)

ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment r dari pearson dengan taraf signifikan 5 %. Artinya : butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Rumes yang digunakan adalah :

Rumus Pearson Product Moment

r

x y

= n

x

i

y

i

- (

x

i

) (

y

i

)

∑ xi

xi

∑ yi

yi

Keterangan :

r = koefisien korelasi

Xi jumlah skor nilai butir faktor dari seluruh responden

Uji coba

&

' (

jumlah skor total seluruh butir atau kedua faktor

Dari keseluruhan responden uji coba. N = Jumlah sampel

Selanjutnya dihitung Uji-t dengan rumus sebagai berikut :

t

hitung

= r

2

Dimana :

√1 ,

thitung =Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah responden

Menurut Sudjana ( 1986: 377) jika thitung - ttabel maka item dianggap valid, dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan komputer metode excel.


(37)

Untuk uji coba dilaksanakan pada tempat yang berbeda yaitu di Kabupatan Bengkulu tengah dengan karakteristik sampel uji coba diambil dari tutor yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yang sesungguhnya. Jumlah sampel uji coba sebanyak 25 orang, berikut perhitungan dengan menggunakan excel.

Hasil uji coba intrumen yaitu sebagai berikut : Jumlah item uji coba variabel kompetensi pedagogik (X1) = 15 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 3, 4, 6, dan 11. Dengan demikian ke-4 item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi kepribadian (X2) = 12 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 8. Dengan demikian satu item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi preofesional (X3) = 20 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 3. Dengan demikian hanya satu item yang dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 19 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi hubungan sosial (X4) = 15 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian kesemua item tersebut akan disebar pada responden.

Jumlah item uji coba variabel motivasi berprestasi tutor (X5) = 26 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka


(38)

terdapat item yang gugur yaitu item no : 3, 9, 10, 17, 19, 20, 22, 23, dan 25. Dengan demikian ke-9 item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 17 item.

Jumlah item uji coba variabel mutu layanan pembelajaran anak usia dini (Y) = 32 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 26, . Dengan demikian ke-2 item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 20 item.

b. Uji reliabilitas instrument penelitian

Reabilitas menunjukan kepada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas mendukung validitas dan merupakan syarat bagi validitas. Reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana suatu pengukuran bebas dari kesalahan acak atau tidak stabil. Reliabilitas tidak sebaik penentuan validitas, tetapi lebih mudah dicapai (Cooper dan Emory: 1996). Dalam melakukan uji reliabilitas digunakan pendekatan (α) alpha cronbach dimana

pengujian reliabilitas alpha cronbach dilakukan utnk jenis data interval atau esay.

Rumus koefisien reliabilitas Alpha cronbach :

R

i

=

/0 /

{1-

∑ 1(

2

132

}

Dimana :

k = mean kuadrat antara subjek

∑ si = mean kuadrat kesalahan


(39)

Dengan kriteria uji : bila nilai (α) alpha cronbach > 0,06, maka

instrument dikatakat reliabel (Sekaran, 2003)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPS maka diperoleh tingkat reliabilitas alat ukur penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.2

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS X1, X2, X3, X4, X5 DAN Y

NO Variabel

Coefisient Alpha

Nilai

Alpha Keputusan

Penelitian Cronbach Cronbach

1 Kompetensi Pedagogik ( X1 ) 0.82 0.6 Reliabel

2 Kompetensi Kepribadian ( X2 ) 0.826 0.6 Reliabel

3 Kompetensi Profesional ( X3 ) 0.877 0.6 Reliabel

4 Kompetensi Hub Sosial ( X4 ) 0.886 0.6 Reliabel

5 Motivasi Berprestasi Tutor ( X5 ) 0.848 0.6 Reliabel

6 Mutu Layanan ( Y ) 0.856 0.6 Reliabel

E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengelola dan menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data tentang variabel-variabel penelitian, yaitu variabel variabel tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), variabel tingkat kompetensi professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi ( X5 ) sebagai variabel bebas (independen) dan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ) sebagai veriabel terikat (dependen) sedangkan statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Sudjana,1989: 126).

Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu mengadakan pengolahan data yang telah diperoleh dengan maksud untuk mengubah data mentah dari hasil


(40)

pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah pengolahan data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1)Memeriksa dan memilih data yang terkumpul berdasarkan jenisnya 2)Mentally data yang diperoleh dari responden

3)Memberikan skor pada setiap angket responden dengan cara menjumlahkan bobot nilai setiap item angket responden untuk setiap variabel

4)Memasukan skor ke dalam tabel yang telah dibuat sesuai dengan keperluan Kemudian untuk menganalisis data yang sudah diolah tersebut, penulis menggunakan uji normalitas, analisis regresi dan analisis korelasi sederhana, analisis regresi dan analisis korelasi ganda (multiple).

1. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap Variabel Penelitian

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat ( χ2) menurut Sugiono, 1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)Mencari rentang variabel X ( X1, X2, X3, X4, X5 ) dan variabel Y dengan rumus:

Rentang (R) = skor tertinggi - skor terendah

2)Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus : BK = 1 + 3,3 Log n

3)Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara : P = Rentang (R) : banyak kelas

4)Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh dengan rumus :

4 = ∑ 56 76

∑ 56


(41)

S = 5 8

20 ∑ 58 2

0

6)Melakukan uji normalitas distribusi data dengan rumus Chi Kuadrat :

χ O E

E

Dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Membuat distribusi frekuensi

2. Mencara batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor atas kanan interval.

3. Mencari nilai Z dengan rumus :

Zi = ;60 ;

<

Keterangan :

Xi = Skor batas kelas interval

X = Rata-rata untuk distribusi

s = Simpangan baku

4. Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah di bawah kurva dari O ke Z)

5. Mencari luas kelas internal dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang berdekatan untuk nilai Z sejenis dan menambahkan untuk nilai Z berlawanan.

6. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan mengalihkan luas kelas interval dengan n.

7. Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat sebelumnya.


(42)

8. Mencari nilai χ2 sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan

9. Menentukan keberartian harga χ2hitung dengan cara membandingkan harga

χ2tabel, dengan ketentuan : Jika hargai χ2hitung - χ2tabel maka data tidak berdistribusi normal, tetapi juga sebaliknya jika Jika harga χ2hitung .

χ2tabel maka data distribusi normal.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan statistik yang menggunakan rumus analisis regresi linier sederhana, analisis koefisien korelasi sederhana, analisis regresi multiple, dan analisis koefisien korelasi multiple.

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1 dengan variabel Y, variabel X2 dengan variabel Y, variabel X3 dengan variabel Y, variabel X4 dengan variabel Y, dan variabel X5 dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi linier sederhana dinyatakan dengan :

Ŷ = a + bX (sugiono, 2009 : 261)

Keterangan :

Ŷ = harga variabel Y yang diramalkan

a = Koefisien intersep ( harga konstan apabila X sama dengan nol)

b = Koefisien regresi (harga yang menunjukan perubahan akan terjadi pada Y apabila X bertambah 1 satuan )

X = harga variabel X (X1, X2, X3, X4, dan X5)


(43)

Harga b

=

∑ ;=0 ∑ ; ∑ =

∑ ;2 ∑ ; 2 Harga a = > - bX

Untuk menguji koefisien regresi sederhana maka dilakukan analisis varians dengan mengacu pada tabel anava seperti dikemukakan oleh Sugiono ( 2009 : 266)

Tabel 3.3

Analisis varians (ANAVA) dalam regresi sederhana

Sumber varians DK JK RJK F

Total N ∑ Y 2 ∑ Y 2

koefisien (a) 1 ∑ Y

n ∑ Yn

S

ABC

D

EF1 Regresi b/a 1 JK reg = JK (b/a) S2reg = JK

(b/a) Residu (sisa) n-2 JKres = JK (S)

S

2

res

=

GH I0

Tuna cocok k-2 JK (TC)

S

2TC

=

JK LM

K0

S

D

NO

P

Galat n-k JK ( E )

S

2G

=

GH Q0R

Keterangan : JK (T) = Jumlah kuadrat total JK (a) = Jumlah kuadrat koefisien a JKreg = Jumlah kuadrat regresi (b/a) JKres = Jumlah kuadrat residu/sisa JK (TC)= Jumlah kuadrat tuna cocok JK (G) = jumlah kuadrat galat


(44)

Untuk mencari daftar Anava di atas, perlu dicari hal-hal sebagai berikut : a) Mencari jumlah kuadrat

1. JK (T) = ∑ Y 2

2. JK a ∑ =2

3. JK reg = b U∑ XY ∑ ; ∑ = V 4. JKres = JK (T) – JK (a) – JKreg

5. JK (TC) = ∑ Y2 – = 2

6. JK (G) = JKres - JK (TC)

b) Mencari signifikan regresi dengan cara membandingkan nilai Fhitung (S2reg /S2res) dengan Ftabel dimana dk regresi menjadi pembilang dan dk residu menjadi penyebut. Kriteria pengujian adalah : jika Fhitung - dari Ftabel maka regresi Y atas X (X1, X2, X3, X4, X5) adalah signifikan, dan sebaliknya jika jika Fhitung. dari Ftabel maka regresi Y atas X tidak signifikan.

c) (S2TC /S2G) dimana dk tuna cocok menjadi pembilang dan dk galat/kekeliruan menjadi penyebutnya. Kriteria pengujian adalah jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan regresi Y atas X berpola linier, jika sebaliknya maka persamaan regresi Y atas X tidak berpola liniar.

2. Analisis Regresi Linear Ganda (multiple)

Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan antara variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi multiple dinyatakan sebagai berikut :

Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5


(45)

Ŷ = Harga variabel Y yang diperkirakan

a = Koefisien intersep (harga konstan apanila X1 dan X2 sama dengan nol) b1 = Koefisien regresi untuk X1 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X1 bertambah 1 satuan dan X2, X3, X4, X5 konstan) b2 = Koefisien regresi untuk X2 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X2 bertambah 1 satuan dan X1, X3, X4, X5 konstan) b3 = Koefisien regresi untuk X3 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X3 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X4, X5 konstan) b4 = Koefisien regresi untuk X4 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X4 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X5 konstan) b5 = Koefisien regresi untuk X5 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X5 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X4 konstan) Untuk memperoleh besarnya harga-harga di atas diperoleh dengan menggunakan program SPSS dengan analisis regresi. Selanjutnya untuk menguji koefisien regresi linier ganda tersebut digunakan statistik uji F dengan rumus :

F = GHWXY/ R

GHWX[ / 0R0

( Sudjana. 1992 : 335)

Jika harga Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung -Ftabel) maka regresi Y atas X1 X2 adalah signifikan.

3. Analisis Korelasi Sederhana

Korelasi (r) dalam korelasi sederhana dapat digunakan untuk menghitung derajat hubungan antara variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, X4 dengan Y, X5 dengan Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan tersebut dinamakan koefisien korelasi.


(46)

Statistik koefisien korelasi yang diberi symbol

r

xy atau disingkat

r

dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi dari kedua variabel tersebut dengan rumus :

r

xy = ∑ \]0 ∑ \ ∑ ]

^_' ∑ \2 – ∑ ] 2 ab' ∑ ]20 ∑ ] 2c (Sugiono, 1997) Selanjutnya utnuk mengetahui besarnya determinasi yang terjadi oleh variabel X (X1, X2, X3, X4, atau X5) terhadap variabel Y dihitung dengan rumus :

r

2

x 100 %

(dinyatakan dalam prosentase).

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) sederhana, dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut :

t

=

E √'0

√ 0E

Hasil perhitungan ( thitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga (ttabel) dengan dk = n – 2 pada tingkat kepercayaan 95 %. Kriteria pengujian adalah apabila harga thitung - ttabel maka korelasi yang terjadi antara variabel X dan variabel Y adalah signifikan dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka korelasi antar variabel X dan variabel Y tidak signifikan.

4. Analisis Korelasi Multiple

Analisis korelasi dalam regresi multiple dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya hubungan yang terjadi antara variabel X (X1, X2, X3, X4, dan X5) dengan variabel Y.

Korelasi dalam regresi multiple adalah korelasi antara Y dengan X1, X2, X3, X4, dan X5 secara bersama-sama. Notasi yang diberikan adalah Ry 12 atau disingkat R. Korelasi multiple (R) dapat dicari dengan rumus :


(47)

R2 = GH ABC

∑ d2

R = √e (Sudjana : 1992)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) dilakukan dengan menggunakan statistik F pada taraf nyata (f sebesar 0,05 dengan db : k dan n – k – 1.

Rumus untuk uji keberartian korelasi ganda (R) tersebut adalah sebagai berikut :

F = g

2/ R

0 g2 / –R0

Kesimpulan diambil kriteria apabila harga Fhitung - dibandingkan dengan Ftabel yaitu Fhitung lebih besar dari Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

F. Langkah-langkah Pengolahan Data dan Penulisan Laporan

Adapun serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganalisis data hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Memeriksa angket, kegiatan ini dilakukan untuk menyakini bahwa data yang masuk benar-benar dapat diolah, kelengkapan semua data yang masuk memenuhi persyaratan dan dapat diolah

2. Memberi skor yaitu menghitung jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing responden

3. Mentabulasi data dan memindahkan skor mentah ke dalam daftar rekapitulasi dalam bentuk tabel yang telah disiapkan sebelumnya dengan menggunakan program excel. Daftar ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan dan pengolahan data.


(48)

4. Melakukan perhitungan statistik untuk setiap karakteristik yang diteliti yang berkaitan dengan sifat normalitas sebagai dasar untuk dapat menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi

5. Mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis yang berkaitan dengan karakteristik variabel penelitian

6. Melakukan pengujian terhadap setiap hipotesis yang diajukan

7. Membahas data yang telah diolah, dianalisis, disajikan dan dikaitkan dengan hipotesis yang diajukan

8. Menarik kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian berdasarkan hasil pengolahan, analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka hasil studi hubungan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi hubungan sosial, dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain di Kota Bengkulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian dalam penelitian ini terbukti bahwa kompetensi pedagogik mendukung peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini, dimana kompetensi pedagogik memberikan kontribusi atau memiliki hubungan yang signifikan dengan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Hal ini memberikan arti bahwa dalam memberikan mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini para tutor sudah dapat melakukan perencanaan dan melaksanakan proses pembelajaran, serta mampu mengevaluasi dan menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajar dengan cukup baik sehingga diharapkan para tutor dapat lebih meningkatkan lagi kompetensi pedagogik yang ada.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kompetensi kepribadian dan mutu layanan. Dari hasil pengujian ini terbukti bahwa kompetensi kepribadian mendukung peningkatan mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini. Untuk mengetahui apakah kompetensi kepribadian dapat memberikan kontribusi atau memiliki hubungan yang signifikan dengan mutu layanan dapat dilihat sejauh mana para tutor dapat menerapkan kepribadian


(50)

sebagai teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan keseharian mereka. Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa rata-rata kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh tutor kelompok bermain sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dalam memberikan mutu layanan pembelajaran anak usia dini para tutor berusaha bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak, bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi profesional dengan mutu layanan. Dari hasil penelitian terbukti bahwa kompetensi profesional mendukung peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini dengan memberikan kontribusi terhadap mutu layanan melalui cara mengaplikasikan kompetensi profesional dalam proses pembelajaran anak usia dini sehingga dapat meningkatkan mutu layanan. Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa rata-rata kompetensi profesional yang dimiliki oleh tutor kelompok bermain di kota Bengkulu belum begitu baik, hal ini memberikan arti bahwa dalam memberikan mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini para tutor belum sepenuhnya dapat menerapkan kompetensi profesional secara baik sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak pada pendidikan anak usia dini.

4. Hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa kompetensi hubungan sosial juga mendukung peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini. Kompetensi hubungan sosial dapat memberikan kontribusi atau memiliki hubungan yang signifikan dengan mutu layanan dapat dilihat sejauh mana para tutor beradaptasi dengan lingkungan, dan berkomunikasi secara efektif kepada semua pihak termasuk peserta didik. Berdasarkan hasil temuan diperoleh gambaran bahwa rata-rata kompetensi hubungan sosial yang dimiliki oleh tutor kelompok bermain di


(51)

Kota Bengkulu belum begitu baik, hal ini memberikan arti bahwa dalam memberikan mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini para tutor belum sepenuhnya bisa berinteraksi dengan baik dan efektif sesuai dengan kondisi lingungan sekitar, sehingga diharapkan para tutor agar dapat lebih meningkatkan lagi kompetensi sosial yang ada guna meningkatkan mutu layanan yang diberikan dalam proses pembelajaran anak usia dini.

5. Dari hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa motivasi berprestasi tutor mendukung peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini. Motivasi berprestasi merupakan daya dorong bagi individu atau seseorang untuk melakukan hal-hal yang dianggap positif dalam mencapai tujuan tertentu, karena itu berdasarkan temuan penelitian diperoleh gambaran bahwa rata-rata motivasi berprestasi yang dimiliki oleh tutor pada kelompok bermain di Kota Bengkulu sudah cukup baik. Temuan ini menunjukan bahwa mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini yang telah dilakukan oleh tutor, sudah cukup memberikan tanggung jawab secara individual, mempunyai keinginan berprestasi, berpikir antisipatif, berusaha berkreavitas untuk mencapai tujuan, mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, dan sudah berani mengambil resiko. 6. Berdasarkan pada hasil hipotesis yang menyatakan adanya hubungan yang

signifikan antara kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial tutor secara bersama-sama (simultan) dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini. Berdasarkan hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa rata-rata skor mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain sudah bisa dikatakan cukup baik. Temuan ini menunjukan bahwa para tutor sudah berusaha meningkatkan keempat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang tutor meskipun keempat kompetensi tersebut masih


(52)

belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan setiap indikator yang telah ditetapkan.

7. Berdasarkan pada hasil hipotesis yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan motivasi berpretasi tutor secara bersama-sama (simultan) dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini. Berdasarkan hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa rata-rata skor mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain sudah bisa dikatakan baik. Temuan ini menunjukan bahwa para tutor percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri, adanya kontribusi terhadap lingkungan sekitar, berusaha menunjukan kekuatan untuk mewujudkan potensi yang dimilikinya, serta selalu berusaha dalam meningkatkan kinerjanya.

B. Saran

1. Dinas Pendidikan

a) Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kompetensi pedagogik, memiliki peranan paling menentukan dalam peningkatan mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini. Dengan kenyataan tersebut perlu menjadi bahan pertimbangan bagi dinas pendidikan kota Bengkulu dalam melaksanakan kegiatan program kelompok bermain, melalui upaya peningkatan kemampuan tutor melalui penyelenggaraan kegiatan sosialisasi maupun pelatihan lebih berfokus pada upaya peningkatan kemampuan kompetensi pedagogik bagi para tutor.

b) Penelitian ini dibatasi pada variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi hubungan sosial, dan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I, (1999). Strategi dan Motivasi Pembelajaran Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Rosdakarya.

---, dkk. (2006). Kompetensi Pendidik. Bandung : Laboratorium Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia.

Albert. E. (1992). Relativity: The Special and General Theory . Translet By press. Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

---. S. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arin. K. (2010). Hubungan Hasil Pelatihan dan Kompetensi Tutor dengan

Pengelolaan Pembelajaran pada Pendidikan Kesetaraan Paket C. Universitas

Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

BPKB Jayagiri. (1994). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Depdiknas. Cooper, DL & Emory W. (1996). Metode Penelitian Survey,Edisi Bahasa Indonesia,

Prenhallindo : Jakarta.

Conros. P. B. (1979). Quality in Free. New York: McGraw Hill Book Inc.

Danim. S, (2004). Media Komunikasi Pendidikan: Pelayanan Profesional

Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Danimin. (2005). Hubungan hasil pelatihan dan motivasi berprestasi dengan kinerja

tutor (Studi pada Kelompok Bermain SKB Propinsi jawa Timur).Universitas

Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan.

David. G. (2000). Learning In Action: A Guide Putting The Learning Organization

The Work. USE. Harvard Business School Press.

Direktorat PNF Ditjen PMPTK depdiknas. (2006). Jurnal ilmiah VISI

PTK-PNF. Jakarta.

Direktoran PAUD. (2003), Pedoman Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta : Ditjen PNFI Depdiknas.

Efendi. U. (2009). Evaluasi Implementasi Manajeman Berbasis Sekolah dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak


(2)

Effendi. S. (2003). Metoda Penelitian Survei. Jakarta : Rineka Cipta.

Fandy. C. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah; Teori,Model dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Gasper.Z. (1997). ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gibson & James L,dkk. (1994).Organizations. Texas: Business Publication, Inc. Gagne. R. M. et.al. (1970). Principles of Instructional Design. New York: The Free

Press.

Gray. G. (1984). Motivation: Theories and Principle. Englewood cliffs; New Jersey: Prentice Hall.

Hadis. A, dkk. (2010) Manajemen Mutu Pendidikan,.Bandung : Alfabeta.

Hakim. A. (2008). Efektifitas Proses Pembelajaran Pelatihan dalam Peningkatan

Kompetensi Guru Bahasa Inggris. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak

diterbitkan.

Hamdani. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Administrasi dan

Pemerintahan.Jakarta: Raja Garindo Persada.

Hamlin. (1994). Privancy and Loyalty. New York: Clarendom Press Oxford.

Hamijoyo, S. (1973). Pengertian, Falsafah dan Azas Pendidikan Nonformal prasaran pada Seminar PLS Desember di Semarang.

Harianti, D. (2001). Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak 1994. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Hasibuan.M. (1994). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Havelock, R. G. (1975). The Change Agent’sGuide to Innovation in Education. New York : Education Technology Publications Englewood Cliffs

Herry. E. (1998). Guru Yang Profesional. Bandung: UPI.

Hoy. W.K. & Miskel. C. G. (1998). Educational Administration, Theory Research

and Practice. New York: Random House.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak : Jilid I dan II. (alih bahasa : Meitasari Tjandra dan Muslichah Zarkasih). Penerbit Erlangga : Jakarta.


(3)

Kamarul. B. (2010). Pengaruh Latar belakang Pendidikan Pengalaman dan

Kompetensi Tutor Terhadap Mutu Pembelajaran Anak Usia Dini Pada Latar Kelompok Bermain di Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak

Diterbitkan.

Kartiwa. (2005). Hubungan Kemampuan Manajerial, Motivasi kerja dan Persepsi

Pengelola dengan Mutu Layanan Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 tentang pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

Lovelock. H. M. (1994). Quality and Productivity for Bankers and Financial

Managers. New York: Marcel Dekker. Inc.

Maslow. A. H. (1986). Motivation and Personality. New York : Harper and Row. ---. (1943). A Theory of Human Motivation, Psychological Review. New York:

Harper and Row.

McClelland, D.C. (1961). The Achieving Society. New Jersey: Van Nostrand Reinhold.

Mulyono. S. (2000). Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE

Muhsin, M. (2006). “Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan Kecakapan Hidup Warga Belajar”. Jurnal Ilmiah VISI Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikan Non-Formal (PTK-PNF). Vol. 2, No. 1, 37 - 45.

Nasution. S. (1991). Metode Research Ilmiah, Thesis. Bandung: Jemmars. Nazir. M. (1998). Metodelogi Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia.

Nursani. (2009). Implementasi Hasil Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagai Pendidik

PAUD Tingkat Pemula dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini (Studi kasus pada Kelompok Bermain SKB Kota Bandung). Universitas Pendidikan

Indonesia : Tidak diterbitkan.

Oberlander. J. R. (2000). Slow and Steady. Get Me Ready. New York: US Depertemen of Education.

Pranoto. (2003). Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja Perawat Terhadap

Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Santo Barameus Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L. (1988). "SERVQUAL: a multi-item scale for measuring consumer perceptions of the service quality", Journal of


(4)

Poerwardarminta (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Rae. L. (1990). Mengukur Efektivitas Pelatihan. Jakarta: Seri PPM. Raka, J.T. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel pengukuran. Bandung: Alfabeta.

--- (2004).Metode dan Teknik Menyusus Tesis. Bandung: Alfabeta.

--- (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta.

--- (2003). Dasar – Dasar Statistika, Cetakan ke-4. Bandung : Alfabeta.

Richkenbacher. (1995). Total Quality Management in Education. New Jersey: Prentice Hall.

Rivai. V, dkk. (2005). Performance Appraisal. Jakarta : Grafindo.

Rodikson. B. (2011).Pengaruh Citra dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas

Pelanggan (Studi Kaus Pada Kurnia Babershop Kota Bengkulu). Universitas

Bengkulu. Tidak diterbitkan.

Sekaran. U. (2003). Research Methods For Business, 3rd. ed. Johnwiley and Soons : NewYork USA.

Slamet. S. (2005). Stimulasi Perkembangan Anak Pada Setting Kelompok Bermain

dan Relevansinya dengan Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini dan Bimbingan.

Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Soetjipto & Kosasi. (1997). Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, D. (2000). Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

---. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan Sejarah Perkembangan

Falsafah Teori Pendudkung Azas, Bandung : Falah Production.

---. (2000). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

Sujana, N. (1989). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(5)

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

--- (2006). Metode penelitian Kualitatif, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&dD. Bandung : Alfabeta.

--- (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suminar. (2005). Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi dalam Meningkatkan

Kinerja Tutor. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Suryabrata. (1998).Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Latar Belakang Pendidikan

Terhadap Kinerja Guru. Bandung. Tersedia di Http://Directory.Umm.Ac.Id.

Suryadi, A. (2007). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Jakarta: Ditjen PNFI Depdiknas.

Tillman.DA. (1996). Fuels of Opportunity: Caracteristics and Uses In Combustion

System. Nederland: Permanence of Paper.

Trisnamansyah, S. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Handout

(Materi Pokok) Perkuliahan. SPS UPI Bandung.

Undang-undang Guru dan Dosen. (2005). Jakarta : Sinar grafika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Uno. H. (2007). Teori Motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, U.M. (1994).Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Wahjosumidjo. (1994). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yuliani. N. (2009). Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang Tua terhadap

Perkembangan Perilakukan Sosial Anak dalam Pembelajaran Kelompok Bermain. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Yusuf. S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Zainudin. A. (1996). Motif berprestasi dan tingkat status sosial ekonomi sebagai

faktor determinatif terhadap minat belajar orang dewasa dalam Program Kejar Paket "A". Sekolah Pasca Sarjana: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Zeithaml, V. A., et al. (1990). Delivering Quality Service, Balancing Customer


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TUTOR DENGAN RASA PERCAYA DIRI ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD SKB KOTA MEDAN.

0 2 23

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, PENYESUAIAN DIRI DAN PERANAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN PRESTASI HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, PENYESUAIAN DIRI DAN PERANAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BASKET: Studi Deskriptif Terhadap Siswa Ekstrakurikuler Basket Putra SMK Krangkeng.

0 3 39

HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS (studi deskriptif pada siswa sekolah bulutangkis kelompok usia 11-13tahun).

5 13 32

KONTRIBUSI KOMPETENSI DAN MOTIVASI GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN MOTORIK DI TK SE KOTA CIMAHI.

0 2 53

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI PADA LATAR KELOMPOK BERMAIN DI KOTA BANDUNG.

0 1 48

MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK-ANAK DI PANTI ASUHAN BAITUL FALAH SEMARANG.

0 0 1

Pendidikan Anak Usia Dini dan Kompetensi

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Studi Korelasi Antara Intensitas Komunikasi Dalam Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA

0 0 167