KEEFEKTIFAN METODE TONGKAT BERESTAFET DALAM MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA : EKSPERIMEN KUASI TERHADAP SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013.
TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh Geri Valdi Mauli
0900448
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
(2)
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh Geri Valdi Mauli
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Geri Valdi Mauli 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
oleh Geri Valdi Mauli
0900448
disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I
Dr. H. E. Kosasih, M.Pd. NIP 197304262002121001
Pembimbing II
Drs. Denny Iskandar, M.Pd. NIP 196606291991031002
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si
(4)
ABSTRAK
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan Tokoh Idola pada Pembelajaran Berbicara (Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII Semester
2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Geri Valdi Mauli NIM 0900448
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu kesulitan dalam menemukam metode yang menarik dan menyenangkan. Maka, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa sebelum, setelah dan pengaruh yang signifikan dalam penggunaan metode tongkat berestafet pada pembelajaran berbicara pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum, setelah, dan perbedaan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah menggunakan metode tongkat berestafet.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi denga rancangan prates dan pascates pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VII H sebagai kelas eksperimen sebanyak 40 siswa dan kelas VII D sebagai kelas control sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian dengan menggunakan uji statistik parametik dengan uji t-test, terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berbicara siswa terlihat dengan adanya peningkatan antara nilai prates dan pascates pada kelas eksperimen. Analisis indeks gain membuktikan bahwa kualitas peningkatan berbicara siswa kelas eksperimen tergolong sedang sebesar 0,576, sedangkan kualitas peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas kontrol tergolong rendah sebesar 0,138.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas eksperimen terbukti secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berbicara
(5)
ABSTRACT
The Effectiveness of Talking Stick Method in Telling Story of Idol Towards Learning Speaking (Quasi Experiment Towards Students of Grade VII in Second Semester of SMP Pasundan 3 Bandung Academic Year 2012/2013)
Geri Valdi Mauli NIM 0900448
Basically this research is raise up from learning activities in the class, which is hard to find the method that makes students interest and fun. So, it needs a method that interesting and fun and also appropriate with the topic that want to deliver. Research problem of this research is how is the ability of students about telling story of their idol before, after and significant effect using talking stick method in learning speaking in grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung.
The aim of this research is to explore the ability of students in speaking when they have a telling story session before, after and the differences between the ability of speak in telling the story of idol before and after using talking stick method
Quasi experiment is used in this research with the implementation of pretest and posttest in one control group and one experimental group randomly. The population in this research is grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung academic year 2012/2013. The sample of this research is class VII H as an experiment class about 40 students and class VII D as a control class about 40 students.
Based on the research and implementation using parametric statistic with t-test, there is a significant differences in ability of students speaking shown by the improvement of pretest and posttest in experiment class. Index analysis of gain proved that the quality of improvement of students’ speaking in experiment class is about 0,576, than the improvement quality in control group is quite low is about 0,138.
And the conclusion is the ability of students’ speaking in telling story of their idol using talking stick method in experiment group is significant and can improve students ability in speaking of students in grade VII H SMP Pasundan 3 Bandung.
(6)
Geri Valdi Mauli, 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DAN METODE TONGKAT BERESTAFET A. Ihwal Berbicara ... 7
B. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara ... 14
C. Kesantunan dan Etika Berbahasa ... 15
D. Kemampuan Bercerita ... 16
E. Tokoh Idola ... 20
F. Penilaian Kemampuan Bercerita... 22
G. Metode Tongkat Berestafet ... 25
H.Anggapan Dasar ... 28
I. Hipotesis ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... 30
B. Metode Penelitian ... 31
C. Teknik Penelitian ... 32
D. Teknik Pengolahan Data ... 41
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
(7)
Geri Valdi Mauli, 2013
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 105 B. Saran ... 106
(8)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi manusia, khususnya bagi pelajar. Pada hakikatnya manusia berhubungan dengan orang lain, interaksinya lebih banyak dilakukan dengan bahasa lisansebagai penyampai pesan dan penerima pesan dari proses komunikasi secara timbal balik.Oleh karena itu, keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan SMA.Dalam dunia pendidikan di sekolah, pembelajaran keterampilan berbicara dalam konteks keterampilan berbahasa belum mendapat perhatian yang serius.Perhatian guru masih terfokus pada penumbuhan kemampuan membaca dan menulis.Kurangnya perhatian terhadap pembelajaran berbicara terlihat sampai saat ini guru masih beranggapan bahwa keterampilan berbicara mudah dan alami dalam pemerolehannya. Hal ini akan mengakibatkan keterampilan berbicara siswa mengalami perkembangan yang tidak sejalan dan terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain.Kemunduran dalam bebahasa lisan dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa tulis (Tarigan, 1986:24).
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan , baik secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2008:16).
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut
(9)
kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.Sepertinya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah memberi dan menerima (Powers dalam Tarigan, 2008:9).
Blaselly et.al., melaporkan situasi pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia dewasa ini. Pembelajaran bahasa di sekolah cenderung bersifat sangat teoretis dan tidak terkait dengan lingkungan tempat peserta didik berada.Akibatnya, peserta didik tidak mampu menerapkan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan seakan-akan mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga asing dari masyarkat sendiri (Dikmenum dalam Heryati ,2002:2).
Keterampilan berbicara seseorang dapat dibina melalui lembaga pendidikan formal dan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.Jika kita mencermati kurikukum Bahasa Indonesia saat ini, peluang untuk mengembangkan keterampilan tersebut sangat besar. Kurikulum Bahasa mencantumkan hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi (Puskur dalam Haryati, 2009:3). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik berbicara maupun menulis.
Pembelajaran berbicara membutuhkan keterampilan dan metode khusus agar keterampilan berbicara tersebut mencapai hasil yang diharapkan. Kenyataaan di lapangan menunjukkan banyak pendidik kurang memahami metode pembelajaran berbicara yang efektif dan efisien, sehingga keterampilan berbicara siswa tidak mencapai hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Pasundan 3 Bandung keterampilan yang banyak mendapat masalah adalah pada keterampilan berbicara.Adapun masalah-masalah yang berhubungan dengan keterampilan berbicara siswa tersebut adalah adalah siswa kurang percaya diri dalam
(10)
mengemukakan pendapat, kurang menguasai topik atau informasi yang akan disampaikan, kualitas pembicaraan yang kurang bagus, baik dari struktur maupun efektivitas kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi, kurang bisa menggali kata dan bahasa, dan pembicaraan kurang terkonsep dengan baik.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi rendahnya mutu kemampuan siswa dalam berbicara. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat didefinisikan seperti guru, peserta didik, kondisi lingkungan, materi pembelajaran, metode pembelajaran ,dan media pembelajaran. Kenyataan yang kurang kondusif tersebut diduga sangat besar kontribusinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dan menempatkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang tidak disenangi dan membosankan (Sumardi, 1992:4). Oleh sebab itu, untuk lebih menarik motivasi siswa serta memberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing respons siswa untuk mampu berbicara, penulis memilih metodetongkat berestafet yang merupakan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif.
Metode tongkat berestafet ini pernah digunakan dalam beberapa penelitian salah satunya oleh Deden Marrah Adil( 2010), yaitu untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SDN 256 Timampu. Hasil penelitiannya yaitu meningkatnya hasil belajar IPA melalui penggunaan metode Tongkat berestafet. Tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan murid secara keseluruhan mencapai penguasaan ≥70 % dengan nilai masing-masing setiap subjek penelitian memperoleh nilai paling rendah 7,00.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia menuntut optimalisasi tidak hanya pada aspek materi, tetapi juga aspek penggunaan metode dan teknik pembelajaran di kelas. Rivers (1987:4) menyatakan bahwa proses belajar mengajar memerlukan interaksi yang memadai yang merupakan syarat mutlak untuk berkembangnya belajar bahasa yang optimal. Dengan demekian, peneliti memutuskan untuk
(11)
memilih judul “Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan
Tokoh Idola pada Pembelajaran Berbicara(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap
Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)”. B. Masalah
Dalam bagian ini akan dijelaskan masalah pokok penelitian yang meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. kurangnya rasa percaya diri siswa dalam berbicara di muka umum;
b. kualitas berbicara siswa yang kurang bagus, baik dari struktur maupun efektivitas kalimat yang digunakan;
c. terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan kata dan bahasa.
2. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis membatasi pada pembelajaranberbicara yaitu menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai menggunakanmetodetongkat berestafet. Menceritakan tokoh idola ini sesuai dengan kompetensi dasar yang ada di kelas VII SMP semester 2.
3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan urain di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelummengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet?
(12)
b. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet?
c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicarasiswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan metode tongkat berestafet?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelummengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat berestafet.
b. Memaparkankemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola setelahmengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat berestafet.
c. Memaparkansignifikan perbedaan tingkat kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan metode tongkat berestafet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi konkret dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu,dapat memberikan manfaat bagi perkembangan teori metode pembelajaran dan dapat dijadikan untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Khususnya, yang berkaitan dengan peningkatan
(13)
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode tongkat berestafet.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk
menentukan suatu media yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran agar mampu menarik perhatian siswa. Dan dapat menggunakan metode tongkat berestafet dalam pemebelajaran berbicara di kelas.
2) Bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh kemudahan dalam pembelajaran berbicara. Sehingga siswa lebih percaya diri pada saat berbicara di depan kelas.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Efektivitas yang dimasksud oleh penelitidalam penelitian ini adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya metode tongkat berestafet di kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu untuk mengetahui sejauhmana peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakannya pembelajaran menggunakan metode tongkat berestafet.
2. Salah satu keterampilan berbicara adalah kemampuan bercerita. Bercerita adalah salah satu bentuk atau cara yang dialakukan dalam upaya menjalin kominukasi dalam pendidikan anak. Dengan keterampilan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan dilihat, dibaca, dan ungkapan kemauan dan keinginan membagiakan pengalaman yang diperoleh.
(14)
3. Metode tongkat berestafet, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh guru dengan menggunakan media tongkat. Penggunaan teknik tongkat berestafetini diharapkanmemberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing respons siswa agar termotivasi untuk mampu berbicara khususnya dalam menceritakan tokoh idola.
(15)
Geri Valdi Mauli, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di SMP Pasundan 3 Bandung yang beralamat di Jalan Bapa Husein Belakang No. 4. Peneliti memilih SMP Pasundan 3 Bandung menjadi lokasi penelitian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran berbicara siswa, yaitu kemampuan berbicara siswa tidak terarah, kurangnya motivasi, dan percaya diri pada diri siswa. Untuk itu perlu ditemukan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara di lokasi yang telah dipilih peneliti tersebut.
2. Sumber Data Penelitian a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Populasi yang dimaksud tersebar dalam delapan kelas, yaitu VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, dan VII-H. Pemilihan populasi tersebut sesuai dengan kompetensi dasar menceritakan tokoh idola yang ada di kelas VII SMP semester genap tahun ajaran 2012/2013.
b. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling kelas, yaitu dua kelas sampel yang ditentukan secara acak. Dalam penelitian ini peneliti memutuskan kelas VII-D sebagai kelas kontrol dan kelas VII-H sebagai kelas eksperimen. Pemilihan ini berdasarkan kemampuan dan permasalahan yang ada pada sampel tersebut. Hal ini berdasarkan rekomendasi guru matapelajaran Bahasa dan Sastra
(16)
Indonesia Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu Ina Marlina, S.pd.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian yang mendekati penelitian eksperimen (Syamsuddin dan Damaianti, 2009:23). Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui perbedaan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Tujuan pengambilan eksperimen ini untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu ada-tidaknya perbedaan antara kemampuan berbicara siswa sebelum dan setelah menggunakan metode tongkat berestafet.
Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. O1 X O2
(Sugiyono, 2010:75) Keterangan :
E : kelas eksperimen K : kelas kontrol
O1 : penilaian awal pada kelompok eksperimen
O2 : penilaian akhir pada kelompok eksperimen
X : perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan menggunakan tongkat berestafet
O3 : penilaian awal pada kelompok kontrol
O4 : penilaian akhir pada kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat satu kelompok eksperimen. Kelompok tersebut diberi tes awal untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberi perlakuan, kemudian diberi perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola
E O
1X O
2(17)
dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Selanjutnya, kelompok tersebut diberi tes akhir untuk mengetahui adanya-tidaknya perbedaan antara sebelum dan setelah diberi perlakuan.
C. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan menggunakan teknik tes, observasi, dan perekaman.
1) Tes (prates dan pascates)
Dalam penelitian ini tes yang diberikan, yaitu prates dan pascates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan adalah tes berbicara dengan menceritakan tokoh idola. Prates tersebut betujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan tanpa metode tongkat berestafet pada kelas kontrol . Sementara pascates digunakan untuk membandingkan hasil berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tongkat berestafet.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar analisis kemampuan berbicara siswa yang berisi indikator-indikator aspek berbicara untuk menjaring data kemampuan siswa dalam menceritakan tokoh idola .
Adapun indikator-indikator aspek berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Pelafalan, terdiri dari artkulasi (kejelasan pengucapan) dan volume suara.
b. Intonasi, yaitu pekanan dalam mengujarkan kalimat.
c. Kebahasaan, terdiri atas struktur kalimat dan pemilihan kata. d. Tingkat penguasaan materi pembicaraan.
(18)
e. Kelancaran. 3) Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan pada guru dan siswa selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan tongkat berestafet. Observasi bertujuan untuk meninjau jalannya pelaksanaan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet, serta menilai kefektifan dalam penggunaan metode tersebut dalam menceritakan tokoh idola. 4) Rancangan pembelajaran
Pembelajaran dilakukan sebanyak dua pertemuan, yaitu pertemuan pertama dan petemuan kedua. Pertemuan pertama adalah pada saat dilakukan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum mengunakan metode tongkat berestafet. Pertemuan ke dua adalah pada saat melaksanakan pembelajaran metode tongkat berstafet pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa metode berstafet pada kelas kontrol. Kemudian, setelah selesai pembelajaran tersebut dilakukan pengambilan pascates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan keduanya.
5) Perekaman
Perekaman dilakukan untuk menganalis lebih dalam kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Data yang diperoleh dari hasil rekaman ini akan dialihbahasakan ke dalam bahasa tulis.
2. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakuakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tahap Awal Penelitian
1) Perumusan masalah penelitian
2) Studi kepustakaan untuk mempelajari landasan teoretis tentang topik dan subjek yang akan diteliti, yaitu mengenai kemampuan berbicara pada siswa SMP dan metode tongkat berestafet.
(19)
3) Telaah kurikulum Bahasa Indonesia dan penentuan meteri pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dasar.
4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis aspek-aspek yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.
5) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis aspek-aspek yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.
6) Validitas instrumen.
7) Perbaikan instrumen penelitian.
8) Penentuan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas, yaitu kelas eksperimen.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Melaksanakan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2) Melakukan pembelajaran dengan menggunakan model tongkat
berestafet pada kelas eksperimen dan tanpa metode tongkat berestafet pada kelas kontrol.
3) Melaksanakan pascates mengenai kemampuan menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Tahap Akhir
1) Mengolah hasil pretes dan postes kemampuan menceritakan tokoh idola kelas eskperimen dan kelas kontrol.
2) Menganalisis dan membahas temuan penelitian. 3) Uji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Pada penelitian ini, seluruh rangkaian penelitian dilaksanakan dalam tiga tahapan. Diawali dengan melaksanakan prates pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian, dilaksanakan perlakuan menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan perlakuan tanpa menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas kontrol. Setelah itu, dilaksanakan pascates pada kedua kelas tersebut. Setiap perlakuan yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dijadikan keputusan sebagai hasil penelitian. Dalam pelaksanaan
(20)
perlakuan tersebut, proses pembelajaran diamati oleh observer untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi digunakan sebagai masukan dalam pelaksanaan refleksi.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut varaibel penelitian (Sugiyono, 2012: 102). Alat tersebut digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis. Untuk itu instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Lembar Analisis Kemampuan Berbicara Siswa
Instrumen ini berisi indikator-indikator aspek berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Format Penilaian Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa
No. Aspek penilaian Nilai skor
1 2 3 4 5
1. Penguasaan materi
pembicaraan
2. Kelancaran
3. Kebahasaan
4. Intonasi
5. Pelafalan
(Harris dalam Tarigan, 2008:3)
Arti skala secara umum:
(21)
Tabel 3.2
Kategori Penilaian Keterampilan Berbicara
Jumlah skor Kategori
85-100 Sangat baik
75-84 Baik
65-74 Cukup
55-64 Kurang
0-54 Sangat kurang
Tabel 3.3
Deskripsi Skala Penilaian
No. Aspek penilaian Skala penilaian Keterangan
1. Pelafalan 1
2
3
4
5
Pembicaraan sulit dipahami karena sering melakukan kesalahan pelafalan dan suara tidak jelas.
Pelafalan kurang jelas dan pengaturan suara kurang baik Pelafalan cukup jelas tetapi
masih banyak perlu
penyesuaian.
Pelafalan hampir selalu dapat dipahami dengan pengaturan volume suara yang sudah bagus.
Pelafalan selalu dapat dipahami dengan jelas dan suara sangat jelas.
(22)
2. Intonasi 1
2
3
4
5
Pemakaian intonasi selalu salah sehingga menimbulkan kesalahan arti
Pemakaian intonasi terbatas pada kata-kata yang sulit diucapkan.
Beberapa kali menggunakan intonasi yang tidak tepat
Pemakaian intonasi sudah ditunjukkan walaupun masih melakukan kesalahn yang tak berarti
Pemakaian intonasi sudah tepat.
3. Kebahasaan 1
2
3
4
Bahasa serta pilihan kata yang digunakan tidak tepat dengan situasi, waktu, dan tempat. Bahasa serta pilihan kata yang digunakan tidak terlalu tepat dengan situasi, waktu, dan tempat.
Bahasa serta pilihan kata yang digunakan sudah cukup tepat dengan situasi waktu, dan tempat tetapi masih terdapat beberapa kesalahan.
Bahasa dan pilihan kata yang digunakan sudah menunjukan ketepatan dengan situasi,
(23)
5
waktu, dan tempat meskipun terdapat kesalahan yang tidak berarti.
Bahasa dan piliahan kata yang digunakan sudah menunjukkan ketepatan dengan situasi, waktu dan tempat tanpa melakukan kesalahan.
4. Tingkat penguasaan materi pembicaraan
1
2
3
4
5
Tidak menguasai materi pembicaraan, banyak keraguan
penyampaian materi
pembicaraan.
Banyak kekurangan dilihat dari kualitas penguasaan materi pembicaraan
Penguasaan materi
pembicaraan cukup memadai walaupun masih terdapat kekurangan
Penguasaan materi
pembicaraan sudah bagus walaupun belum pada tingkat istimewa.
Sangat menguasai materi pembicaraan dan materi yang disampaikan sangat bermutu.
5. Kelancaran 1
2
Pembicaraan tidak lancar, banyak diam dan gugup.
Pembicaraan kurang lancar, masih terbata-bata dan banyak
(24)
3
4
5
diam.
Pembicaraan cukup lancer walaupun beberapa kali masih terdiam.
Pembicaraan lancar meskipun
terkadang melakukan
kesalahan yang tak berarti. Pembicaraan sangat lancer tanpa terdiam dan melakukan kesalahan.
b. Lembar Observasi Guru dan Siswa
Dalam proses ini, obseverser (pengamat) hanya memberikan tanda lembar observasi. Berikut lembar observasi yang digunakan.
Tabel 3.4
Lembar Observasi Guru
Hal yang diamati
Penilaian Skor
1 2 3 4
Kemampuan menggunakan metode.
a. Guru memerhatikan sistematika penggunaan metode tongkat berestafet sesuai dengan tuntutan standar kompetensi. b. Guru menggunakan metode tongkat
berestafet sesuai dengan sasaran indikator. c. Metode tongkat berestafet yang dipilih
sesuai untuk proses belajar di dalam kelas. d. Metode tongkat berestafet efektif saat
digunakan dalam pembelajaran.
(25)
Keterangan :
4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali
Tabel 3.5
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aspek yang diamati Keterengan Skor
1 2 3 4
Respon siswa terhadap metode yang digunakan
a. Siswa siap untuk belajar menggunakan metode tongkat berestafet.
b. Siswa memerhatikan penjelasan guru menggunakan metode tongkat berestafet.
c. Siswa antusias mengikuti pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan tongkat berstafet.
d. Siswa dan guru mencerminkan komunikasi dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan tongkat berstafet.
pembelajaran benar-benar memberi kontribusi tehadap hasil belajar siswa. f. Metode tongkat berestafet membantu guru
dalam kelancaran proses pembelajaran.
(26)
e. Siswa aktif mengikuti pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan tongkat berstafet.
f. Siswa menunjukkan rasa senang mengikuti pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan tongkat berstafet
Keterangan :
4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali
D. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui perhitungan kuantitatif. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui silsilah rata-rata nilai prates dan pascates untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai indikator efektivitas perlakuan berupa penggunaan metode tongkat berestafet dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola. Hasil perhitungan tentu lebih lanjut harus diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang komprehensif, benar, dan akurat.
Adapun langah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis data prates dan pascates. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan cara mengubah skor prates dan pascates menjadi nilai dengan rumus.
∑
∑ 2) Menguji reliabilitas antar penimbang.
(27)
Uji reliabilitas antar penimbang dilakukan untuk mengetahui tingkat penilaian antara penilai yang satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan prinsip-prinsip ANAVA maka data-data penilaian dimasukkan ke dalam format ANAVA sebagai berikut.
Tabel 3.6 Format ANAVA Sumber
Variansi
SS Dk Varians
Siswa SSt∑dt2 N - 1 ∑
Penguji SSp∑d2p K – 1 -
Kekeliruan SSk∑d2kk (N – 1)(K –
1)
∑
Selain itu, dilakukan perhitungan reliabilitas dengan rumus berikut.
r11 =
(Kurniasih dalam Leni, 2008 :38) Ket.
r11 = reliabilitas yang dicari
Vt = variansi dari siswa Vkk = variasi dari kekeliruan
Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan dengan tabel Guilford sebagai berikut.
Tabel 3.7 Tabel Guilford
Rentang Kriteria
0,80 – 1,00 Korelasi sangat tinggi 0,60 – 0,80 Korelasi tinggi
(28)
0,20 – 0,40 Korelasi rendah < 0,20 Korelasi Sangat rendah
3) Uji normalitas nilai prates dan pascates
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data prates kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05, dan H0 ditolak jika signifikansi < 0,05. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 18.0.
4) Uji homogenitas varian nilai prates dan pascates
Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memilki variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah sebagi berikut.
H0 : 2 = 2 H1 : 2 2 Keterangan :
2
: data populasi kelas eksperimen. 2
: data populasi kelas kontrol
Uji homogenitas varian data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lavene Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,005. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 18.0. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut.
(29)
Analisis uji homogenitas varian menggunakan software SPSS 18.0. 5) Uji kesamaan dua rata-rata data prates dan pascates
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas eksperimen dan kelas kontrol. Karena data prates pada kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan mempunyai varian yang homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t’ dengan rumusan hipotesis pengujiannya sebagai berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas eksperimen dan kelas kontrol
Uji statistik yang digunakana adalah uji statistik dengan
mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu
jika nilai signifikan (2-tailed) > (α) = 0,05 , maka H0 diterima atau jika nilai signifikan (2-tailed) < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.
Pada kelas eksperimen, jika Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan tongkat berestafet dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat berestafet. Metode tongkat berestafet tidak efektif diterapkan dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola.
Jika Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan tongkat bersetafet dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat berestafet. Metode tongkat berestafet efektif diterapkan dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola.
(30)
Untuk melihat lebih jelas perbedaannya, maka dilanjutkan dengan uji nilai indeks gain.
6) Analisis nilai indeks gain
Analisis indeks gain bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet lebih baik dari kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat berestafet. Uji ini dilakukan dengan analisis terhadap data gain ternormalisasi.
Tabel 3.8
Kriteria Penilaian Indeks Gain Ternormalisasi
N-Gain (g) Kriteria
0,00 – 0,29 Rendah
0,30 – 0,69 Sedang
0,70 – 1,00 Tinggi
(Hake, 1999:1) Penghitungan indeks gain yaitu sebagai berikut :
Analisis data gain ternormalisasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Uji normalitas indeks gain
Uji Normlitas indeks gain dilakukan untuk mengetahui apakah nilai indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau tidak.
Uji statistik yang digunakana adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikan > (α) = 0,05 ,
N-Gain = ∑
(31)
maka H0 diterima. atau jika nilai signifikan < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.
b) Uji homogenitas indeks gain
Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki data yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varian data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lavene Statistic Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
c) Uji hipotesis kesamaan dua-rata indeks gain
Uji kesamaan hipotesis dua rata-rata nilai indeks gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah sebagi berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 : rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Uji statistik yang digunakan adalah uji t’ dengan Levene’s Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima atau jika jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak.
(32)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol maka peneliti mengemukan beberapa kesimpulan, yaitu.
1. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen memilki nilai rata-rata sebesar 60,1, yaitu masuk ke dalam kategori kurang, namun dapat ditingkatkan setelah adanya proses pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,5, sedangkan uji reliabilitas prates pada kelas eksperimen sebesar 0,97 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang sangat tinggi, demikian pula dengan hasil uji reliabiltas data hasil pascates kelas eskperimen ini, yaitu sebesar 0,96. Hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,841. Signifikansi
tersebut lebih besar dari signifikan (α) 0,05. Karena nilai signifikansi >
0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi prates pada kelas eksperimen
sebesar 0,754. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka
H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data kelas eskperimen berasal dari dari sampel yang memilki varian yang sama.
2. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas kontrol berdasarkan hasil prates memilaki nilai rata-rata sebesar 60,8 dan nilai rata-rata pasca tes sebesar 66,6. Nilai rata-rata pada kelas kontrol memiliki peningkatan yang tidak signifikan. Uji reliabilitas prates di kelas kontrol sebesar 0,96 yang berarti memiliki tingkat korelasi sangat tinggi. Demikian pula hasil uji reliabilitas pada pascates yaitu sebesar 0,78. Selanjutnya hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,737.
(33)
Signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas pada kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi prates sebesar 0,754. Karena signifikansi lebih besar dari (α) 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari data yang homogen.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode tongkat berestafet, yaitu sebesar 0,576 hasil uji rata-rata indeks gain ternormalisasi. Nilai tersebut masuk ke dalam kategori sedang. Sedangkan kemampuan menceritakan tokoh idola pada kelas kontrol tanpa menggunakan metode tongkat berestafet masuk ke dalam kategori rendah, yaitu sebesar 0,138. Hal ini juga dibuktikan dari uji hipotesis kesamaan dua rata-rata pada kelas eskperimen dan kelas kontrol
dengan hasil 0,00. Karena 0.00 < (α) = 0,05. Maka H0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode tongkat berestafet efektif atau berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas VII-D sebagi kelas kontrol di SMP Pasundan 3 Bandung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti menyarankan beberapa rekomendasi, pertama; penggunaan metode tongkat berestafet
(34)
terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Sehingga peneliti memberikan rekomendasi untuk menjadikan metode tongkat berstafet sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara, kedua; peneliti membatasi penggunaan metode tongkat berestafet dalam penelitian ini, untuk itu selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajarn berbicara dengan kompetensi dasar lainnya, ketiga; penelitian ini terbukti secara signifikan bahwa metode tongkat berestafet dapat berpengaruh terhadap pembelajaran menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Dengan demikian, peneliti menyarankan agar dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan metode yang beragam, tidak hanya terpaku menggunakan satu metode saja.
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arsjad dan Mukti. 2006. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Chaer, Abdul. 2010: Kesantunan Berbahasa. Jakarta. PT RINEKA CIPTA
Haryati, Yeti. 2009. “Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia”. Disertasi. Bandung: tidak diterbitkan.
Jamaluddin. “Model Pembelajaran Kooperatif” .(Online). Tersedia: (http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html)
Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Kurniawan, Khaerudin, Drs. H., M. Pd. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung. CV Bangkit Citra Persada dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.
Laksono, Kasyani. 2003. Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia. Marrah A, Deden. “Metode Talking Stick dan Hasil Belaja IPA Kelas IV SDN
256 Timpalu” (Online). Tersedia:http://metode-talking-stick-dan-hasil-belajar.html
Mulyati, Iin. 2008. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Diskusi dengan menggunakan Model Cooperative Learning”. Skripsi. Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgiyantoro, Burhon. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Purnamasari, Ervina. 2011. “Perbandingan Model Pembelajaran True or False dengan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biolog Pokok Bahasan Reproduksi Tumbuhan Pada Siswa Kelas XI Agrobisnis Ternak Unggas 1 dan Agrobisnis Ternak Unggas 2 SMK N 1 Mojosongo Bayolali”. Thesis. Surakarta: tidak diterbitkan.
(36)
Pusat Bahasa Kemendiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Retorika Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rivers, W.M. 1968. Teaching Foreign Language Skills. Chicago Pers.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Rosda Aditama.
Suharma, dkk. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII. Bandung: Gramedia.
Suhendar, M.E dan Supinah, P. 1992. MKDU Menyimak dan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya.
Sumardi, M. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Gramatika atau Komunikasi berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syamsudin, Prof. Dr., AR, M.S dan Vismaia S. Damaianti, Dr., M. Pd. 2006.
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur, Prof. DR. 2008: Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa Bandung.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Abdi Guru. 2012. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Umaidah, Sri. 2011. “Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Mu 11 Surakarta”. Skripsi: tidak diterbitkan.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wijayanti, Denok. 2007. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Boneka pada Siswa Kelas VII G SMP N 4 Pemalang Tahun Ajaran 2006/2007”. Skripsi. FBS UNS Semarang: tidak diterbitkan.
(1)
45
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maka H0 diterima. atau jika nilai signifikan < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.
b) Uji homogenitas indeks gain
Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki data yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varian data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Lavene Statistic Test dengan taraf signifikan (α) sebesar
0,05.
c) Uji hipotesis kesamaan dua-rata indeks gain
Uji kesamaan hipotesis dua rata-rata nilai indeks gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah sebagi berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 : rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Uji statistik yang digunakan adalah uji t’ dengan Levene’s
Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria
pengujiannya yaitu jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima atau jika jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak.
(2)
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 107 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol maka peneliti mengemukan beberapa kesimpulan, yaitu.
1. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen memilki nilai rata-rata sebesar 60,1, yaitu masuk ke dalam kategori kurang, namun dapat ditingkatkan setelah adanya proses pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,5, sedangkan uji reliabilitas prates pada kelas eksperimen sebesar 0,97 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang sangat tinggi, demikian pula dengan hasil uji reliabiltas data hasil pascates kelas eskperimen ini, yaitu sebesar 0,96. Hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,841. Signifikansi tersebut lebih besar dari signifikan (α) 0,05. Karena nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi prates pada kelas eksperimen sebesar 0,754. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data kelas eskperimen berasal dari dari sampel yang memilki varian yang sama.
2. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas kontrol berdasarkan hasil prates memilaki nilai rata-rata sebesar 60,8 dan nilai rata-rata pasca tes sebesar 66,6. Nilai rata-rata pada kelas kontrol memiliki peningkatan yang tidak signifikan. Uji reliabilitas prates di kelas kontrol sebesar 0,96 yang berarti memiliki tingkat korelasi sangat tinggi. Demikian pula hasil uji reliabilitas pada pascates yaitu sebesar 0,78. Selanjutnya hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,737.
(3)
108
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas pada kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi prates sebesar 0,754. Karena signifikansi lebih besar dari (α) 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari data yang homogen.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode tongkat berestafet, yaitu sebesar 0,576 hasil uji rata-rata indeks gain ternormalisasi. Nilai tersebut masuk ke dalam kategori sedang. Sedangkan kemampuan menceritakan tokoh idola pada kelas kontrol tanpa menggunakan metode tongkat berestafet masuk ke dalam kategori rendah, yaitu sebesar 0,138. Hal ini juga dibuktikan dari uji hipotesis kesamaan dua rata-rata pada kelas eskperimen dan kelas kontrol dengan hasil 0,00. Karena 0.00 < (α) = 0,05. Maka H0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode tongkat berestafet efektif atau berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas VII-D sebagi kelas kontrol di SMP Pasundan 3 Bandung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti menyarankan beberapa rekomendasi, pertama; penggunaan metode tongkat berestafet
(4)
109
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Sehingga peneliti memberikan rekomendasi untuk menjadikan metode tongkat berstafet sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara,
kedua; peneliti membatasi penggunaan metode tongkat berestafet dalam penelitian ini, untuk itu selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajarn berbicara dengan kompetensi dasar lainnya, ketiga; penelitian ini terbukti secara signifikan bahwa metode tongkat berestafet dapat berpengaruh terhadap pembelajaran menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Dengan demikian, peneliti menyarankan agar dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan metode yang beragam, tidak hanya terpaku menggunakan satu metode saja.
(5)
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 110
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arsjad dan Mukti. 2006. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Chaer, Abdul. 2010: Kesantunan Berbahasa. Jakarta. PT RINEKA CIPTA
Haryati, Yeti. 2009. “Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia”. Disertasi. Bandung: tidak diterbitkan.
Jamaluddin. “Model Pembelajaran Kooperatif” .(Online). Tersedia: (http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html)
Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Kurniawan, Khaerudin, Drs. H., M. Pd. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung. CV Bangkit Citra Persada dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.
Laksono, Kasyani. 2003. Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia. Marrah A, Deden. “Metode Talking Stick dan Hasil Belaja IPA Kelas IV SDN
256 Timpalu” (Online). Tersedia:http://metode-talking-stick-dan-hasil-belajar.html
Mulyati, Iin. 2008. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Diskusi dengan menggunakan Model Cooperative Learning”. Skripsi. Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgiyantoro, Burhon. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Purnamasari, Ervina. 2011. “Perbandingan Model Pembelajaran True or False dengan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biolog Pokok Bahasan Reproduksi Tumbuhan Pada Siswa Kelas XI Agrobisnis Ternak Unggas 1 dan Agrobisnis Ternak Unggas 2 SMK N 1 Mojosongo Bayolali”. Thesis. Surakarta: tidak diterbitkan.
(6)
111
Geri Valdi Mauli, 2013
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet Dalam Menceritakan Tokoh Idola Pada Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pusat Bahasa Kemendiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Retorika Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rivers, W.M. 1968. Teaching Foreign Language Skills. Chicago Pers.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Rosda Aditama.
Suharma, dkk. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII. Bandung: Gramedia.
Suhendar, M.E dan Supinah, P. 1992. MKDU Menyimak dan Berbicara.
Bandung: Pionir Jaya.
Sumardi, M. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Gramatika atau Komunikasi berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syamsudin, Prof. Dr., AR, M.S dan Vismaia S. Damaianti, Dr., M. Pd. 2006.
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur, Prof. DR. 2008: Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa Bandung.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Abdi Guru. 2012. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Umaidah, Sri. 2011. “Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Mu 11 Surakarta”. Skripsi: tidak diterbitkan.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wijayanti, Denok. 2007. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Boneka pada Siswa Kelas VII G SMP N 4 Pemalang Tahun Ajaran 2006/2007”.Skripsi. FBS UNS Semarang: tidak diterbitkan.