PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN

AJARAN 2014/2015

Oleh Aimbawati

Motivasi belajar dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dicapai dari kesesuaian model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran MURDER merupakan model kooperatif yang menyusun struktur interaksi siswa. Langkah-langkah pembelajaran yang kompleks dan komprehensip dengan memperhatikan mood (suasana hati), understand (memahami), recall

(pengulangan), digest (menelaah), expand (pemahaman), review (mempelajari kembali) dapat memberikan kebebasan kepada siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga dapat menumbuhkan motivasi. Pada penelitian ini aspek-aspek motivasi yang diukur adalah minat, semangat, tanggung jawab, respon dan kepuasan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) adakah pengaruh yang signifikan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Ajaran 2014/2015 (2). Seberapa besar signifikansi pengaruh model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII A SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yakni teknik analisis data deskriptif kuantatif dengan menggunakan paired t test.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan secara statistik diperoleh nilai Sig.=0,000, artinya terdapat perbedaan motivasi belajar yang signifikan pada saat pre test dan post test setelah dilakukan model pembelajaran MURDER, artinya model pembelajaran MURDER

berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar. Besarnya pengaruh pembelajaran MURDER terhadap motivasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar adalah 51,1% sedangkan sisanya (46,9%) disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN

AJARAN 2014/2015 Oleh

Aimbawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Utara, pada tanggal 10 Agustus 1992, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Pandiyar, S. Pd dengan Ibu Sudiyem, S. Pd. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak TK ABBA Margomulyo, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Margomulyo yang selesai pada tahun 2004. Tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Tumijajar dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Tumijajar pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang diterima melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Pada tahun 2013 penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan juga Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Tumijajar Kec. Tumijajar Kab. Tulang Bawang Barat.


(7)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala karunia

Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat seiring salam semoga selalu

tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhamad SAW.

Kupersembahkan karya kecil ku ini kepada :

Bapak dan Ibu ku tercinta yaitu Bapak Pandiyar, S. Pd dan Ibu Sudiyem,S. Pd.

Do’a tulus

disetiap sujud yang tak pernah luput kau panjatkan demi kesuksesan

putrimu ini. Tetesan air mata, keringat dan semua pengorbanan yang tak pernah

dapat terhitung dan terbalaskan selalu mengiringi demi tercapainya cita-cita ku.

Terima kasih bapak ibu selalu melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga

kepadaku hingga saat ini.

Terima kasih pada adik ku tersayang Annas Setia Bekti Nugroho,

terimakasih atas doa, semangat dan kasih sayang yang selalu diberikan

selama ini.

Terima kasih untuk para dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu

kepada ku.


(8)

Moto

Bersemangatlah di dalam apa-apa yang bermanfaat bagimu, Mintalah pertolongan Allah,

dan janganlah kamu lemah (HR. Muslim)


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat, hidayah dan kemudahan yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran MURDER terhadap peningkatkan

Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII A SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Ajaran 2014/2015” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya dukungan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr.H.Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., wakil Dekan Bidang Umum dan


(10)

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus Pembahas Dosen yang telah banyak memberi bimbingan, pengarahan, nasehat serta masukan dan arahannya yang sangat berguna sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

7. Bapak Drs.Syaiful M,M.Si., dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, motivasi, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

8. Bapak Muhammad Basri, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing akademik dan sebagai pembimbing II dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Bapak Drs.H.Iskandar Syah,M.H., Drs.H.Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M. Hum., Bapak Drs. H.Tontowi Amsia,M.Si., Bapak Hendry Susanto,S.S,M.Hum, Ibu Dr. Risma Margaretha Sinaga,M.Hum., Ibu Yustina Sri Ekwandari,S.Pd, M.Hum., Bapak Suparman Arif,S.Pd, M.Pd., dosen di Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa;


(11)

10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11.Ibu Sri Mustika Ningsih, S. Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tumijajar yang telah memberikan izin penulis melakukan penelitian skripsi.

12.Bapak Sukowiyono, S.Pd, waka kurikulum SMP Negeri 3 Tumijajar yang telah membantu penulis selama penelitian skripsi.

13.Ibu Amanah Ariyati, S.Pd., guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Tumijajar yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

14.Sahabatku embek, emak, nyun, tya, prem, icha, tenyo, lenong, rahma, adek devi dan ewi atas persahabatan, kekeluargaan dan canda tawa kita selama ini. Semoga kelak dimasa depan kita semua akan menjadi orang yang sukses, Aamiin.

15.Teman-teman seperjuangan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta teman-teman KKN/PPL Tumijajar.

16.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Penulis berharap semoga Allah memberikan balasan atas semua kebaikan pihak yang telah membantu. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Analisis Masalah ... 5

1.2.1. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 6

1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Konsep Model Pembelajaran ... 7

2.1.2. Konsep Pembelajaran Kooperatif ... 8

2.1.3. Model Pembelajaran MURDER ... 11

2.1.4. Konsep Motivasi ... 12

2.1.5. Konsep IPS ... 17

2.1.6. Penelitian Relevan ... 18

2.2. Kerangka Pikir dan Paradigma ... 18

2.2.1 Kerangka Pikir ... 18

2.2.2 Paradigma ... 21

2.3. Hipotesis Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 24

3.2. Populasi Dan Sampel ... 26

3.2.1. Populasi ... 26

3.2.2. Sampel ... 26

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 28

3.3.1. Variabel Penelitian ... 28

3.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4. Instrumen Penelitian ... 29

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5.1 Angket ... 30


(13)

3.5.3 Observasi ... 31

3.5.4 Kepustakaan ... 32

3.6. Langkah-langkah Penelitian ... 32

3.7. Uji Instrumen ... 32

3.7.1. Uji Validitas ... 33

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 33

3.8. Teknis Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 36

4.1.1. Sejarah Singkat SMP N 3 Tumijajar ... 36

4.1.2. Kepemimpinan SMP N 3 Tumijajar ... 36

4.1.3 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 36

a. Visi ... 36

b. Misi ... 37

c. Tujuan Sekolah ... 37

4.1.4 Tenaga Kependidikan ... 37

4.1.5 Data Siswa ... 39

4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 39

4.2. Pelaksanaan Penelitian ... 40

4.2.1 Perencanaan Pembelajaran ... 41

4.2.2 Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 42

4.2.3 Hasil Perolehan Data Motivasi Siswa ... 47

4.3. Hasil Penelitian ... 48

4.3.1. Hasil Pre-test Motivasi ... 48

4.3.2. Hasil Post-test Motivasi ... 50

4.3.3. Hasil Uji Normalitas ... 52

1. Data Pre-test ... 51

2. Data Post-test ... 53

4.3.4. Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 53

4.3.5. Hasil Ujian Hipotesis Kedua ... 60

4.4. Pembahasan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(14)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

2. Tabel 3.2 Jumlah Sampel Kelas VII A... 26

3. Tabel 3.3 Jumlah Anggota Sampel ... 27

4. Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Motivasi ... 30

5. Tabel 4.1 Daftar nama guru dan karyawan SMPN 3 Tumijajar ... 38

6. Tabel 4.2 Rincian jumlah siswa siswi SMPN 3 Tumijajar ... 39

7. Tabel 4.3 Daftar sarana dan prasarana SMPN 3 Tumijajar ... 39

8. Tabel 4.4 Hasil Pre-Test Motivasi ... 48

9. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Motivasi belajar siswa ... 49

10. Tabel 4.6 Hasil Post-test Motivasi ... 50

11.Tabel 4.7 Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa ... 51

12.Tabel 4.8 Perhitungan Uji Normalitas data Pre-test ... 52

13. Tabel 4.9 Perhitungan Uji Normalitas data Post-test ... 53

14. Tabel 4.10 Perbedaan rata-rata nilai motivasi aspek minat pre dan post model pembelajaran MURDER... 54

15. Tabel 4.11 Hasil paired t test ... 54

16. Tabel 4.12 Perbedaan rata-rata nilai motivasi aspek semangat pre dan post model pembelajaran MURDER... 55

17. Tabel 4.13 Hasil paired t test ... 55

18. Tabel 4.14 Perbedaan rata-rata nilai motivasi aspek tanggung jawab pre dan post model pembelajaran MURDER... 56


(15)

ii

20. Tabel 4.16 Perbedaan rata-rata nilai motivasi aspek Respon

pre dan post model pembelajaran MURDER... 57

21. Tabel 4.17 Hasil paired t test ... 57

22. Tabel 4.18 Perbedaan rata-rata nilai motivasi aspek Kepuasan pre dan post model pembelajaran MURDER... 58

23. Tabel 4.19 Hasil paired t test ... 58

24. Tabel 4.20 Perbedaan rata-rata nilai motivasi pre dan post model pembelajaran MURDER... 58

25. Tabel 4.21 Hasil paired t test ... 59

26. Tabel 4.22 Rekapitulasi pencapaian indikator motivasi ... 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Silabus pembelajaran

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Uji Validitas

4. Uji Reliabilitas 5. Kisi-kisi instrumen 6. Angket

7. Foto Penelitian 8. Denah sekolah

9. Lembar Rencana Judul Penelitian Kaji Tindakan/ Skripsi 10.Lembar Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing 11.Lembar Penelitian Pendahuluan

12.Lembar Izin Penelitian

13.Surat Keterangan Pra Penelitian 14.Surat Keterangan Penelitinan 15.Surat Pernyataan Kolaborasi


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Pendidikan membantu manusia dapat mencapai cita-cita yang diinginkan. Pendidikan juga dapat membuat bangsa kita menjadi lebih maju karena ada kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan manusia baik dari pengetahuan atau kemampuan lain yang tidak bisa didapat dari pendidikan.

Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar, yaitu mutu pendidikan yang rendah dan sistem pembelajaran di sekolah yang kurang memadai. Krisis pendidikan yang melanda bangsa Indonesia saat ini membuat kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua dan pihak sekolah yang telah dipercaya sebagai lembaga pendidik. Lemahnya tingkat berfikir siswa menjadi sebuah tantangan besar bagi para pendidik. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

Proses pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan yang dilaksanakan untuk memperoleh keberhasilan belajar yang maksimal, yaitu dengan penguasaan materi secara utuh dan benar. Namun tidak semua proses pembelajaran berjalan dengan baik dan mencapai keberhasilan yang memuaskan adakalanya pembelajaran tersebut mengalami hambatan sehingga tujuan pembelajaran itu


(18)

2

sendiri kurang dapat dicapai secara maksimal. Begitu juga dengan pembelajaran, dalan pelaksanaan pembelajaran banyak sekali ambatan yang harus dilalui guru untuk menyampaikan materinya.

Dewasa ini hambatan pembelajaran yang paling utama justru berasal dari diri siswa itu sendiri. Kurangnya motivasi dan semangat belajar siswa merupakan unsur utama yang menjadi penghambat proses pembelajaran di sekolah. Beberapa bentuk dari kurangnya motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah siswa sering meminta izin untuk ke toilet, mencontek, tidak mengerjakan tugas dan mengobrol dikelas saat jam pelajaran. Sebagai akibat kurangnya motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran berdampak pada aktivitas belajar siswa yang menjadi tidak kondusif

Motivasi sangat diperlukan siswa dalam rangka meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan semangat belajar yang tinggi, siswa akan dapat dengan mudah menerima materi yang akan diajarkan guru sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik. Idealnya, bila seseorang siswa selalu bersemangat dalam menerima materi pelajaran maka pemahaman akan materi yang disampikan guru akan cepat diserap. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar maka dia akan cenderung acuh tak acuh terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

Menurut (Sardiman, 2003:85) dalam hal ini motivasi mempunyai fungsi-fungsi dati motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik yang melepas energi


(19)

3

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.

Dalam hal ini fungsi motivasi menandakan perubahan kearah yang lebih baik yang timbul dari dalam dan dari luar diri seseorang individu khususnya dalam hal belajar bagi siswa. Sesuai dengan pendapat diatas diharapkan anak didik memiliki motivasi yang tinggi, karena dengan motivasi yang tinggi akan sangat membantu siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tugas guru seharusnya dapat mengembangkan variasi mengajar salah satunya dengan variasi alat bantu atau media, variasi metode mengajar, strategi, dan model yang akan dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat terciptanya pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Namun dalam realita dilapangan pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru saat ini masih kurangnya termotivasi. Permasalahan yang sering terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung yaitu tidak mendapat interaksi aktif dari siswa yang disebabkan ruang kelas yang tidak kondusif sehingga proses komunikasi yang terjadi antara pengajar dan siswa dan antar sesama siswa menjadi tidak menyenangkan.

Harapan guru adalah bagaimana pahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas tanpa mampu mengembangkan kemampuan berfikir terhadap apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu didalam pembelajaran, guru dituntut untuk dapat menciptakan suatu kondisi dimana siswa secara keseluruhan dapat berperan aktif didalam kelas dan guru seharusnya mampu memahami dengan matang hakekat materi pelajaran yang diajarkannya


(20)

4

sehingga dapat mengembangkan motivasi belajar siswa dan dapat memahami berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan agar mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.

Masalah ini harus segera diatasi karena berdampak kepada rendahnya saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model tersebut adalah Model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview). Menurut Pembelajaran kooperatif adalah prosedur-prosedur kooperatif standar yang bebas konten yang dapat digunakan dengan baik untuk mempelajari pelajaran yang umum dan repetitif (seperti menulis laporan atau menyampaikan presentasi) maupun untuk mengelolah kegiatan rutin kelas (seperti memeriksa PR dan meninjau hasil ujian).

Donal Dansereau dan rekan-rekannya (1985) telah mengembangkan beberapa naskah kooperatif yang menyusun struktur interaksi siswa. Salah satu naskah dari mereka ynag paling terkenal adalah naskah pemrosesan teks sederhana yang disebut MURDER (mood, understand, recall, detect, expand, review) (Suasana hati, Memahami, Mengingat, Mendeteksi, Pengembangan dan Meninjau). Model pembelajaran MURDER memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, yang terletak pada langkah-langkah pembelajaran yang kompleks dan komprehensip yaitu mood (suasana hati),

understand (pemahaman), recall (pengulangan), detect (penelaahan), elaborate (pengembangan), review (meninjau). Langkah model pembelajaran MURDER memberikan kebebasan untuk siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.


(21)

5

Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penilitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran MURDER terhadap Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII A SMP Negeri 3 Tumijajar

Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2.Analisis Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Adakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMP kelas VII A IPS semester ganjil?

2. Seberapa besar pengaruh signifikansi model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMP kelas VII A IPS semester ganjil?

1.3 Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup 1.3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan tentang apa yang ingin dicapai dari hasil akhir penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMP kelas VII A IPS semester ganjil.


(22)

6

2. Mengetahui besar pengaruh signifikansi model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa SMP kelas VII A IPS semester ganjil.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah yakni:

a. Memotivasi siswa agar lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Mengembankan model pembelajarn MURDER ini agar lebih menyenangkan

dalam pembelajaran.

c. Sebagai referensi disiplin ilmu, berupa penyajian informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya.

d. Sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas terutama bagi pihak-pihak potensial yang terkait yaitu guru dan seluruh komponen pengelola SMP Negeri 3 Tumijajar.

1.3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Objek Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview) Dalam Pembelajaran IPS

Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII IPS SMP Negeri 3 Tumijajar Tempat Penelitian : SMP Negeri 3 Tumijajar

Waktu Penelitian : Tahun Ajaran 2014/2015 Bidang Ilmu : Pendidikan


(23)

REFERENSI

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers. Hlm 73-74

David W. Johnson, Roger T. Johnson dan Edythe Johnson Holubec, Colaborative Learning Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama. Bandung : Nusa


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Model Pembelajaran

Model pembelajaran sering diartikan sebagai proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah sebuah sistem pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980).

Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (joyce & Weil, 1980; 1), model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Secara rinci tentang model-model pembelajaran ini akan dibahas dibagian akhir setelah pendekatan pembelajaran.


(25)

8

Model pembelajaran mempunyai tiga ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

1. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai);

3. tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000)

2.1.2 Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam oarng dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh, karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pemnbelajaran cooperative learning

dalam bentuk belajar kelompok.

Tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan menurut (Abdulhak dalam Rusma, 2010:203) bahwa “pembelajaran

cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.” Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).


(26)

9

Menurut (Nurulhayati, 2002:25), Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model pembelajaran ini siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Menurut (Sanjaya dalam Rusman, 2010:203) Cooperative learning

merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Menurut (Tom V. Savage dalam Rusman, 2010:203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asaln. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran koopertif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya

(peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang didalamnya, siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.

Menurut (Johnson dalam Hasan, 1996) Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa


(27)

10

bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Strategi pembelajaran kooperative merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. (Nurulhayati, 2002: 25), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) gtatap muka, (5) evaluasi proses kelompok.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjdi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.


(28)

11

2.1.3 Konsep Model Pembelajaran MURDER

Salah satu model tersebut adalah Model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Riview). Pembelajaran kooperatif adalah prosedur-prosedur kooperatif standar yang bebas konten yang dapat digunakan dengan baik untuk mempelajari pelajaran yang umum dan repetitif (seperti menulis laporan atau menyampaikan presentasi) maupun untuk mengelolah kegiatan rutin kelas (seperti memeriksa PR dan meninjau hasil ujian). Donal Dansereau dan rekan-rekannya (1985) telah mengembangkan beberapa naskah kooperatif yag menyusun struktur interaksi siswa. Salah satu naskah dari mereka yang paling terkenal adalah naskah pemrosesan teks sederhana yang disebut MURDER (mobilize, understand, recall, detect, elaborate, review) (memobilasi, memahami, mengingat, mendeteksi, mengelaborasi dan meninjau).

Menurut Nelson L. M “Collaborative Problem Solving”, (1999:91–114)

pembelajaran MURDER yang menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok yang beranggotakan 4 orang memiliki enam langkah, yaitu :

1. Guru mendorong siswa semangat untuk belajar (mood) dan membagi siswa kedalam 8 kelompok terdiri dari 4 orang anggota inti. 4 orang tersebut dibagi menjadi 2 pasang (dyad), yaitu dyad 1 dan 2. Masing-masing pasangan dyad diberikan tugas yang berbeda.

2. Dyad 1 bersama anggota pasangannya memahami (understand) tugas yang telah diberikan dan menandai pelajaran/materi yang mana yang sulit dimengerti. Hal yang sama dilakukan oleh dyad 2.


(29)

12

3. Materi yang tidak pahami dibaca berulang-ulang (recall) kemudian salah satu anggota dyad mengungkapkan pemahaman terhadap tugas dan anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika terjadi kekeliruan.

4. Setelah kedua pasangan (dyad) sudah menyelesaikan tugasnya, dyad 1 memberikan tugasnya kepada dyad 2 begitu juga sebaliknya. Sehingga terbentuklah laporan yang lengkap untuk keseluruhan tugas. Selanjutnya anggota inti bersama-sama menelaah (digest) semua jawaban yang sudah dikumpulkan.

5. Anggota inti mengembangkan pemahaman (expand) terhadap materi tugas yang diberikan dengan mencari informai tambahan dari literatur yang lain yang berhubungan dengan materi tugas yang diberikan. Tugas dikumpulkan dalam bentuk laporan dan akan di diskusikan berdasarkan kelompok.

6. Setelah diskusi selesai, laporan siswa dikoreksi dan diberi penilaian. Kemudian guru menyimpulkan dan memotivasi siswa agar selalu mempelajari kembali (review) materi pelajaram supaya selalu diingat dan tidak mudah lupa dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.

2.1.4 Konsep Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong sesorang untuk

melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut (Sardiman, 2011: 73) Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut (Suprijono, 2013: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,


(30)

13

terarah dan bertahan lama. (Fathurrohman, 2007: 19) mengemukakan bahwa motivasi belajar diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Menurut (Hanafiah & Suhana, 2010: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Jenis motivasi yaitu:

1) Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. 2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya disebabkan

faktor-faktor di luar diri peserta didik seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (reward) kompetensi sehat antar peserta didik, hukuman (funishment), dan sebagainya.

Menurut (Suprijono, 2013: 163) fungsi motivasi belajar yaitu:

1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Fathurrohman, (2010: 31) Motivasi belajar dapat timbul karena dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa cara dan jenis


(31)

14

menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Menurut (Sardiman, 2011: 92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3) saingan/kompetisi, (4) memberi ulangan, (5) mengetahui hasil, (6) pujian, (7) mengetahui hasil dan (8) hukuman.

Menurut (Rusman, 2010: 111-114) beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar siswa antara lain:

1) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif. 2) Siswa mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran atau kompetensi

yang diharapkan.

3) Tersedia fasilitas, media/sumber belajar, dan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran.

4) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa

(individual learning).

5) Adanya konsistensi dalam penerapan atau aturan perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.

6) Adanya pemberian reinforcement atau penguatan dalam proses pembelajaran.

7) Jenis kegiatan pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.

8) Penilaian hasil belajar dilakukan serius, objektif, teliti dan terbuka. (Sudjana, 2011: 61) motivasi yang ada dalam diri siswa dapat berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: minat, semangat, tanggung jawab, reaksi dan rasa senang siswa.

Berdasarkan dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri seseorang berupa faktor intrinsik dan ekstrinsik untuk melakukan aktivitas tertentu secara aktif, kreatif dan inovatif dalam rangka perubahan perilaku agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut (Hamzah, 2007:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar,


(32)

15

(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sedangkan menurut (Sudjana, 2011: 61) aspek dalam motivasi belajar yaitu: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar, (3) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (4) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan dan (5) rasa senang siswa dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Menurut (Cucu Suhana, 2014: 26) alat ukur motivasi yaitu: (1) tes tindakan (performance test), yaitu alat ukut untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, targeting, kesadaran, durasi, dan frekuensi kegiatan, (2) kuesioner (questionaire) untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas, (3) mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya, (4) Tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya, (5) skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.

Penulis menyimpulkan beberapa aspek dan indikator motivasi yang diamati merujuk pada (Sudjana, 2011: 61) yaitu:

1. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran (minat) a. Hadir pada pembelajaran dikelas tepat waktu.

b. Mengikuti diskusi dan kerja sama dalam tugas kelompok dengan antusias. 2. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar (semangat)

a. Mencatat inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

b. Memberikan saran/pendapat dalam melakukan tugas individu dan kelompok yang diberikan guru.

3. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya (tanggung jawab)

a. Mengumpulkan tugas individu dan kelompok yang diberikan guru dengan tepat waktu.


(33)

16

b. Melaksanakan kewajiban dalam bentuk tugas individu dan kelompok dengan ulet dan tidak mudah putus asa.

4. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan (respon) a. Menunjukkan rasa keingintahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan. b. Menunjukkan rasa keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan guru.

5. Rasa senang siswa dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (kepuasan)

a. Mengubah perilaku yang pasif menjadi aktif dalam melaksanakan tugas individu dan kelompok.

b. Mempertahankan pendapat dalam diskusi kelompok berdasarkan kemampuan hasil pemikiran sendiri.

Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal. Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang ada dalam dunia pendidikan. Motivasi juga dapat diterjemahkan sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar sehingga siswa mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Motivasi juga berperan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar.


(34)

17

2.1.5 Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pemikiran, yang berbentuk gagasan atau pengertian. Demikian Dorothy menjelaskan pengertian tentang konsep. Konsep lebih bersifat mentalistik (citra mental) tentang sesuatu, baik itu objek yang konkrit atau abstrak. Pendapat serupa dikemukakan oleh (James G. Womack dalam Maskun, 2011: 4), pengertian konsep studi social (IPS) menurutnya adalah :

Konsep studi social (IPS) yaitu kata atau ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada penguasaan sifat yang melekat tadi, pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep memiliki pengertian denotative dan juga pengertian konotatif.

Berdasarkan dua acuan konsep tersebut, dapat dikemukakan bahwa konsep itu tidak lain adalah pengertian yang tergambar dalam pikiran yang mencitrakan suatu fenomena atau benda atau suatu gagasan, baik konkrit maupun abstrak. Konsep IPS tentu saja adalah suatu pengertian yang mencitrakan suatu fenomena atau benda yang berkaitan dengan IPS. Konsep tentang fenomena atau benda yang berkaitan dengan IPS itu memiliki pengertian denotatif dan terutama pengertian konotatif. Pengertian denotatif adalah pengertian berdasarkan arti katanya yang dapat digali dalam kamus, sedangkan pengertian konotatif adalah pengertian yang tingkatnya tinggi dan luas. Pengertian konotatif ini merupakan pengertian yang berperan kunci atau menonjol pada suatu konteks. Konsep yang memiliki pengertian dasar pada suatu bidang ilmu sosial, disebut konsep dasar.

Social studies atau ilmu pendidikan sosial adalah proses pengajaran dan pendidikn dari ilmu sosial (social science). Definisi Social Studies tersebut senada dan telah dipancangkan oleh (Edgar Bruce Wesley dalam Maskun, 2011: 5)


(35)

18

bahwa ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan (Barr, R. D. Barth, J. L., Shermis, S. S. 1978). Pengertian ini kemudian dibakukan dalam “The United States of Education’s Standard Terminology for Curriculum and

Instruction” (Barr dkk, 1977:2) sebagai berikut “social studies” berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu geografi, dan filsafat, yang dalam praktek diseleksi untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi.

2.1.6 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain penelitian Euis Sugiarti dari Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang. Tahun Penelitian adalah 2013. Permasalahan yang diambil adalah Efektivitas model pembelajaran kooperatif MURDER terhadap kemampuan berpikir analitis siswa pokok bahasan usaha dan energi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif MURDER efektif dalam peningkatan kemampuan berpikir analitis siswa kelas XI IPA.

2.2 Kerangka Pikir dan Paradigma 2.2.1 Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah suatu konsepsi yang berisikan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas, dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, berkaitan dengan penelitian ini maka kerangka pikir menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil mencapai


(36)

19

tujuan yang optimal jika guru membuat pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siswa dan tidak membosankan. Dalam hal ini diperlukan peran seorang guru yang profesional dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada kenyataannya, penyampaian materi yang diberikan guru terkesan monoton karena guru hanya menggunakan metode ceramah terutama dalam pembelajaran IPS sehingga membuat siswa bosan atau jenuh. Tidak adanya peran aktif siswa dalam setiap proses pembelajaran di kelas mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa menyerap materi yang disampaikan dan terkadang malas untuk berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul pada materi pembelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran MURDER. Model pembelajaran MURDER (mood, understand, recall, digest, expand, riview).

Pembelajaran kooperatif adalah prosedur-prosedur kooperatif standar yang bebas konten yang dapat digunakan dengan baik untuk mempelajari pelajaran yang umum dan repetitif (seperti menulis laporan atau menyampaikan presentasi) maupun untuk mengelolah kegiatan rutin kelas (seperti memeriksa PR dan meninjau hasil ujian). Donal Dansereau dan rekan-rekannya (1985) telah mengembangkan beberapa naskah kooperatif yag menyusun struktur interaksi siswa. Salah satu naskah dari mereka ynag paling terkeal adalah naskah pemrosesan teks sederhana yang disebut MURDER (mobilize, understand, recall, detect, elaborate, review) (memobilasi, memahami, mengingat, mendeteksi, mengelaborasi dan meninjau).


(37)

20

Menurut (Nelson L. M, 1999:91-114) “Collaborative Problem Solving”,

pembelajaran MURDER yang menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok yang beranggotakan 4 orang memiliki enam langkah, yaitu :

1. Guru mendorong siswa semangat untuk belajar (mood) dan membagi siswa kedalam 8 kelompok terdiri dari 4 orang anggota inti. 4 orang tersebut dibagi menjadi 2 pasang (dyad), yaitu dyad 1 dan 2. Masing-masing pasangan dyad diberikan tugas yang berbeda.

2. Dyad 1 bersama anggota pasangannya memahami (Understand) tugas yang telah diberikan. Dan menandai pelajaran/materi yang mana yang sulit dimengerti. Hal yang sama dilakukan oleh dyad 2.

3. Materi yang tidak pahami dibaca berulang-ulang (recall) kemudian salah satu anggota dyad mengungkapkan pemahaman terhadap tugas dan anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika terjadi kekeliruan.

4. Setelah kedua pasangan (dyad) sudah menyelesaikan tugasnya, dyad 1 memberikan tugasnya kepada dyad 2 begitu juga sebaliknya. Sehingga terbentuklah laporan yang lengkap untuk keseluruhan tugas. Selanjutnya anggota inti bersama-sama menelaah (digest) semua jawaban yang sudah dikumpulkan.

5. Anggota inti mengembangkan pemahaman (expand) terhadap materi tugas yang diberikan dengan mencari informai tambahan dari literatur yang lain yang berhubungan dengan materi tugas yang diberikan. Tugas dikumpulkan dalam bentuk laporan dan akan di diskusikan berdasarkan kelompok.

6. Setelah diskusi selesai, laporan siswa dikoreksi dan diberi penelitian. Kemudian guru menyimpulkan dan memotivasi siswa agar selalu mempelajari


(38)

21

Motivasi Belajar Siswa

kembali (review) materi pelajaram supaya selalu diingat dan tidak mudah lupa dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.

Model pembelajarn MURDER digunakan dalam pembelajaran IPS karena dalam model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat atau pandangan kepada teman-temannya terhadap suatu masalah yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran MURDER mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa.

2.2.2 Paradigma

Keterangan:

Penerapan Model Pembelajaran MURDER dalam proses pembelajaran IPS

: Garis Kegiatan : Garis Tujuan

Mood

Understand

Recall

Degest

Exspand

Riview

Penerapan Model Pembelajaran

MURDER

Semangat


(39)

22

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut (Sutrisno Hadi, 2001:73) hipotesis adalah jawaban sementara yang dianggap benar dalam suatu penelitian yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui fakta-fakta pendukungnya. Hipotesis “Dugaan yang atau mungkin salah, dia akan terima jika benar ditolak jika salah jika fakta-fakta”. Menurut (Winarno Surahmad, 2001: 57) berpendapat hipotesis adalah kesimpulan yang belum final yang dapat dibuktikan kebenaran melalui penelitian. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2012: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis akan terbukti kebenarannya melalui sebuah penelitian dengan cara pengumpulan data-data baik berupa fakta maupun data-data pendukung. Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh signifikan model pembelajaran MURDER terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar.

H1 : Ada pengaruh signifikan model pembelajaran MURDER terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar.


(40)

23

H0 : Tingkat signifikan pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar adalah rendah.

H1 : Tingkat signifikan pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar adalah tinggi.


(41)

REFERENSI

Sanjaya, W.2006. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenata Media. Hal. 239

Nelson L.M. Collborative Problem Solving. Dalam Rreigeluth, C. M. (Ed.):

Intructional-degisn theories and models; A new Paradigm of instructional

theory, volume II. 91-114. Englewood Cliffs, NJ; Lawrence Erlbaum

Associates, Publisher.

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 73

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bamdung: PT Refika Aditama. Hal 19

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Hal. 26

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno. Op. cit. Hal. 31

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 92

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 61

Hamzah, Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi aksara. Hal. 23

Sudjana. Op. cit. Hal. 61

Cucu Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama. Hal. 26

Sudjana. Op. cit. Hal. 61

Maskun. 2011. Dasar-dasar IPS. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hal 4 Sutrisno Hadi. 2001. Metodelogi Research. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.


(42)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode yang digunakan

Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang sangat penting karena metode dapat menentukan salah benarnya proses suatu penelitian dan berhasil-tidaknyasebuah penelitian. seorang peneliti tentu memerlukan suatu cara atau alat bantu berupa metode yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitiannya. Sehingga penelitian yang dilakukan akan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Berkaitan dengan uraian tersebut, (WJL.Poerwadarminto, 2006:648).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut (Heri Jauhari, 2010: 34) penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hepotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokoksuatu penelitian. Menurut (Kuntoro dalam Heri Jauhari, 2010: 105) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembang-kan teori yang memiliki validitas universal (West, 1982).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah menggunakan eksperimen semu atau (quasi-experimental research) karena tidak semua variabel dalam penelitian ini dapat dikontrol. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan keadaan suatu


(44)

25

objek penelitian setelah diberikan perlakuan, yaitu model pembelajaran MURDER. Pada penelitian ini ada tiga prosedur utama yang harus dilakukan yaitu pretest, treatment, dan posttest. Prestest merupakan tes yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan instrumen berupa skala motivasi yang diberikan kepada seluruh subjek penelitian. Treatment yang diberikan kepada kelompok eksperimen berupa model pembelajaran MURDER

untuk meningkatkan motivasi. Treatment tersebut tidak diberikan kepada kelompok kontrol. Posttest merupakan tes yang dilakukan setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran MURDER. Rancangan penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Eksperimen One Group Pre-test Pos-test Design Pre test Treatment Post test

O1 X O2

Keterangan:

O1 = pre-test sebelum pembelajaran model MURDER O2 = pos-test setelah pembelajaran model MURDER

X = pembelajaran menggunakan MURDER

Variabel bebas adalah suatu variabel yang sengaja diubah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran MURDER yang diterapkan oleh peneliti pada kelas VII SMPN 3 Tumijajar yang diuji selama penelitian ini berlangsung. Variabel terikat adalah suatu variabel yang dihasilkan setelah memberi perlakuan pada variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi menurut (Sugiyono, 2012:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


(45)

26

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan populasi menurut (Margono,2007:118) adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang di tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII di SMP Negeri 3 Tumijajar pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 4 kelas, secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jumlah Populasi

No Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki- Laki Perempuan

1 VII A 14 22 36

2 VII B 15 23 38

3 VII C 18 22 40

4 VII D 20 20 40

Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Ajaran 2014/2015

Dari tabel di atas, dapat diketahui yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam 4 kelas (VII A,VII B, VII C, VII D) sebanyak 154 orang siswa yang terdiri dari 67 orang siswa laki-laki dan 87 orang siswa perempuan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk menjadi sumber data (Sukardi 2003:54). Sedangkan sampel menurut (Sugiyono,2012:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika mempunyai populasi yang sangat besar atau banyak dan tidak mungkin diteliti semua atau diambil datanya secara keseluruhan, peneliti harus mengambil sampel dari populasi tersebut (Heri Jauhari, 2010:41).


(46)

27

Tabel 3.3. Jumlah Anggota Sampel

No. Kelas Jumlah siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VII A 14 22

36 Jumlah

Sumber : Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Pelajaran 2014/2015

Dari tabel diatas maka menjadi sampel dalam penelitian ini yakni kelas VII A SMP N 3 Tumijajar yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 22 perempuan. Untuk menentukan anggota sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan secara acak (simple random sampling). Pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau random dari populasi yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara rendomisasi atau dengan cara melalui undian (Iskandar,2008:70).

Teknik sampling ini diberi nama demikian karena didalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek. Didalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dulu besarnya jumlah sampel yang paling baik. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah


(47)

28

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2006:134).

3.3 Variabel penelitian, dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Penelitian

Menurut (Sutrisno Hadi,2001:224) variabel diartikan sebagai berikut:

“Gejala-gejala yang menunjukan variasi, baik dalam jenis maupun dalam

tingkatnya. Sedangkan (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2012: 60) menyatakan bahwa variabel merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi dalam penelitian karena diduga memiliki pengaruh terhadap variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah respon subyek peneliti yang diukur sebagai pengaruh variabel bebas.

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran MURDER dalam pelajaran IPS.

b. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan motivasi siswa pada materi pelajaran IPS.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas maka diperlukan pendefinisian secara operasional. Definisi operasional variabel adalah suatu penjabaran lebih lanjut mengenai aspek-aspek dari variabel yang


(48)

29

akan dikaji atau diamati dalam suatu penelitian atau operasional variabel adalah difinisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang di difinisikan yang dapat diamati.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran MURDER yang diterapkan didalam kelas. Model pembelajaran MURDER ini diterapkan dalam pembelajaran karena dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk lebih memahami materi apa yang didapat.

3.4 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian menurut (Sukardi,2003:121) adalah sebagai alat yang digunakan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data yang berasal dari lapangan dan mampu mengambil inormasi dari objek atau subjek yang diteliti. Menurut (Sugiyono,2013:148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Selanjutnya menurut (Margono,2005:155) instrumen penelitian adalah sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan dalam penelitian.

Instrumen penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah instrument untuk mengukur meningkatnya motivasi belajar siswa model pembelajaran MURDER dalam pembelajaran IPS yakni Kuesioner atau angket.

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Angket

Menurut (Sugiyono,2012:199) Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan


(49)

30

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam proses pembelajaran terhadap mata pelajaran IPS. Angket ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh data mengenai tanggapan tentang model pembelajaran MURDER (mood, understand, recall, digest, expand, review) terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini yakni Angket tertutup, berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan. Berikut ini kisi-kisi instrumen angket yang akan digunakan untuk mengukur pengaruh motivasi belajar model pembelajaran MURDER.

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen kuesioner Motivasi model pembelajaranMURDER.

No Aspek Indikator No. Item Jml Item

1 Minat Hadir pada pembelajaran di kelas tepat waktu

1, 2 5 Mengikuti diskusi dan kerja sama dalam

tugas kelompok dengan antusias

3, 4, 5 2 Semangat Mencatat inti materi pelajaran yang

telah disampaikan guru

6, 7, 8 5 Memberikan saran dalam melakukan

tugas individu dan kelompok yang diberikan guru

9, 10

3 Tanggung Jawab

Mengumpulkan tugas individu dan kelompok yang diberikan guru dengan tepat waktu

11, 12 5

Melaksanakan kewajiban dalam bentuk tugas individu dan kelompok dengan ulet dan tidak mudah putus asa

13, 14, 15


(50)

31

dengan mengajukan pertanyaan

Menunjukkan rasa keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru

18, 19,20

5 Kepuasan Mengubah prilaku yang pasif menjadi aktif dalam melaksanakan tugas individu kelompok

21, 22 5

Mempertahankan pendapat dalam diskusi kelompok berdasarkan kemampuan hasil pemikiran sendiri

23, 24, 25

3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara pengambilan atau mencatat data yang sudah ada. Pada penelitian dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada, seperti data siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar Tahun Pelajaran 2014/2015.

3.5.3 Observasi

Untuk mendapat data yang dibutuhkan dan relevan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik observasi langsung. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagi proses biologis dan psikhologis. Observasi ini dilakukan selama penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Tumijajar.

3.5.4 Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti: teori-teori yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan, konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.


(51)

32

3.6 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, dan cara guru mengajar.

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang digunakan. 4. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 5. Membuat instrumen tes penelitian.

6. Melakukan validasi instrumen.

7. Menentukan kelompok berdasarkan hasil pengamatan kelas. 8. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

9. Menganalisis data. 10. Membuat kesimpulan.

3.7 Uji Instrumen

Angket merupakan pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini. Sebelum angket disebarkan terlebih dahulu diadakan uji coba angket. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir – butir pertanyaan.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat dan kevaliditasan dan ketepatan suatu instrumen. Untuk mengukur tingkat validitas dalam penelitian ini digunakan rumus Korelasi Product Moment yang menyatakan hubungan skor masing – masing pertanyaan dengan skor total.


(52)

33 Adapun rumusnya.

 

 

  2 2 2 2

.n Y Y

X X n Y X XY n rxy

rxy= koefisien korelasi antara variabe X dan Y

X = skor total X Y = skor total Y

n = Jumlah sampel yang diteliti

Kriteria pengujian, apabila rh > rt dengan taraf signifikan 0,05 maka alat ukur

dikatakan valid dan sebaliknya. (Ridwan, 2004: 146) 3.7.2 Uji Reliabilitas

Untuk Uji reliabilitas digunakan rumus Alpha, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:                 

St Si k k r 1 1 11

r11 = Reliabilitas yang dicari

Si = jumlah baris butir St = varians total k = banyaknya soal (Suharsimi Arikunto, 2003:75)

Selanjutnya menginterpretasikan besarnya nilai angket adalah. 0,800 – 1,00 = Sangat tinggi

0,600 – 0,799 = Tinggi 0,400 – 0,599 = Cukup 0, 22 – 0, 399 = Rendah 0,00 – 0,199 = Sangat rendah 3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitaif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran murder terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Analisis data


(53)

34

menggunakan pre test dan post testone group design. Untuk menggunakan rumus tersebut maka terlebih dahulu dilakukan analisis persyaratan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Apakah sampel berdistribusi normal atau tidak (Sudjana, 2005:273). Uji kenormalan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Hipotesis

Ho = data sampel berasal dari populasi normal Ha = data sampel berasal dari populasi tidak normal 2) Statistik uji yang digunakan

   k i i i i E E O X 1 2 Dimana:

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya pengamatan 3) Keputusan uji

Tolak Ho jika X2hitung≥ X2tabel dengan taraf α=0,05 maka Ho diterima

2. Hipotesis Statistik

Untuk menguji hipotesis secara statistik maka digunakan dengan rumus sebagai berikut:

1

d X (md) = t 2 hitung 

n n Keterangan

Md = mean perbedaan pre dan post Xd = deviasi masing-masing subjek

∑X2

d = jumlah kuadrat deviasi (Arikunto, 2010:349)


(54)

35

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah:

Keterangan

Ho = Hipotesis nol Ha = Hipotesis alternatif

1

 = rata-rata motivasi pre-test (n=34) 2


(55)

REFERENSI

Heri Jauhari. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 34

Heri Jauhari. Op. cit. Hal. 105

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta Bandung. Hal. 117

Sukardi. 2003. Metodelogi Penellitian Pendidikan Kopetensi dan Praktiknya.

Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 54

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta Bandung. Hal. 118 Heri Jauhari. Op. cit. Hal. 41

Sutrisno Hadi. 2001. Metodelogi Research. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Hal. 222

Sugiyono. Op. cit. Hal. 118 Sugiyono. Op. cit. Hal. 119 Sukardi. Op. cit. Hal. 57

Sutrisno Hadi. Op. cit. Hal. 224 Sugiyono. Op. cit. Hal. 60

Cucu Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama. Hal. 26

Sukardi. Op. cit. Hal. 121 Sugiyono. Op. cit. Hal. 199

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 61


(56)

Sugiyono. Op. cit. Hal. 203 Sugiyono. Op. cit. Hal. 136

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 109


(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diketahui bahwa pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran MURDER berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar yang dapat dilihat dari perolehan nilai thitung=26,36>ttabel (1,697) dan

nilai sig (0,000)<(α=0,05).

2. Taraf signifikansi pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar dikategorikan kuat (R=0,715) sebagaimana telah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi r. Jika dilihat dari taraf signifikansi per indikator maka diperoleh nilai korelasi (r) minat adalah 0,617 (kuat), pada indikator semangat adalah 0,347 (lemah), pada indikator tanggung jawab adalah 0,532 (sedang), pada indikator respon sebesar 0,507 (sedang) dan pada indikator kepuasan sebesar 0,421 (sedang).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:


(58)

70

1. Bagi guru pembelajaran menggunakan model MURDER dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran IPS agar model pembelajaran yang digunakan lebih bervariasi.

2. Bagi siswa, diharapakan melalui model pembelajaran MURDER dapat membuat siswa terlatih untuk meningkatkan proses mengeningat kembali materi yang dipelajari sehingga dapat menambah wawasan dan informasi yang lebih luas tidak hanya dalam pelajaran IPS namun semua mata pelajaran.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta Maskun. 2011. Dasar-dasar IPS. Bandar Lampung: Universitas Lampung

FKIP. 2010. Panduan Umum. Universitas Lampung: Bandar Lampung

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. David W. Johnson, Roger T. Johnson dan Edythe Johnson Holubec. 2012.

Colaborative Learning Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama : Bandung

Heri Jauhari. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung : CV PUSTAKA SETIA

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. PT Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.


(60)

Hamzah, Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi aksara. Jakarta. Sugiarti, Euis. 2013. Evektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER Terhadap Kemampuan Berfikir Analitis Siswa Pokok Bahasan Usaha dan Energi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.

http://library.ikippgrism...text/39ea7fdfef35a88c. Diakses tanggal 12 Maret 2014. @14:25 WIB.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif MURDER Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Siswa SMP.

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/845/718. Diakses tanggal 10 April 2014. @07:35 WIB.


(1)

REFERENSI

Heri Jauhari. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 34

Heri Jauhari. Op. cit. Hal. 105

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Bandung. Hal. 117

Sukardi. 2003. Metodelogi Penellitian Pendidikan Kopetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 54

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Bandung. Hal. 118

Heri Jauhari. Op. cit. Hal. 41

Sutrisno Hadi. 2001. Metodelogi Research. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Hal. 222

Sugiyono. Op. cit. Hal. 118 Sugiyono. Op. cit. Hal. 119 Sukardi. Op. cit. Hal. 57

Sutrisno Hadi. Op. cit. Hal. 224 Sugiyono. Op. cit. Hal. 60

Cucu Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama. Hal. 26

Sukardi. Op. cit. Hal. 121 Sugiyono. Op. cit. Hal. 199

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 61


(2)

Sugiyono. Op. cit. Hal. 203 Sugiyono. Op. cit. Hal. 136

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 109


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diketahui bahwa pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar tahun ajaran 2014/2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran MURDER berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar yang dapat dilihat dari perolehan nilai thitung=26,36>ttabel (1,697) dan nilai sig (0,000)<(α=0,05).

2. Taraf signifikansi pengaruh model pembelajaran MURDER terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 3 Tumijajar dikategorikan kuat (R=0,715) sebagaimana telah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi r. Jika dilihat dari taraf signifikansi per indikator maka diperoleh nilai korelasi (r) minat adalah 0,617 (kuat), pada indikator semangat adalah 0,347 (lemah), pada indikator tanggung jawab adalah 0,532 (sedang), pada indikator respon sebesar 0,507 (sedang) dan pada indikator kepuasan sebesar 0,421 (sedang).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:


(4)

70

1. Bagi guru pembelajaran menggunakan model MURDER dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran IPS agar model pembelajaran yang digunakan lebih bervariasi.

2. Bagi siswa, diharapakan melalui model pembelajaran MURDER dapat membuat siswa terlatih untuk meningkatkan proses mengeningat kembali materi yang dipelajari sehingga dapat menambah wawasan dan informasi yang lebih luas tidak hanya dalam pelajaran IPS namun semua mata pelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta Maskun. 2011. Dasar-dasar IPS. Bandar Lampung: Universitas Lampung

FKIP. 2010. Panduan Umum. Universitas Lampung: Bandar Lampung

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. David W. Johnson, Roger T. Johnson dan Edythe Johnson Holubec. 2012.

Colaborative Learning Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama : Bandung

Heri Jauhari. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung : CV PUSTAKA SETIA

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. PT Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Hamzah, Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi aksara. Jakarta. Sugiarti, Euis. 2013. Evektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER Terhadap Kemampuan Berfikir Analitis Siswa Pokok Bahasan Usaha dan Energi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. http://library.ikippgrism...text/39ea7fdfef35a88c. Diakses tanggal 12 Maret 2014. @14:25 WIB.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif MURDER Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Siswa SMP.

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/845/718. Diakses tanggal 10 April 2014. @07:35 WIB.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 SEKAMPUNG

0 7 17

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI, MEDIA PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 23 91

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI, MEDIA PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 9 69

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 52 99

HUBUNGAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS VII G SMP N 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 71

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII A SMP NEGERI 3 TUMIJAJAR TAHUN AJARAN 2014/2015

3 16 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 66

PENGARUH KONSEP DIRI MELALUI AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 4 89

PENGARUH MODELPROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMP NEGERI 7BLAMBANGAN UMPU WAY KANAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

1 16 68