Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps) Dalam Pendidikan IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Tentang Kenampakan Alam (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang).

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM PENDIDIKAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG KENAMPAKAN ALAM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan

Jatinunggal Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Ma’mun Hidayat

0908256

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN NDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM PENDIDIKAN IPS UNTUK MENINGKATJAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG KENAMPAKAN ALAM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Sirnasri Kecamatan

Jatinunggal Kabupaten Sumedang)

Oleh: Ma’mun Hidayat

NIM. 0908256

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs, Dadan Djuanda, M. Pd NIP. 19631108 198803 1 001

Pembimbing II

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd NIP. 19560602 198111 1 001

Mengetahui,

Ketua Program PGSD S1 Kelas

Riana Irawati, M. Si NIP. 19801125 200501 2 002


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM PENDIDIKAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG KENAMPAKAN ALAM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan

Jatinunggal Kabupaten Sumedang) Oleh:

Ma’mun Hidayat NIM. 0908256 Disetujui oleh:

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan S-1PGSD

Riana Irawati, M.Si NIP. 198011252005012002 Penguji I

Drs. Dadan Djuanda, M.Pd NIP.196311081988031001

Penguji II

Julia, M.Pd

NIP.198205132008121002

Penguji III

Maulana M.Pd NIP.198001252002121002


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan skripsi yang berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dalam Pendidikan IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Tentang Kenampakan Alam (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang)ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, tidak melakukan pejiplakan atau pengutipan dengan etika keilmuan atau pengutipan dengan cara yag tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menangung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan


(5)

i DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...

PERNYATAAN ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR………...

UCAPAN TERIMA KASIH ………....

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH ... 5

1. Perumusan Masalah ... 5

2. Pemecahan Masalah ... 6

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian... 9

D. BATASAN ISTILAH ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. HAKIKAT PENDIDIKAN IPS ... 12

1. Pengertian Pendidikan IPS ... 12 i

ii

iv

viii

xi

xii Halaman

iii

v


(6)

3. Tujuan Pendidikan IPS ... 14

B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) ... 15

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) ... 17

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think – Pair - Share (TPS) ... 18

C. HASIL BELAJAR ... 20

1. Pengertian Hasil Belajar ... 20

2. Kriteria Hasil Belajar ... 21

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

D. KENAMPAKAN ALAM ... 22

E. TEMUAN YANG RELEVAN ... 26

F. PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 28

1. Pengertian ... 28

2. Karakteristik PTK ... 28

G. HIPOTESIS TINDAKAN... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 30

1. Lokasi Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

B. SUBJEK PENELITIAN ... 30

C. METODE DAN DESAIN PENELITIAN ... 31

1. Metode Penelitian ... 31

2. Desain Penelitian ... 32

D. PROSEDUR PENELITIAN ... 34


(7)

iii

F. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 37

1. Teknik Pengolahan Data ... 37

2. Analsis Data ... 39

G. VALIDASI DATA ... 40

1. Member Check ... 40

2. Triangulasi Data ... 41

3. Expert Opinion ... 41

4. Audit Trail ... 42

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN A. PAPARAN DATA AWAL ... 43

1. Paparan Data Aawal Aktivitas Peserta Didik ... 43

2. Paparan Data Awal Kinerja Guru ... 43

3. Paparan Data Hasil Awal ... 44

B. PAPARAN DATA TINDAKAN ... 46

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 46

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 62

C. PAPARAN PENDAPAT PESERTA DIDIK DAN GURU ... 77

D. PEMBAHASAN ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 82

B. SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Tabel Halaman

1.1 Data Awal Hasil Evaluasi belajar 4

2.1 Fase-fase Pembelajaran TPS 16

4.1 Data Awal Hasil Evaluasi Belajar 45

4.2 Aktivitas Peserta Didik pada Siklus I 50

4.3 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I 53

4.4 Rekapitulasi Nilai Siklus I 58

4.8 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus II 65

4.9 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II 71

4.10 Rekapitulasi Nilai Siklus II 73


(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Langkah-langkah PTK ...………... 32 4.1Diagram peningkatan hasil belajar peserta didik ... 60


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan, yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Perubahan kurikulum selama kurun waktu 30 tahun dimulai Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, kurikulum yang disempurnakan dengan pendekatan Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA). Kurikulum 1994, Suplemen Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan Kurikulum Tingkat Satu Pendidikan (KTSP). Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan situasi dan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap sekolah.

Hal tersebut juga mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional yaitu Pasal 3 fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta pasal 25 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten dengan sejarah kerajaannya yang terkenal di tatar sunda. Oleh karena itu berbagai kegiatan sehari-hari, pemerintahan, kebudayaan, keberagamaan, dan lainnya tidak terlepas dari simbol-simbol kerajaan yang sangat khas. Hal-hal tersebut didukung oleh kondisi geografis alam yang sangat elok, pertanian merupakan mata pencaharian utama di Kabupaten ini, hampir 85% penduduknya adalah petani, dan kumpulan-kumpulan lingkung seni yang masih ada namun ternacam punah karena kurang peminat.

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan secara formal mulai dari kelas I sampai kela VI sekolah dasar. Melalui pendidikan PIPS, diharapkan melahirkan generasi penerus bangsa yang menghargai negaranya dan memiliki moral yang sesuai dengan pancasila. Hal tersebut senada dengan pendapat Hanifah (Tim Dosen, 2009:120) yang mengatakan bahwa “mata


(11)

1

pelajaran IPS mempunyai nilai strategis dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini”.

Disadari bahwa pembelajaran IPS pada dasarnya adalah menyadarkan dan mengakrabkan Peserta didik dengan lingkungan kehidupan terdekat, sehingga konsep-konsep yang dibangun berdasarkan kenyataan dilingkungan keseharinya.

Kenyataan dan bukti-bukti tersebut lambat laun mulai pudar di dalam benak masyarakatnya, sehingga terkadang pembelajaran IPS yang seyogyanya mengarahkan dan menyadarkan masyarakatnya untuk menyadari bahwa berbagai kenampakan alam yang ada di setiap daerahmerupakan anugerah Tuhan YME yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya demi kelangsungan ajat hidup orang banyak.

Sebagai salah satu usaha untuk mengkonkretkan konsep Pendidikan IPS tersebut, maka perlu dilaksanakan pembelajaran yang mampu menggambarkan materi ajar dan realitas di lapangan, sehingga Peserta didik yang telah disediakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan mampu memahami dan menjiwai berbagai fenomena daerah setempat sebagai bentuk perwujudan dari keanekaragaman alam yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Peserta didik di daerah SDN Sirnasari yang merupakan deretan daerah pegunungan dari pegunungan Cakrabuana Garut- Majalengka hingga Sumedang dan mayoritas anak petani.Peserta didik hanya mengetahui dilingkungan setempat saja, di sisi lain seyogyanya kesadaran dan pengetahuan ilmiah tentang pemahaman kenampakan alam dipengaruhi oleh kondisi alamnya yang sangat kaya dan berlimpah keanekaragaman alam sekitarnya. Dijumpaiareal persawahan yang sangat luas, sehingga masyarakat setempat memiliki pencaharian sebagai petani dan sebahagian masyarakat yang tidak memiliki sawah pun berprofesi sebagai buruh tani. Hanya sebagian saja yang berprofesi sebagai pekerja ke kota ataukantoran. Kondisi alam yang nampak di sekitar daerah kecamatan dan Kabupaten sumedang yang notabene merupakan daerah tatar sunda memiliki keanekaragaman kawasan alam seperti pesawahan, ladang, dan hutan. Hal ini menjadi cerminan nyata bahwa kondsi alam yang ada dan nampak di daerah SDN Sirnasari sangat penting untuk disadarkan kepada peserta didik, sehingga rasa


(12)

memiliki akan kekayaan alam bisa muncul dengan sendirinya, dengan kata lain diharapkan melalui pembelajaran konsep ajar yang dilaksanakan pada penelitian akan mendorong peserta didik untuk mengenali, memahami, dan kemudian mencintai daerahnya sendiri yang sangat kaya. Alhasil rasa bangga akan daerah sendiri sebagai salah satu tujuan penerbitan kurikulum KTSP bisa terwujud.

Demikian halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN Sirnasari kecamatan jatinunggal Kabupaten Sumedang, dengan KKM 65, setelah dilaksanakan pembelajaran pada semester sebelumnya yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 sebagai gambaran, diperoleh data rata-rata hasil belajar 56 dengan persentase ketuntasan belajar 36% dari 25 orang peserta didik yang ada, dan kegiatan guru dalam melaksanakan KBM masih didominasi oleh metode ceramah. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran selanjutnya .

Berdasarkan hasil refleksi, ternyata ada beberapa penyebab rendahnya hasil belajar tersebut. secara garis besar terletak pada faktor guru yang masih mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah. Sementara Peserta didik dengan karakteristiknya yang heterogen kurang mampu diatasi oleh guru.

Usaha yang dilakukan dalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah dengan menerapkan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), hal ini didasarkan pada latar belakang di atas, dan karakteristik dari model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) yang mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kooperatif antara Peserta didik dengn guru, dan Peserta didik dengan Peserta didik. merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think-Pair-Share(TPS) dapat meningkatkan kemampuan Peserta didik dalam mengingat suatu informasi dan seorang Peserta didik juga dapat belajar dari Peserta didik lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think-Pair-Share(TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua Peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.


(13)

3

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Evaluasi Belajar

No Nama Peserta didik

Nomor Soal

Jml

skor Nilai

Tapsiran

1 2 3 4 5 Tuntas Blm

tuntas

1 AGUS 2 2 1 1 1 7 70 √

2 ALI 1 1 1 1 1 5 50 √

3 ARUL 0 1 1 1 1 4 40 √

4 ASEP 1 1 1 2 0 5 50 √

5 CECEP 2 1 1 2 1 7 70 √

6 CUCU 2 2 2 1 1 8 80 √

7 DADAN 2 2 1 1 1 7 70 √

8 DIKI N. 1 2 1 1 0 5 50 √

9 DIKI P. 1 1 1 1 1 5 50 √

10 HALWA 2 2 2 1 1 8 80 √

11 HASAN 2 1 1 2 1 7 70 √

12 HENI 1 2 1 1 1 5 50 √

13 IKHSAN 1 1 1 1 0 4 40 √

14 JAJI 2 2 1 1 1 7 70 √

15 LELI 1 1 1 2 0 5 50 √

16 MUHTAR 1 1 1 1 0 4 40 √

17 MUMUH 1 2 1 2 1 7 70 √

18 NIDA 1 1 2 1 0 5 50 √

19 NOVI 1 2 2 2 1 8 80 √

20 NURAFIFAH 1 1 1 2 0 5 50 √

21 RINA SITI N 1 1 2 1 0 5 50 √

22 RINI 1 1 2 1 0 5 50 √

23 RISMA 1 1 1 1 1 5 50 √

24 TETEN 2 1 1 1 0 4 40 √

25 YOGA 1 1 1 1 0 4 40 √

Jumlah 31 33 31 32 15 142

Persentase (%) 36% 64%

Rata-rata 50,66

*keterangan:

 Skor maksimal adalah 2


(14)

Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru Peserta didik dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).Sehingga Peserta didik diperkirakan akan mulai menyadari bahwa berbagai kenampakan alam yang ada erat kaitannya dengan berbagai keragaman sosial dan budaya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilaksanakan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Model Kooperatif TipeTHINK-PAIR-SHARE (TPS) dalam Pendidikan IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik tentang Kenampakan Alam.(Penelitian pada Peserta didik kelas IV SDN Sirnasari Desa Sirnasari kec. Jatinunggal kab. Sumedang)

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimnan perencanaan pembelajaran Pendidikan IPS dengan model kooperatif tipeThink-Pair-Share(TPS) dalam upaya ningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam di kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan IPS Dengan Penerapan model kooperatif tipeThink-Pair-Share(TPS) dalam upaya ningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

1) Bagaimana kinerja guru didalam pembelajaran Pendidikan IPS dengan penerapan model kooperatif tipeThink-Pair-Share(TPS) dalam upaya ningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

2) Bagaimana aktivitas Peserta didik dalam pembelajaran pendidikan IPS dengan penerapan model kooperatif tipethink-pair-share (TPS) dalam


(15)

5

upaya ningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran Pendidikan IPS pada materi Kenampakan Alam di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang menggunakan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share(TPS) ?

2. Pemecahan masalah

Bedasarkan hasil observasi lapagan diperoleh gambaran, bahwa hasil belahar IPS tentang Kenampakan Alam di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang 64% masih berada di bawah KKM. Kondisi ini diakibatkan karena antara guru dan Peserta didik belum menemukan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran interaktif yang kondusif. Guru masih mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah, sisiwa yang sangat heterogen masih belum terkuasai oleh guru.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut, makaperlu adanya inovasi dalam pembelajaran pendidikan IPS dengan menggunakan metode baru yag mampu merangsang Peserta didik untuk mau dan mampu belajar dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditargetkan. Agar Peserta didik dapat memahami materi tentang kenampakan alam, perlu suasana dan lingkungan yang mendukung serta dapat memberi inspirasi kepada mereka. Untuk keperluan tersebut, guru mengajak peserta didik belajar secara aktip, berpikir, berdiskusi dengan teman sebangku dan yang lainnya atau lebih tepatnya dengan Model Kooperatif Tipe Thing-pair-share(TPS), agar peserta didik lebih hidup dalam aktifitas belajar dan dapat lebih memahami konsep yang telah ditargetkan. Hal ini didasarkan pada teori yang mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan mengajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi (Howard, 1999; Weinbrenner, 2001 dalam Mukti & Sayekti, 2003).


(16)

Sementara itu (Lie : 2004) menyatakan bahwa:

Think-Pair-Share(TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan Peserta didik dalam mengingat suatu informasi dan seorang Peserta didik juga dapat belajar dari Peserta didik lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think-Pair-Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua Peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think-Pair-Share(TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru Peserta didik dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Bagi guru, asumsi Peserta didik mengenai Model Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS) dapat dijadikan peluang yang baik, karena Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) bisa saja diaplikasikan sebagai model mengajar. Jika hal ini dilakukan, berarti guru telah memodifikasi salah satu unsur dari lima unsur kegiatan mengajar yaitu modifikasi lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli yang mengatakan bahwa guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan mengajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi (Howard, 1999; Weinbrenner, 2001 dalam Mukti & Sayekti, 2003).

Lebih lanjut para ahli tersebut berpendapat bahwa iklim belajar di kelas merupakan faktor yang berpengaruh langsung pada gaya belajar dan minat Peserta didik. Sikap gurulah yang sangat menentukan iklim di dalam kelas. Lingkungan belajar yang sesuai adalah mengandung kebebasan memilih dalam satu disiplin; kesempatan untuk mempraktikkan kreativitas; interaksi kelompok; kemandirian dalam belajar; kompleksitas pemikiran; keterbukaan terhadap ide; mobilitas gerak; menerima opini; dan merentangkan belajar hingga ke luar ruang kelas.

Target yang ingin dicapai dari penggunaan model TPS dalam pembelajaran PIPS materi kenampakan alam di lingkungan kabupaten sumedang serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya adalah sebagai berikut.


(17)

7

a. Proses

Target yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran mengguakan model TPS diantaranya adalah:

1) Kinerja Guru

Guru dapat memperoleh ≥3 dari pencapaian indikator pada aspek merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2) Kinerja Peserta didik

a) Minimal 80% peserta didik dapat mengikuti proses TPS sesuai dengan prosedur.

b) Peserta didik mampu mengelola ide dan pikirannya dalam belajar dari proses pembelajaran TPS dalam pebelajaran PIPS.

b. Hasil

Hasil yang ditargetkan dalam penelitian ini dalah 80% peserta didik dapat memahami materi pembelajaran PIPS materi kenampakan alam di lingkungan kabupaten sumedang serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya dengan tuntas.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui perencanaan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi keragaman kenampakan alam serta hubungannya dengan sosial budayadi kelas IV SDN Sirnasari kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang. b. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan Model Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS)dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi keragaman kenampakan alam serta hubungannya dengan sosial budayadi kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.


(18)

1) Untuk mengetahui kinerja guru dalam dalam pembelajaran dengan penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi keragaman kenampakan alam serta hubungannya dengan sosial budayadi kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

2) Untuk mengetahui aktivitas Peserta didik dalam pembelajaran dengan penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi keragaman kenampakan alam serta hubungannya dengan sosial budayadi kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

c. Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran pendidikan IPS pada materi Kenampakan Alam Di Kelas IV SDN Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang menggunakan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS).

2. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan penelitian tindakan Kelas ini maka manfaat yang diperoleh dari menggunakan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) adalah : a. Bagi Peserta didik

1) Agar Peserta didik sadar akan pentingnya menjaga alam sekitar, tau pencegahannya.

2) Membantu Peserta didik dalam memahami alam sekitar. 3) Meningkatkan prestasi belajar Peserta didik

4) Menumbuhkan sikap kreatif dan kritis pada Peserta didik

b. Bagi Guru

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru, khususnya bagi guru kelas IV SD dalam pembelajaran kenampakan alam.


(19)

9

b. MenggunakanModel Kooperatif Tipe Thing-pair-share (TPS), menambah wawasan bagi guru

c. Bagi Sekolah

Menigkatkan prestasi bagi Peserta didik dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan SDN Sirnasari.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi aktual tentang efektifitas Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)dalam memecahkan masalah penelitian.

Degan demikian manfaat dari penelitian yang akan dilaksanakan, diharapakan Peserta didik mampu memahami konsep keragaman sosial dan budaya berdasarkan kenampakan alam.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, berikuti ini penulis menjelaskan secara oprasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya.

1. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam memahami materi kenampakan alam.

2. Modelpembelajaran, dimaksudkan sebagai pola interaksi dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran (Maulana, 2008:89).

3. Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan

keuntungan besar. Think-Pair-Share(TPS) dapat meningkatkan kemampuan Peserta didik dalam mengingat suatu informasi dan seorang Peserta didik juga dapat belajar dari Peserta didik lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think-Pair-Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua Peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think-Pair-Share(TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu


(20)

thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru Peserta didik dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru. (Lie, 2004)

4. Hasil belajar, adalah kemampuan yang dimiliki Peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Sudjana (Dedy 2009).

5. Kenampakan Alam adalah segala sesuatu di alam atau segala sesuatu di atas bumi yang menampakkan diri atau menunjukkan diri kepada kita. Hisnu,( 2008:24).


(21)

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi dilaksankaannya pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan IPS ini adalah dikelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa ditemukan masih rendahnya hasil belajar PIPS di SD ini.

Selain itu letaknya yang strategis, sarana dan prasaran yang mampu menunjang KBM, serta jumlah peserta didik yang memadai sehingga peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas di sekolah ini.

2. Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah selama kurun waktu 5 bulan yaitu mulai bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Peserta didik kelas IV SDN Sirnasari, berjumlah 25 Peserta didik yang terdiri dari laki-laki 15 orang dan 10 perempuan. dengan objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar Peserta didik pada pemahaman kenampakan alam Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajran PIPS masih terkonsentrasi di bawah criteria cukup.

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar PIPS pada peserta didik kelas IV SDN Sirnasari. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada penelitian awal.

Dari hasil penelitian awal, dengan KKM 65, setelah dilaksanakan pembelajaran pada semester sebelumnya yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 sebagai gambaran, diperoleh data rata-rata hasil belajar 56 dengan persentase ketuntasan belajar 36% dari 25 orang peserta didik yang ada, dan kegiatan guru dalam melaksanakan KBM masih didominasi oleh metode


(22)

ceramah. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran selanjutnya .

C.

Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), artinya bentuk penelitian tindakan seting kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam terminologi bahasa Inggris lazim disebut (Classroom Action Research) yaitu bentuk penelitian yang bercirikan pada kegiatan partisipatif dan kolaboratif.

Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat kerjasama antara peneliti sebagai guru kelas dan guru lain sebagai observer. Pendekatan ini diciptakan untuk menciptakan adanya hubungan kerja kesejawatan. Sedangkan Penelitian Tindakan Kelas partisipatif merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya melibatkan guru kelas.

Menurut Supardi (Arikunto, dkk 2008:104) „Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan

langsung oleh guru yang bersangkutan‟.

Selanjutnya Arikunto (2008:3) mengemukakan bahwa “PTK merupakan suatu perencanaan terhadap keiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunulkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara ersama.”

Berdasar pada pendapat-pendapat mengenai PTK di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas yang bertuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Dari hal di atas diketahui bahwa fokus kajian dalam PTK yaitu permasalahan yang bersifat praktis dalam proses pembelajaran di kelas yang meliputi aktivitas peserta didik, diantaranya yaitu meliputi pengelolaan kelas yang lurang efektif, meia pembelaharan yang kurang menunjang, metode dan strategi pembelajaran yang masih konvensional atau ealuasi yang kurang relevan.


(23)

32

Oleh karena itu, kajian dalam penelitian ini adalah praktik pembelajaran dengan fokus pada penggunaan model pembelajaran, yaitu model kooperatif tipe Think- Phare -Shere (TPS).

2. Desain Penelitian

Dalam perbaikan pembelajaran melalui PTK ini peneliti menggunakan model spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan MC. Tagarat (1998), yaitu siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan.

Model spiral ini meliputi rencanan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Moldel yang dikembangkan oleh kemis dan MC. Tagarat tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1.

Langkah-langkah Penelitian Tindakan kelas

(Bagan metode Spiral menurut Stepphen Kemmis dan MC. Tagarat (Suyanto, 1997:27)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut.

a. Plan (merencanakan)

Lagkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Sehingga berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan mampu terselenggara secara terarah.


(24)

Suhardjono (Arikunto 2008:75) meyatakan bahwa „tahapan perencanaan berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan‟.

Secara rinci Suhardjono (Arikunto, 2008: 75-76) menguraikan bahwa tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang diteliti

2) Menetapkan alasan mengapa penelitian itu dilaksanakan, yang akan melatarbelakangi PTK.

3) Merumuskan masalah secara jelas.

4) Menetapkan tindakan yang akan dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah.

5) Menentukan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data penelitian.

6) Membuat secara rinci rancangan tindakan.

7) Membuat rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Act (Tindakan)

Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dari rencana yang dibuat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan.

Dalam pelaksanaannya, praktisi melaksanakan setiap langkah kegiatan pembelajaran sesuai denga prosedur yang telah dibuat dalam RPP.

c. Observe (Mengmati)

Mengamati merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian rencana dalam suatu tindakan.

Suhardjono (Arikunto, 2008:78) mengemukakan mengenai observasi sebagai berikut.

Tahapan ini sebenarnya berjalan bersama dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jdi keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjaid selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

d. Reflect (Refleksi)

Refleksi merupakan suatu kegiatan untuk melihat/merenungkan kembali apa yang telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar peserta didik.


(25)

34

Dengan refleksi, peneliti dapat engenal kekuatan dan kelemahan tindakan yang dilakukan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran melalui PTK ini berbentuk suatu siklus yang berkelanjutan.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan adanya perubahan yang ingin dicapai. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model Think- Pair- Share (TPS).

Selama proses penelitian, penulis bertindak sebagai observer dimana teman sejawat bertindak sebagai pengajar. Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik, maka dilaksanakan evaluasi dengan menggunakan alat tes pilihan ganda.

Secara rinci prosedur penelitian dilaksanakan dari satu tahap ke tahap berikutnya sampai tahap refleksi sebagai berikut.

1. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini mengau pada tahap perencanaan desain penelitian. Langkah-lagkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

a. Mengkomunikasikan perihal praktis pelaksanaan siklus kepaa guru yang akan membawakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, yaitu pembelajaran PIPS tentang kenampakan alam menggunakan model kooperatif tipe TPS.

b. Menentukan indikator keberhasilan penerapan tindakanpada kinerja gru dan aktivitas serta eran serta peserta didik dalam pembelajaran.

c. Menyusun langka-langkah pembelajaran.

d. Mempersiapkan berbagai fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran.

e. Mempersiapkan istrumen penelitian yang diperlukan selama penelitian dilaksanakan.


(26)

2. Pelaksanaan tindakan

Dalam pelaksanaan penelitian ini, praktisi yang diambil dari teman sejawat melaksanakan proses pembelajaran denga menggunakan Rencana pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati berbagai aktivitas guru dan peserta didik.

Pada intinya, tahap kedua ini merupakan implementasi dari rancangan tindakan yang dibuat. Guru praktisi melaksanakan setiap langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan dalam RPP. Hal yang penting dalam penelitian ini yaitu praktisi harus ingat dan berusaha menanti apa yang telah dirumuskan dalam RPP tersebut, tetapi harus berlangsung wajar dan tidak dibuat-buat.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan. Adapun objek penelitian dalam penelitianini adalah keseluruhan aktiitas peserta didik dan guru.

Adapun secara rinci hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu: a.Urutan langkah-langkah pelaksanaan KBM.

b.Keakifan guru dalam megelola KBM di dalam kelas. c.Cara mengelola peserta didik dan kas.

d.Memberikan motivasi di depan kelas.

e.Membimbing peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran melalui peggunaan model koopertif tipe TPS.

f. Mengarahkan iswa untuk menjalani proses pembelajarn dengan tahapan Think, Pair dan share.

g.Menyimpulkan hasil pembelajaran.

Dalam pelaksanaan observasi, dibantu oleh teman sejawat dua orang. Observer tersbut tidak lain adalah peneliti sendiri dan satu orang lagi teman sejawat yang diminta untuk membantu proses penelitian ini.


(27)

36

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi peneliti bertindak sebagai observer melakukan dialog dengan guru praktisi untuk mendiskusikan berbagai data temuan dalam penelitian. Sehingga peneliti sebagai observer sekaligus sebagai pembuat perencanaan penelit dapat dengan mudah menemukenali berbagai kekurangan an kelebihan dalam penelitian yang dilaksanakan.

Tahap refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi atau penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi ini merupakan bagian yang amat penting, sebab pada tahpan ini data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis, di interpretasikan atau diberi makna sehingga dapat mengetahui sejauhmana hasil yang diperoleh dari tindakan pembelajaran yang kita laksanakan, apakah materi bisa dilanjutkan atau perlu diadakan perbaikan.

Dalam tahap refleksi ini, peneliti mengadakan diskusi dengan observer tentang hasil tindakan pada akhir tindakan. Diskusi ini dilaksanakan berdasarkan hasil pencatatan observasi langsung secara cermat terhadap pelaksanaan tindakan, hasilnya kemudian direfleksi. Apabila hasil refleksi yang diperoleh disepakati, selanjutnya hasil refleksi tersebut dijadikan acuan untuk pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Wiraatmadja, (2006:a,b).

E. Instrumen Pengumpulan Data

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah observasi. Wiriaatmadja (2006:104) menyatakan bahwa “Observasi adalah

tindakan yang merupakan penafsiran dari teori.”

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pedoman observasi

Wiriaatmadja (2006:104) menyatakan bahwa “ Observasi adalah tindakan


(28)

Pedoman observasi digunakan untuk merekam data dan hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas peserta didik yang dirahkan selama pembelajaran IPS materi Kenampakan alam dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Pedoman wawancara pada penelitian ini terlampir.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen yang digunakan pada teknikpengumpulan data melalui kegiatan wawancara (interview). Esterberg (Sugiyono, 2005:72) mendefinisikan „Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu.‟

Sesuai dengan definisi di atas, pedoman wawancara digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dari guru dan peserta didik tentang temuan-temuan yang diperoleh pada proses pembelajaran, baik sebelum, ketika maupun setelah digunakannya model kooperatif tipe TPS. Pedoman wawancara pada penelitian ini terlampir.

3. Tes Tertulis

Tes tertulis yang digunakan berupa soal isian yang jumlahnya disesuaikan. Soal-soal tersebut harus dikerjakan oleh peserta didik secara individual. Tes yang dilakukan untuk mengukur dan mengatahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi kenampakan alam adalah tes tertulis. Instrument yang digunakan yaitu berupa soal isian yang jumlahnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang inigin dicapai.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan tindakan atau data proses yang meliputi kinerja guru dan aktivitas peserta didik dan data hasil pembelajaran. Data yang dimaksud berupa deskripsi proses pembelajran Pendidikan IPS pada materi Kenampakan alam dengan menggunakan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).. Data pelaksanaan tindakan ini


(29)

38

diperoleh melalui teknik observasi dan wawancara. Sedangkan data hasil belajar peserta didik diperoleh dari teknik tes tertulis dengan menggunakan instrument format penilaian dan soal isian.

Teknik yang digunakan untuk mengolah data pelaksanaan tindakan adalah pendekatan kuantitatif yang nantinya akan menghasilkan data deskriptif. Caranya yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari observasi, angket, dan wawancara yang kemudian dideskripsikan brupa uraian.

a. Teknik pengolahan data proses

Teknik pengolahan untuk data proses pada kenerja guru dan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut.

1). Kinerja guru

Nilai pada kinerja guru diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah skor yang diperoleh dengan banyaknya poin yang menjadi penilaian. Misalkan jumlah skor yang diperoleh adalah 50 sedangkan jumlah poin yang menjadi penilaian ada 10, maka:

2) Aktivitas peserta didik

Pada kenerja peserta didik yang dinilai adalah kerjasama dan interaksi dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).

Hasil akhir yang diperoleh pada perhitungan data proses aktivitas peserta didik ini berupa prosentase jumlah skor seluruh peserta didik pada aspek kerjasama, keseriusan dan keterampilan. Target yang ingin dicapai dalam aktivitas peserta didik ini adalah: 80% peserta didik dapat bekerja sama dengan baik ketika belajar, 80% peserta didik serius ketika belajar, dan 80% peserta didik mampu melaksanakan susunan proses pembelajaran berbasis model Think-Pair-Share (TPS). Hasil berupa presentasi tersebut diperoleh dengan cara tiap skor pada masing-masing aspek penilaian dijumlahkan, lalu jumlah skor dikali 100, lalu dibagi jumlah peserta didik. Untuk lebih jelasnya rumus tersebut adalah sebagai berikut.


(30)

Pendekatan yang digunakan untuk mengolah data pelaksanaan tindakan adalah pendekatan kualitatif yang nantinya akan menghasilkan data deskripsi. Caranya yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh kemudian dideskripsikan ke dalam uraian.

3. Teknik pengolahan data hasil

Jumlah soal pada tes tertulis untuk mengatahui hasil pembelajaran pada penelitian ini ada 10 soal. Tiap soal diberi skor 10 jika dijawab dengan benar. Jadi untuk memperoleh nilai akhir adalah dengan cara menjumlahkan skor. Jadi, rumusnya adalah sebagai berikut.

Nilai akhir = jumlah skor

Pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 80% peserta didik dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. KKM pada mata pelajaran IPS Materi Kenampakan alam di SDN Sirnasari adalah sebagai berikut.

2. Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Menurut Bogdan (dalam

Sugiyono, 2005:88) menyatakan „Analisis data adalah proses menyeleksi, menyerderhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK‟.

Analisis data dilakukan setelah implementasi suatu tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam sutu siklus PTK sebagai keseluruhan.

Analisis data dilakaukan melalui tiga tahap, yaitu reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2005:91)


(31)

40

1. Reduction/Reduksi data

Proses reduksi data dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan, dan mentransformasikan data yang telah diperoleh. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal tentang nateri Kenampakan alam dan tindakan apa yang dilakukan untuk perbaikan kesalahan tersebut.

2. Data display/Paparan data

Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam tabel frekuensi ataupun grafik, dan sebagainya.

3. Verification/Penyimpulan data

Penyimpulan data adalah proses pengambilan intisari dari data yang sudah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengadung pengertian yang luas. Penarikan kesimpulan untuk mengetahui persentase hasil belajar peserta didik sebagai hasil pengukuran ketuntasan kompetensi peserta didik yang telah ditetapkan oleh SD Negeri Sirnasari, yaitu 60.

G. Validasi Data

Sugiyono (2005:117) mengungkapkan bahwa “Validitas merupakan derajat perbedaan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa validitas data merupakan suatu cara untuk mengatahui kesesuaian data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesunguhnya pada objek penelitian.

Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan teknik member check, triangulasi, audit trail, dan expert opinion.

1. Member Check

Menurut Wiriaatmadja (2005:168) “Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber.”


(32)

Fungsi member ceheck untuk mencari keabsahan yaitu dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasidata yang diperoleh dengan cara mengkonfirmasikan dengan sujek peneliti mapun sumber lain yang berkompeten seperti guru kelas IV melalui diskusi. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan hasil penemuan kepada guru dan peserta didik, kemudian guru dan peserta didik memberi tanggapan, sangahan, atau informasi. Peneliti mengambil data yang benar dengan derajat kepalidan yang tepat.

2. Triangulasi

Menurut Wiriaatmadja (2005:168) “Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang muncul dengan

membandingkan dengan hasil orang lain.”

Triangulasi merupakan pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan kebenaran data yang diperoleh sumber lain,yaitu gurudan peserta didik. Dalam kegiata triangulasi peneliti melakuakan kegiatan wawancara. Tujuan menggunaan triangulasi untuk menndapatkan gambaran tentang persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif Tife TPS. Hasil triangulasi kemudian dujabarkan dalam bentuk catatan lapangan.

3. Expert opinion

Menurut Wiriaatmadja (2005:171) “Expert opinion merupakan pengecekan tahap akhir terhadap kesahihan data temuan yang dilakukan

dengan meminta nasihat kepada pakar.”

Pada penelitian ini peneliti mengkonsultasikan temuan-temuan yang diperoleh untuk mendapatkan arahan, bimbngan dan saran-saran sehingga data yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya. Dalam rangka pengecekan terakhir terhadap kesahihan data hasil temuan selama penelitian berlangsung, peneliti mengkonsultasikan temuan tersebut kepada pakar atau ahli yang dalam hal ini yaitu pembimbung/dosen.


(33)

42

4. Audit trail

Audit trail adalah cara pemeriksaan keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi dalam hal ini orang yang ahli dalam memahami permasalahan serta menguasai metode peneliti seperti pembimbing, guru PIPS lainnya. Audit trailbertujuan untuk mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data yang diperoleh. Peneliti melakukan audit trail dengan cara mendidkusikannya dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuian, keterampilan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan secara umum dapat disimpulkan bahwa “penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) dalam pendidikan IPS mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya. Secara khusus lebih terperinci dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PIPS materi tentang kenampakan alam serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran. Pada tahap perencanaan didalamnya meliputi menentukan tujuan, menetapkan indikator-indikator keberhasilan pembelajaran, penyusunan RPP, pembuatan LKS, menyiapkan media pembelajaran, mengembangkan instrumen serta penentuan cara pembentukan kelompok berpasangan. Pada pembentukan kelompok dituntut untuk memahami kondisi dan karakteristik setiap peserta didik sebagai dasar untuk pembagian kelompok berpasangan.

2. Pada tahap pelaksanaan guru membimbing peserta didik melaksanakan langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) yang pada intinya guru mengkonsentrasikan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan disajikan lewat vidio. Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang sebelumnya sudah disampaikan untuk dipikirkan secara individu dengan cara menuliskan pemikiran masing-masing. Peserta didik berdiskusi secara berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing ,setelah beberapa menit kemudian setiap pasangan kembali pada kelompoknya. Pada tahap ini dilengkapi pula dengan pengisian LKS untuk dikerjakan secara kelompok. Dalam pase ini guru dituntut untuk


(35)

83

membimbing tiap-tiap kelompok diskusi dengan memberikan penjelasan tentang tata cara pengisian LKS. Pada tahap sharing guru menyuruh tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya pada kelompok yang lain. Pada tahap ini guru memotivasi tiap-tiap kelompok agar mampu memprersentasikan hasil diskusinya dengan cara guru memberikan hadiah kepada kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan benar. Tahap akhir diskusi guru bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan membahas jawaban dari semua pertanyaan yang ada pada LKS. Selanjutnya guru mengadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan di siklus I, diperoleh bahwa indikator pencapain kinerja guru baru sebesar 75%. Hal itu dikarenakan guru belum mampu melakukan sepenuhnya langkah-langkah penerapan kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing. Sedangkan pada siklus II guru mampu memperoleh nilai pencapaian indikator pada kinerja guru asfek pelaksanaan pembelajaran sebesar 98%, nilai ini melebihi target yang ditentukan penulis yaitu 80%. Pencapaian ini disebabkan karena guru sudah melakukan sepenuhnya langkah-langkah penerapan kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing.

3. Hasil pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan peserta didik yang telah tuntas atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Pada siklus I peserta didik yang telah mencapai KKM sebanyak 18 peserta didik (72%). Jadi sepada siklus I sudah mengalami peningkatan dari sebelum dilaksanakan tindakan, yaitu sebanyak 9 peserta didik (36%). Pada siklus II peserta didik yang mencapai KKM meningkat lagi menjadi 23 peserta didik (92%).

Berdasarkan gambaran hasil tersebut, membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS materi kenampakan alam serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya yang dilaksanakan dengan model Think-Pairing-Sharingdapat menngkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.


(36)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas mengenai penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) dalam pendidikan IPS yaitu tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya, penulis dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Keberhasilan penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing(TPS) tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik, dengan demikian diharapkan model tersebut tetap digunakan dan dapat lebih dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.

b. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan secara optimal guru hendaknya berusaha untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik dengan cara memfasilitasi pengalaman belajar peserta didik dan mendampinginya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.

2. Untuk Siswa

a. Dalam model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) siswa harus lebih dapat bekerjasama dalam kelompok dan pasangannya dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab individu dengan sebaik-baiknya. Maka hendaknya peserta didik memiliki kesadaran dalam diri masing-masing untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

b. Dengan diberikannya materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya diharapkan peserta didik lebih mencintai lingkungan alam sekitarnya dan dapat lebih menyadari dan menghargai adanya keragaman sosial budaya di Indonesia.

3. Untuk Lembaga

Seiring dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pimpinan di SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang hendaknya dapat lebih terbuka dan dapatlebih memfasilitasi terhadap inovasi


(37)

85

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan mutu pendidikan.

4. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi penelitian lainnya yang berkaitan dengan pengembangan dalam penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) untuk meningkatkan hasil pembelajaran.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta. Bumi Aksara.

Dedei. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [online].Tersedia; http//techonly13.wordpresscom.

Djuweni. (2005). Penelitian Tindakan Kelas.makalh disajikan dalam acara peningkatan profesionalisme guru, DIKDA kota Blitar, SMP/SMA sekota Blitar. Maget 2005

Effendi, dkk. (2009). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung:Cv Yusindo Multi Asfek

Herry, A. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Hisnu P. Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD/MI. Jakarta (Pusbuk Diknas).

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pasca Sarjana UNESA: University Press.

Ibrahim. 2000. Model-model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Gramedia

Jeperis. (2009). Desain Penelitian Kualitatif. http: [Jeperis.wordpres[13. November 2012

Joice, Weil dan Calhaun. (2009). Model-Model Pengajaran. Jakarta: Pustaka pelajar

M. Muhtar. (2004). Pengembangan kemampuan Berpikir dan Nilai dalam PIPS. Disertasi fakultas pascasarjana IKIP. Bandung.

Maulana (2008). Model Pembelajaran Inquiry Training. Bandung: Pustaka Setia

Maulana. (2008). Memahami hakikat, variabel dan instrumen pendiidkan dengan benar.:Lear2Live „n Live2learn Bandung.

Muhammad Undang, Dr. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Pustaka.

Mukti, A. & Sayekti, A. (2003). Pengajaran Berdiferensiasi: Suatu Pendekatan Unruk Anak Berbakat. Majalah gerbang Edisi 4 tahun II Oktober 2003, Hlaman 36-38


(39)

87

Muslimin, dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press

Nur, M. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan : Jawa Timur

Nurchasanah & Harjono.(2005). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Sebagai Upaya Memaksimalkan Implementasi KBK 2004 Pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas X SMAN 5 Semarang. (Artikel Penelitian). FMIPA UNNES : Semarang

Slavin, R.E.(2008). Cooperative Learning. (Teori, Riset dan Praktik). Nusa Media : Bandung

Somantri (2001). Menggagas Pembaharuan pendidikan IPS. Bandung. PT. Remaja Rsda Karya.

Suarna et al. (2006). Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis menyiapkan pendidikan Propesional. Yogyakarta: Tira wacana.

Sudjana, N. (1991). Dasar-dasar proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian. Bandung. Alfabeta

Sugiyono.( 2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. (2005). Landasan Fisikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Rosada Karya

Sunarto (2009). Pengertian Hasil Belajar

(http//.Sunartombs.wordpress.com.diakses pada tanggal Juli 20011).

Tabrani R. Dan Hamidjaya. (1995). Profesionalisme tenaga Pendidikan. Bandung: NineKarya Jaya

Tim Dosen (2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI.

Tim Dosen (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang. UPI.an Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto (2007). Model-model Pembelajan Inofatif. Jakarta: Prestasi Pustaka


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan secara umum dapat disimpulkan bahwa “penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) dalam pendidikan IPS mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya. Secara khusus lebih terperinci dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PIPS materi tentang kenampakan alam serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran. Pada tahap perencanaan didalamnya meliputi menentukan tujuan, menetapkan indikator-indikator keberhasilan pembelajaran, penyusunan RPP, pembuatan LKS, menyiapkan media pembelajaran, mengembangkan instrumen serta penentuan cara pembentukan kelompok berpasangan. Pada pembentukan kelompok dituntut untuk memahami kondisi dan karakteristik setiap peserta didik sebagai dasar untuk pembagian kelompok berpasangan.

2. Pada tahap pelaksanaan guru membimbing peserta didik melaksanakan langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) yang pada intinya guru mengkonsentrasikan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan disajikan lewat vidio. Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang sebelumnya sudah disampaikan untuk dipikirkan secara individu dengan cara menuliskan pemikiran masing-masing. Peserta didik berdiskusi secara berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing ,setelah beberapa menit kemudian setiap pasangan


(2)

membimbing tiap-tiap kelompok diskusi dengan memberikan penjelasan tentang tata cara pengisian LKS. Pada tahap sharing guru menyuruh tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya pada kelompok yang lain. Pada tahap ini guru memotivasi tiap-tiap kelompok agar mampu memprersentasikan hasil diskusinya dengan cara guru memberikan hadiah kepada kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan benar. Tahap akhir diskusi guru bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan membahas jawaban dari semua pertanyaan yang ada pada LKS. Selanjutnya guru mengadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan di siklus I, diperoleh bahwa indikator pencapain kinerja guru baru sebesar 75%. Hal itu dikarenakan guru belum mampu melakukan sepenuhnya langkah-langkah penerapan kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing. Sedangkan pada siklus II guru mampu memperoleh nilai pencapaian indikator pada kinerja guru asfek pelaksanaan pembelajaran sebesar 98%, nilai ini melebihi target yang ditentukan penulis yaitu 80%. Pencapaian ini disebabkan karena guru sudah melakukan sepenuhnya langkah-langkah penerapan kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing.

3. Hasil pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan peserta didik yang telah tuntas atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Pada siklus I peserta didik yang telah mencapai KKM sebanyak 18 peserta didik (72%). Jadi sepada siklus I sudah mengalami peningkatan dari sebelum dilaksanakan tindakan, yaitu sebanyak 9 peserta didik (36%). Pada siklus II peserta didik yang mencapai KKM meningkat lagi menjadi 23 peserta didik (92%).

Berdasarkan gambaran hasil tersebut, membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS materi kenampakan alam serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya yang dilaksanakan dengan model Think-Pairing-Sharingdapat menngkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.


(3)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas mengenai penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) dalam pendidikan IPS yaitu tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya, penulis dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Keberhasilan penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing(TPS) tentang materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik, dengan demikian diharapkan model tersebut tetap digunakan dan dapat lebih dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.

b. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan secara optimal guru hendaknya berusaha untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik dengan cara memfasilitasi pengalaman belajar peserta didik dan mendampinginya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.

2. Untuk Siswa

a. Dalam model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) siswa harus lebih dapat bekerjasama dalam kelompok dan pasangannya dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab individu dengan sebaik-baiknya. Maka hendaknya peserta didik memiliki kesadaran dalam diri masing-masing untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

b. Dengan diberikannya materi kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya diharapkan peserta didik lebih mencintai lingkungan alam sekitarnya dan dapat lebih menyadari dan menghargai adanya keragaman sosial budaya di Indonesia.

3. Untuk Lembaga

Seiring dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pimpinan di SD Negeri Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang


(4)

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan mutu pendidikan.

4. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi penelitian lainnya yang berkaitan dengan pengembangan dalam penerapan model kooperatif tipe Think-Pairing-Sharing (TPS) untuk meningkatkan hasil pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta. Bumi Aksara.

Dedei. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [online].Tersedia;

http//techonly13.wordpresscom.

Djuweni. (2005). Penelitian Tindakan Kelas.makalh disajikan dalam acara peningkatan profesionalisme guru, DIKDA kota Blitar, SMP/SMA sekota Blitar. Maget 2005

Effendi, dkk. (2009). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung:Cv Yusindo Multi Asfek

Herry, A. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Hisnu P. Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD/MI. Jakarta (Pusbuk Diknas).

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pasca Sarjana UNESA: University Press.

Ibrahim. 2000. Model-model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Gramedia

Jeperis. (2009). Desain Penelitian Kualitatif. http: [Jeperis.wordpres[13. November 2012

Joice, Weil dan Calhaun. (2009). Model-Model Pengajaran. Jakarta: Pustaka pelajar

M. Muhtar. (2004). Pengembangan kemampuan Berpikir dan Nilai dalam PIPS. Disertasi fakultas pascasarjana IKIP. Bandung.

Maulana (2008). Model Pembelajaran Inquiry Training. Bandung: Pustaka Setia Maulana. (2008). Memahami hakikat, variabel dan instrumen pendiidkan dengan

benar.:Lear2Live „n Live2learn Bandung.


(6)

Muslimin, dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press Nur, M. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan :

Jawa Timur

Nurchasanah & Harjono.(2005). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Sebagai Upaya Memaksimalkan Implementasi KBK 2004 Pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas X SMAN 5 Semarang. (Artikel Penelitian). FMIPA UNNES : Semarang

Slavin, R.E.(2008). Cooperative Learning. (Teori, Riset dan Praktik). Nusa Media : Bandung

Somantri (2001). Menggagas Pembaharuan pendidikan IPS. Bandung. PT. Remaja Rsda Karya.

Suarna et al. (2006). Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis menyiapkan pendidikan Propesional. Yogyakarta: Tira wacana.

Sudjana, N. (1991). Dasar-dasar proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian. Bandung. Alfabeta

Sugiyono.( 2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. (2005). Landasan Fisikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Rosada Karya

Sunarto (2009). Pengertian Hasil Belajar

(http//.Sunartombs.wordpress.com.diakses pada tanggal Juli 20011). Tabrani R. Dan Hamidjaya. (1995). Profesionalisme tenaga Pendidikan.

Bandung: NineKarya Jaya

Tim Dosen (2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI. Tim Dosen (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang.

UPI.an Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto (2007). Model-model Pembelajan Inofatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Wiriaatmadja. (2005). Metode Peneltian Tindakan Kelas. Bandung; Rosda Karya


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 RUKTI HARJO

1 12 61

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA PADA Penerapan model think pair share (tps) untuk meningkatkan keaktifan belajar ipa pada siswa kelas iv sd negeri 2 sugihmanik kecamatan tanggungharjo kabupaten grobo

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri 1 Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Poko

0 0 27

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS TENTANG KOPERASI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang).

0 1 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR

0 0 11

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE

0 1 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD 3 JOJO MEJOBO KUDUS

0 0 170