PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS TENTANG KOPERASI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang).

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh NURHAYATI

0811575

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS TENTANG KOPERASI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang)

Oleh NURHAYATI

0811575

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Drs. Dadan Djuanda, M.Pd NIP. 196311081988031001

Pembimbing II

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd NIP. 195606021981111001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(3)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan IPS tentang Koperasi (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang) ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Januari 2013 Yang membuat pernyataan

NURHAYATI 0811575


(4)

i DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Batasan Istilah ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPS di SD ... 13

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13

2. Pembelajaran IPS di SD ... 13

3. Tujuan pendidikan pembelajaran IPS ... 14

B. Teori Belajar ... 15

1. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky ... 15

2. Metode Pengajaran John Dewey ... 15

3. Teori Belajar Jean Pieget ... 16

4. Teori Belajar Skinner ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Tipe Jigsaw ... 19

D. Konsep Koperasi ... 21

1. Pengertian Koperasi ... 21

2. Tujuan Koperasi ... 22

3. Peran Koperasi dalam Menyejahterakan Anggota ... 22

4. Manfaat Koperasi ... 23

5. Penelitian Tindakan Kelas ... 24

E. Penelitian yang Relevan ... 24


(5)

ii

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 35

G. Validasi Data ... 40

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 42

1. Kinerja Guru ... 42

2. Aktivitas Siswa ... 43

3. Tes Hasil Belajar ... 43

B. Paparan Data Tindakan ... 45

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 45

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 45

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 47

c. Paparan Data Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 52

1) Hasil Belajar Siswa ... 52

2) Hasil Catatan Lapangan ... 53

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 54

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 57

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 58

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 59

c. Paparan Data Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 62

1) Hasil Belajar Siswa ... 62

2) Hasil Catatan Lapangan ... 64

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 64

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 66

1. Hasil Wawancara dengan Siswa ... 66

2. Hasil Wawancara dengan Guru ... 66

D. Pembahasan ... 67

1. Perencanaan Pembelajaran ... 67

2. Pelaksanaan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79


(6)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Awal Tes Hasil Belajar Siswa ... 3

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 38

Tabel 3.2 Batas Nilai Kelulusan dalam Pembelajaran Koperasi ... 39

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Tes Akhir Siswa Kelas IV SDN Sarangtengah dalam Materi Koperasi ... 44

Tabel 4.2 Urutan Hasil Belajar Data Awal untuk Pembagian Kelompok di Siklus I ... 46

Tabel 4.3 Kelompok Asal ... 46

Tabel 4.4 Kelompok Ahli ... 47

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 50

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 51

Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Sarangtengah Siklus I ... 52

Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 60

Tabel 4.9 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 61

Tabel 4.10 Data Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Sarangtengah terhadap Materi Koperasi Siklus II ... 63


(7)

iv

Diagram 4.2 Persentase Hasil Belajar Siswa pada Data Awal,

Siklus I dan Siklus II ... 64

Diagram 4.3 Diagram Peningkatan Kinerja Guru ... 70

Diagram 4.4 Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa ... 71

Diagram 4.5 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 73

Diagram 4.6 Diagram Peningkatan kinerja Guru, Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa, dan Pemahaman Belajar Siswa (Siklus I, dan Siklus II) ... 73


(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kelompok Asal Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 20 Gambar 2.2 Kelompok Ahli Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw ... 20 Gambar 3.1 Bagan Model Spiral Kemmis dan Taggart ... 29


(9)

vi

Lampiran 3 Pedoman Penskoran ... 85

Lampiran 4 Hasil Belajar Siswa Siklus I... 87

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 90

Lampiran 6 Teks Materi Tentang Koperasi ... 91

Lampiran 7 Lembar Soal Kelompok Ahli Siklus I... 94

Lampiran 8 Hasil Lembar Soal Kelompok Ahli ... 96

Lampiran 9 Format Observasi Kinerja Guru ... 98

Lampiran 10 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 102

Lampiran 11 Format Observasi Aktivitas Siswa ... 103

Lampiran 12 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 105

Lampiran 13 RPP Siklus II ... 106

Lampiran 14 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 111

Lampiran 15 Lembar Soal Kelompok Ahli Siklus II ... 114

Lampiran 16 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 116

Lampiran 17 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 117

Lampiran 18 Format Wawancara Guru ... 118

Lampiran 19 Hasil Wawancara Guru ... 119

Lampiran 20 Format Wawancara Siswa ... 120

Lampiran 21 Hasil Wawancara Siswa... 121

Lampiran 22 Foto Penelitian ... 124

Lampiran 23 Surat Keputusan Pembimbing ... 125

Lampiran 24 Surat Izin Penelitian ... 126

Lampiran 25 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 127


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial atau sering disebut IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan secara formal mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI sekolah dasar. Melalui pendidikan IPS, diharapkan melahirkan generasi penerus bangsa yang menghargai negaranya dan memiliki moral yang sesuai dengan pancasila. Hal tersebut senada dengan pendapat Hanifah (2009: 120) yang mengemukakan bahwa “Mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan

bermoral semenjak dini (usia SD)”.

Tujuan mempelajari pendidikan IPS sendiri salah satunya adalah membantu siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan melalui pembelajaran yang disampaikan. Pendidikan IPS dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri sebagai calon warga negara dan bersosialisasi di lingkungan masyarakat.

Dari tujuan pendidikan IPS tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih dalam Tadris IPS Ekonomi, 2012), agar pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab, dalam Tadris IPS Ekonomi, 2012).

Pentingnya pembelajaran pendidikan IPS terkadang tidak disadari oleh guru maupun siswa. Pendidikan IPS dianggap sebagai mata pelajaran


(11)

yang membosankan dan kurang menantang. Hal ini disebabkan karena materi yang bersifat hapalan saja, sehingga banyak disampaikan dengan apa adanya yang menyebabkan kurangnya pengetahuan materi yang diterima siswa.

Demikian halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang di mana pada saat pembelajaran tentang koperasi pada tanggal 18 Juni 2012 diperoleh data hasil belajar siswa dari 20 orang yang mengikuti pembelajaran, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) ada tiga orang (15%) dan yang belum mencapai batas KKM adalah 17 orang (85%). Batas Kriteria Ketuntasan Minimal itu sendiri adalah 63,25.

Adapun yang menjadi penyebab dari permasalahan yang timbul adalah kurang optimalnya kinerja guru ataupun aktivitas siswa saat pembelajaran. Secara lebih rinci kinerja guru dan aktivitas siswa saat pembelajaran tentang koperasi dapat terlihat di bawah ini.

1. Kinerja Guru

Pada saat pembelajaran, guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah, yaitu hanya sebatas menyampaikan materi pembelajaran sesuai materi yang ada dalam buku paket, hanya bersumber dari buku paket. Selain itu, guru kurang memperhatikan kesiapan siswa dalam pembelajaran. Dari permasalahan tersebut, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dimana tugas guru tidak hanya memindahkan pengetahuan pada siswa, tetapi guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang membuat siswa dapat menemukan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan disimpan untuk dikembangkan lebih lanjut. Melalui pembelajaran kooperatif guru juga dapat memperhatikan kesiapan siswa baik itu melalui pengelompokan atau penataan ruang kelas.

2. Aktivitas Siswa

Ketika pembelajaran di kelas siswa terlihat pasif, hanya mendengarkan penjelasan guru, itu pun hanya sebagian siswa yang


(12)

3

mendengarkan dengan seksama mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa merasa jenuh terhadap pembelajaran. Selain itu, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang disampaikan oleh guru, siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa tidak dapat bekerja sama dengan siswa lain, tidak memiliki keterampilan berpikir kritis.

3. Hasil Belajar

Tabel 1.1

Data Awal Tes Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa Soal Skor Nilai Ket

1 2 3 4 T BT

1 Ai Fitriyanti 3 2 2 6 13 72

2 Alia JihanMutia 3 3 3 1 10 56

3 AndriYanto 0 0 0 0 0 0

4 AniSurdati 3 2 2 3 10 56

5 Arip Saripudin 0 0 0 0 0 0

6 Dede Karnasih 0 0 0 0 0 0

7 Devi Haryanti 3 3 0 0 6 33

8 Fitriani 3 2 3 6 14 78

9 Jujun Junaedi 3 3 0 0 6 33

10 Mira Amelia 3 3 3 6 15 83

11 Nur Alamsyah 0 0 0 0 0 0

12 Pian Sopian 0 2 2 6 10 56

13 Retno Ayu 0 0 0 0 0 0

14 Rika A. 3 3 0 2 8 44

15 Roni Supriadi 1 0 3 6 10 56

16 Siti Aisah 3 3 0 0 6 33

17 Tita Amelia 0 0 0 0 0 0

18 Yeni Suryani 0 0 0 0 0 0

19 Ayu Wandira 3 0 1 6 10 56

20 Herlina 3 2 2 3 10 56

JUMLAH 3 15

PERSENTASE (%) 15 85

Dari data hasil belajar siswa tersebut diperlukan suatu inovasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selama proses pembelajaran, siswa mengeluhkan pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang membosankan, karena pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran hapalan.


(13)

Permasalahan di atas tentu memerlukan suatu upaya untuk menyelesaikannya, untuk membantu guru dan siswa meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dari hasil diskusi dan kajian pustaka maka ditetapkanlah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas. Model ini dipilih setidaknya untuk menunjukan bahwa pembelajaran IPS itu bukan pembelajaran yang membosankan dan kurang menantang, sehingga dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan dapat membantu menarik minat siswa dalam pembelajaran IPS terutama dalam materi koperasi. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) terutama untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.

Melalui pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah baik yang dihadapi oleh guru maupun yang dihadapi oleh siswa. Seperti adanya interaksi secara terbuka antara siswa untuk memotivasi dalam memahami pembelajaran IPS. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Webb (Solihatin, 2008: 13) mengatakan bahwa:

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratisasi. Di samping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari IPS.

Dari seluruh uraian di atas, maka penulis menentukan judul penelitian tindakan kelas penerapan model cooperative learning tipe jigsaw.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Dari pendahuluan yang telah diuraikan di atas dan dari kenyataan yang ditemukan di lapangan, maka permasalahan-permasalahan yang muncul di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil


(14)

5

belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang?

Dalam proses pelaksanaannya permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang?

c. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran IPS pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS pada materi tentang koperasi menunjukkan bahwa hasil belajar sebagian besar siswa (85%) berada di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan. Pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan model pembelajaran yang menarik. Guru menyampaikan materi hanya melalui ceramah saja sehingga siswa tidak memperhatikan dengan seksama penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa terlihat jenuh ketika mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru.


(15)

Akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara optimal.

Untuk memecahkan masalah tersebut perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi koperasi. Adapun alternatif pembelajaran yang akan diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi tentang keperasi yakni dengan menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw.

Alasan pemilihan model ini yakni agar pembelajaran dapat berpusat pada siswa sehingga dapat mengembangkan kognitif sekaligus pengembangan keterampilan sosial dan efektif siswa. Selain itu juga untuk menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga ketika pembelajaran berlangsung siswa tidak akan merasa bosan dan materi pembelajaranpun akan mudah dipahami oleh siswa. Ketika pembelajaran berlangsung dalam pembelajaran jigsaw siswa akan bekerja dalam kelompok heterogen dan bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan. Setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik model pembelajaran koperatif yang merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan.

Slavin (Solihatin, 2008: 4) mengemukakan bahwa,

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa bekerja dan belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.


(16)

7

Sedangkan Isjoni (2007: 16) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, dan siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat dirumuskan bahwa pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara bekerjasama atau berkelompok untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam tipe dimana di dalamnya terdiri dari tahapan kegiatan yang berbeda. Salah satu tipe model koperatif yang peneliti pilih adalah kooperatif tipe Jigsaw.

Model pembelajaran koperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana para siswa bekerja pada tim heterogen untuk memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw, siswa akan mendengarkan satu sama lain dan belajar menghargai orang lain. Siswa mengembangkan rasa saling ketergantungan karena setiap siswa memberikan kontribusinya masing-masing sesuai dengan sub unit materi yang dikuasainya. Masing-masing-masing anggota ditugaskan untuk memahami dan mengerjakan suatu masalah yang berbeda (kelompok inti). Kemudian setiap anggota kelompok akan berkumpul dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kesamaan dalam masalah yang dipecahkannya. Mereka akan mendiskusikan alternatif dari permasalahannya sehingga didapat jawaban yang pasti berdasarkan hasil diskusi. Kelompok ini disebut tim atau kelompok ahli. Setelah selesai, anggota kelompok kembali ke kelompok semula atau kelompok inti kemudian menjelaskan permasalahan dan jawaban yang telah mereka dapat secara bergiliran untuk dijelaskan pada anggota kelompoknya yang lain.


(17)

Guru dan siswa akan membahas jawaban dari setiap tugas. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, di bagian akhir siswa akan diberikan kuis atau soal tes.

Secara garis besar, panduan pembelajaran pembelajaran IPS tentang koperasi di kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang dengan menerapkan model koperatif tipe jigsaw yaitu.

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan proses pembelajaran. Karena apabila segala sesuatunya telah direncanakan secara maksimal maka proses pembelajarannya akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun perencanaan pembelajaran yang dilakukan yaitu.

1) Membuat rancangan pembelajaran (RPP).

2) Menyiapkan pembagian kelompok heterogen untuk siswa. 3) Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa).

4) Membuat alat evaluasi, untuk mendapatkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam materi koperasi.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari skenario pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam materi pembelajaran koperasi. Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dipaparkan dalam langkah-langkah pembelajaran atau skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP (terlampir).

Secara garis besar, langkah-langkah kegiatan pembelajarannya sebagai berikut.

1) Mengkondisikan siswa ke arah yang kondusif. Menata ruangan kelas agar siswa bebas bergerak.

2) Memotivasi siswa.


(18)

9

4) Menginformasikan tujuan pembelajaran.

5) Siswa dikelompokkan secara heterogen dengan jumlah anggota empat orang untuk tiap kelompoknya. Kelompok ini disebut kelompok inti.

6) Guru membagikan LKS yang berisi petunjuk pembelajaran kepada setiap.

7) Guru memberikan sebuah teks berisi permasalahan mengenai materi pembelajaran koperasi untuk didiskusikan dalam kelompok.

8) Setiap anggota dalam kelompok diberikan lembar ahli yang berisi soal atau perintah yang harus dikerjakan oleh siswa tersebut. 9) Setelah selesai mengerjakan tugasnya, setiap anggota kelompok

berkumpul dengan anggota kelompok lain yang mempunyai tugas sama. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

10)Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan jawaban dari tugasnya sehingga akan didapat jawaban yang benar sesuai hasil diskusi. 11)Selanjutnya, setiap siswa akan berkumpul kembali pada kelompok

inti untuk menjelaskan jawaban dari hasil diskusinya di kelompok ahli secara bergiliran sehingga semua anggota kelompok mendapat penjelasan materi dari setiap anggota kelompok.

12)Guru dan siswa membahas jawaban dari setiap tugas. Lembar ahli dikumpulkan. Kemudian diadakan kuis atau tes untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.

c. Tahap Evaluasi

Peningkatan keberhasilan belajar siswa baik selama proses maupun hasil belajar yang telah dicapai siswa, dapat diketahui melalui tahap penilaian. Penilaian pembelajaran dengan penerapan model koperatif tipe Jigsaw dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan cara mengobservasi aktivitas siswa melalui alat lembar observasi dan setelah pembelajaran selesai yaitu berupa hasil belajar siswa yang didapat melalui jawaban siswa dari soal tes.


(19)

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran mengenai koperasi, yaitu dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 63,25. Adapun target hasil yang ingin dicapai mengacu pada kriteria belajar tuntas yaitu 80%, artinya apabila ketuntasan belajar siswa di kelas sudah mencapai 80%, maka kemampuan siswa dalam memahami materi koperasi di kelas IV SD Negeri Sarangtengah sudah dianggap tuntas.

Target ketercapaian indikator perencanaan dan pelaksanaan kinerja guru selama pembelajaran adalah 80% guru mencapai kriteria baik dan dapat menampilkan kegiatan pembelajaran yang ada pada instrumen, sedangkan target aktivitas siswa yang harus dicapai adalah 80% dari jumlah siswa mencapai kriteria baik.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai berikut.

1. Untuk memperoleh gambaran perencanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.

2. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.

Dalam pelaksanaannya dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Untuk memperoleh gambaran kinerja guru dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.


(20)

11

b) Untuk memperoleh gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.

3. Untuk memperoleh gambaran peningkatan hasil pembelajaran IPS pada materi koperasi di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar.

b. Menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar IPS. 2. Bagi Guru

a. Memberikan kontribusi pada guru dalam mengajarkan materi koperasi. b. Dapat menjadi salah satu masukan bagi guru IPS dalam peningkatan

kualitas pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Bagi Lembaga

Sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di tingkat persekolahan sebagai usaha pencapaian target kurikulum.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi aktual tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam memecahkan masalah penelitian.


(21)

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, berikut ini penulis menjelaskan secara operasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya.

1. Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online).

Penerapan dalam penelitian ini yakni perbuatan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam memahami materi koperasi untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.

2. Model Pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Maulana, 2008: 89)

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja dan belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. (Slavin dalam Solihatin, 2008: 4).

4. Jigsaw , merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong

siswa aktif dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil (Isjoni:2007).

5. Hasil belajar, adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar.

6. Koperasi, bidang usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas


(22)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sarangtengah yang beralamat di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang. Pemilihan Sekolah Dasar Negeri Sarangtengah sebagai lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama peneliti selaku guru. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip penelitian yang dikemukakan Kasbolah (1999: 26),

Penelitian kelas atau penelitian tindakan kelas apa pun tidak boleh mengganggu kelas mengajar. Guru melakukan tindakan kelas untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar, bukan untuk mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas.

b. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh praktisi di sekolah tersebut dalam pelaksanaan program sekolah, khususnya dalam pembelajaran IPS pada materi koperasi, penelitian adalah masalah yang dihadapi sendiri oleh pengajar dalam pembelajaran di kelas sehingga menggugah minat pendidik dan peneliti untuk bersama-sama mencari solusi terbaik dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah memahami koperasi. Hal ini sejalan dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas yang dikemukakan Kasbolah (1999: 22) yaitu “Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual.”

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan untuk penelitian yaitu sekitar enam bulan mulai bulan Mei 2012 sampai bulan November 2012. Waktu tersebut mencakup penyusunan, perencanan, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan hasil peneliti.


(23)

Sarangtengah tahun pelajaran 2011/ 2012 sebanyak 20 orang siswa dengan enam orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Pemilihan subjek ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di kelas tersebut hasil belajar siswa tentang materi koperasi masih belum optimal.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research dengan menggunakan metode pengumpulan dan pengolahan data kualitatif-kuantitatif. Tujuan peneliti menggunakan PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran agar dapat memecahkan permasalahan yang ada di dalam kelas. Menurut Rapoport (Wiriaatmadja, 2005: 11-12),

Penelitian tindakan kelas adalah cara untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Berdasarkan definisi tersebut bahwa penelitian tindakan kelas berkaitan dengan permasalahan praktik dalam proses pembelajaran yang dihadapi guru di kelas.

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan guru dalam proses belajar, maka tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Adapun alasan lain memilih metode ini karena tujuan tersebut, dengan fokus pada permasalahan praktik pembelajaran baik itu suasana kelas, metode pembelajaran atau penilaian yang kurang relevan dengan tujuan pembelajaran. Sehingga guru merencanakan tindakan alternatif kemudian dicoba dan dievaluasi apakah tindakan alternatif itu dapat memecahkan persoalan proses pembelajaran yang dihadapi guru ke dalam PTK.


(24)

29

Desain PTK yang digunakan adalah desain Kemmis & Mc Taggart. Desain Kemmis ini menggunakan sistem spiral refleksi yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk ancang-ancang pemecahan permasalahan. Berikut ini adalah bentuk desainnya.

Gambar 3.1

Bagan Model Spiral Kemmis dan Taggart ( Wiriaatmadja, 2005 : 66 )

Tahap perencanaan (plan) merupakan bagian awal dari rancangan penelitian tindakan kelas yang berisi tentang rencana yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalah yang diteliti. Pada tahap ini direncanakan dan dipersiapkan apa-apa saja yang akan dilaksanakan dan diperlukan pada tahap berikutnya yaitu tahap tindakan.


(25)

melaksanakannya guru sudah tidak ragu lagi, karena semuanya sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap observasi (observe) dialakukan bersamaan dengan pelaksanaan perencanaan dalam tindakan. Dalam pelaksanaan observasi, yang dicari adalah data-data mengenai pelaksanaan perencanaan yang dilakukan melalui pengamatan yang kemudian hasil observasi dijadikan bahan untuk mengukur keberhasilan tindakan.

Tahap refleksi (reflect) yaitu mengkaji dan membahas secara menyeluruh kegiatan tindakan yang telah dilaksanakan, berdasarkan data yang telah terkumpul dan melalakukan evaluasi untuk memperbaiki tindakan berikutnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sarangtengah terhadap materi koperasi.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti pada Gambar 3.1. sebelumnya, yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang, berkelanjutan, artinya semakin lama semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Secara rinci prosedur penelitian tindakan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal.Pada observasi awal ini peneliti, melakukan wawancara dengan guru kelas, kemudian mengamati keadaan kelas untuk melihat suatu masalah yang ada.Tahap ini ditujukan untuk memperoleh informasi awal yang digunakan untuk pengidentifikasian masalah. Hasil dari pengamatan ini digunakan untuk mengetahui masalah yang terjadi di kelas sekaligus untuk menetapkan


(26)

31

strategi apa yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada tersebut. Hasil dari tahap ini ditindaklanjuti pada tahapan rancangan tindakan. Adapun tahap perencanaan sebagai berikut.

a. Membuat rencana pembelajaran yang memuat skenario pembelajaran dengan menerapkan model koperatif tipejigsaw.

b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai petunjuk dalam pembelajaran.

c. Membuat lembar observasi untuk mengukur kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Membuat lembar wawancara untuk guru dan siswa untuk mengetahui informasi selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, yaitu melaksanakan KBM dengan menerapkan model koperatif tipe jigsaw. a. Kegiatan Awal

1) Mempersiapkan Pembelajaran

2) Guru melaksanakan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

1) Guru mengenalkan topik yang akan dibahas, kemudian bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai koperasi.

2) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, jumlah kelompok dan anggota kelompok disesuaikan dengan materi dan jumlah siswa. Kelompok ini disebut kelompok asal (langkah ke-2)

3) Setelah kelompok asal terbentuk, kemudian guru membentuk kelompok ahli dan memberikan materi. Anggota kelompok ahli ini berasal dari anggota kelompok asal. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mendiskusikan materi yang didapatnya dan mendiskusikan bagaimana


(27)

c. Kegiatan Akhir 1) Pemberian tugas

2) Guru memberi pengarahan kepada siswa mengenai tugas yang akan mereka laksanakan.

3. Tahap Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan salah satu alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini. Observasi digunakan peneliti untuk melihat semua aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas selama pelaksanaan tindakan.

Melalui kegiatan observasi peneliti dapat mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta untuk mengumpulkan atau merekam data yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi tersebut dijadikan sumber informasi dan bahan kajian untuk mengukur keberhasilan tindakan yang telah direncanakan dan dilakukan.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi adalah tahap dimana peneliti melakukan pemeriksaan terhadap semua informasi yang telah berhasil dikumpulkan pada tahap observasi, wawancara, catatan lapangan.

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan tersebut selanjutnya harus diurai, diuji dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan mendalam.

Tahap analisis dan refkelsi dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan merupakan bagian penting karena melalui refleksi peneliti dapat memahami dan mendapat gambaran yang jelas tentang proses dan hasil yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran koperasi melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.


(28)

33

Hasil dari kegiatan refleksi merupakan sumber untuk pelaksanaan tindakan berikutnya, dengan demikian indikator yang sudah tercapai dengan optimal akan dipertahankan dan indikator yang kurang akan diperbaiki dalam siklus berikutnya. Peneliti dan guru kelas IV melakukan analisis, interpretasi dan evaluasi atas data yang berhasil diperoleh melalui kegiatan observasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyusun langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil dari pelaksanaannya akan dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen penelitian sebagai berikut.

1. Instrumen Tes

Tes pemahaman dilaksanakan pada akhir pembelajaran kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes ditujukan untuk menilai aspek-aspek tingkah laku, respon, atau aktivitas siswa serta guru dalam pembelajaran. Berikut ini instrumen nontes yang digunakan dalam PTK.

a. Pedoman Observasi

Tahap observasi dilaksanakan selama tahap pelaksanaan. Secara Operasionan Menurut (Kasbolah, 1998: 91),

Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.

Pedoman observasi, digunakan untuk mengamati, mencatat dan memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran baik aktivitas siswa maupun kinerja guru dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran.

Adapun lembar observasi kinerja guru terdiri satu format dimana bagian A berisi tentang penilaian terhadap kemampuan dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang merupakan pengembangan dari format


(29)

tentang penilaian terhadap kemampuan guru tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran dimana format tersebut merupakan hasil reduksi dari format observasi Instrumen Penialian Kinerja Guru (IPKG) 2 yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dirumuskan. Untuk format observasinya sendiri terlampir.

Pedoman observasi aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah format observasi pengembangan dari format observasi yang digunakan oleh Maulana (2009) yang direduksi sesuai tujuan penelitian yang dirumuskan. Adapun format observasinya terlampir.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu (Wiriaatmadja, 2008: 117). Pedoman wawancara, digunakan untuk mengetahui tanggapan baik dari siswa ataupun guru terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Wawancara dilakukan secara informal di luar jam pelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang belum terungkap atau belum jelas dari instrumen observasi mengenai kesulitan yang dirasakan selama proses pembelajaran. Alat untuk melakukan wawancara ini adalah pedoman wawancara guru dan pedoman wawancara siswa yang berisi sejumlah pertanyaan sebagai acuan dalam melakukan tanya jawab.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kejadian-kejadian luar biasa yang dianggap penting Catatan lapangan digunakan untuk mencatat tingkah laku individu yang sangat menonjol dan tindakan yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran. Format catatan lapangan ini terdiri dari kolom nomor, waktu, peristiwa, dan keterangan.


(30)

35

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan oleh peneliti selama proses pelaksanaan tindakan melalui instrumen-instrumen penelitian. Data yang diperoleh berupa data proses dan data hasil belajar siswa.

a. Data Proses

Data proses penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model koperatif tipe jigsaw ini diolah dengan melakukan penilaian terhadap setiap indikator yang terdapat dalam aspek tertentu yang tercantum dalam lembar observasi. Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut didasarkan pada kriteria tertentu yang telah ditetapkan peneliti. 1) Observasi

a) Observasi Aktivitas Kinerja Guru

Data hasil observasi kinerja guru ditafsirkan dengan menggunakan persentase kriteria penilaian. Kriteria tersebut ditentukan oleh aspek kegiatan yang muncul dalam lembar observasi kriteria guru. Setiap aspek yang diamati diberi indikator penilaian, masing-masing aspek terdiri dari 3 aspek indikator. Kemudian, setiap aspek diberi skor 0, 1, 2, atau 3. Skor 0 apabila tidak ada satupun indikator yang muncul, skor 1 apabila hanya ada satu indikator yang muncul, skor 2 apabila ada dua indikator yang muncul, dan skor 3 apabila semua indikator dilaksanakan dengan baik. Kemudian ditafsirkan dengan menggunakan presentase kriteria penilaian. Keberhasilan dicapai apabila kinerja guru mencapai target ketuntasan ≥ 80% memperoleh skor 3.

b) Observasi Aktivitas Siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa ditafsirkan dengan menggunakan jumlah kemunculan aspek kegiatan yang diamati dari lembar observasi aktivitas siswa secara individu.

Aspek yang diukur dalam aktivitas siswa terdiri dari tiga aspek yaitu sebagai berikut ini.


(31)

(3) Aspek tanggung jawab.

Setiap aspek terdiri dari tiga indikator. Ketentuan skornya adalah sebagai berikut ini.

3 = Jika 3 aspek muncul 2 = Jika 2 aspek muncul 1 = Jika 1 aspek muncul

0 = Jika tidak ada aspek yang muncul

Deskriptor:

Skor 0 – 3 = Kurang (K) Skor 4 – 6 = Cukup (C) Skor 7 – 9 = Baik (B)

Kriteria keberhasilan individu dalam aktivitas siswa ini, setiap siswa mendapatkan nilai B, sedangkan keberhasilan klasikal 80% siswa harus mencapai nilai B.

2) Wawancara

Data yang diperoleh dari wawancara dikumpulkan, setelah itu dilakukan pemilihan data-data untuk dikelompokkan. Setelah dikelompokkan, data tersebut ditafsirkan dengan membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban narasumber yang relevan. Hasil kesimpulan disajikan dalam bentuk tabel yang berisi uraian kesimpulan setiap jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan.

3) Catatan Lapangan

Data yang diperoleh dari catatan lapangan diolah dengan cara dianalis dengan meringkas kejadian-kejadian yang penting ketika pembelajaran berlangsung. Setelah diringkas, data catatan lapangan tersebut diubah menjadi sebuah bentuk uraian singkat tentang kesimpulan yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung.


(32)

37

b. Data Hasil

Seluruh informasi yang diperoleh peneliti dari siswa terkait dengan hasil tes pemahaman siswa di akhir pembelajaran atau tindakan diolah berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya. KKM ini menjadi batasan “Tuntas” atau “Belum Tuntas” seorang siswa dalam pembelajaran IPS tentang materi koperasi. Siswa dikatakan “Tuntas” jika telah memiliki nilai yang lebih dari KKM.

Adapun kriteria penetapan KKM adalah sebagai berikut. 1) Kompleksitas Indikator

Indikator dalam setiap kompetensi dasar yang termuat dalam kurikulum memiliki tingkat kompleksitas berbeda. Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator yang harus dicapai oleh siswa, termasuk juga tingkat kesulitan bagi guru dalam mengajarkannya. 2) Daya Dukung

Daya dukung ini terkait dengan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dan dapat dimanfaatkan. Selain itu juga terkait dengan tersedianya tenaga pendidik, biaya pengelolaan/ manajemen sekolah, peran komite sekolah dan stakeholder serta lingkungan sekolah dalam mendukung pencapaian pembelajaran.

3) Intake Siswa

Tingkat kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan pada tahun sebelumnya. Intake siswa ini dapat diperoleh melalui raport kelas terakhir tahun sebelumnya dan dari nilai Ujian Nasional (UN/ UASBN)


(33)

Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal

Skor Nilai Komplksitas Daya

Dukung

Intake Siswa

1. Menyebutkan arti dari koperasi.

65 65 65 195 65

2. Menyebutkan arti dari

koperasi. 65 65 60 190 63

3. Menyebutkan tujuan

didirikannya koperasi 65 65 60 190 63

4. Mengelompokkan jenis-jenis koperasi

dengan tepat. 60 65 60 185 62

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) diperoleh dari hasil penjumlahan kompleksitas, daya dukung dan intake dibagi 3 dikali 100, dengan rumus :

Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake) x 100 3

Menafsirkan kriteria menjadi nilai yaitu dengan memberikan rentang nilai pada setiap kriteria ditetapkan.

Kompleksitas (kerumitan) = Tinggi = 50-64 Sedang = 65-80 Rendah = 81-100 Daya dukung = Tinggi = 81-100 Sedang = 65-80 Rendah = 81-100 Intake (keterampilan siswa) = Tinggi = 81-100 Sedang = 65-80 Rendah = 50-64

Indikator pertama memiliki kriteria: kompleksitas sedang, daya dukung sedang, dan intake siswa sedang.

Indikator kedua memiliki kriteria: kompleksitas sedang, daya dukung sedang, dan intake siswa rendah.


(34)

39

Indikator ketiga memiliki kriteria: kompleksitas sedang, daya dukung sedang, dan intake siswa sedang.

Indikator keempat memiliki kriteria: kompleksitas rendah, daya dukung sedang, dan intake siswa rendah.

Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake) x 100 3

Nilai KKM = (65 + 63 + 63 + 62) x 100 = 63,25 4

Tabel 3.2

Batas Nilai Kelulusan dalam Pembelajaran Koperasi

Rentang Nilai Kriteria

>63,25 Tuntas

≤ 63,25 Belum Tuntas

Adapun Standar Ketuntasan Kelas (SKK)

Jika hasilnya ≥ 80% maka secara klasikal dianggap tuntas.

2. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan peneliti selama proses pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui instrumen-instrumen penelitian. Agar hasil analisis data yang diperoleh tersebut tepat maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk persiapan analisis data. Langkah-langkah persiapan tersebut mengacu dari pendapat Maulana (2009: 49) yaitu sebagai berikut.

a. Pemberian Skor (Scoring) dan Transformasi Data

Memberikan skor secara akurat dan konsisten pada data yang sudah terkumpul, agar kesimpulan yang digambarkan oleh peneliti tidak keliru atau tidak menyesatkan. Tes yang diberikan kepada siswa haruslah diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran. Akan lebih baik jika peneliti melakukan dua kali pengecekan dalam memberikan skor terhadap instrumen untuk memastikan bahwa tidak terdapat kesalahan.


(35)

yang tidak relevan dengan kepentingan penelitian dapat dibuang, dan jika membutuhkan informasi lain untuk melengkapi peneliti dapat berusaha untuk mengumpulkannya kembali.

c. Mentabulasi dan Memberikan Kode (Coding) terhadap Data

Setelah pengeditan data dan pemberian skor, peneliti harus mentabulasikannya dalam suatu cara (pembuatan tabel). Biasanya dilakukan dengan memindahkan ke dalam sebuah kertas yang merupakan ringkasannya. Keakuratan dan sistematika merupakan hal yang sangat penting dalam mencatat data. Jika kategori data telah dicatat, maka angka yang menunjukkan nilai setiap siswa dalam kategorinya masing-masing akan dihitung. Setelah data kuantitatif dicatat, biasanya data ditulis dalam bentuk kolom. Adapun bentuk pengkodean terhadap data yaitu untuk melindungi hak privacy siswa yaitu dengan menetapkan kode huruf “B” misalnya untuk kategori baik atau “C” untuk kategori Cukup, atau bisa juga kode terhadap inisial nama subjek penelitian yang tidak mau namanya ditulis jelas.

d. Penafsiran Data (Interpreting)

Penafsiran data dilakukan setelah ketiga langkah di atas selesai. Kedalaman dan keluasan penafsirannya sangat tergantung pada pengetahuan yang dimiliki peneliti. Salah satu teknik penafsiran data yaitu dengan bantuan persentase yang telah dibuat kriteria persentasenya.

e. Penyajian Data

Penyajian data yang biasa disajikan peneliti secara umum dalam bentuk tabel dan diagram yang disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan.

G. Validasi Data

Validitas data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-177), terdapat beberapa bentuk Validasi antara lain.


(36)

41

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapa pun juga (Kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, terperiksa kebenarannya. 2. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang

dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.

3. Audit Trail, yakni memeriksa metode atau prosedur pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan kawan sejawat peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Expert opinion, Expert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat para pakar, dalam hal ini pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan atau

judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.

Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah member check, triangulasi dan expert opinion.

Dalam penelitian ini member check yang dilakukan peneliti adalah memeriksa hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I dengan melakukan diskusi antara peneliti yang bertindak sebagai observer dengan wali kelas sekaligus guru yang mengajar yaitu Bapak Dayat, S.Pd.I setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui apakah data yang tercatat sesuai dengan yang terjadi atau ada yang belum tercatat.

Pada kegiatan selanjutnya, yaitu triangulasi dengan memeriksa data yang diperoleh peneliti lalu membandingkan terhadap pembelajaran yang berlangsung dengan guru kelas dan mitra peneliti lain yang hadir dalam penelitian saat pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Didin.

Expert opinion yang dilakukan yaitu dengan meminta nasihat atau

melakukan bimbingan dengan para pakar dalam hal ini dosen pembimbing penelitian yaitu dengan Bapak Dadan Djuanda, M.Pd dan Bapak Drs.H. Dadang Kurniawan, M.Pd. Pembimbing akan memeriksa semua tahap kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.


(37)

75

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan yang telah dipaparkan bab sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dibuat oleh peneliti dengan sebaik mungkin dengan mengacu KTSP disertai dengan lembar ahli, teks koperasi, lembar observasi, dan tes evaluasi di akhir setiap siklus. Guru melakukan perencanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II yaitu menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan, merancang pembuatan RPP, merancang pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw, membentuk kelompok asal dan kelompok ahli, merancang soal evaluasi individual. 2. Pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dilaksanakan sesuai rencana yang telah dipersiapkan. Berdasarkan

hasil observasi pada siklus I guru sudah melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin dengan mengacu pada tahapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, namun belum terperinci secara jelas sehingga masih banyak yang harus ditingkatkan. Pada siklus II kegiatan guru sudah lebih meningkat seiring dengan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi yang telah dilakukan terutama dalam membimbing kelompok belajar. Selain itu, kegiatan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran pun lebih meningkat pada siklus II, hal itu dapat dilihat dari aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dalam berdiskusi lebih ada komunikasi. Kinerja guru pada siklus I mencapai 77% atau pada kriteria “Cukup” kemudian meningkat pada siklus II dengan hasil yang mencapai 91% atau mendapatkan kriteria “Baik”, sedangkan pada aktivitas siswa pada siklus Imencapai 55% dengan kriteria “Kurang” dan pada siklus II mengalami peningkatan sampai 85% dengan kriteria “Baik”.

3. Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil cukup baik. Dari perbaikan pembelajaran yang


(38)

76

dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada setiap siklus sebelumnya berhasil dengan baik diterapkan pada siklus berikutnya yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes sehingga ketuntasan belajar yang pada mulanya 40% pada siklus I meningkat menjadi 30% pada siklus II dan sudah mencapai target yang diharapkan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang dalam materi koperasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

B. SARAN

Berdasarkan paparan kesimpulan di atas maka saran yang bisa peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran IPS dan sebagai upaya untuk meningkatkan minat kegiatan belajar siswa. Selain itu, sekiranya siswa kurang setuju terhadap cara mengajar guru, maka siswa dapat memberikan masukan ataupun saran kepada guru yang bersangkutan. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Bagi guru, dengan dilakukannya penelitian melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini semoga dapat menjadi pilihan untuk diterapkan dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pokok bahasan koperasi karena masih banyak model ataupun pendekatan lain yang mungkin jauh lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman sosial siswa.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bisa memberikan masukan yang positif terhadap kegiatan pembelajaran dan sebagai bekal yang mungkin akan


(39)

menyadari masih banyak terdapat kekurangan terutama dalam proses pembelajaran sehingga mungkin masih banyak yang harus diperbaiki. Akan tetapi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dirasakan peneliti cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan bisa menjadi pilihan bagi guru untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. 4. Bagi peneliti lain, penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw ini disarankan untuk lebih memperdalam pembagian kelompok dan

lebih memperhatikan pengelolaan kelas pada saat pembelajaran, harus lebih aktif dalam memantau aktivitas diskusi dan banyak memberikan bimbingan dan motivasi agar siswa lebih aktif, selain itu perlu menanamkan nilai-nilai kerjasama.


(40)

78

DAFTAR PUSTAKA

Almutaqqin. (2008). Teori John Dewey tentang Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://almuttaqin-uinbi2b.blogspot.com/2008/04/teori-john-dewey-tentang-pendidikan.html [25 Juni 2012].

Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Depdikas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Gunawan, Bakti. (2011). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi

Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/ [25 Juni 2012].

Hermawan Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian

Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud. Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1. Bandung.

Maulana. (2009). Memahami hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2live ‘n Live2learn

Penabulu. (2011). Pengertian dan Tujuan Koperasi [Online]. Tersedia: http:/ penabulu.org/2011/09/pengertian-dan-tujuan-koperasi/[25 Juni 2012]. Pujiati, Retno Heny dan Umi Yuliati. (2008). Cerdas Pengetahuan Sosial untuk

SD/MI Kelas IV. Jakarta: Depdiknas.

Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI. Solihatin, Etin. (2008). Cooperative Learning AnalisisModel Pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara

Sudrajat, Akhmad. (2008). Tentang Pendidikan. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/ [Online: 17 September 2012].


(41)

Tadris IPS Ekonomi. (2012). Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial. Tersedia: http://www.iaincirebon.ac.id/tips/ [Online: 18 September

2012]

Hanifah, Nurdinah, dkk. (2009). Model Pembelajara di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI

Kampus Sumedang.

Hanifah, Nurdinah, dkk. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI PRES

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

_____. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia: http://kbbi.web.id/ [Online: 4 Oktober 2012]


(1)

41

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapa pun juga (Kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, terperiksa kebenarannya. 2. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang

dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.

3. Audit Trail, yakni memeriksa metode atau prosedur pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan kawan sejawat peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Expert opinion, Expert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat para pakar, dalam hal ini pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan atau judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.

Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah member check, triangulasi dan expert opinion.

Dalam penelitian ini member check yang dilakukan peneliti adalah memeriksa hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I dengan melakukan diskusi antara peneliti yang bertindak sebagai observer dengan wali kelas sekaligus guru yang mengajar yaitu Bapak Dayat, S.Pd.I setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui apakah data yang tercatat sesuai dengan yang terjadi atau ada yang belum tercatat.

Pada kegiatan selanjutnya, yaitu triangulasi dengan memeriksa data yang diperoleh peneliti lalu membandingkan terhadap pembelajaran yang berlangsung dengan guru kelas dan mitra peneliti lain yang hadir dalam penelitian saat pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Didin.

Expert opinion yang dilakukan yaitu dengan meminta nasihat atau melakukan bimbingan dengan para pakar dalam hal ini dosen pembimbing penelitian yaitu dengan Bapak Dadan Djuanda, M.Pd dan Bapak Drs.H. Dadang Kurniawan, M.Pd. Pembimbing akan memeriksa semua tahap kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.


(2)

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan yang telah dipaparkan bab sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dibuat oleh peneliti dengan sebaik mungkin dengan mengacu KTSP disertai dengan lembar ahli, teks koperasi, lembar observasi, dan tes evaluasi di akhir setiap siklus. Guru melakukan perencanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II yaitu menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan, merancang pembuatan RPP, merancang pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw, membentuk kelompok asal dan kelompok ahli, merancang soal evaluasi individual. 2. Pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dilaksanakan sesuai rencana yang telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I guru sudah melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin dengan mengacu pada tahapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, namun belum terperinci secara jelas sehingga masih banyak yang harus ditingkatkan. Pada siklus II kegiatan guru sudah lebih meningkat seiring dengan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi yang telah dilakukan terutama dalam membimbing kelompok belajar. Selain itu, kegiatan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran pun lebih meningkat pada siklus II, hal itu dapat dilihat dari aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dalam berdiskusi lebih ada komunikasi. Kinerja guru pada siklus I mencapai 77% atau pada kriteria “Cukup” kemudian meningkat pada siklus II dengan hasil yang mencapai 91% atau

mendapatkan kriteria “Baik”, sedangkan pada aktivitas siswa pada siklus

Imencapai 55% dengan kriteria “Kurang” dan pada siklus II mengalami peningkatan sampai 85% dengan kriteria “Baik”.

3. Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil cukup baik. Dari perbaikan pembelajaran yang


(3)

76

dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada setiap siklus sebelumnya berhasil dengan baik diterapkan pada siklus berikutnya yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes sehingga ketuntasan belajar yang pada mulanya 40% pada siklus I meningkat menjadi 30% pada siklus II dan sudah mencapai target yang diharapkan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang dalam materi koperasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

B. SARAN

Berdasarkan paparan kesimpulan di atas maka saran yang bisa peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran IPS dan sebagai upaya untuk meningkatkan minat kegiatan belajar siswa. Selain itu, sekiranya siswa kurang setuju terhadap cara mengajar guru, maka siswa dapat memberikan masukan ataupun saran kepada guru yang bersangkutan. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Bagi guru, dengan dilakukannya penelitian melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini semoga dapat menjadi pilihan untuk diterapkan dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pokok bahasan koperasi karena masih banyak model ataupun pendekatan lain yang mungkin jauh lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman sosial siswa.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bisa memberikan masukan yang positif terhadap kegiatan pembelajaran dan sebagai bekal yang mungkin akan


(4)

77

dihadapi peneliti kelak untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi koperasi. Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan terutama dalam proses pembelajaran sehingga mungkin masih banyak yang harus diperbaiki. Akan tetapi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dirasakan peneliti cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan bisa menjadi pilihan bagi guru untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. 4. Bagi peneliti lain, penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw ini disarankan untuk lebih memperdalam pembagian kelompok dan lebih memperhatikan pengelolaan kelas pada saat pembelajaran, harus lebih aktif dalam memantau aktivitas diskusi dan banyak memberikan bimbingan dan motivasi agar siswa lebih aktif, selain itu perlu menanamkan nilai-nilai kerjasama.


(5)

78

DAFTAR PUSTAKA

Almutaqqin. (2008). Teori John Dewey tentang Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://almuttaqin-uinbi2b.blogspot.com/2008/04/teori-john-dewey-tentang-pendidikan.html [25 Juni 2012].

Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Depdikas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Gunawan, Bakti. (2011). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi

Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/ [25 Juni 2012].

Hermawan Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud. Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1. Bandung.

Maulana. (2009). Memahami hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2live ‘n Live2learn

Penabulu. (2011). Pengertian dan Tujuan Koperasi [Online]. Tersedia: http:/ penabulu.org/2011/09/pengertian-dan-tujuan-koperasi/[25 Juni 2012]. Pujiati, Retno Heny dan Umi Yuliati. (2008). Cerdas Pengetahuan Sosial untuk

SD/MI Kelas IV. Jakarta: Depdiknas.

Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI. Solihatin, Etin. (2008). Cooperative Learning AnalisisModel Pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara

Sudrajat, Akhmad. (2008). Tentang Pendidikan. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/ [Online: 17 September 2012].


(6)

79

Tadris IPS Ekonomi. (2012). Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tersedia: http://www.iaincirebon.ac.id/tips/ [Online: 18 September 2012]

Hanifah, Nurdinah, dkk. (2009). Model Pembelajara di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI

Kampus Sumedang.

Hanifah, Nurdinah, dkk. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI PRES

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

_____. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia: http://kbbi.web.id/ [Online: 4 Oktober 2012]


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERMASALAHAN SOSIAL KELAS IV SDN KEBONHUI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG.

0 4 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN. Gajahdepa Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang).

0 4 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 53

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 94 Pekanbaru

0 0 15