Pembentukan dan Makna Gairaigo dalam Buku Ichinichi Sen En De Asoberu Minami No Shima Karya Hayashi Kazuyo.

(1)

SKRIPSI

PEMBENTUKAN DAN MAKNA

GAIRAIGO

DALAM

BUKU

ICHINICHI SEN EN DE ASOBERU MINAMI NO

SHIMA

KARYA HAYASHI KAZUYO

IDA AYU PUTRI KWARINI 1201705046

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(2)

ii

Lembar Pengesahan

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 28 MARET 2016

Pembimbing I,

Ni Putu Luhur Wedayanti, S.S.,M.Hum NIP. 19831130 200801 2 009

Pembimbing II,

Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S.,M.Si NIP. 19860110 201012 2 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana,

Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S.,M.Si NIP. 19860110 201012 2 003


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha-nyalah, skripsi yang berjudul


(4)

iv

Udayana yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis. Ayah dan ibu tercinta, Ida Bagus Nyoman Mantra dan Ida Ayu Made Sasih selaku orang tua yang telah dengan sabar dan penuh perhatian memberikan dukungan moral maupun materiil hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Kekasih tercinta, Ida Bagus Nyoman SanjayadiputraS.H. yang telah memberikan semangat, dukungan dan berbagai bantuan hingga skripsi dapat terselesaikan. Sahabat-sahabat, seluruh teman-teman Program Studi Sastra Jepang angkatan 2012 khususnya Andani Pertiwi dan Sarhita cindra yang telah memberikan semangat, dukungan serta berbagai macam arahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkanadanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Denpasar,28 Maret 2016


(5)

v ABSTRAK Penelitian yang berjudul


(6)

vi

要旨

本研究の題目は「一日千円 で遊べる南の島の本にある外来語の意味と形成 」 である。本研究の目的は外来語の形成プロセスと日本語に吸収された外来語 の意味の比較。

取集されたデータは均衡の方法 を用いて 分析した。本研究の方法は注 観察の方法と 記録技術を 利用した。 そのデータを もとに Chaer と Tsujimura の理論を利用し、分析を行った。

解析したデータに基づく、本研究の結果は「ベンチ」と「 縁台」のように意 味が置き替えられる・「ホテル」と「旅館」のように置き替えられないデー タを示していた。それに、「チャーターする」のように接辞添加で形成した 外来語の 42、「エメラルドグリーンな」のよ うに構図で形成した外来語の 81、「イラスト」のようにクリッピングで形成した外来語の八 、「アクセス」 のように融資で形成した外来語の105で構成された。


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

要旨 ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

` 1.3.1 TujuanUmum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis... 5

1.4.2 ManfaatPraktis ... 5

1.5 Ruang Lingkup ... 5


(8)

viii

1.7 Metode Penelitian ... 7

1.7.1 Metode Dan TeknikPengumpulan Data ... 7

1.7.2 Metode Dan TeknikAnalisis Data ... 7

1.7.3 Metode Dan TeknikPenyajianHasilAnalisis... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Konsep ... 12

2.2.1 Gairaigo ... 12

2.2.2 Afiksasi ... 15

2.2.3 Komposisi ... 16

2.3 Kerangka Teori ... 17

2.3.1 Morfologi ... 17

2.3.2 Makna ... 19

BAB III PROSES PEMBENTUKAN GAIRAIGO 3.1 Proses pembentukan kata dengan afiksasi ... 22

3.2 Proses pembentukan kata dengan komposisi ... 33

3.3 Proses pembetukan kata dengan kliping ... 37

3.4 Proses pembentukan kata dengan pinjaman ... 42

BAB IV MAKNA GAIRAIGO 4.1 Gairaigo yang berkelas kata adjektiva ... 54

4.1.1 Gairaigo yang mengalami perubahan makna ... 54

4.1.1.1 Perluasan makna ... 55

4.1.2 Gairaigo yang tidak mengalami perubahan makna ... 58


(9)

ix

4.2.1 Gairaigo yang mengalami perubahan makna ... 61

4.2.1.1 Penyempitan makna ... 61

4.2.2 Gairaigo yang tidak mengalami perubahan makna ... 67

4.3 Gairaigo yang berkelas kata verba ... 77

4.3.1 Gairaigo yang mengalami perubahan makna ... 77

4.3.1.1 Perluasan makna ... 77

4.3.1.2 Penyempitan makna ... 80

4.3.1.3 Perubahan makna total ... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 89

5.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR UNDUHAN DAFTAR KAMUS

DAFTAR KAMUS ONLINE LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR SINGKATAN

Adj adjektiva AKU akusatif

BSmg bentuk sambung DAT datif

FV frasa verba GEN genetif

KKin kala kini

Klam kala lampau KOP kopula N nomina NOM nominatif TOP topik


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gambar naifu ... 64

Gambar 2 : Gambar bouchou ... 65

Gambar 3 : Gambar debabouchou ... 65

Gambar 4 : Gambar kogatana ... 65

Gambar 5 : Gambar katana ... 66

Gambar 6 : Gambar tantou ... 66

Gambar 7 : Gambarbenchi ... 69

Gambar 8 : Gambar endai ... 69

Gambar 9 : Gambar emerarudo guriin ... 72

Gambar 10 : Gambar midori ... 73

Gambar 11 : Gambar hoteru ... 75


(12)

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Data gairaigo yang mengalami afiksasi


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Curriculum vitae


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota suatu kelompok

masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

(Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 1994:32). Bahasa tidak hanya digunakan untuk

berkomunikasi antar orang-orang di daerah yang sama, akan tetapi juga berkomunikasi

antara negara sehingga untuk mempermudah dalam berkomunikasi masyarakat sering

mempelajari dan mempergunakan bahasa asing.

Semakin berkembangnya zaman, bahasa juga mengalami perkembangan yang pesat.

Banyak bahasa memilih untuk mengadopsi atau menyerap kosakata dari bahasa lain

untuk menyesuaikan atau menutupi kekurangan kosakata yang dimiliki, namun

terkadang kata yang dipilih tidak sesuai dengan makna yang dimaksudkannya atau kata

tersebut tidak dapat mewakili hal yang ingin disampaikan sehingga sering terjadi

pergeseran makna dalam penggunaan bahasa.

Pergeseran makna dalam penggunaan kata serapan juga terjadi dalam bahasa

Jepang. Kurangnya kosakata dalam bahasa Jepang menyebabkan banyak kosakata dari

bahasa asing diserap ke dalam bahasa Jepang, namun kosakata tersebut terkadangtidak

dapat mewakili atau melenceng dari maksud yang ingin disampaikan. Hal ini dibuktikan

oleh sebuah survei yang dilakukan oleh NHK (

Nippon Hoso Kyokai)

pada tahun 1973

mengenai kata-kata asing.Survei ini mengangkat permasalahan mengenai makna seratus


(15)

2

kata seperti

baagenseeru

(

bargain sell

dalam bahasa Inggris),

enjoi

(

enjoy

dalam bahasa

Inggris) dan

ria

(

real

dalam bahasa Inggris) yang ditunjukan kepada responden

bersama-sama dengan lima kemungkinan arti untuk setiap item dan responden diminta

untuk memilih makna yang paling mendekati sesuai dengan item yang diberikan.

Responden ini terdiri dari ibu rumah tangga pedesaan, ibu rumah tangga perkotaan,

guru taman kanak-kanak, dan sekelompok karyawan perusahaan. Hasil survei

menyatakan bahwa banyak kata-kata asing yang bergeser dalam arti semantik dan

menyimpang dari makna aslinya. Survei menunjukkan bahwa pemahaman kata-kata

asing sangat tergantung kepada latar belakang pendidikan dan pekerjaan serta usia

responden. Salah satu hasil survei menunjukkan bahwa 47 persen responden memilih

arti


(16)

3

sendiri maknanya kerap berubah sesuai dengan sistem bahasa Jepang. Selain itu, dalam

penggunaan

gairaigo

untuk mempermudah dalam pengucapannya, kata-kata yang

panjang dan sulit untuk diucapkan akan dipersingkat dan membuat kata-kata serapan

menjadi semakin sulit untuk dipahami, seperti contoh kata

rimokon

. Kata

rimokon

berasal dari bahasa Inggris yaitu

remote control

yang kemudian dipersingkat menjadi


(17)

4

Perubahan makna dan penyingkatan dalam

gairag

o pada buku tersebut menjadi latar

belakang untuk mengkaji lebih lanjut mengenai bentuk dan makna

gairaigo.

Hal

tersebut berkaitan dengan penggunaan bahasa Jepang yang baik dan benar.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan dua

permasalahan. Adapun rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut.

1.

Bagaimanakah proses pembentukan

gairaigo

yang terdapat dalam buku

Ichinichi

Sen En de Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo?

2.

Bagaimanakah makna

gairaigo

yang terdapat dalam buku

Ichinichi Sen En de

Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo?

1.3

Tujuan Penelitian

Untuk melakukan suatu penelitian diperlukan adanya suatu tujuan yang jelas. Oleh

karena itu, tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

1.3.1

Tujuan Umum

Secara umumtujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman

dan menambah wawasan pembaca mengenai

gairaigo

dalam bahasa Jepang dengan

lebih jelas, khususnya

gairaigo

yang berasal dari bahasa Inggris. Selain itu, penelitian

ini juga diharapkan dapat menjadi bahan untuk lebih mengembangkan ilmu linguistik.

1.3.2

Tujuan Khusus

Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan khusus.Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini yaitu:


(18)

5

1.

Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai proses pembentukan

gairago

yang terdapat dalam buku

Ichinichi Sen En de Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo.

2.

Untuk mengetahui makna

gairaigo

yang terdapat dalam buku

Ichinichi Sen En de

Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo.

1.4

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh. Adapun manfaat

tersebut dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1

Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan serta

memperkaya pengetahuan dalam bidang linguistik, khususnya mengenai

gairaigo

.

Mulai dari pembentukan hingga makna

gairago

yang terdapat dalam sebuah karya

sastra. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan ataupun

perbandingan untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

1.4.2

Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu dapat membantu

pembaca untuk dapat lebih memahami tentang proses pembentukan dalam

gairaigo

dan

maknanya sehingga pada saat menggunakannya dapat digunakan dengan benar sesuai

dengan maknanya. Terutama kesesuaian antara kata yang dipilih dengan maksud yang

ingin disampaikan.


(19)

6

1.5

Ruang Lingkup

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya ruang lingkup yangjelas.Hal

ini dikarenakan agar suatu penelitian tidak terlalu luas. Oleh karena itu, penelitian ini

hanya difokuskan pada proses pembentukan dan makna

gairaigo

yang terdapat dalam

buku

Ichinichi Sen En de Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo.

Gairaigo

yang dianalisis dalam penelitian ini hanya

gairaigo

yang merupakan kata serapan yang

berasal dari bahasa Inggris.

1.6

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul

Ichinichi Sen En de Asoberu Minami no Shima

karya Hayashi Kazuyo. Buku ini

diterbitkan oleh Futabasha pada tahun 2003 dan terdiri dari 175 halaman. Selain buku

tersebut, dalam penelitian ini juga menggunakan beberapa kamus untuk menganalisis

makna dan mencari arti dari kata-kata yang terdapat dalam data. Adapun kamus tersebut

yaitu

An English-Indonesian dictionary

, kamus lengkap Inggris-Indonesia

Indonesia-Inggris, kamus

Nihongo Daijiten

,

Oxford ESL Dictionary

dan kamus Kenji Matsuura.

Kamus

Nihongo Daijiten

diterbitkan oleh Kodansha pada tahun 1995.Kamus ini

digunakan untuk mencari makna bahasa Jepang dari data yang dianalisis.

OxfordESL

Dictionary

diterbitkan di Newyork oleh Oxford University Press pada tahun 1991 yang

terdiri dari 714 halaman. Kamus ini digunakan untuk mencari makna bahasa Inggris

dari datayang akan dianalisis. Kamus Kenji Matsuura yang diterbitkan di Jakarta oleh

PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1994 yang terdiri dari 1225 Halaman. Kamus

ini digunakan untuk mencari arti bahasa Indonesia dari data yang akan dianalisis.


(20)

7

Sedangkan kamus yang lain digunakan untuk mencari arti kata dari bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan kamus lain

yaitu kamus

Sanseido

. Kamus ini digunakan untuk memastikan data yang dianalisis

merupakan

gairaigo

yang berasal dari bahasa Inggris.

1.7

Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi

tiga, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan

metode dan teknik penyajian hasil analisis data.Adapun penjabarannya sebagai berikut.

1.7.1

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, metode dan teknik yang digunakan adalah

metode simak dan teknik catat. Metode simak adalah metode yang digunakan untuk

menyimak penggunaan suatu bahasa (Sudaryanto, 1993:132). Teknik catat adalah

teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan yang kemudian dilanjutkan

dengan pengklasifikasian (Sudaryanto, 1993:135). Dalam tahap ini pertama-tama objek

yang akan diteliti yaitu kata serapan (

gairaigo

) disimak dan dibaca dari awal hingga

akhir secara berulang. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan tanda pada kata-kata

yang termasuk dalam

gairaigo

.

Gairaigo

yang telah diberikan tanda kemudian dicatat

dan disalin ke buku lain dan selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya.

1.7.2

Metode Dan Teknik Analisis Data

Dalam tahapan ini, metode yang digunakan adalah metode padan

intralingualsedangkan teknik yang digunakan adalah teknik hubung banding. Metode

padan intralingual adalah metode menganalisis data dengan menghubungkan dan


(21)

8

membandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, tidak hanya dalam satu bahasa,

namun juga yang terdapat dalam bahasa lain sedangkan teknik hubung banding adalah

teknik yang dilakukan untuk mencari kesamaan atau perbedaan dari data yang

diperbandingkan (Mahsun, 2005:112). Proses yang dilakukan adalah pertama,

mengumpulkan data (

gairaigo

) dan mengklasifikasikannya sesuai dengan kategorinya

masing-masing. Kedua, proses pembentukannya dianalisis dengan cara mencari bentuk

dasar dari setiap

gairaigo

kemudian dibandingkan dengan perubahan bentuknya. Dari

perubahan bentuk tersebut dapat diketahui proses pembentukan yang dialami oleh

gairaigo

. Ketiga, untuk menganalisis makna dari

gairaigo

, setiap

gairaigo

dicari makna

sebenarnya dalam bahasa Inggris kemudian dibandingkan denganmaknanya dalam

bahasa Jepang. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat pergeseran makna yang terjadi.

Keempat,mencari kata lain dalam bahasa Jepang yang memiliki arti yang sama dengan

gairaigo

kemudian mencari maknanya. Kelima, kata lain dalam bahasa Jepang tersebut

kemudian dibandingkan maknanya dengan makna

gairaigo

, sehingga dari perbandingan

tersebut dapat ditentukan

gairaigo

tersebut dapat disubstitusikan atau tidak.

1.7.3 Metode Dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data selesai dianalisis, tahap selanjutnya adalah menyajikan hasil

analisis data. Dalam penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah

metode formal dan informal sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik deduktif.

Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata

biasa, sedangkan metode formal adalah penyajian analisis data dengan menggunakan

tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Teknik deduktif adalah


(22)

9

menjelaskan hal-hal yang bersifat umum dan sebagai penjelas dikemukakan dengan hal

khusus.Setelah

gairaigo

selesai dianalisis, hasil analisis

gairaigo

tersebut diuraikan atau

dijelaskan dalam bentuk kata-kata dan penjelasannya dimulai dari proses pembentukan

gairaigo

yaitu proses morfologis suatu kata menjadi kata

gairaigo

(kata jadian).

Kemudian perubahan makna yang dialami oleh

gairaigo

tersebut, kata sebenarnya

dalam bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan perubahan maknanya setelah diserap ke

dalam bahasa Jepang. Kemudian, perbandingan

makna gairaigo

dengan kata lain dalam

bahasa Jepang yang memiliki arti yang sama dengan

gairaigo

tersebut.


(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian yang berhasil diperoleh.Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam melakukan penelitian ini.

Soelistyowati (2010) dalam artikelnya yang diterbitkan pada jurnal Lite volume 6 nomor 2yang berjudul


(24)

11


(25)

12

terdiri dariryokou dan tsuaa, jouhou dan informeeshon, basho dan rokeeshon, mae dan furonto, mise dan shoppu, omiyage dan purezento, jikan dan taimu, ten’in dan sutaffu, ryouriten dan resutoran, tokubetsu dan supesharu, ninki dan popyuura, joukyou dan kondhishon, heya dan ruumu, yuushoku dan dhinaa, chuushoku dan ranchi, kaimono dan shopingu, tabi dan torippu, aji dan teisuto, kai dan furoa, kazoku dan famirii, kekkon dan wedhingu, gohan dan raisu, nomimono dan dorinku, shurui dan barieeshon, akeru dan oopun, dan hajimeru dan sutaato. Penelitian Pebrima menunjukkan bahwa sebagian besar dari kata yang bersinonim memiliki makna dan penggunaan yang berbeda-beda. Selain itu, dalam penggunaannya di bidang pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor usia tamu, status sosial tamu, konteks pembicaraan, serta situasi dan kondisi ketika berbicara. Dibandingkan dengan penelitian Pebrima, penelitian yang akan dilakukan tidak menganalisis mengenai penggunaan gairaigo namun membahas gairaigo dalam kajian morfologi, fonologi dan juga semantik. Penelitian Pebrima dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan penggunaan dan makna antara wago dan gairaigo. 1.2 Konsep

Dalam sebuah penelitian, konsep sangatlah penting. Hal ini dikarenakan konsep memberikan arah yang benar dalam menyusun sebuah penelitian. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Gairaigo

Gairaigo merupakan istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kosakata serapan dari bahasa asing, namun tidak termasuk kosakata serapan dari bahasa Cina (Shibatani, 1990:147). Kata serapan dari bahasa Cina (kango) berasal dari interaksi antara Jepang dengan Cina pada abad ke-5.


(26)

13

Panjangnya sejarah kango di Jepang menyebabkan kebanyakan masyarakat Jepang tidak lagi memandang kango sebagai gairaigo, namun sebagai bagian dari kosakata bahasa Jepang asli. Oleh karena itu, pada masa sekarang, yang termasuk dalam gairaigo umumnya adalah kata-kata serapan yang berasal dari negara barat ataupun bahasa lain selain Cina.

Meskipun gairaigo merupakan kata-kata serapan dari bahasa asing (bukan bahasa Jepang), nuansa Jepang kerap dimasukkan dalam gairaigo, sehingga gairaigo tidak dapat disamakan dengan gaikokugo (bahasa asing). Sudjianto dan Dahidi (2004:104) menyatakan bahwa gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo). Gairaigo memiliki berbagai macam karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:105) karakteristik dari gairaigosebagai berikut.

1. Pemendekan pada gairaigo

Kata dalam bahasa Jepang memiliki ciri-ciri yang mana sebagian besar berbentuk silabel terbuka, atau setiap konsonan harus di akhiri dengan huruf vokal.Oleh karena itu, setiap gairaigo harus disesuaikan dengan sistem kata dalam Jepang. Setiap gairaigo yang ditambahkan dengan huruf vokal akan menyebabkan silabel dalam kata tersebut menjadi bertambah. Penambahan silabel menyebabkan kata-kata tersebut menjadi sangat panjang, sehingga agar lebih mudah diucapkan, kata tersebut kemudian dipersingkat.Seperti contoh kata konekushon yang berasal dari kata connectiondipersingkat menjadi koneyang berarti


(27)

14

ini dikarenakan suku kata dalam bahasa Jepang merupakan silabel terbuka maka kata connection


(28)

15


(29)

16

bentuk dasar. Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang diimbuhkan pada awal dan akhir bentuk dasar. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Transfiks adalah afiks yang berupa vocal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan bentuk dasar (Chaer, 2007:181).

1.2.3 Komposisi

Komposisi adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, ataupun kata baru. Misalnya, lalu lintas yang merupakan penggabungan dari kata lalu dan lintas dalam bahasa Indonesia dan blackboard yang merupakan penggabungan dari kata black dan board dalam bahasa Inggris. Sering munculnya penggabungan dalam bahasa Indonesia menyebabkan timbulnya berbagai macam masalah dan pendapat. Hal ini dikarenakan komposisi memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Permasalahan tersebut antara lain, masalah kata majemuk, aneksi, dan frase.

Kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari unsur-unsurnya (Abdul Sultan Alisjahbana dalam Abdul Chaer, 2007:186). Misalnya, dalam kata majemuk, kumis kucing memiliki makna


(30)

17

dapat dikatakan daya untuk berjuang. Selain itu, dalam kata matahari, bumiputera ataupun daya juang tidak dapat disisipkannya sesuatu di antara kedua unsurnya, seperti matanya hari, bumi milik putera, dan dayaku juang.

1.3 Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan adanya landasan teori.Teori merupakan unsur sentral yang selalu memberikan pencerahan terhadap upaya perumusan masalah termasuk memberikan jawaban dari permasalahan tersebut (Mahsun, 2005:18). Oleh karena itu, kehadiran sebuah teori dalam sebuah penelitian sangatlah penting. Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teori yaitu teori morfologi menurut Tsujimura dan teori semantik menurut Abdul Chaer. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

1.3.1 Morfologi

Morfologi merupakan tataran linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya (Abdul Chaer, 1994:146). Menurut Tsujimura (1996:148) terdapat beberapa proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yaitu afiksasi, komposisi, reduplikasi, kliping dan pinjaman namun yang akan digunakan untuk menganalisis proses pembentukan gairaigo yaitu afiksasi, komposisi, kliping dan pinjaman. Adapun penjabarannya yaitu sebagai berikut.

1. Afiksasi (affixation)

Afiksasi adalah penambahan awalan atau akhiran pada sebuah kata.Afiksasi terdiri dari prefiks, sufiks, dan konfiks.Prefiks adalah penambahan awalan pada sebuah kata dasar. Sufiks adalah penambahan akhiran pada sebuah kata dasar sedangkan konfiks adalah penambahan awalan dan akhiran secara bersamaan pada sebuah kata dasar, seperti kata mizu setelah ditambahkan dengan prefiks


(31)

18


(32)

19

Shibatani (1990:151) menjelaskan dua proses pembentukan gairaigo yaitu penggabungan dan penyingkatan. Kedua bentuk gairaigo ini cukup mengganggu penutur asli bahasa asing saat berhadapan dengan kata-kata bahasa Jepang yang dipinjam dari bahasa lain. Penggabungan merupakan salah satu proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang paling sering dijumpai. Adanya proses penyingkatan dalam bahasa Jepang (kliping) disebabkan karena masyarakat Jepang dituntun untuk dapat mengakomodasi kata-kata yang panjang, sehingga masyarakat Jepang memutuskan untuk melakukan penyingkatan, contohnya kata old miss yang diserap ke dalam bahasa Jepang menjadi oorudomisu yang berarti


(33)

20

Apabila tanda linguistik disamakan idntitasnya dengan morfem, makna makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem.Dalam penggunaannya makna sebuah kata dapat berubah atau berbeda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna yaitu:

1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi 2. Perkembangan sosial budaya.

3. Perkembangan pemakaian kata. 4. Pertukaran tanggapan indera. 5. Adanya asosiasi

Menurut Abdul Chaer (1994:289), Makna memiliki berbagai macam jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif dan lain-lain, namun dalam penelitian ini akan meneliti mengenai makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang dimiliki oleh suatu kata atau leksem tanpa adanya konteks tertentu,seperti contoh kata


(34)

21


(1)

bentuk dasar. Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang diimbuhkan pada awal dan akhir bentuk dasar. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Transfiks adalah afiks yang berupa vocal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan bentuk dasar (Chaer, 2007:181).

1.2.3 Komposisi

Komposisi adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, ataupun kata baru. Misalnya, lalu lintas yang merupakan penggabungan dari kata lalu dan lintas dalam bahasa Indonesia dan blackboard yang merupakan penggabungan dari kata black dan board dalam bahasa Inggris. Sering munculnya penggabungan dalam bahasa Indonesia menyebabkan timbulnya berbagai macam masalah dan pendapat. Hal ini dikarenakan komposisi memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Permasalahan tersebut antara lain, masalah kata majemuk, aneksi, dan frase.

Kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari unsur-unsurnya (Abdul Sultan Alisjahbana dalam Abdul Chaer, 2007:186). Misalnya, dalam kata majemuk, kumis kucing memiliki makna


(2)

dapat dikatakan daya untuk berjuang. Selain itu, dalam kata matahari, bumiputera ataupun daya juang tidak dapat disisipkannya sesuatu di antara kedua unsurnya, seperti matanya hari, bumi milik putera, dan dayaku juang.

1.3 Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan adanya landasan teori.Teori merupakan unsur sentral yang selalu memberikan pencerahan terhadap upaya perumusan masalah termasuk memberikan jawaban dari permasalahan tersebut (Mahsun, 2005:18). Oleh karena itu, kehadiran sebuah teori dalam sebuah penelitian sangatlah penting. Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teori yaitu teori morfologi menurut Tsujimura dan teori semantik menurut Abdul Chaer. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

1.3.1 Morfologi

Morfologi merupakan tataran linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya (Abdul Chaer, 1994:146). Menurut Tsujimura (1996:148) terdapat beberapa proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yaitu afiksasi, komposisi, reduplikasi, kliping dan pinjaman namun yang akan digunakan untuk menganalisis proses pembentukan gairaigo yaitu afiksasi, komposisi, kliping dan pinjaman. Adapun penjabarannya yaitu sebagai berikut.

1. Afiksasi (affixation)

Afiksasi adalah penambahan awalan atau akhiran pada sebuah kata.Afiksasi terdiri dari prefiks, sufiks, dan konfiks.Prefiks adalah penambahan awalan pada sebuah kata dasar. Sufiks adalah penambahan akhiran pada sebuah kata dasar sedangkan konfiks adalah penambahan awalan dan akhiran secara bersamaan pada sebuah kata dasar, seperti kata mizu setelah ditambahkan dengan prefiks


(3)

(4)

Shibatani (1990:151) menjelaskan dua proses pembentukan gairaigo yaitu penggabungan dan penyingkatan. Kedua bentuk gairaigo ini cukup mengganggu penutur asli bahasa asing saat berhadapan dengan kata-kata bahasa Jepang yang dipinjam dari bahasa lain. Penggabungan merupakan salah satu proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang paling sering dijumpai. Adanya proses penyingkatan dalam bahasa Jepang (kliping) disebabkan karena masyarakat Jepang dituntun untuk dapat mengakomodasi kata-kata yang panjang, sehingga masyarakat Jepang memutuskan untuk melakukan penyingkatan, contohnya kata old miss yang diserap ke dalam bahasa Jepang menjadi oorudomisu yang berarti


(5)

Apabila tanda linguistik disamakan idntitasnya dengan morfem, makna makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem.Dalam penggunaannya makna sebuah kata dapat berubah atau berbeda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna yaitu:

1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi 2. Perkembangan sosial budaya.

3. Perkembangan pemakaian kata. 4. Pertukaran tanggapan indera. 5. Adanya asosiasi

Menurut Abdul Chaer (1994:289), Makna memiliki berbagai macam jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif dan lain-lain, namun dalam penelitian ini akan meneliti mengenai makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang dimiliki oleh suatu kata atau leksem tanpa adanya konteks tertentu,seperti contoh kata


(6)