Transparansi Pelayanan Publik dalam Pengurusan Paspor (Studi pada Kantor Imigrasi Kelas I Polonia)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

II.1.1 Pengertian Good Governance
Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu gubernare yang
diserap oleh bahasa Inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan),
direct (mengarahkan), atau rule (memerintah) 4. Istilah good and clean governance
merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik yang muncul pada awal 1990-an. Secara
umum istilah good and clean governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan seharihari. Dalam konteks ini, pengertian good governance tidak sebatas pengelolaan lembaga
pemerintahan saja, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun
nonpemerintah (lembaga swadaya masyarakat) dengan istilah good corporate.
Governance merupakan suatu terminologi yang menggantikan istilah government,
yang menunjukkan penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan
peranan pemerintahan dari pemberi pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan


4

Djohermansyah Djohar. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hlm. 131.

Universitas Sumatera Utara

perubahan kepemilikan dari milik negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari
governance adalah perbaikan kinerja atau perbaikan kualitas 5.
Gagasan good governance yang sekarang ini diadopsi oleh berbagai lembaga maupun
negara, merupakan rumusan yang dikembangkan oleh negara-negara barat, dan khususnya
dikampanyekan oleh UNDP (United Nations Development Programme). Dalam rumusan
tersebut, konsep good governance mengarah pada suatu bentuk penyelenggaraan
pemerintahan dengan karakter adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik,
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, efektif dan merata,
adanya kepastian hukum, menjamin prioritas kebijakan poleksos (politik, ekonomi, dan
sosial) yang didasarkan pada konsensus di masyarakat, serta menjamin alokasi sumberdaya
pembangunan yang merujuk pada aspirasi kelompok masyarakat paling miskin dan rentan.
Pierre Landell-Mills dan Ismael Seregeldin mendefenisikan good governance sebagai

penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan
sosial ekonomi 6.
Munculnya konsep good governance untuk dilaksanakan dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Namun demikian,
salah satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang
dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi
menjadi pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan
masyarakat sipil.
Good governance mengandung arti hubungan sinergis antara negara dalam hal ini
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang

5

Dharma Setyawan Salam. 2005. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Djambatan. Hlm. 224
Pandji Santosa. 2008. Administrasi Publik-Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung: Refika
Aditama. Hlm. 130
6

Universitas Sumatera Utara


mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh
seluruh masyarakat.
Secara umum kualitas good governance dapat tercapai apabila pemerintah dan
institusi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan
baru dan responsif terhadap kepentingan warga masyarakat. Responsivitas akan meningkat
jika masyarakat memiliki infornasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi
kebijakan pemerintah dan pembangunan 7.
Selain responsivitas institusi publik, terdapat faktor lain yang memiliki peran sangat
penting dalam upaya pencapaian good governance. Faktor tersebut adalah norma, etika, dan
nilai. Hal-hal tersebut dapat mendorong dan menguatkan masyarakat untuk mengontrol
jalannya pemerintahan dan pembangunan demi menjamin hak-hak setiap orang.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa good governance
merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pemerintahan dimana terdapat kerjasama antara
pemerintah, masyarakat dan pihak swasta demi tercapainya penyelenggaraan pemerintahan
yang baik.
II.1.2 Prinsip-Prinsip Pokok Good Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar
pada prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan asas dalam good governance 8 yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Partisipasi

7

Lijan Poltak Sinambela. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 51
Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Hlm. 161-165
8

Universitas Sumatera Utara

Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip
demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan
hukum dan penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi
tindakan publik yang anarkis. Publik membutuhkan ketegasan dan kepastian hukum. Tanpa

kepastian dan aturan hukum, proses politik tidak akan berjalan dan tertata dengan baik.
3. Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli, Indonesia
telah terjerembab ke dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Untuk tidak mengulangi
pengalaman masa lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, khususnya bidang ekonomi,
pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi dalam proses kebijakan
publik.
4. Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean governance
bahwa pemerintahan harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pemerintah
harus memahami kebutuhan masyarakatnya, bukan menunggu mereka menyampaikan
keinginan-keinginannya, tetapi pemerintah harus proaktif mempelajari dan menganalisis
kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
5. Konsensus

Universitas Sumatera Utara

Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat

memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar
komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa (coersive power) terhadap
semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
6. Kesetaraan
Asas kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku,
jenis kelamin, dan kelas sosial.
7. Efektivitas dan Efisiensi
Untuk menunjang asas-asas yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik
dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien, yakni berdaya guna dan berhasil
guna. Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial.
Sedangkan, asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk
kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori
pemerintahan yang efisien.
8. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publik

dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam
upaya menuju pemerintahan yang bersih dan bewibawa.

Universitas Sumatera Utara

9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang
akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean
governance. Dengan katalain, kebijakan apa pun yang akan diambil saat ini, harus
diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekadar
memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang menempati jabatan
publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis
persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
Berdasarkan sembilan prinsip good governance di atas, transparansi memiliki
keterkaitan yang sangat kuat dengan ciri-ciri tata pemerintahan yang baik lainnya.
Transparansi juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perwujudan tata
pemerintahan yang baik, maka transparansi pemerintahan menjadi satu aspek yang strategis
untuk mewujudkan tata pemeritahan yang baik di Indonesia. Keberhasilan dan kegagalan
untuk mewujudkan transparansi akan sangat besar artinya bagi upaya memperbaiki

pemerintahan dan pengelolaan kekuasaan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk membahas tentang transparansi dalam pelayanan publik yang akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.

II.2

Transparansi

II.2.1 Pengertian Transparansi
Transparansi secara sederhana dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

Universitas Sumatera Utara

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi pelayanan publik
merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta
mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
Transparansi dapat diartikan sebagai sikap membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif. Transparansi adalah
prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan
dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai 9.
Menurut UNDP, transparansi akan tercapai dengan cara membagi atau menyebarkan
informasi dan bertindak dengan cara yang terbuka. Hal tersebut berarti memperbolehkan para
stakeholder untuk memperoleh informasi. Sistem yang transparan memiliki prosedur yang
jelas dalam pengambilan keputusan publik dan adanya saluran komunikasi yang terbuka
antara berbagai stakeholder dengan aksesibilitas yang baik terhadap sumber informasi.
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai
proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang
membutuhkannya serta harus disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga
dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi pelayanan publik yang diberikan
kepada masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah
keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan atas segala
tindakan pemerintahan. Transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat karena tersedianya informasi dan jaminan kemudahan dalam
9


Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri. 2002. hal. 18.

Universitas Sumatera Utara

memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai
alat monitoring dan evaluasi pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.
II.2.2 Transparansi Pelayanan Publik
Transparansi tidak hanya penting dalam penyelenggaraan pemerintahan tetapi juga
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Banyak warga yang menggunakan pelayanan
publik sering tidak memiliki akses terhadap informasi mengenai berbagai hal yang terkait
dengan pelayanan publik yang mereka perlukan. Ketika berhubungan dengan birokrasi
pelayanan publik, mereka sering diperlakukan seenaknya menurut selera para penyelenggara
layanan. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena haknya sebagai pengguna sering tidak
diatur dalam prosedur pelayanan. Prosedur pelayanan biasanya hanya mengatur kewajiban
dari para pengguna. Kalau seandainya hak-hak pengguna diatur dalam prosedur pelayanan,
hak-hak tersebut sering tidak diberitahukan dengan jelas oleh para penyelenggara layanan 10.
Menurut Dwiyanto, setidak-tidaknya ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur transparansi pelayanan publik 11:
1. Mengukur tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan publik. Penilaian

terhadap tingkat keterbukaan di sini meliputi seluruh proses pelayanan publik,
termasuk di dalamnya adalah persyaratan, biaya dan waktu yang dibutuhkan, serta
cara pelayanan. Persyaratan yang harus dipenuhi harus terbuka dan mudah diketahui
oleh para pengguna. Penyelenggara pelayanan harus berusaha menjelaskan kepada
para pengguna mengenai persyaratan yang harus dipenuhi serta alasan diperlukannya
persayaratan itu dalam proses pelayanan.

10

Agus Dwiyanto. 2005. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hlm. 238
11
Ibid. Hlm. 243-247

Universitas Sumatera Utara

2. Transparansi menunjuk pada seberapa mudah peraturan dan prosedur pelayanan yang
dapat dipahami oleh pengguna dan stakeholders yang lain. Penjelasan mengenai
persyaratan, prosedur, biaya dan waktu yang diperlukan sebagaimana adanya
merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna. Jika rasionalitas dari semua
hal itu dapat diketahui dan diterima oleh para pengguna, maka kepatuhan terhadap
prosedur dan aturan akan mudah diwujudkan. Banyak prosedur dan aturan dalam
penyelenggaraan pelayanan yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah dan dapat
diterima oleh akal sehat para pengguna. Hal ini terjadi karena mindset yang dimiliki
oleh pemerintah ketika membuat prosedur dan peraturan mengenai penyelenggaraan
pelayanan sering tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan dari para
pengguna.
3. Kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan
pelayanan publik. Semakin mudah pengguna memperoleh informasi mengenai
berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan publik, semakin tinggi transparansi.
Misalnya, ketika pengguna dengan mudah memperoleh informasi mengenai biaya dan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pelayanan maka pelayanan publik itu
dapat dinilai memiliki transparansi yang tinggi. Begitu pula ketika informasi
mengenai prosedur, persyaratan, cara memperoleh pelayanan dapat diperoleh dengan
mudah oleh para pengguna, maka penyelenggaraan pelayanan tersebut dapat
dikatakan memiliki tingkat transparansi yang tinggi.
Menurut Ratminto dan Winarsih, ada 10 (sepuluh) dimensi atau kondisi aktual yang
diharapkan terjadi dalam transparansi penyelenggaraan pelayanan publik 12, yaitu:
1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

12

Ratminto dan Atik Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan: Pengembangan Model Konseptual,
Penerapan Citizen’s Charter, dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 209-216

Universitas Sumatera Utara

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian oleh masyarakat.
Kegiatan tersebut harus dapat diinformasikan dan mudah diakses oleh masyarakat.
2. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama
lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata cara yang
harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan. Prosedur pelayanan
publik harus sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan dalam bentuk Bagan Alir (Flow Chart) yang dipampang dalam ruangan
pelayanan. Bagan Alir sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik
karena berfungsi sebagai; a) petunjuk kerja bagi para pemberi pelayanan, b) informasi
bagi penerima pelayanan, c) media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja
pelayanan mengenai prosedur pelayanan kepada penerima pelayanan, d) pendorong
terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektif dan efesien, e) pengendali
(control) dan acuan bagi masyarakat dan aparat pengawasan untuk melakukan
penilaian/pengawasan terhadap konsistensi pelaksanaan kerja.
3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan
Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau
persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam
menentukan persyaratan, baik teknis maupun administratif harus seminimal mungkin
dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan dengan jenis pelayanan
yang akan diberikan.
4. Rincian biaya pelayanan

Universitas Sumatera Utara

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan
apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara
pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan perundangundangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal
mungkin pertemuan secara personal antara pemohon/penerima pelayanan dengan
pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran
secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit
yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit
pelayanan. Disamping itu, setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai
dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.
5. Waktu Penyelesaian Pelayanan
Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan
publik mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis dan atau persyaratan
administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.
6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan
atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal
dan papan nama di meja/tempat kerja petugas. Pejabat atau petugas tersebut harus
ditetapkan secara formal berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari pejabat
yang berwenang.
7. Lokasi Pelayanan
Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah,
mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika
(telematika).

Universitas Sumatera Utara

8. Janji Pelayanan
Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi
pemerintahan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji pelayanan
ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya hal-hal yang
esensial dan informasi yang akurat, termasuk didalamnya mengenai standar kualitas
pelayanan, dapat pula dibuat “Motto Pelayanan”, dengan penyusunan kata-kata yang
dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.
9. Standar pelayanan publik
Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masingmasing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan dan standar
pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa
janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para
pemberi dan penerima pelayanan.
10. Informasi pelayanan
Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit
pelayanan

instansi

pemerintah

wajib

mempublikasikan

mengenai

prosedur,

persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta
pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana telah diuraikan
di atas. Publikasi atau sosialisasi tersebut di atas melalui antara lain, media cetak
(brosur, leaflet, booklet), media elektronik (website, home-page, situs internet, radio,
dan TV), media gambar atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.
II.3

Pelayanan Publik

II.3.1 Pengertian Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara

Setiap manusia membutuhkan pelayanan dari orang atau organisasi lain, karena
manusia tidak dapat memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya. Untuk dapat memahami defenisi
dari pelayanan publik, perlu kita ketahui dahulu arti dari pelayanan. Pengertian pelayanan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal, cara, atau hal kerja melayani, sedangkan
melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan
orang; mengiyakan, menerima; menggunakan.
Pelayanan merupakan serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses,
pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang
dalam masyarakat 13. Menurut Napitupulu, pelayanan adalah serangkaian kegiatan suatu
proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan
sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada memiliki
dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut 14.
Pengertian pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan 15. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik 16. Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani)

13
14

H. A. S. Moenir. 2010. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 27.
Paimin Napitupulu. 2007. Pelayanan Publik dan Costumer Satisfication. Bandung: PT. Alumni.

Hlm. 164.
15

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
16
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Universitas Sumatera Utara

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan 17.
Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah,
pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau
tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan/atau kepentingan masyarakat. Dengan
demikian, yang bisa memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas bukan hanya
instansi pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Pelayanan publik yang dijalankan oleh
instansi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari
dukungan suara. Sedangkan, pelayanan publik oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni
mencari keuntungan 18.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah seluruh kegiatan sebagai upaya
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai kepentingan pada suatu
organisasi, dilakukan oleh penyelenggara layanan yang pelaksanaannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
II.3.2 Asas dan Standar Pelayanan Publik
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik memuat tentang asas dan standar dalam
pelayanan publik. Asas-asas pelayanan publik yang dimaksud adalah:
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas

17
18

Agung Kurniawan. 2005. Tranformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Hlm. 4
Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra. Op. Cit. Hlm. 170

Universitas Sumatera Utara

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender
dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing pihak.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan yang
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar
pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar pelayanan publik dalam
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi:
1. Dasar hukum
Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan harus memiliki dasar hukum yang sah untuk
menyelenggarakan pelayanan publik sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Persyaratan

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini mengenai syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.
3. Sistem, mekanisme, dan prosedur
Sistem, mekanisme, dan prosedur yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.
4. Jangka waktu penyelesaian
Jangka waktu penyelesaian yaitu Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
5. Biaya/tarif
Biaya/tarif yaitu ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus
dan/atau memperoleh pelayanan dari

penyelenggara yang besarnya ditetapkan

berdasarkan yang telah ditetapkan oleh peraturan.
6. Produk pelayanan
Produk pelayanan yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
7. Sarana, prasarana dan atau fasilitas
Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yaitu peralatan dan fasilitas yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi
kelompok rentan.
8. Kompetensi pelaksana
Kompetensi pelaksana yaitu Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana
meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.
9. Pengawasan internal
Pengawasan internal yaitu pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja
atau atasan langsung pelaksana.

Universitas Sumatera Utara

10. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan
Penanganan pengaduan, saran, dan masukan yaitu tata cara pelaksanaan penanganan
pengaduan dan tindak lanjut.
11. Jumlah pelaksana
Jumlah pelaksana yaitu tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja.
12. Jaminan pelayanan
Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai
dengan standard pelayanan.
13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan, yaitu kepastian
memberikan rasa aman dan bebas dari bahaya, risiko, dan keragu-raguan.
14. Evaluasi kinerja pelaksana
Evaluasi kinerja pelaksana yaitu penilaian untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.
Dengan adanya peraturan tentang asas dan standar pelayanan publik, maka
pelaksanaan pelayanan publik oleh para aparatur pemerintahan harus sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku demi meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan yang
diberikan.
II.4

Paspor

II.4.1 Pengertian Paspor
Perlintasan orang antar negara biasanya dilengkapi dengan suatu surat keterangan
jalan yang disebut dengan surat perjalanan atau paspor atau yang sejenisnya. Surat Perjalanan
Republik Indonesia atau disebut juga dengan Paspor RI berasal dari bahasa Perancis yaitu

Universitas Sumatera Utara

“passer” dan “port”. Passer berarti melalui atau lewat, sedangkan port berarti pelabuhan.
Undang-Undang

Republik

Indonesia

No.

6

Tahun

2011

tentang

Keimigrasian,

mendefenisikan Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah dokumen
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga Negara Indonesia untuk
melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian paspor adalah surat
keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk seorang warga negara yang akan
mengadakan perjalanan keluar negeri. Sedangkan Mulyanto dalam bukunya menyatakan
bahwa paspor adalah sebuah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh suatu badan pemerintah
yang berwenang untuk bangsanya atau penduduk asing. Paspor berfungsi sebagai surat
perjalanan yang digunakan untuk meninggalkan dan memasuki kembali negara yang
bersangkutan dan memasuki serta meninggalkan negara lain yang mempunyai hubungan
diplomatik dengan negara yang mengeluarkan paspor tersebut 19.
Paspor pada umumnya mempunyai ciri-ciri yang sama dari sebagian besar negaranegara yang mengeluarkan paspor, tetapi juga memiliki beberapa perbedaan sesuai kebijakan
dari pemerintah yang bersangkutan. Ciri-ciri dalam paspor pada umumnya terdapat lambang
negara yang mengeluarkan paspor, nama paspor, identitas pemegang paspor, tempat dan
tanggal dikeluarkan, serta masa berlakunya, pejabat yang mengeluarkan, foto, tanda tangan
pemegang, halaman visa, halaman pengesahan (endorsements), tanda bertolak, izin masuk,
jumlah halaman paspor (24/48 halaman), dan lain-lain.

19

Hadi Mulyanto dan Sugianto. 1997. Pabean, Imigrasi, dan Karantina. Jakarta: Pustaka Utama. Hlm.

39

Universitas Sumatera Utara

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam permohonan paspor yang tertera pada situs
resmi keimigrasian 20, sebagai berikut:
1. Bagi warga negara Indonesia yang berdomisili atau berada di wilayah Indonesia,
mengisi formulir dan melampirkan persyaratan:
a.

Kartu tanda penduduk yang sah dan masih berlaku atau resi permohonan kartu tanda

penduduk;
b.

Kartu keluarga;

c.

Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis;

d.

Surat izin dari instansi yang berwenang bagi yang akan bekerja di luar negeri;

e.

Surat

pewarganegaraan

Indonesia

bagi

Orang

Asing

yang

memperoleh

kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan atau penyampaian pernyataan untuk
memilih kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f.

Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah mengganti

nama.
2. Bagi warga negara Indonesia yang berdomisili di luar wilayah Indonesia, mengisi
formulir dan melampirkan persyaratan:
a. Kartu penduduk negara setempat, bukti, petunjuk, atau keterangan yang
menunjukkan bahwa pemohon bertempat tinggal di negara tersebut; dan
b. Paspor lama.
Persyaratan penggantian paspor biasa karena habis masa berlaku atau karena halaman
paspor penuh, bagi Paspor Biasa yang diterbitkan sejak bulan September 2008, melampirkan:
a. Paspor lama;
b. Kartu tanda penduduk yang sah dan masih berlaku atau resi permohonan kartu
tanda penduduk; dan
20

http://www.imigrasi.go.id/index.php/layanan-publik/paspor-biasa#persyaratan. Diakses pada
2/4/2013 pukul 09.10

Universitas Sumatera Utara

c. Kartu keluarga.
Paspor sangat diperlukan untuk perjalanan internasional karena harus ditunjukkan
ketika memasuki perbatasan suatu negara. Paspor akan diberi cap (stempel) atau disegel
dengan visa yang dilakukan oleh petugas negara tempat kedatangan. Paspor merupakan
dokumen resmi dari suatu negara, maka kewenangan mengeluarkan paspor dipegang oleh
pemerintah negara tersebut, seperti pemerintah Thailand mengeluarkan paspor untuk warga
negara Thailand, pemerintah Singapura mengeluarkan paspor untuk warga negara Singapura,
demikian juga pemerintah Indonesia mengeluarkan paspor untuk warga negara Indonesia.
Paspor sebagai dokumen resmi yang memuat identitas yang akurat dari pemegangnya
dan dapat dipertanggungjawabkan data-data yang ada di dalamnya. Paspor juga berfungsi
sebagai:
1. Surat perjalanan untuk melakukan perjalanan antar negara yang di dalamnya terdapat
visa dan izin masuk ke suatu negara yang dituju.
2. Sebagai identitas pemegangnya dalam arti orang lain atau petugas yang berwenang
akan dapat mengenalnya karena paspor tersebut memuat nama, tempat tanggal lahir,
kebangsaan, maupun alamat yang bersangkutan di dalamnya.
3. Sebagai identitas lainnya dalam arti orang lain dapat meminta/memerlukan paspor
seseorang seperti dalam transaksi pencairan uang di bank, untuk jaminan tertentu dan
untuk jaminan tinggal di hotel terutama bagi orang asing.
II.4.2 Jenis-Jenis Paspor
Perlintasan orang antar negara harus dilengkapi dengan suatu surat keterangan jalan
yang disebut dengan surat perjalanan atau paspor atau yang sejenisnya. Di Indonesia, ada
beberapa jenis paspor yang berlaku, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Paspor Biasa (Ordinary Passport) diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang
akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia maupun Warga Negara
Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri. Paspor biasa diterbitkan oleh Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
2. Paspor Diplomatik (Diplomatic Passport) diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia
yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan
atau perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik. Paspor diplomatik diterbitkan
oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Pemegang paspor diplomatik dapat
menikmati beberapa kemudahan perlakuan dan kekebalan di negara tempat mereka
bertugas.
3. Paspor Dinas (Service Passport) diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia yang akan
melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau
perjalanan dinas yang bukan bersifat diplomatik. Paspor dinas diterbitkan oleh
Menteri Luar Negeri.
4. Paspor Haji diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan melakukan
perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka menunaikan ibadah haji. Paspor
haji diterbitkan oleh Departemen Agama.
5. Paspor untuk Orang Asing (Alien Passport) dapat diberikan kepada orang asing yang
memiliki izin tinggal tetap, akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dan
tidak mempunyai Surat Perjalanan serta dalam waktu yang dianggap layak tidak dapat
memperoleh dari negaranya atau negara lain. Paspor untuk orang asing diterbitkan
oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atau Pejabat Imigrasi yang
ditunjuk.
Selain jenis-jenis paspor yang telah dipaparkan di atas, paspor juga dapat dibedakan
berdasarkan warnanya, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Paspor biru, digunakan khusus oleh orang yang bekerja di pemerintahan. Paspor ini
dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri.
2. Paspor coklat, digunakan khusus oleh jamaah Indonesia untuk menunaikan ibadah
haji. Paspor coklat diterbitkan oleh Departemen Agama.
3. Paspor hijau, digunakan oleh warga negara Indonesia yang akan melakukan
perjalanan ke luar negeri. Paspor hijau dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi.
Di samping jenis-jenis paspor tersebut, masih ada jenis paspor lain yang dikeluarkan
oleh Badan Perserikatan Bangsa Bangsa seperti Lasser Pasder untuk staf pegawai
Perserikatan Bangsa Bangsa, dan paspor pengungsi (Refugee Passport). Guna membatasi
ruang lingkup penelitian agar lebih fokus, peneliti memutuskan untuk meneliti transparansi
pengurusan paspor hijau 48 halaman. Hal ini dikarenakan paspor hijau 48 halaman adalah
paspor yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan perjalanan ke luar negeri
dengan berbagai tujuan, tetapi bukan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
II.4.3 Penerbitan Paspor
Standar operasional prosedur penerbitan paspor merupakan bagian dari Sistem
Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) yang dibangun di lingkungan Direktorat
Jenderal Imigrasi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2011, yang
dimaksud dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah sistem teknologi
informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
informasi guna mendukung operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam
melaksanakan fungsi keimigrasian.
Pengurusan paspor juga menerapkan sistem antrian untuk melayani para pemohon di
setiap tahapan proses pembuatan paspor. Sistem antrian ini disebut dengan sistem FIFO
(First In First Out). Melalui sistem FIFO ini, berkas permohonan pengurusan paspor yang

Universitas Sumatera Utara

masuk pertama, akan diproses lebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penyimpangan dalam penyelesaian berkas yang dikarenakan kesewenang-wenangan petugas
dalam memberikan pelayanan, dan mewujudkan keadilan pelayanan.
Pelaksanaan penerbitan paspor harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. Prosedur
penerbitan paspor berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi nomor IMI891.GR.01.01 Tahun 2008 tentang Standar Operasional Prosedur Sistem Penerbitan Surat
Perjalanan Republik Indonesia 21, yaitu:
1. Formulir.
Pengambilan formulir permohonan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia
(SPRI) dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan mengambil formulir pada loket
pengambilan formulir yang tersedia di Kantor Imigrasi, atau pengambilan formulir
yang dilakukan secara elektronik pada situs resmi keimigrasian www.imigrasi.go.id.
2. Pengisian Formulir.
Pengisian formulir permohonan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia
(SPRI) juga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemohon mengisi formulir sesuai
dengan kolom yang ditentukan, selain itu pada pengisian formulir elektronik yang
selanjutnya disebut prapermohonan, pemohon wajib mengisi formulir elektronik dan
memindai persyaratan yang diminta, kemudian mencetak tanda bukti prapermohonan.
3. Antrian.
Pemohon mengambil nomor antrian elektronik ataupun manual pada Kantor Imigrasi
sesuai dengan tahapan prosesnya, kemudian mesin antrian akan memanggil secara
otomatis dan menampilkan nomor antrian pada layar monitor atau petugas loket
memanggil pemohon sesuai dengan nomor antriannya.
21

Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi nomor IMI-891.GR.01.01 Tahun 2008 tentang Standar
Operasional Prosedur Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara

4. Pengajuan permohonan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Pemohon mengajukan permohonan penerbitan SPRI atau tanda bukti prapermohonan
kepada loket pada Kantor Imigrasi, kemudian petugas loket menerima dan memeriksa
kebenaran persyaratan asli yang dibawa oleh pemohon. Selanjutnya petugas loket
memindai dokumen dan memeriksa hasil pemindaian serta memeriksa daftar
pencegahan dengan mencocokan rincian biodata untuk memastikan kebenaran data
pemohon yang identik dengan nama yang tercantum dalam daftar pencegahan.
Apabila nama pemohon telah memenuhi persyaratan dan namanya tidak tercantum
dalam daftar pencegahan maka petugas loket akan memberikan tanda terima kepada
pemohon tersebut. Sedangkan jika terdapat rincian biodata yang sama dengan daftar
pencegahan, maka petugas loket akan menolak permohonan dan memberikan bukti
penolakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pembayaran tarif keimigrasian.
Pembayaran tarif keimigrasian dilakukan pada bagian bendahara penerimaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Kemudian bendahara penerima pembayaran
memasukan nomor perforasi SPRI dan mencetak serta memberikan tanda terima
pembayaran.
6. Pengambilan foto wajah dan sidik jari.
Pada tahap ini, pemohon wajib datang ke Kantor Imigrasi. Pengambilan foto wajah
dan sidik jari dilakukan oleh petugas sesuai dengan nomor antrian pada tanda terima
pembayaran. Pada saat pengambilan foto wajah, pemohon harus berada pada posisi
menghadap ke depan lensa kamera. Setelah itu, petugas mengambil sepuluh sidik jari
tangan pemohon. Apabila terdapat kelainan pada jari tangan pemohon, maka petugas
harus membuat catatan pada kolom petugas. Pengambilan sidik jari tidak perlu
dilakukan pada anak yang berusia dibawah tiga tahun.

Universitas Sumatera Utara

7. Wawancara.
Pada saat pelaksanaan wawancara, pemohon diwajibkan untuk hadir dengan
membawa dokumen asli sebagai persyaratan dalam proses wawancara. Kemudian
dokumen tersebut akan diperiksa oleh petugas yang berwenang terkait dengan
kelengkapan berkas dan membuat catatan pada formulir yang tersedia dan
mencetaknya. Setelah itu, pemohon diwajibkan untuk menandatangani hasil
pencetakan dan blanko Surat Perjalanan Republik Indonesia.
8. Identifikasi Foto Wajah dan Sidik Jari.
Petugas wawancara mengirim data foto wajah dan sidik jari serta identitas diri ke
Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) untuk dilakukan identifikasi. Sistem identifikasi
pada Pusdakim ini secara otomatis akan memberikan jawaban kepada Kantor Imigrasi
berupa persetujuan atau tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh kepala Kantor Imigrasi apabila ditemukan duplikasi dalam proses
identifikasi foto wajah dan sidik jari serta menuangkannya dalam berita acara
pemeriksaan dan berita acara pendapat untuk selanjutnya dilakukan proses sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku.
9. Pencetakan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Petugas yang diberi wewenang melakukan pencetakan halaman biodata pemohon dan
halaman catatan resmi serta halaman pengesahan setelah mendapat persetujuan
identifikasi foto wajah dan sidik jari dari Pusdakim dan melakukan laminasi blanko
SPRI. Selain itu, petugas yang diberi wewenang juga melakukan uji kualitas
pencetakan dan laminasi dalam hal ditemukan cacat produksi maka dilakukan
penggantian blanko SPRI tanpa dikenakan tarif.
10. Perubahan data pemegang Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal terjadi perubahan data pemegang SPRI dapat dilakukan oleh setiap Kantor
Imigrasi atau Sub Direktorat Dokumen Perjalanan sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Adapun yang menjadi tahapan dari setiap prosedur tersebut adalah Pertama,
pengajuan permohonan, Kedua, persetujuan Kepala Kantor Imigrasi atau Kepala Sub
Direktorat Dokumen Perjalanan atau pejabat yang diberi wewenang untuk memproses
sesuai ketentuan yang berlaku. Ketiga, Pencetakan halaman pengesahan dan
selanjutnya dibubuhkan paraf oleh Kepala Kantor Imigrasi atau Kepala Sub
Direktorat Dokumen Perjalanan atau pejabat yang diberi wewenang.
11. Penandatanganan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Kepala bidang atau kepala seksi lalu lintas dan status keimigrasian atau kepala seksi
lalu lintas keimigrasian atau pejabat yang diberi wewenang membubuhkan paraf pada
SPRI. Kemudian, Kepala Kantor Imigrasi atau pejabat yang diberi wewenang
menandatangani SPRI dan menyerahkan kepada petugas untuk selanjutnya diterakan
cap sebagai pengesahan dan selanjutnya diserahkan kepada petugas loket.
12. Penyerahan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Petugas loket melakukan pemindaian halaman tanda tangan Kepala Kantor Imigrasi
dan halaman catatan petugas dan selanjutnya menyerahkan kepada pemohon
kemudian pemohon menandatangani tanda bukti penerimaan SPRI pada kolom
penerimaan.
13. Penyimpanan berkas Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Seluruh berkas fisik permohonan yang telah selesai diproses disimpan oleh Bidang
atau Seksi Informasi Keimigrasian.
Masa berlakunya Surat Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor RI atau Surat
Perjalanan Laksana Paspor ditentukan oleh masing-masing Menteri yang mengeluarkan
paspor dan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan

Universitas Sumatera Utara

Republik Indonesia. Paspor diplomatik, paspor dinas, dan paspor biasa untuk Warga Negara
Indonesia berlaku paling lama 5 tahun sejak tanggal diterbitkan. Masa berlaku paspor biasa
yang diterbitkan bagi anak berkewarganegaraan ganda tidak boleh melebihi batas usia anak
tersebut

untuk

menyatakan

memilih

kewarganegaraannnya.

Batas

usia

anak

berkewarganegaraan ganda ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 22
Sesuai kewenangannya, masing-masing Menteri yang mengeluarkan paspor dapat
memberikan masa berlaku paspor kurang dari 5 tahun.
II.4.4 Penolakan, Pencabutan, dan Penarikan Paspor
Permohonan pengurusan paspor tidak semuanya dapat disetujui oleh pejabat yang
berwenang mengeluarkan paspor. Dalam rangka pengamanan terhadap paspor RI, maka
petugas imigrasi dapat melakukan penolakan terhadap permohonan yang diajukan oleh
pemohon berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Tidak memenuhi persyaratan administratif untuk mendapatkan paspor maupun surat
perjalanan laksana paspor (formil dan materil).
2. Pemohon telah memberikan keterangan atau identitas yang tidak benar atau palsu.
3. Pemohon masuk ke dalam daftar pencegahan.
4. Pemohon meninggal dunia pada saat proses penerbitan paspor.
5. Paspor tidak diambil dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
Pencabutan paspor RI oleh pejabat yang berwenang dapat dilakukan dengan alasanalasan sebagai berikut:
1. Pemohon pemegang paspor baru ternyata diketahui menggunakan keterangan tidak
benar atau palsu setelah mendapatkan paspor.

22

http://www.imigrasi.go.id/index.php/layanan-publik/paspor-biasa#masa-berlaku-dan-biaya. Diakses
pada 2 April 2013 pukul 09.13

Universitas Sumatera Utara

2. Pemegangnya kehilangan kewarganegaraan berdasarkan Undang-Undang No. 12
Tahun 2006 Pasal 23 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
3. Pemegang paspor memberikan paspornya kepada orang lain yang tidak berhak.
4. Paspor dilaporkan hilang oleh pemegangnya, sehingga tidak dapat digunakan oleh
orang lain.
5. Pemegangnya telah melakukan pelanggaran Peraturan Perundang-undangan atau
melakukan tindak pidana di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.
6. Pemegang paspor meninggal dunia.
Selain melakukan pencabutan paspor, pejabat yang berwenang juga dapat melakukan
penarikan paspor RI. Pencabutan dan penarikan paspor dapat dilakukan kepada pemegangnya
pada saat berada di dalam maupun di luar wilayah Indonesia. Pencabutan dan penarikan
paspor yang dilakukan saat pemegangya berada di luar wilayah Indonesia, kepada yang
bersangkutan diberikan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai dokumen pengganti
yang akan digunakan untuk proses pemulangan. Penarikan paspor dapat dilakukan dengan
alasan:
1. Ada kebijakan baru tentang standar atau penggantian bentuk paspor baru seperti
Sistem MRP (Machine Readable Passport) menjadi Biometrik.
2. Paspor dalam keadaan rusak sehingga tidak layak lagi dipergunakan sebagai dokumen
resmi atau halaman paspor telah berkurang.
3. Halaman paspor sudah penuh meskipun masih berlaku, karena akan mempersulit
pemegangnya dalam peneraan cap / stempel maupun peneraan visanya.
II.5

Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu

Universitas Sumatera Utara

sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya
dengan menggunakan satu istilah atau beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan
yang lainnya 23.
Agar mendapatkan pembahasan yang jelas dari setiap konsep yang akan diteliti, maka
konsep-konsep yang digunakan peneliti antara lain:
1. Transparansi merupakan keterbukaan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
yang dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkan informasi tentang
penyelenggaraan

pemerintahan,

yakni

informasi

tentang

kebijakan-kebijakan

pemerintah, proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang
dicapai dari kebijakan tersebut.
2. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maupun pihak swasta dalam bentuk
penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kepentingan publik atau masyarakat
tanpa berorientasi demi mencari keuntungan/laba, maupun pelayanan yang
dilaksanakan oleh pihak swasta dengan motif ekonomi.
3. Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari
suatu negara yang memuat identitas pemiliknya dan digunakan untuk melakukan
perjalanan antar negara.
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Transparansi Pelayanan Publik dalam Pengurusan paspor adalah keterbukaan bagi setiap
orang untuk dapat mengakses segala informasi pelayanan publik, yang dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maupun pihak swasta dalam pengurusan paspor.
Untuk mengetahui bagaimana transparansi pelayanan publik dalam pengurusan
paspor, ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan, yaitu:
23

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hlm. 33

Universitas Sumatera Utara

a. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik
b. Prosedur pelayanan
c. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan
d. Rincian biaya pelayanan
e. Waktu penyelesaian pelayanan
f. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
g. Lokasi pelayanan
h. Janji pelayanan
i. Standar pelayanan publik
j. Informasi pelayanan

Universitas Sumatera Utara