Kinerja Pelayanan Publik dalam Pembuatan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi) Chapter III VI

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi

III.1.1 Administrasi
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari 33 (tiga puluh tiga)
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota ini dikenal dengan sebutan
sebagai Kota Lemang. Kota Tebing Tinggi memiliki luas wilayah 38,438 km².
Kota Tebing Tinggi berada pada posisi koordinat geografi 03º 19´ 00" LU - 03º
21´ 00" LU dan 98º 11´ BT - 98º 21´ BT, ketinggian 26-34 meter di atas
permukaan laut (dpl) serta memiliki topografi mendatar hingga bergelombang.
Kota Tebing Tinggi memiliki suhu udara rata-rata udara 25o – 27o C.
Kota Tebing Tinggi dilalui oleh beberapa sungai besar dan kecil yang pada
umumnya memiliki aliran arus air menuju ke arah Utara dan Timur Laut yang
pada akhirnya bermuara ke Selat Malaka. Sungai Padang yang merupakan sungai
utama dengan melewati Kota Tebing Tinggi sepanjang ± 16,22 km dan lebar ± 65
meter. Sungai besar lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah, dan
Sungai Sibarau serta Sungai kecil Sungai Sigiling.
Kota Tebing Tinggi berada sekitar ± 78 km ke arah tenggara Kota Medan
sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah administratif Kota Tebing

Tinggi dikelilingi oleh beberapa perkebunan, baik milik negara (BUMN) maupun
swasta, dengan batas-batas sebagai berikut:


Sebelah Utara, berbatasan dengan PTPN - III Kebun Rambutan,
Kabupaten Serdang Bedagai.



Sebelah Selatan, berbatasan dengan PTPN - IV Kebun Pabatu dan
Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai.



Sebelah Timur, berbatasan dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai.



Sebelah Barat, berbatasan dengan PTPN - III Kebun Bandar Bejambu
Kabupaten Serdang Bedagai.


Universitas Sumatera Utara

Secara administratif, Wilayah Kota Tebing Tinggi sebelumnya terdiri dari
3 (tiga) kecamatan yakni Padang Hulu, Padang Hilir dan Rambutan dengan 27
(dua puluh tujuh) kelurahan, namun sejak tahun 2006 melalui Peraturan Daerah
Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2006 wilayahnya dimekarkan menjadi 5
(lima) kecamatan yakni Padang Hulu, Padang Hilir, Rambutan, Bajenis dan
Tebing Tinggi Kota dengan total seluruhnya 35 (tiga puluh lima) kelurahan.
Berdasarkan luas wilayah terbangun, Kota Tebing Tinggi relatif masih
rendah atau 42,72% dari total luas administrasi. Artinya masih relatif luas lahan
yang dapat digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana perkotaan.
Kecamatan yang paling besar luas wilayah terbangunnya adalah Kecamatan
Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan Rambutan, dimana kedua kecamatan ini
merupakan wilayah pusat kegiatan perkotaan baik perdagangan, sosial, dan
pemerintahan. Sedangkan kecamatan yang rendah persentase luas terbangunnya
adalah Kecamatan Padang Hilir.

III.1.2 Kondisi Demografi


Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2015 berdasarkan proyeksi
sebanyak 151.651 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bajenis
sebanyak 34.594 jiwa, dan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan
Tebing Tinggi Kota sebesar 24.774 jiwa. Diproyeksikan hingga tahun
perencanaan 2020, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi mencapai 159.682 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 0,86%. Dengan jumlah
penduduk tersebut di atas, Kota Tebing Tinggi masih dikategorikan sebagai kota
menengah ( < 500.000 jiwa).
Tabel III.1
Jumlah Penduduk dan Proyeksi 5 Tahun kedepan

Jumlah Penduduk
Nama

Tahun

Kecamatan
Padang Hulu

2015


2016

2017

2018

2019

2020

27.967

28.208

28.452

28.698

28.946


29.448

Universitas Sumatera Utara

Tebing Tinggi

24.774

24.988

25.204

25.422

25.642

26.086

Rambutan


32.932

33.216

33.503

33.792

34.084

34.675

Bajenis

34.594

34.893

35.194


35.498

35.805

36.426

Padang Hilir

31.384

31.655

31.929

32.204

32.483

33.046


TOTAL

151.651

152.961

154.282

155.615

156.959

Kota

159.
682

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi Tahun 2015
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa dari luas

38,438 km², 90% bidang telah diinformasikan sebagai tanah terdaftar. Adapun
tanah yang telah terdaftar dan memiliki sertifikat pada tahun 2016 adalah sebagai
berikut :


Hak Milik

: 1.485 bidang



Hak Guna Bangunan

: 53 bidang



Hak Pakai

: 20 bidang


III. 2 Badan Pertanahan Kota Tebing Tinggi

Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi merupakan lembaga
pemerintah non departemen yang berkewenangan menangani masalah pertanahan
di Kota Tebing Tinggi. Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi berlokasi
di Jl. K. L. Yos Sudarso.

III.2.1 Visi Dan Misi


Visi :
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.


Misi


Universitas Sumatera Utara

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
untuk:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber
baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan
dan

bermartabat

dalam

kaitannya

dengan

penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di
seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa,
konflik dan perkara di kemudian hari.
4. Keberlanjutan

sistem

kemasyarakatan,

kebangsaan

dan

kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya
pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber
kesejahteraan masyarakat. Menguatkan lembaga pertanahan
sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang
dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

III.2.2 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN menyelenggarakan
fungsi:
1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan.
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan.
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan.
4. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan.
5. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan.
6. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian
hukum.
7. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

Universitas Sumatera Utara

8. Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan
wilayah-wilayah khusus.
9. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik
negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.
10. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah.
11. Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain.
12. Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan
program di bidang pertanahan.
13. Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan.
14. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di
bidang pertanahan.
15. Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan.
16. Penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan.
17. Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di
bidang pertanahan.
18. Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan.
19. Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang
pertanahan.
20. Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau
badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
21. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundangundangan
yang berlaku.
III.2.3 Agenda Kebijakan
Adapun beberapa Agenda Kebijakan BPN RI adalah sebagai berikut:
1. Membangun

kepercayaan

masyarakat

pada

Badan

Pertanahan

Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi
tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

Universitas Sumatera Utara

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik
pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS),
dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
Pertanahan yang telah ditetapkan.
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan
Pertanahan.
III.2.4 Prinsip Pertanahan Nasional
Diawali dari tahun 2005, pertanahan nasional dibangun dan dikembangkan atas
dasar empat
prinsip pengelolaan:
1. Pengelolaan

pertanahan

harus

mampu

berkonstribusi

pada

kesejahteraan masyarakat,
2. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada keadilan
penguasaan dan pemilikan tanah,
3. Pengelolaan

pertanahan

harus

mampu

berkonstribusi

pada

keberlanjutan sistem kemasyarakatan dan Kebangsaan Indonesia,
4. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada harmoni
sosial.

Universitas Sumatera Utara

III.2.5 Arti Lambang/Logo

Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan
gambar dan tulisan terdiri dari:


Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan
kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan
Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran,
keadilan,



kesejahteraan

sosial

dan

keberlanjutan.

Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia.
Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang
berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang
meliputi



tanah,

air

dan

udara.

Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis
Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal 33
ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria
(UUPA)



nomor

5

tahun

1960.

Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11
(Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI.
Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada

Universitas Sumatera Utara

diluar



jangkauan

wilayah

kerja

BPN

RI.

Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat
dipercaya dan teguh.



Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual
dan kemakmuran.



Warna

Abu-abu

melambangkan

kebijaksanaan,

kedewasaan

serta

keseimbangan.

III.2.6 Susunan Organisasi dan Uraian Tugas Badan Pertanahan
Nasional Kota Tebing Tinggi
Sebagai salah satu lembaga pemerintah, Badan Pertanahan Nasional kota
Tebing Tinggi memiliki tugas untuk menangani masalah-masalah pertanahan di
wilayah Tebing Tinggi. Dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi, Badan
Pertanahan Nasional kota Tebing Tinggi. menjalankan kegiatan dan programnya
dengan didukung oleh susunan organisasi yang memadai, dalam hal ini adalah
susunan organisasi yang bersifat formal. Ciri-ciri dari susunan organisasi yang
bersifat formal diantaranya adalah :
a. Adanya prinsip pembidangan tugas, yaitu pembagian tugas pada masingmasing personel dalam Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi
sehingga masing-masing personel memiliki tugas masing-masing yang
berbeda.
b. Adanya

pendelegasian

wewenang,

yaitu

masing-masing

personel

mempunyai wewenang untuk bertindak sesuai dengan bidang tugasnya
dan tidak mempunyai hak untuk mencampuri urusan dibidang tugas yang
lain, namun kerjasama dapat dilakukan dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas.
c. Masing-masing personel memiliki jabatan yang bersifat resmi sehingga
setiap personel memiliki status sebagai pegawai negeri.
d. Adanya prinsip hierarkhi di dalam organisasi pejabat yang lebih rendah
berada dibawah perintah pejabat yang lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
No. 4 Tahun 2006, susunan organisasi Kantor Pertanahan Nasional kota Surakarta
adalah sebagai berikut:

a. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan
administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta
menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan
perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugasnya, 1. Subbagian Tata
Usaha mempunyai fungsi :
1. Pengelolaan data dan informasi.
2. Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas
kinerja pemerintah.
3. Pelaksanaan urusan kepegawaian.
4. Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran.
5. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana.
6. Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program.
7. Koordinasi pelayanan pertanahan.

b. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan.
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan
survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan;perapatan
kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei
potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah.
dalam menyelenggarakan tugasnya, Seksi Survei. Pengukuran dan Pemetaan
mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan
perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah,
pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor
berlisensi.
2. Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan/wilayah.
3. Pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan.

Universitas Sumatera Utara

4. Survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan
potensi tanah.
5. Pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat penilai
tanah.
6. Pemeliharaan peralatan teknis.

c. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas menyiapkan
bahan danmelakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan
pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas
tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam menyelenggarakan tugasnya, Seksi
Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai fungsi:
1. Pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah.
2. Penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga dan tukarmenukar,
saran dan pertimbangan serta melakukan kegiatan perijinan, saran dan
pertimbangan usulan penetapan hak pengelolaan tanah.
3. Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan
jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak.
4. Pengadministrasian atas tanah yang dikuasasi dan/atau milik negara,
daerah

bekerjasama dengan pemerintah, termasuk badan hukum

pemerintah.
5. Pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak.
6. Pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan.
7. Pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak.
8. Pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT.

d. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah,
penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah

Universitas Sumatera Utara

tertentu lainnya. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Seksi Pengaturan dan
Penataan Pertanahan mempunyai fungsi:
1. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan
pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah
tertentu

lainnya,

penetapan

kriteria

kesesuaian

penggunaan

dan

pemanfaatan tanah serta penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka
peruwujudan fungsi kawasan/zoning, penyesuaian penggunaan dan
pemanfaatan tanah, penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penataan
tanah bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas
konflik serta pemukiman kembali.
2. Penyusunan

rencana

persediaan,

peruntukan,

penggunaan

dan

pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota dan
kawasan lainnya.
3. Pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten/kota dan kawasan.
4. Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan/zoning dan redistribusi
tanah, pelaksanaan konsolidasi tanah, pemberian tanah objek landreform
dan pemanfaatan tanah bersama serta penetiban administrasi landreform.
5. Pengusulan penetapan/penegasan tanah menjadi objek landreform.
6. Pengambilalihan dan/atau penerimaan penyerahan tanah-tanah yang
terkena ketentuan landreform.
7. Penguasaan tanah-tanah objek landreform
8. Pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin redistribusi
tanah dengan luasan tertentu.
9. Penyiapan usulan penetapan surat keputusan redistribusi tanah dan
pengeluaran tanah dari objek landreform.
10. Penyiapan usulan ganti kerugian tanah objek landreform dan penegasan
objek konsolidasi tanah
11. Penyediaan tanah untuk pembangunan.
12. Pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan.
13. Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform.

Universitas Sumatera Utara

e. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan.
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengolahan tanah
negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Dalam
menyelenggarakan tugasnya, Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai
fungsi :
1. Pelaksanaan pegendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah
terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.
2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pemenuhan hak dan kewajiban
pemegang hak atas tanah, pemantauan dan evaluasi penerapan kebijakan
dan program pertanahan dan program sektoral, pengelolaan tanah negara,
tanah terlantar dan tanah kritis.
3. Pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi, pembinaan,
peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program
pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan
tanah terlantar dan tanah kritis.
4. Penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan
rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian
kebijakan dan program pertanahan dan sektpral dalam pengelolaan tanah
negara serta penanganantanah terlantar dan tanah kritis.
5. Inventarisasi potensimasyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan
kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan akses ke sumber
produktif.
6. Peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan
mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
7. Pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk
pembangunan.
8. Pengelolaan basis data atas hak tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan
tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.
9. Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan
hukum atas tanah terlantar.

Universitas Sumatera Utara

f. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara.
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan
dan melakukan kegiatan penenganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara
mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
2. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan.
3. Penyiapan bahan dan penenganan sengketa dan konflik pertanahan secara
hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara,
pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan
melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi
pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi
dan penghentian hubungan hukum antara dua orang, dan/atau badan
hukum dengan tanah.
4. Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
5. Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara
pertanahan.

III.2.7 Sumber Daya Manusia

a) Berdasarkan Golongan


Golongan IV

:1



Golongan III

: 15



Golongan II

:5



Golongan I

:1

Universitas Sumatera Utara

Tabel III.2
Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan

No.
1
2
3
4

Golongan
Gol. IV
Gol. III
Gol. II
Gol. 1

Ruang
A
B
C
1
2
4
5
3
1
1
Jumlah Pegawai

D
4
1
-

Jumlah
1
15
5
1
22

Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi

b) Berdasarkan Unit Kerja


Sub bagian tata usaha

: 8 (delapan) orang



Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan

: 4 (empat) orang



Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

: 6 (enam) orang



Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan : 1 (satu) orang



Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

:-



Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara

: 2 (dua) orang

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang penulis dapatkan selama
melakukan penelitian kelapangan yakni dengan melakukan wawancara dan juga
observasi langsung. Dengan penyajian data ini, maka akan memudahkan penulis
nantinya untuk dapat menganalisis data dengan baik dan mudah.
Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara di Badan Pertanahan
Nasional Kota Tebing Tinggi. Penulis melakukan sejumlah wawancara dengan
beberapa informan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih
komprehensif menyangkut permasalahan penelitian. Adapun informan dalam
penelitian ini adalah :


Informan dari kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi
1. M. Taufik, S.Si., MM.

: Kepala Kantor
(informan kunci)

2. Anita Noveria Lismawaty, SH.

: Kepala Seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah
(informan utama)
3. Tommy Rachmanda Malik, Amd


: Pegawai Loket

Informan tambahan ada enam orang masyarakat
1. Masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Tebing Tinggi Kota,
Kelurahan Pasar Baru, laki laki usia 30 tahun.
2. Masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Bajenis, Kelurahan
Bulian, laki laki usia 54 tahun.
3. Masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Padang Hilir,
Kelurahan Bagelan, perempuan usia 55 tahun.

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kinerja pelayanan publik dalam
pelayanan sertifikat hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan Nasional Kota
Tebing Tinggi. Untuk mengukur kinerja pelayanan publik dalam pembuatan
sertifikat hak milik atas tanah digunakan indikator-indikator produktivitas,
kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Tebing Tinggi maka dapat digambarkan hasil penelitian sebagai
berikut:

VI.1 Indikator Produktivitas
Produktivitas dipahami sebagai rasio antara input dan output, artinya
perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya
dalam periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep produktivitas dibahas
mengenai sejauh mana pelayanan pembuatan sertifikat hak milik atas tanah yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi dan bagaimana hasil
layanan yang dirasakan oleh masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan publik dalam pembuatan sertifikat hak
milik atas tanah kepada masyarakat, Kantor Pertanahan Kota Tebing mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan visi kantor pertanahan yaitu
menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesarbesar

kemakmuran

rakyat,

serta

keadilan

dan

berkelanjutan

sistem

kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. Dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat tentu saja harus berpedoman kepada
peraturan dan undang-undang yang berlaku. Pelayanan tidak akan bisa dijalankan
jika tidak ada perundangan yang mengaturnya. Ada dasar hukum yang menjadi
pedoman pegawai Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi dalam memberikan
pelayanan sertifikat hak milik atas tanah kepada masyarakat. Adapun hirarki atau
dasar hukum yang menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan yakni :


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945



Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar dasar
pokok agraria.



Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 tentang hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai atas tanah.



Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran
tanah.

Universitas Sumatera Utara



Peraturan Kepala Badan Negara Republik Indonesia No. 4 Tahun
2006 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah badan
pertanahan nasional dan kantor pertanahan



Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional



Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 Tentang
Indeks Dalam Rangka Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan
PNBP Pada Badan Pertanahan Nasional



Peraturan Menteri Keuangan RI No. 51/PMK.02/2012 tentang
Perubahan

Atas

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

132/PMK.02/2010 Tgl. 20 April 2012 Tentang Indeks Dalam
Rangka Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP Pada
Badan Pertanahan Nasional


Surat Edaran No. 1367/15.1-100/IV/2012 tentang Penyampaian
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 51/PMK.02/2012 Tgl. 13
April 2012

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan
pegawai BPN Kota Tebing Tinggi, mengenai prosedur pelayanan ada beberapa
persyaratan yang diperlukan oleh pemohon dalam penerbitan sertifikat hak milik
atas tanah yang diantaranya :
1. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan (identitas diri, luas,
letak, dan penggunaan tanah yang dimohon, persyararan tidak sengketa
dan tanah dikuasai secara fisik).
2. Surat kuasa apabila dikuasakan.
3. Fotocopy identitas (KTP dan KK) pemohon atau kuasa apabila dikuasakan
4. Bukti kepemilikan tanah
5. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan
6. Melampirkan SPP/PPH sesuai dengan ketentuan
Ada beberapa prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pemohon dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah. Seperti yang

Universitas Sumatera Utara

diungkapkan oleh Bapak M. Taufik, S.Si.,MM. selaku Kepala Kantor Pertanahan
Kota Tebing Tinggi bahwa pengurusan sertifikat hak milik atas tanah melalui
berbagai tahapan yakni :

“Prosedur yang pertama kali yang harus dipenuhi oleh pemohon adalah
pemberkasan. Adapun syarat-syaratnya seperti mengisi formulir
permohonan, mengurus surat kuasa apabila dikuasakan, fotokopi
identitas, bukti kepemilikan tanah, fotokopi SPPT PBB tahun berjalan,
lampiran SPP/PPH. Kemudian masuk pada tahap proses pengukuran.
Proses yang pertama itu adalah pengukuran. Setelah diukur dilihat
dilapangan apakah ada masalah. Kalau tidak ada masalah yang timbul
maka permohonan akan segera diproses. Kadang-kadang kan masalahnya
macem-macem, komplek masalah yang ada di lapangan. Ada yang karna
luasnya tidak sesuai ataupun mengenai batas tanah dan juga masalah di
keluarga pemohon. Ada masalah yang lebih fatal lagi adalah patok, gak
ada patok yang jelas. Jadi kita gak tau mana batas-batasnya. Kalau
misalnya ada bangunan atau rumah mungkin lebih jelas ya. Ada juga
mengenai ketidakmengertian masyarakat akan pengurangan tanah
sebagai akibat dari pelebaran jalan maupun pembangunan parit. Kalau
sudah diukur dan tidak ada masalah maka tinggal diproses,
ditindaklanjuti, dibuatlah surat ukur dan bisa kita bidangkan. Setelah
dibuat surat pengukuran baru bisa dibuat SK nya. Masyarakat akan
dibebankan BEA Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) sembari menunggu
sertifikat tanah terbit. Lama waktu penerbitan ini kurang lebih 3-4 tahun.
Kemudian dibentuk panitia salah satu panitianya selain orang BPN yaitu
lurah. Setelah nanti keluar SK hak miliknya barulah masyarakat
mendaftarkan kembali permohonannya, itu namanya pendaftaran hak.
Setelah itu barulah keluar sertifikat hak miliknya”.
(hasil wawancara 09 februari 2017)

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Tommy Rachmanda Malik, Amd
selaku pegawai loket, ia mengatakan bahwa :

“Mengenai hambatannya adalah biasaya sering kita temui bahwa
masyarakat banyak belum mengerti baik proses maupun prosedurnya
kemudian permasalahan-permasalahan yang akan terjadi nanti pada
saat pengurusan berkas tersebut. Karna ketidaktauan masyarakat itu
yang membuat kadang berbenturan dan perbedaan pendapat dalam
pemberian layanan”.
(Hasil wawancara 09 Februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat selaku objek dari pelayanan sertifikat hak milik atas tanah
tentu saja harus mengetahui mengenai prosedur apa saja yang harus dipenuhi.
Ketidakmengertian masyarakat tentu akan berpengaruh terhadap mulus tidaknya
suatu pelayanan. Dalam pelayanan sertifikat hak milik atas tanah jika pemohon
tidak memenuhi salah satu dari persyaratan maka akan memperlama proses dari
pelayanan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan terhadap
masyarakat, hal serupa juga diungkapkan oleh masyarakat, yaitu :

“Menurut saya pribadi prosedurnya sudah sesuai peraturan yang berlaku,
kalau mengurus sertifikat enggak berbelit dan gak dipersulit.
Persyaratannya dipenuhi ya saya langsung antar ke BPN. Awalnya pun
bapak gak tau mengenai persyaratannya nak, saya datang aja ke kantor
saya tanyai pegawainya setelah itu bapak dikasi brosur, yauda bapak
penuhi persyaratannya baru bapak antarkan surat-suratnya. Dan setelah
bapak tanya mengenai proses penerbitan sertifikatnya, mereka bilang
selesainya paling lambat 3 bulan nak sesuai dengan peraturan disini”.
(hasil wawancara 09 februari 2017)

Hal ini juga didukung oleh bapak J. Simanulang selaku pemohon sertifikat
hak milik atas tanah, beliau berpendapat bahwa :

“Bapak gak pernah dipersulit dalam mengurus sertifikat hak milik atas
tanah. Menurut bapak yang mempersulit itu sebenarnya adalah diri kita
sendiri. Kalau kita lengkapi persyaratan berkasnya pasti kita tidak akan
dipersulit. Tapi kalau ada satu saja berkas kita yang gak dipenuhi tentu
saja akan memperlama prosesnya dan pasti menurut kita akan berbelitbelit. Dan menurut bapak pegawai disini sudah bekerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku”.
(hasil wawancara 09 Februari 2017)

Berdasarkan penjelasan diatas menerangkan bahwa kantor pertanahan
nasional Kota Tebing Tinggi sudah bekerja dengan mencapai target Standar
Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan. Hanya saja yang membuat sertifikat
hak milik atas tanah lama diterbitkan justru datangnya dari pihak pemohon.
Ketika persyaratan belum lengkap dipenuhi maka akan memperlama proses dari
penerbitan surat tersebut. Belum lagi masalah dilapangan seperti batas tanah yang
tidak jelas dan adanya sengketa yang membuat prosesnya menjadi lebih lama,

Universitas Sumatera Utara

karena masalah tanah tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu barulah bisa
proses kembali.
Kurang lengkapnya persyaratan yang dipenuhi oleh pemohon menjadi
salah satu penyebab keterlambatan penerbitan sertifikat hak milik atas tanah.
Kurang lengkapnya dokumen persyaratan pemohon diakibatkan oleh kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai prosedur pengurusan sertifikat hak milik atas
tanah. Dengan adanya permasalah ini maka pihak Kantor Pertanahan Nasional
Kota Tebing Tinggi melakukan beberapa upaya agar pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat sesuai dengan target waktu yang ditentukan di SPPOP. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh Bapak M. Taufik, S.Si., MM. selaku Kepala
Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi :
“Kami terus melakukan berbagai upaya yang dapat memperbaiki kinerja
pelayanan publik di Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi.
Salah satu program yang kami lakukan adalah program LARASITA
(Layanan Rakyat Sertifikat Tanah). LARASITA langsung terjun
kelapangan untuk melayani kebutuhan masyarakat terkait dengan
permasalahan administrasi pertanahannya dan diharapkan dapat
memberikan kemudahan dan membantu masyarakat agar dapat mengurus
pendaftaran sertifikatnya. Selain itu kami juga menyediakan brosur yang
berisikan tentang standar pelayanan dan pengaturan pertanahan. Jadi di
dalam brosur tersebut masyarakat akan lebih mudah mengetahui
persyaratannya, waktunya, dan rincian biayanya. Selain itu kami juga
menyediakan loket informasi. Jadi masyarakat yang kurang mengerti
mengenai persyaratan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah dapat
dilayani dengan baik oleh pegawai yang bertugas di loket informasi”.
(wawancara 9 februari 2017)

Pendapat diatas juga didukung oleh Ibu Anita Noveria Lismawaty, SH.
selaku Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Ia berpendapat bahwa :

“Membangun kepercayaan masyarakat itu sangat penting. Untuk itu kami
terus berupa untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan
melakukan berbagai penyuluhan dan program larasita. Kami juga
menyediakan loket informasi, jadi masyarakat yang kurang paham tentang
persyaratan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah dapat
mendapatkan pelayanan yang baik dan di dalam loket itu kami juga
menyediakan kotak brosur. Jadi masyarakat boleh mengambil brosurnya
dengan gratis”.
(wawancara 9 februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Pendapat ini juga di dukung oleh Bapak Bonafit selaku pemohon sertifikat
hak milik atas tanah, ia berpendapat bahwa :

“sebenarnya diawalnya bapak ga tau menau soal persyaratannya. Ini
bapak baru datang bapak tanyai ke petugas loket, setelah dijelaskan
barulah bapak ngerti. Ini yang kedua kalinya ke kantor BPN untuk
ngantar berkas soalnya kemaren bapak gak tau apa aja persyaratannya.
Sudah terbantu bapak sama loket informasi ini”.
(wawancara 9 februari 2017)

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ibu Sutiarti selaku pemohon
sertifikat hak milik atas tanah, ia mengatakan bahwa :

“awalnya enggak tau nak. Setibanya dikantor ternyata ada beberapa
berkas yang belum ibu lengkapi. Kemudian dijelaskan lagi sama petugas
loket dan ibu dikasi selebaran brosur jadi sekarang ibu sudah tau”.
(wawancara 9 februari 2017)

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa Kantor Pertanahan Kota
Tebing Tinggi telah melakukan berbagai upaya dalam memecahkan berbagai
masalah sebagai akibat dari kurangnya pemahaman masyarakat akan prosedur dan
persyaratan dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah. Upaya yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi adalah untuk mencapai
target standar pelayanan dan pengaturan pertanahan. Berbagai upaya yang telah
dilaksanakan tersebut ternyata sudah terealisasi dengan baik. Hal ini dapat kita
ketahui dari pandangan masyarat yaitu Bapak Bonafit dan Ibu Sutiarti selaku
pemohon sertifikat hak milik atas tanah yang merasa terbantu dengan adanya loket
informasi dan selebaran brosur gratis yang disediakan oleh Kantor Pertanahan
Kota Tebing Tinggi. Melalui media tersebut mereka lebih mudah dalam
mengakses informasi. Awalnya mereka tidak mengetahui mengenai prosedur dan
persyaratan kini sudah lebih paham karena adanya loket informasi dan selebaran
brosur yang disediakan.

Universitas Sumatera Utara

Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi telah berupaya dalam
mencapai target dalam mendaftarkan tanah. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Anita
Noveria Lismawaty, SH. selaku Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran
Tanah, beliau berpendapat bahwa :

“Sejauh ini masih 43,45 tanahnya terdaftar di Kantor pertanahan tapi kami
harap akan meningkat setiap tahunnya. Kami juga giat dalam melakukan
berbagai upaya agar masyarakat menjadi lebih peduli dalam pengurusan
sertifikat hak milik atas tanah. Karna kan sertifikat hak milik atas tanah
menjadi alat bukti yang kuat atas kepemilikan suatu tanah dan juga ini bisa
menghindarkan masyarakat dari permasalahan-permasalahan pertanahan
yang mungkin saja terjadi”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Untuk lebih jelasnya lagi terkait tanah yang telah terdaftar di Kantor
Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi pada tahun 2016, dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel IV.1
Tanah yang telah terdaftar di Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing
Tinggi Tahun 2016
Jenis Hak Tanah

Jumlah
1.485

1. Hak Milik
53
2. Hak Guna Bangunan
20
3. Hak Pakai
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kinerja pelayanan publik dalam pembuatan sertifikat hak milik atas tanah sudah
cukup menampakkan hasil yang baik. Hal ini dapat kita ketahui dari tanggapan
positif masyarakat mengenai upaya kantor pertananahan Kota Tebing Tinggi
dalam meningkatkan pelayanan agar dapat mencapai standar pelayanan dan
pengaturan pertanahan (SPPOP). Masyarakat yang pada awalnya tidak paham

Universitas Sumatera Utara

mengenai prosedur dan persyaratan dalam pembuatan sertifikat hak milik atas
tanah merasa terbantu dengan adanya program larasita, program penyuluhan, loket
informasi, maupun selebaran brosur yang dimiliki oleh Kantor Pertanahan Kota
Tebing Tinggi. Selain itu kinerja pelayanan publik juga ditandai dengan semakin
meningkatnya jumlah tanah yang dibidangkan dalam jenis hak milik atas tanah.
Hal ini menunjukkan bahwa Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi telah berhasil
mencapai target.

IV. 2 Indikator Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayaan publik. Banyak pandangan negatif yang
terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat
terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian,
kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja
organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai
indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali
tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas
pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik, akibat
akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas
layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi
publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi
parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.
Untuk kualitas pelayanan di Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi,
khususnya pelayanan sertifikat hak milik atas tanah masih berjalan dengan lancar.
Terkait dengan kualitas pelayanan sertifikat hak milik atas tanah, Bapak M.
Taufik, S.Si., MM. berpendapat bahwa :
“Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada
pelayanan sertifikat hak milik atas tanah, kami bekerja berdasarkan sistem
peraturan yang berlaku, tentunya kami tidak berani bertindak luar standar
yang ditetapkan oleh peraturan. Dan sejauh ini mengenai kualitas pelayanan
masih berjalan lancar karena kami bekerja dengan mempertahankan kualitas
sesuai dengan standar yang berlaku”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Anita Noveria Lismawaty, SH.
selaku Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran tanah.

“Pelayanan sudah berjalan baik. Kadang-kadang masyarakat tidak
mau tau mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di
lapangan. Kalau ada permasalahan di lapangan pasti akan membuat
prosesnya semakin lama, karna masalah tanah ini sangat sensitif. Ada
juga masalah berkas yang belum dipenuhi, kalau berkasnya belum
lengkap maka belum bisa diproses. Macem lah masalahnya. Jadi
bukan karena tidak dikerjakan oleh pihak BPN tetapi ada masalah
yang timbul misalnya mengenai patok, pelebaran jalan, pembuatan
parit yang mengurangi luas tanah dan ketidakmengertian masyarakat
yang memperlama prosesnya. Kami sudah memberikan pelayanan
sesuai dengan standar yang berlaku, dan memberikan pelayanan
terbaik sesuai dengan prosedurnya”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Masyarakat sebagai objek pelayanan sertifikat hak milik atas tanah juga
memberikan pendapat yang mendukung pendapat dari pihak Kantor Pertanahan.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak J. Simanulang selaku pemohon hak
sertifikat hak milik atas tanah, saat ditanya mengenai keprofesionalisme para
pegawai loket.

“Seperti yang saya lihat sudah baik. Mereka udah mengerjakan apa yang
menjadi tugas mereka. Kalau soal keramahan ya mereka ramah, senyum
dan melayani dengan baik. Dan menurut bapak mereka sudah
profesional.”
(Hasil wawancara 9 februari 2017)

Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Ibu Sutiarti selaku masyarakat
pemohon sertifikat hak milik atas tanah.

“Sudah profesional lah menurut ibu nak. Tadinya ibu gak tau mengenai
persyaratannya langsung diberi tau dengan ramah. Ibukan sudah tua
sudah agak lama nulis, pelan-pelan dibacakan mereka ibu yang nulis,
pegawai disini menurut ibu sudah bagus cara kerjanya”.
(Hasil wawancara 9 februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Dalam pemberian pelayanan sertifikat hak milik atas tanah dibutuhkannya
fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung dan memperlancar pelayanan kepada
masyarakat.

Tabel IV.2 Fasilitas-fasilitas di BPN Kota Tebing Tinggi

No.
Fasilitas
Jumlah (Unit)
1
Gedung
1
2
Loket Pendaftaran
1
3
Loket Pembayaran
1
4
Loket Informasi/Pengaduan
1
5
Komputer
20
6
Kendaraan roda 4
2
7
Kendaraan roda 2
6
8
Toilet
3
9
Lobby/Ruang Tunggu
1
Sumber :Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi 2017

Seperti yang disampaikan oleh Bapak M. Taufik, S.Si., MM. selaku
Kepala Kantor Badan Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

“Tentu saja fasilitas menunjang kinerja pelayanan publik dalam
memberikan pelayanan sertifikat hak milik atas tanah. Fasilitas yang ada
disini meliputi komputer, ruang tunggu pelayanan, kemudian ada
kendaraan roda 4, dan sebagainya”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Pernyataan ini juga didukung oleh Bapak Tommy Rachmanda Malik, Amd
selaku staf pegawai di bidang loket. Ia mengemukakan bahwa :

“kalau untuk fasilitas yang berhubungan dengan kinerja pegawai di kantor
BPN kota Tebing Tinggi sendiri menurut saya belum memadai. Contohnya
mungkin peralatan kita seperti komputer atau laptop atau printer belum
menunjang kinerja dari kita. Kemudian beberapa perlengkapan seperti alat
tulis kantor yang belum memadai”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas di
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi sudah dikatakan baik
dalam hal pelayanan. Tetapi jika dikaji pada bagian kinerja maka fasilitas tersebut
kurang memadai. Hal ini dapat kita ketahui dari pernyataan staf pegawai loket
yang mengatakan masih kurang memadainya fasilitas berupa komputer, printer,
maupun alat tulis kantor.
Selain fasilitas yang mendukung kelancaran pelayanan tentu penting juga
dilihat bagaimana kemampuan para pegawai dalam memberikan pelayanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya sertifikat hak milik atas tanah. Seperti
yang diungkapkan oleh Bapak M. Taufik, S.Si., MM. selaku Kepala Kantor
Badan Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

“Kemampuan pegawai juga salah satu kunci keberhasilan suatu pelayanan.
Kami berusaha untuk meningkatkan pelayanan dengan menunjang
kemamampuan dari para pegawai. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah
melalui diklat”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Pernyataan ini juga didukung oleh Ibu Anita Noveria Lismawaty, SH.
selaku Kepala Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Beliau berpendapat bahwa :

“Mengenai kemampuan pegawai sudah bisa dikatakan memadai karna
tingkat pendidikan pegawai rata-rata adalah S1 dan juga para pegawai
telah mendapatkan diklat”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh masyarakat yang penulis
wawancarai,
“Kalau ditanya soal kemampuan, menurut saya pasti mereka sudah
memiliki kemampuan yang baik mengingat pelayanan sertifikat tanah
merupakan hal yang mereka lakukan secara terus menerus dan ketika
mereka memberikan pelayanan secara terus-menerus maka mereka bisa
belajar setiap harinya dari pengalaman mereka. Dan sejauh ini saya
merasa sudah cukup puas dengan pelayanan disini”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pegawai menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan. Ketika pegawai mampu
bekerja secara profesional maka kualitas pelayanan juga akan bergerak naik. Di
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi kemampuan pegawai
sudah dapat dikatakan baik. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dapat
diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan pegawai dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan formal mereka dan juga pelatihan-pelatihan yang dilakukan.
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas mutu pelayanan kepada masyarakat. Jadi seluruh pegawai
memiliki kesempatan untuk mengikuti diklat tersebut.

IV. 3 Indikator Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas menggambarkan secara langsung kemampuan Kantor
Pertanahan dalam melaksanakan kinerjanya untuk mengatasi, menanggapi dan
memenuhi kebutuhan, keluhan, tuntutan dan aspirasi masyarakat dalam
menangani penyakit sertifikasi tanah khususnya dalam peralihan hak atas tanah.
Dalam operasionalnya Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Tebing
Tinggi juga harus mampu menanggapi keluhan, tuntutan, kebutuhan masyarakat
sehingga penanganan permasalahan dalam pelayanan sertifikat hak milik atas
tanah dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan sehingga masyarakat
tidak menemui kendala dalam peralihan hak tanah mereka.
Responsivitas Kantor Badan Pertanahan Kota Tebing Tinggi sangat
penting dalam melayani kebutuhan dan aspirasi masyarakat, karena hal ini bisa
dijadikan sebagai bukti nyata bahwa Kantor Badan Pertanahan Kota Tebing
Tinggi merespon terhadap segala aspirasi maupun keluhan-keluhan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

dan juga tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
Dengan adanya responsivitas yang tinggi dalam suatu organisasi akan dapat
mewujudkan kinerja yang baik.
Sikap responsif Kantor Badan Pertanahan Kota Tebing Tinggi dapat
dilihat dari hasil wawancara dengan Bapak M. Taufik, S.Si., MM. selaku Kepala
Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi :

“Di bagian informasi kami menyediakan kota saran. Jadi masyarakat
yang memiliki keluhan, kritik, saran maupun ketidakpuasan terkait dengan
pelayanan dapat memasukkannya pada kotak saran tersebut”.
(Hasil wawancara 9 februari 2017).

Sikap Responsif Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat juga dapat dilihat dari tanggapan masyarakat. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Anita Noveria Lismawaty, SH. selaku Kepala Seksi Hak
Tanah dan Pendaftaran Tanah :

“Kalau ngadu mengenai pertanahan itu ada namanya bagian sengketa
perkara jadi sebelum diteruskan ke pengadilan biasanya itu dimediasi
dengan kedua belah pihak tapi kalau tidak ada titik temunya itu biasanya
diteruskan ke pengadilan. Kalau tidak sesuai dengan ukuran itu kan di
klasifikasikan masalahnya ada yang berat maupun ringan, bisa
diselesaikan atau enggak. Kalau sengketa pasti ke perkata tapi kalau
masalah beda pengukuran kan tidak sengketa. Harus ada kepuasan antara
si pemohon sama kita pihak pertanahan. Kalau ada keluhan-keluhan itu
biasa langsung ke pihak BPN. Misalnya keluhannya di bidang
pengukuran, maka keluhannya itu biasanya masuk ke seksi pengukuran,
misalnya dibidang peralihan karna balik namanya tidak sesuai maka
langsung ke seksi peralihan”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Tommy Rachmanda Malik,
Amd. Selaku petugas loket :

“Kebanyakan masyarakat yang komplin atau yang mereka keluhkan
sebenarnya akibat perbuatan mereka sendiri dalam artian masih ada
persyaratan yang belum mereka penuhi, sebagai akibat dari tidak
mengertian masyarakat terhadap prosedur pengurusan sehingga

Universitas Sumatera Utara

memperlama proses penerbitan. Menurut saya, kami sudah optimal dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tidak semua keluhan itu
bener, kita juga harus melakukan pengecekan lebih lanjut”.
(Hasil wawancara 9 Februari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sejauh ini
respon Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi terhadap kebutuhan pemohonnya
sudah baik. Sudah ada kesesuaian antara tanggapan yang diberikan Kantor
Pertanahan Kota Tebing Tinggi terhadap harapan dan aspirasi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya dalam pelayanan pembuatan
sertifikat hak milik atas tanah.
Sebelumnya di Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi hanya tersedia
empat loket yang tersedia, kemudian dalam perkembanganya untuk menampung
semua keluhan maupun pengaduan dari masyarakat, Kantor Pertanahan Kota
Tebing Tinggi telah menyediakan loket pengaduan pelayanan, sehingga sekarang
ini telah terdapat lima loket yang terdiri dari :
1. Loket I

: Informasi

2. Loket I I

: Penerimaan berkas permohonan

3. Loket III

: Pembayaran biaya permohonan

4. Loket IV

: Pengambilan produk

5. Loket V

: Pengaduan pelayanan.

Dengan adanya responsivitas yang tinggi dalam suatu organisasi dapat
mewujudkan kinerja yang baik. Responsivitas yang tinggi dalam organisasi juga
dapat membuat organisasi bisa lebih mengerti akan kebutuhan masyarakat.
Responsivitas yang tinggi juga akan memberikan dampak yang positif yaitu
komunikasi organisasi dengan masyarakat bisa terjalin dengan baik. Dengan
adanya komunikasi yang interaktif, maka pelayanan yang didapatkan akan
semakin nyaman dan bisa lebih optimal.

IV. 4 Indikator Responsibilitas
Responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan norma-norma yang berkembang
di masyarakat. Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.
Responsibilitas Kantor Pertanahan Nasional Kota Tebing Tinggi sebagai
satu-satunya pemberi pelayanan pertanahan di bidang pertanahan di Kota